• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kesadaran, persepsi, preferensi, dan tingkat pendapatan konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di kawasan pemukiman Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kesadaran, persepsi, preferensi, dan tingkat pendapatan konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di kawasan pemukiman Jakarta Selatan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KESADARAN, PERSEPSI, PREFERENSI, DAN TINGKAT PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERILAKU

KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI BUAH LOKAL DI KAWASAN PEMUKIMAN JAKARTA SELATAN

Bagus Cahyadi Hendstyo Putra

1110092000080

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

PENGARUH KESADARAN, PERSEPSI, PREFERENSI, DAN TINGKAT PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERILAKU

KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI BUAH LOKAL DI KAWASAN PEMUKIMAN JAKARTA SELATAN

Bagus Cahyadi Hendstyo Putra Nim: 1110092000080

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(3)
(4)
(5)

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Januari 2015

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bagus Cahyadi Hendstyo Putra

Alamat : Jl. Rusa 2 RT 04/04 No.15, Jurang Mangu

Pondok Ranji, Ciputat-Tangerang Selatan

Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 1 Maret 1991

Kewarganegaraan : Indonesia

Hobby : Futsal, skateboarding, bermain musik, adventure

e-mail : cahyadi.bagus@rocketmail.com

PENDIDIKAN

• 1995-1996 : TK Aisyah KPU, Tangerang

• 1996-2002 : SDN 2 KPU, Tangerang

• 2002-2005 : SMPN 2 Ciputat, Tangerang

• 2005-2009 : SMAN 4 Ciputat, Tangerang

• 2010-2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN KERJA

• Desember 2014 : Magang di UPT. Balai Benih Induk Hortikultura

PRESTASI

• 2007 : Juara 1 Kompetisi Band dan Video Pamulang

• 2010 : Drummer terbaik inagurasi UIN Jakarta

• 2011 : Guest Star Band Acara Ultah Jawa Timur Madiun

• 2013 : Band featuring di Acara Unplugged TVRI

(7)

RINGKASAN

BAGUS CAHYADI HENDSTYO PUTRA, Kesadaran, Persepsi, Preferensi, dan Tingkat Pendapatan Konsumen Terhadap Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Lokal Di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan LILIS IMAMAH ICHDAYATI dan SITI ROCHAENI.

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dalam mempertahankan hidup. Oleh karena itu, masalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintahan di suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk sangat besar yaitu 253.609.643 jiwa masih menghadapi masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Salah satunya, pangan hortikultura yaitu buah-buahan yang sebenarnya melimpah tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan buah-buahan masyarakatnya. Dengan disahkannya Asian Free Trade Agreement (AFTA) yang dilanjutkan dengan penandatanganan China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1999, buah-buahan impor semakin berpeluang untuk memasuki pasar Indonesia. Sesuai data ekspor impor dari BPS yang diolah oleh Direktur Jenderal Hortikultura pada tahun 2013 bahwa nilai impor buah yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 816.541.098, sedangkan nilai ekspor buah Indonesia sangat jauh perbandingannya yang hanya sebesar US$ 172.361.476 (BPS, 2014:1). Data tersebut telah membuktikan bahwa tingginya volume buah-buahan impor di Indonesia dapat menggeser keberadaan buah lokal di pasaran Indonesia, terutama di pusat Kota DKI Jakarta yang juga merupakan Ibukota Negara Indonesia. Keberadaan buah lokal semakin menurun drastis di pasaran, sedangkan disisi lain buah impor kini dapat masuk ke pasar Indonesia khususnya kota Jakarta Selatan dengan mudah, dikarenakan konsekuensi Indonesia terlibat oleh kerjasama AFTA dan CAFTA dan ketersediaan buah lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Hal itu memberikan dampak khusus pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kota Adm Jakarta Selatan yang kini bergeser dari buah lokal ke buah impor.

Tujuan penelitian ini adalah: 1). Menganalisis pengaruh kesadaran konsumen di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. 2). Menganalisis pengaruh persepsi konsumen di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. 3). Menganalisis pengaruh preferensi konsumen di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. 4). Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. 5). Menganalisis pengaruh kesadaran konsumen, persepsi konsumen, preferensi, dan tingkst pendapatan konsumen di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal.

(8)

vi kependudukan yang cukup tinggi dan tingkat kemakmuran kota Jakarta Selatan juga cukup tinggi. Jenis data ini menggunakan data primer dengan metode wawancara dan dibantu alat instrumen kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji F, Uji t, R2, Uji Asumsi Klasik.

Diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1). Secara parsial variabel kesadaran (X1) berpengaruh positif nyata terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan dengan tanggapan responden terhadap variabel kesadaran berada pada level sedang. 2). Secara parsial variabel persepsi (X2) berpengaruh positif nyata terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan dengan tanggapan responden terhadap variabel persepsi berada pada level tinggi. 3). Secara parsial variabel preferensi (X3) berpengaruh positif nyata terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan dengan tanggapan responden terhadap variabel preferensi berada pada level tinggi. 4). Secara parsial variabel dummy tingkat pendapatan (D1,..D4) berpengaruh positif tidak nyata terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan. 5). Secara bersama-sama atau simultan, variabel bebas (kesadaran, persepsi, preferensi, dan tingkat pendapatan) memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan. Terdapat nilai R2 sebesar 78,1% yang menunjukkan bahwa variabel yang diteliti mampu memberikan penjelasan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal sebesar 78,1%, sedangkan sisanya 21,9% dijelaskan oleh variabel lain.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji serta syukur penulis sampaikan

kehadirat Ilahi Rabbi Allah ‘Azza Wajalla. Dengan Rahmat, petunjuk,

pertolongan, dan izin-Nya jugalah saya selaku penulis akhirnya mampu

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan ke hadirat

baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada Beliau dan Kepada umat-umat Beliau hingga

akhirat kelak, amin ya robbal ‘alamin. Sebagai seorang mahasiswa yang hendak

memperoleh gelar sarjana, maka sudah menjadi kewajiban kiranya untuk

mempersembahkan sebuah karya ilmiah hasil dari buah pikirannya sebagai wujud

sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu pulalah

maka skripsi ini disusun, yaitu dalam rangka memenuhi tugas akhir dalam meraih

gelar sarjana S1 pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yaitu bapak

Endar Suhendar, S.Pd dan Ibu Kunmarlistyo Rini A, sebagai wujud pengabdian

dan ketaatan saya kepada mereka. Begitu besar perjuangan dan ketegaran mereka

walau dengan beribu tetesan air mata demi kesuksesan saya. Semoga semua ini

menjadi amal ibadah bagi saya, serta amal jariyah bagi kedua orang tua saya. Doa

dari pembaca yang budiman untuk kesuksesan saya sangatlah saya harapkan.

(10)

vii Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi.

Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Sebuah Penghargaan saya sembahkan untuk Ibu Dr. Lilis Imamah

Ichdayati selaku pembimbing 1 dan Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku

pembimbing 2 yang telah sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan

saran – saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun

skripsi.

2. Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Prodi Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM

selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi

yang selalu memberi masukan-masukan dan juga membantu mahasiswa

jurusan Agribisnis.

3. Bapak dan Ibu seluruh Dosen dan Staff Program Studi Agribisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Juang Subakti HP dan Jaka Romadhona HP, selaku kakak-kakak penulis

yang juga selalu membantu penulis dengan doa dan bantuan materi

lainnya. Serta Dandy Perkasa HP selaku adik kandung penulis yang masih

menyelesaikan sekolah di SMP Negeri 3 Tangsel yang juga memberi

(11)

viii 5. Semua rekan – rekan seperjuangan Agribisnis 2010 Ubaidillah, Teguh,

Inay, Deni, Ridwan, Mulki, Nailul, dan Nira yang selalu memberikan

motivasi serta masukan baik selama dalam perkuliahan maupun dalam

penulisan skripsi ini.

6. Dicha fermani selaku teman terdekat saya yang selalu mengingatkan dan

memberikan doa, support serta semangat, perhatian kepada saya demi

terselesaikan skripsi ini.

7. Pihak – pihak lain yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu,yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan sksripsi ini.

Semoga segala support dan bantuan dari berbagai pihak tersebut menjadi

amal jariyah di sisi Allah SWT, amin.

Jakarta, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku Konsumen ... 9

2.2 Kesadaran ... 14

2.3 Persepsi ... 17

2.4 Preferensi ... 19

2.5 Proses Keputusan Konsumen ... 22

2.5.1 pembelian ... 25

2.5.2 konsumsi ... 26

2.6 Pendapatan ... 26

2.7 Buah - Buahan Lokal ... 27

2.8 Kerangka Pemikiran ... 31

2.9 Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 36

3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

(13)

xi

3.4 Validasi Data ... 40

3.4.1 Uji Validitas ... 40

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 40

3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.5 Identifikasi Variabel ... 43

3.6 Metode Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

3.7 Definisi Operasional Variabel ... 46

3.8 Alat Penelitian dan Skala Pengukuran ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Kota Jakarta Selatan ... 53

4.1.1 Letak Geografi, Topografi, dan Klimatologi ... 53

4.1.2 Visi dan Misi ... 54

4.2 Potensi Kota Jakarta Selatan ... 56

4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Selatan ... 57

4.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 dan Sektor Pertanian ... 58

4.5 PDRB Per Kapita ... 60

4.6 Gambaran Umum Responden ... 61

4.6.1 Responden Menurut Jenis Kelamin ... 61

4.6.2 Responden Menurut Usia ... 62

4.6.3 Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 63

4.6.4 Responden Menurut Status Pernikahan ... 63

4.6.5 Responden Menurut Jenis Pekerjaan ... 64

4.7 Identifikasi Responden Terhadap Variabel ... 65

4.7.1 Identifikasi Variabel Kesadaran (X1) ... 65

4.7.2 Identifikasi Variabel Persepsi (X2) ... 67

4.7.3 Identifikasi Variabel Preferensi (X3) ... 68

4.7.4 Identifikasi Variabel Tingkat Pendapatan (Dummy) ... 70

4.7.4 Identifikasi Variabel Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Buah Lokal (Y) ... 71

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

5.1 Pengaruh Kesadaran Terhadap Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan ... 76

(14)

xii

5.3 Pengaruh Preferensi Terhadap Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta

Selatan ... 79

5.4 Pengaruh Tingkat Pendapatan (Variabel Dummy) Terhadap Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan ... 80

5.5 Pengaruh Kesadaran, Persespsi, Preferensi, dan Tingkat Pendapatan Konsumen Terhadap Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Buah Lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan ... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Volume dan Nilai Ekspor Impor Buah DKI Jakarta Tahun 2014 ... 2

2. Jumlah Penduduk Jakarta Selatan ... 3

3. Agregat PDRB dan PDRB Per Kapita ... 5

4. Produksi Jenis Buah-Buahan Tahun 1995-2013... 30

5. Konsep Alat Penelitian ... 50

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 62

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 64

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 64

11. Identifikasi Responden Terhadap Variabel Kesadaran (X1) ... 66

12. Identifikasi Responden Terhadap Variabel Persepsi (X2)... 67

13. Identifikasi Responden Terhadap Variabel Preferensi (X3) ... 69

14. Identifikasi Responden Terhadap Variabel Tingkat Pendapatan (Dummy)... 70

15. Identifikasi Responden Terhadap Variabel Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Lokal (Y) ... 72

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Hierarki Efek ... 14

2. Model Lima Tahap Proses Keputusan Konsumen... 24

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 32

4. Lambang Kota Jakarta Selatan ... 53

5. Trend Laju Pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Selatan ... 58

6. Laju Pertumbuhan PDRB PerSektor Jakarta Selatan ... 59

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 95

2. Tabulasi Data Variabel Kesadaran Di Kawasan Pemukiman

Jakarta Selatan ... 98

3. Tabulasi Data Variabel Persepsi Di Kawasan Pemukiman Jakarta

Selatan... 101

4. Tabulasi Data Variabel Preferensi Di Kawasan Pemukiman

Jakarta Selatan ... 104

5. Tabulasi Data Variabel Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi

Buah Lokal Di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan ... 107

6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 110

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dalam mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan merupakan salah satu hak asasi yang layak dipenuhi. Oleh karena itu, masalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintahan di suatu negara. Menurut Detik Finance, (2014:1) yang mengutip Departemen Perdagangan AS melalui biro sensusnya, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia yaitu 253.609.643 jiwa. Dikenal sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak tersebut ternyata masih menghadapi masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Salah satunya, pangan hortikultura yaitu buah-buahan yang masih tidak mampu memenuhi kebutuhan buah-buahan masyarakatnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dalam era globalisasi yang

mengarah pada pasar bebas, berbagai produk luar negeri semakin memenuhi pasar

tanah air. Dengan disahkannya Asian Free Trade Agreement (AFTA) yang

dilanjutkan dengan penandatanganan China-ASEAN Free Trade Agreement

(CAFTA) oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1999, buah-buahan impor

semakin berpeluang untuk memasuki pasar Indonesia. Sesuai data ekspor impor

dari BPS yang diolah oleh Direktur Jenderal Hortikultura pada tahun 2013 bahwa

nilai impor buah yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 816.541.098, sedangkan

nilai ekspor buah Indonesia sangat jauh perbandingannya yang hanya sebesar US$

(19)

2

Data tersebut telah membuktikan bahwa tingginya nilai buah-buahan

impor di Indonesia dapat menggeser keberadaan buah lokal di pasaran Indonesia,

terutama di pusat Kota DKI Jakarta yang juga merupakan Ibukota Negara

Indonesia. Hal itu ditandai dengan adanya data dari Kementrian Pertanian RI

(2014:1) yang menunjukkan bahwa buah impor yang masuk ke DKI Jakarta lebih

tinggi dibanding buah ekspor seperti yang terdapat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Volume dan Nilai Impor dan Ekspor Komoditas Buah-Buahan DKI Jakarta tahun 2014

Komoditi Ekspor Impor

Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$)

Nenas 60,463 153,439 118,104 158,867

Jeruk 493,241 142,397 33,719,268 47,312,850

Apel 58,226 51,889 20,816,232 33,902,622

Pir 0 0 1,230,562 1,872,075

strawberry 5,971 20,97 3,673 8,966

Durian 0 0 7,495,897 11,410,582

Anggur 49,684 143,711 13,891,760 40,271,468

Buah lainnya 1,144,471 1,769,931 9,141,699 11,672,739

Jumlah 667,585 512,406 121,777 167,833

Sumber : Kementan, (2014:1)

Tingginya volume dan nilai buah impor masuk ke DKI Jakarta

menyebabkan masyarakat DKI Jakarta kini lebih banyak yang mengkonsumsi

buah impor dibanding buah lokal. Hal ini karena kualitas produk buah lokal

belum memenuhi standar ditandai dengan jumlah dan kontinuitas ketersediaan

buah lokal masih belum bisa stabil memenuhi kebutuhan pasar, baik pasar

domestik maupun pasar internasional (Anonim, 2014:1). Berdasarkan Tabel 1 terlihat terjadi gejala pergeseran perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah, dari buah lokal yang musiman ke buah impor yang tersedia sepanjang tahun.

Terjadinya pergeseran perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah

(20)

3

lokal yang terjadi di Kota DKI Jakarta, khususnya Kota Jakarta Selatan. Jakarta

Selatan merupakan salah satu kota dari 5 Kota adm Jakarta memiliki karakteristik

sebagai kawasan pemukiman. Kota Jakarta Selatan memiliki 10 kecamatan

dengan jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Data

tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jumlah penduduk Jakarta Selatan pada tahun 2013

Nama Kecamatan Sex Rasio Jumlah Rumah

Tangga

Kepadatan Rumah Tangga per km2

JAGAKARSA 104,26 78.474 12475,02

PASAR MINGGU 104,00 71.767 13263,22

CILANDAK 99,24 49.046 10427,95

PESANGGRAHAN 104,01 52.650 15737,53

KEBAYORAN LAMA 102,02 73.858 17542,73

KEBAYORAN BARU 99,18 37.686 10963,74

MAMPANG PRAPATAN

105,88 37.709 18349,61

PANCORAN 102,16 37.886 17984,18

TEBET 98,88 51.448 23136,55

SETIA BUDI 104,37 42.363 14558,00

KOTA JAKARTA

SELATAN

102,47 532.887 14227,00

Sumber: BPS, (2013:1)

Tabel 2 menjelaskan bahwa jumlah rumah tangga di Kota Jakarta Selatan

cukup tinggi yakni sebesar 532.887 rumah tangga dengan kepadatan rumah tangga

14227/km2. Dengan demikian kebutuhan pangan khususnya buah-buahan bagi

rumah tangga di Kawasan Pemukiman Jakarta Selatan menjadi tinggi. Kota

Jakarta Selatan selain dikenal dengan kota yang memiliki kepadatan pemukiman,

juga dikenal sebagai kota yang kaya diantara kota administrasi Jakarta lainnya.

Secara visual terlihat pada beberapa kecamatan yang memiliki

pemukiman-pemukiman elit seperti Kecamatan Setiabudi, Kebayoran Baru, Mampang

Prapatan, Tebet, Cilandak, dll yang juga di tempat tinggali oleh beberapa

(21)

4

Perekonomian DKI Jakarta (2014:1) bahwa kontribusi nyata yang diberikan setiap

wilayah dalam pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, sumber pertumbuhan terbesar

berasal dari Wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Kedua Wilayah tersebut

menyumbang 1,78 persen dan 1,52 persen dari laju pertumbuhan ekonomi DKI

Jakarta sebesar 6,49 persen. Struktur perekonomian DKI Jakarta yang dihitung

dari PDRB atas dasar harga berlaku, menunjukkan sekitar 49 persen

perekonomian Jakarta masih terkonsentrasi di kota Jakarta Selatan dan Jakarta

Pusat pada tahun 2012. Kedua Wilayah tersebut memberikan rata-rata kontribusi

terhadap total PDRB kabupaten/kota se-DKI Jakarta masing-masing sebesar 26,58

persen (Rp 92,56 triliun) dan 22,30 persen (Rp 245,50 triliun) dari total PDRB

kabupaten/kota yang sebesar 1.100,84 triliun rupiah.

Untuk memberikan gambaran kemakmuran suatu wilayah secara umum

dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita. Nilai PDRB per kapita Kota

Administrasi Jakarta Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai

116,16 juta rupiah per kapita peningkatan terjadi dari 104,16 juta rupiah per kapita

atau 11,52 persen bila dibanding tahun 2011. Sedangkan PDRB per kapita atas

dasar harga konstan meningkat 5,42 persen dari 45,52 juta rupiah pada tahun 2011

menjadi 47,88 juta rupiah pada tahun 2012, seperti yang dijelaskan pada Tabel 3

(22)

5

Tabel 3. Agregat PDRB dan PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 wilayah Jakarta Selatan

Lapangan Usaha 2011*) 2012*) perubahan%

AtasDasarHargaBerlaku

1 ProdukDomestik Regional Bruto

MenurutHargaPasar (JUTA RUPIAH) 217.519.410 245.503.080 12,86

2 ProdukDomestik Regional Bruto

Per Kapita (RUPIAH) 104.157.805 116.161.742 11,85

AtasDasarHargaDasarKonstan 2000

1 ProdukDomestik Regional Bruto

MenurutHargaPasar (JUTA RUPIAH) 94.851.738 101.196.173 6,69

2 ProdukDomestik Regional Bruto

Per Kapita (RUPIAH) 45.419.274 47.881.777 5,42

JumlahPendudukPertengahanTahun

(Ribu Orang) 2.088,38 2.113,46 1,20

Sumber: BPS Kota Adm Jakarta Selatan (2013:1)

Dari data tersebut menguraikan bahwa tingkat kemakmuran masyarakat

Jakarta Selatan meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2012. Dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi menyebabkan secara kuantitas buah yang dibutuhkan untuk dikonsumsipun akan semakin banyak. Selain itu sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Kota Jakarta Selatan, meningkat pula kesadaran masyarakat akan kebutuhan komposisi gizi yang seimbang. Salah satu pemenuhannya yang bersumber dari buah-buahan. Kesadaran tersebut akan menggiring konsumen untuk membangun sebuah persepsi terhadap produk

buah-buahan. Kemudian kesadaran dan persepsi akan membentuk sikap konsumen

dalam memilih buah mana yang akan dikonsumsinya, baik itu buah lokal maupun

buah impor. Konsumen pada umumnya akan melihat dengan cermat apa yang

mereka harapkan berdasarkan pengalamannya. Dalam pemasaran umumnya

konsumen akan mempersepsikan suatu produk berdasarkan pengalamannya

(23)

6

yang sedang diamati. Produk yang dipilih untuk dikonsumsi merupakan produk

yang lebih disukai oleh konsumen berdasarkan preferensi konsumen tersebut.

Berdasarkan keterangan diatas diketahui bahwa keberadaan buah lokal

semakin menurun drastis di pasaran, sedangkan disisi lain buah impor kini dapat

masuk ke pasar Indonesia khususnya Jakarta Selatan dengan mudah, dikarenakan

konsekuensi Indonesia terlibat oleh kerjasama AFTA dan CAFTA dan

ketersediaan buah lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Hal itu memberikan dampak khusus pada perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi buah lokal di Kota Jakarta Selatan yang kini bergeser dari buah

lokal ke buah impor.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, telah diketahui bahwa berbagai

masalah buah-buahan baik buah lokal maupun buah impor telah menjadi ancaman

serius saat ini, ditambah lagi terjadinya pergeseran perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi buah dari buah lokal ke buah impor sehingga menjadikan

tantangan yang berat bagi pemerintah untuk menjaga dan memperjuangkan

keberadaan buah lokal.

Dengan demikian, maka beberapa pertanyaan permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh kesadaran konsumen dikawasan pemukiman Jakarta

selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal?

2. Bagaimana pengaruh persepsi konsumen di kawasan pemukiman Jakarta

(24)

7

3. Bagaimana pengaruh preferensi konsumen di kawasan pemukiman Jakarta

selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal?

4. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan konsumen di kawasan pemukiman

Jakarta selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal?

5. Bagaimana pengaruh kesadaran, persepsi, preferensi dan tingkat pendapaatan

konsumendi kawasan pemukiman di Jakarta Selatan terhadap perilaku

mengkonsumsi buah-buahan lokal?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh kesadaran konsumen di kawasan pemukiman

Jakarta selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah

lokal.

2. Menganalisis pengaruh persepsi konsumen di kawasan pemukiman Jakarta

selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal.

3. Menganalisis pengaruh preferensi konsumen di kawasan pemukiman

Jakarta selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsibuah

lokal.

4. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan konsumen di kawasan

pemukiman Jakarta Selatan terhadap perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi buah lokal.

5. Menganalisis pengaruh kesadaran konsumen, persepsi konsumen,

preferensi, dan tingkat pendapatan konsumen di kawasan pemukiman

(25)

8

1.4.Ruang Lingkup Penelitian

Agar permasalahan terfokus dan terarah, maka peneliti membatasi ruang

lingkup penelitian denganresponden yang bertempat tinggal di kawasan

pemukiman Jakarta Selatan dan sudah berrumah tangga atau berkeluarga

yang memiliki pendapatan berbeda-beda yang sudah ditentukan secara

purposive.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Melalui penelitian ini penulis akan menerapkan teori-teori yang di dapat

selama kuliah untuk menemukan dan memecahkan masalah yang ada di

dalam penelitian.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam

gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan (KBBI, 2005:671).

Sumarwan (2011:5) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua

kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut

pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi.

Schiffman dan Kanuk (2010:7) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai

berikut “The term consumer behavior refers to the behavior that consumers

display in searching for, puschasing, using, evaluating, and disposing of product

and services that they expect will satisfy their needs.” Artinya istilah perilaku

konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam

mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan

jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Soeharno (2006:18) memberikan pengertian konsumsi adalah

kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa-jasa dalam memenuhi kebutuhan

hidup. Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini

tergantung dari pendapatan yang diperoleh.

Engel dalam Mangkunegara (2002:3) mengemukakan bahwa perilaku

konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara

(27)

10 ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang

atau jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan

penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari perilaku

konsumen yaitu: proses pengambilan keputusan, dan menggunakan barang atau

jasa secara ekonomis (Sunyoto, 2013:66).

Menurut Simamora (2008:6), faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen adalah:

a. Faktor budaya, terdiri dari

1) Budaya. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar.

2) Sub-budaya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras dan

daerah demografis.

3) Kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen

dan permanen, yang tersusun hierarkis dan yang anggotanya menganut

nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

b. Faktor sosial, terdiri dari :

1) Kelompok acuan. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok

yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap

(28)

11 2) Keluarga. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang

berpengaruh.

3) Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan

oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Orang-orang

memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di

masyarakat.

c. Faktor pribadi, terdiri dari :

1) Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang bebeda

sepanjang hidupnya.

2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi

pola konsumsinya dan pilihan produk sangat dipengaruhi oleh kedaan

ekonomi seseorang.

3) Gaya hidup. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang

berinteraksi dengan lingkungannya.

4) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri yang

meliputi konsep diri aktual seseorang (bagaimana seseorang memandang

dirinya), konsep diri ideal seseorang (ingin memandang dirinya seperti apa)

dan konsep diri orang lain (bagaimana seseorang menganggap orang lain

memandang dirinya).

d. Faktor psikologis, terdiri dari:

1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu

kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat

(29)

12 2) Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu

untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan

informasi guna mencapai gambaran dunia yang memiliki arti.

Adapun model hierarki tanggapan konsumen yang diklarifikasi oleh Kotler

dan Amstrong (2008:178) salah satu nya adalah Teori Model Hierarki Efek

(Hierarchy Effects Model) yang merupakan tahapan-tahapan respon pelanggan

sampai ke proses pembelian. Hal ini dijelaskan melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1 Kesadaran (Awareness)

Hal ini dilakukan jika sebagian besar target pasar (pelanggan) belum sadar

akan merek yang ditawarkan. Tugas komunikator adalah membangun

kesadaran pelanggan akan keberadaan merek tersebut melalui berbagai media.

2 Pengetahuan (Knowledge)

Sebagian besar pelanggan mungkin telah sadar akan keberadaan merek, tetapi

pelanggan hanya sadar dan belum memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai sebuah merek. Pada kondisi seperti ini pemasar dapat menentukan

tujuan dengan fokus pada pengetahuan mengenai merek kepada target

pelanggan.

3 Kesukaaan (Liking)

Pada tahap ini pemasar harus menemukan strategi komunikasi yang dapat

mendorong kesukaan terhadap merek, sehingga pelanggan ataupun calon

(30)

13 4 Pilihan Preferensi (Preference)

Preference berarti pelanggan lebih menyukai suatu merek dibandingkan

merek lainnya. Cara yang bisa ditempuh agar konsumen lebih menyukai

merek tertentu adalah dengan mengkomunikasikan keunggulan merek

tersebut, sehingga akan membuat pelanggan lebih menyukai keunggulan yang

ditawarkan oleh merek tersebut.

5 Keyakinan (Conviction)

Pada tahap ini merek lebih dari sekedar disukai, tetapi pelanggan belum

memiliki cukup keyakinan untuk mengkonsumsinya. Tugas komunikator

selanjutnya adalah membangun keyakinan agar pelanggan segera bertindak,

meyakinkan konsumen bahwa mengkonsumsi merek yang ditawarkan

merupakan tindakan yang tepat.

6 Pembelian (Purchase)

Meskipun telah memiliki keyakinan yang kuat, pelanggan belum tentu sampai

pada tindakan membeli merek. Salah satu faktornya adalah mungkin karena

konsumen masih menunggu informasi tambahan atau merencanakan tindakan

selanjutnya karena pertimbangan tertentu. Komunikasi harus terus dilanjutkan

untuk mendorong konsumen melakukan langkah akhir dengan menerapkan

strategi komunikasi yang sesuai agar keputusan membeli merek benar-benar

(31)

14 Model Hierarki Efek tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Tahapan Konsumen Model Hierarki Pelanggan Kesadaran

Kognitif pengetahuan

Menyukai

Perasaan Kesukaan

Keyakinan

perilaku pembelian

Gambar 1. Model Hierarki Efek

Sumber: Kotler dan Amstrong (2008:178)

2.2 Kesadaran

Kesadaran dapat dikatakan sebagai tahap pertama dari proses adopsi

terhadap suatu produk atau ide baru. Kesadaran adalah suatu keadaan ketika

konsumen menyadari keberadaan suatu produk. Kesadaan produk hanya sebatas

kesadaran konsumen atas keberadaan suatu produk, namun informasi yang

diketahui seputar produk tersebut masih sedikit (Kotler dan Amstrong, 2008:

157).

Perangkat kesadaran (awareness set) merupakan suatu subperangkat dari

seluruh merek potensial di alam semesta dan produk yang tersedia. Pada tingkat

(32)

15 kesadaran setiap konsumen, karena apabila suatu konsumen tidak menyadari suatu

merek dan produknya, mereka tidak akan memperhatikan merek dan produk

tersebut (Mowen dan Minor, 2008:20).

Kesadaran adalah proses dimulai saat pembeli atau konsumen menyadari

adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara

yang nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya

rangsangan internal maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah

belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang

diketahuinya akan memuaskan dorongan ini (Simamora, 2008:16).

Kesadaran merupakan tahap awal dalam mengambil keputusan pembelian.

Pada tahap awal konsumen merasakan bahwa ada hal yang dirasakan kurang dan

menuntut untuk dipenuhi. Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara

apa yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan perlunya

memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya rangsangan dari dalam maupun

dari luar. Misalnya rasa haus (dari dalam), karena bau roti yang enak yang ada di

food court suatu pusat pembelanjaan (Suryani, 2008:17).

Kebutuhan konsumen muncul karena konsumen merasakan

ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang

sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan (felt needs) seringkali

dibedakan berdasarkan kepada manfaat yang diharapkan dari pembelian dan

penggunaan produk. Perilaku (tindakan) adalah berorientasi tujuan (goal oriented

(33)

16 memiliki tujuan akan tindakannya. Tujuan adalah suatu cara untuk memenuhi

kebutuhannya (Sumarwan, 2011:35).

Menurut Maslow dalam Sumarwan (2011:26) menyatakan bahwa terdapat

lima kebutuhan mendasar manusia berdasarkan tingkat kepentingannya dari yang

paling rendah, yaitu kebutuhan fisiologis (physiogical or biogenic needs) sampai

yang paling tinggi yaitu kebutuhan psikogenik (psychogenics needs). Kebutuhan

fisiologis (physiogical or biogenic needs) adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu

kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut

meliputi makanan, minuman, udara, rumah, pakaian, dan seks.

Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki oleh

konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya

yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan

dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen akan mempegaruhi

keputusan pembelian (Sumarwan, 2011:163).

Pengetahuan konsumen terbagi ke dalam tiga macam, yaitu:

1. Pengetahuan produk

Kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk

2. Pengetahuan pembelian

Kumpulan berbagai macam informasi mengenai pembelian, dimana ia

membeli dan kapan akan membelinya.

3. Pengetahuan pemakaian

Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk

(34)

17 Dapat disimpulkan bahwa kesadaran konsumen merupakan proses dimana

konsumen menyadari kebutuhannya, dan juga mengetahui berbagai macam

informasi-informasi mengenai produk tersebut.

2.3 Persepsi

Persepsi pada hakekatnya merupakan proses psikologis yang kompleks

yang juga melibatkan aspek fisiologis. Proses psikologis penting yang terlibat

dimulai dari adanya aktivitas memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan

sehingga konsumen dapat memberikan makna atas suatu obyek.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 214) menyebutkan persepsi

merupakan proses yang dialami seseorang dalam memilih, mengorganisasi dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti

mengenai suatu objek (dunia).

Simamora (2008: 102) menyebutkan bahwa persepsi didefinisikan sebagai

suatu proses, dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menginterpretasi stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan

menyeluruh.

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk

memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli kedalam gambar yang berarti dan

masuk akal mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk, 2004:137).

Engel, Blackwell, dan Miniard mengutip pendapat William McGuire

dalam Sumarwan (2011:95) yang menyatakan bahwa ada lima proses persepsi

(35)

18 1. Pemaparan (Eksposure) pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen

menyadari stimulus tersebut melalui pancaindranya.

2. Perhatian (Attention) kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen

terhadap stimulus yang masuk.

3. Pemahaman (Comprehension) interpretasi terhadap ,makna stimulus.

4. Penerimaan (acceptance) dampak persuasif stimulus kepada konsumen.

5. Retensi (Retention) pengalihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan jangka

panjang (long-term memory).

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2011:96) mendefinisikan sebagai

“perception is defined as the process by which an individual selects, organize, and

interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”.

Bagaimana seorang konsumen melihat realitas diluar dirinya atau dunia

sekelilingnya, itulah yang disebut sebagai persepsi seorang konsumen.

Menurut Robbin (1996:124) persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

elemen-elemen kesan-kesan indera mereka agar memberi makna bagi lingkungan

mereka.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Persepsi adalah

proses secara kognitif yang dialami oleh konsumen dalam memberi makna

terhadap apa yang diketahui, tentunya lewat panca indera mereka untuk memberi

makna bagi lingkunganya.

Menurut Simamora (2008:106) persepsi akan sesuatu berasal dari

(36)

19 1. Faktor internal, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca

indra akan tetapi juga pada proses pengalaman, kebutuhan, pertahanan diri,

dan adaptasi yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu

sendiri.

2. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, warna, posisi,

dan keunikan. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik

akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indra manusia, sehingga

mampu menciptakan sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.

Dapat disimpukan bahwa persepsi merupakan pengamatan manusia

terhadap suatu keadaan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima tersebut.

Meskipun stimulus yang diterima oleh konsumen sama namun akan memiliki arti

yang berbeda-beda pada masing-masing individu, kemudian akan mempengaruhi

perilaku dan tindakan untuk mempengaruhi perilaku dan tindakan untuk memilih

suatu hal atau produk.

2.4 Preferensi

Preferensi berasal dari bahasa Inggris, prefer yang berarti lebih suka atau

melebihkan, sedangkan preference bisa diartikan pilihan (Echols dan Shadily,

1992: 443).

Preferensi adalah pilihan, kesukaan, kecenderungan, atau hal untuk

didahulukan, diprioritaskan, dan diutamakan dari yang lain (Kamus Besar Bahasa

(37)

20 Preferensi konsumen menurut Simamora (2003: 87) adalah konsep abstrak

yang menggambarkan peta peningkatan kepuasan yang diperoleh dari kombinasi

barang dan jasa sebagai cerminan dari selera pribadinya. Dengan kata lain

preferensi konsumen adalah merupakan gambaran tentang kombinasi barang dan

jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk

memperolehnya. Hal ini berarti preferensi merupakan syarat keharusan agar suatu

jenis barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen, sebagai contoh konsumen

suatu rumah tangga tidak mengkonsumsi buah baik buah lokal maupun buah

impor walaupun kesempatan ada karena keluarga tersebut tidak menyukainya

berarti tidak ada preferensinya.

Menurut Lilien, Kotler, dan Moriarthy dalam Simamora (2003: 88),

terdapat beberap langkah yang harus dilalui oleh konsumen hingga membentuk

preferensi, yaitu:

a. Konsumen diasumsikan untuk melihat produk sebagai sekumpulan atribut.

Sebagai contohnya sebotol teh siap minum merupakan sekumpulan atribut

yang terdiri dari rasa, harga, kemasan, volume, promosi, aroma, dan

ketersediaan produk/distribusi. Tiap-tiap konsumen memiliki persepsi yang

berbeda tentang atribut yang relevan dengan kepentingan masing-masing.

b. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda

(38)

21 c. Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada

setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut brand

image.

d. Tingkat kepuasan kensumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan

perbedaan atribut.

e. Konsumen selanjutnya sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda

melalui prosedur evaluasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumen merupakan

kecenderungan untuk memilih kombinasi produk yang lebih disukainya dan

sesuai dengan keinginan, kepentingan dan seleranya. Dalam hal ini, seorang

konsumen diasumsikan mampu membedakan setiap produk yang akan

dihadapinya, serta mampu membuat daftar preferensinya (rank preference) atas

seluruh produk tersebut. Preferensi konsumen bersifat subyektif, dimana

preferensi antara konsumen satu dengan konsumen lainya akan berbeda.

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan dikarenakan banyak

faktor.

Menurut Nicholson yang diadopsi pada Wijaya (2008:22) bahwa terdapat

banyak aksioma untuk menerangkan tingkah laku individu dalam masalah

penetapan pilihan terhadap suatau produk. Hubungan preferensi biasanya

diasumsikan memiliki tiga faktor dasar, yaitu:

1. Kelengkapan (completeness)

Kelengkapan mengandung pengertian jika A dan B merupakan dua kondisi

(39)

22

• A lebih disukai daripada B

• B lebih disukai daripada A, atau

• A dan B sama-sama disukai

Tiap orang diasumsikan tidak bingung dalam menentukan pilihan mengacu

dasar ini sebab setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang buruk,

dengan demikian, selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.

2 Transitivitas (transitivity)

Transitivitas yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B,

dan lebiih menyyukai B daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak bisa

mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan.

3 Kontinuitas (continuity)

Kontinuitas yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini

berarti segala kondisi dibawah pilihan A tersebut disukai dari pada kondisi

dibawah pilihan B.

Diasumsikan preferensi tiap orang akan mengikuti dasar diatas. Dengan

demikian, setiap orang akan selalu dapat membuat atau menyusun rangking

hingga pada semua situasi ataupun kondisi mulai dari yang paling disukai

hingga yang paling tidak disukai dari berbagai macam barang dan jasa yang

tersedia.

2.5 Proses Keputusan Konsumen

Menurut Amirullah (2002:61) “pengambilan keputusan merupakan suatu

(40)

kepentingan-23 kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling

menguntungkan.”

Menurut Amirullah (2002:62) tingkatan pengambilan keputusan konsumen

ada tiga, yaitu:

1. Extensive Problem Solving

Pada tingkatan ini konsumen sangat membutuhkan lebih banyak informasi

untuk lebih banyak meyakinkan keputusan yang akan diambilnya ini

melibatkan keputusan multi pilihan dan upaya kognitif serta perilaku yang

cukup besar.

2. Limited Problem Solving

Pada tingkatan ini konsumen begitu banyak memerlukan informasi, akan

tetapi konsumen tetap perlu mencari-cari informasi untuk lebih memberikan

keyakinan. Konsumen pada tingkatan ini biasanya membanding-bandingkan

merek atau barang dan sedikit alternatf yang dipertimbangkan.

3. Routinized Respone Behavior

Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka

informasi biasanya tidak diperlukan lagi atau mungkin hanya untuk

membandingkan saja. Perilaku pembelian rutin membutuhkan sangat sedikit

kapasitas kognitif atau kontrol dasar.

Menurut Sunyoto (2013:86) bahwa dalam melakukan pembelian dari

sebelum sampai setelah melakukan pembelian, proses pembelian konsumen

melewati tahap-tahap membeli, yang dikonseptualisasikan dalam model lima

(41)

24 Gambar 2. Model Lima Tahap Proses Keputusan Konsumen

Sumber: Sunyoto, 2013:87

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian yang dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat digerakkan oleh rangsangan baik dari

dalam maupun dari luar diri pembeli, dimana pembeli tersebut merasakan

adanya perbedaan antara keadaannya yang nyata dengan keadaan yang

diinginkan.

2. Pencarian informasi

Setelah timbul masalah berupa kebutuhan yang digerakkan oleh rangsangan,

konsumen akan mencari informasi tentang obyek yang bisa memuaskan

keinginannya. Pencarian informasi tersebut tergantung oleh kuat lemahnya

kebutuhan banyaknya informasi yang telah dimilikinya kemudian mengadakan

penilaian terhadap informasi yang dimilikinya.

3. Penilaian alteratif

Dari informasi yang diperoleh konsumen, digunakan untuk memperoleh

gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapi serta

daya tarik masing masing alternatif. Untuk mengetahui proses evaluasi yang

dilakukan konsumen terlebih dahulu harus dipahami beberapa konsep dasar

yaitu: atribut golongan produk, keyakinan merek dagang, pembeli

(42)

25 produk berubah-ubah, dengan berubahnya tingkat alternatif dari tiap atribut,

dan konsumen menentukan sikap terhadap merek melalui proses evaluasi.

4. Keputusan pembelian

Tahap evaluasi berakibat bahwa konsumen membentuk preferensi diantara

alternatif-alternatif merek barang. Biasanya barang dengan merek yang

disukainya adalah barang yang akan dibelinya. Disamping sikap masih ada

dua faktor yang memperngaruhi nilai seseorang untuk membeli yaitu: faktor

sosial dan faktor-faktor situasi.

5. Perilaku setelah pembelian

Setelah melakukan pembelian konsumen akan merasakan kepuasan atau

mungkin ketidakpuasan. Ini menarik bagi produsen untuk memperhatikan

tindakan konsumen setelah melakukan pembelian. Konsumen dalam

memenuhi keinginannya, mempunyai pengharapan agar bisa terpuaskan.

Pengharapan konsumen tersebut itu timbul dari pesan-pesan yang diterima

(Sunyoto, 2013:87).

Terdapat tiga prose keputusan konsumen menurut Sumarwan (2011:377) ,

yaitu: pembelian, konsumsi, dan kepuasan konsumen.

2.6.1 Pembelian

Jika konsumen telah memutuskan alternatif yang akan dipilih dan

mungkin penggantinya jika diperlukan, maka ia (konsumen) akan melakukan

pembelian. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli,

apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara

(43)

26 2.6.2 Konsumsi

Tahap berikutnya dari proses keputusan adalah konsumsi. Setelah

konsumen membeli dan memperoleh produk dan jasa, biasanya akan diikuti oleh

proses konsumsi atau penggunaan produk. Istilah konsumsi memiliki arti yang

luas dan arti ini terkait dengan jenis atau kategori produk dan jasa yang di beli

atau dipakai (Sumarwan, 2011:381). Dalam penelitian ini adalah konsumsi buah,

yang memiliki arti konsumsi dimakan.

Menurut Sumarwan (2011:382-383) ntuk mengetahui konsumsi produk

atau penggunaan produk (product use) yang lebih mendalam, maka seorang

pemasar harus mengetahui 3 hal, yaitu:

1. Frekuensi konsumsi

Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai

atau dikonsumsi.

2. Jumlah konsumsi

Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan oleh

konsumen.

3. Tujuan konsumsi

Tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen.

2.7 Pendapatan

Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 236) bahwa

(44)

27 bersih seseorang merupakan keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh

seseorang sebagai balas jasa atas hasil.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pendapatan adalah seluruh

penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung

dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan

suatu rumah tangga.

Menurut Rahardja dalam Nurhikmah (2009:8) bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga salah satunya

adalah faktor ekonomi yaitu pendapatan rumah tangga (Household Income) yang

amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Besar kecilnya tingkat

pendapatan yang diperoleh rumah tangga akan mempengaruhi pengeluaran

konsumsi rumah tangga. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat

konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,

kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi

semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif,

setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.

2.7 Buah – Buahan Lokal

Menurut Kotler dalam Sunyoto (2013:8) bahwa produk adalah segala

sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta,

dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan atau

(45)

28 Atribut produk merupakan unsur-unsur yang ada pada produk tersebut dan

dipandang penting oleh konsumen serta dijadikan sebagai dasar pengambilan

keputusan (Tjiptono, 1996:147)

Atribut suatu produk dibedakan kedalam atribut fisik dan atibut abstrak.

Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, misalnya ukuran.

Sedanglan atibut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari produk

berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2011: 150).

Banyak jenis buah-buahan tropis dihasilkan di berbagai wilayah Indonesia.

Namun, buah-buahan tersebut kebanyakan membanjiri pasar lokal hanya pada

saat panen raya. Baru sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau

pasar dunia (internasional). Jenis buah-buahan tropis yang dipasarkan dipasaran

internasional pada saat ini adalah pisang, nanas, mangga, alpukat, rambutan,

markisa, sirsak, jambu biji, belimbing, dan manggis.

Menurut Rai dan Poerwanto 2008:24 bahwa buah-buahan merupakan

salah satu bahan pangan sumber gizi, mineral dan vitamin bagi manusia.

Buah-buahan sudah menjadi komoditas perdagangan internasional. Hal itu

berkonsekuensi impor produk buah-buahan tidak dapat dihindari. Posisi geografis

Indonesia yang strategis, terletak di wilayah katulistiwa di antara 608 LU hingga

110 LS serta di garis bujur antara 94045 hingga 1410 bujur timur, dikaruniai

ratusan bahkan ribuan jenis tanaman buah. Lingkungan tropika dengan iklim

bervariasi menyebabkan jenis tanaman buah-buahan Indonesia sangat banyak.

Dengan beranekaragamnya jenis, ketersediaan buah di pasaran terjadi sepanjang

(46)

29 waktu. Terdapat dua kelompok berbeda dalam musim panen buah di Indonesia,

yaitu buah yang panennya sepanjang tahun, seperti belimbing, jambu biji, pepaya,

pisang dan jeruk; dan buah yang musim panennya hanya pada bulan-bulan

tertentu, seperti duku, mangga dan manggis. Sebenarnya jenis buah yang panen

hanya pada bulan-bulan tertentu itu lebih memnggambarkan pada ketersediannya

yang sangat sedikit dibulan yang lain. Hal ini bisa terjadi karena panjangnya

wilayah Indonesia, dari barat sampai ke timur, yang memungkinkan berbagai jenis

buah dipanen pada waktu berbeda sepanjang tahun. Buah-buahan bersifat

musiman tersebut, walaupun tersedia sepanjang tahun, namun eksportir akan

mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas pengiriman ke luar negeri.

Produk yang dihasilkan tersebar di Indonesia dengan volume produksi yang kecil

menyebabkan proses pengumpulan dan pengangkutan menjadi mahal, belum lagi

sepesifikasi buahnya yang belum tentu seragam.

Potensi hortikultura berasal dari kekuatan (strength) yang dapat

mendukung pengembangan hortikultura yaitu, iklim dan agroekosistem yang

sesuai. Kondisi iklm dan agroekosistem Indonesia sangat sesuai untuk budidaya

berbagai komoditas hortikultura, terutama hortikultura tropis. Budidaya

hortikultura dapat dilakukan sepanjang tahun di seluruh wilayah tanpa

terpengaruh perbedaan musim yang terlalu signifikan. Sementara variasi

agroekosistem yang dimiliki Indonesia juga memungkinkan budidaya

bermacam-macam hortikultura dilakukan di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.

Tersedianya sumberdaya genetik yang melimpah, Indonesia dikenal sebagai salah

(47)

30 merupakan potensi usaha hortikultura tersedia di wilayah Indonesia. (Direktorat

Jenderal Hortikultura 2014).

Produksi jenis buah-buahan menunjukkan kecenderungan meningkat,

dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Produksi jenis buah-buahan Tahun 2008-2013

Tahun Manggis Jambu

2008 78674 212260 111495 862465 2105085 2467632 717899 6004615

2009 105558 220202 104885 829014 2243440 2131768 772844 6373533

2010 84538 204551 85973 749876 1287287 2028904 675801 5755073

2011 117595 211836 103156 1082125 2131139 1818949 958251 6132695

2012 190294 208151 104392 1035407 2376339 1611784 906312 6189052

2013*) 118909 170810 81610 991762 2058609 1411229 871282 5359126

Sumber : BPS (Direktorat Jenderal Hortikultura), 2014

Data tersebut menjelaskan bahwa produksi buah-buahan di negara

Indonesia mengalami pertumbuhan secara fluktuatif yang lebih dominan

meningkat, namun walaupun diiringi peningkatan produksi buah-buahan disetiap

jenisnya buah-buahan lokal tersebut masih kalah bersaing dengan buah impor

dalam kegiatan ekspor buah seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 hal 2.

Tingkat konsumsi buah di Indonesia terbilang rendah. Indonesia termasuk

negara yang penduduknya pengkonsumsi santapan tinggi lemak, berkalori tinggi

dan rendah serat. Tark urung memicu berbagai macam penyakit yang akan

mengancam kesehatan. Kemungkinan dari sekian banyak orang tidak sadar akan

pentingnya mengkonsumsi buah-buahan. Tingkat konsumsi buah di Indonesia

hanya 34,55 kg/tahun, kurang dari rekomendasi FAO dan WHO untuk

(48)

31 Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah

barang beserta pelayanannya (Swastha, 2001:147). Menurut Tjiptono (2004:151)

harga buah yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas buah yang dijual. Namun

dengan kebutuhan buah dalam negeri tidak bisa dipenuhi melalui kegiatan

produksi, maka harus dilakukan impor buah. Pada umumnya ketika harga buah

impor lebih rendah daripada harga lokal, maka kecenderungan yang terjadi pada

umumnya adalah peningkatan masuknya jumlah buah impor ke pasar lokal.

Menurut Rai dan Poerwanto ( 2008:3) harga buah lebih ditentukan oleh mutu,

bukan onggokan atau kuantitas. Misalnya harga mangga satu pohon tidak

ditentukan oleh berapa kuintal hasilnya, melainkan oleh mutu buahnya yaitu besar

– besar dan manis atau kecil tetapi asam.

2.8 Kerangka Pemikiran

Pada zaman era globalisasi yang mengarah kepada pasar bebas kini

buah-buahan impor semakin membanjiri pusat perdagangan buah di kota-kota besar

khususnya kota Jakarta Selatan. Jakarta Selatan memiliki kepadatan penduduk

cukup tinggi dan juga dikenal sebagai kota dengan pemukiman-pemukiman elit.

Masyarakat Kota Jakarta Selatan kini telah terjadi pergeresan perilaku konsumen

dalam mengkonsumsi buah dari buah lokal ke buah impor. Hal tersebut

dikarenakan buah impor lebih mudah diperoleh dipasaran, walaupun buah-buahan

lokal selalu mengalami peningkatan produksi tetapi masih belum tersedia secara

merata yang mengakibatkan kalah saing dengan buah impor. Gejala-gejala

(49)

32 dari perilaku konsumen pada tahap-tahap dalam proses pembelian hingga

konsumsi, antara lain melalui kesadaran, persepsi, preferensi dan juga faktor kelas

sosial yaitu tingkat pendapatan rumah tangga di Kawasan Pemukiman Jakarta

Selatan terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. Secara

skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Mengkonsumsi buah lokal di Wilayah Jakarta selatan

Kawasan pemukiman Jakarta Selatan

Persepsi

Mengkonsumsi Buah lokal Konsumen/rumah tangga

Kesadaran Preferensi Variabel Dummy

(50)

33 2.9 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan serta referensi dalam

mengkaji penelitian ini, adapun penelitian terdahulu dengan topik yang sama

yaitu sebagai berikut:

Azizah (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Persepsi

dan Preferensi Konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal (studi pada

Lailai Market Buah Malang). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Departemen

Pertanian (Deptan) RI menyatakan keprihatinannya atas keterpurukan

hortikultura di Indonesia. Keterputukan itu bisa dilihat dari konsumsi buah lokal

dengan buah impor. Masyarakat kini lebih banyak yang menyukai buah impor

dibandingkan dengan buah dalam negeri. Ini karena kualitas produk yang belum

memenuhi standar. Jumlah dan kontinuitas tanam juga masih belum bisa stabil

memenuhi kebutuhan pasar. Di sisi lain harga di tingkat petani sangat rendah

hingga mereka enggan menanam buah.

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh persepsi dan

preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal di Lailai Market

Buah Malang 2) Untuk mengetahui pengaruh yang dominan di antara tingkat

persepsi dan tingkat preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah

lokal di Lailai Market Buah Malang.

Lokasi penelitian pada Lailai Market Buah Malang, besarnya sampel 96

(51)

34 sampling. Teknik pengukuran data menggunakan skala likert. Alat analisis data

menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji F, Uji t, Uji Asumsi Klasik.

Hasil penelitian menunjukkan : 1). Terdapat pengaruh tingkat persepsi dan

tingkat preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah lokal di Lailai

Market Buah Malang. 2). Terdapat pengaruh yang dominan diantara tingkat

persepsi dan tingkat preferensi konsumen terhadap keputusan pembelian buah

lokal di Lailai Market Buah Malang yaitu Variabel kejiwaan (X7) karena

diperoleh signifikansi sebesar 47% yang memberikan kontribusi terbesar

dibanding variabel lain.

Riska (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Preferensi

Konsumen Pasar Tradisional Terhadap Pembelian Buah Jeruk Lokal Dan Buah

Jeruk Impor Di Kabupaten Kudus. Penelitian ini bertujuan mengkaji atribut buah

jeruk lokal dan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten

Kudus, mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan

membeli buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus. Lokasi

penelitian ini dilakukan secara sengaja di Toko Buah Sumber, Pasar Kliwon,

Pasar Bitingan, Hypermart, Ramayana Mall, Ada Swalayan di Kabupaten Kudus

dengan responden sebanyak 96 orang. Metode analis data yang digunakan adalah

analisis Chi Square (X2) dan analisis Multi Atribut Fishbean.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli buah jeruk lokal

maupun jeruk impor didominasi oleh perempuan dengan mayoritas kisaran usia

produktif yaitu antara 20 hingga 40 tahun (77,08%). Tingkat pendidikan

mayoritas SLTA (39,58%). Pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta

(52)

35 (26,04%). Jumlah anggota keluarga mayoritas 4-5 orang (54,17%). Berdasarkan

analisis Chi Square terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap semua

atribut-atribut yang ada pada buah jeruk lokal dan jeruk impor, kecuali pada

atribut warna buah jeruk impor. Buah jeruk lokal yang menjadi preferensi

konsumen di Kabupaten Kudus adalah yang mempunyai rasa manis sedikit asam,

warna buah kuning kehijauan, ukuran buah sedang (8-9 buah/kg), dan aroma buah

segar. Sedangkan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di

Kabupaten Kudus adalah yang mempunyai rasa manis, warna buah oranye,

ukuran buah sedang (8-9 buah/kg), dan aroma buah segar. Berdasarkan analisis

Multriabut Fishbein atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan

pembelian buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor di Kabupaten Kudus

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu, dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pemukiman Jakarta Selatan, dengan

mengambil lima lokasi sebagai tempat penelitian yaitu diKecamatan Setia Budi,

Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Jagakarsa, dan Mampang. Pemilihan lokasi

penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa

tempat tersebut ditempati oleh rumah tangga yang mengkonsumsi buah dan

memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, yakni tingkat pendapatan dibedakan

menjadi lima level, yaitu a). pendapatan <Rp.2.400.000, b). pendapatan

Rp.2.400.001-Rp5.000.000, c). pendapatan Rp.5.000.001-Rp10.000.001,

pendapatan d). Rp.10.000.001-Rp20.000.000 dan e). pendapatan Rp>20.000.000.

Alasan lain yang mendukung pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan

bahwa Jakarta Selatan adalah kota yang memiliki kepadatan penduduk cukup

tinggi dan sebagai kota yang cukup kaya atau makmur. Hal tersebut mendukung

kemudahaan untuk mendapatkan responden. Pengambilan data dilakukan pada

bulan Juni 2014 sampai bulan Juli 2014.

3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan data

Jenis Jenis data berdasarkan sumber yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua macam, yaitu:

1. Data primer

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tabel 1. Volume dan Nilai Impor dan Ekspor Komoditas Buah-Buahan DKI Jakarta  tahun 2014
Tabel 2. Jumlah penduduk Jakarta Selatan pada tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

TERHADAP KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS GRESIK.. Adrijanti

Dari fenomena dan latar belakang inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang Analisis Rasio NPL, LDR, BOPO Terhadap ROE Dan Deviden (Studi Kasus Pada Bank

neraca perdagangan non-migas pada Oktober 2014 mengalami surplus sebesar 1,13 miliar dollar AS, sedangkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 1,11 miliar

Nilai tersebut dapat merupakan peningkatan kinerja organisasi terhadap matrik bisnis (yang mengukur pelayanan yang diberikan organisasi) dan/atau peningkatan pendapatan yang

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa budidaya penggemukan kepiting bakau yang dipelihara pola kawasan mangrove dengan rasio jantan dan betina berbeda menghasilkan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

Fujita, A. Hijab fashion is so popular in Indonesia non-Muslim designers are getting in on it. A Data driven learning approach to collocation and colligation.