• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Keputusan Pembelian Ikan Lele Oleh Pengusaha Restoran Kaki Lima Pecel Lele Kecamatan Bojongsari Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Keputusan Pembelian Ikan Lele Oleh Pengusaha Restoran Kaki Lima Pecel Lele Kecamatan Bojongsari Depok"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN LELE OLEH

PEGUSAHA RESTORAN KAKI LIMA PECEL LELE

KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK

BINTANG MUKHAMMAD BURHANUDIN AKBAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Keputusan Pembelian Ikan Lele oleh Pengusaha Restoran K aki Lima Pecel Lele Kecamatan Bojongsari Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

BINTANG MUKHAMMAD BURHANUDIN AKBAR. Faktor Keputusan Pembelian Ikan Lele oleh Pengusaha Restoran Kaki Lima Pecel Lele Kecamatan Bojongsari Depok. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI

Banyaknya pedagang kaki lima pecel lele di Bojongsari membuat perbedaan sikap mereka dalam pembelian ikan lele sebagai bahan baku. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi proses keputusan pembelian ikan lele, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian dan menganalisis atribut yang mempengaruhi keputusan pembelian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada 55 responden mengunakan teknik purposive sampling. Data diolah dengan analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis multi atribut fishbein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelian

kebutuhan pedagang adalah profit tinggi dengan menyediakan ikan lele sebagai bahan baku olahan. Informasi didapat dari petani dan hal yang paling menarik adalah harga. Evaluasi alternatif yang difokuskan adalah harga. Pembelian dilakukan di lokasi kolam pembudidaya ikan atau supplier dengan sistem pembayaran tunai. Hasil analisis faktor menyatakan bahwa faktor pembelian dibagi dalam 5 kelompok faktor. Sikap pedagang terhadap atribut pembelian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sangat positif dan kelompok positif.

Kata kunci: atribut pembelian, faktor pembelian, proses pembelian

ABSTRAK

BINTANG MUKHAMMAD BURHANUDIN AKBAR. The Factors of Catfish Purcashing Decision by Pecel Lele Cadger in Bojongsari in Depok. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI

Many of pecel lele cadger in Bojongsari make them have their own attitude on purchasing the catfish as their main cuisine. The objective of this study is to identify catfish purchasing decision process stages, to analyze influence factors of purchasing decision and to analyze attributes which causing purchase decision. Collecting data is conducted by spreading questionnaires to 55 respondents using purposive sampling technique. Processing data uses descriptive analysis, factor analysis and fishbein multi attribute analysis. The result of this study shows that in purchasing decision process, need of pecel lele cadger is high profit by providing catfish as main cuisine. Information of purchasing is gotten from the farmer which price is the most interested information. Alternative evaluation is focused on price. Purchasing is conducted in catfish aquaculture location and supplier using cash payment. Factor analysis result shows that purchasing factor is divided in 5 groups. Cadger attitude toward purchasing attributes is divided in 2 groups, they are very positive and positive group.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN LELE OLEH

PENGUSAHA RESTORAN KAKI LIMA PECEL LELE

KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK

BINTANG MUKHAMMAD BURHANUDIN AKBAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Faktor Keputusan Pembelian Ikan Lele oleh Pengusaha Restoran Kaki Lima Pecel Lele Kecamatan Bojongsari Depok ini berhasil diselesaikan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi, selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan evaluasi.Selain itu, penulis mengungkapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda serta adik tercinta yang selalu memberikan dukungan.Sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR LAMPIRAN i

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Karakteristik Konsumen 4

Proses Keputusan pembelian 6

Faktor Keputusan Pembelian 7

Atribut Pembelian 7

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengambilan Sampel 17

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

Definisi Operasional 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27

Karakteristik Pedagang 28

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 30

Analisis Faktor 38

Analisis Multi Atribut Fishbein 42

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

(14)

DAFTAR TABEL

1 Pendapatan domestik bruto Jawa Barat 1

2 Produktivitas dan luas lahan ikan lele kota Depok 2

3 Kriteria pengambilan sample 17

4 Detail lokasi penngambilan sample 18

5 Rentang skala sikap atribut 20

6 Skala likert 21

7 Sebaran responden berdasarkan mata pencarian 31

8 Sebaran responden berdasarkan motivasi 31

9 Sebaran responden berdasarkan perasaan ketidakmapuan menyediakan 32 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mempengaruhi 33 11 Sebaran responden berdasarkan fokus pencarian informasi 33 12 Sebaran responden berdasarkan hal yang dipertimbangkan 34 13 Sebaran responden berdasarkan respon sikap tidak mampu menyediakan 34 14 Sebaran responden berdasarkan cara pembelian 35 15 Sebaran responden berdasarkan cara pembayaran 35 16 Sebaran responden berdasarkan lokasi pembelian 35 17 Sebaran responden berdasarkan rutinitas pembelian 36 18 Sebaran responden berdasarkan berat pembelian 36

19 Sebaran responden berdasarkan jumlah ikan 36

20 Sebaran responden berdasarkan kepuasan 37

21 Sebaran responden berdasarkan respon mendapatkan ikan 37 22 Sebaran responden berdasarkan sikap bila ikan sedang sedikit 38

23 Variabel dalam analisis faktor 38

24 Nilai anti-image correlation 39

25 Nilai variabel yang dipertimbangkan 40

26 Komponen rotasi faktor 41

27 Atribut evaluasi pembelian 43

28 Atribut keyakinan pembelian 43

29 Harapan dan kenyataan 44

DAFTAR GAMBAR

1 Proses pengambilan keputusan 9

2 Tahap proses keputusan pembelian 10

3 Faktor-Faktor perilaku bisnis 11

4 Kerangka pemikiran operasional 16

5 Karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin 29

6 Karakteristik pedagang berdasarkan usia 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Output Uji Validitas 50

2 Output anti-image correlation pada faktor-faktor keputusan pembelian 55

3 Output uji realibilitas 56

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia yang produktif diberbagai bidang seperti pariwisata, pertanian dan lainnya. Hal tersebut didukung oleh sumberdaya alam dan manusianya yang luar biasa. Berdasakan data Pemerintah Jawa Barat tercatat memiliki luas sebesar 34 816.96 km2 serta memiliki garis pantai sepanjang 755.83 km dan didukung jumlah penduduknya sebesar 43 826 775 jiwa (BPS,2013). Hal tersebut terbukti dari besaran angka pendapatan domestik regional bruto Provinsi Jawa Barat yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pedapatan Domestik Bruto Jawa Barat Lapangan Sumber : BPS Jawa Barat 2013

(18)

2

praktis, sehingga berdampak langsung pada pola konsumsi yang ingin selalu cepat, praktis dan nyaman.

Kota Depok merupakan salah satu bagian dari kota di Provinsi Jawa Barat. Tercatat pada tahun 2011 memiliki kepadatan 1 898 567 jiwa (BPS, 2011) dan kota yang berada di jalur lalu lintas Jakarta- Bogor. Besarnya jumlah penduduk dan kepadatan para pekerja yang melewati jalur lalu-lintas Jakarta-Bogor berdampak pada pergeseran perilaku gaya hidup terutama pada perilaku makan. Dimana nilai pedapatan domestik bruto Kota Depok dari sektor restoran dan rumah makan selalu naik dimana pada tahun 2010 mendapatkan nilai sebesar 854 juta dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi 976 juta (BPS, 2012).

Kecamatan Bojongsari merupakan salah satu kecamatan dari kota Depok yang memiliki potensi perikanan yang besar di wilayah Kota Depok (BPS, 2014), dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Produktivitas ikan lele dikota Depok

Sumber: BPS Kota Depok 2014

Dari Tabel 2, tercatat bahwa kecamatan Bojongsari merupakan kecamatan kedua dengan angka tertinggi dari sisi luas lahan produksi dan produktivitas. Namun kecamatan Bojongsari memiliki kelebihan dibanding kecamatan Sawangan, kelebihan kecamatan Bojongsari diantaranya memiliki fasilitas infrasturuktur. Kecamatan Bojongsari didukung dengan jalan antar provinsi, rumah sakit daerah, sekolah, waduk pengasinan yang berguna untuk penyimpan stock air guna mendukung industri bisnis disekitarnya dan supermarket. Sehingga membuat masyarakat kecamatan dan para pelintas yang melintasi kecamatan Bojongsari semakin banyak. Disisi lain trend positif ini diikuti dengan pertumbuhan restoran kaki lima yang sangat berkembang pesat di kecamatan Bojongsari. Berbagai jenis makanan olahanpun ada seperti masakan olahan Sunda, Betawi, Jawa, fast food dan lainnya. Hal ini membuat kecamatan Bojongsari menjadi pasar potensial yang bergerak dibidang pangan. Selain itu kecamatan Bojongsari merupakan kecamatan perbatasan yang menghubungkan wilayah Depok, Pamulang dan Parung.

Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produktivitas (ton)

Bojongsari 58.44 1.456.81

Sawangan 107.05 3.801.70

Pancoran Mas 32.76 67.22

Cipayung 13.32 342.34

Sukmajaya 17.02 315.87

(19)

Selama ini kegiatan penjualan ikan lele melibatkan beberapa pelaku penting diantaranya pembudidaya ikan lele, pemasok lele (pedagang ikan, agen ikan, tengkulak), pemilik usaha restoran dan para penikmat ikan lele

Restoran kaki lima pecel lele merupakan salah satu bagian kecil dari perkembangan yang ada dikecamatan Bojongsari. Restoran kaki lima pecel lele merupakan bagian dari industri kuliner yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembelian. Selain itu, usaha restoran kaki lima pecel lele merupakan salah satu usaha yang memiliki peluang sangat baik serta menjadi sektor penting dalam agribisnis lele.

Perumusan Masalah

Hubungan antara pembudidaya ikan lele dengan pemilik usaha restoran kaki lima pecel lele sangatlah kuat, dimana pembudidaya dapat menjual langsung atau melalui perantara, yang kemudian menghubungkan dengan para pemilik restoran sementara pemilik usaha memerlurkan ikan lele untuk keberlangsungan usaha mereka.

Pemilik usaha restoran kaki lima pecel lele sangat mengharapkan mendapatkan lele yang berkualitas dari para pembudidaya ikan lele tersebut. Mereka mengharapkan ikan yang selama masa budidaya sampai masa panen diperlakukan secara baik dan sesuai aturan yang jelas.

Keberadaan usaha restoran kaki lima pecel lele jumlahnya banyak dan tersebar di ujung-ujung jalan tidak terkecuali di kecamatan Bojongsari, yang merupakan basis produksi terbesar perikanan di kota Depok.

Pengusaha restoran kaki lima pecel lele memiliki karakteristik dalam bersikap pada kegiatan bisnisnya tersebut. Peranan dalam keputusan pembelian terhadap produk ikan lele dari pemasok ikannya merupakan hal menarik yang perlu diteliti. Menurut dinas pertanian dan perikanan kota Depok bahwa hampir 65 persen ikan lele yang diproduksi kecamatan Bojongsari beredar diwilayah yang sama.

Kecamatan Bojongsari memiliki jumlah pengusaha restoran kaki lima pecel lele yang berjualan sebanyak 74 restoran kaki lima. Hal ini memunculkan sebuah perilaku pengusaha yang beragam dari berbagai latar belakang dan motivasi yang mengikatnya.

Keberlangsungan usaha restoran kaki lima pecel lele tidak terlepas dari keterkaitannya dengan para pemasok. Dimana para pemasok bertugas untuk memenuhi kebutuhan bakan baku ikan lele bagi para pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Besarnya persaingan antar pemasok terhadap permintaan ikan lele, menyebabkan para pemasok harus mampu membaca perilaku pembelian serta dapat melihat hal atau aspek yang menarik dan memengaruhi kegiatan pembelian produk ikan lele.

(20)

4

bisnis dan keberhasilan bisnis yang dijalankan oleh para pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Sangat dimungkinkan para pengusaha tidak mencari lagi pemasok yang akan memenuhi kebutuhan bahan baku dalam berjualan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana proses keputusan pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele?

2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pengusaha restoran kaki lima pecel lele dalam membeli ikan lele segar dari pemasok ikan atau agen ikan lele?

3. Bagaimana sikap pengusaha restoran kaki lima pecel lele terhadap berbagai atribut dari keputusan pembelian ikan lele?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pengusaha restoran kaki lima pecel lele dalam membeli ikan lele segar dari pemasok ikan atau agen ikan lele.

3. Menganalisis sikap pengusaha restoran kaki lima pecel lele terhadap berbagai atribut dari keputusan pembelian ikan lele.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen, agen atau pemasok ikan ikan lele agar mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi keputusan pembelian pedagang restoran kaki lima pecel lele, sehingga para pembudidaya ikan lele, agen atau pemasok ikan ikan lele dapat merencanakan strategi pemasaran yang efektif dan dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya atau kegiatan lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Konsumen

Berdasarkan penelitian Fitriani (2012) mengenai “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Restoran Ikan Bakar dalam Bambu

“Karimata” di Sentul Bogor Jawa Barat, konsumen yang datang mayoritas

(21)

sebagai pegawai swasta, dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 5 000 000, tingkat pengeluaran responden restoran mayoritas Rp 4 000 000 sampai Rp 5 000 000.

Berdasarkan hasil penelitian Tiasany (2013), dalam penelitiannya mengenai “Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bull Wings Factory

Bogor, Jawa Barat” menyebutkan bahwa responden yang datang berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya cukup berimbang, berusia 17-23 tahun, mayoritas pengunjung berasal dari Bogor, tingkat pendidikan terakhir sarjana, berstatus belum menikah, berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, pendapatan rata- rata sebesar Rp 1 000 000 sampai Rp 1 999 999.

Berdasarkan penelitian Antoro (2011) dalam penelitiannya mengenai

“Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Restoran

Bumbu Desa Bogor”, konsumen yang datang mayoritas berasal dari Bogor,

suku bangsa sunda, berjenis kelamin perempuan sebanyak, berusia 25-34 tahun, status belum menikah, pendidikan terakhir sarjana, bekerja sebagai pegawai swasta dan pendapatan per bulannya lebih dari Rp 4 000 000. Karakteristik konsumen dapat memberikan informasi sesuai dengan pengelompokannya. Informasi tersebut didasarkan pada usia, jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya. Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu telah mengidentifikasi karakteristik konsumen.

Berdasrkan penelitian Maulana (2013) dalam penelitiannya

mengenai “Proses Pengambilan Keputusan dan Kepuasan Konsumen

Chicken Sogil” menyebutkan bahwa konsumen yang datang mayoritas

berusia 17-25 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, bestatus belum menikah, mayoritas bersal dari Tanggerang, tingkat pendidikan akhir konsumen mayortas SLTA, bekerja sebagai pegawai swasta, pendapatan konsumen mayoriras Rp 500 000-Rp 1 499 000 dan Rp 1 500 000-Rp 2 499 000. Penelitian Riana et al. (2013) dalam penelitiannya menenai “Mutu

Pelayanan, Mutu Produk Franchise Klenger Burger dan Kepuasan

Pelanggan di Tomang Jakarta Barat” menyebutkan bahwa sebagian besar

pelanggan yang berkunjung berusia 16-20 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan terakhir konsumen Sekolah Menengah Atas (SMA), pendapatan konsumen mayoritas Rp 1 000 000-Rp 2 000 000, dan sebagian besar pelanggan telah menjadi pelanggan kurang dari satu tahun.

(22)

6

lainnya, sehingga cara pengambilan keputusan antar konsumen juga berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen.

Proses Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, pasca pembelian. Beberapa penelitian terdahulu telah mengidentifikasi tahapan tersebut. Pada tahapan pengenalan kebutuhan motivasi konsumen yang datang ke restoran yaitu untuk mencari menu yang khas dan cepat saji (Maulana 2013), memilih makanan yang unik untuk memenuhi kebutuhan selingan (Tiasany 2013), untuk menghilangkan rasa lapar (Fitriani 2012), ingin mengkonsumsi masakan sunda (Antoro 2011). Pada tahap pencarian informasi diketahui bahwa konsumen memperoleh informasi dari temannya (Maulana 2013, Tiasany 2013, Antoro 2011) dan anggota keluarga (Fitriani 2012). Menurut Maulana (2013), Fitriani (2012), dan Antoro (2011) fokus utama dari perhatian konsumen dari informasi yang diperoleh yaitu cita rasa. Pada penelitian Tiasany (2013) fokus utama perhatian konsumen yaitu cita rasa dan peket menu promosi yang menarik.

Pada tahap evaluasi alternatif, Maulana (2013) mengatakan atribut yang menjadi bahan pertimbangan ketika konsumen mengunjungi restoran yaitu lokasi yang strategis dan cita rasa makanan dengan bumbu rempah-rempah nusantara yang diracik sendiri. Tiasany (2013), Fitriani (2012), dan Antoro (2011) mengatakan dasar pertimbangan konsumen untuk mengunjungi restoran yaitu cita rasa yang enak. Pada tahap keputusan pembelian, konsumen melakukan kunjungan atas inisiatif sendiri (Maulana 2013), dipengaruhi oleh teman (Tiasany 2013), dan dipengaruhi oleh anggota keluarga (Fitriani 2012, Antoro 2011). Konsumen melakukan kunjungan ke restoran dengan alasan karena sudah direncanakan (Maulana 2013, Tiasany 2013, Fitriani 2012) dan karena situasi mendadak (Antoro 2011). Maulana (2013) dan Tiasany (2013) mengatakan bahwa waktu kunjungan yang dilakukan oleh konsumen yaitu pada malam hari dan siang hari pada hari libur manurut Fitriani (2012) dan Antoro (2011).

(23)

Faktor Keputusan Pembelian

Berdasrkan penelitian Maulita (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor yang memengaruhi Konsumen dalam Membeli Produk Susu UHT” dengan melibatkan seratus responden, menunjukkan bahwa secara simultan faktor harga jual, harga produk saingan, rasa, susunan gizi, frekuensi iklan dan jarak mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk susu UHT. Secara parsial, harga jual, harga produk saingan, rasa, susunan gizi, frekuensi iklan dan jarak juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk susu UHT. Setiap peningkatan pengaruh harga jual, harga produk saingan, rasa, susunan gizi, frekuensi iklan dan jarak akan diikuti dengan peningkatan pembelian produk susu UHT oleh konsumen.

Berdasarkan penelitian Hady (2008) ingin mengetahui apakah faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi atau pembelian pada penelitian di atas juga memengaruhi konsumsi chicken nugget merek Delfarm atau So Good. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah jam kerja ibu rumah tangga dan faktor eksternal yaitu harga, label halal, kemasan, rasa, nilai gizi, promosi, tempat pembelian. Secara keseluruhan total sikap konsumen terhadap chicken nugget merek Delfarm dan So Good bahwa sikap konsumen terhadap chicken nugget

merek So Good sebesar 53.88 lebih baik dari pada sikap konsumen terhadap

chicken nugget Delfarm sebesar 41.01. Atribut harga dan rasa merek Delfram memiliki skor lebih besar daripada merek So Good. Atribut label halal memiliki skor yang sama antara merek Delfarm dan So Good. Sedangkan atribut nilai gizi, kemasan, promosi, dan tempat pembelian merek So Good memiliki nilai skor yang lebih besar daripada merek Delfram. Atribut nilai gizi, kemasan, promosi, dan tempat pembelian pada merek So Good lebih besar dari pada merek Delfarm.

Berdasrkan penelitian Suryadi (1995) dengan judul “Analisis Preferensi dan Pola Konsumsi Keluarga terhadap Komoditi Telor dan

Daging Unggas di Daerah Kotamadya Bogor” ingin mengetahui faktot

-faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dalam mengonsumsi unggas. Ternyata variabel-variabel yang berpengaruh adalah pendapatan, pendidikan dan jumlah keluarga. Sedangkan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan agama tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging unggas. Kesimpulan dari penelitian Suryadi yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota kelurga maka peluang untuk mengonsumsi produk unggas lebih tinggi serta berpeluang lebih besar.

Atribut Pembelian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Titin yang berjudul “Analisis

Preferensi Konsumen Air Minum Kemasan Beroksigen Merek

“Airox”(Studi Kasus Di Wilayah Kotamadya Bogor)” Tujuan dari

(24)

8

terhadap produk AirOx dikaitkan dengan atribut-atribut yang dianggap penting bagi konsurnen dan (3) Menganalisis hubungan antara sikap konsumen terhadap atribut produk AirOx dengan karakteristik konsurnen. Variabel terikat : Preferensi Konsumen Variabel bebas: Kemasan, manfaat, kehigienisan, kandungan, harga, merek, izin depkes, kemudahan mendapatkan, isi(volume), kejelasan tanggal kadaluarsa, iklan, kepraktisan. Analisis data mengenai preferensi konsumen terhadap air oksigen merek AirOx diolah dengan analisis deskriptif, model Sikap Multiatribut Fishbein, Uji "The Mann-Whitney U Test" dan Uji Kebebasan Chi Square (Chi-Kuadrat). Hasil penilaian sikap antara responden yang mengkonsumsi dan yang tidak mengkonsumsi AirOx adalah positif. Setelah dilakukan uji The Mann- Whifney U Test ternyata hasil dari kedua responden tetap sama yaitu positif, dimana nilai sikap yang paling tinggi adalah kandungan oksigen menurut responden yang mengkonsumsi dan manfaat untuk responden yang tidak mengkonsumsi. Kemudian hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara responden dengan sikap responden terhadap produk AirOx, dan hanya karakteristik pendapatan yang memiliki hubungan dengan responden

Menurut Hidayat (2004) dalam penelitiannya berjudul “Analisis

Preferensi Konsumen Air Minum Kemasan Beroksigen Merek

“Airox”(Studi Kasus Di Wilayah Kotamadya Bogor)” terkait atribut

pembelian. Variabel-variabel yang ditentukan dalam penelitian ini seperti harga, model, kehematan, performa, peyanan, motivasi pembelian. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh pada seluruh atribut yang diuji memberikan nilai positif dengan nilai tertinggi pada atribut performa.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini diperoleh dari penelusuran teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian, berkaitan dengan perilaku pembelian, Proses pengambilan keputusan pembelian, faktor keputusan pembelian, karakteristik pengusaha, Atribut produk, Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini.

Bisnis Bertemu Bisnis

(25)

Menurut McCarthy dan Perreault (1995) mendefinisikan pelanggan bisnis dan organisasi sebagai pembeli yang membeli untuk dijual kembali atau memproduksi barang dan jasa lainnya. Kotler dan Amstrong (2008) berpendapat mengenai perilaku pembelian bisnis mengacu pada perilaku pembelian organisasi yang membeli barang dan jasa untuk digunakan dalam kegiatan untuk dijual kembali, disewakan atau dipasok pada pihak lain.

Perilaku Pembelian

Perilaku pembelian berbicara individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai dan memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasratnya Kotler (2002). Menurut Engel et al. (1994), perilaku pembelian didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Dalam perilaku pembelian terdapat faktor-faktor yang dapa tmemengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor-faktor lingkungan, faktor individu dan faktor psikologis (Engel et al. 1994). Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam suatu proses keputusan pembelian yang dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan Sumber:Engel et al (1994)

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pembelian bermula dari mengenali kebutuhan yang dapat dipicu karena stimulus internal dan eksternal sehingga menjadikan seseorang menyadari akan kebutuhan. Menurut Kotler (2005), proses

(26)

10

pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam jangka yang lama setelah pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), mendefinisikan bahwa suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Proses keputusan pembelian dapat dijelaskan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahap proses keputusan pembelian Sumber : Kotler (2005)

1. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama yang terjadi dalam proses keputusan pembelian. Kondisi ini terjadi ketika pembelian menyadari tahap suatu masalah. Kebutuhan tersebut muncul akibat dari rangsangan internal ketika seseorang menyadari kebtuhan akan suatu hal tersebut berada pada tingkat cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat bersumber dari rangsangan eksternal yang membuat seseorang berpikir untuk membeli suatu produk.

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi merupakan proses selanjutnya di mana pembelian ingin mencoba mencari informasi banyak mengenai hal yang dibutuhkan. Pada proses kegiatan ini biasanya pembelian memperbesar perhatiannya terhadap hal yang berhubungan dengan kebutuhannya. Sumber informasi dapat diperoleh melalui beberapa sumber diantaranya pengalaman pribadi, publik dan komersial. 3. Evaluasi Alternatif

Proses evaluasi alternatif merupakan tahap berikutnya yang dilakukan dalam proses pembelian. Pada tahap ini pembelian melakukan evaluasi alternatif terhadap informasi yang diperoleh untuk mendapatkan pilihan yang tepat terhadap kebutuhannya. 4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap dimana pembelian melakukan aktifitas hasil dari evaluasi terhadap informasi yang dimilikinya. Pada tahap ini akan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pengaruh situasional dan pengaruh orang lain.

5. Perilaku Pasca Pembelian

(27)

Faktor-Faktor Perilaku Bisnis

Kegiatan jual-beli suatu produk umumnya akan berpikir pada aktivitas yang dilakukan antara penjual kepada pembelian akhir, namun kegiatan jual-beli pada kenyataannya merupakan serangkaian aktivitas yang sangat panjang dan melibatkan banyak pihak yang terlibat didalamnya.

Dalam kegiatan pembelian pada setiap entitasnya tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian tersebut. Kotler dan Amstrong (2008), mengemukakan mengenai empat pengaruh yang dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu lingkungan, organisasi, antar pribadi dan pribadi. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Model Perilaku Bisnis Sumber : Kotler dan Amstrong 2008

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pembelian bisnis dalam aktivitas pembelian suatu produknya. Faktor lingkungan dapat berupa rangsangan lain seperti ekonomi, politik, budaya, teknologi dan rangsangan pemasaran berupa produk, harga, tempat dan promosi.

b. Faktor Organisasi

Organisasi dapat menjadi faktor yang dapat memengaruhi aktivitas pembelian. Hal ini disebabkan organisasi memiliki kebijakan, struktur, prosedur, sistem dan tujuan sendiri-sendiri yang mengatur jalannya kegiatan bisnis.

c. Faktor Individual

Faktor individual menjadi salah satu penentu yang mendasari pembelian bisnis, hal ini berkaitan dengan karakteristik pribadi itu sendiri seperti usia, pendidikan, pendapatan, sikap pada risiko dan kepribadiaan. Para pembelian bisnis dalam aktivitas pembeliannya tidak akan pernah lepas pada motif yang berasal dari persepsi pembelian bisnis, prefenrensi satu sama lain dan motif pribadi.

(28)

12

d. Faktor antar pribadi

Proses pembelian biasanya dipengaruhi dan memengaruhi satu sama lain dimana dapat dinilai seperti citra pengusaha dan kejujuran pengusaha.

Atribut Produk Bisnis

Atribut produk merupakan sifat yang melekat pada suatu produk, dimana memegang peran sangat vital. Hal ini karena atribut produk merupakan salah satu hal yang dijadikan pertimbangan oleh pembelian ketika melakukan aktivitas pembelian. Atribut produk dapat memberikan gambaran jelas mengenai suatu produk itu sendiri. Menurut Tjiptono (2007), atribut produk merupakan unsur-unsur dari produk yang dipandang penting oleh pembelian dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong (2003), atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan.

Atribut produk meliputi merek, kemasan , jaminan, pelayanan, pemberian labe dan lain sebainya (Tjiptono, 2008). Sementatra Kotler dan Amstrong (2004), mengelompokan atribut produk menjadi beberapa unsur penting yaitu mutu produk, fitur produk dan desain produk.

Pelaku Keputusan Pembelian Bisnis

Kotler dan Amstrong menjelaskan mengenai pihak-pihak yang terlibat dan berperan dalam proses keputusan pembelian bisnis antara lain:

a. Pemrakarsa (gate keepers) yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli produk.

b. Pembawa pengaruh (influencer) yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang memengaruhi keputusan pembelian terhadap kegiatan pembelian.

c. Pengambilan keputusan (deciders) yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian dalam aktivitas pembelian dan penjualan produk.

d. Pemakai (users) yaitu orang yang mengkonsumsi dan mengunakan barang / jasa yang dibeli.

e. Pembelian (buyers) yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata.

(29)

Bauran Pemasaran Bisnis

Kotler dan Amstrong (2008) mengungkapkan bauran pemasaran merupakan kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang dapat dilakukan perusahaan untuk memengaruhi permintaan produknya. Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran jasa dikenal dengan istilah 7P, yaitu

product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi),

physical evidence (bukti fisik), people (orang) dan process (proses).

1. Produk merupakan kombinasi dari barang dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan kepada pada pasar sasaran.

2. Harga merupakan nilai uang yang harus diberikan kepada perusahaan atas perolehan produk.

3. Tempat merupakan seluruh bagian tempat yang dijadikan lokasi perdagangan, didalamnya meliputi distribusi dan perniagaan secara fisik.

4. Promosi merupakan aktivitas persuasif untuk menyampaikan kelebihan dan keunggulan produk guna membujuk pasar.

5. Bukti fisik merupakan bukti yang dimiliki penyedia jasa yang ditujukan kepada pasar sebagai usulan nilai tambah, hal ini meliputi bangunan fisik, kelengkapan, logo, warna dan barang pendukung lainnya.

6. Orang merupakan pelaku yang memainkan peran dalam penyajian jasa yang memengaruhi pembelian.

7. Proses merupakan semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan digunakan untuk menyampaikan jasa.

Fungsi Sikap Pelaku Bisnis

Fungsi sikap dibagi menjadi empat fungsi sikap yang memengaruhi perilaku pembelian, yaitu:

1. Utilitarian adalah fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Dalam fungsi ini mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.

2. Ekspresi nilai adalah fungsi yang mengembangkan sikap bukan dari manfaat produk namun lebih melihat kemampuan produk dapat mengespresikan nilai-nilai yang diharapkan.

3. Mempertahankan ego adalah fungsi yang mengembangkan untuk melindungi dari tantangan eksternal dan internal.

4. Pengetahuan adalah fungsi yang membantu untuk

(30)

14

Karakteristik Sikap Pelaku Bisnis

Banyak ahli psikologi yang memberikan pengertian tentang sikap yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada beberapa karakteristik sikap diantaranya :

1. Sikap memilih objek adalah sikap dalam pembelian yang terkait dengan objek. Dimana objek tersebut dapat terhubung dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan media dan sebagainya.

2. Konsistensi sikap adalah gambaran perasaan dari pembelian, kemudian perasaan tersebut direfleksikan oleh perilaku.

3. Sikap positif, negatif dan netral adalah bentuk gambaran dari sikap terkait dengan suka dan tidak suka. Bila positif maka pembelian akan menyukai, bila negative pembelian akan membenci dan bila netral maka tidak memiliki sikap atas suatu hal.

4. Intensitas sikap adalah sikap pembelian ketika pembelian menyatakan derajat kesukaannya terhadap suatu produk.

5. Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap seorang pembeli bisa berubah.

6. Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang mengambarkan bahwa sikap akan berubah berdasarkan waktu.

7. Keyakinan sikap adalah sikap kepercayaan pembelian mengenai kebenaran yang dimilikinya.

8. Sikap dan situasi adalah sikap seseorang terkadang muncul dalam konteks situasi, sehingga hal ini dapat memengaruhi terhadap ojek.

Kerangka Pemikiran Operasional

Produksi ikan lele dikota Depok dapat dikatakan memiliki produktivitas yang cukup tinggi ditengah perkembangan menjadi kota satelit yang menopang ibu kota Jakarta.

Kebutuhan ikan lele yang didapat dari kegiatan produksi baik dari wilayah kota Depok maupun luar kota Depok masih belum mampu memenuhi permintaan untuk dikota Depok, terlebih saat produktivitas menurun akibat dari beberapa hal diantaranya cuaca, musim, kegagalan produksi, ketersediaan benih yang sedikit dan harga ikan lele konsumsi yang turun.

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele untuk dapat memiliki ikan lele yang siap konsumsi. Salah satunya dengan cara memiliki kolam ikan lele sendiri atau menjalin hubungan kerjasama dengan para pemasok ikan ikan lele di daerahnya atau mencari langsung ke kolam para petani lele. Proses dan faktor-faktor pengambilan keputusan pengusaha restoran kaki lima pecel lele sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan kegiatan usahanya.

(31)

pengusaha mengunakan alat analisis deksriptif, Proses yang akan dilihat dimulai pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, pasca pembelian. Selanjutnya mengalisa faktor-faktor pembelian pelaku bisnis yang akan dianalisis mengunakan analisis faktor. Hal yang akan dilihat antara lain lingkungan pengusaha atau pelaku usaha tersebut melakukan kegiatan bisnisnya, Organisasi bisnis yang menaungi atau berpengaruh terhadap aktivitas bisnisnya, antar pribadi baik antar pemasok ikan lele ataupun sesame pengusaha restoran kaki lima pecel lele dan pribadi sebagai pelaku pengambil keputusan pembelian. Selanjutnya hal yang akan dilihat adalah atribut pembelian ikan lele yang dibantu dengan alat analisis multi atribut fishbein. Hal yang akan dilihat dalam analisis atribut didasarkan 7P yaitu product, price, promotion, place, people, physical evidence dan process.

(32)

16

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga bulan Februari 2015 di seluruh restoran kaki lima pecel lele, kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bojongsari merupakan lokasi strategis, akses transportasi yang cukup lancar dan dapat mewakili seluruh data yang diperlukan. Selain itu, kecamatan Bojongsari merupakan kecamatan dengan produktivitas ikan budidaya

Perilaku pembelian pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

Produksi ikan lele masih belum dapat memenuhi kebutuhan pemasok ikan lele untuk dijual kembali.

Persaingan antar pemasok ikan ikan lele untuk mendapatkan perhatian dan memenuhi kebutuhan ikan lele para pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

Pelaku Usaha mencoba mengenal perilaku pembelian pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

Informasi perilaku pengusaha restoran kaki lima pecel lele terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian ikan lele dan atribut-atribut pada ikan lele yang dipertimbangkan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

(33)

kedua tertinggi di kota Depok sehingga para petani atau pengepul atau pengecer ikan akan cenderung terlebih dahulu menjual ikan lele ke para pengusaha restoran kaki lima pecel lele wilayah kecamatan Bojongsari.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diteliti ialah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil observasi secara langsung dan wawancara dengan para pengusaha restoran kaki lima pecel lele sebagai respondennya. Sedangkan data sekunder digunakan sebagai pelengkap dalam penelitian yang bersumber dari berbagai sumber informasi yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan metode non probability sampling dengan mengunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pemilihan responden secara sengaja dimana pemilihan sample berdasarkan kriteria yang telah dibuat.

Tabel 3.Kriteria pengambilan sample No Kriteria

1 Pengusaha restoran kaki lima pecel lele

2 Fisik bangunan semi permanen atau berbentuk tenda 3 Waktu berdagang antara jam 17.00 s/d 24.00

4 Lokasi berdagang di kecamatan Bojongsari

5 Menempati pada salah satu alternatif (jalan Parung-Ciputat, Jalan raya muhktar, jalan raya pengasinan, jalan raya pondok petir dan jalan raya reni jaya).

Sumber : Data Primer (2015)

(34)

18

Tabel 4. Detail lokasi pengambilan sample

Jenis Jalan Jalan Jumlah

Jalan utama Jalan Parung-Ciputat 29

Jalan Raya Mukhtar 9

Jalan luar utama Jalan Pengasinan 5

Jalan Pondok Petir 7

Jalan Reni Jaya 5

Sumber : data primer (2015)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei dimana pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Teknik yang dilakukan pada penelitian ini mengunakan wawancara yang dibantu dengan kuisioner. Pertanyaan yang diajukan dalam pengumpulan data bersifat terbuka dan tertutup.

Penyebaran kuisioner dilakukan pada hari kerja (Senin-Jumat) dan hari libur (Sabtu–Minggu). Waktu wawancara dilakukan pada pukul 18.00 – 24.00 WIB. Pemilihan tersebut berdasarkan waktu operasional dari responden yaitu para pengusaha restoran kaki lima pecel lele kecamatan Bojongsari Depok.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas, uji validitas, metode analisis deskriptif, metode analisis faktor. Penelitian ini dalam proses pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.

Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur (kuisioner) dapat mengukur apa yang ingin diukur. Kuisioner yang telah dipersiapkan sangat dimungkinkan memiliki data yang tidak berguna atau memiliki validitas yang rendah. Suatu instrument dalam penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Pada penelitian ini diolah mengunakan SPSS dengan menguji pada 30 responden pengusaha secara acak. Nilai r-tabel untuk faktor yang memengaruhi keputusan pembelian dan atribut pembelian digunakan sebesar 0.361 dengan tingkat kesalahan 5% dan. Hasil uji validitas menyatakan bahwa seluruh variabel sudah valid sebab nilai r hitung > r tabel. Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 1.

Uji Reliabilitas

(35)

Dalam penelitian ini digunakan teknik Cronbach dengan skala angka 0-1, uji Realibilitas mencoba menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala atau keadaan yang sama. Uji realibilitas dilakukan pada 30 responden pengusaha dimana hasil uji tersebut menyatakan bahwa nilai

Alpha Cronbach lebih dari 0.60 hal ini menunjukan bahwa kuesioner dapat memberikan hasil yang sama bila di uji berkali-kali. Hasil uji Ralibilitas dapat dilihat pada lampiran 3.

Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian dimana dapat digunakan untuk meneliti suatu objek baik itu pemikiran, status, manusia secara individu maupun kelompok. Dalam penelitian ini analisis deskriptif berfungsi untuk melihat pembelian dari latar belakangnya yang selanjutnya akan dimasukan dalam kategori kategori yang ada dalam penelitian. Alat analisis ini akan digunakan untuk menganalisis mengenai keputusan pembelian pengusaha restoran kaki lima pecel lele terkait dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, pembelian dan pasca pembelian.

Data-data mengenai karakteristik pengusaha restoran kaki lima pecel lele dan proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh para pengusaha. Data-data tersebut dikelompokan berdasarkan data yang diberikan oleh para responden. Kemudian data tersebut dianalisis sehingga dihasilkan informasi yang dapat berguna untuk para pemasok ikan lele.

Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui urutan faktor-faktor yang dipertimbangkan atau memengaruhi kosumen serta memiliki hubungan antar variabel-variabel yang di analisis. Dalam analisis faktor mencoba menganalisis interaksi antarvariabel dimana variabel yang diteliti memiliki karakteristik status antar variabel sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor bagi variabel independen.

Analisis faktor dipilih dengan mempertimbangkan bahwa analisis faktor dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diduga keputusan pembelian ikan lele dari para pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

Penelitian memasukan tiga belas variabel diantara adalah pemintaan, penawaran, pengambilan keputusan, keamanan pangan, citra, pembayaran, promosi, pelayanan, perputaran, keuntungan, risiko, jarak dan harga.

Proses pengolahan mengunakan bantuan software SPSS 16 yang selanjutnya diuji mengunakan Barlett Test of Sphercity dan pengukuran

measure of Sampling Adequency (MSA). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel telah layak dan siap untuk dianalisis dimana nilai indeks tidak boleh dibawah 0.5 dengan signifikasi 0.05. Hasil dari uji ini menyatakan variabel telah layak. Selanjutnya variabel diuji dengan metode

(36)

20

faktor rotasi. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang akan masuk kedalam faktor tertentu.

Analisis Fishbein

Analisis Fishbein merupakan alat analisis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan pengetahuan suatu produk yang dimiliki pembelian dan sikap terhadap produk berkenaaan dengan ciri atau atribut. Analisis fishbein digunakan untuk menganalisis sikap pengusaha restoran kaki lima tenda pecel lele terhadap atribut yang ada pada aktivitas pembelian ikan lele.

Analisis Fishbein dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui evaluasi dari atribut yang ada pada ikan lele. Hal dilakukan untuk mengetahui evaluasi yang dinilai oleh para pengusaha restoran kaki pecel lele terhadap keputusan pembelian ikan lele. Selanjutnya mencari tahu nilai keyakinan para pengusaha terhadap produk ikan lele dari para pemasok.

Hasil akhir pada analisis Fishbein adalah mengkalikan antara nilai evaluasi dan nilai keyakinan, hasil akhir inilah yang membentuk sikap para pengusaha restoran kaki lima dalam proses keputusan pembelian. Dalam penggolan sikap ditentukan melalui rentang skala yang telah dibuat sebelumnnya. Selanjutnya memberikan rentang skala penilaian terkait dengan skor minimal dan maksimal pada penelitian.

m : Angka tertinggi yang mungkin terjadi n : Angka terendah yang mungkin terjadi b : Jumlah skala penilaian yang dibentuk

Jika angka tertinggi pada skala dalam penelitian ini adalah 5 dan angka terendah adalah 1 dapat disimpulkan besarnya range untuk tingkat kepentingan terhadap atribut adalah

Tabel 5. Rentang skala sikap atribut

Jawaban Responden Skor

Sangat negative 1 - 5.48

Negatif 5.49 – 10.29

Netral 10.30 – 14.78

Positif 14.79 – 19.59

(37)

Skala Likert

Pengusaha restoran kaki lima pecel lele akan diminta untuk memberikan penilaian terhadap atribut yang melekat pada produk ikan lele yang dibelinya. Penilaian akan ditentukan pada rentang skala linkert lima angka. Skala linkert dalam penelitian akan dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6. Skala likert dalam penelitian

Jawaban Responden Skor

Sangat suka / Sangat setuju/Sangat penting/Sangat memengaruhi 5

Suka / Setuju / Penting / Memengaruhi 4

Biasa / Netral 3

Tidak suka / Tidak setuju / Tidak penting/ Tidak memengaruhi 2 Sangat tidak suka / Sangat tidak setuju / Sangat tidak penting/ Sangat tidak memengaruhi

1

Definisi Operasional

1. Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses untuk membeli. Permintaan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti harga barang tersebut, harga barang lain, pendapatan, selera dan akses. Sementara Penawaran adalah jumlah produk yang dapat ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Terdapat beberapa hal yang dapat memengaruhi penawaran seperti harga barang tersebut, harga barng lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan dan akses.

2. Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif, dimana berkaitan dengan fungsi manajemen. Terdapat tiga hal yang memengaruhi pengambilan keputusan diantaranya aktivitas intelegens, aktivitas desain, dan aktivitas memilih.

3. Perputaran modal kerja merupakan rasio yang mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

4. Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi hubungan dengan orang lain

5. Peraturan kesehatahatan pemerintah mengenai kesehatan no 28 tahun 2004 menyatakan mengenai pihak yang terlibat harus bertanggung jawab dalam penyelengaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan dan perundang-undangan.

6. risiko sebagai kemungkinan yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup agribisnis dapat terjadi kejadian risiko seperti berikut: risiko produksi, risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial.

(38)

22

a. 5 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele mampu menghabiskan olahan ikan lele lebih dari 12 kg setiap minggunya.

b. 4 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele mampu menghabiskan olahan ikan lele lebih dari 9 kg sampai 12 kg setiap minggunya.

c. 3 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele mampu menghabiskan olahan ikan lele lebih dari 6 kg sampai dengan 9 kg setiap minggunya.

d. 2 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele mampu menghabiskan olahan ikan lele lebih dari 3 kg sampai dengan 6 kg setiap minggunya.

e. 1 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele mampu menghabiskan olahan ikan kurang dari 3 kg setiap minggunya.

8. Ketersediaan pemasok ikan terhadap ikan lele.

a. 5 = jika aktivitas pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele dapat dipenuhi pemintaan baik ukuran dan jumlah oleh pemasok ikan ikan lele. Jika pemasok ikan ikan lele (baru) dapat menunjukan dengan perencanaan produksi dan stok harian yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan pengusaha.

b. 4 = jika aktivitas pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele dapat dipenuhi permintaan baik jumlahnya namun ukuran tidak selalu sesuai. Jika pemasok ikan ikan lele stok harian yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan pengusaha. dipenuhi, sehingga membuat pengusaha dapat mencari ke pemasok ikan.

e. 1 = jika aktivitas pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima bebas membeli kapanpun dan dimanapun.

9. Membeli karena keputusan kelompok

a. 5 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele sepenuhnya atas kesepakatan bersama dan seluruh anggota tidak boleh melanggar sama sekali disebabkan sudah ada kontrak atau ikatan kerja sama baik tertulis.

(39)

c. 3 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele dimana terdapat kontrak namun setiap pengusaha boleh mengikuti dan tidak mengikuti kontrak tersebut.

d. 2 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele dimana ia tergabung dalam kelompok namun tidak ada kontrak pembelian ikan lele dari pemasok ikan.

e. 1 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele dimana ia tidak tergabung dengan kelompok manapun sehingga dia bebeas menentukan pilihannya.

10.Membeli karena perputaran cepat untuk dijual kembali

a. 5 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena perputaran bisnis penjualan olahan ikan lele termasuk kegiatan perdagangan yang cepat dimana olahan ikan lele selalu habis dari seluruh aktivitas pembelian.

b. 4 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena perputaran bisnis penjualan olahan ikan lele termasuk kegiatan perdagangan yang cepat dimana olahan ikan lele masih menyisakan kurang dari 10% dari seluruh aktivitas pembelian.

c. 3 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena perputaran bisnis penjualan olahan ikan lele termasuk kegiatan perdagangan yang cepat dimana olahan ikan lele menyisakan 20% sampai dengan 30% dari seluruh aktivitas pembelian.

d. 2 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena perputaran bisnis penjualan olahan ikan lele termasuk kegiatan perdagangan yang cepat dimana olahan ikan lele menyisakan 30% sampai dengan 40% dari seluruh aktivitas pembelian.

e. 1 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena perputaran bisnis penjualan olahan ikan lele termasuk kegiatan perdagangan yang cepat dimana olahan ikan lele menyisakan 40% sampai dengan 50% dari seluruh

b. Setuju jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele melihat bahwa pemasok ikan tersebut merupakan orang yang komitmen, jujur dan ramah.

c. Biasa jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele melihat bahwa pemasok ikan tersebut orang yang komitmen dan jujur.

(40)

24

e. Sangat tidak setuju jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele tidak memperdulikan latar belakang, komitmen, jujur dan ramah.

12.Keamanan Produk

a. Sangat setuju jika pengusaha restoran kaki lima membeli ikan lele sangat perhatian pada proses budidaya ( pakan, benih dan pemeliharaan), panen dan distribusi (menyediakan ikan yang masih hidup).

b. Setuju jika pengusaha restoran kaki lima membeli ikan lele sangat perhatian pada proses budidaya (pakan, benih dan pemeliharaan), panen dan distribusi (menyediakan ikan yang masih segar dalam kondisi mati).

c. Biasa jika pengusaha restoran kaki lima membeli ikan lele sangat perhatian pada proses budidaya, panen dan distribusi bukan hal yang sangat penting namun tetap menjadi hal yang diprioritaskan.

d. Tidak setuju jika pengusaha restoran kaki lima membeli ikan lele tidak mengutamakan masalah proses budidaya, panen dan distribusi.

e. Sangat tidak setuju jika pengusaha restoran kaki lima membeli ikan lele tidak ada pengetahuan atau informasi mengenai masalah proses budidaya, panen dan distribusi. 13.Pembayaran

a. 5 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena kemudahan masalah pembayaran, pemasok ikan memberikan sistem pembayaran yang menarik dan dapat ditempo selama minimal satu minggu serta tidak menambahkan jumlah pembayaran

b. 4 = jika pengusaha restoran kaki lima pecel lele membeli ikan lele karena kemudahan masalah pembayaran, pemasok ikan memberikan sistem pembayaran yang menarik dan dapat ditempo selama dua sampai enam hari serta tidak menambahkan jumlah pembayaran.

c. 3 = jika pemasok ikan hanya memberikan sistem pembayaran saat barang diterima pengusaha restoran kaki lima.

d. 2 = jika pemasok ikan memberikan kemudahan pembayaran namun menambahkan jumlah pembayaran yang ditentukan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele.

(41)

c. 3 = jika keuntungan yang didapat pengusaha akibat dari kegiatan menjual ikan lele 1 persen sampai dengan 29 persen dari biaya produksi. dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima akan mencegah dan megurangi risiko penjualan.

b. Setuju jika kegiatan pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima akan mencegah dan mengurangi risiko penjualan.

c. Biasa jika kegiatan pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima dirasa tidak berdampak apapun. d. Tidak setuju jika kegiatan pembelian ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima justru menambah risiko penjualan.

e. Sangat tidak setuju jika kegiatan pembelian ikan lele yang dilakukan yang dilakukan oleh pengusaha restoran kaki lima justru berdampak pada bertambahnya risiko dan memberikan stimulus risiko baru untuk muncul.

16.Promosi

a. Sangat setuju jika pemasok ikan ikan lele dalam kegiatan penjualnya melakukan kegiatan promosi yang menarik pengusaha restoran kaki lima melalui berbagai cara seperti penawaran langsung, memberikan brosur , memiliki berbagai macam atribut (kartu nama, seragam) dan memberikan bonus b. Setuju jika pemasok ikan ikan lele dalam kegiatan

penjualnya melakukan kegiatan promosi yang menarik pengusaha restoran kaki lima melalui berbagai cara seperti melakukan penawaran secara langsung dan memberikan bonus.

c. Biasa jika pemasok ikan hanya melakukan penawaran diwaktu pertama

d. Tidak setuju jika pemasok ikan tidak pernah menawarkan namun pengusaha restoran kaki lima yang meminta.

e. Sangat tidak setuju jika pemasok ikan tidak pernah pernah melakukan penawaran dan pemasok ikan tidak melakukan penawaran namun ada pihak lain yang terlibat.

17.Kualitas Pelayanan

a. 5 = jika pemasok ikan ikan lele memberikan pelayanan pembersihan ikan, pemberian bumbu dan antar ke lokasi pengusaha serta selalu ada salam, senyum dan sapa

(42)

26

c. 3 = jika pemasok ikan hanya mau mengantar ikan ke lokasi pengusaha restoran kaki lima pecel lele dan selalu ada salam, senyum dan sapa

d. 2 = jika pemasok ikan hanya melayani pembelian ditempat dan tidak menerima pembersihan ikan.

e. 1 = jika pemasok ikan hanya melayani pembelian ditempat,pembersihan ikan, pembubuan dan tidak ramah dalam melayani pelanggan.

18.Harga beli

a. 5 = jika ikan lele yang dibeli pengusaha restoran kaki lima memiliki harga yang lebih murah dari pada penawaran pemasok ikan lainnya dengan kualitas yang sama dan stabil. b. 4 = jika ikan lele yang dibeli pengusaha restoran kaki lima

memiliki harga yang lebih murah namun berfluktuasi.

c. 3 = jika ikan lele yang dibeli pengusaha restoran kaki lima memiliki harga yang standar dipasaran atau bersaing.

d. 2 = jika ikan lele yang dibeli memiliki harga yang lebih mahal dari pada para pemasok ikan pesaingnya namun ini bersifat fluktuasi.

e. 1 = setuju jika ikan lele yang dibeli memiliki harga yang lebih tinggi dan bersifat stabil.

19.Ukuran Produk

a. 5 = jika ukuran ikan lele dari seluruh total pembelian diatas 85 persen sama dengan yang diharapkan.

b. 4 = jika ukuran ikan lele dari seluruh total pembelian memiliki ukuran 70 persen sampai 85 persen sama dengan yang diharapkan.

c. 3 = jika ukuran ikan lele dari seluruh total pembelian memiliki ukuran 70 persen sampai 50 persen.

d. 2 = jika ukuran ikan lele dari seluruh total pembelian ukuran dibawah 50 persen sampai 30 persen.

e. 1 = jika ukuran ikan lele dari seluruh total pembelian dibawah 30 persen.

20.Kesegaran produk

a. 5 = jika ikan lele yang dibeli oleh pengusaha restoran kaki lima masih dalam kondisi hidup.

b. 4 = jika ikan lele yang dibeli oleh pengusaha restoran kaki lima dalam kondisi mati sebelum diantar oleh pemasok ikan atau diambil oleh pengusaha restoran kaki lima.

c. 3 = jika ikan lele yang dibeli merupakan produk yang telah beberapa hari mati, stock yang tidak laku namun masih tidak ada tindakan khusus.

(43)

a. 5 = jika melakukan pemesanan ikan lele selalu ada dan selalu tepat waktu.

b. 4 = jika melakukan pemesanan ikan lele selalu ada. c. 3 = pemenuhan ikan lele untuk harian dapat dipenuhi.

d. 2 = pemenuhan ikan lele tidak dapat dipenuhi setiap harinya atau seadanya stock harian.

e. 1 = pemenuhan ikan lele tidak dapat dipenuhi dan sering tidak datang mengirim persediaan ikan lele.

22.Lokasi pembelian

a. 5 = jika lokasi pemasok ikan ikan lele dapat diukur jarak kurang dari 5 kilometer.

b. 4 = jika lokasi pemasok ikan ikan lele dapat diukur jarak lebih dari 5 kilometer sampai dengan 10 kilometer.

c. 3 = jika lokasi pemasok ikan dapat diukur jarak lebih dari 10 kilometer sampai dengan 20 kilometer

d. 2 = jika lokasi pemasok ikan dapat diukur jarak lebih dari 20 kilometer sampai dengan 30 kilometer.

e. 1 = jika lokasi pemasok ikan dapat diukur jarak lebih dari 30 kilometer.

23.Kejujuran penjual

a. 5 = jika pemasok ikan menjual ikan lele tidak melakukan pengurangan timbangan berat, selalu membuktikan dengan menimbang dihadapan pembelian dan memberikan harga yang sesuai.

b. 4 = jika pemasok ikan ikan lele menjual ikan lele tidak melakukan pengurangan berat pesanan sesekali membuktikan dengan menimbang ulang.

c. 3 = jika pemasok ikan menjual ikan lele kepada pengusaha restoran kaki lima, dimana pemasok ikan tidak mengurangi berat ikan namun didasari sikap saling percaya.

d. 2 = jika pemasok ikan menjual ikan ke pengusaha restoran kaki lima, dengan memberikan informasi berat pesanan yang sesuai namun pada kenyataany tidak memberikan berat pesanan.

e. 1 = jika pemasok ikan menjual ikan ke pengusaha restoran kaki lima selalu dipastikan berat pesanan kurang dari yang dipesan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(44)

28

yang tercatat sebanyak 112.603 orang dengan 57.275 berjenis kelamin pria dan 55.328 berjenis kelamin wanita.

Letak jalan yang menjadi lokasi beroperasi para pengusaha restoran kaki lima yang masuk dalam pengkategorian penelitian diantaranya :

a. Jalan raya parung-ciputat, jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan kabupaten bogor, depok dan tangerang selatan. b. Jalan raya muchtar, jalan ini menghubungkan kecamatan Bojongsari,

Sawangan, Cinere dan akses utama ke kota Depok.

c. Jalan Reni jaya, merupakan jalan yang menghubungkan kecamatan bojongsari dengan kecamatan pamulang Tangerang Selatan.

d. Jalan Pondok Petir, merupakan jalan yang menghubungkan desa-desa di kecamatan Bojongsari yang berbatasan langsung dengan Tangerang Selatan.

e. Jalan Pengasinan, merupakan jalan yang menghubungkan desa-desa dibojongsari yang berhubungan langsung dengan kecamatan sawangan.

Para pengusaha restoran kaki lima pecel lele tersebar disetiap jalan dan sudut jalan baik yang menghubungkan kota maupun desa, menurut pengamatan langsung di kecamatan Bojongsari tercatat terdapat 74 pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Mereka memulai usaha beroperasi rata-rata dimulai setelah pukul 6.00 hingga 12.00 malam.

Karakteristik Pengusaha

Karakteristik pengusaha dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, dan kebutuhan lele. Informasi karakteristik pengusaha dapat memberikan wawasan mengenai keragaman pengusaha yang berada dipasar. Adapun gambaran karakteristik pengusaha restoran kaki lima pecel lele dapat dilihat sebagai berikut.

Jenis Kelamin

(45)

Gambar 5. Karakteristik pengusaha berdasarkan jenis kelamin Sumber: Data diolah (2015)

Usia

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar didominasi oleh pengusaha yang berusia 26 sampai 35 tahun sebanyak 20 pengusaha atau 36 persen, kemudian disusul oleh pengusaha yang berusia 36 sampai 45 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 26 persen, pengusaha dengan usia16 sampai 25 tahun diketahui sebanyak 10 orang atau 18 persen, pengusaha yang berusia 46 sampai 55 tahun sebanyak 6 pengusaha atau 11 persen sementara pengusaha yang berusia lebih dari 56 tahun sebanyak 5 pengusaha atau 9 persen. Para pengusaha mayoritas berusia 26 sampai dengan 35 hal ini memiliki makna bahwa usia yang produktif. Karakteristik pengusaha berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik pengusaha berdasarkan umur Sumber: Data diolah (2015)

Pendidikan

(46)

30

Gambar 7.Karakteristik pengusaha berdasarkan tingkat pendidikan Sumber: Data diolah (2015)

Pengalaman

Para pengusaha restoran kaki lima pecel lele memiliki keragaman dalam waktu pengalaman berdagang olahan pecel ikan lele. Dalam gambar , dapat diketahui bahwa 13 pengusaha telah berdagang dibawah 30 bulan atau 2.5 tahun, 15 pengusaha telah berdagang selama lebih dari 2.5 tahun kurang dari 5 tahun, 6 pengusaha telah berdagang lebih dari 5 tahun kurang dari 7.5 tahun, 15 pengusaha telah berdagang lebih dari 7.5 tahun kurang dari 10 tahun dan terdapat 6 pengusaha yg telah lebih berdagang 10 tahun. Berdasarkan data diatas mayoritas pengalam para pengusaha berada antara 31-60 bulan dan 91-120 hal ini menunjukan banyak para pengusaha yang sudah lama beroperasi dan banyak para pengusaha baru yang memulai kegiatan operasinya. Karakteristik pengusaha berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Karakteristik pengusaha berdasarkan pengalaman Sumber: Data diolah (2015)

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Seluruh pengusaha pasti melakukan aktifitas pembelian produk untuk dijual kembali, sehingga ia akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Terdapat lima tahapan dalam proses pembelian, diataranya pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca panen. Data mengenai proses keputusan pembelian diperoleh dari hasil wawancara yang dibantu dengan kuesioner pada pengusaha restoran kaki lima pecel lele di kecamatan Bojongsari.

0 10 20 30

Tidak Sekolah SD SMP SMA

Pendidikan

0 10 20

0 - 30 31-60 61-90 91-120 >120

Lama Berdagang

(47)

Pengenalan Kebutuhan

Proses pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal dimana pembelian dalam proses pengambilan keputusan merasakan produk yang dibutuhkan dirinya.Pengusaha restoran kaki lima yang menjadi objek dalam aktivitas pembelian ikan lele dapat diketahui beberapa hal seperti mata pencarian, motivasi dan perasaan tidak dapat menyediakan olahan.

Berdasarkan penelitian terhadap pengenalan kebutuhan, dapat diketahui data mengenai mata pencarian pengusaha restoran kaki lima pecel lele yang membeli ikan lele untuk diolah diketahui bahwa 87.27 persen merupakan pekerjaan utamanya berdagang pecel lele, hal ini mengambarkan bahwa pengusaha yang termasuk golongan ini mengantungkan hidup hanya pada berdagang olahan masakan restoran kaki lima pecel lele, sementara 12,73 persen pengusaha restoran kaki lima merupakan pekerjaan sampingan atau usaha sampingan, hal ini dapat mengambarkan bahwa mereka memiliki lebih dari satu kegiatan rutin. Data mengenai mata pencarian pengusaha restoran kaki lima dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan mata pencarian

No Mata Pencarian Banyak Persentase (%)

1 Utama 48 87.27

2 Sampingan 7 12.73

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Pada proses pengenalan terdapat motivasi dalam kegiatan berdagang olahan ikan lele. Diketahui pada tabel bahwa 54,55 persen pengusaha menyatakan bahwa mereka menjual karena laba yang tinggi, hal ini dapat menunjukan suatu dorongan terkait besar pendapatan yang diterima oleh para pengusaha restoran kaki lima. Kemudian motivasi selanjutnya adalah banyak dicari pelanggan sebesar 23.64 persen hal ini mengambarkan olahan ikan lele memiliki banyak peminat, hal ini menunjukan bila menjual olahan ikan lele maka akan meningkatkan perputaran bisnisnya dan sebesar 21.82 persen menyatakan olahan ikan lele hanya sebagai pelengkap dari kegiatan berdagang, hal ini terkait bahwa olahan ikan lele merupakan menu sampingan yang terkadang ditanyakan oleh para pelanggan. Data mengenai motivasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan motivasi

No Motivasi Banyak Persentase (%)

1 Laba yang tinggi 30 54.55

2 Pelanggan banyak 13 23.64

3 Produk pelengkap 12 21.82

55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Gambar

Tabel 1. Pedapatan Domestik Bruto Jawa Barat
Tabel 2. Produktivitas ikan lele dikota Depok
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan Sumber:Engel et al (1994)
Gambar 3. Model Perilaku Bisnis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik mampu membaca Q.S.at- Tiin dengan tartil, mengetahui makna Q.S.at- Tiin dengan benar, mencontohkan perilaku saling mengingatkan dalam hal kebajikan

Galur padi F4 pada pengamatan padi umur 14 HST tidak ditemukan keberadaan artropoda predator dilihat dari tidak adanya nilai indeks keanekaragaman, jumlah spesies,

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

glaucophyllum yang dimulai dari pemunculan tunas ibu tangkai perbungaan sampai bunga mekar memerlukan waktu rata-rata selama 47 sampai 49 hari dan rata-rata periode

Dengan memperhatikan beberapa bahaya yang ditimbulkan dari penyimpangan seksual (homoseks dan lesbian) baik dari segi kesehatan maupun untuk kelangsungan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kandungan klorofil a, b dan total pada planlet anggrek Dendrobium yang diberi perlakuan PEG 6000 pada konsentrasi

Salah satu fungsi perangkat lunak ini adalah model stabilitas (SLOPE/W). SLOPE/W adalah komponen dari satu paket produk geoteknikal yang disebut GeoStudio. SLOPE/W

Selain uji kuantitatif kadar lignin dilakukan pula uji histokimia lignin terhadap irisan melint- ang hipokotil bagian atas, tengah, dan bawah bibit sengon yang berasal dari