• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif kecamatan Bojongsari terbagi oleh 7 buah desa diantaranya Duren Seribu, Duren Mekar, Bojongsari Lama, Bojongsari Baru, Curug, Pondok Petir dan Serua. Kecamatan Bojongsari memiliki 29.570 Keluarga, 330 rukun tetangga dan 81 rukun warga. Jumlah penduduk

28

yang tercatat sebanyak 112.603 orang dengan 57.275 berjenis kelamin pria dan 55.328 berjenis kelamin wanita.

Letak jalan yang menjadi lokasi beroperasi para pengusaha restoran kaki lima yang masuk dalam pengkategorian penelitian diantaranya :

a. Jalan raya parung-ciputat, jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan kabupaten bogor, depok dan tangerang selatan. b. Jalan raya muchtar, jalan ini menghubungkan kecamatan Bojongsari,

Sawangan, Cinere dan akses utama ke kota Depok.

c. Jalan Reni jaya, merupakan jalan yang menghubungkan kecamatan bojongsari dengan kecamatan pamulang Tangerang Selatan.

d. Jalan Pondok Petir, merupakan jalan yang menghubungkan desa- desa di kecamatan Bojongsari yang berbatasan langsung dengan Tangerang Selatan.

e. Jalan Pengasinan, merupakan jalan yang menghubungkan desa-desa dibojongsari yang berhubungan langsung dengan kecamatan sawangan.

Para pengusaha restoran kaki lima pecel lele tersebar disetiap jalan dan sudut jalan baik yang menghubungkan kota maupun desa, menurut pengamatan langsung di kecamatan Bojongsari tercatat terdapat 74 pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Mereka memulai usaha beroperasi rata-rata dimulai setelah pukul 6.00 hingga 12.00 malam.

Karakteristik Pengusaha

Karakteristik pengusaha dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, dan kebutuhan lele. Informasi karakteristik pengusaha dapat memberikan wawasan mengenai keragaman pengusaha yang berada dipasar. Adapun gambaran karakteristik pengusaha restoran kaki lima pecel lele dapat dilihat sebagai berikut.

Jenis Kelamin

Penelitian ini dilakukan pada 55 pengusaha restoran kaki lima pecel lele yang tersebar di wilayah kecamatan Bojongsari, diketahui dari 55 pengusaha sebagian besarnya pria sebanyak 48 pengusaha atau 84 persen sedangkan jumlah pengusaha restoran kaki lima pecel lele wanita sebanyak 7 pengusaha atau 16 persen. pria merupakan jenis kelamin yang menjadi pengusaha atau pemilik usaha hal ini disebabkan mereka merupakan tulang punggung keluarga yang berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada keluarga. sementara untuk wanita mayoritas untuk memberikan tambahan pada keluara. Karakteristik pengusaha berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Karakteristik pengusaha berdasarkan jenis kelamin Sumber: Data diolah (2015)

Usia

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar didominasi oleh pengusaha yang berusia 26 sampai 35 tahun sebanyak 20 pengusaha atau 36 persen, kemudian disusul oleh pengusaha yang berusia 36 sampai 45 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 26 persen, pengusaha dengan usia16 sampai 25 tahun diketahui sebanyak 10 orang atau 18 persen, pengusaha yang berusia 46 sampai 55 tahun sebanyak 6 pengusaha atau 11 persen sementara pengusaha yang berusia lebih dari 56 tahun sebanyak 5 pengusaha atau 9 persen. Para pengusaha mayoritas berusia 26 sampai dengan 35 hal ini memiliki makna bahwa usia yang produktif. Karakteristik pengusaha berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik pengusaha berdasarkan umur Sumber: Data diolah (2015)

Pendidikan

Pada gambar dapat dilihat bahwa pendidikan pengusaha restoran kaki lima pecel lele terbesar adalah lulusan SMP sebanyak 25 pedagan atau 46 persen dari total keseluruhan pengusaha yang menjadi responden, Pengusaha yang SD sebanyak 19 pengusaha atau 35 persen, Pengusaha dengan pendidikan SMA sebanyak 9 pengusaha atau 17 persen dan Pengusaha yang tidak bersekolah sebanyak 1 pengusaha atau 2 persen. Dilihat dari penjelasn sebelumnnya dapat diketahui bahwa mayoritas para pengusaha berpendidikaan SMP, hal ini menunjukan mereka masih berpendidikan rendah sehingga tidak mampu untuk mencari pekerjaan sehingga mereka berusaha melalui kegiatan berjualan olahan masakan. Karakteristik pengusaha berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 7. 0 50 Pria Wanita

Jenis Kelamin

0 20 40 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >56 tahun

Usia

30

Gambar 7.Karakteristik pengusaha berdasarkan tingkat pendidikan Sumber: Data diolah (2015)

Pengalaman

Para pengusaha restoran kaki lima pecel lele memiliki keragaman dalam waktu pengalaman berdagang olahan pecel ikan lele. Dalam gambar , dapat diketahui bahwa 13 pengusaha telah berdagang dibawah 30 bulan atau 2.5 tahun, 15 pengusaha telah berdagang selama lebih dari 2.5 tahun kurang dari 5 tahun, 6 pengusaha telah berdagang lebih dari 5 tahun kurang dari 7.5 tahun, 15 pengusaha telah berdagang lebih dari 7.5 tahun kurang dari 10 tahun dan terdapat 6 pengusaha yg telah lebih berdagang 10 tahun. Berdasarkan data diatas mayoritas pengalam para pengusaha berada antara 31-60 bulan dan 91-120 hal ini menunjukan banyak para pengusaha yang sudah lama beroperasi dan banyak para pengusaha baru yang memulai kegiatan operasinya. Karakteristik pengusaha berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Karakteristik pengusaha berdasarkan pengalaman Sumber: Data diolah (2015)

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Seluruh pengusaha pasti melakukan aktifitas pembelian produk untuk dijual kembali, sehingga ia akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Terdapat lima tahapan dalam proses pembelian, diataranya pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca panen. Data mengenai proses keputusan pembelian diperoleh dari hasil wawancara yang dibantu dengan kuesioner pada pengusaha restoran kaki lima pecel lele di kecamatan Bojongsari.

0 10 20 30

Tidak Sekolah SD SMP SMA

Pendidikan

0 10 20 0 - 30 31-60 61-90 91-120 >120 Lama Berdagang

Pengalaman

Pengenalan Kebutuhan

Proses pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal dimana pembelian dalam proses pengambilan keputusan merasakan produk yang dibutuhkan dirinya.Pengusaha restoran kaki lima yang menjadi objek dalam aktivitas pembelian ikan lele dapat diketahui beberapa hal seperti mata pencarian, motivasi dan perasaan tidak dapat menyediakan olahan.

Berdasarkan penelitian terhadap pengenalan kebutuhan, dapat diketahui data mengenai mata pencarian pengusaha restoran kaki lima pecel lele yang membeli ikan lele untuk diolah diketahui bahwa 87.27 persen merupakan pekerjaan utamanya berdagang pecel lele, hal ini mengambarkan bahwa pengusaha yang termasuk golongan ini mengantungkan hidup hanya pada berdagang olahan masakan restoran kaki lima pecel lele, sementara 12,73 persen pengusaha restoran kaki lima merupakan pekerjaan sampingan atau usaha sampingan, hal ini dapat mengambarkan bahwa mereka memiliki lebih dari satu kegiatan rutin. Data mengenai mata pencarian pengusaha restoran kaki lima dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan mata pencarian

No Mata Pencarian Banyak Persentase (%)

1 Utama 48 87.27

2 Sampingan 7 12.73

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Pada proses pengenalan terdapat motivasi dalam kegiatan berdagang olahan ikan lele. Diketahui pada tabel bahwa 54,55 persen pengusaha menyatakan bahwa mereka menjual karena laba yang tinggi, hal ini dapat menunjukan suatu dorongan terkait besar pendapatan yang diterima oleh para pengusaha restoran kaki lima. Kemudian motivasi selanjutnya adalah banyak dicari pelanggan sebesar 23.64 persen hal ini mengambarkan olahan ikan lele memiliki banyak peminat, hal ini menunjukan bila menjual olahan ikan lele maka akan meningkatkan perputaran bisnisnya dan sebesar 21.82 persen menyatakan olahan ikan lele hanya sebagai pelengkap dari kegiatan berdagang, hal ini terkait bahwa olahan ikan lele merupakan menu sampingan yang terkadang ditanyakan oleh para pelanggan. Data mengenai motivasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan motivasi

No Motivasi Banyak Persentase (%)

1 Laba yang tinggi 30 54.55

2 Pelanggan banyak 13 23.64

3 Produk pelengkap 12 21.82

55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Pada pengenalan kebutuhan disini juga meneliti mengenai perasaan pengusaha saat mereka tidak dapat menyediakan olahan ikan lele. Sebesar 65.45 persen pengusaha merasa ada yang kurang, hal ini menandakan bahwa

32

ikan lele merupakan komoditas olahan yang memberikan dampak untuk pengusaha seperti peningkatan penghasilan dan memuaskan pelanggan. Adapun pengusaha merasakan hal yang biasa bila tidak dapat menyediakan olahan ikan lele sebesar 34.55 persen, hal ini menandakan bahwa walaupun olahan lele memberikan keuntungan besar dan banyak dicari pelanggan, produk olahan lele dapat disubstitusi oleh olahan lainnya. Dapat diperjelas melalui Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Perasaan tidak mampu menyediakan olahan

No Perasaan tidak mampu

menyediakan olahan

Banyak Persentase (%)

1 Merasa ada yang kurang 36 65.45

2 Biasa 19 34.55

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Pencarian Informasi

Pada tahap ini pengusaha restoran kaki lima pecel lele melakukan pencari infomasi guna mengetahui lebih lanjut mengenai ikan lele yang akan dibelinya dari berbagai sumber baik sumber internal maupun eksternal. Informasi sangat diperlukan untuk pengusaha dalam aktivitas pembelianaan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal penting dalam pencarian informasi diantaranya sumber informasi yang paling memengaruhi dan hal yang menarik perhatian pengusaha.

Pengusaha restoran kaki lima pecel lele banyak melakukan pencarian informasi dari berbagai sumber untuk selanjutnya mengambil keputusan. Sumber informasi yang paling memengaruhi pengusaha restoran kaki lima pecel lele adalah pembudidaya ikan lele sebesar 30.91 persen, hal ini disebabkan pengusaha restoran kaki lima lebih mempercayai sumber utama keberlanjutan usahanya. Teman se-profesi merupakan sumber informasi yang memengaruhi hal ini disebabkan mereka telah menjalankan kegiatan bisnis olahan ikan lele terlebih dahulu, pengusaha yang percaya bahwa teman se-profesi merupakan sumber infomasi paling memengaruhi sebanyak 25.45 persen. Sumber informasi dari keluarga sebesar 23.64 persen, sumber informasi dari keluarga dianggap memengaruhi karena pengusaha menggangap keluarga merupakan bagian dari mereka yang dapat dipercaya. Iklan media informasi menjadi dapat menjadi sumber informasi yang memengaruhi sebesar 14.55 persen. Hal ini dapat terjadi disebabkan pengusaha terpengaruh melalui iklan-iklan yang dibuat oleh pemasok ikan atau pemasok ikan. Tetangga dapat menjadi sumber informasi yang memengaruhi sebanyak 5.45 persen hal ini disebabkan tetangga tersebut memberikan informasi secara detail mengenai kebutuhan ikan lele. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi yang memengaruhi disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi yang memengaruhi

No Sumber informasi Paling

Memengaruhi

Persentase (%)

1 Pembudidaya lele 17 30.91

2 Iklan media informasi 8 14.55

3 Keluarga 13 23.64

4 Teman Seprofesi 14 25.45

5 Tetangga 3 5.45

Jumlah 55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Pada proses pencarian informasi, tabel menyajikan jawaban responden mengenai fokus perhatian pengusaha dalam pencarian informasi sebelum mereka membeli ikan lele. Diketahui harga merupakan fokus perhatian terbesar dengan persentase sebesar 52.73 persen, hal ini mengambarkan merupakan hal yang menarik pada pencarian informasi. Pelayanan menjadi fokus perhatian dalam pencarian informasi sebesar 27.27 persen, hal ini dapat diketahui dari sikap pemasok ikan atau penjual ikan kepada pengusaha restoran kaki lima. Ketersediaan menjadi fokus perhatian sebesar 16.36 persen hal ini disebabkan pengusaha menganggap bisnis akan dapat berjalan bila didukung ketersediaan ikan lele. Cara pembayaran sebesar 3.64 persen menjadi fokus perhatian dalam pencarian informasi hal ini disebabkan menarik system pembayaran yang dibuat oleh pemasok ikan atau pengusaha ikan. Sebaran responden berdasarkan fokus pencarian informasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran responden berdasarkan fokus pencarian informasi

No Fokus Banyak Persentase (%)

1 Harga 29 52.73

2 Pelayanan 15 27.27

3 Ketersediaan 9 16.36

4 Cara pembayaran 2 3.64

Jumlah 55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternative merupakan tahapan selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan. Pada tahap ini pengusaha memproses informasi yang didapat untuk membuat keputusan akhir. Tahap Evaluasi pada penelitian ini mencoba meilhat dari hal yang dipertimbangkan oleh pengusaha restoran kaki lima dan sikap jika pengusaha tak mampu menyediakan ikan lele.

Pada hal yang dipertimbangkan dalam tahap evaluasi dijelaskan pada

tabel menunjukan bahwa sebesar 49.09 persen pengusaha

mempertimbangkan bahwa harga menjadi hal yang dipertimbangkan, hal ini disebabkan harga merupakan bagian utama dalam proses pembentukan keuntungan pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Kemudian sebesar

34

34.55 persen menyatakan bahwa pelayanan merupakan hal yang perlu dipertimbanhgkan hal ini disebabkan pengusaha tetap menginginkan kenyamanan dalam proses pembeliannya. Ketersedian menjadi hal yang dipertimbangkan sebesar 14.55 persen hal ini dianggap bahwa mereka akan lebih memilih pemasok ikan atau penjual ikan yang memiliki ketersediaan ikan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Cara pembayaran merupakan hal yang dipertimbangkan sebesar 1.82 persen hal ini dianggap layak untuk dipertimbangkan karena pemasok ikan memberikan kemudahan dalam hal pembayaran. Sebaran responden berdasarkan hal yang dipertimbangkan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran responden berdasarkan hal yang dipertimbangkan

No Hal yang dipertimbangkan Banyak Persentase (%)

1 Harga 27 49.09

2 Pelayanan 19 34.55

3 Ketersediaan 8 14.55

4 Cara pembayaran 1 1.82

Jumlah 55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Pengusaha restoran kaki lima ikan lele memberikan respon ketika ikan lele yang akan dibelinya tidak ada dipemasok ikan atau pengusaha tempat biasa membeli. Respon yang diberikan oleh pengusaha adalah mencari ikan lele ditempat lain sebesar 63.64 persen , hal ini merupakan bentuk menjaga jalannya bisnisnya serta memenuhi permintaan pelanggan. Selain itu respon yang diberikan oleh pengusaha adalah tidak bersikap apa- apa atau biasa saja sebesar 36.36 persen, hal ini merupakan sikap bahwa aktivitas pencarian kembali merupakan kegiatan yang membuang waktu dan menghabiskan banyak biaya. Sebaran responden berdasarkan respon tidak ada ikan lele disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran responden berdasarkan respon sikap tidak ada ikan lele No Respon bila tidak ada ikan lele Banyak Persentase (%)

1 Mencari ikan lele ditempat lain 35 63.64

2 Tidak membeli ikan lele 20 36.36

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Keputusan Pembelian

Tahap keputusan pembelian merupakan tahap dimana pengusaha membeli ikan lele berdasarkan informasi yang telah dievaluasi sebelumnya yang kemudian dijadikan proses kegiatan aktif. Pengusaha restoran kaki lima pecel lele melakukan kegiatang pembelian ikan lele ketika persediaan masih ada sebanyak 63.64 persen hal ini dilakukan untuk menjaga persediaan ikan lele yang dimilikinya. Disisi lain terdapat pengusaha yang membeli ikan lele ketika persediaan mereka sudah habis sebesar 36.36 persen hal ini membuktikan bahwa terdapat pengusaha yang tidak mau

mengambil risiko mengenai ikan lele yang dibelinya. Sebaran responden berdasarkan cara melakukan pembelian disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran responden berdasarkan cara melakukan pembelian

No Cara melakukan pembelian Banyak Persentase (%)

1 Membeli ketika persediaan

masih ada 35 63.64

2 Membeli ketika persediaan

sudah habis 20 36.36

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Cara melakukan pembayaran merupakan salah satu hal yang diteliti dalam penelitian. Pengusaha yang melakukan pembayaran secara tunai sebesar 76.36 persen dan pengusaha yang melakukan pembayaran secara hutang sebesar 23.64 persen. Sebaran responden berdasarkan cara melakukan pembayaran dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan cara melakukan pembayaran

No Cara melakukan pembayaran Banyak Persentase (%)

1 Langsugn 42 76.36

2 Tidak Langsung 13 23.64

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Pada tabel menjelaskan mengenai lokasi pembelian pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Kolam petani merupakan lokasi terbesar yang menjadi pilihan melakukan pembelian dengan persentase sebesar 60 persen. Lokasi pembelian selanjutnya adalah pasar sebesar 30.91 persen dan lokasi selanjutnya adalah restoran kaki lima pengusaha atau diantar sebesar 9.09 persen. Sebaran responden lokasi pembelian disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16. Sebaran responden berdasarkan lokasi pembelian

No Lokasi pembelian Banyak Persentase (%)

1 Pasar 17 30.91

2 Kolam pembudidaya 33 60.00

3 Restoran kaki lima (diantar) 5 9.09

55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Jumlah aktivitas pembelian ikan lele dapat dilakukan selama beberapa waktu dalam seminggu. Rutinitas pembelian dalam seminggu yang dilakukan pengusaha paling banyak ada 3 kali dalam seminggu sebesar 41.82 persen. Aktivitas pembelian 5 kali dalam seminggu, 2 kali dalam seminggu dan 7 kali dalam seminggu memiliki persentase yang sama sebesar 14.55 persen. Pembelian ikan lele dengan rutinitas 4 kali dalam seminggu sebesar 10.91 persen dan pembelian dengan rutinitas 1 kali dalam

36

seminggu sebesar 3.64 persen. Sebaran responden berdasarkan rutinitas mingguan disajikan dalam Tabel 17.

Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan rutinitas (minggu)

No Rutinitas pembelian Banyak Persentase (%)

1 1 kali 2 3.64 2 2 kali 8 14.55 3 3 kali 23 41.82 4 4 kali 6 10.91 5 5 kali 8 14.55 6 6 kali 0 0.00 7 7 kali 8 14.55 Jumlah

Sumber: Data diolah (2015)

Dalam kegiatan keputusan pembelian ikan lele, pengusaha restoran kaki lima pecel lele memiliki perbedaaan dalam jumlah pembelian. Pengusaha yang membeli ikan lele sebanyak 3.1 – 6 kilogram sebesar 47.27 persen. Persentase pengusaha yang membeli ikan 6.1 – 9 kilogram sebesar 25.45. Pengusaha yang melakukan pembelian diatas 9 kilogram sebesar 18.18 persen dan pengusaha yang melakukan pembelian ikan lele 1 – 3 kilogram sebesar 9.09 persen. Sebaran responden berdasarkan rutinitas mingguan disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Sebaran responden berdasarkan berat pembelian

No Berat pembelian Banyak Persentase (%)

1 1kg - 3 kg 5 9.09

2 3.1kg - 6 kg 26 47.27

3 6.1kg - 9 kg 14 25.45

4 >9kg 10 18.18

Jumlah 55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Pengusaha restoran kaki lima dalam membeli ikan lele memiliki kriteria jumlah ikan lele yang dibeli tiap kilogram. Pengusaha yang membeli ikan tiap dengan jumlah 7 ekor dan 9 ekor setiap kilogramnya sebesar 30.91 persen. Sementara pengusaha yang membeli ikan dengan jumlah 8 ekor setiap kilogramnya sebesar 20 persen dan pengusaha yang membeli ukuran 6 ekor setiap kilogramnya sebesar 18.81 persen. Sebaran responden berdasarkan jumlah ikan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Sebaran responden berdasarkan jumlah ikan

No Jumlah ikan Banyak Persentase (%)

1 6 ekor 10 18.18

2 7 ekor 17 30.91

3 8 ekor 11 20.00

4 9 ekor 17 30.91

Jumlah 55 100

Pasca pembelian

Aktivitas pasca pembelian merupakan tahapan akhir dalam proses keputusan pembelian. Pada tahap ini pengusaha mengevaluasi mengenai aktivitas pembelian yang telah dilakukan. Hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi bahan pertimbangan pengusaha dalam bersikap untuk melakukan kegiaan pembelian selanjutnya. Dalam penelitian ini sebesar 92.73 persen pengusaha puas terhadap aktivitas pembelian yang telah dilakukan sementara sebesar 7.27 persen pengusaha merasa tidak puas akan aktivitas pembelian yang telah dilakukannya. Sebaran responden berdasarkan kepuasan terhadap aktivitas pembelian disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20.Sebaran responden berdasarkan kepuasan terhadap aktivitas pembelian

No Kepuasan Banyak Persentase (%)

1 Puas 51 92.73

2 Tidak puas 4 7.27

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Dalam aktivitas pembelian ikan lele pengusaha restoran kaki lima merasa bahwa dalam kegiatan pembelian ikan lele mudah sebesar 90.91 persen hal ini dibuktikan dengan selalu adanya ikan lele yang dapat dibeli pengusaha restoran kaki lima pecel lele sementara 9.09 persen menganggap sulit disebabkan oleh pengusaha terkadang tidak mendapatkan ikan lele pada hari tertentu atau mereka mendapatkan ikan lele yang tidak sesuai harapan. Sebaran responden berdasarkan aktivitas disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan respon mendapatkan ikan

No Respon mendapatkan ikan Banyak Persentase (%)

1 Mudah 50 90.91

2 Sulit 5 9.09

Jumlah 55 100.00

Sumber: Data diolah (2015)

Ketersediaan ikan tidak selalu dapat dipenuhi secara terus menerus, terdapat waktu dimana ketersediaan ikan lele sedang sedikit yang mengakibatkan naiknya harga ikan lele. Pengusaha restoran kaki lima yang menghadapi kondisi ini biasanya menaikan harga olah dengan tujuan agar mengurangi risiko pertambahan biaya yang dikeluarkan pengusaha, pengusaha yang melakukan cara ini sebesar 67.27 persen. Mengurangi persediaan ini menjadi alternative pengusaha dipandang baik karena dapat tetap memenuhi permintaan pelanggan dengan tetap menjual harga yang sama, pengusaha yang mengambil tidakan ini sebesar 23.64 persen dan pedangan yang mengambil tidakan dengan mengabungkan mengurangi persediaan dan menaikan harga sebesar 9.09 persen. Sebaran responden berdasarkan kondisi ikan lele sedikit dapat dilihat pada Tabel 22.

38

Tabel 22. Sebaran responden berdasarkan kondisi ikan lele sedikit No Tindakan ketika stock ikan sedikit Banyak Persentase (%)

1 mengurangi persediaan 13 23.64

2 menaikan harga olahan 37 67.27

3 kombinasi alternative 5 9.09

Jumlah 55 100

Sumber: Data diolah (2015)

Analisis Faktor

Proses keputusan pembelian ikan lele yang dilakukan pengusaha restoran kaki lima pecel lele melibatkan beberapa factor yang dipertimbangkan yang dianalisis mengunakan analisis faktor. Metode yang dipakai dalam analisis ini adalah Pricipal Component Analysis dengan harapan agar menemukan hubungan antar sejumlah variable-variabel yang tidak tergantung satu sama lain, sehingga dapat dibuat kumpulan variabel faktor yang lebih sedikit dari pada jumlah varibel faktor sebelumnnya.

Variabel yang dijadikan data masukan dalam analisis faktor ditentukan berdasarkan teori kotler dan amstrong (2008) dan informasi lapangan yang diterima. Terdapat empat faktor diantaranya adalah linkungan, organisasi, antar pribadi dan pribadi. Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini diantaranya disajikan pada Tabel 23 berikut ini.

Tabel 23. Variabel dalam analisis faktor

Variabel Keterangan

X1 Permintaan pelanggan

X2 Penawaran ikan

X3 Pengambilan keputusan kelompok

X4 Perputaran usaha X5 Citra X6 Keamanan produk X7 Sistem pembayaran X8 Keuntungan X9 Risiko X10 Promosi X11 Service quality X12 Jarak X13 Harga produk

Sumber: Data diolah (2015)

Dalam proses analisis faktor melakukan uji kelayakan terhadap variable asal dengan mengunakan uji Kaiser Meyer Olkin dan Measure of Sampling Adequency . kriteria yang ditetapkan berdasarkan nilai indeks berkisar antara 0.5 – 1.0 akan dianggap analisis faktor layak dilakukan namun bila nilai indeks < 0.5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan. Berdasarkan uji diperoleh angka 0.582, hal ini menunjukan bahwa variabel dapat dianalisis lebih lanjut kembali (lampiran 4).

Variabel yang diteliti dalam analisis faktor berjumlah 13 variabel, dalam perhitungan table Anti-Image Pada bagian Anti-Image Correlation

dapat dilihat pada tabel tidak ditemukan peubah yang memiliki nilai MSA dibawah 0.5 (lampiran 2). Dengan kata lain tidak ada variabel yang dibuang serta tidak memerlukan lagi pengujian ulang, dimana seluruh variabel layak untuk dijadikan faktor yang memengaruhi pembelian pengusaha. Nilai Anti- Image Corellation dalam analisis faktor ini disajikan dalam Tabel 24.

Tabel 24. Nilai Anti-Image Corellation

No Variabel Nilai 1 Permintaan 0.543 2 Penawaran 0.555 3 Keputusan 0.544 4 Perputaran 0.599 5 Citra 0.523 6 Keamanan 0.614 7 Pembayaran 0.627 8 Keuntungan 0.572 9 Risiko 0.613 10 Promosi 0.620 11 Pelayanan 0.535 12 Jarak 0.602 13 Harga 0.560

Sumber: Data diolah (2015)

Variabel-variabel tersebut lalu diurutkan untuk mengetahui variabel mana yang dipertimbangkan oleh pengusaha restoran kaki lima pecel lele. Pada Tabel 25, dapat dilihat terdapat urutan dari nilai tertinggi sampai terendah dimulai dari keputusan sebesar 0.768 hal ini menunjukan bahwa keputusan kelompok usaha merupakan variabel pertama yang memengaruhi pembelian hal ini disebabkan para pengusaha restoran kaki lima merupakan sebuah kelompok usaha yang telah memiliki kesepakatan dengan pemasok ikan.

Pelayanan merupakan variabel yang dipertimbangkan kedua dalam faktor pembelian hal ini disebabkan para pengusaha mengharapkan pelayanan lebih dari para pemasok ikan seperti pelayan pembesihan ikan

Dokumen terkait