• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae Sebagai Inhibitor Tirosinase Dan Antioksidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae Sebagai Inhibitor Tirosinase Dan Antioksidan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENAPISAN EKSTRAK DAUN FAMILI

ZINGIBERACEAE

SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE DAN ANTIOKSIDAN

YUNI KARTIKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae sebagai Inhibitor Tirosinase dan Antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yuni Kartika

(4)
(5)

ABSTRAK

YUNI KARTIKA. Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae sebagai Inhibitor Tirosinase dan Antioksidan. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA dan LATIFAH K DARUSMAN.

Penapisan atas daun Zingiberaceae telah dilakukan sebagai inhibitor tirosinase dan antioksidan. Kadar total antosianin, klorofil, karotenoid, tanin, dan flavonoid ditentukan menggunakan metode spektroskopi. Metode penapisan antioksidan menggunakan 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH) dan penapisan inhibitor tirosinase menggunakan substrat tirosina (monofenolase) dan L-DOPA (difenolase). Ekstrak metanol daun temulawak (Curcuma xanthorrhiza) lebih aktif sebagai antioksidan daripada ekstrak lainnya dengan nilai IC50 281.85 mg/L dan hubungannya dengan kadar tanin ialah 22.76%. Ekstrak etil asetat dari daun bangle hantu (Zingiber purpureum) memiliki aktivitas inhibisi monofenolase 82.86% dan hubungannya dengan kadar karotenoid ialah 52.02%. Ekstrak etil asetat daun temu putih (Curcuma zedoaria) memiliki aktivitas inhibisi difenolase 90.20% dan hubungannya dengan kadar flavonoid ialah 39%. Jadi, dari 10 daun spesies Zingiberaceae, temulawak lebih berpotensi sebagai antioksidan, sementara bangle hantu dan temu putih lebih berpotensi sebagai inhibitor tirosinase.

Kata kunci: antioksidan, inhibitor tirosinase, penapisan, Zingiberaceae

ABSTRACT

YUNI KARTIKA. Screening on Extract of Zingiberaceae Leaves for Tyrosinase and Antioxidant Inhibitors. Supervised by IRMANIDA BATUBARA and LATIFAH K DARUSMAN.

Zingiberaceae leaves have been screened as tyrosinase and antioxidant inhibitors. The total anthocyanins, chlorophyll, carotenoids, tannins, and flavonoids content of Zingiberaceae leaves were determined by spectrometric method. The antioxidant inhibition was using 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH) assay and that for tyrosinase inhibition used L-tyrosine (monophenolase) and L-DOPA (diphenolase) substrates. Methanol extract of temulawak leaf (Curcuma xanthorrhiza) was the most active antioxidant with IC50 281.85 mg/L. Its correlation with tannins content was 22.76%. The ethyl acetate extract of

bangle hantu (Zingiber purpureum) leaves exhibited 82.86% for monophenolase inhibition and its correlation with carotenoids content was 52.02%. The ethyl acetate extract of temu putih (Curcuma zedoaria) leaves was 90.20% for diphenol inhibition and the correlation with flavonoids content was 39%. Therefore, among 10 species of Zingiberaceae, temulawak leaves is the most potential for antioxidant, meanwhile bangle hantu and temu putih leaves are most potential for tyrosinase inhibitors.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kimia

pada

Departemen Kimia

PENAPISAN EKSTRAK DAUN FAMILI

ZINGIBERACEAE

SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE DAN ANTIOKSIDAN

YUNI KARTIKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan hasil penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini berjudul Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae sebagai Inhibitor Tirosinase dan Antioksidan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Irmanida Batubara dan Ibu Latifah K Darusman selaku pembimbing atas segala ilmu, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas batuan dana yang diberikan melalui beasiswa Bidikmisi dari tahun 2011 sampai 2015 sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pegawai Pusat Studi Biofarmaka (PSB) dan Laboratorium Kimia Analitik atas masukan-masukan teknis selama penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik, dan semua teman kimia 48 khususnya Aldi, Riesta, dan Mbak Zahra atas dukungan akademik dan teknis selama penelitian.

Penulis berharap laporan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 3

Alat dan Bahan 3

Metode 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kadar Air dan Abu 5

Ekstraksi 6

Kadar Antosianin 7

Kadar Klorofil 8

Kadar Karotenoid 9

Kadar Tanin 10

Kadar Flavonoid 11

Antioksidan 12

Inhibitor Tirosinase 13

Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Antioksidan 14 Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Inhibisi Monofenolase 15 Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Inhibisi Difenolase 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kadar air dan kadar abu 6

2 Rendemen ekstraksi 7

3 Nilai IC50 sampel sebagai antioksidan 13

4 % inhibisi sampel 250 mg/L sebagai inhibitor tirosinase 14 5 Hubungan antara aktivitas antioksidan dan kadar senyawa fitokimia 15 6 Hubungan antara inhibisi monofenolase dan kadar senyawa fitokimia 16 7 Hubungan antara inhibisi difenolase dan kadar senyawa fitokimia 17

DAFTAR GAMBAR

1 Biosintesis melanin 2

2 Antosianin dalam larutan sampel 8

3 Klorofil dalam larutan sampel 8

4 Karotenoid dalam larutan sampel 9

5 Tanin dalam larutan sampel 10

6 Flavonoid dalam larutan sampel 11

7 Penangkapan radikal DPPH 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 20

2 Contoh penghitungan kadar air 21

3 Contoh penghitungan kadar abu 21

4 Contoh penghitungan rendemen 21

5 Contoh penghitungan kadar antosianin 21

6 Contoh penghitungan kadar klorofil dan karotenoid 22 7 Kurva standar katekin dan contoh penghitungan tanin dalam sampel 23 8 Kurva standar kuersetin dan contoh penghitungan flavonoid dalam

sampel 23

9 Contoh penghitungan %inhibisi dan IC50 antioksidan dalam sampel 24

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Pemutih kulit merupakan zat yang dapat mengurangi intensitas warna pada kulit manusia. Salah satu cara memutihkan kulit menggunakan kosmetik dengan membantu pengelupasan lapisan tanduk dari lapisan epidermis. Jika tidak terjadi pengelupasan maka sel-sel kulit yang mati akan mengakibatkan kulit menjadi kusam, kasar, kotor, berpori lebar, dan tejadi penumpukan pigmen kulit (Mursito 2002). Cara lain untuk terjadinya pemutihan kulit ialah dengan menghambat proses enzimatik. Tirosinase merupakan enzim yang terlibat dalam proses pigmentasi. Mekanismenya adalah enzim tirosinase mengatalisis tirosina menjadi 3,4-dihidroksifenilalanina (DOPA), kemudian DOPA dioksidasi menjadi dopakuinon selanjutnya terjadi reaksi yang menghasilkan pigmen eumelanin atau feomelanin (Gambar 1) (Likhitwitayawuid 2008). Pada proses pigmentasi ini sering kali menghasilkan spesies oksigen reaktif (SOR) yang dapat meningkatkan pembentukan pigmen melanin. Selain menghambat proses enzimatik, senyawa antioksidan juga dibutuhkan untuk mengendalikan SOR.

Senyawa-senyawa untuk menghambat proses enzimatik dan antioksidan dapat diambil dari tanaman Zingiberaceae yang memiliki banyak spesies dan dapat tumbuh di Indonesia. Contohnya ialah temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang berasal dari Indonesia kemudian tersebar ke negara-negara lain. Penentuan satu spesies yang lebih berpotensi sebagai inhibitor tirosinase dan antioksidan sangat diperlukan karena setiap tanaman obat memiliki efek farmakologi yang berbeda dan spesifikasi khasiat yang sangat unik (Mahendra 2006). Oleh karena itu, penapisan dilakukan pada 10 spesies daun famili Zingiberaceae dengan cara penentuan kadar antosianin, klorofil, karotenoid, tanin, dan flavonoid yang dihubungkan dengan aktivitas antioksidan serta inhibitor tirosinase. Senyawa polifenol seperti flavonoid, klorofil, tanin, dan antosianin memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas, selain itu senyawa flavonoid teridentifikasi sebagai inhibitor tirosinase (Batubara et al. 2015). Klorofil adalah pigmen hijau yang ditemukan pada kebanyakan tumbuhan, alga, dan sianobakteria. Klorofil sensitif terhadap cahaya, panas, oksigen, dan degradasi kimia. Klorofil memiliki kemampuan sebagai antioksidan, mekanismenya antara lain (i) efek antioksidan berasal dari struktur porfirinnya, (ii) Mg dapat memperkuat aktivitas antioksidan klorofil jika dalam bentuk terkelat, (iii) klorofil mereduksi radikal bebas DPPH, (iv) radikal π-kation dihasilkan oleh klorofil ketika dioksidasi dalam sistem metil linoleat (Endo et al. 1985). Selain itu, karotenoid juga aktif sebagai antioksidan dengan memiliki ikatan rangkap dua yang banyak dan terkonjugasi.

(16)

2

pelarut akan melunak susunan sel, sehingga zat yang mudah larut akan melarut (Ansel 2011). Metode maserasi bertingkat dipilih agar seluruh senyawa dalam daun dapat terekstrak. Pada penelitian ini kadar antosianin, klorofil, karotenoid, tanin, dan flavonoid ditentukan dengan metode spektroskopi, serta aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase ditentukan pada seluruh ekstrak. Selain itu, dilakukan penetapan golongan senyawa dan spesies daun yang berperan dan berpotensi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase.

(17)

3

BAHAN DAN METODE

Aktivitas inhibisi enzim tirosinase dan antioksidan dari 10 spesies daun famili Zingiberaceae dianalisis dengan beberapa tahap, yaitu koleksi dan preparasi sampel, penentuan kadar air dan kadar abu, ekstraksi sampel dengan metode maserasi, penentuan kadar antosianin, klorofil, karotenoid, tanin, flavonoid, pengujian aktivitas antioksdan, dan inhibitor tirosinase (Lampiran 1).

Alat dan Bahan standar kuersetin, standar asam askorbat, standar asam kojat, HCl pekat, vanillin, buffer tris pH 7.8, AlCl3 10%, CH3COONa 1 M, buffer fosfat pH 6.5, DPPH, DMSO (dimetil sulfoksida), enzim tirosinae, substrat L-tirosin, substrat L-DOPA, dan bahan-bahan kimia lainnya.

Metode

Pengumpulan dan Pengeringan Sampel (Depkes 2008)

Daun famili Zingiberaceae diambil di Kebun Pusat Studi Biofarmaka IPB, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Daun dipotong-potong dan dikeringkan pada suhu 40 °C. Daun yang sudah kering diserbukkan dan disaring dengan ukuran 60 mesh di SEA FAST IPB.

Penentuan Kadar Air (AOAC 2007)

Cawan porselin dikeringkan di dalam oven pada suhu 105−110 °C selama 15 menit, kemudian diletakkan di dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Sebanyak 2 g sampel diletakkan dalam cawan yang telah dikeringkan tersebut, lalu dipanaskan di dalam oven pada suhu

105−110 °C hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

adar air 100

(18)

4

Penentuan Kadar Abu (AOAC 2007)

Cawan porselin dikeringkan di dalam oven selama 30 menit pada suhu

100−105 °C, lalu dimasukkan ke dalam tanur, setelah 30 menit cawan didinginkan

di dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 2 g sampel diletakkan dalam cawan yang telah dikeringkan tersebut, lalu dibakar menggunakan pembakar bunsen hingga tidak berasap. Kemudian diabukan di dalam tanur pada suhu 600 °C hingga sempurna. Setelah itu, didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

adar a u 100

Keterangan: A: bobot sampel kering (g) B: bobot abu (g)

Ekstraksi

Metode ektraksi yang digunakan ialah maserasi bertingkat. Serbuk daun ditimbang 50 g dan ditambahkan 250 mL pelarut. Urutan pelarut yang ditambahkan ialah n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstraksi dilakukan tiga kali ulangan. Rendemen dihitung dengan persamaan berikut:

endemen o ot sampeleksrtak pekat

Kadar Total Antosianin (Sims dan Gamon 2002)

Larutan ekstrak 100 mg/L dibuat dengan pelarut metanol:HCl:akuades (90:1:1) kemudian dikocok dan absorbans diukur panjang gelombang 650 nm dan 529 nm. Kadar antosianin dihitung dengan persamaan berikut:

adar antosianin 529 0 288 650

Kadar antosianin dalam satuan %b/b (g/g) ekstrak.

Kadar Klorofil dan Karotenoid (Sims dan Gamon 2002)

Larutan ekstrak 100 mg/L dibuat dengan aseton:larutan buffer tris pH 7.8 (8:2) kemudian dikocok dan absorbans diukur pada panjang gelombang 470 nm, 537 nm, 647 nm, dan 663 nm. Kadar klorofil dihitung dengan persamaan berikut:

adar antosianin 0 08173 537 0 00697 647 0 002228 663

adar klorofil a 0 01373 663 0 000897 537 0 003046 647

adar klorofil 0 02405 647 0 004305 537 0 005507 663

adar klorofil total adar klorofil a adar klorofil

adar karotenoid ( 470 17 1 kadar klorofil total119 269 479 kadar antosianin )

konsentrasi klorofil dan karotenoid dalam satuan %b/b (mg/g) ekstrak.

Analisis Kandungan Tanin (Formagio et al. 2014)

(19)

5 absorbans diukur pada panjang gelombang 500 nm. Katekin digunakan sebagai standar. Kadar tanin dalam satuan (%b/b (g/g)) ekstrak.

Kadar Flavonoid (Chang et al. 2002)

Total flavonoid diukur dengan uji kolorimetrik aluminium klorida. Sebanyak 125 µL larutan ekstrak dicampurkan dengan 375 µ L etanol, 25 µ L AlCl3 10%, 25 µL CH3COONa 1 M, dan 700 µL akuades. Kemudian campuran diaduk dan diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Sebanyak 250 µL campuran dimasukkan ke dalam sumur (96-plate well) dan absorbans diukur pada panjang gelombang 415 nm. Kuersetin digunakan sebagai standar. Kadar flavonoid dalam satuan (%b/b (g/g)) ekstrak.

Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2011)

Sampel dilarutkan dengan etanol sehingga diperoleh variasi konsentrasi. Sebanyak 100 µL larutan sampel dan 100 µL larutan DPPH (125 µM) dimasukkan ke dalam sumur (96-well plate). Setelah 30 menit inkubasi, absorbans diukur pada panjang gelombang 517 nm. Kontrol positif yang digunakan ialah asam askorbat. Aktivitas antioksidan dihitung dengan persamaan berikut:

inhi isi( ) [( langko( sampel )

langko) ] 100

Uji Inhibisi Tirosinase (Batubara dan Adfa 2013)

Ekstrak dilarutkan dengan DMSO, kemudian diencerkan dengan buffer fosfat 50 mM (pH 6.5) menjadi 250 mg/L. Sebanyak 70 µL larutan ekstrak dimasukkan ke dalam sumur (96-well plate), ditambahkan 30 µL enzim tirosinase (Sigma, 333 Unit mL-1 dalam larutan buffer fosfat), dan campuran diinkubasi selama 5 menit. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 110 µL substrat (L-tirosin 2 mM atau L-DOPA 12 mM) dan campuran diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit. Absorbans diukur pada panjang gelombang 492 nm. Asam kojat digunakan sebagai kontrol positif. Aktivitas inhibisi dihitung dengan persamaan berikut:

inhi isi [( kontrol negatif sampel )

( kontrol negatif) ] 100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan Abu

Kadar air dan kadar abu dari simplisia daun merupakan parameter kualitas obat herbal. Bahan mineral (abu) meliputi K, Ca, Mg, Na, P, dan S, serta unsur mikro 1–10% berat kering. Kadar air dan kadar abu pada daun lebih tinggi daripada perakaran (Susanto 2005).

(20)

6

Menurut Kemenkes (1994), kadar air bangle hantu melebihi batas maksimum kadar air untuk bahan baku obat tradisional, yaitu 10%. Kadar air menjadi acuan untuk dilakukan maserasi sampel dan digunakan sebagai faktor koreksi bobot rendemen. Selain kadar air, kadar abu dari simplisia daun ditentukan untuk mengetahui kandungan mineral dalam sampel. Semakin tinggi kadar abu maka kandungan mineral akan semakin tinggi. Dari 10 spesies daun memiliki kandungan mineral yang kurang dari 20%, kadar abu yang paling tinggi ialah daun jahe merah dibandingkan dengan daun-daun yang lainnya (Tabel 1). Penghitungan kadar abu berdasarkan bobot kering sampel ditampilkan pada Lampiran 3. Unsur-unsur mineral dalam tanah ditingkatkan melalui pemupukan dan pengapuran sehingga menghasilkan tanaman yang lebih berkualitas. Kadar air dan kadar abu suatu tanaman dipengaruhi oleh tempat tumbuh, pemupukan (Hadipoentyanti E dan Syahid SF 2007), dan musim.

Ekstraksi

(21)

7

Penentuan rendemen ekstrak berdasarkan pada perbandingan ekstrak pekat yang didapatkan dengan sampel kering (Lampiran 4). Rendemen ekstrak yang dihasilkan sangat beragam mulai dari 1.71% hingga 10.14%, hal ini disebabkan perbedaan zat aktif yang larut dalam pelarutnya. Rendemen ekstrak metanol lebih besar dibandingkan ekstrak pelarut lainnya (Tabel 2).

Kadar Antosianin

Metode spektroskopi digunakan untuk menentukan kadar antosianin dalam ekstrak pekat daun Zingiberaceae. Antosianin diekstraksi menggunakan metanol dalam keadaan asam. Dalam daun, antosianin ditemukan pada jaringan mesofil dan pada epidermis dalam, kadarnya lebih tinggi dalam daun muda karena laju fotosintesis yang masih rendah.

Pada panjang gelombang 529 nm, serapan antosianin bertumpang tindih dengan klorofil, sehingga penentuan kadar antosianin dalam ekstrak dikoreksi dengan serapan klorofil (Lampiran 5). Ekstrak pelarut etil asetat memiliki kadar antosianin yang lebih tinggi, kemudian diikuti dengan pelarut metanol, dan yang terakhir ialah n-heksana (Gambar 2), hal ini disebabkan kepolaran antosianin berada di antara etil asetat dan metanol. Kadar antosianin dalam ekstrak sangat beragam, mulai dari ekstrak n-heksana daun kapulaga, yaitu 0.06% (b/b) hingga ekstrak etil asetat daun lengkuas, yaitu 2.73% (b/b) menurut Sims dan Gamon (2002) kadar antosianin dalam daun sekitar 3%. Antosianin dalam daun merupakan pigmen merah yang dapat menyerap kelebihan cahaya atau sinar UV, selain itu antosianin diduga dapat menangkap ROS. Hasil pengujian seluruh ekstrak daun famili Zingiberaceae mengandung antosianin yang dapat digunakan sebagai antioksidan, dengan cara menangkap radikal bebas dari DPPH. Selain itu, antosianin dalam sampel diduga dapat digunakan sebagai inhibitor tirosinase karena kemungkinan senyawa antosianin dalam ekstrak memiliki gugus fungsi yang sama dengan L-tirosin atau L-DOPA.

Tabel 2 Rendemen ekstraksi

(22)

8

Kadar Klorofil

Penentuan kadar klorofil pada sampel, dengan cara mengekstraksinya oleh aseton dalam keadaan basa. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar antosianin, karena serapan maksimum dari klorofil berada di sekitar spektrum merah dan biru yang bertumpang tindih dengan serapan antosianin. Degradasi antosianin dalam larutan basa bergantung pada waktu dan gugus penyubstitusinya (Sims dan Gamon 2002).

Klorofil dalam daun terdiri atas klorofil a dan klorofil b, perbedaannya ialah Gambar 2 Antosianin dalam larutan sampel. THT (temu hitam), TPT (temu

putih), KPL (kapulaga), LPY (lempuyang), JMR (jahe merah), KNY (kunyit), LKS (lengkuas), TLK (temulawak), TKC (temu kunci), BHT (bangle hantu).

(23)

9 gugus substituen pada cincin porfirin dan panjang gelombang yang digunakan untuk mengukurnya juga berbeda. Berdasarkan strukturnya, klorofil tidak terlalu polar dan juga bukan nonpolar. Hasil penapisan kadar klorofil total pada 10 spesies daun Zingiberaaceae sangat beragam, mulai dari 0.02% dalam ekstrak metanol daun lengkuas hingga 0.56% dalam ekstrak etil asetat daun lengkuas. Pada umumnya ekstrak etil asetat memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak pelarut lainnya (Gambar 3). Pada penghitungan kadar klorofil ada beberapa faktor koreksi, hal ini disebabkan adanya tumpang tindih dari absorbans klorofil dan antosianin (Lampiran 6).

Dalam daun klorofil merupakan pigmen fotosintesis yang digunakan untuk menangkap sinar matahari. Dengan adanya kandungan klorofil dalam sampel diduga bahwa sampel dapat digunakan untuk menangkap radikal bebas dengan cara mendonorkan elektron, tanpa terbentuknya radikal bebas yang reaktif.

Kadar Karotenoid

Penentuan kadar karotenoid menggunakan metode yang sama dengan kadar klorofil. Namun, panjang gelombang maksimum untuk mengukur absorbans dari karotenoid ialah 470 nm berbeda dengan panjang gelombang maksimum klorofil. Pada panjang gelombang ini terjadi tumpang tindih spektrum karotenoid, klorofil, dan antosianin, sehingga dalam penghitungan kadar karotenoid diperlukan nilai koreksi (Lampiran 6).

Karotenoid dalam daun terdapat karotena (karotenoid yang terdiri atas atom karbon dan hidrogen) dan xantofil (karotenoid yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen). Berdasarkan strukturnya yang sebagian besar merupakan hidrokarbon maka karotenoid lebih banyak terekstrak dalam pelarut n-heksana dan etil asetat. Hasil penapisan dari 10 spesies daun famili Zingiberaceae sangat beragam, tetapi pada umumnya kadar karotenoid dalam ekstrak etil asetat lebih tinggi dibandingkan ekstrak lainnya dan ekstrak metanol memiliki kadar

(24)

10

karotenoid yang paling rendah. Hal ini berarti dalam famili Zingiberaceae

memiliki kadar xantofil yang lebih tinggi dibandingkan karotena. Kadar karotenoid tertinggi ada dalam ekstrak etil asetat daun bangle hantu, yaitu 0.55% (Gambar 4) dan hampir tidak ada dalam ekstrak metanol daun lengkuas dan jahe merah. Dalam daun, karotenoid merupakan pigmen kuning yang dapat digunakan untuk menangkap energi berlebih dari matahari. Berdasarkan strukturnya karotenoid memiliki ikatan rangkap yang banyak dan terkonjugasi sehingga dapat digunakan untuk menangkap radikal bebas.

Kadar Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang bertindak sebagai metabolit sekunder. Tanin terdiri atas tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi terbentuk karena proses kondensasi pada flavanol atau sering disebut dengan proantosianidin. Penentuan kadar tanin terkondensasi dengan metode vanillin-HCl. Prinsipnya ialah vanillin terprotonasi dalam asam, membentuk karbokation dan bereaksi dengan flavonoid. Senyawa antara yang dihasilkan mengalami reaksi dehidrasi dan menghasilkan warna merah (Salunkhe

et al. 1990). Manfaat dari tanin terkondensasi antara lain sebagai antioksidan dan mengurangi risiko kanker. Kapasitas bioaktivitas dari tanin bergantung pada struktur dan derajat polimerisasi. Spesies tanaman memiliki struktur dan kadar yang berbeda.

Penghitungan kadar tanin dalam sampel menggunakan persamaan garis dari deret standar katekin (Lampiran 7). Hasil penapisan kadar tanin dalam 10 spesies daun famili Zingiberaceae sangat beragam. Pada umumnya ekstrak etil asetat memiliki kadar tanin yang lebih tinggi dibandignkan dengan pelarut lainya (Gambar 5). Ekstak etil asetat daun kapulaga memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak daun lainnya, yaitu 11.60%. Adanya tanin terkondensasi

(25)

11 dalam seluruh ekstrak diduga bahwa seluruh ekstrak memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase.

Kadar Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang bertindak sebagai metabolit sekunder dalam tumbuhan. Pada umumnya gugus hidroksil menjadi substituen senyawa flavonoid sehingga bersifat polar. Flavonoid merupakan salah satu pigmen tumbuhan, sehingga dapat dtentukan kadarnya menggunakan teknik spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-Vis). Panjang gelombang yang digunakan ialah 415 nm. Pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi flavonoid antara lain etanol, metanol, etil asetat, atau campuran pelarut lainnya (Markham 1988).

Penentuan kadar flavonoid melibatkan reaksi kompleksasi dengan aluminium sebagai ion pusat. Reaksi kompleksasi dapat berlangsung pada suhu ruang, tetapi sangat bergantung pada media dan pH. Kompleks flavonoid dan aluminium termasuk stabil. Menurut Malesev dan Kuntic (2007) penentuan kadar kuersetin dan morin dapat menggunakan logam aluminium.

Penentuan kadar flavonoid dalam sampel menggunakan persamaan garis dari larutan standar kuersetin (Lampiran 8). Hasil penapisan kadar flavonoid pada 10 spesies daun famili Zingiberaceae sangat beragam, tetapi secara umum ekstrak etil asetat memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak metanol. Kadar flavonoid tertinggi ada dalam ekstrak etil asetat dari daun kapulaga, yaitu 1.67%, diikuti oleh ekstrak temu putih dengan kadar flavonoid 1.47% (Gambar 6). Dengan kadar flavonoid tersebut, diduga bahwa ekstrak dapat berpotensi sebagai antioksidan atau inhibitor tirosinase.

(26)

12

Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Antioksidan dapat berupa enzim, vitamin, dan senyawa lain. Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama (primer) terhadap kondisi stres oksidatif, bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Di samping antioksidan enzimatis, ada juga antioksidan nonenzimatis yang dapat berupa senyawa nutrisi maupun nonnutrisi yang disebut dengan antioksidan sekunder. Vitamin dan senyawa fenolik termasuk dalam antioksidan sekunder. Daun famili

Zingiberaceae yang diuji di antaranya mengandung senyawa antioksidan tersebut. Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, mekanismenya ialah senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal stabil DPPH sehingga intensitas warna ungu akan berkurang (Gambar 7). Warna ungu dari DPPH memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm. Sehingga semakin tinggi aktivitas antioksidan maka serapannya akan rendah.

Aktivitas antioksidan dalam sampel digambarkan dengan konsentrasi inhibisi 50% (IC50). Penghitungan nilai IC50 melibatkan deret konsentrasi dari larutan standar asam askorbat atau larutan ekstrak (Lampiran 9). Hasil penapisan antioksidan ekstrak kasar dari 10 spesies daun famili Zingiberaceae memilki aktivitas antioksidan yang sangat beragam. Ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang rendah, diduga karena rendahnya kadar senyawa fitokimia dibandingkan ekstrak etil asetat dan metanol. Dari seluruhnya, ekstrak metanol daun temulawak memilki aktivitas antioksidan yang terbaik dengan nilai IC50 281.85 mg/L. Hasil penapisan sebelumnya, ekstrak metanol daun temulawak memiliki kadar tanin 8.44%, kadar antosianin 1.86%, dan kadar flavonoid 0.73%. Ekstrak lainnya yang berpotensi ialah ekstrak daun jahe merah dengan nilai IC50 282.64 mg/L. Dalam ekstrak etil asetat daun jahe merah terdapat kadar tanin 5.40%, kadar antosianin 0.84%, kadar flavonoid 0.88%, kadar klorofil 0.20%, dan kadar karotenoid 0.15%. Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat daun jahe merah lebih tinggi walaupun dengan kadar senyawa fitokimia yang lebih rendah dibandingkan ekstrak lainnya, hal ini diduga struktur tanin, antosianin, flavonoid, dan karotenoid dalam daun jahe merah berbeda dengan daun lainnya. Dengan adanya perbedaan kadar senyawa fitokimia dalam daun-daun yang berpotensi

(27)

13

sebagai antioksidan, maka diduga ada satu kadar senyawa yang lebih memengaruhi aktivitasnya pada masing-masing ekstrak.

Inhibitor Tirosinase

Tirosinase (monofenolase atau difenolase, EC 1.14.18.1) atau polifenol oksidase merupakan metaloenzim yang terlibat dalam proses pigmentasi, dengan mengubah substrat L-tirosin menjadi DOPA dan mengubah substrat L-DOPA menjadi dopakuinon (Gambar 1). Reaktivitas yang tinggi dari DOPA atau dopakuinon menyebabkan reaksi polimerisasi spontan membentuk melanin (pigmen warna coklat). Pigmentasi dapat dikurangi dengan menghambat aktivitas tirosinase, salah satunya menggunakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman. Senyawa yang sering digunakan untuk menghambat tirosinase ialah asam kojat.

Penentuan kemampuan inhibitor tirosinase pada ekstrak menggunakan 2 substrat dengan konsentrasi ekstrak 250 mg/L. Reaksi antara enzim dan substrat akan menghasilkan warna coklat. Adanya inhibisi dari sampel, akan menyebabkan intensitas warna coklat berkurang. Penghitungan % inhibisi ditampilkan pada Lampiran 10. Hasil penapisan ekstrak kasar 10 spesies daun famili Zingiberaceae

sangat beragam. Secara umum aktivitas inhibisi dari ekstrak lebih tinggi pada monofenolase dibandingkan difenolase. Daun temu putih berpotensi sebagai inhibitor tirosinase. Pada ekstrak n-heksana daun temu putih mampu menginhibisi 61.26% monofenolase dan 61.96% difenolase (Tabel 4). Hasil penapisan kadar senyawa fitokimia, ekstrak n-heksana daun temu putih memiliki kadar klorofil 0.08%, kadar karotenoid 0.12%, kadar antosianin 0.41%, kadar flavonoid 0.18%, dan kadar tanin 0.19%. Selain itu, ekstrak etil asetat daun temu putih menginhibisi 90.20% difenolase lebih tinggi dibandingkan standar asam kojat (Tabel 4), di dalam ekstrak tersebut terdapat kadar klorofil 0.22%, kadar karotenoid 0.18%, kadar antosianin 1.91%, kadar flavonoid 1.47%, dan kadar tanin 10.22%. Daun

Tabel 3 Nilai IC50 sampel sebagai antioksidan

No Daun IC50 (mg/L)

(28)

14

lain yanng berpotensi sebagai inhibitor tirosinase ialah daun bangle hantu. Inhibisi monofenolase ekstrak etil asetat dan metanol daun bangle hantu berturut-turut ialah 82.86% dan 77.14% (Tabel 4). Nilai inhibisi monofenolase ektrak etil asetat daun bangle hantu tidak jauh berbeda dengan standar asam kojat. Aktivitas inhibisi monofenolase ekstrak metanol lebih rendah dibandingkan ekstrak etil asetat diduga dari hasil penapisan sebelumnya, yakni kadar senyawa fitokimia ekstrak metanol lebih rendah dibandingkan ekstrak etil asetat. Selain daun temu putih dan bangle hantu, ekstrak metanol daun temu hitam juga berperan dalam menginhibisi difenolase dengan nilai 40.59% (Tabel 4). Dalam ekstrak metanol daun temu hitam terdapat kadar klorofil 0.17%, kadar karotenoid 0.08%, kadar antosianin 1.41%, kadar flavonoid 0.82%, dan kadar tanin 5.93%. Dengan adanya perbedaan kadar senyawa fitokimia dalam daun-daun yang berpotensi sebagai inhibitor tirosinase, maka diduga ada satu kadar senyawa yang lebih memengaruhi aktivitasnya pada masing-masing ekstrak.

Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Antioksidan

Dari dugaan sebelumnya, bahwa adanya perbedaan kadar senyawa fitokimia sehingga dapat memengaruhi aktivitas antioksidan pada masing-masing ekstrak maka dilakukan penentuan nilai hubungan antara kadar senyawa dan antioksidan. hubungan antara aktivitas antioksidan dan kadar senyawa fitokimia ialah terbalik, hal ini karena aktivitas antioksidan (sumbu y) digambarkan oleh nilai IC50 yang berarti semakin tinggi nilai IC50 maka aktivitasnya semakin rendah, sedangkan kadar senyawa fitokimia (sumbu x) digambarkan dengan persentase. Jadi diharapkan semakin tinggi kadar senyawa maka aktivitasnya semakin tinggi. Dari hasil penentuan nilai hubungan, aktivitas antioksidan berhubungan dengan kadar klorofil 0.3049 (ekstrak n-heksana), kadar antosianin 0.1353 (ekstrak etil asetat), dan kadar tanin 0.2276 (ekstrak metanol) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar

Tabel 4 % inhibisi sampel 250 mg/L sebagai inhibitor tirosinase No Daun %Inhibisi monofenolase %Inhibisi difenolase

(29)

n-15

senyawa lainnya (Tabel 5). Mekanisme antioksidan dari antosianin ialah berdasarkan transfer elektron yang bergantung pada struktur kimia dari antosianin. Aktivitas antioksidan dari antosianin akan menurun dengan berkurangnya gugus hidroksil dan terkelat logam (Miguel 2011). Hal ini disebabkan, atom hidrogen dari hidroksil dapat didonorkan untuk radikal bebas. Antosianin dalam anggur merah sangat berperan untuk mempelajari potensinya sebagai antioksidan (Radovanovic dan Radovanovic 2010). Menurut Sabli et al. (2012) spesies

Etlingera dari famili Ziingiberaceae memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya, senyawa fenolik berpengaruh pada aktivitas antioksidan.

Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Inhibisi Monofenolase

Hasil dan pembahasan sebelumnya menduga bahwa adanya perbedaan kadar senyawa fitokimia berhubungan dengan aktivitas inhibisi monofenolase pada masing-masing ekstrak maka dilakukan penentuan nilai hubungan dari kedua parameter tersebut. Hubungan yang terjadi antar kedua parameter ialah berbanding lurus, yang berarti semakin tinggi aktivitas inhibisi maka semakin tinggi kadar senyawa, hal ini disebabkan inhibisi monofenolase (sumbu y) dan kadar senyawa (sumbu x) digambarkan dalam persentase. Aktivitas inhibisi monofenolase berhubungan dengan kadar karotenoid 0.5302 (ekstrak etil asetat) dan kadar flavonoid 0.3893 (ekstrak metanol), sedangkan inhibisi monofenolase tidak memiliki hubungan lurus dengan kadar senyawa pada ekstrak n-heksana (Tabel 6). Pada penelitian-penelitian membuktikan bahwa senyawa flavonoid aktif

Tabel 5 Hubungan antara aktivitas antioksidan dan kadar senyawa fitokimia

Senyawa n-heksana Etil asetat Metanol

(30)

16

sebagai inhibitor tirosinase, contohnya flavonol dan auron yang dikonfirmasi dengan spektrum inframerah (Batubara et al. 2015).

Hubungan antara Kadar Senyawa Fitokimia dan Inhibisi Difenolase

Dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa perbedaan kadar senyawa fitokimia dapat memengaruhi inhibisi difenolase, maka nilai korelasi dari kedua parameter tersebut ditentukan dengan hubungan linear pada masing-masing ekstrak. Hubungan antara inhibisi difenolase (sumbu y) dan kadar senyawa (sumbu x) ialah berbanding lurus, karena kedua parameter tersbut digambarkan dalam nilai persentase, yang berarti semakin tinggi inhibisi difenolase maka semakin tinggi juga kadar senyawa fitokimia. Inhibisi difenolase memiliki hubungan dengan kadar flavonoid 0.0202 (ekstrak n-heksana), kadar flavonoid 0.39 (ekstrak etil asetat), dan kadar karotenoid 0.243 (ekstrak metanol) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar senyawa lainnya (Tabel 7). Pada penelitian Batubara dan Adfa (2013), diduga senyawa kuersetin berperan dalam penghambatan kerja enzim tirosinase.

Tabel 6 Hubungan antara inhibisi monofenolase dan kadar senyawa fitokimia

Senyawa n-heksana Etil asetat Metanol

(31)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Pengujian aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase pada 10 spesies daun dari famili Zingiberaceae telah dilakukan. Penapisan kuantitatif senyawa antosianin berkisar dari 0.06% hingga 2.73%, klorofil berkisar dari 0.02% hingga 0.56%, karotenoid dari 0.01% hingga 0.55%, tanin dari 0.08% hingga 11.22%, dan falvonoid berkisar dari 0.13% hingga 1.67% pada seluruh ekstrak. Perbedaan kadar senyawa tersebut dapat memengaruhi aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase. Ekstrak kasar metanol temulawak berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai IC50 281.85 mg/L, aktivitasnya masih 50 kali lebih rendah jika dibandingkan dengan standar asam askorbat dan hubungannya dengan kadar tanin ialah 22.76%. Pada konsentrasi 250 mg/L, aktivitas inhibisi monofenolase ekstrak kasar etil asetat bangle hantu sama dengan standar asam kojat, yaitu 82.86% dan hubungannya dengan kadar karotenoid ialah 52.02%. Sementara itu, ekstrak kasar etil asetat daun temu putih menghambat difenolase 90.20%, lebih tinggi dibandingkan standar asam kojat dan hubunganya dengan kadar flavonoid ialah 39%. Untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase dari daun temulawak, bangle hantu, dan temu putih maka diperlukan proses pemurnian dari ekstrak yang berpotensi tersebut.

Tabel 7 Hubungan antara inhibisi difenolase dan kadar senyawa fitokimia

Senyawa n-heksana Etil asetat Metanol

(32)

18

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2007. Official Methods of AOAC Intrnational. Revisi ke-2. Volume ke-1. Maryland (US): AOAC. Ansel HC. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta (ID): UI-Press Batubara I, Adfa M. 2013. Potensi daun kayu bawang (Protium javanicum)

sebagai penghambat kerja enzim tirosinase. J Sains dan Matematika. 1(2):52–56.

Batubara I, Julita I, Darusman LK, Muddathir AM, Mitsunaga T. 2015. Flower bracts of temulawak (Curcuma xanthorrhiza) for skin care: anti-acne and whitening agents. Procedia Chemistry. 14(2015):216–224.

Chang C, Yang M, Wen H, Chern J. 2002. Estimation of total flavonoid content in propolis by two complementary colorimetric methods. J of Food and Drug Analysis. 10(3):178–182.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Ed.1. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Duryatmo S. 2003. Aneka Ramuan Berkhasiat dari Temu-Temuan. Jakarta (ID):

Puspa Swara.

Endo Y, Usuki R, dan Kaneda T. 1985. Antioxidant effects of chlorophyll and pheophytin on the autoxidation of oils in the dark. II. the mechanism of antioxidative action of chlorophyll. J Americ Oil Chem Society. 62(9):1387– 1390.

Formagio ASN, Volobuff CRF, Santiago M, Cardoso CAL, Vieira MDC, Pereira ZV. 2014. Evaluation of antioxidant activity, total flevonoids, tannins and phenolic compounds in Psychotria leaf extracts. Antioxidants. 3(40):745-757.

Hadipoentyanti E, Syahid SF. 2007. Respon temulawak (Curcuma xanthirrhiza

Roxb.) hasil rimpang kultur jaringan generasi kedua terhadap pemupukan. J Littri. 13(3):106–110.

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

Kurniawati PT, Soetjipto H, Limantara L. 2007. Antioxidant and antibacterial activities of bixin pigment from annatto (Bixa orellana L.) seeds. Indo J Chem. 7(1):88–92.

Likhitwitayawuid K. 2008. Stilbenes with tyrosinase inhibitory activity. Current Sci 94:44–52.

Mahendra B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Malesev D, Kuntic V. 2007. Investigation of metal-flavonoid chelates and the

determination of flavonoids via metal-flavonoid complexing reaction. J Serb Chem Soc. 72(10):921–939.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): ITB Meloan CE. 1999. Chemical Separation. Principle, Techniques and Expremints.

Kanada (CA): John Wiley and Sons.

Miguel MG. 2011. Anthocyanins: antioxidant and/or anti-inflammatory activities.

J Appl Pharmac Sci. 1(6):7–15.

(33)

19 Radovanovic B, Radovanovic A. 2010. Free radical scavenging activity and anthocyanin profile of carbenet sauvignon wines from the balkan region.

Molecules. 15(6):4213-4226.

Sabli F, Mohamed M, Rahmat A, Ibrahim H, Bakar MFA. 2012. Antioxidant properties of selected Etlingera and Zingiber species (Zingiberaceae) from Borneo Island. J Biol Chem. 6(1):1-9.

Salazar-Aranda R, Perez-opez LA, Lopez-Arroyo J, Alanis-Garza BA, de Torres NW. 2011. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico. Evidence-Based Complement and Alternative Medic. 2011:1-6. Salunkhe DK, Chavan JK, Kadam SS. 1990. Dietary Tannins Consequences And

Remedies. Boca Raton (US): CRC Press.

(34)

20

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Maserasi bertingkat pada serbuk yang sama dengan urutan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol

Persen kadar air dan kadar abu

Uji kadar air dan kadar abu Serbuk daun

Dicuci, dikeringkan, dan digiling 10 spesies daun famili Zingiberaceae

Setiap ekstrak diuji kadar klorofil, karotenoid, tanin, antosianin, dan flavonoid, serta diuji penapisan aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase

Kadar senyawa dan jenis daun yang berpotensi

10 Ekstrak metanol 10 Ekstrak n-heksana

l

(35)

21 Lampiran 2 Contoh penghitungan kadar air

Contoh Penghitungan

Menggunakan data temu putih ulangan 1

adar air 2 00232 00231 8979 100

adar air 5 45

ata rata 5 45 5 52 5 80

3

ata rata 5 59

Lampiran 3 Contoh penghitungan kadar abu Contoh penghitungan

Menggunakan data temu hitam ulangan 1

o ot kering o ot sampel–( o ot sampel kadar air100 )

o ot kering 2 0010– (2 0010 8 82100)

o ot kering 1 8246

adar a u 0 19511 8246 100

adar a u 10 69

Lampiran 4 Contoh penghitungan rendemen

Menggunakan data temu hitam n-heksana ulangan 1

o ot kering o ot sampel – ( o ot sampel kadar air100 )

o ot kering 50 0442– (50 0442 8 82100 )

o ot kering 45 6303

endemen kering eksrtak pekat o ot kering 100

endemen kering 45 63031 5049 100

endemen kering 3 31

Lampiran 5 Contoh penghitungan kadar antosianin Menggunakan data temu hitam n-heksana ulangan 1

adar antosianin 529 0 288 650

adar antosianin 0 288

adar antosianin 0 0094 mg

adar antosianin

mg 1

1000 m 1m

(36)

22

Lampiran 6 Contoh penghitungan kadar klorofil dan karotenoid Menggunakan data temu hitam n-heksana ulangan 1

adar antosianin ter awa (0 08173 537 0 00697 647

0 002228 663

adar antosianin ter awa (0 08173 0 0325 0 00697 0 0297

0 002228 0 0809

adar antosianin 0 0023mg

adar klorofil a ( 0 01373 663 0 000897 537 0 003046 647

adar klorofil a ( 0 01373 0 0809 0 000897 0 0325

adar totalklorofil adar klorofil a adar klorofil

adar klorofil total 0 0010 0 0001

(37)

23 Lampiran 7 Kurva standar katekin dan contoh penghitungan tanin dalam sampel

Contoh penghitungan tanin dalam ekstrak Menggunakan data temu hitam n-heksana y 0 0003x 0 1046

y a sor ans x konsentrasi

0 290 0 0003x 0 1046

x konsentrasi tanin 618 00mg

adar tanin

(38)

24

Contoh penghitungan flavonoid dalam ekstrak Menggunakan data Temu hitam n-heksana

terkoreksi sampel langko

terkoreksi 0 523 0 059

terkoreksi 0 464 y 0 0043x 0 0235

y a sor ans, sampel menggunakan absorbans terkoreksi

x konsentrasi

0 464 0 0043x 0 0235

x konsentrasi flavonoid 102 44mg

adar flavonoid

Lampiran 9 Contoh penghitungan %inhibisi dan IC50 antioksidan dalam sampel Menggunakan data temu hitam metanol konsentrasi 500 mg/L

(39)

25 Jadi IC50 pada ekstrak temu hitam metanol ialah 479.89 mg/L.

Lampiran 10 Contoh penghitungan % inhibisi tirosinase Contoh penghitungan

Menggunakan data temu hitam metanol L-tirosin

inhi isi( ) [( kontrol negatif sampel)

( kontrol negatif) ] 100

inhi isi( ) [ 0 2270 0 10400 2270 ] 100

(40)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Subang, 6 November 1994. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Karyono dan Tati Agus S. Pada tahun 2011, penulis lulus dari SMAN 2 Subang dan melanjutkan studi di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) Undangan IPB dan mendapatkan beasiswa Bidikmisi mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Selama masa kuliah, penulis merupakan pengurus himpunan profesi ikatan mahasiswa kimia (Imasika) periode kepengurusan 2012–2013 sebagai staff departemen pengembangan sumber daya mahasiswa (PSDM) dan mengikuti beberapa kepanitian dari mulai lingkup departemen sampai lingkup IPB. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum antara lain asisten kimia B (2013-2015), asisten praktikum kimia organik (2014), asisten azas kimia analitik (2014), asisten sensor kimia (2014), asisten teknik pemisahan (2015), dan asisten kimia analitik layanan (2015). Penulis juga pernah mengikuti pelatihan instrumen spekstroskopi serapan atom (SSA), kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi yang diadakan oleh departemen kimia (2014). Penulis melaksanakan praktik lapangan di Laboratorium Patologi Balai Veteriner Subang dengan judul laporan Pemeriksaan Senyawa Toksik dalam Isi Rumen Sapi serta

(41)

Gambar

Gambar 1  Biosintesis melanin
Tabel 1  Kadar air dan kadar abu
Tabel 2  Rendemen ekstraksi
Gambar 3  Klorofil dalam larutan sampel. THT (temu hitam), TPT (temu putih),  KPL (kapulaga), LPY (lempuyang), JMR (jahe merah), KNY (kunyit), LKS (lengkuas), TLK (temulawak), TKC (temu kunci), BHT (bangle hantu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap Define dilakukan analisis ku- rikulum, Standar Kompetensi Mata Kuliah Genetika seperti yang tercantum dalam Garis Besar Rencana Perkuliahan/GBRP adalah

Begitu hal juga ketika masyarakat mencari informasi dari sebuah instansi atau perusahaan, masyarakat cenderung mencari website instansi tersebut untuk mempercepat

[r]

Berdasarkan fakta – fakta yang ada, hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode percobaan dengan judul “Peningkatan Aktivitas

Oleh karena itu dukungan manajer perlu diperhatikan, semakin baik dukungan manajer semakin baik pula kepuasan kerja yang dirasakan karyawan R 2 = 0.711 ;

Tujuan dari mereduksi data adalah untuk mendapatkan sebuah data set seminimal mungkin namun tetap informatif. Dari data yang telah diintegrasikan dan ditransformasikan

dimiliki anak serta bagaimana cara mengelolanya. Terutama dalam pembelajaran kelas berbasis

Namun, tidak mudah untuk menetapkan pola gerakan dalam perjuangan upah baik di internal serikat atau eksternal dengan aliansi sesama serikat buruh sehingga perdebatan