• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) di Kampus IPB Darmaga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) di Kampus IPB Darmaga."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN BURUNG KOWAK MALAM KELABU

(Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) DI KAMPUS

IPB DARMAGA

IVANA GRACE MONICA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) di Kampus IPB Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Ivana Grace Monica

(4)

ABSTRAK

IVANA GRACE MONICA. Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO.

Kampus IPB Darmaga, tepatnya di sekitar danau LSI merupakan salah satu tempat istirahat burung kowak malam kelabu. Hal ini disebabkan karena burung kowak bersifat nokturnal dan beristirahat pada siang hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keberadaan burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax Linn.) yang meliputi populasi, perilaku dan penggunaan habitat, serta gangguan terhadap keberadaan burung tersebut di Kampus IPB Darmaga. Metode yang digunakan adalah metode konsentrasi (concentration count). Pengamatan yang dilakukan antara lain jumlah populasi saat pagi dan sore, struktur populasi, perilaku atau aktivitas penggunaan habitat, dan gangguan pada burung kowak. Rata-rata jumlah populasi burung kowak yang datang (pagi) adalah 185 ekor dan yang pergi (sore) adalah 209 ekor. Nilai uji t untuk pengamatan pagi dan sore sebesar 3,63 dengan t0,5 (tabel) sebesar 5,84 yang

menunjukkan berbeda nyata. Struktur populasi burung kowak terdiri dari dewasa dengan rata-rata jumlah 116 ekor dan anakan dengan rata-rata jumlah 80 ekor. Perilaku burung kowak malam kelabu yang paling sering dilakukan adalah berdiam atau beristirahat di pohon karet (Hevea brasiliensis) dan pinus (Pinus merkusii). Habitat burung kowak mengalami gangguan yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia, tetapi burung kowak dapat beradaptasi dengan banyaknya aktivitas di sekitarnya.

Kata kunci: gangguan, kowak, perilaku, populasi

ABSTRACT

IVANA GRACE MONICA. The Presence of Black-crowned Night-heron (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) in IPB Darmaga. Supervised by JARWADI BUDI HERNOWO.

IPB Darmaga, exactly around the LSI lake is one place of black-crowned night-heron. The bird is nocturnal and rest during the day. The purpose of this study was to determine the presence of black-crowned night-heron (Nycticorax nycticorax Linn.) at LSI which includes the population, behavior and habitat use, and disturbance these birds in IPB Darmaga. The method used is concentration count for the population in morning and evening, population structure, behavior or activity of using habitat, and disturbance for black-crowned night-heron. The average number of birds population that coming (in the morning) is 185 individuals and going (in the evening) is 209 individuals. The value of the t test for morning and evening observations is showed significantly different. Population structure of black-crowned night-heronis consisting 116 individuals of adult and 80 individuals of juvenile. The bird behavior that most often done is silence or resting on the rubber trees (Hevea brasiliensis) and pinetrees (Pinus merkusii). Habitat of black-crowned night-heronwas disturbed by human activity, but birds can adapt to many activities in the vicinity.

(5)

KEBERADAAN BURUNG KOWAK MALAM KELABU

(Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) DI KAMPUS

IPB DARMAGA

IVANA GRACE MONICA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2015 ini adalah populasi burung kowak, dengan judul Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax Linnaeus, 1758) di Kampus IPB Darmaga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MSc selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih bapak Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS selaku Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata beserta staf jajaran lainnya. Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua, seluruh keluarga, dan semua teman-teman penulis atas doa dan dukungannya.

Bogor, Agustus 2015

Ivana Grace Monica

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Manfaat ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Alat dan Bahan ... 2

Pengambilan Data ... 2

Analisis Data ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3

Populasi Burung Kowak Malam Kelabu ... 4

Aktivitas dan Penggunaan Habitat ... 10

Gangguan terhadap Keberadaan Burung Kowak ... 13

SIMPULAN DAN SARAN ... 14

Simpulan ... 14

Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Titik pengamatan di lokasi penelitian ... 2 2 Populasi (jumlah individu) burung kowak di kampus IPB 5 3 Hasil uji kelimpahan populasi burung kowak setiap pengamatan 5 4 Struktur populasi burung kowak di kampus IPB 9 5 Aktivitas burung kowak malam kelabu di setiap titik pengamatan ... 10

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian... 4 2 Grafik populasi burung kowak dewasa yang datang (pagi) ... 6 3 Grafik populasi burung kowak anakan yang datang (pagi) 6

4 Grafik gabungan populasi burung kowak yang datang (pagi) ... 7 5 Grafik jumlah populasi burung kowak dewasa yang pergi (sore) ... 7 6 Grafik populasi burung kowak anakan yang pergi (sore) 8 7 Grafik gabungan populasi burung kowak yang pergi (sore) ... 8 8 Struktur populasi burung kowak di kampus IPB Darmaga 9 9 Persentase aktivitas atau hasil indikasi penggunaan habitat 11

10 Aktivitas terbang 11

11 Aktivitas berpindah tempat 11

12 Aktivitas menelisik 12

13 Aktivitas istirahat 12

14 Aktivitas membuang kotoran 12

15 Aktivitas berinteraksi dengan satwa lain (biawak) 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data statistik populasi burung kowak yang datang (pagi)

...

16 2 Data statistik populasi burung kowak yang pergi (sore) 18

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kampus IPB Darmaga memiliki luas area 256,97 ha yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dan berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Bogor (06o 26’ LS dan 106o 48’ BT). Curah hujan tinggi (3500 mm per tahun), kelembaban sekitar 88% per tahun dan vegetasi tanaman yang beragam mendukung terciptanya habitat yang mendukung kelangsungan hidup berbagai organisme (Prinando et al 2009). Kampus IPB Darmaga merupakan salah satu habitat bagi burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax

Linnaeus 1758) sebagai tempat istirahat di siang hari, tepatnya di Danau Lembaga Sistem Informasi (LSI) IPB Darmaga. Berdasarkan hasil Asian Waterbird Cencus

(2010), ditemukan sedikitnya 300 ekor kowak malam kelabu yang hidup di danau LSI IPB (Hadi 2010).

Burung kowak malam kelabu memiliki kebiasaan, yaitu di siang hari beristirahat di atas pohon, sebelum keluar mencari makan pada waktu senja, terlebih dahulu berputar-putar di atas tempat istirahat sambil mengeluarkan suara kuakan parau. Pada malam hari, mencari makan di sawah, padang rumput, dan di pinggir sungai. Bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon (Mackinnon et al 2000).

Tingkat keseringan burung liar menggunakan jenis tumbuhan merupakan salah satu kriteria untuk menunjukkan tingkat ketergantungan burung dalam menggunakan suatu habitat untuk melakukan aktivitas (Wiharyanto 1996). Menurut Quammen (1996), luas habitat sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi dan dapat digunakan untuk memprediksi jumlah dan persentase spesies yang akan punah ketika habitat alaminya dirusak.

Areal bervegetasi di Danau LSI IPB Darmaga dikelilingi oleh bangunan atau gedung LSI yang ada di sekitarnya. Pembangunan di sekitar danau LSI dikhawatirkan mengganggu habitat burung kowak malam kelabu di danau LSI yang mempengaruhi kelangsungan hidup burung tersebut. Keberadaan burung kowak malam kelabu di Kampus IPB Darmaga masih sedikit informasinya mengenai populasi, penggunaan habitat, dan gangguan terhadap burung kowak. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan burung kowak malam kelabu sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pembangunan di sekitar kampus IPB Darmaga untuk pelestarian burung kowak malam kelabu.

Tujuan

(12)

Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengelolaan pembangunan di sekitar danau LSI, kampus IPB Darmaga sebagai habitat burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax Linn.). Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai jumlah populasi, habitat, perilaku, dan gangguan yang mempengaruhi kelangsungan hidup burung kowak di kampus IPB Darmaga.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kampus IPB Darmaga, tepatnya di sekitar danau LSI pada bulan Maret sampai Mei 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, jam tangan digital, kompas, meteran, kamera digital, tally sheet, dan alat tulis. Burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax Linn.) adalah bahan dalam penelitian.

Pengambilan Data

Data populasi burung kowak malam kelabu diambil dengan metode konsentrasi (concentration count), dimana pengamat diam pada dua titik kemudian menghitung jumlah individu burung kowak malam kelabu dalam dua kelas umur dewasa dan anakan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah populasi dan aktivitas burung kowak malam kelabu selama 2 bulan (60 hari). Pengamatan jumlah populasi dilakukan pagi hari dari pukul 04.30 sampai pukul 07.00 dan sore hari pada pukul 16.00 sampai pukul 18.30 setiap 10 menit selama 90 menit (2,5 jam).

Pengamatan aktivitas dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Pengamatan aktivitas dilakukan setelah pengamatan jumlah populasi dilakukan dan pengambilan data difokuskan pada habitat burung kowak. Pengamatan dilakukan dengan terpusat pada titik-titik sebagai berikut.

Tabel 1 Titik pengamatan di lokasi penelitian No. Titik Pengamatan Luasan yang Diamati

1. Wilayah Gedung Meliputi wilayah di sekitar gedung LSI, gedung PPLH, dan gedung Pascasarjana

2. Wilayah Non Gedung Meliputi wilayah tegakan karet sampai kolam FPIK

(13)

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi data rata-rata jumlah populasi pada pagi hari dan sore hari. Menurut Walpole (1995), rumus menghitung rata-rata jumlah populasi adalah sebagai berikut.

���� − ���������ℎ��������= ∑ �����ℎ��������(��)

∑ �����ℎ����������(�)

Analisis terhadap penggunaan habitat berdasarkan aktivitas adalah persentase hasil indikasi penggunaan habitat.

����������ℎ����������������������ℎ������= ���������������������

������ℎ�������������ℎ���������� x 100 %

Kelimpahan populasi di masing-masing titik pengamatan adalah sebagai berikut. P = X ± SE

P = jumlah populasi pada masing-masing titik pengamatan X = Rata-rata jumlah populasi

SE = ��

Untuk mengetahui kondisi masing-masing titik pengamatan dilakukan uji t sebagai uji beda populasi untuk tipe habitat burung kowak malam kelabu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kampus IPB Darmaga memiliki berbagai tipe habitat yang cukup kompleks dengan berbagai vegetasi pohon yang beragam. Selain jenis flora, banyak penelitian yang membuktikan bahwa di dalam kawasan Kampus IPB Darmaga terdapat jenis-jenis fauna. Menurut Prinando et al (2009), IPB Darmaga memiliki luas area 256.97 ha yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Bogor. Letak geografis Kampus IPB Darmaga 06o 26’ LS dan 106o 48’ BT. Curah hujan

(14)

berkisar 3500 mm per tahun, kelembaban sekitar 88% per tahun dan vegetasi tanaman yang beragam mendukung terciptanya habitat yang mendukung kelangsungan hidup berbagai organisme. Beberapa di antara flora dan fauna yang ada merupakan jenis yang dilindungi dan jenis endemik Pulau Jawa. Kampus IPB juga dapat dijumpai vegetasi perairan berupa Danau Lembaga Sistem Informasi (LSI) yang dihuni berbagai spesies burung, mammalia, ikan, reptil, dan amfibi (Yusuf et al 2009).

Gambar 1 Lokasi penelitian (Danau LSI)

Sumber: web.ipb.ac.id

Di sekitar kampus terdapat danau LSI sebagai tempat persinggahan burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax Linn.). Pengamatan dilakukan di sekitar danau LSI dengan terpusat pada titik 1 (wilayah gedung) dan titik 2 (wilayah non gedung). Titik 1 meliputi wilayah di sekitar gedung LSI, gedung PPLH, dan gedung Pascasarjana. Titik 2 meliputi wilayah tegakan karet sampai kolam FPIK. Berdasarkan literatur Hadi (2010), kampus IPB Darmaga tepatnya di sekitar danau LSI merupakan salah satu habitat bagi burung kowak malam kelabusebagai tempat istirahat di siang hari. Habitat burung kowak malam kelabu di danau LSI adalah karet dan pinus yang digunakan sebagai tempat berdiam dan mencari makan. Berdasarkan hasil Asian Waterbird Cencus (2010), ditemukan sedikitnya 300 ekor kowak malam kelabu yang hidup di Danau LSI IPB.

Populasi Burung Kowak Malam Kelabu

Berdasarkan hasil perhitungan populasi burung kowak malam kelabu yang datang pada pagi hari di kampus IPB Darmaga, diperoleh nilai rata-rata sebesar 185 ekor pada pagi hari dan 209 ekor pada sore hari. Tabel populasi burung kowak di kampus IPB Darmaga ditampilkan pada Tabel 2.

(15)

Tabel 2 Populasi (jumlah individu) burung kowak di kampus IPB

Keterangan: SE.t = Simpangan; x-SE.t = batas bawah kelas simpangan atau populasi minimum; x+SE.t = batas atas kelas simpangan atau populasi maksimum

Kelimpahan burung kowak tertinggi diperoleh pada sore hari, sedangkan yang terendah pada pagi hari. Hasil ini memiliki Standar Error (SE) sebesar 3.99 (pagi) dan 2.74 (sore) dengan rentang masing-masing adalah 181.01 – 188.99 dan 206.26 – 211.74. Jumlah burung pada pagi hari disebut burung datang karena beristirahat dari pagi dan disebut burung pergi pada sore hari karena saat menjelang gelap pergi mencari makan ke habitat makannya. Purba dkk. (2013) menyatakan bahwa burung kowak beristirahat saat pagi dan siang hari kemudian mencari makan keluar pada hari menjelang gelap. Jumlah populasi burung kowak yang pergi lebih banyak daripada burung yang datang. Menurut Bicons (2014), salah satu hal yang menarik dari burung kowak adalah jumlahnya yang banyak berbondong-bondong menuju habitat makannya saat hari beranjak gelap.

Kelimpahan populasi burung kowak di suatu tempat dipengaruhi oleh kondisi habitatnya. Hasil uji kelimpahan populasi burung kowak setiap waktu pengamatan ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji kelimpahan populasi burung kowak setiap pengamatan

Waktu

Pengamatan n Rata-rata (X) Sx v t (hitung) t0,5 (tabel)

Pagi 60 185 15.35 235.66

3.63 5.84

Sore 60 209 12.72 161.92

Keterangan: Sx = Simpangan baku; v = varian

Berdasarkan hasil tabel di atas, simpangan baku memiliki nilai 15.35 (pagi) dan 12.72 (sore) dengan varian (Sx2) masing-masing adalah 235.66 dan 161.92. Nilai t hitung diperoleh lebih kecil daripada t tabel. Walpole (1995) menyatakan bahwa jika nilai uji t lebih kecil dari nilai t tabel maka beda nyata. Oleh sebab itu, pengamatan pagi dan sore memiliki tipe yang berbeda nyata. Jumlah burung kowak yang datang (pagi)

Burung kowak dewasa yang datang ke titik 1 dan titik 2 saat pagi diukur jumlahnya setiap hari sehingga diperoleh rata-rata selama 60 hari pengamatan. Grafik jumlah populasi burung kowak dewasa yang datang ditampilkan pada Gambar 2.

(16)

Gambar 2 Grafik populasi burung kowak dewasa yang datang (pagi)

Gambar 2 menunjukkan semakin sedikit jumlah populasi burung kowak malam kelabu yang datang pada pagi hari. Hal ini disebabkan kemungkinan berkaitan dengan perilaku burung kowak malam kelabu yang bersifat nokturnal sehingga pada siang hari banyak yang beristirahat.

Demikian pula burung kowak anakan semakin sedikit karena burung kowak yang bersifat nokturnal beristirahat pada siang hari. Grafik jumlah populasi burung kowak anakanyang datang ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik populasi burung kowak anakan yang datang (pagi)

Berdasarkan hasil pengamatan datangnya burung kowak secara keseluruhan (dewasa dan anakan) seperti pada Gambar 2 dan 3, diperoleh grafik gabungan populasi burung kowak datang (pagi) yang ditampilkan pada Gambar 4.

(17)

Gambar 4 Grafik gabungan populasi burung kowak yang datang (pagi) Pada pagi hari seperti Gambar 4, jumlah burung keseluruhan yang datang dan beristirahat di sekitar danau LSI. Burung kowak kelabu beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang mencolok sehingga makin sedikit yang berkeliaran di sekitar lokasi pada pagi hingga siang hari. Menurut Mackinnon (1993), pada siang hari burung ini beristirahat, bertengger sambil merumuk dalam kelompok, di dahan-dahan atau di sela dedaunan pohon yang rimbun dan biasanya tidak jauh dari air.

Jumlah burung kowak yang pergi (sore)

Burung kowak dewasa yang pergi (meninggalkan tempat istirahat) dari titik 1 dan titik 2 saat sore diukur jumlahnya sehingga diperoleh rata-rata jumlah populasi burung kowak yang pergi setiap hari. Grafik jumlah populasi burung kowak dewasa yang pergi ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik jumlah populasi burung kowak dewasa yang pergi (sore) Gambar 5 menunjukkan semakin banyak jumlah populasi burung kowak malam kelabu yang pergi dari tempat istirahat pada sore hari. Hal ini disebabkan karena burung berbondong-bondong pergi mencari makan ke luar danau LSI saat hari menjelang gelap.

(18)

Demikian pula burung kowak anakan yang pergi semakin banyak karena burung pergi mencari makan. Grafik jumlah populasi burung kowak anakan yang pergi ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik jumlah populasi burung kowak anakan yang pergi (sore) Populasi burung kowak dewasa dan anakan seperti pada Gambar 5 dan 6 digabung sehingga diperoleh nilai rata-rata jumlah populasi burung kowak yang pergi secara keseluruhan. Grafik gabungan populasi burung kowak yang pergi (sore) ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik gabungan populasi burung kowak yang pergi (sore) Gambar 7 menunjukkan jumlah burung yang pergi dari sekitar danau LSI pada sore hari. Burung kowak berpindah tempat dan melakukan persiapan mencari makan ke luar danau LSI. Pada sore hari menjelang malam, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah berpindah tempat karena pada waktu ini burung itu akan pergi meninggalkan tempat persinggahannya untuk melanjutkan ke lokasi yang sudah biasa dilalui oleh burung tersebut dalam menjalankan aktivitasnya di malam hari. Mackinnon et al (2000) menyatakan burung kowak malam kelabu memiliki kebiasaan, yaitu di siang hari beristirahat di atas pohon, sebelum keluar mencari makan pada waktu senja, terlebih dahulu berputar-putar di atas tempat istirahat sambil mengeluarkan suara kuakan parau. Pada malam

(19)

hari, mencari makan di sawah, padang rumput, dan di pinggir sungai. Bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon.

Sesuai namanya, kowak malam kelabu bersifat nokturnal, aktif berburu mangsanya di malam hari. Petang hari burung-burung itu mulai beterbangan di sekitar tempatnya beristirahat dan berkelompok terbang meninggalkan peristirahatannya menuju tempat untuk mencari makanan. Sebagian besar mengarah ke arah barat karena di barat lebih banyak pakan. Kelompok burung itu terbang dalam gelap sambil mengeluarkan bunyi-bunyi panggilannya yang khas karena serak dan keras menyerukan “wok..kwok..”, yang terdengar sampai jauh. Burung kowak dalam satu kelompok dipimpin oleh satu burung atau disuarakan oleh satu pemimpin. Ketika pagi hari kelompok itu akan kembali dan juga sambil bersuara saling memanggil (Mackinnon 1993).

Jumlah populasi burung kowak malam kelabu dalam grafik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembangunan, tetapi juga faktor alamiah. Menurut Wiharyanto (1996), tingkat keseringan burung liar menggunakan jenis tumbuhan merupakan salah satu kriteria untuk menunjukkan tingkat ketergantungan burung dalam menggunakan suatu habitat untuk melakukan aktivitas.

Struktur populasi burung kowak malam kelabu

Struktur populasi burung kowak malam kelabu yang ada di kampus IPB Darmaga terdiri dari kelompok dewasa dan kelompok anakan. Jumlah populasi burung kowak dewasa lebih banyak dibandingkan dengan anakan. Tabel struktur populasi burung kowak malam kelabu ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Struktur populasi burung kowak di kampus IPB

Kelompok Rata-rata (X)

Kisaran Populasi

SE.t X – SE.t (min) X + SE.t (maks)

Dewasa 116 1.03 114.97 117.03

Anakan 80 0.51 79.49 80.51

Struktur populasi burung kowak malam kelabu di kampus IPB Darmaga ditampilkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Struktur populasi burung kowak di kampus IPB Darmaga

Anakan (40.82%)

Dewasa (59.18%)

(20)

Gambar 8 menunjukkan jumlah populasi burung kowak dewasa sebesar 59.18% sehingga lebih banyak daripada jumlah populasi burung kowak anakan sebesar 40.82%. Hal ini disebabkan karena burung anakan lebih rentan terhadap gangguan. Menurut Pettingill (1967), kelompok burung kowak anakan lebih sering melakukan aktivitas yang ringan seperti bermain atau berinteraksi dengan yang lain. Faktor dominan yang mempengaruhi preferensi strata atau struktur populasi burung adalah karakteristik bioekologi burung (Pradana dkk 2012). Quammen (1996) menyatakan bahwa habitat sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi dan dapat digunakan untuk memprediksi jumlah dan persentase spesies yang akan punah ketika habitat alaminya dirusak.

Aktivitas dan Penggunaan Habitat

Burung kowak malam kelabu melakukan aktivitas antara lain terbang, berdiam, melakukan pergerakan (menelisik), berpindah tempat, mengeluarkan suara, membuang kotoran, dan berinteraksi dengan satwa lain yang ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Aktivitas burung kowak malam kelabu di setiap titik pengamatan

Waktu

Aktivitas

Terbang Berdiam Menelisik Berpindah Tempat

Keterangan: √ = Melakukan aktivitas

Berdasarkan Tabel 5, aktivitas atau perilaku yang paling banyak dilakukan adalah berdiam dan perilaku yang paling sedikit dilakukan adalah berinteraksi dengan satwa lain. Persentase aktivitas merupakan hasil indikasi penggunaan habitat ditampilkan pada Gambar 9.

Diagram menunjukkan aktivitas terbang sebesar 17% (Gambar 10), berpindah tempat sebesar 17% (Gambar 11), menelisik sebesar 19% (Gambar 12), bersuara sebesar 11%, berdiam sebesar 26% (Gambar 13), membuang kotoran sebesar 6% (Gambar 14), dan berinteraksi dengan satwa lain sebesar 4% (Gambar 15).

(21)

Gambar 9 Persentase aktivitas atau hasil indikasi penggunaan habitat Aktivitas berdiam atau beristirahat yang terbanyak dan berinteraksi dengan satwa lain yang paling sedikit. Hal ini disebabkan karena burung kowak menjadikan daerah sekitar danau LSI kampus IPB Darmaga sebagai tempat beristirahat sebelum mencari makan ke tempat lain.

Gambar 10 Aktivitas terbang Gambar 11 Aktivitas berpindah tempat Pada sore hari kowak mulai melakukan aktivitas terbang yang teramati adalah terbang dari ranting satu ke ranting lainnya. Kowak terbang pada hari menjelang gelap untuk mencari makan ke tempat lain karena makanannya tidak terdapat di sekitar danau LSI kampus IPB. Menurut Mackinnon (1993), burung kowak beristirahat pada siang hari dan bersifat nokturnal. Kowak malam kelabu memangsa ikan, kodok, serangga air, ular kecil, bahkan juga tikus kecil dan cerurut. Burung ini memburu mangsanya disekitar sungai dan aliran air, tambak, rawa, persawahan, dan padang rumput. Berinteraksi dengan satwa lain sangat sedikit dilakukan pada saat beristirahat.

Mackinnon (1993) menyatakan bahwa habitat asli burung kowak adalah mangrove yang merupakan wilayah hutan tergenang air. Oleh sebab itu, kowak juga mencari tempat beristirahat di wilayah tergenang air seperti sungai, danau, rawa, muara, dan sebagainya. Kowak bertengger di pohon yang berada di sekitar wilayah tergenang air, di bagian tajuk atas. Pakan yang dibutuhkan burung dapat terlihat dari habitat di mana burung itu berada. Pada bagian kanopi pohon, pakan berupa serangga, ular kecil, dan pakan lain yang ada di sekitarnya (Fachrul 2008).

(22)

Gambar 12 Aktivitas menelisik Gambar 13 Aktivitas istirahat Vegetasi pohon di sekitar danau LSI dapat digunakan kowak sebagai tempat beristirahat (berdiam). Kowak beristirahat selama 5–15 menit. Burung kowak menelisik yang merupakan pergerakan sebagai salah satu strategi dari individu atau populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup secara normal. Pergerakan berfungsi untuk persiapan mencari pakan, sumber air, dan untuk menghindar dari pemangsaan dan gangguan lainnya (Alikodra 1980). Mackinnon (1993) menyatakan bahwa habitat asli burung kowak adalah mangrove yang merupakan wilayah hutan tergenang air. Oleh sebab itu, kowak juga mencari tempat beristirahat di wilayah tergenang air seperti sungai, danau, rawa, muara, dan sebagainya. Kowak bertengger di pohon yang berada di sekitar wilayah tergenang air, di bagian tajuk atas. Pakan yang dibutuhkan burung dapat terlihat dari habitat di mana burung itu berada. Pada bagian kanopi pohon, pakan berupa serangga, ular kecil, dan pakan lain yang ada di sekitarnya (Fachrul 2008).

Gambar 14 Aktivitas membuang Gambar 15 Aktivitas berinteraksi kotoran dengan satwa lain (biawak)

Keberadaan burung kowak malam kelabu memberikan dampak positif terhadap ekosistem danau. Dampak positif yang diberikan kepada ekosistem danau adalah sebagai penyeimbang ekosistem, memberi keuntungan kepada mahasiswa yang ingin melakukan pengamatan burung, serta menyuburkan tanah yang berada di sekitar danau yang berasal dari pembuangan kotoran burung tersebut.

Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh burung kowak, yaitu tumbuhan karet (Hevea brasiliensis) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Bagian tumbuhan karet yang dimanfaatkan oleh burung tersebut adalah bagian ranting yang berfungsi untuk tempat beristirahat, melakukan pergerakan kecil seperti berpindah tempat, mengepakan sayap, mengeluarkan suara, dan bermain dengan burung

(23)

yang sejenis. Bagian daun berfungsi untuk tempat berlindung. Perbedaan tumbuhan yang digunakan oleh kowak malam kelabu merupakan sebuah pola kehidupan yang dilakukannya, karena burung tersebut menyukai tipe habitat yang dekat dengan perairan dan tumbuhan yang memiliki percabangan yang banyak serta ranting yang kuat. Hubungan tipe habitat sangat mempengaruhi kelangsungan hidup burung kowak malam kelabu (Hadi 2010).

Gangguan terhadap Keberadaan Burung Kowak

Secara umum, adanya burung kowak di danau LSI menunjukkan bahwa burung kowak telah mampu beradaptasi dengan lingkungan LSI yang dikelilingi oleh gedung dan berbagai aktivitas manusia. Habitat burung kowak dikhawatirkan mengalami gangguan yang disebabkan oleh jarak habitat dengan gedung LSI sangat dekat dengan kegiatan atau aktivitas manusia seperti pemancingan dan pembangunan gedung, sehingga menimbulkan ancaman bagi keberadaan burung tersebut. Setelah diamati bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manusia dapat memberikan gangguan terhadap burung kowak. Adanya danau LSI merupakan salah satu faktor penting sebagai komponen habitat bagi burung kowak. Namun air tersebut mudah tercemar oleh aktivitas di sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan, pohon yang paling banyak digunakan burung kowak adalah karet dan pinus yang merupakan tempat bertengger atau istirahat. Jarak antara pohon karet yang digunakan dengan air danau LSI adalah 5–10 meter, sedangkan jarak pohon pinus yang digunakan dengan air danau LSI adalah 10–15 meter. Jarak antara pohon terdekat yang sering digunakan burung kowak dengan tepi danau yang di seberang adalah 25–30 meter. Jarak antara pohon terjauh yang sering digunakan burung kowak dengan tepi danau yang di seberang adalah 30–35 meter. Pohon yang ada di tepi danau LSI secara keseluruhan digunakan oleh burung kowak untuk tempat bertengger atau istirahat, sehingga dalam pengelolaan habitat danau LSI burung kowak dengan pohon pinus dan pohon karet tidak dapat dipisahkan. Pohon-pohon tersebut harus dijaga karena tempat istirahat burung kowak. Apabila dilakukan kegiatan penebangan pohon tersebut maka kowak yang ada di danau LSI tidak dapat bertahan hidup karena habitatnya sudah dirusak. Pengelolaan habitat burung kowak di danau LSI yang baik adalah tidak ada aktivitas memancing di tepi danau dan tidak menebang pohon yang menjadi tempat beristirahat burung kowak.

(24)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kowak malam kelabu di kampus IPB Darmaga memiliki rata-rata jumlah individu, yaitu 185 ekor pada perhitungan pagi hari dan 209 ekor pada perhitungan sore hari.

2. Struktur populasi burung kowak malam kelabu terdiri dari dewasa dengan rata-rata jumlah 116 ekor dan anakan dengan rata-rata jumlah 80 ekor.

3. Perilaku burung kowak malam kelabu yang paling sering dilakukan adalah berdiam atau beristirahat di pohon karet (Hevea brasiliensis) dan pinus (Pinus merkusii).

4. Danau LSI dan sekitarnya digunakan oleh burung kowak sebagai tempat beristirahat dan bagian pohon yang paling banyak digunakan adalah tajuk teratas.

5. Habitat burung kowak mengalami gangguan yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Namun, burung kowak dapat beradaptasi dengan banyaknya aktivitas di sekitarnya.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya mengenai struktur dan pola kehidupan burung kowak dalam kampus IPB Darmaga dan pengelolaan danau LSI sebagai habitat diharapkan bersifat efektif dan efisien agar tidak berdampak pada keberlangsungan hidup burung kowak malam kelabu maupun lingkungan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1980. Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Auliansyah. 2013. Sebaran dan Biodiversitas Fauna Atas pada Ekosistem Mangrove Alami dan Silvofishery di Pantai Boe Desa Mappakalompo Kabupaten Takalar. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bicons. 2014. Kowak Malam Kelabu. Bolster Up Bird Conservation. Bandung. Coates BJ, Bishop KD. 2000. Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife

IP & Dove Publication. Bogor.

Dickinson EC, King B, Woodcock M. 1975. A Field Guide to The Birds of South East Asia. Collins. London.

(25)

Hadi NK. 2010. Birdwatching and Bird Conservation in Indonesia. Artikel Nusantara. (http://burung-nusantara.org/article/Indonesia-mengamati- kowak-malam-kelabu-di-ipb-dramaga). [23 Februari 2015].

Ivory A. 2002. Animal Diversity. Edukasi Ummz.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Nycticorax_nycticorax) [23 Februari 2015].

Mackinnon J. 1993. Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mackinnon J, Phillipps K, Van Balen B. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.

Pettingill OS. 1967. Ornithology in Laboratory and Field. Fourth Edition. Burgess Publishing Company. Minneapolis.

Pradana FE, Indah Trisnawati, Aunurohim. 2012. Pemanfaatan Strata Vertikal Vegetasi Mangrove oleh Burung di Wonorejo, Surabaya. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Prinando M, Prayitno A, Hastiti RD, Wijaya GH. 2009. Studi Pemanfaatan Beberapa Jenis Pohon oleh Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) sebagai Tempat Bertengger untuk Penentuan Lokasi Wisata Birdwatching di Kampus IPB Dramaga. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purba RD, Erianto, Sarma Siahaan. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal pada Kawasan Hutan Lindung Mangrove Teluk Besar Parit Kelabu Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Quammen D. 1996. Island Biogeography in an Age Extinctions. Scribner. New York.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiharyanto A. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Burung Liar di Kebun

Binatang Ragunan Jakarta. [Skripsi]. Fakultas Biologi. Universitas Nasional. Jakarta.

Yusuf M, Gusnia AN, Saadudin MA. 2009. Pencanangan IPB sebagai Kampus Konservasi dalam Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati di Luar Kawasan Perlindungan. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Lampiran 3 Hasil uji t Derajat Bebas

dB (derajat bebas) = n – 1 perlakuan = 2 (pagi, sore) medium = 2 (T1, T2) maka, dB = (2 x 2) – 1

= 3

t

(0,5) tabel = 5.84

Uji t (uji beda)  thitung

� = ��

( ��12

�1 + ��22

�2 )

� = 209−185

( 23560.662+16160.922 )

�= 24 6.62

t

hitung = 3.63

Ketentuan:

t

hitung < ttabel = beda nyata

t

hitung ≥ ttabel = tidak beda nyata

Kesimpulan:

t

hitung= 3.63 < ttabel = 5.84

(31)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dili pada tanggal 26 April 1991 dari ayah Drs. Sustoni Silaban dan ibu Derita Situmorang, S.Pd, M.Si. Penulis adalah putri

pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Yayasan Perguruan Kristen Andreas Deli Serdang pada tahun 1997 − 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan pada tahun 2003 − 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan pada tahun 2006 − 2009. Penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Undangan. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi kerohanian kampus, yaitu anggota dari Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di IPB sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan anggota Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM TARSIUS) periode 2010 – 2012.

Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kawasan Hutan Mangrove Sancang Timur dan Cagar Alam Papandayan (2011), Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Salak dan KPH Cianjur, dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Kampus IPB Darmaga dengan judul “Keberadaan Burung Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian (Danau LSI)
Tabel 2 Populasi (jumlah individu) burung kowak di kampus IPB
Gambar 2 menunjukkan semakin sedikit jumlah populasi burung kowak
Gambar 4 Grafik gabungan populasi burung kowak yang datang (pagi)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar uraian penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat belajar anak yang

Untuk memperbaiki tingkat kecerahan kontras citra, beberapa metode telah dilakukan seperti Fast Hue and Range Preserving Histogram Equalization Specification yang meliputi

We need to transform the image using wavelet tansformation first and then perform the test in the wavelet space, then invers the defected area in to the original space (see

592 103015921285 RURI FITRIYANI SMAN 1 GUNUNG TALANG Politeknik Negeri Padang-D4 TEKNOLOGI REKAYASA PERANGKAT

Penelitian ini dilakukan karena terdapat beberapa permasalahan yaitu rendahnya tingkat pemahaman siswa kelas V SD Negeri 01 Gantiwarno Matesih pada mata pelajaran

Dalam unit ini peserta diajak untuk mendiskusikan bagaimana pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah, guru dan komite sekolah serta orangtua siswa, dengan dukungan dari

Universitas Padjadjaran 29-30 Maret 2005 2004 Workshop Penelitian Humaniora Sastra Inggris,

Untuk metode sedimentasi, distribusi ukuran partikel tepung dapat ditentukan dengan mengukur granularitas berdasarkan berat dari tepung tersebut pada berbagai macam fasa