• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Bersertifikasi Asuhan Persalinan Normal Di Kodya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Bersertifikasi Asuhan Persalinan Normal Di Kodya Medan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI MANAJEMEN AKTIF

KALA TIGA OLEH BIDAN

BERSERTIFIKASI ASUHAN

PERSALINAN NORMAL

DI KODYA MEDAN

OLEH :

Abdul Hadi

PEMBIMBING :

1. PROF.Dr. R.HARYONO ROESHADI, SpOG(K)

2. Dr RISMAN F KABAN,SpOG.

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh Tim-5

Pembimbing

Prof.Dr.R.Haryono Roeshadi,SpOG(K) ... Pembimbing I Tgl...

Dr.Risman F.Kaban,SpOG ... Pembimbing II Tgl...

Penyanggah :

Dr.Indra Z.Hasibuan,SpOG ... Sub.Bagian Fetomaternal Tgl...

Prof.DR.M.Thamrin Tanjung,SpOG(K) ...

Sub.Bagian Fertilitas dan Tgl……….

Endokrinologi Reproduksi

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala, Tuhan Yang

Maha Kuasa, berkat Rahmat dan Kurnia-Nya penulisan tesis ini dapat

diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.

Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari

sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini

dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya

tentang:

”IMPLEMENTASI MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA OLEH BIDAN BERSERTIFIKASI ASUHAN PERSALINAN NORMAL DIKODYA MEDAN”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang

terhormat:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas

(4)

2. Prof. Dr. Delfi Lutan,Msc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK - USU Medan; Dr. Einil Rizar, SpOG(K), Sekretaris Bagian

Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil,

SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK – USU Medan; Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Sekretaris Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK –USU Medan; Prof. Dr.

M.Yusuf Hanafiah, SpOG(K); Dr. Erdjan Albar, SpOG(K); Prof. Dr. Herbert

Hutabarat, SpOG; Prof. Dr. Pandapotan Simanjuntak, MPH, SpOG (Alm),

Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. Dr. Djafar Siddik,

SpOG(K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K),

Prof.Dr.R.Haryono Roeshadi,SpOG(K) yang secara bersama – sama

telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di

Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K) bersama Dr. Risman

F.Kaban,SpOG yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga

untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga

selesai. Dr. Indra Z.Hasibuan, SpOG, Prof.Dr. Thamrin Tanjung,

SpOG(K), Dr. Deri Edianto, SpOG(K) selaku tim penyanggah dan nara

sumber dalam penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan

(5)

4. Dr. Amirrudin Siregar, SpOG, selaku ketua P2KS, serta staf yang telah

memberikan informasi yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis

ini.

5. Ketua Ikatan Bidan Indonesia Cabang Medan beserta staf, atas

kerjasama yang baik selama saya melakukan penelitian ini.

6. Seluruh Bidan yang telah bersedia membantu dan bekerjasama dalam

penyelesaian tesis ini.

7. Dr. T.M. Ichsan, SpOG, selaku bapak angkat saya selama menjalani

masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan

memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam

menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

8. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K beserta keluarga yang telah

memberikan saya kesempatan, motivasi sekaligus semangat bagi saya

untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU/RSHAM/RSPM

9. Seluruh staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU

(6)

saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha pengasih

membalas budi baik guru – guru saya tersebut.

10. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI dan Kepala Kantor

Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas izin yang

diberikan kepada saya untuk mengikuti program Dokter Spesialis Obstetri

dan Ginekologi FK – USU Medan.

11. Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di

Departemen Obstetri dan Ginekologi.

12. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan

Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan

kesempatan dan sarana bekerja selama mengikuti pendidikan.

13. Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG

dan Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi

kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

14. Direktur RSU Pertamina Dumai beserta staf atas kesempatan kerja dan

(7)

15. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf, atas

kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di

departemen tersebut.

16. Terima kasih kepada senior-senior saya Dr.Sugianto,SpOG, Dr Erwinson

Simanjuntak,SpOG, Dr Harry C Simanjuntak,SpOG, Dr Harianto

Lumbanraja ,SpOG, Dr Angel Jelita,SpOG, Dr Roy Simanjuntak SpOG, Dr

Johny Marpaung,SpOG, Dr Eka Purnama Dewi,SpOG dan seluruh senior

saya yang tidak pernah letih untuk membina, mengajari saya selama

menjalani pendidikan. Semoga ilmu yang diberikan menjadi amal yang

mulia.

17. Terimakasih kepada teman-teman baik saya Dr Hayu Lestari

Haryono,SpOG, Dr Juni H.Tarigan,SpOG, Dr Renardy, Dr T.R.Iqbal, Dr

Nismah,SpOG, Dr David L.Ginting,SpOG, Dr Rachma Bachtiar,SpOG,

yang telah memberikan bantuan, semangat serta saling pengertian

selama menjalani masa pendidikan.

18. Teman – teman sejawat asisten ahli, khususnya Dr Tomy, Dr P.Gottlieb S,

Dr T.M.Rizky, Dr Mulda F.S, Dr Sim Romi, Dr T.Jeffry, Dr Aidil Akbar, Dr

T.Johansyah, dan rekan PPDS lainnya yang sebenarnya ingin saya sebut

semuanya, terima kasih atas kebersamaannya, dorongan semangat dan

(8)

19. Bidan dan paramedis yang telah ikut membantu dan bekerja sama dalam

menjalani pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi di FK USU /

RSUP H. Adam Malik – RSUD Dr. Pirngadi Medan. Terima kasih atas

dorongan dan semangat yang telah diberikan kepada saya.

20. Seluruh karyawan dan karyawati serta para pasien di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP H. Adam Malik – RSUD Dr.

Pirngadi Medan, atas kerjasama dan saling pengertian yang diberikan

kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada Ayahanda dr.H. Abdul Gani,SpM dan Ibundaku tercinta alm Darmiana

Lubis, SH,SpN, yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik saya

dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini mengantarkan

saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan semangat, motivasi,

perhatian dan doa selama saya menjalani pendidikan ini

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada Bapak Mertua Drs Irawan Anwar dan Ibu Mertua Rosmerita, yang telah

banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian

(9)

Buat Istriku, Sherli Firmayanti,SE, tiada kata lain yang dapat saya sampaikan

selain terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat, pengorbanan dan doa

yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

Buat Abdul Rahmadi Marsadhia, Muhammad Dirly Falah, buah cinta, harapan

dan anugerah yang terindah dalam hidup kami, yang menjadi sumber inspirasi

saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada seluruh keluarga besar, kakak, adik dan ipar-ipar serta semua

keponakan yang saya sayangi, terima kasih atas do’a dan dorongan yang telah

diberikan.

Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan bantuan baik moril dan materil, saya ucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan Rahmat dan

Hidayah-Nya kepada kita semua.

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, November 2008

(10)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Masalah Penelitian ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

II.1. Implementasi Manajemen aktif kala III ... 5

II.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi ... 7

manajemen aktif kala III A. Kebijakan Pemerintah ... 7

B. Faktor Penolong ... 9

C. Faktor Logistik ... 10

II.3. Manajemen Aktif Kala III ... 12

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

III.1. Bentuk Penelitian ... 21

III.2. Lokasi dan Waktu ... 21

(11)

III.4. Kriteria Penerimaan ... 22

III.5. Kriteria Penolakan ... 22

III.6. Variabel Penelitian ... 22

III.7. Cara Kerja ... 22

III.8. Batasan Operasional ... 24

III.9. Pengolahan Data ... 25

BAB IV. HASIL ... 26

IV.1. Implementasi Manajemen Aktif Kala Tiga... ... .. 26

A. Penggunaan Uterotonika ... 28

B. Pelepasan Plasenta ... 29

C. Massase dan palpasi Uterus ... 29

IV.2. Efek Manajemen aktif kala tiga ... 31

IV.3. Faktor-Faktor penghambat implementasi manajemen aktif kala tiga.... 33

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(12)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1. Kondisi penyimpanan uterotonika ... 11

Tabel 1.2. Faktor-faktor resiko perdarahan pasca persalinan ... 13

Tabel 4.1. Karakteristik Implementasi Manajemen aktif Kala III ... 26

Tabel 4.2. Karakteristik Bidan dalam penggunaan Manajemen Kala III ... 27

Tabel 4.3. Karakteristik penggunaan uterotonika ... 28

Tabel 4.4. karakteristik pelepasan plasenta ... 29

Tabel 4.5. Karakteristik massase dan palpasi uterus ... 30

Tabel 4.6. Karakteristik penambahan uterotonika ... 31

Tabel 4.7. Rata-rata lamanya kala III ... 32

Tabel 4.8. Rata-rata jumlah perdarahan ... 32

Tabel 4.9. Karakteristik alasan dari faktor penolong yang tidak melaksanakan manajemen aktif kala III... 34

(13)

DAFTAR SINGKATAN

APN : Asuhan Persalinan Normal

AKI : Angka Kematian Ibu

ASEAN :Association of South East Asian Nations

BKKBN :Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional

FIGO : International Federation of Gynecology and Obstetrics

ICM : International Confederation of Midwives

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

JNPK-KR : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi

POGI : Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia

POPPHI :Prevention of Post Partum Hemorrhage Initiative

PTT : Penegangan Tali Pusat terkendali

Unicef : United Nation Children Fund

USAID :United States Agency International Development

(14)

ABSTRAK

Tujuan : Untuk mengevaluasi penatalaksanaan kala tiga persalinan oleh bidan yang pernah mengikuti program pelatihan Asuhan Persalinan Normal di klinik atau praktek bidan di Kodya Medan.

Rancangan Penelitian : merupakan penelitian observasional yang dilakukan secara cross sectional.

(15)

Kesimpulan : dari hasil observasi ini ditemukan banyaknya variasi dari manajemen aktif kala III. Meskipun begitu, manajemen aktif kala tiga yang sesuai dengan kriteria APN secara statistik memberikan keuntungan lebih baik dalam hal lamanya kala tiga dan jumlah darah yang hilang.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kematian ibu akibat melahirkan menurut WHO 1990, UNICEF 1996 akibat

melahirkan dilaporkan antara 500.000 sampai dengan 600.000 per tahunnya,

penyebab terbanyak dari komplikasi yang terjadi adalah pada persalinan kala

tiga.1,2

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan

di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1100 di Thailand.

Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa AKI di Indonesia telah turun menjadi

307 per 100.000 kelahiran hidup antara 1998-2002, hal itu perlu ditafsirkan

secara hati-hati mengingat keterbatasan metode yang dipergunakan.3,4

Adapun penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan

akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi dan

infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara

mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar

kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia

(17)

kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat

waktu.3,5

Penyebab umum perdarahan post partum termasuk kegagalan uterus

berkontraksi secara adekuat setelah melahirkan sampai terjadinya atonia uteri,

robeknya jalan lahir oleh karena trauma dan perdarahan oleh karena retensi

jaringan plasenta. Atonia uteri adalah penyebab paling sering perdarahan post

partum sehingga menyebabkan kematian ibu.4

Intervensi yang efektif untuk mengurangi atau mencegah atonia uteri adalah

manajemen aktif kala tiga persalinan. Intervensi ini digambarkan dalam

Cochrane review : pemberian uterotonik profilaktik setelah bayi lahir,

pengkleman dan pengguntingan tali pusat segera dan pelepasan tali pusat

terkendali. Menurut ICM (international Confederation of Midwives) dan FIGO

(International Federation of Gynecology and Obstetrics), komponen yang

biasanya dipakai dalam manajemen aktif adalah pemberian agen uterotonik,

penegangan tali pusat terkendali dan masase uterus setelah plasenta lahir,

sebagaimana dalam petunjuk WHO, langkah-langkah manajemen aktif kala tiga

persalinan melibatkan pemberian oksitosin segera, melahirkan plasenta dengan

penegangan tali pusat terkendali dan masase uterus. Lima penelitian telah

(18)

- Manajemen aktif dapat mengurangi 60% angka kejadian PPH. Kebutuhan

akan uterotonik juga berkurang sampai 80%.

- Pada penelitian diatas tidak melibatkan adanya retensio plasenta.

Lamanya kala tiga dapat dikurangi secara bermakna pada grup yang

mendapatkan manajemen aktif.

Berdasar survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002 – 2003

memperlihatkan 9,2% persalinan terjadi dirumah sakit umum, sementara itu

30,5% terjadi di rumah sakit swasta dan 59% di rumah. Pemerintah Indonesia

telah melakukan usaha-usaha untuk menurunkan Angka Kematian Ibu, antara

lain dengan program Safe Motherhood, Gerakan Sayang Ibu, Making Pregnancy

Safer, Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Audit maternal

Perinatal, Asuhan Pasca Keguguran, Alarm. Program pelatihan yang dilakukan

oleh Depatemen Kesehatan melalui JNPK-KR yaitu Asuhan Persalinan Normal,

mencakup penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga.7

B. MASALAH PENELITIAN

Banyaknya persalinan yang ditolong oleh bidan, menjadikan bidan sebagai ujung

tombak dalam menurunkan angka kematian ibu akibat perdarahan pasca

persalinan di Indonesia, maka perlu untuk mengevaluasi penatalaksanaan kala

tiga persalinan oleh para bidan bersertifikasi Asuhan Persalinan Normal (APN),

(19)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan kala tiga oleh para

bidan yang pernah mengikuti program pelatihan Asuhan Persalinan Normal pada

pasien yang menjalani persalinan normal di klinik atau praktek bidan di Medan

sekitarnya.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui implementasi manajemen aktif

kala tiga persalinan normal oleh bidan yang bersertifikasi Asuhan

Persalinan Normal.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menunjukkan faktor-faktor penghambat

dalam implementasi manajemen aktif kala tiga.

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh masukan untuk

program pemerintah.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. IMPLEMENTASI MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN

Motivasi kerja adalah suatu proses yang kompleks. Banyak hal yang

menentukan motivasi kerja didalam sektor kesehatan, yaitu : individunya sendiri,

organisasi kerja yang menaunginya, sektor kesehatan yang lebih besar,

sosio-kultural dan pengaruh lingkungan.8

Individu pekerja memerlukan konsep diri, harapan untuk luaran dan konsekuensi,

yang merupakan faktor penting yang menentukan dalam tingkatan individual

untuk motivasi kerja. Faktor-faktor ini berpasangan dengan kemampuan teknik

individu pekerja, kapasitas intelektual dan sumber daya yang tersedia, untuk

menjadikan suatu performans dari pekerja.8,9 Motivasi juga dipengaruhi oleh

pengalaman dari pekerja terhadap hasil dan konsekuensinya, pengawasan

performans pekerja, umpan balik dari pengawasan atau komunitas atau

penghargaan atau hukuman untuk hasil kerja.9

Motivasi kerja sebagai suatu proses persetujuan, motivasi pekerja bergantung

pada organisasi dimana pekerja tersebut berada. Organisasi hendaknya

memberikan dukungan-dukungan (seperti ketersediaan obat-obatan dan

perlengkapan), sistem yang efisien dan jelas. Struktur organisasi dan proses

(21)

diterima pekerja baik itu dari teman sejawat maupun dari pengawas dalam

sistem kesehatan. Sistem pengembangan sumber daya akan mempengaruhi

kemampuan dari pekerja dan cara pandang mereka terhadap kemampuan

mereka melalui mekanisme seperti pelatihan, pengawasan dan dorongan lain

yang lebih konkrit seperti gaji dan promosi. Pada akhirnya kondisi kerja dari

organisasi memberikan pengaruh terhadap komitmen dan motivasi pekerja.8

Selain kondisi organisasi, sosio-kultur juga memberi pengaruh terhadap proses

motivasi individu. Di pusat layanan kesehatan, peran ini terlihat pada hubungan

antara individu pekerja kesehatan dan kliennya. Anggota masyarakat memiliki

harapan tentang bagaimana pelayanan yang didapatkannya dan juga mereka

akan memberikan umpan balik terhadap performans pekerja kesehatan tersebut

baik secara formal maupun informal.

Secara keseluruhan faktor-faktor pengaruh diatas akan mempengaruhi kondisi

pelaksanaan atau implementasi dari suatu pelayanan dalam sektor kesehatan.

Bila perubahan akan dilakukan oleh sektor kesehatan maka perubahan besar

dari sistem struktur kesehatan dan proses hendaknya dilakukan,

perubahan-perubahan ini akan memberi efek langsung pada motivasi individual. Pola dan

implementasi dari perubahan sektor kesehatan hendaknya memperhitungkan

motivasi daripada pekerja kesehatan. Kegagalan dalam pelaksanaan merupakan

(22)

kurangnya motivasi dan kebingungan telah memperlambat atau menghambat

suatu perubahan.

II.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA.

Intervensi yang praktis dan mudah untuk mengurangi kejadian dari perdarahan

pasca persalinan telah lama diketahui dan telah dikenal secara luas, yaitu

manajemen aktif kala tiga. Penggunaan rutin dari manajemen ini telah

memperlihatkan menurunnya angka kejadian perdarahan sampai 60%, juga

menurunkan penggunaan obat-obatan serta penggunaan transfusi darah.

Terdapat 3 faktor utama yang menentukan pelaksanaan manajemen aktif kala

tiga secara rutin yaitu :10

A. Kebijakan Pemerintah

Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia merasa belum ada tindakan yang

strategis untuk menurunkan AKI maka pemerintah bersama

departemen-departemen yang mempunyai peran utama dalam mendukung pelayanan

kesehatan ibu dan bayinya, beserta Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,

BKKBN, Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan BAPPENAS diajak

kerjasama untuk mendirikan Safe Motherhood. Sejak ditampilkannya angka

kejadian yang banyak dari perdarahan pasca persalinan yang merupakan salah

satu penyebab tingginya kematian ibu, FIGO dan ICM yang merupakan partner

(23)

menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan. Pada tahun 2003

FIGO dan ICM menyatakan Manajemen Aktif Kala Tiga hendaknya dilakukan

pada setiap wanita yang menjalani persalinan, yang kemudian direkomendasikan

digunakan pada setiap penolong yang terlatih pada setiap persalinan.11,12

WHO juga telah merekomendasikan penggunaan Manajemen Aktif Kala Tiga

pada setiap wanita yang dalam persalinan, meskipun dalam pelaksanaannya

masih menimbulkan beberapa kontroversi.2

Program Maternal and Neonatal Health (MNH) dari JHPIEGO pada tahun 2001

telah membantu berbagai negara dalam membuat panduan baru berdasarkan

Managing Complication in Pregnancy and Childbirth. Melalui kerjasama dengan

program MNH, Indonesia meluncurkan Buku Panduan Praktis Pelayanan

kesehatan Maternal dan Neonatal (Rujukan nasional untuk Kesehatan ibu dan

neonatal). Buku ini telah disebarluaskan ke setiap bidan, spesialis dan dokter

umum, termasuk fakultas kedokteran dan akademi kebidanan serta

program-program pelatihan kesehatan reproduksi di Indonesia.13

Pada Tahun 2003, Departemen Kesehatan Indonesia kerja sama dengan POGI,

IDAI dan IBI mengeluarkan sebuah pegangan untuk persalinan normal yaitu

Asuhan Persalinan Normal (APN). Pada pegangan tersebut penanganan kala

tiga adalah seperti juga pernyataan dari ICM dan FIGO yaitu melakukan

Manajemen Aktif Kala Tiga sebagai langkah preventif dari perdarahan pasca

(24)

dilakukan pelatihan-pelatihan untuk pegangan ini melalui suatu badan Jaringan

Nasional Pelatihan Klinik - Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).14

B. Faktor Penolong

Kinerja seseorang didefinisikan sebagai hasil yang dicapai seseorang atas

perilaku kerjanya menurut yang berlaku dalam pekerjaannya. Kinerja dalam

suatu bidang pekerjaan merupakan kombinasi antara kemampuan, usaha dan

kesempatan. Kemampuan kerja dalam kerja atau jabatan tertentu didasari oleh

kemampuan profesional yang diperoleh dari hasil belajar pada satu lembaga

pendidikan. Dalam teori perspektif harapan, kinerja merupakan fungsi dari

interaksi antara kemampuan dan motivasi.8

Pengetahuan dan keahlian untuk melakukan Manajemen Aktif Kala Tiga adalah

sangat mempengaruhi dalam penggunaan rutin Manajemen aktif kala tiga dalam

praktek sehari-hari. Meskipun begitu motivasi penolong juga merupakan kunci

dalam pelaksanaannya.10

Pemerintah Indonesia telah lama berperan dalam peningkatan pengetahuan dan

keahlian dari para penolong persalinan. Di dalam kurikulum pendidikan untuk

dokter, bidan dan perawat telah dimasukkan penjelasan terhadap Manajemen

Aktif kala Tiga. Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan modul yang telah

digunakan didalam kurikulum tersebut. Pelatihan-pelatihan APN juga telah

(25)

(2006) yang mensurvey 27 rumah sakit di Indonesia, 78 % dilaporkan para

bidannya telah mengikuti pelatihan yang telah mencakup Manajemen Aktif Kala

Tiga, dan 52 % dokter juga telah mengikuti pelatihan yang sama. Meskipun

begitu, mereka menemukan tidak adanya evaluasi penilaian kualitas dari yang

mengikuti pelatihan. Meskipun APN telah dijadikan standard nasional,

penggunaannya masih dibawah standard.9

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa walaupun Dokter umum, Bidan dan

Bidan di Desa telah memperoleh pelatihan, namun kompetensi dan

keterampilan mereka dalam pelayanan maternal dan neonatal dasar, terutama

manajemen aktif persalinan Kala III dan pelayanan kedaruratan obstetri masih

kurang memadai. 14

Motivasi dan kepuasan kerja yang rendah terutama disebabkan karena tidak

adanya tingkat dan jenis penggajian yang sesuai dengan harapan petugas,

penggunaan tenaga yang tidak efektif, uraian pekerjaan yang tidak relevan,

kurangnya supervisi fasilitatif, kurangnya dukungan teman sejawat, kurangnya

kesempatan pengembangan staf dan karir, serta risiko kesehatan dan keamanan

di wilayah kerja. Kondisi penghidupan yang kurang menarik di daerah pedesaan,

seperti fasilitas pendidikan untuk tenaga kesehatan dan keluarganya, tantangan

terhadap keterbatasan komunikasi, perasaan terasing di daerah terpencil dan

(26)

C. Faktor Logistik

Semua obat yang beredar di Indonesia mesti teregistrasi oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Terdapat beberapa persyaratan tertulis untuk pengawasan

dan registrasi obat-obatan termasuk didalamnya mengenai hal keamanannya,

effikasinya dan kualitas produknya melalui data klinis dan farmakokimia atau

juga kualitas kontrol laboratorium. Sertifikat pengesahan dari WHO dibutuhkan

pada obat-obat yang diimpor ke Indonesia.15

Ketersediaan obat-obatan uterotonika, jarum suntik pada tingkat nasional

maupun lokal merupakan hal yang dasar dalam pelaksanaan Manajemen Aktif

Kala Tiga secara rutin. Efektifitas penggunaan dari Manajemen Aktif Kala Tiga

juga tergantung dari transportasi dan penyimpanan agar meyakinkan bahan aktif

obat tersebut, sterilitas jarum suntik.16

Oksitosin dan ergometrin telah teregistrasi sebagai obat-obatan uterotonika yang

digunakan di Indonesia. Misoprostol juga telah teregistrasi, tetapi sebagai

obat-obatan ulkus gaster. 15

Pada penelitian USAID 2004, obat-obatan uterotonika yaitu ergometrine dan

oksitosin (oral ataupun injeksi) terdapat dalam jumlah yang adekuat di farmasi

pusat dan penyimpanannya juga sesuai dengan rekomendasi manufaktur yaitu di

(27)

Tabel 1.1. Kondisi Penyimpanan Uterotonika (WHO 1993)2

Simulation condition

Ergometrine/ Methylergometrine

Oxytocin

Refrigeration for 12

months

Lost 4-5% active ingredient No loss

30oC, dark Lost 25% Lost 14%

21–25oC, light Lost 21–27% in one month

>90% in 12 months

Lost 5%

40oC dark Lost > 50% Lost 80%

II.3. MANAJEMEN AKTIF KALA III

Kebanyakan kasus dari perdarahan pasca persalinan terjadi mulai dari kala III

persalinan. Kala III persalinan adalah waktu yang dimulai dari lahirnya bayi

hingga lahirnya plasenta. Proses alami yang terjadi pada kala akhir ini termasuk

diantaranya berhentinya pulsasi dari tali pusat, terpisahnya plasenta dari dinding

uterus dan lahirnya plasenta melalui jalan lahir. Banyaknya darah yang keluar

tergantung dari berapa lamanya yang dibutuhkan untuk terpisahnya plasenta dari

dinding uterus dan seberapa efektifnya kontraksi otot uterus segera setelah

periode pasca persalinan.17,18,19

Perdarahan pasca persalinan sering terjadi pada wanita yang tidak memiliki

faktor resiko. Atonia uteri adalah penyebab paling sering perdarahan pasca

(28)

prostaglandin) telah dipergunakan secara luas di negara-negara berkembang

dan telah menjadi standard pengobatan dalam penatalaksanaan perdarahan

pasca persalinan.1

Menurunnya prevalensi dari perdarahan pasca persalinan pada kebanyakan

negara berkembang kemungkinan adalah dengan semakin membaiknya

penatalaksanaan pada kala III persalinan. Pada negara-negara berkembang

perdarahan pasca persalinan diperkirakan bertanggung jawab terhadap 28%

kematian maternal. Kejadian pada negara-negara tersebut dimana banyaknya

multiparitas, persalinan lama, fibroid dan anemia berat (kemungkinan

disebabkan rapatnya kehamilan, gizi buruk atau infeksi parasit) sering

ditemukan. Resiko kematian dari perdarahan pasca persalinan tergantung dari

jumlah darah yang hilang dan juga status kesehatan ibu. Pada saat wanita

tersebut sebelumnya telah mengalami anemia berat dan penyakit penyerta,

kehilangan darah sebanyak 250 ml dapat berakibat fatal.7,10

Pada manajemen aktif kala III penolong memfasilitasi pelepasan dan kelahiran

plasenta dan menjadikan kontraksi uterus lebih efektif untuk memperpendek

durasi dari kala III persalinan dan mengurangi resiko perdarahan pasca

persalinan.7,10

Manajemen aktif kala III persalinan adalah intervensi yang mudah dan tidak

(29)

tiga prosedur dasar : penggunaan agen uterotonika (dianjurkan oksitosin) dalam

satu menit sesudah lahirnya bayi, melahirkan plasenta dengan penegangan tali

pusat terkendali dan pemijatan uterus sesudah lahirnya plasenta. Berdasarkan

percobaan klinis, International Confederation of Midwives (ICM) dan International

Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) menyatakan pada tahun 2003,

bahwa setiap wanita hendaknya dilakukan penanganan aktif kala III yang berarti

menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan. The World Health

Organization (WHO), merekomendasikan setiap penolong melakukan

penanganan aktif kala III persalinan pada setiap persalinan untuk mencegah

perdarahan post partum.7,8,20

Adapun komponen dari manajemen aktif kala III persalinan adalah :6,9,10,12

1. Pemberian obat-obatan uterotonika dalam satu menit setelah kelahiran

bayi.

2. Pengkleman dan pemotongan tali pusat sesegera mungkin setelah lahir

bayi.

3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali pada tali pusat sambil

melakukan tekanan balik pada uterus melalui abdomen.

4. Sesegera mungkin melakukan pijatan pada fundus uterus melalui perut

ibu sampai uterus berkontraksi.

Hal ini telah dibuktikan dapat menurunkan angka kejadian perdarahan pasca

(30)

fisiologis. Manajemen aktif persalinan kala III ini biasa dilakukan di Inggris,

Australia dan beberapa negara lain.21

Di Indonesia, aturan dan kurikulum manajemen aktif kala tiga telah tercakup

dalam Asuhan Persalinan Normal (APN). Definisi yang digunakan pada APN

sedikit berbeda dari definisi FIGO dan ICM. Pada APN pemberian obat-obatan

uterotonika diberikan dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, yang

selanjutnya sama dengan komponen dari FIGO dan ICM.14,15,16

Angka kejadian tentang bentuk pelaksanaan dari manajemen aktif kala III ini

masih terbatas. Pada penelitian Global Network for Perinatal and Reproductive

Health (2003), 15 pusat pendidikan obstetri dan ginekologi di negara maju dan

berkembang memperlihatkan banyak variasi, hanya satu (di Dublin,irlandia) yang

secara konsisten menggunakan ketiga komponen keseluruhan dari manajemen

aktif kala tiga. Variasi dalam penggunaan oksitosin profilaksis berkisar dari 0%

sampai 100 %; pelaksanaan penegangan tali pusat terkendali bervariasi dari 13

– 100%. Hasil ini menunjukkan meskipun penggunaan manajemen aktif kala tiga

relatif rendah sesuai definisi tetapi prakteknya definisinya bervariasi.21,22,23

1. Uterotonika

Penyuntikan obat uterotonika segera setelah melahirkan bayi adalah suatu

intervensi yang paling penting yang digunakan untuk mencegah perdarahan

pasca persalinan. Obat uterotonika yang paling umum digunakan adalah

(31)

Pasca Persalinan dan persalinan kala III yang lama.24 Sintometrin (campuran

ergometrin dan oksitosin) ternyata malah lebih efektif daripada oksitosin saja.

Namun, tetapi sintometrin dikaitkan dengan lebih banyak efek samping,

seperti sakit kepala, rasa mual, muntah, dan tekanan darah tinggi.1

Perempuan dengan tekanan darah tinggi (atau pre-eklampsia atau

eklampsia, yang diderita kira-kira 10% dari seluruh ibu hamil) tidak dapat

menggunakan ergometrin. Dibandingkan dengan oksitosin, ergometrin

kurang stabil pada suhu ruangan dan cenderung lebih cepat kehilangan

potensinya, khususnya di daerah iklim tropis.25

Pada manajemen aktif kala tiga, satu menit setelah lahirnya bayi, lakukan

palpasi abdomen untuk menyingkirkan kemungkinan adanya bayi lain dan

kemudian berikan oksitosin 10 IU secara intramuskular. Oksitosin lebih

dianjurkan dibanding uterotonika lain karena efektif setelah 2 – 3 menit

setelah injeksi, memberikan efek samping yang sedikit dan dapat digunakan

pada semua wanita. Jika oksitosin tidak tersedia, uterotonika lain dapat

digunakan seperti ergometrin 0,2 mg IM, Syntometrine (1 ampul) IM atau 400

– 600 ug secara oral.14,15,16

Prostaglandin juga efektif untuk mengendalikan perdarahan, mudah diberikan

(melalui mulut, vagina ataupun anus), murah dan stabil.26 Efektifitasnya,

dibandingkan dengan obat-obatan uterotonika yang lain dalam mengurangi

(32)

Prostaglandin E2, F2 dan analog F2 telah digunakan dengan sukses

secara injeksi langsung terhadap otot uterus melalui dinding abdomen atau

pada waktu laparatomi. Pemberian melalui dinding abdomen meningkatkan

resiko injeksi terhadap vena yang berakibat pasien kolaps akibat efek

vasodilator. Prostaglandin PG E2 dapat diberikan secara intravagina atau

perrektal atau dimasukkan secara langsung ke kavum uteri dengan kompresi

bimanual. Dosis alternatif prostaglandin :23

1. PGF2 0,25-1 mg disuntikkan langsung ke miometrium

2. Secara intramuskuler atau disuntikkan secara langsung ke

miometrium secara langsung setiap 15-90 menit 15 metil PGF2

0,25 mg.

3. PGE2 dengan pemberian perrektal setiap 4-6 jam.

Efek samping yang dilaporkan pada pemberian prostaglandin adalah

gangguan gastrointestinal pada pireksia sedang, hipotensi berat juga pernah

dilaporkan.27 Hogdall menyimpulkan bahwa penggunaan prostaglandin untuk

mengontrol perdarahan pasca persalinan yang berat yang disebabkan atonia

uteri dapat menghindari intervensi secara bedah sampai 60% kasus.28

2. Penjepitan tali pusat

Pada manajemen aktif persalinan kala III, tali pusat segera dijepit dan

(33)

yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya

dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Walaupun tampaknya kedua

praktek tersebut tidak mempunyai perbedaan dalam pengaruhnya terhadap

ibu, penjepitan segera dapat mengurangi jumlah darah plasenta yang

dialirkan pada bayi yang baru lahir. Diperkirakan bahwa penjepitan tali pusat

secara dini mencegah 20% sampai 50% darah janin mengalir dari plasenta

ke bayi.30,31 Berkurangnya aliran darah mengakibatkan tingkat hematokrit dan

hemoglobin yang lebih rendah pada bayi baru lahir, dan dapat mempunyai

pengaruh anemia zat besi pada pertumbuhan bayi.27,32 Satu studi

menemukan bahwa menunggu untuk menjepit tali pusat sampai ia berhenti

berdenyut mengurangi separuh dari tingkat anemia bayi pada usia 2 bulan.33

3. Peregangan tali pusat terkendali

Pada keadaan normal menurut Caldeyro-Barcia plasenta akan lahir spontan

dalam waktu + 6 menit setelah anak lahir lengkap. Untuk mengetahui apakah

plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, dipakai beberapa perasat

antara lain : 1

a. Perasat Kustner

b. Perasat Strassmann

c. Perasat Klein

d. Perasat Crede

Pada manajemen aktif kala III, dilakukan pelepasan plasenta secara

(34)

dilakukan dengan cara : satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas

simpisis pubis, selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan

gerakan dorsokranial kearah belakang dan kearah kepala ibu; Tangan yang

satu memegang tali pusat dengan klem 5 – 6 cm didepan vulva; Jaga

tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2 – 3

menit); Selama kontraksi, lakukan tegangan terkendali pada tali pusat yang

terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.14,33,34

Praktek ini membantu dalam pemisahan plasenta dari uterus dan

pelepasannya. Dengan melakukannya hanya selama kontraksi uterus, maka

mendorong tali pusat secara hati-hati ini membantu plasenta untuk keluar.

Tegangan pada tali pusat harus dihentikan setelah 30 atau 40 detik bila

plasenta tidak turun, tetapi tegangan dapat diusahakan lagi pada kontraksi

uterus yang berikut.14,35

Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin

Intramuskular dosis kedua, penegangan tali pusat dapat dilanjutkan dan bila

sampai 30 menit tidak juga lahir maka plasenta dikeluarkan secara

manual.14,15,36

Bagi ibu hamil yang melahirkan, resiko potensial yang berkaitan dengan

peregangan tali pusat terkendali adalah resiko uterus untuk inversio dan tali

pusat putus dari plasenta. Pada 5 uji klinik terkontrol mengenai manajemen

aktif dibandingkan dengan manajemen menunggu, tidak tercatat kasus

(35)

4. Massase Fundus Uteri

Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar

menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan

mencegah perdarahan pasca persalinan.39,40,41

Setiap 15 menit, uterus dipalpasi untuk memeriksa kontraksinya, bila

diperlukan masase uterus dapat diulangi. Hal ini dilakukan selama 1 jam

pertama.14,40

Sebagian besar kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh

perdarahan pasca persalinan, dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia

uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah melalui manajemen

aktif kala tiga.13

Suatu meta-analisa dari studi-studi tersebut, yang tersedia melalui database

Cochrane dan WHO Reproductive Health Library menegaskan bahwa

manajemen aktif berkaitan dengan berkurangnya kehilangan darah ibu

(termasuk Perdarahan Pasca Persalinan), berkurangnya anemia pasca

persalinan, dan berkurangnya kebutuhan terhadap transfusi darah.2,33,36

Manajemen aktif juga berkaitan dengan berkurangnya resiko persalinan kala III

yang lama, dan berkurangnya penggunaan obat-obat uterotonika

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. BENTUK PENELITIAN

Penelitian ini adalah suatu penelitian observasional yang dilakukan secara

cross sectional.

III.2. LOKASI DAN WAKTU

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin dan praktek bidan di Medan selama

periode Agustus sampai jumlah sampel terpenuhi.

III.3 POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi

Populasi penelitian adalah bidan yang bersertifikasi Asuhan Persalinan

Normal (APN) di Medan yang berpraktek berjumlah 196 orang.43

b. Sampel

Sampel penelitian adalah bidan yang bersertifikasi APN yang akan

menolong persalinan normal sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun

perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut :

n = { Z2. 2. [ N / (N – 1)] } {ME2 + [ z2. 2 / (N – 1)]}

n = besar sampel

(37)

= nilai baku normal yang besarnya tergantung pada nilai yang

ditentukan berdasar pada confidence level (95 %),

dimana = 1 – 0,95 = 0,05, Untuk = 0,05 maka :

Z = Z (0,5 – /2) = Z0,4750= 1,96

ME = margin of error = 5% = 0,005

Maka jumlah sampel yang diambil :

n = 80 sampel

III.4. KRITERIA PENERIMAAN

Kriteria penerimaan sampel : Bidan bersertifikasi APN yang akan menolong

persalinan pervaginam dan setuju untuk ikut dalam penelitian.

III.5. KRITERIA PENOLAKAN

Bidan yang tidak bersedia untuk di interview.

III.6. VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang diteliti adalah variabel observasi manajemen aktif kala III yang

dilakukan oleh para bidan yaitu: pemberian uterotonika (waktu

pemberian/jenis/dosis/rute/tambahan uterotonika); metode pelepasan plasenta

(waktu pengkleman tali pusat, metode penegangan tali pusat terkendali, lama

lepasnya plasenta/lama kala III); metode masase/pijatan pada uterus 1 jam

(38)

III.7. CARA KERJA

Pengumpulan data diperoleh dengan mengunjungi tempat praktek bidan,

dengan 2 proses, yaitu:

Proses I : Observasi terhadap suatu persalinan pada kala tiga yang dilakukan

oleh bidan tersebut sesuai dengan Core Observational of Delivery dari

POPPHI yaitu

1. Saat pengkleman tali pusat yaitu waktu yang dibutuhkan untuk

mengklem tali pusat.

2. Pemberian uterotonika : saat pemberian, jenis, rute, dosis, waktu

pemberian.

3. Tambahan pemberian uterotonika kala tiga : jenis, rute, dosis, waktu

pemberian.

4. Metode pelepasan plasenta.

5. Waktu yang dibutuhkan pada kala tiga

6. Massase uterus : saat dan frekuensinya.

7. Perkiraan jumlah perdarahan, dengan cara :

a. Mengganti ember penampungan pada saat hendak

melahirkan plasenta,setelah dilakukan pengosongan kandung

kemih.

b. Darah yang keluar di tampung di ember bersih, kasa yang

digunakan diperas. Penampungan dilakukan sampai 1 jam

(39)

c. Darah yang terkumpul dIukur dengan menggunakan gelas

takar 500 cc.

Observasi penyediaan logistik manajemen aktif kala tiga juga dilakukan.

Setelah menganalisa hasil tahap I yaitu dengan memisahkan sampel yang

melakukan manajemen aktif kala tiga APN, maka dilakukan proses II :

Interview untuk penilaian faktor penghambat implementasi manajemen aktif

kala tiga pada sampel yang tidak melaksanakan manajemen aktif kala tiga

sesuai APN (Non-APN). Kemudian hasil interview digolongkan kepada tiga

faktor hambatan-hambatan seperti :

- Faktor Kebijakan pemerintah

- Faktor Penolong

- Faktor Logistik

III.8. BATASAN OPERASIONAL

1. Kala III persalinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengeluaran

plasenta yang dimulai setelah bayi lahir hingga lahirnya plasenta.

2. Manajemen aktif kala tiga APN adalah suatu metode yang digunakan

untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum, yang terdiri dari

pemberian oksitosin dalam waktu 1 menit (FIGO/ICM) atau 2 menit (APN)

sesudah bayi lahir (pada penelitian ini digunakan rentang waktu 2 menit

tersebut adalah mulai dari 0 detik hingga 179 detik) , kemudian

(40)

3. Manajemen aktif kala tiga non-APN adalah manajemen kala tiga yang

dilakukan tidak sesuai dengan definisi FIGO/ICM atau APN ataupun yang

dilakukan dengan kriteria APN tetapi dengan tambahan metode lain.

4. Penegangan tali pusat terkendali adalah suatu tindakan yang digunakan

untuk melahirkan plasenta, dengan cara : satu tangan diletakkan pada

korpus uteri tepat diatas simpisis pubis, selama kontraksi tangan

mendorong korpus uteri dengan gerakan dorsokranial kearah belakang

dan kearah kepala ibu; Tangan yang satu memegang tali pusat dengan

klem 5 – 6 cm didepan vulva; Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan

tunggu adanya kontraksi kuat (2 – 3 menit); Selama kontraksi, lakukan

tegangan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan

yang sama dengan tangan ke uterus.

5. Massase uterus segera adalah suatu tindakan pemijatan pada fundus

uteri dengan cara menggerakkan tangan secara memutar pada fundus

uteri sehingga uterus berkontraksi yang dilakukan segera setelah plasenta

lahir (tidak diselingi oleh kegiatan lain oleh penolong).

6. Kala IV persalinan adalah masa satu jam setelah lahirnya plasenta.

7. Uterotonika : obat-obatan yang dapat merangsang kontraksi uterus.

8. Manual plasenta adalah suatu tindakan dengan memasukkan salah satu

tangan penolong secara sistematis ke rongga rahim dengan tujuan untuk

(41)

9. Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 ml dalam

masa 24 jam setelah anak lahir.

III.9. PENGOLAHAN DATA

Data diolah dari formulir penelitian yang telah diisi oleh peneliti. Data dari

penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan penelitian dan

(42)

BAB IV HASIL

IV.1. Hasil Implementasi Manajemen Aktif Kala Tiga

Manajemen aktif kala tiga persalinan memiliki beberapa kriteria yang secara

keseluruhannya menjadi satu dalam pelaksanaannya. Adapun komponennya

adalah :

1. Pemberian uterotonika dalam waktu 1 menit (FIGO/ICM) atau 2 menit (APN)

setelah lahir bayi secara intramuscular.

2. Pelepasan plasenta secara penegangan tali pusat terkendali.

3. Masase uterus segera setelah lahir plasenta dan dipalpasi untuk kontrol

kontraksi uterus tiap 15 menit setelah lahir plasenta hingga 1 jam.

Pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah bidan yang melaksanakan

manajemen aktif kala tiga yang sesuai dengan kriteria manajeman aktif kala III

adalah sebanyak 11 bidan (14%) dan yang melaksanakan tidak sesuai dengan

kriteria manajemen aktif kala III adalah sebanyak 69 bidan (86%).

Tabel 4.1. Karakteristik Implementasi Manajemen aktif Kala III

Manajemen kala III n %

- APN - Non – APN

11 69

14 86

Festin R.M, et.al (2003), terdapat variasi yang cukup besar dalam pelaksanaan

(43)

antara lain dalam penggunaan oksitosin (0 – 100%), pelaksanaan pelepasan

plasenta (13,3 – 100%), masase uterus (0 – 60%).

Pemerintah telah menetapkan tentang pelaksanaan manajemen aktif kala tiga

hendaknya dilakukan pada setiap persalinan dan pada penolong yang terlatih.

Usaha pemerintah seperti membuat buku panduan, pelatihan (APN) telah

dilaksanakan.

Tabel 4.2. Karakteristik Bidan dalam penggunaan Manajemen Kala III

APN Non APN

Riwayat pelatihan APN

(44)

Pada tabel 4.2 diperoleh umur bidan yang paling banyak melakukan manajemen

aktif kala III sesuai APN adalah pada umur 46 – 50 tahun dan >50 tahun yang

masing-masing adalah 4 bidan (36,4%), sementara dari jumlah banyaknya

persalinan tiap bulan didapatkan yang memiliki persalinan 6 – 10 tiap bulannya

adalah yang paling banyak melakukan manajemen aktif kala III sesuai APN

(81,8%). Sementara dari riwayat pelatihan APN yang paling banyak melakukan

manjemen aktif kala III adalah dari yang pernah mendapatkan pelatihan 4 – 5

tahun yang lalu (81,8%), tetapi sama halnya dengan yang tidak melakukan

manajemen aktif kala III sesuai APN (52,2%).

Berikut ini akan dibahas setiap komponen dari manajemen aktif kala tiga tersebut

:

A. Penggunaan Uterotonika

Tabel 4.3. Karakteristik penggunaan uterotonika

Komponen APN n %

Penggunaan uterotonika

- oksitosin - methergin

- oksitosin dan methergin

Waktu pemberian uterotonika

- 0 – 60 dtk - 61 – 180 detik - > 180 detik

Saat pemberian

- Sesudah lahir bayi

- Selama melahirkan plasenta

(45)

- Sesudah lahir plasenta

Rute pemberian

- IM - IV - IV drip

0

80 0 0

100

Pada tabel 4.3, Uterotonika yang digunakan pada seluruh persalinan yang

diobservasi seluruhnya (100 %) menggunakan jenis oksitosin yang diberikan

secara intramuscular (100%) dengan dosis 10 IU (100%), pemberiannya adalah

saat sesudah bayi lahir (100%). Sementara itu waktu pemberian dengan kriteria

FIGO/ICM (1 menit ) hanya ditemukan 1 bidan (2%), dengan kriteria APN (2

menit) atau dalam penelitian ini diambil durasi waktu mulai dari 60 detik sampai

180 detik adalah 62 bidan (77%) dan yang memberikan lebih dari 180 detik

adalah 17 bidan (21%).

USAID dan POPPHI (2006), pada penelitiannya didapatkan penggunaan

oksitosin sebagai uterotonika di manajemen aktif kala tiga adalah 99,2 %, saat

pemberiannya adalah setelah bayi lahir (99%) dengan dosis 10 IU (99%) dan

pemberian secara intramuscular (100%), waktu pemberian yang benar adalah

sebesar 77,9 %.8

B. Pelepasan Plasenta

Pelepasan plasenta menurut kriteria APN adalah dengan cara penegangan tali

(46)

Tabel 4.4. karakteristik pelepasan plasenta

Metode pelepasan plasenta n %

- Metode PTT

Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa kriteria dari pelepasan plasenta yang sesuai

dengan APN yaitu metode PTT adalah sebesar 42%, sementara itu yang tidak

melaksanakannya dengan benar adalah 38%. Meskipun begitu tidak ada dari

kedua kelompok yang dilakukan manual plasenta.

USAID dan POPPHI (2006), melaporkan pelaksanaan dari pada penegangan tali pusat terkendali adalah sebesar 76,9%.

Cherine M,et.al (2004), melaporkan yang tidak melaksanakan penegangan tali

pusat terkendali yang merupakan bagian dari manajemen aktif kala III di rumah

sakit pendidikan Mesir adalah sebesar 49%.

C. Massase dan palpasi uterus

Tabel 4.5. Karakteristik massase dan palpasi uterus

(47)

Dari tabel 4.5, dapat dilihat masase yang dilakukan sesuai dengan kriteria APN

adalah sebesar 58% dan metode palpasi tiap 15 menit adalah sebesar 31%.

Sementara itu USAID dan POPPHI (2006), melaporkan pelaksanaan daripada

masase segera uterus adalah sebesar 75% begitu juga dengan palpasi uterus

tiap 15 menit sebesar 75%.

Gambar 4.1. Grafik pelaksanaan manajemen aktif kala tiga pada masing-masing

komponennya.

IV.2. EFEK MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

Manajemen aktif kala tiga persalinan memiliki beberapa tujuan yaitu dengan

menggunakan uterotonika profilaksis ( pemberian dalam waktu 1 menit atau 2

menit setelah lahirnya bayi) diharapkan penggunaan dari uterotonika yang

(48)

Tabel 4.6. Karakteristik penambahan uterotonika

Metode n %

- APN dengan penambahan uterotonika - Non APN dengan penambahan uterotonika

2 23

3 28

Pada penelitian ini terdapat 25 bidan (31%) yang memberikan tambahan

uterotonika baik itu dikala III maupun dikala IV. Dari tabel 4.6, bidan yang

memenuhi kriteria daripada APN yang membutuhkan tambahan uterotonika

adalah 3%, sementara itu yang tidak memenuhi kriteria APN yang membutuhkan

tambahan uterotonika adalah 28 %.

Tabel 4.7. Rata-rata lamanya kala III Metode Rata-rata lamanya

kala III

Pada tabel 4.7, dapat dilihat bahwa dengan metode APN waktu rata-rata kala III

adalah 283 detik atau 4 menit 43 detik, sementara itu pada yang Non-APN

adalah 365 detik atau 6 menit 5 detik, secara statistik nilai ini bermakna dengan

p < 0,001

USAID dan POPPHI (2006), pada pelaksanaan APN dengan benar akan

(49)

Fenton J,et.al (2005), mendapatkan pada penelitiannya rata-rata lamanya kala

III adalah 12,7 menit.

Tabel 4.8. Rata-rata jumlah perdarahan Metode Rata-rata jumlah

darah yang hilang (ml)

95%

Pada tabel 4.8, terlihat jumlah rata-rata darah yang hilang pada yang

melaksanakan APN adalah 269 ml dan pada yang tidak melaksanakan APN

adalah 333 ml, secara statistik nilai ini bermakna yaitu nilai p < 0,001. Terdapat 4

kasus, dimana darah yang hilang melebihi 500 ml pada pasca persalinan dan ke

4 kasus tersebut berada di kelompok manajemen aktif kala III non-APN.

Fenton J,et.al (2005), pada penelitiannya mendapatkan rata-rata perkiraan

darah yang hilang pada penggunaan manajemen aktif adalah 355 ml.

IV.3. Faktor – Faktor Penghambat Implementasi Manajemen Aktif Kala Tiga

Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan rutin manajemen aktif

kala tiga yaitu :

1. Faktor kebijakan pemerintah.

2. Faktor penolong

(50)

Dari hasil interview, didapatkan seluruhnya (100%), yaitu 69 bidan yang

melaksanakan tidak sesuai dengan manajemen aktif kala tiga, menyatakan

faktor penghambatnya adalah dari faktor kebijakan pemerintah dan faktor

penolong. Dan secara keseluruhannya menyatakan bahwa dalam pelaksanaan

daripada manajemen aktif kala tiga tidak ada pengawasan dari pemerintah.

Dari faktor penolong, penelitian ini juga mendapatkan bahwa dalam perihal

pengetahuan tentang manajemen aktif kala tiga semua responden mengetahui

tentang manajemen aktif kala tiga, definisi yang sesuai.

Tabel 4.9. Karakteristik faktor penghambat dalam pelaksanaan manajemen aktif kala III.

Alasan n %

Faktor Kebijakan Pemerintah

- KetiadaanPeraturan Pemerintah

yang tegas.

- Ketiadaan evaluasi pemerintah

Faktor Penolong

- Tidak yakin akan efektifitas

- Lingkungan tak mendukung

Faktor Logistik

- Hambatan ketersediaan obat

(51)

Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa 66% dari bidan yang tidak melaksanakan

manajemen aktif kala tiga persalinan masih belum yakin akan efektifitasnya, dan

34% bidan yang menyatakan kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti

tidak ada yang membantu dalam menolong persalinan termasuk diantaranya

tidak ada yang mengurus bayi, tidak ada yang mengingatkan masalah waktu dan

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan – bidan yang bersertifikasi

Asuhan Persalinan Normal (APN) dikodya Medan pada penelitian ini berjumlah

11 bidan ( 14%).

2. Adapun langkah – langkah APN dalam pelaksanaan Manajemen Aktif kala

tiga yang tidak dilaksanakan dengan benar, yaitu waktu pemberian oksitosin

yang salah ( 21% ), pelepasan plasenta tidak dengan PTT ( 47% ), masase

uterus tidak segera ( 42 %), palpasi tidak tiap 15 menit ( 62%).

3. Seluruh (100%) dari sampel bidan menggunakan oksitosin sebagai

uterotonika dan dosis pemberian 10 IU, dan rute pemberian adalah

intramuskular. Pemberiannya seluruh sampel (100%) pada saat setelah bayi

lahir.

4. Rata-rata lamanya kala III pada pelaksanaan manajemen aktif kala III adalah

283 detik atau 4 menit 43 detik sementara pada yang tidak melaksanakan

(53)

5. Rata-rata jumlah darah yang hilang pada yang melaksanakan manajemen

aktif kala III sesuai APN adalah 269 ml, sementara yang tidak melaksanakan

manajemen aktif kala III sesuai APN adalah 333 ml.

6. Adapun faktor penghambat tidak terlaksananya manajemen aktif kala III

secara rutin adalah dari faktor kebijakan pemerintah dan faktor penolongnya

dengan alasan ketidakyakinan akan efektifitas daripada manajemen aktif kala III

( 66% ).

B. SARAN

1. Penelitian ini memiliki harapan sebagai masukan kepada program pemerintah

yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu. Oleh karena itu

diharapkan pemerintah dapat menetapkan peraturan yang tegas serta

pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen aktif kala tiga.

2. Dibutuhkan publikasi lebih lanjut kepada bidan – bidan tentang efektifitas

daripada manajemen aktif kala III, atau mungkin masih dibutuhkannya penelitian

yang bersifat lokal untuk mengetahui efektifitas daripada manajemen aktif kala

(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F.G,et al. Management of the third stage. Williams Obstetric ed

21:2001:p 320 -325.

2. WHO Technical consultation on prevention of post partum haemorrhage.

WHO Recommendation for the Prevention of Post partum Haemorrhage.

October 2006

3. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan MilenIUm

Indonesia. Tujuan 5 : Meningkatkan kesehatan ibu. Hal 58-62.

4. Active Management of the Third Stage of Labor : a simple practice to prevent

post partum hemorrhage. Medscape

5. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta,1994 : hal 198 -200.

6. Mariano R. Management of the third stage of labor to prevent post partum

hemorrhage. Int Joint Policy Statement no 136, November 2003.

7. Statistik Indonesia (Badan Pusat Statistik), Survey demografi dan kesehatan

Indonesia 2002-2003.

8. Notoatmojo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta,

2003.

9. POPPHI/USAID. Active management of the third stage of labor in

Guatemala.1997.

10. POPPHI/USAID, Active Management of the Third Stage of Labor in Cirebon

(55)

11. POPPHI. Identifying barriers to the use of active management of the third

stage of labor (AMTSL) by providers: a set of tools. USAID-POPPHI May

8,2007.

12. Joint statement WHO,ICM and FIGO. Making Pregnancy Safer: the critical

role of the skilled attendant. WHO, Geneva,2004.

13. Maternal and Neonatal Health. Preventing Postpartum Hemorrhage:

Community-Based Approach Proves Effective in Rural Indonesia. Program

Brief. www.mnh.jhpiego.org.

14. Hermiyanti S, Wiknjosatro G. Indonesia & its innovation: AMTSL for 70.000

Midwives.

15. Saifuddin A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta,2002 : hal

N19-20.

16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Asuhan Persalinan Normal,

Jakarta,2004 : hal 5.1 – 5.7.

17. Prendville W.J, Elbourne D, Mc Donald S. Active versus expectant in the third

stage of labor. Cochrane Collaboration 2007, issue 4.

18. Cherine M, et.al. Management of the third stage of labor in an Egyptian

teaching hospital. Int J Gyn Obst 2004; 87(1); 54 – 58.

19. Cook C. Active Management of the Third Stage of Labor for preventing of

Post partum hemorrhage : a fact sheet for Policy Makers and Program

(56)

20. Cotter A, Ness A. Prophylactic oxytocin for the third stage of labor. Cochrane

database of systematic reviews 2001.

21. Winter C,et al. Variations in policies for management of the third stage of

labor and the immediate management of post partum haemorrhage in

Europe. www.blackwellpublishing.com/bjog. March 2007.

22. Edmonds D.K. Third stage of labour and abnormalities. Dewhurst’s Textbook

of Obstetrics and gynaecology for postgraduates;6th ed;1999 : p 330 – 340.

23. Fenton J.J. Active Management of the third stage of labor among American

Indian woman. Family medicine, June 2005;37(6):410-4.

24. Fischer J. Management of the third stage of labor. The Royal Australian and

New Zealand College of Obstetricians and gynaecologist. November 2007

25. Shane B. Preventing post partum haemorrhage. Outlook vol 19.2002

26. Getachew A,et al. Reduce Postpartum hemorrhage in Ethiopia and focus on

the active management of the 3rd stage of labor. ESOG; March 2003.

27. NZCOM.The third stage of labor. NZCOM Practise guidelines. May 2006.

28. Giacalone P.L. A randomized evaluation of two techniques of management of

the third stage of labor in woman at low risk of post partum haemorrhage.

BJOG, march 2000, vol 107,pp 396-400.

29. Mc Donald S.J. Randomised controlled trial of oxytocin alone versus oxytocin

and ergometrine in active management of labor. BMJ Volume 307,6 Nov

1993.

30. Saving Mothers. Policy and Management Guidelines for common causes of

(57)

31. Prendville W.J. The Bristol third stage trial : active versus physiological

management of third stage of labor. BMJ volume 297, 1988.

32. Smith R.J, et al. Management of the third stage of labor. eMedicine, June

2006.

33. Carpenter J.P. Misoprostol for prevention post partum haemorrhage.

Evidence based Tevine US Pharmacopecia,2001.

34. Leung.S.W, Ng P.S, Wong W.Y. A randomized trial of carbetocin versus

syntometrine in the management of the third stage of labor.

www.blackwellpublishing.con/bjog. September 2006.

35. Mario R.F. International survey on variations in practice of the management of

the third stage of labor. WHO bulletin.2003;81:286-294.

36. Nordstram L. Routine oxytocin in the third stage of labor : a placebo

controlled randomized trial. BJOG, July 1997, vol 104, pp 781 – 786.

37. Su L.L, Chong Y.S, Samuel M. Oxytocin agonist for preventing post partum

hemorrhage. Cochrane Collaboration 2007,issue 4.

38. Martin J.E.. The third stage of labor. Maternal care Manual/Perinatal

Education programme. Unit 11 :1/2006.

39. Thornton S, Davison J.M, Bayliss P.H. Plasma oxytocin during third stage of

labor : comparison of virtual and active management. BMJ vol 297.1988.

40. Maughan K.L. Preventing post partum hemorrhage : Managing the third stage

(58)

41. Marti G.P, Carrasco C. Fundal pressure versus controlled cord traction as

part of the active management of the third stage of labor. Cochrane

Collaboration 2007, Issue 4

42. International Confederation of Midwives, International Federation of

Gynaecology and Obstetrics. Joint statement management of the third stage

of labour to prevent post-partum haemorrhage. The Hague: ICM; London:

FIGO; 2003.

43. IKATAN BIDAN INDONESIA. Data Bidan berpraktek di Kodya Medan tahun

(59)

Lampiran 1

LEMBARAN OBSERVASI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

Identitas Penolong

Nama :

Umur :

Alamat Praktek : No Sertifikat APN : Riwayat praktek :

(60)

NO PERTANYAAN RESPONS KETERANGAN

1 Saat pemberian uterotonika Menjelang lahirnya bayi Sesudah lahir bayi Selama lahir plasenta Sesudah lahir plasenta 2 Waktu untuk pemberian

uterotonika

Menit

3 Waktu yang dibutuhkan untuk klem tali pusat

Menit

4 Dosis pemberian 5 Rute pemberian 6 Jenis uterotonika 7 Tambahan Uterotonika

- Jenis 8 Pada saat melahirkan

plasenta :

- Adakah dilakukan tekanan pada fundus ? - Adakah massase

uterus dilakukan?

- Adakah dilakukan tekanan keatas pada uterus?

- Adakah penarikan plasenta?

YA - TIDAK

YA - TIDAK

YA - TIDAK

(61)

10 Waktu yang dibutuhkan untuk lahirnya plasenta ?

Menit

11 Lamanya Kala III Menit

11 Adakah massase uterus segera dilakukan setelah lahirnya plasenta ?

YA - TIDAK

12 Adakah kontraksi baik YA - TIDAK

13 Pemberian Uterotonika kala IV

- Jenis - Dosis - Rute

- Waktu menit

14 Adakah uterus dipalpasi tiap 15 menit ?

15 Adakah kontraksi bertahan baik

YA - TIDAK

16 Berapakah jumlah perdarahan yang terjadi ?

(62)

II. Persediaan Uterotonika

No Jenis Uterotonika Trolley Lemari Tipe Penyimpanan

1 Oksitosin - Tersimpan dalam pendingin (Ya / Tidak)

- Tersimpan dalam gelap (Ya/Tidak)

- Terkena langsung matahari (Ya / Tidak)

2 Ergometrin - Tersimpan dalam pendingin (Ya / Tidak)

- Tersimpan dalam gelap (Ya/Tidak)

- Terkena langsung matahari (Ya / Tidak)

3 Misoprostol - Tersimpan dalam pendingin (Ya / Tidak)

- Tersimpan dalam gelap (Ya/Tidak)

(63)

Lampiran 2

LEMBARAN IN-DEPTH INTERVIEW 11

Selamat pagi, nama saya dr Abdul Hadi, terima kasih atas waktu yang telah anda berikan untuk dapat berbicara dengan saya.

Saat ini kita akan membicarakan hal-hal yang saudara rasakan tentang beberapa tahapan selama menolong persalinan. Saya berharap dapat menggunakan informasi ini untuk mengembangkan sebuah program untuk menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan. Saya hanya menggunakan informasi yang anda berikan untuk tujuan tersebut. Jawaban yang anda berikan adalah rahasia dan kamu dapat tidak memberikan nama anda bila anda tidak berkenan, jadi saya berharap anda bebas untuk berbicara. Interview ini akan membutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Data responden

Nama :

Perkiraan jumlah persalinan perbulan : Lamanya telah berpraktek :

Pertama-tama saya akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang pelatihan yang telah anda dapatkan dalam Manajemen kala III persalinan.

1. Pelatihan apa yang telah anda dapatkan dalam penatalaksanaan kala tiga persalinan ? kapan ?

2. Apakah dalam praktek sehari-hari berbeda dengan dalam pelatihan ? kenapa ?

3. Terdapat beberapa cara dalam manajemen kala tiga persalinan, bisakah anda sebutkan cara tersebut? Pernahkah anda mendengar tentang Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan?

(64)

Bila jawaban tidak pernah, tetap jelaskan tentang definisi manajemen aktif kala III.

4. Bagaimana pendapat anda tentang manajemen kala tiga ini ? apakah menurut anda manajemen aktif kala III ini dapat menurunkan kejadian perdarahan pasca persalinan? Kenapa?

5. Apakah ini merupakan bagian penting dari suatu persalinan ? kenapa? 6. Seringkah anda menolong persalinan yang berkomplikasi perdarahan

pasca persalinan ?

7. Dapatkah anda jelaskan persalinan mana yang membutuhkan manajemen aktif kala tiga? Kenapa?

Sekarang saya hendak membicarakan kondisi dalam ruang persalinan ketika anda menolong persalinan.

8. Apakah ada penolong lain yang membantu anda dalam menolong persalinan? Keahliannya ?

9. Apakah anda akan mempraktekkan manajemen aktif kala tiga? Kenapa? 10. Apakah yang menjadi penghambat untuk anda dapat melaksanakan

manajemen aktif kala III dalam sehari-hari secara rutin?

11. Apakah yang dapat mempermudah anda melaksanakan manajemen aktif kala tiga secara rutin?

12. Kebutuhan obat-obatan dan peralatan apa saja yang anda butuhkan dalam manajemen aktif kala tiga? Apakah terus-menerus tersedia? Kenapa? Apa hambatannya?

13. Apakah ada pengawasan rutin dalam praktek anda ? oleh siapa? Seberapa sering? Apakah pengawasannya juga termasuk tentang manajemen aktif kala III?

14. Apakah menurut anda cara yang efektif untuk mengingat penggunaan manajemen aktif kala III pada setiap persalinan?

(65)

KAL klem tali pusat

(66)
(67)

Gambar

Tabel 1.1. Kondisi Penyimpanan Uterotonika (WHO 1993)2
Tabel 4.1. Karakteristik Implementasi Manajemen aktif Kala III
Tabel 4.2. Karakteristik Bidan dalam penggunaan Manajemen Kala III
Tabel 4.3. Karakteristik penggunaan uterotonika
+7

Referensi

Dokumen terkait

program of United States aid, identify the Project site(s), and provide other markings or publicity as prescribed in Implementation Letters.. to reimburse such

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis jenis Theme dalam Latar Belakang Penulisan Skripsi oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan minat belajar IPA dengan hasil belajar IPA siswa SD Negeri 2 Pelemkerep selama

Penelitian ini tidak memasukan variabel komite audit dalam komponen corporate governance karena keberadaanya dalam perusahaan saat ini sudah diwajibkan untuk setiap

Berdasarkan hasil uji dan dibuatnya purwarupa sistem peringatan dini bencana alam angin putting beliung dengan mengukur kecepatan angin menggunakan anemometer

Pengalaman beternak lebih dari 3 tahun selaras dengan penerapan prinsip manajemen pemeliharaan yang baik, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor yang diduga

Dalam bab ini akan dianalisis implementasi dari strategi pemasaran politik yang dilakukan PDI Perjuangan pada pilpres di Kota Manado tahun 2014, analisisis akan

Hasil penelitian membuktikan bahwa disiplin secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja dosen tetap pada STIE PGRI Sukabumi, hal ini