• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Hukum Dan Tanggung Jawab Anak Perusahaan Dalam Suatu Kelompok Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Hukum Dan Tanggung Jawab Anak Perusahaan Dalam Suatu Kelompok Perusahaan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB ANAK PERUSAHAAN DALAM SUATU KELOMPOK PERUSAHAAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ELVIN AZUARDI NIM : 050200320

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah Rabbil ‘Allamin,segala puji bagi Allah SWT. semogaAllah Yang Maha Bijaksana seniantiasa menggolongkan kita menjadi hamba yang banyak bermanfaat bagi hamba Allah yang lain karena “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya’. (AL-Hadits). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasullulah SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Khalifah Umar Bin Khatab mengatakan ‘semakin bertambah ilmuku semakin bodohlah aku’. Penulis menyadari segala kelemahan dan kekurangan yang masih terdapat didalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik, saran dan pendapat yang konstruktif dari para pembaca dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Untuk hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. dr. chairuddin P.Lubis, SpA(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara , karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang memaksimalkan kepada Fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Fakultas Hukum USU.

(3)

administrasi. Bapak pembantu Dekan II Syafrudin Hasibuan, SH, MHum, Dfm yang telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus. Bapak Pembantu Dekan III Muhammad Husni, SH, MHum yang telah banyak membantu mahasiswa di bidang kemahasiswaan, beasiswa. 4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.Hum, sebagai Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini menjadi sebuah skripsi.

5. Ibu Dr. T.Keizerina Devi,SH .M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah menyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini menjadi sebuah skripsi.

6. Ibu T.Darwini SH.M.Hum, selaku Pembimbing Akademik penulis yang selama ini telah membimbing dan memotivasi penulis untuk meraih hasil maksimal disetiap semesternya.

7. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum serta seluruh staff pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Hukum USU yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan penulis selama ini.

(4)

maupun diluar kampus dan juga. Dan abang dan adikku, bang Rendi, bang Ari, Oji, dan Duas yang telah ikut memberi semangat dan juga teman berantemku. 9. Untuk semua teman-teman kampus tersayangku yang jadi tempat cerita, curhat,

dan informan buat skripsi, lila, reza, amir, reza opa, ari ishan/beler(yang da ngebantu nyari bahan), dimaz, bang ilham, rizko, panjang. Teman-teman HMK ku kiki icut, indra, ismail, dan dimas pamula. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU stambuk 2005 yang telah banyak membantu penulis selama kuliah di Fakultas Hukum USU.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT.

Jazakallah Khairan Katsirah

Medan,

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..……… i

DAFTAR ISI ………... iv

ABSTRAKSI ………... vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang …...……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………... 9

D. Keaslian Penulisan ………... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 11

F. Metode Penulisan ……… 17

G. Sistematika Penulisan ………. 18

BAB II BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PADA PERSEROAN TERBATAS TERHADAP TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN … 21 A. Pengertian Perseroan Terbatas ……… 21

B. Organ-organ Perseroan Terbatas ……….... 26

C. Pertanggungjawaban dalam Perseroan Terbatas ……….... 44

D. Pertanggungjawaban Pidana dalam Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup …………... 57

(6)

BAB III KETENTUAN PENETAPAN PENANGGUNGJAWAB PIDANA PADA PERSEROAN TERBATAS DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

……… 70 A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana ……….. 70 B. Penetapan Penanggungjawab Pidana pada Perseroan Terbatas

……….………... 80 C. Penetapan Penanggungjawab dalam Perseroan Terbatas menurut

Undang-Undang Lingkungan Hidup …………... 96 D. Penetapan Penanggungjawab dalam Perseroan Terbatas menurut

Undang-Undang Kehutanan ……… 107

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PADA PERSEROAN

TERBATAS YANG BELUM MEMENUHI KEABSAHAN MENURUT UUPT DALAM KASUS TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

……… 111

A. Pengertian Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas ………..……….. 111 B. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum menurut

Undang-Undang Perseroan Terbatas ………. 116 C. Pertanggungjawaban Perseroan Terbatas yang Belum Sah dalam

Kasus Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 130

A. Kesimpulan ………. 130

B. Saran ………...……… 131

(8)

ABSTRAK

Prof. Dr. Bismar Nasution SH., MH *) Dr. Sunarmi, SH., M.Hum **)

Fadlielah Hasanah ***)

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang mengarah ke globalisasi memberikan peluang yang besar akan tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional, sehingga peran korporasi makin sering dirasakan bahkan banyak mempengaruhi sektor-sektor kehidupan manusia. Korporasi banyak memberikan kontribusi perkembangan suatu negara, terutama dalam bidang ekonomi, sehingga dampak korporasi tampak sangat positif. Namun di sisi lain, korporasi juga sering menciptakan dampak negatif di antaranya pencemaran, pengrusakan lingkungan, membakar hutan, dan illegal logging.

Permasalahan kejahatan korporasi ini telah menjadi perhatian dunia baik internasional maupun nasional, dikarenakan akibat yang ditimbulkan dari kejahatan korporasi ini sangat berbahaya. Dampak negatif ini juga semakin sering dirasakan, sehingga untuk dapat meminimalisirkan atau mencegahnya, maka perlu dibuat instrumen hukum.

Dalam skripsi ini, permasalahan yang dibahas mengenai bagaimana pertanggungjawaban korporasi, khususnya perseroan terbatas, baik yang sudah berbadan hukum maupun yang belum berstastus badan hukum dalam tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan.

Adapun metode yang dipakai untuk pengumpulan data dalam skripsi ini dalam studi pustaka, yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku karya ilmiah dan data-data dari internet.

Dari hasil skripsi ini dapat disimpulkan bahwa penerapan hukum dalam menindak dan meminta pertanggungjawaban dari korporasi sebagai pelaku tindak pidana lingkungan dan kehutanan masih jauh dari yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan pembenahan yang mendasar baik terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun terhadap aparat penegak hukum, sehingga kejahatan korporasi tidak semakin berkembang pesat.

Kata kunci:

1. pertanggungjawaban pidana 2. perseroan terbatas

3. tindak pidana lingkungan hidup 4. tindak pidana kehutanan

(9)

ABSTRAK

Prof. Dr. Bismar Nasution SH., MH *) Dr. Sunarmi, SH., M.Hum **)

Fadlielah Hasanah ***)

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang mengarah ke globalisasi memberikan peluang yang besar akan tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional, sehingga peran korporasi makin sering dirasakan bahkan banyak mempengaruhi sektor-sektor kehidupan manusia. Korporasi banyak memberikan kontribusi perkembangan suatu negara, terutama dalam bidang ekonomi, sehingga dampak korporasi tampak sangat positif. Namun di sisi lain, korporasi juga sering menciptakan dampak negatif di antaranya pencemaran, pengrusakan lingkungan, membakar hutan, dan illegal logging.

Permasalahan kejahatan korporasi ini telah menjadi perhatian dunia baik internasional maupun nasional, dikarenakan akibat yang ditimbulkan dari kejahatan korporasi ini sangat berbahaya. Dampak negatif ini juga semakin sering dirasakan, sehingga untuk dapat meminimalisirkan atau mencegahnya, maka perlu dibuat instrumen hukum.

Dalam skripsi ini, permasalahan yang dibahas mengenai bagaimana pertanggungjawaban korporasi, khususnya perseroan terbatas, baik yang sudah berbadan hukum maupun yang belum berstastus badan hukum dalam tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan.

Adapun metode yang dipakai untuk pengumpulan data dalam skripsi ini dalam studi pustaka, yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku karya ilmiah dan data-data dari internet.

Dari hasil skripsi ini dapat disimpulkan bahwa penerapan hukum dalam menindak dan meminta pertanggungjawaban dari korporasi sebagai pelaku tindak pidana lingkungan dan kehutanan masih jauh dari yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan pembenahan yang mendasar baik terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun terhadap aparat penegak hukum, sehingga kejahatan korporasi tidak semakin berkembang pesat.

Kata kunci:

1. pertanggungjawaban pidana 2. perseroan terbatas

3. tindak pidana lingkungan hidup 4. tindak pidana kehutanan

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun penjelasan resmi tentang apakah perusahaan itu. Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan didefenisikan sebagai “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.1

Sumber Hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa badan legislatif yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutus perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian, hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai perusahaan.2

Yurisprudensi merupakan sumber hukum perusahaan yang dapat diikuti oleh pihak-pihak terutama jika terjadi sengketa mengenai pemenuhan kewajiban dan hak tertentu. Dalam Yurisprudensi, kewajiban dan hak yang telah ditetapkan oleh hakim dipandang sebagai dasar yang adil untuk menyelesaikan sengketa kewajiban dan hak

1

(11)

antara pihak-pihak. Melalui yurisprudensi, hakim dapat melakukan pendekatan terhadap sistem hukum yang berlainan, misalnya sistem hukum Anglo Saxon. Dengan demikian, kekosongan hukum dapat diatasi, sehingga perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak-pihak terutama yang berusaha di Indonesia dapat dijamin, misalnya perusahaan penanaman modal asing di Indonesia.3

Adakalanya bisnis dari suatu perusahaan sudah sedemikian besar dan melebar sehingga perusahaan itu sendiri perlu dipecah-pecah menurut penggolongan bisnisnya. Tetapi merupakan kebutuhan pula agar bisnis yang telah dipecah-pecah tersebut, yang masing-masing akan menjadi Perseroan Terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan pengontrolan yang masih tersentralisasi dalam batas-batas tertentu. Untuk itu, pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki dan dikomandoi oleh suatu perusahaan yang mandiri pula. Perusahaan pemilik ini yang disebut sebagai perusahaan holding.4

Yang dimaksud dengan perusahaan holding adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Biasanya, suatu perusahaan holding memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda. Setidak-tidaknya proses pembentukan induk perusahaan dapat

3

(12)

dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu (1) prosedur residu, (2) prosedur penuh dan, (3) prosedur terprogram.5

Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) menyiratkan bahwa terhadap pelaku bisnis telah dibuat rambu-rambu yang jelas agar tidak dilanggar serta berdampak pada pihak luar (pihak ketiga) dalam mengantisipasi dampak dari ekses negatif jalannya perusahaan (Badan Hukum) tersebut, terutama akibat perbuatan Badan Hukum yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Secara Hukum Perusahaan angota group tidak ada kaitannya dengan hak dan kewajiban keluar dari Perusahaan satu sama lain, akan tetapi Perusahaan-Perusahaan yang berada dalam perusahaan group dimiliki oleh pemilik modal yang sama sehingga dapat dikatakan sebagai satu kesatuan kelompok kegiatan ekonomi. Dalam UU PT, jika anak perusahaan melakukan perbuatan yang mengharuskan bertanggung jawab secara hukum, induk perusahaan akan ikut bertanggung jawab sejauh tidak menyimpang dari tugas yang seharusnya dilakukan oleh perusahaannya. Kecuali misalnya direksi pada anak perusahaannya telah bertindak melebihi dari kekuasaan yang diberikan kepadanya. Seberapa jauh kekuasaan diberikan kepadanya, dapat dilihat dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan. Biasanya dalam bagian "Kepengurusan" dan bagian "Tugas dan Wewenang Direksi". Apabila direktur bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, maka direktur tersebut bertanggung jawab secara pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit, maka beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan (harta pailit), maka direksipun ikut bertanggung jawab secara renteng.

(13)

Meskipun dari sudut kegiatan ekonomi perusahaan dalam group merupakan satu kesatuan, namun dari segi yuridis masing-masing perusahaan anggota group tersebut mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu bahwa masing-masing Perusahaan yang bergabung dalam Perusahaan group adalah merupakan Badan-Badan Hukum yang berdiri sendiri6

B. Perumusan Masalah

Apabila salah satu anak perusahaan berhutang kepada pihak ketiga maka keterikatan secara yuridis dari induk perusahaan dapat muncul selaku pemegang saham ia ikut serta bertanggung jawab terhadap pelunasan hutang tersebut.

Bentuk tanggung jawab dari Induk Perusahaan dapat berupa: Induk Perusahaan ikut serta sebagai penjamin corporate guarantee; personal guarantee; atau memberikan garansi terbatas terhadap pelunasan hutang-hutang anak perusahaan dengan kreditur.

Karena permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini, yang diberi judul : “STATUS HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB ANAK PERUSAHAAN DALAM SUATU KELOMPOK PERUSAHAAN”.

Berdasarkan latar belakang yang demikian diatas maka akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan dan kedudukan hukum induk perusahaan.

2. Bagaimana tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahan kepada pihak ketiga.

6

(14)

3. bagaimana status hukum dan tanggung jawab anak perusahaan dalam suatu kelompok perusahaan.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peranan dan kedudukan hukum induk perusahaan. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak

perusahan kepada pihak ketiga.

3. Untuk mengetahui status hukum dan tanggung jawab anak perusahaan dalam suatu kelompok perusahaan.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai status Hukum dan tanggung jawab anak Perusahaan dalam suatu kelompok Perusahaan di Indonesia.

Secara praktis, Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca juga sebagai bahan untuk kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan terutama di bidang status Hukum dan tanggung jawab anak Perusahaan dalam suatu kelompok Perusahaan.

D. Keaslian Penulisan

(15)

menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Meskipun ada beberapa judul yang hamper sama, namun penelitian-penelitian sebelumnya masih menggunakan Peraturan Perundang-Undangan yang lama. Sedangkan penelitian ini menggunakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang baru yaitu Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

E. Tinjauan Kepustakaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :

“Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta Peraturan pelaksanaannya”.

Perusahaan Terbatas merupakan Perusahaan yang oleh Undang-Undang dinyatakan sebagai Perusahaan yang berbadan Hukum. Dengan status yang demikian itu, PT menjadi subyek Hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT hanya organ yang dapat mewakili PT atau Perseroan yang menjalankan Perusahaan. Hal ini berarti PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan Hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau hutang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).7

7

(16)

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap Perusahaan ada yang terdaftar di Pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi Perusahaan yang terdaftar di Pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari Perusahaan tersebut yang terdaftar di Pemerintahan. Menyusul suksesnya model Perusahaan dalam tingkatan nasional, banyak Perusahaan telah menjadi Perusahaan Transnasional atau Perusahaan Multinasional, tumbuh melewati batasan nasional untuk mendapatkan posisi kuasa dan pengaruh yang luar biasa dalam proses globalisasi.8

Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang dibuat oleh notaris ) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroa menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut:

• Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

• Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang

• Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar.

(sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1995 & undang-undang No. 40 Tahun 2007, keduanya tentang perseroan terbatas)

(17)

Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya undang-undang mengenai Perseroan Terbatas (undang-undang No. 1 tahun 1995) Perseroan Terbatas harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya undang-undang No. 1 tahun 1995 tersebut, maka akta pendirian tersebut harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (sesuai undang-undang Wajib Daftar Perusahaan tahun 1982) (dengan kata lain tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan negeri, dan perkembangan tetapi selanjutnya sesuai undang-undang No. 40 tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat undang-undang No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan undang-undang No. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM.9

1. kewajiban terbatas. Tidak seperti Partnership, pemegang saham sebuah perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial yang “terbatas” tidak dapat melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham. Tidak hanya ini mengizinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan.

Dalam membentuk Perusahaan Perseroan Terbatas, dapat ditemukan beberapa keuntungan, keuntungan utama dalam membentuk Perusahaan Perseroan Terbatas adalah :

(18)

2. Masa hidup abadi. Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang sahamnya, pejabat atau direktur. Ini menyebabkan stabilitas modal, yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang dari aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan.

3. Efisiensi manajemen. Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dan dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada. Dan juga adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Namun dalam membuka Perusahaan Perseroan Terbatas, juga dapat ditemukan beberapa kelemahan dalam membuka perusahaan perseroan terbatas,yaitu :

1. Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaa pengorganisasian akan keluar sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel. Hubungan antara perorangan juga lebih formal dan terkesan kaku.10

(19)

perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri yaitu masing-masing perusahaan dalam suatu kelompok perusahaan adalah merupakan badan hukum yang berdiri sendiri. Namun apabila anak perusahaan berhutang kepada pihak ketiga maka keterkaitan secara yuridis dari induk perusahaan dapat muncul selaku induk perusahaan ia ikut serta bertanggung jawab dalam pelunasan hutang tersebut.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka Penulis menggunakan metode penulisan antara lain:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang berkaitan dengan masalah “Status Hukum dan tanggung jawab anak perusahaan dalam suatu kelompok Perusahaan”

2. Sumber Data

Materi dari skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah:

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

(20)

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang “Status Hukum dan tanggung jawab anak perusahaan dalam suatu kelompok Perusahaan”, seperti: jurnal hukum, koran-koran, karya tulis ilmiah.

c. Bahan Huku m Tertier

Yaitu semua dokumen yang berkaitan dengan konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus.

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran dan dianalisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasan harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

(21)

BAB II : PERANAN DAN KEDUDUKAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN Merupakan bab yang membahas tentang peranan dan kedudukan hukum induk perusahaan, yaitu antara lain akan mengulas secara singkat tentang : proses hukum pembentukan perusahaan induk, keuntungan dan kerugian dari perusahaan induk, dan klasifikasi perusahaan induk

BAB III : TANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN TERHADAP ANAK PERUSAHAAN KEPADA PIHAK KETIGA

Merupakan bab yang membahas mengenai tanggung jawab perusahaan induk terhadap anak perusahaannya, yang didalamnya menguraikan tentang tanggung jawab perusahaan induk terhadap anak perusahaannya terhadap hutang anak perusahaan kepada pihak ketiga,tanggung jawab perusahaan induk apabila anak perusahaannya melakukan wanprestasi.

BAB IV : STATUS HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB ANAK PERUSAHAAN DALAM SUATU KELOMPOK PERUSAHAAN

(22)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB II

PERANAN DAN KEDUDUKAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN

A. Proses Hukum pembentukan Perusahaan Induk

Adakalanya bisnis dari suatu perusahaan sudah sedemikian besar dan melebar sehingga perusahaan itu sendiri perlu dipecah pecah menurut penggolongan bisnisnya. Tetapi merupakan kebutuhan pula agar bisnis yang telah dipecah-pecah tersebut, yang masing masing akan menjadi Perseroan Terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan pengontrolan yang masih tersentralisasi dalam bentuk-bentuk dan batas-batas tertentu11

Untuk itu, pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki dan pimpin oleh suatu perusahaan yang mandiri pula. Perusahaan pemilik (dan pemimpin) ini yang disebut sebagai perusahaan induk (holding)

.

12

Perusahaan Induk sering juga disebut dengan Holding Company, parent company, atau Controlling Company. Yang dimaksud dengan perusahaan induk adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Biasanya (walaupun tidak selamanya), suatu Perusahaan Induk memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda

.

13

11

Fuady, Munir. Hukum bisnis dalam teori dan praktek. Buku kesatu. Bandung : PT Citra Aditya Bakti,1996, hal 88

12

Ibid

(24)

Proses pembentukan perusahaan induk dapat dilakukan dengan tiga prosedur,yaitu :

1. Prosedur residu 2. Prosedur penuh 3. Prosedur terprogram

(1). Prosedur residu

Dalam hal ini, perusahaan asal dipecah-pecah sesuai dengan masing-masing sekor usaha. Perusahaan yang telah dipecah-pecah tersebut telah menjadi perusahaan yang mandiri, sementara sisanya (residu) dari perusahaan asal dikonversi menjadi perusahaan Induk, yang juga memegang saham pada perusahaan pecahan tersebut dan perusahaan-perusahaan lainnya jika ada.

(2). Prosedur Penuh

(25)

1. Dibentuk perusahaan baru

2. diambil salah satu dari perusahan yang sudah ada tetapi masih dalam kepemilikan yang sama atau berhubungan

3. diakusisi perusahaan yang lain yang sudah terlebih dahulu ada, tetapi dengan kepemilikan yang berlainan dan tidak mempunyai keterkaitan satu sama lain.

(3). Prosedur terprogram

Dalam prosedur ini, sejak semula orang-orang bisnis tersebut sudah sadar akan pentingnya perusahaan induk. Sejak awal mula sudah terpikir untuk membentuk suatu perusahaan induk. Karenanya, perusahaan yang pertamasekali didirikan dalam grupnya adalah perusahaan induk. Kemudian untuk setiap bisnis yang dilakukan, akan dibentuk atau diakuisisi perusahaan lain, dimana perusahaan induk sebagai partner bisnis. Dengan demikian, maka jumlah perusahaan baru sebagai anak perusahaan dapat terus berkembang jumlahnya seirama dengan perkembangan bisnis dari grup usaha yang bersangkutan.

Apabila dilihat dari segi usaha variasi usahanya, suatu grup usaha konglomerat dapat digolong-golongkan kedalam kategori sebagai berikut :

1. Grup usaha vertikal,

(26)

Untuk itu dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1). Grup usaha vertikal

Dalam grup ini, jenis-jenis usaha dari masing-masing perusahaan satu sama lain masih tergolong serupa. Hanya mata rantainya saja yang berbeda. Misalnya ada anak perusahaan yang menyediakan bahan baku, ada yang memproduksi bahan setengah jadi, bahan jadi, bahkan ada pula yang bergerak dibidang eksport-import. Jadi, suatu kelompok usaha menguasai suatu jenis produksi dari hulu ke hilir. Untuk itu, dapat dilihat dari diagram berikut 14

(27)

Keterangan :

H : Perusahaan Induk A : perusahaan anak

2). Grup usaha horisomtal

Dalam grup usaha horizontal, bisnis dari masing-masing anak perusahaan tidak ada kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu, dapat diskemakan sebagai berikut15

(28)

Grup usaha horizontal

3). Grup usaha kombinasi

Ada juga grup usaha, dimana jika dilihat dari segi bisnis anak perusahaannya, ternyata ada yang terkait dalam suatu mata rantai produksi (dari hulu ke hilir), disamping ada juga anak perusahaan yang bidang bisnisnya terlepas dari satu sama lain. Sehingga dalam grup tersebut terdapat kombinasi antara grup vertical dengan grup horizontal. Diagram berikut ini menunjukkan bagaimana struktur dari grup usaha kombinasi16

Grup usaha kombinasi .

(29)

Dilihat dari sumber hukum perusahaan, sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa badan Legislatif yang menciptakan Undang-Undang. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutuskan perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian, hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah-kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam Perundang-Undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai perusahaan.

(30)

Pembuat Undang-Undang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 mengenai perusahaan yang berkembang cukup pesat hingga sekarang ini.

Dengan mengacu kepada Undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan didefenisikan sebagai “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”. Bertitik tolak dari defenisi berikut, maka lingkup pembahasan hukum perusahaan meliputi dua hal pokok, yaitu bentuk usaha dan jenis usaha17. Tegasnya hukum perusahaan meliputi bentuk usaha dan jenis usaha. Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bentuk usaha dan jenis usaha disebut dalam hukum perusahaan18

B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI PERUSAHAAAN INDUK .

Sungguh pun eksistensi suatu grup usaha konglomerat cenderung untuk mempunyai perusahaan induk (holding) , tetapi keberadaan dari perusahaan induk itu sendiri punya keuntungan dan kerugian. Di antara keuntungan mempunyai suatu prerusahaan induk dalam suatu kelompok usaha adalah sebagai berikut:

1). KEMANDIRIAN RISIKO

Karena masing-masing anak perusahaan merupakan badan hukum berdiri sendiri yang secara legal terpisah satu sama lain, maka pada prinsip nya setiap kewajiban , risiko dan klaim dari pihak ketiga terhadap suatu anak perusahaan tidak dapat di brban kan kepada anak perusahaan yang lain, walaupun masing- masing anak

(31)

perusahaan tersebut masih dalam suatu grup usaha , atau dimiliki oleh pihak yang sama. Namun demikian , prinsip kemandirian anak perusahaan ini dalam hal dpat diterobos19

Kadang kala perusahaan induk dapat melakukan kotrol yang lebih besar terhadap anak perusahaan, sungguh pun misal nya memiliki saham di anak perusahaan kurang dari 50%

.

2). HAK PENGAWASAN YANG LEBIH BESAR

20

c). Jika perusahaan induk diberikan hak veto .

Hal seperti ini dapat terjadi antara lain dalam hal-hal sebagai berikut:

a). Eksistensi perusahaan induk dalam anak perusahaaan sangat diharap kan oleh anak perusahaan. Bias jadi disebabbkan karena perusahaan holding dan/atau pemiliknya sudah sangat terkenal.

b). Jika pemegang saham lain selain perusahaan induk tersebut banyak dan terpisah-terpisah

21

Perusahaan induk dapat mengontrol seluruh anak perusahaan dalam suatu grup usaha, sehingga kaitan nya lebih mudah diawasi

.

3). PENGOTROLAN YANG LEBIH MUDAH DAN EFEKTIF

(32)

Dapat terjadi bahwa atas prakarsa dari perusahaan induk, nasing-masing anak perusahaan dapat saling bekerja sama, saling membantu sama lain. Misal nya promosi bersama, pelatihan bersama, saling meminjam sumber daya manusia, dan sebagai nya. Disamping itu, kegiatan masing-masing anak perusahaan tidak 0verlapping23

Karena masing-masing anak perusahaan lebih besar dan lebih bonafid dalam suatu kesatuan dibandingkan jika masing-masing lepas satu sama lain, maka kemungkinan mendapatkan dana oleh anak perusahaan dari pihak ketiga relative lebih besar. Disampin itu, perusahaan induk maupun anak perusahaan lainnya dalam grup yang bersangkutan dapat memberikan berbagai jaminan hutang terhadap hutangnya anak perusahaan yang lain dalam grup yang bersangkutan

.

5). KEMUDAHAN SUMBER MODAL

24

23

.

6). KEAKURATAN KEPUTUSAN YANG DIAMBIL

(33)

Disamping keuntungan dari eksistensi perusahaan induk dalam suatu grup usaha konglomerat, terdapat pula kerugian-kerugian. Kerugian-kerugian tersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.

1). Pajak ganda

Dengan adanya perusahaan induk, maka terjadilah pembayaran pajak berganda. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan pemungutan pajak ketika deviden diberikan kepada perusahaan induk sebagai pemegang saham. Kecuali perusahaan induk merupakan perusahaan modal ventura, yang memegang saham sebagai penanaman modal pada investee company. Dalam hal ini Undang-Undang pajak yang berlaku sekarang tidak memberlakukan pajak ganda25

Karena harus diputuskan oleh manajemen perusahaan induk, maka mata rantai pengambilan keputusan akan menjadi lebih panjang dan lamban. Kecuali pada perusahaan induk investasi, yang memang tidak ikut terlibat dalam manajemen perusahaan induk

. 2). Lebih birokratis

26

Keberadaan perusahaan induk dapat lebih memberikan kemungkinan akan adanya management one man show oleh perusahaan induk. Ini akan berbahaya, terlebih lagi terhadap kelompok usaha yang horizontal, atau model kombinasi, dimana kegiatan bisnisnya sangat beraneka ragam. Sehingga, masing-masing bidang

.

3). Management one man show

25

(34)

bisnis tersebut membutuhkan skill dan pengambilan keputusan sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain27

Variasi hubungan hukum antara perusahaan induk dengan anak perusahaan juga terlihat dari terdapatnya klasifikasi perusahaan induk.klasifikasi perusahaan induk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai criteria berupa tinjauan dari keterlibatannya dalam berbisnis, keterlibatannya dalam hal pengambilan keputusan, dan keterlibatan dalam hal equity

. 4). Conglomerat game

Terdapat kecenderungan terjadinya conglomerate game, yang dalam hal ini berkonotasi negative, seperti manipulasi pelaporan income perusahaan, transfer pricing, atau membesar-besarkan informasi tertentu.

5). Penutupan usaha

Terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk menutup usaha dari satu atau lebih anak perusahaan jika usaha tersebut mengalami kerugian usaha.

6). Resiko usaha

Membesarkan resiko kerugian seiring dengan membesarnya keuntungan perusahaan.

C.KLASIFIKASI PERUSAHAAN INDUK.

28

Klasifikasi perusahaan induk ditinjau dari segi keterlibatan perusahaan induk dalam berbisnis, apabila dipakai sebagai kriterianya berupa keterlibatan perusahaan

.

27

Ibid.

(35)

induk dalam berbisnis sendiri(tidak lewat anak perusahaan), maka perusahaan induk dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(a) Perusahaan induk semata-mata

Jenis perusahaan induk semata-mata ini secara de facto tidak melakukan bisnis sendiri dalam praktek, terlepas dari bagaimana pengaturan dalam anggaran dasarnya. Sebab, jarang ada anggaran dasar perusahaan yang menyebutkan bahwa maksud dan tujuan perusahaan semata-mata untuk menjadi perusahaan induk. Akan tetapi disebutkan bahwa perusahaan induk tersebut juga mempunyai maksud dan tujuan umumnya di berbagai bisnis. Jadi perusahaan induk semata-mata ini sebenarnya memang dimaksudkan hanya untuk memegang saham dan mengontrol anak perusahaannya. Tidak lebih dari itu29

(b) Perusahaan induk beroperasi .

(36)

Disamping kekhawatiran akan menurunnya perkembangan bisnis jika bisnisnya itu dialihkan ke perusahaan lain30

(a) Perusahaan induk investasi

.

Klasifikasi perusahaan induk ditinjau dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dilihat dari factor sejauh mana perusahaan induk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan oleh anak perusahaan, maka perusahaan induk dapat dibeda-bedakan kedalam dua (2) kategori, yaitu :

(b) Perusahaan induk manajemen

1. Perusahaan induk investasi

Dalam hal ini, tinjauan dari perusahaan induk investasi memiliki saham pada anak perusahaan semata-mata hanya untuk investasi, tanpa perlu mencapuri soal manajemen dari anak perusahaan. Biasanya dalam praktek, eksistensi dari perusahaan induk investasi disebabkan karena factor-faktor sebagai berikut31

(i) Perusahaan induk tidak mempunyai kemauan / kemampuan / pengalaman / pengetahuan terhadap bisnis anak perusahaannya.

:

(ii) Perusahaan induk hanya memegang saham minoritas pada anak perusahaan.

(iii) Mitra usaha dalam anak perusahaan lebih mampu . lebih terkenal dalam bidang bisnisnya.

(37)

2. Perusahaan induk manajemen

Berbeda dengan perusahaan induk investasi, pada perusahaan induk manajemen, keterlibatannya pada anak perusahaan tidak hanya memegang saham pasif semata-mata. Tetapi ikut juga mencampuri, atau setidak-tidaknya memonitor terhadap pengambilan keputusan bisnis dari anak perusahaan32

(i) Bisnis perusahaan konglomerat tersebut akan keropos dan mati pelan-pelan atau bahkan mati mendadak.

.

Keterlibatan yang terlalu jauh dari pemilik perusahaan induk kedalam manajemen anak perusahaan, berarti kurang memberi kesempatan kepada anak perusahaan untuk mempunyai direktur yang professional yang dapat bekerja secara independent. Jika misalnya kepada perusahaan indukpun tidak dipercayakan manajemennya kepada para professional, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah hal-hal sebagai berikut :

(38)

bisnis dari grup astra. Demikian juga dengan kesulitan likuiditas grup mantrust di awal decade Sembilan puluhan tersebut, juga terjadi ketika generasi kedua mulai naik tahta. Sementara krisis grup bentoel juga di awal decade Sembilan puluhan terjadi ketika grup tersebut masih ditangani oleh generasi kedua, sungguhpun grup bentoel ini sudah mulai masuk ke generasi ketiga. Krisis di generasi kedua juga melanda grup pardede di Medan, atau grup gunung agung di Jakarta.

Data pada tahun 1993 menunjukkan bahwa grup usaha yang telah sampai ke generasi ketiga di Indonesia sedikit sekali,yakni seperti terlihat pada table sebagai berikut33

NO

:

Nama group Generasi ketiga

1 Bentoel Hengky E.S. Satyadharma

2 Hadlex Janto Hidjadja

3 Jamu Jago Jaya Sempurna

4 Nyonya meneer Charles Ong

5 Sampoerna Putera Sampurna

Terlihat bahwa secara yuridis banyak factor internal perusahaan yang cukup potensial dapat menggerogoti grup usaha konglomerat dari dalam. Hal tersebut dapat pula menyebabkan eksistensi kelompok usaha konglomerat tersebut terancam.

Secara yuridis, keterlibatan perusahaan induk dalam pengambilan keputusan anak perusahaan dimungkinkan dengan memakai beberapa pola sebagai berikut :

(i) Operasionalisasi hak veto

(39)

(iii) Ikut serta dalam dewan komisaris

(iv) Ikut serta dalam kepengurusan / komisaris secara tidak langsung (v) Ikut serta tanpa ikatan yuridis

Selanjutnya akan ditinjau satu persatu dari kategori perusahaan induk dimaksud. (a) Operasional hak veto

Perusahaan induk dapat melakukan pengawasan terhadap anak perusahaan dengan menggunakan hak veto yang ada pada perusahaan induk. Sebagai pemegang saham pada anak perusahaan, perusahaan induk secara yuridis dianggap mempunyai kekuasaan tertinggi, yang mekanisme dapat dilakukan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (biasa atau luar biasa). Konsekuensinya, perusahaan induk mempunyai hak veto yakni apabila ;

(i) Perusahaan induk memegang saham dalam jumlah sedemikian rupa, sehingga selalu memenuhi quorum Rapat Umum Pemegang Saham dan / atau dapat mengambil keputusan sendiri berdasarkan suara terbanyak seperti dimaksudkan kedalam anggaran dasar perusahaan. (ii) Dapat mempengaruhi mitra/mitra-mitranya, yaitu pemegang saham

lainnya untuk berpihak kepadanya dalam hal pemberian suara.

(40)

Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, tidaklah dimungkinkan suatu Rapat Umum Pemegang Saham mengambil keputusan jika suara yang setuju kurang dari simple majority, dalam hal ini Pasal 86 ayat (1) tersebut menggunakan istilah “suara terbanyak biasa.” Tetapi jika penggunaan semacam veto untuk tetap bertahan pada status quo memang dimungkinkan oleh pasal tersebut lewat voting dengan menggunakan asas super majority. Hal ini baik karena ditentukan sendiri dalam anggaran dasar berdasarkan kemungkinan yang diberikan oleh pasal 86 ayat (1), ataupun terhadap hal-hal yang oleh Undang-Undang tentang perseroan terbatas telah ditentukan untuk quorum khusus, seperti Pasal 88 ayat(1) tentang perubahan anggaran dasar. Disamping itu, dengan dibukanya system saham tanpa hak suara, maka pemberlakuan hak veto kepada pemegang saham tertentu kembali terbuka, dengan tidak memberi hak suara kepada pemegang saham lainnya.

(b) Ikut serta dalam dewan direksi secara langsung

(41)

Pola keikutsertaan dalam dewan direksi atau dewan komisaris ini banyak terjadi pada grup usaha konglomerat di Indonesia saat ini, sehingga menimbulkan fenomena sebagai berikut34

- management one man show, ;

- management perusahaan keluarga, - management tertutup,

- usaha konglomerat sulit bertahan sampai ke generasi selanjutnya.

(c) Ikut serta dalam dewan komisaris.

Dapat juga usaha memantau jalannya bisnis anak perusahaan dengan cara direktur / komisaris / pemilik perusahaan induk duduk sebagai presiden komisaris / amggota komisaris, akhirnya para pemegang saham sebagai pemutus terakhir, keikutsertaan dalam board komisaris tersebut sudah sangat merepotkan direktur perusahaan jika misalnya akan dilakukan bisnis yang bertentangan dengan kehendak komisaris

(d) Ikut serta dalam kepengurusan / komisaris secara tidak langsung

Tidak jarang pula para pemilik tidak langsung menduduki jabatan di dewan direksi / komisaris, tetapi hanya mengangkat orang-orang kepercayaannya (nominee), baik mereka yang berhubungan tali keluarga atau tidak. Mereka inilah yang menduduki jabatan sebagai direktur atau komisaris dari anak perusahaan. Sebagai nominee, mereka selalu tunduk dan patuh kepada atasan, karena itu pula selalu menjalankan kewajibannya sesuai dengan kehendak atasannya itu, yang dalam hal ini adalah perusahaan induk.

(42)

(e) Ikut serta tanpa ikatan yuridis

Terutama jika pemilik perusahaan induk yaitu orang yang cukup punya nama dan disegani, maka sungguhpun dia tidak ikut dalam board (direksi / komisaris), tetapi dia selalu dapat mendikte jalannya anak perusahaan. Dalam hal ini, board terpaksa menuruti kehendak pemilik perusahaan induk, karena :

(i) Adanya ikatan moral, dan/atau

(ii) Demi melestarikan kedudukannya sebagai board, sebab sewaktu-waktu dapat saja diberhentikan dari jabatannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham, rapat mana mungkin dapat didikte oleh perusahaan induk.

Jika melihat kepada sejauh mana perusahaan induk terlibat dalam equity dari anak perusahaan, maka perusahaan induk dapat dibagi kedalam :

(a) Perusahaan induk afiliasi, (b) Perusahaan induk subsidiary,

(c) Perusahaan induk non kompetitif, dan (d) Perusahaan induk kombinasi

Berikut ini penjelasan satu persatu dari masing-masing kategori dimaksud35 (a) Perusahaan induk afiliasi

.

Dalam hal ini perusahaan induk memegang saham pada anak perusahaan tidak sampai 51 % dari saham anak perusahaan.

(43)

Pada perusahaan induk subsidiary, perusahaan induk memiliki saham pada anak perusahaan sampai 51 % atau lebih. Sehingga, kedudukan perusahaan induk bagi anak perusahaan sangat menentukan,.

(c) Perusahaan induk non kompetitif

Dengan perusahaan induk non kompetitif, dimaksudkan setiap perusahaan induk yang memiliki saham tidak sampai 51 %, tetapi tetap tidak kompetitif dibandingkan pemegang saham lainnya. Hal ini dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut :

(i) Jika pemegang saham lebih dari dua pihak, sehingga sungguhpun perusahaan induk tidak sampai memegang saham 51 %, tetapi presentasinya masih yang terbesar dibandingkan dengan masing-masing pemegang saham lainnya.

(ii) Sungguhpun perusahaan induk memegang saham lebih kecil dari pemegang saham lainnya, tetapi perusahaan induk mempunyai hubungan tertentu secara kontraktual dengan pemegang saham lainnya, misalnya ada saham pihak lain yang digadaikan / difidusiakan kepada perusahaan induk. (iii) Perusahaan induk, sungguhpun minoritas, tetapi diberikan hak veto oleh

anggaran dasar anak perusahaan. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas hanya membenarkan pemberian hak veto untuk statusquo lewat pemberlakuan asas voting super majority, dan lewat pemberlakuan saham tanpa suara36

(d) Perusahaan induk kombinasi. .

36

(44)

Jenis perusahaan induk selanjutnya, yang justru kebanyakan terdapat dalam praktek adalah jenis kombinasi, yakni kombinasi antara perusahaan induk afiliasi, subsidiary dan non kompetitif seperti tersebut diatas. Dalam hal ini, suatu perusahaan induk memiliki saham pada beberapa anak perusahaan sekaligus, dimana ada yang memegang saham sampai 51% atau lebih, dan ada yang kurang dari 51%, kompetitif atau non kompetitif. Dan dinamika dari kepemilikan saham oleh perusahaan induk dalam praktek juga tidak stabil. Suatu ketika menjadi subsidiary, tetapi pada suatu ketika berubah menjadi afiliasi. Demikian juga sebaliknya37.

(45)

BAB III

TANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN TERHADAP ANAK PERUSAHAAN KEPADA PIHAK KETIGA.

A. Tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaannya terhadap hutang anak perusahaan kepada pihak ketiga.

Untuk bisa berkembangnya perusahaan, sehingga tercipta kelompok-kelompok perusahaan konglomerat besar, diperlukan pengembangan tertentu terhadap perusahaan yang bersangkutan. Bisa saja terjadi bisnis dari suatu perusahaan sudah sedemikian pesat perkembangannya sehingga diperlukan suatu restrukturisasi agar jalannya perkembangan bisnis tidak terganggu. Namun demikian, dengan proses restrukturisasi perusahaan, sebenarnya bisa berarti perusahaan tersebut diperbesar tetapi dapat juga dalam arti tindakan pengecilan/perampingannya. Hal-hal seperti ini sangat sering dilakukan oleh kelompok-kelompok perusahaan dalam praktek bisnisnya38

Maka dalam rangka restrukturisasi perusahaan-perusahaan dalam grup-grup perusahaan tersebut, antara lain dapat dilakukan proses perluasan perusahaan secara internal dengan jalan pemandirian perusahaan, dimana suatu perusahaan dipecah-pecah kepada beberapa komponen. Misalnya apa yang semula hanya merupakan salah satu departemen usaha menjadi suatu perusahaan yang mandiri dalam arti status legal entity

dan/atau manajemennya, sungguhpun kepemilikan tidak berubah .

39

Dalam rangka proses pemandirian perusahaan ini, dapat dilakukan baik dengan jalan pendirian suatu Perseroan Terbatas yang baru, ataupun dengan cara pembelian suatu

.

38

(46)

Perseroan Terbatas yang sudah eksis. Kemudian seluruh aset, hak dan kewajiban departemen perusahaan asal dialihkan ke Perseroan Terbatas yang mandiri tersebut.

Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, selain dapat membuka kantor cabang, juga dapat mendirikan anak perusahaan. Anak perusahaan atau holding company

adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh induk atau beberapa induk perusahaan untuk pengendalian atau koordinasi dari perusahaan-perusahaan anak40

Pendirian anak perusahaan dapat dilakukan dengan cara kerja sama antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, atau antara perusahaan dengan perorangan, yang masing-masing pihak kedudukannya sebagai pemilik modal atau pemegang saham. Pendiri anak perusahaan sering disebut dengan induk perusahaan

.

41

Untuk tujuannya pemisahaan perusahaan, dapat terjadi perusahaan induk sebagai perusahaan tua hendak membagi resiko kepada anak perusahaan. Perusahaan yang tua yang menjadi perusahaan induk tetap memegang cadangan-cadangan dan barang-barang

.

Pendirian anak perusahaan lebih banyak dengan latar belakang yang menyangkut beberapa alasan antara lain, misalnya karena ingin mengatasi masalah pajak, persaingan, kemajuan tekhnologi, dan sebagainya. Ada dua kemungkinan, pendirian anak perusahaan bertujuan untuk memperluas bidang usaha atau untuk pemisahaan perusahaan. Jika untuk memperluas bidang usaha, terjadi apabila usaha yang dilakukan tidak dapat dijangkau oleh perusahaan induk, kemudian diserahkan kepada anak perusahaan, misalnya induk perusahaan memproduksi ban mobil, membutuhkan bahan baku karet, kemudian mendirikan anak perusahaan yang usahanya sebagai penyedia getah karet.

(47)

atau harta kekayaan yang merupakan modal perusahaan. Modal berupa harta kekayaan dapat dipergunakan oleh anak perusahaan, misalnya berdasarkan sewa.

Dilihat dari segi ekonomi hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan merupakan satu kesatuan, karena anak perusahaan jika menghadapi kesulitan ekonomi akan dibantu oleh induk perusahaan. Anak perusahaan akan dilindungi oleh induk perusahaan apabila ada masalah. Manajemen dan kebijaksanaan anak perusahaan dipengaruhi oleh induk perusahaan, karena induk perusahaan sebagai pemegang sahamnya. Induk perusahaan biasanya sebagai pemegang saham mayoritas akan menentukan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham anak perusahaan,

Jika dilihat dari segi hukum, antara anak perusahaan dengan induk perusahaan masing-masing kedudukannya berdiri sendiri. Dalam hukum perdata mengenal bidang hukum keluarga, yang didalamnya terdapat garis hukum antara orang tua dengan anak yang memiliki hak dan kewajiban. Berbeda dengan hukum perusahaan, di dalamnya tidak mengenal garis hukum antara induk perusahaan dengan anak perusahaan42

Dengan melihat hubungan antara anak perusahaan dengan induk perusahaan tersebut, jika ada pihak yang menggugat anak perusahaan, apabila ada anak perusahaan yang melakukan pelanggaran hak, maka yang digugat oleh pihak yang merasa dirugikan adalah anak perusahaan itu sendiri. Induk perusahaan tidak perlu diikutsertakan digugat, karena secara hukum anak perusahaan bertanggung jawab sendiri didalam melakukan aktifitasnya. Dalam gugatan yang berdasarkan atas Pasal 1365 KUHPerdata juga demikian, karena anak perusahaan tidak dibawah kekuasaan induknya. Pasal 1367

.

42

(48)

KUHPerdata tidak berlaku untuk itu. Sebaliknya pula jika yang melakukan pelanggaran adalah induk perusahan, maka akan digugat cukup induknya saja43

Apabila salah satu anak perusahaan berhutang kepada pihak ketiga maka keterikatan secara yuridis dari induk perusahaan dapat muncul selaku pemegang saham ia ikut serta bertanggung jawab terhadap pelunasan hutang tersebut. Dengan demikian timbul permasalahan yaitu: mengapa induk perusahaan bertanggung jawab kepada pihak ketiga (kreditur), apabila anak perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya? Apa bentuk tanggung jawab induk perusahaan atas permasalahan yang ditimbulkan oleh anak perusahaan tersebut? Bagaimana tanggung jawab induk perusahaan apabila jaminan tersebut tidak mencukupi pelunasan hutang anak perusahaan? Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis yang bersifat deskriptif analisis dengan berpedoman pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan dan putusan yang terdapat dalam perundang-undangan dan putusan pengadilan, yang berkaitan dengan tanggung jawab PT

.

Hukum perusahaan anggota group tidak ada kaitannya dengan hak dan kewajiban keluar dari perusahaan satu sama lain, akan tetapi perusahaan-perusahaan yang berada dalam perusahaan group dimiliki oleh pemilik modal yang sama sehingga dapat dikatakan sebagai satu kesatuan kelompok kegiatan ekonomi. Meskipun dari sudut kegiatan ekonomi perusahaan dalam group merupakan satu kesatuan, namun dari segi yuridis masing-masing perusahaan anggota group tersebut mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu bahwa masing-masing perusahaan yang bergabung dalam perusahaan group adalah merupakan badan hukum-badan hukum yang berdiri sendiri.

44

43

(49)

Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa adanya jabatan rangkap pada kepengurusan perseroan dalam perusahaan group merupakan hal yang secara nyata dapat mengikat induk perusahaan dengan anak perusahaan, sehingga kreditur dapat meminta induk perusahaan ikut terlibat dalam hal perikatannya. Bentuk tanggung jawab tersebut dapat berupa:induk perusahaan ikut serta sebagai penjamin corporate guarantee; personal guarantee; atau memberikan garansi terbatas terhadap pelunasan hutang-hutang anak perusahaan dengan kreditur. Konsekuensi dari kelalaian anak perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya dapat berakibat pada kewajiban induk perusahaan untuk melunasinya; apabila harta benda anak perusahaan disita terlebih dahulu dan belum dapat mencukupi untuk pelunasannya45

Mengenai sejauhmana tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaannya terutama terhadap hutang anak perusahaan kepada pihak ketiga, pada prinsipnya setiap konsekuensi yuridis atas tindakan perseroan baik/buruk akan dipikul oleh perseroan tersebut. Namun demikian, UU mengenal beberapa pengecualian. Sungguhpun itu tindakan perseroan, dibuka kemungkinan bukannya perusahaan yang bertanggung jawab, tetapi pihak lainnya. Misalnya, direktur secara pribadi ataupun secara bersama-sama (renteng)

.

46

Dalam Undang-Undang PT, jika anak perusahaan melakukan perbuatan yang mengharuskan bertanggung jawab secara hukum, induk perusahaan akan ikut bertanggung jawab sejauh tidak menyimpang dari tugas yang seharusnya dilakukan oleh perusahaannya. Kecuali misalnya direksi pada anak perusahaannya telah bertindak melebihi dari kekuasaan yang diberikan kepadanya. Seberapa jauh kekuasaan diberikan

.

45

(50)

kepadanya, dapat dilihat dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan. Biasanya dalam bagian "Kepengurusan" dan bagian "Tugas dan Wewenang Direksi". Apabila direktur bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, maka direktur tersebut bertanggung jawab secara pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit, maka beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan (harta pailit), maka direksipun ikut bertanggung jawab secara renteng47

Jika anak perusahaan itu ada beberapa direktur, salah seorang dari direktur itu menyebabkan kerugian yang mengakibatkan kepailitan pada perusahaan, sejauh itu dilakukan tidak melanggar anggaran dasar, atau melanggar tugasnya kemungkinan adanya sistem pembuktian terbalik. Artinya kepada anggota direktur diberi kemungkinan untuk mengelak dari tanggung jawab renteng jika ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah (pasal 90 ayat (3) UU PT. Dalam hal ini induk perusahaan tidak ikut bertanggung jawab

.

48

Contoh kasus Bank Summa di tahun 1992. Kasus ini ternyata tidak 1 orangpun yang dicoba mintakan tanggung jawab secara hukum. Jadi, PT Bank Summa yang melulu bertanggung jawab. Kalaupun perusahaan yang lain dalam group yang sama, atau pemiliknya kemudian dikejar-kejar, itu lebih dikarenakan alasan-alasan yang bersifat kontraktual. Misalnya, karena ada kontrak kredit dengan perusahaan lain satu group, atau karena ada gadai saham atau personal guarantee oleh pemiliknya. Hal ini bukan berarti direktur diperusahaan yang lain lagi bisa lepas bebas dari tanggung jawab. Banyak

.

(51)

alasan-alasan yuridis dan keadilan yang menyebabkan direktur mesti bertanggung jawab.

B. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN INDUK APABILA ANAK PERUSAHAANNYA MELAKUKAN WANPRESTASI.

Suatu perusahaan dapat dikatakan melakukan wanprestasi apabila tidak menepati janji untuk membayar kembali hutangnya yang telah jatuh tempo, sehingga menurut hukum,debitur tersebut "ingkar janji"(Wanprestasi). Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi, perlu diperhatikan apakah dalam perikataan itu ditentukan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi "tidak ditentukan", perlu memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasi. Tetapi dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan pasal 1238 KUHPerdata debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan49

49

Kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/Hukum-PT-uu-40_2007, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasar UU Nomor 40 Th 2007 tentang Perseroan Terbatas),hal. 4/terakhir kali diakses tanggal 23 Agustus 2009

.

Untuk dapat menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan bersalah sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan, yaitu: 1. debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru.

3. debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat.

(52)

1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal 1243 KUHPerdata)

2. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditur dapat menuntut pemutusan/pembatalan perikatan melalui Hakim (pasal 1266 KUHPerdata). 3. Debitur wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan dimuka Pengadilan

Negeri, dan debitur dinyatakan bersalah.

Tidak dipenuhinya kewajiban oleh Debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan, yaitu :

1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena kelalaian.

2. Karena keadaan memaksa (overmach), force majeure, jadi diluar kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah.

Dalam UU Kepailitan, memberikan jalan kepada debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar hutang-hutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapt ditagih, untuk lebih dahulu mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud pada umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur konkuren (pasal 212). Pernyataan pailitnya perusahaan haruslah dinyatakan dengan keputusan Pengadilan (pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No.4 Tahun 1998)50

50

(53)

BAB IV

STATUS HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB ANAK PERUSAHAAN DALAM SUATU KELOMPOK PERUSAHAAN

A. Tanggung jawab hukum antara induk perusahaan dengan anak perusahaan. Jika ada klaim dari pihak luar karena aktifitas bisnis dari anak perusahaan, siapakah yang bertanggung jawab secara hukum. Apakah anak perusahaan, atau induk perusahaan, ataupun keduanya.

Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan tanggung jawab dari suatu badan hukum. Maksudnya, secara prinsipil, setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka hanya badan hukum itu sendiri yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak ikut bertanggung jawab, kecuali sebatas nilai saham yang dimasukkannya.

Pasal 40 ayat (2) KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab lebih daripada jumlah penuh dari saham-saham itu. Prinsip yang sama juga diberlakukan oleh Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan dengan tegas bahwa Perseroan Terbatas adalah merupakan suatu badan hukum(Pasal 1 ayat (1)), dan tanggung jawabnya hanya sebatas atas saham-saham yang telah diambil oleh pemegang saham (Pasal 3 ayat (1))51

51

Munir Fuady.S.H.M.H.LL.M, hukum perusahaan dalam paradigma hukum

(54)

Sungguhpun secara prinsip, tanggung jawab hukum induk perusahaan sebagai pemegang saham hanya terbatas pada nilai saham setornya, namun dalam hal-hal tertentu hukum memperkenalkan atau setidak-tidaknya memperkenankan tanggung jawab hukum pemegang saham melebihi dari tanggung jawab sebatas saham setornya, yang dalam hal ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu ;

(1). Yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan, dan (2). Yang berdasarkan ikatan kontraktual.

Sebuah perusahaan dalam menjalankan perusahaannya sudah pasti berhubungan dengan pihak lain, yaitu pihak ketiga. Perusahaan melakukan transaksi seperti melakukan jual beli, sewa-menyewa, kontrak kerja dan sebagainya. Biasanya kalau transaksinya dapat berjalan dengan lancar atau tidak ada masalah, kondisinya aman-aman saja. Namun apabila terjadi hal yang sebaliknya, terjadi masalah misalnya perusahaan melakukan wanprestasi, maka yang dicari adalah yang menyangkut persoalan tanggung jawab. Yang dipersoalkan yang paling utama tidak lain tentang siapakah yang bertanggung jawab52

Status tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : .

Berhubung yang bertransaksi adalah suatu perusahaan, maka mengenai masalah tanggung jawabnya dipengaruhi oleh statusnya, apakah berstatus badan hukum atau tidak. Adanya perbedaan status tersebut, berpengaruh kepada siapa yang harus bertanggung jawab pada suatu perusahaan. Yang pasti dengan perbedaan itu pihak yang bertanggung jawab tidak sama.

(55)

1. Tanggung jawab perusahaan yang berbadan hukum. 2. Tanggung jawab perusahaan yang bukan badan hukum.53

(i). Tanggung jawab perusahaan yang berbadan hukum.

Sebagaimana telah dibahas tentang badan hukum, bahwa badan hukum termasuk subjek hukum. Badan hukum dalam kenyataannya dipandang sebagai manusia, yang dapat melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Sebuah badan hukum memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurus. Dalam Perseroan Terbatas modal yang terbagi atas saham, merupakan modal perusahaan. Demikian pula badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum, yang diwakili oleh pengurusnya. Oleh karena kedudukannya sebagai subjek hukum, maka segala perbuatan badan hukum menjadi tanggung jawab badan hukum itu sendiri. Bukan tanggung jawab pengurusnya maupun tanggung jawab pribadi pengurusnya. Pemegang saham hanya menanggung sebesar nilai saham yang dimasukkan.

(ii). Tanggung jawab perusahaan yang bukan badan hukum.

Bagi perusahaan-perusahaan yang berstatus bukan badan hukum, dengan mengingat bahwa perusahaan bukan merupakan subjek hukum, dan kekayaan perusahaan tidak terpisah dengan kekayaan pengurusnya. Oleh karena itu pada prinsipnya yang bertanggung jawab terhadap pihak ketiga berada pada pengurus perusahaan, baik direksi maupun induk perusahaan.

(56)

Pada perusahaan perorangan, pemiliknya hanya seorang dan sekaligus merangkap sebagai pengurus perusahaan, maka yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga adalah pengurusnya.

Untuk persekutuan Perdata, apabila di dalam mengelola perusahaan diangkat pengurus, tanggung jawab terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pengurus. Sebaliknya jika tidak diangkat pengurus, maka pertanggungan jawab kepada pihak ketiga berlaku Pasal 1643 KUHPerdata yang berbunyi “ para sekutu dapat dituntut oleh si berpiutang dengan siapa mereka bertindak, masing-masing untuk jumlah dan bagian yang sama, meskipun bagian sekutu yang satu dalam persekutuan adalah kurang daripada bagian dari sekutu lainnya, terkecuali apabila sewaktu utang tersebut dibuatnya dengan tegas ditetapkan kewajiban sekutu untuk membayar hutangnya menurut bagian besarnya masing-masing dalam persekutuan”.

B. Kemandirian anak perusahaan secara yuridis.

(57)

dan ikut campurnya pihak induk perusahaan ke dalam manajemen anak perusahaan itu sendiri54

1. Kedudukan anak perusahaan sebagai badan hukum. .

Seperti juga induk perusahaan yang merupakan suatu badan hukum ( legal entity)

yang mandiri dan terpisah dari badan hukum lainnya, maka anak perusahaan juga pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas, yang tentu juga mempunyai kedudukan yang mandiri. Sebagai badan hukum, maka anak perusahaan merupakan penyandang hak dan kewajiban sendiri. Dan juga mempunyai kekayaan sendiri, yang terpisah secara yuridis dengan harta kekayaan pemegang sahamnya. Tidak kecuali apakah pemegang sahamnya itu merupakan induk perusahaan ataupun tidak.

Berdasarkan prinsip kemandirian badan hukum tersebut, maka pada prinsipnya secara hukum (yang konvensional), maka induk perusahaan dalam kedudukannya sebagai induk perusahaan tidak punya kewenangan hukum untuk mencampuri manajemen dan policy anak perusahaan.

Menurut teori ilmu hukum (yang konvensional), maka keterlibatan induk perusahaan hanya dimungkinkan dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Melalui direktur dan komisaris yang diangkat oleh induk perusahaan sebagai pemegang saham, sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.

2. melalui hubungan yang kontraktual. Juga sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.

(58)

Merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa melalui approach dari segi ekonomi, maka grup perusahaan secara keseluruhan, di mana di dalamnya terdapat induk perusahaan dan anak perusahaan, dianggap merupakan suatu kesatuan. Hal yang demikian berlaku, baik terhadap grup investasi maupun terhadap grup manajemen.

Karena merupakan suatu kesatuan ekonomi, maka grup perusahaan mestinya dikomandokan pula oleh infuk perusahaan. Hanya saja erat longgarnya sentralisasi manajemen oleh induk perusahaan pada kenyataannya bervariasi, mengikuti bentuk grup yang bagaimana yang dipilih oleh induk perusahaan. Dalam grup perusahaan manajemen, sentralisasi pengaturannya cukup ketat, sementara dalam grup investasi, pengaturan oleh induk perusahaan cukup longgar. Demikian pula wewenang dan peran yang dimainkan oleh induk perusahaan dalam grup perusahaan yang tersentralisasi jauh lebih ketat dibandingkan dengan yang terdapat dalam grup perusahaan yang menganut prinsip desentralisasi55

Jika melalui pendekatan ekonomi suatu kelompok perusahaan dianggap merupakan suatu kesatuan, maka lain halnya apabila dilakukan pendekatan dari segi hukum. Ilmu hukum (yang konvensial) mengajarkan bahwa sebagai badan hukum, maka masing-masing anak perusahaan maupun induk perusahaannya berkedudukan terpisah atau sama lain. Kalaupun dicari benang merah yang menghubungkan satu anak perusahaan dengan anak perusahaan lainnya, ataupun dengan induk perusahaan, paling-paling hanya lewat kedudukan dan peran yang dimainkan oleh para pemegang sahamnya. Yakni lewat mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham, yang secara yuridis memang mempunyai kedudukan tertinggi dan menentukan dalam suatu perusahaan. Atau dapat juga benang merah tersebut diciptakan lewat ikatan-ikatan

.

(59)

kontraktual yang bersifat temporer, sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan56

Dengan demikian jelaslah bahwa pendekatan ekonomi terhadap hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam suatu grup perusahaan konglomerat ternyata berbeda dengan pendekatan dari segi hukum. Di satu pihak, pendekatan ekonomi lebih dilatarbelakangi dan didasari oleh kebutuhan dalam praktek bisnis, jadi lebih praktis dan pragmatis, sementara pendekatan yuridis lebih bersifat konvensional, sehingga lebih teoritis. Tentu saja perbedaan pandangan dari sector ekonomi dan sector hukum ini tidak reasonable untuk dipertahankan terus. Titik temu di antara kedua belah pihak tentu harus dicari, karena hal tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam berbisnis

.

57

Tampaknya, sector hukumlah yang banyak harus mengalah ke sector ekonomi, mengingat merupakan salah satu tugas dari hukum, yang secara prinsip, regulatoris maupun aplikatif, menciptakan keadaan yang kondusif bagi lancarnya perkembangan hidup manusia, termasuk perkembangannya di sector bisnis. Karena itu, tentang kewenangan induk perusahaan dalam suatu kelompok perusahaan, dalam banyak hal sector hukumlah yang harus menyesuaikan diri dengan kenyataan dan perkembangan ekonomi

.

58

(60)

Secara lebih factual dapat dikatakan bahwa sungguhpun dalam banyak hal hukum harus mentolerir ikut campurnya induk perusahaan kedalam manajemen anak perusahaan, tetapi sampai batas-batas tertentu, prinsip kemandirian anak perusahaan pun harus tetap dipertahankan. Batas-batas tersebut adalah sejauh nilai-nilai yang harus dipelihara oleh hukum tersebut tidak dilanggar. Misalnya, jika dengan campur tangan induk perusahaan tersebut, aka nada pihak-pihak yang dirugikan, katakanlah pihak kreditur dari anak perusahaan, maka prinsip kemandirian anak perusahaan sebagai badan hukum semestinya dipertahankan. Artinya, campur tangan induk perusahaan tidak dapat dibenarkan oleh hukum59

3.Campur tangan induk perusahaan kedalam bisnis anak perusahaan. .

Karena adanya fenomena dalam dunia bisnis bahwa grup usaha konglomerat cenderung dianggap sebagai suatu kesatuan ekonomi, maka implikasinya kedalam sector hukum antara lain berupa diterobosnya batas-batas kemandirian badan hukum dari anak perusahaan maupun induk perusahaan. Sebagai konsekuensi logis, berkembanglah teori-teori tentang :

1. Ikutnya ditarik induk perusahaan, maupun anak perusahaan lain dalam satu grup dalam hal-hal tertentu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anak perusahaan.

2. berwenangnya pihak induk perusahaan dalam batas-batas tertentu untuk mencampuri urusan bisnis anak perusahaan.

Gambar

table sebagai berikut33 :

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan di dunia bisnis melalui perusahaan grup menjadi salah satu pilihan bentuk usaha yang banyak dipilih oleh para pelaku usaha di Indonesia. Pada prakteknya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hukum antara induk perusahaan dengan anak perusahaan dan bentuk koordinasi dari induk perusahaan terhadap anak perusahaan

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Nurnawati (2008) dengan judul Persepsi Manajer Perusahaan Kecil Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Akuntan Publik Dalam Dunia Usaha (Survei

Oleh sebab itu, tanggung Jawab Perusahaan Multinasional dalam kegiatan keruangangkasaan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan untuk perusahaan multinasional ataupun dari rezim

Selain itu, pertanggungjawaban dapat dimintai terhadap korporasi pengurus yang mempunyai kedudukan fungsional, pemberi perintah, pemegang kendali korporasi yang

Didalam perusahaan grup sendiri terdapat beberapa perusahaan yang mandiri secara yuridis (anak perusahaan) dimana perusahaan-perusahaan tersebut berada dibawah suatu

Pembentukan anak perusahaan tersebut tidak terlepas dari tujuan perusahaan mengembangkan sayap untuk membesarkan usaha dan keuntungan, dengan membentuk anak perusahaan dalam bentuk

Akibat hukum dari Peran Dan Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pembuangan Limbah Industri Berdasarkan Hukum Positif bahwa apabila terjadinya sengketa atas pencemaran lingkungan yang