IMPLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PENERIMA
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. G.L TOBING PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA II TANJUNG MORAWA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun oleh :
EFFRY PRANATA SARAGIH
060903016
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Medan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK) di Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung Morawa.”
Hasil yang diperoleh dari penulisan skripsi ini bukan merupakan hal yang baru, namun
diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit G.L Tobing
dab dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian di masa-masa yang akan dating.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini,
untuk itu berbagai saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1.
Bapak Drs. M. Arif Nasution, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3.
Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara
FISIP USU
4.
Ibu Dra. Nurlela Ketaren , M.SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Mega dan Kak Dian yang
membantu penulis dalam proses administrasi baik waktu seminar maupun sidang
skripsi.
6.
Kepada Bapak dr. Supiono selaku Pimpinan Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung
Morawa yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
7.
Bapak Sriyanto, SE selaku Wakil Ketua Tata Usaha yang sangat membantu penulis
dalam penelitian serta memudahkan penulis dalam memperoleh data yang diperlukan
dalam penyelesaian skripsi ini.
8.
Terima kasih kepada tenaga medis dan para dokter Rumah Sakit yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10.
Kepada Abangku (Vicky) dan Adek2ku ( Metha dan Yose) terimakasih atas
segalanya yang kalian berikan kepadaku selama ini.
11.
Kepada kawan-kawan seperjuanganku yang diberi julukan “Empor2 Club” yang kata
orang memiliki arti yang negatif tapi itu semua gak benar, terima kasih buat kenangan
yang diberikan selama dalam perkuliahan, kalianlah tempat keduaku yang bisa
berbagi suka maupun duka, jangan lupakan aku ya…”You are the best in my
life”,maaf atas perbuatanku yang membuat kalian kecewa, diantaranya:
12.
Martalena Sibarani (Nantulangku…hehehe), kaulah mungkin jodohku dikampus ini
tapi dalam pertemanan, mulai dari doping, penguji, hari seminar semuanya sama,
makasih buat segalanya yg telah kw berikan(termasuk dalam perutangan waktu bulan
tua) dan saran2mu ternyata benar keluargalah yang nomor satu di dunia ini.
13.
Dwi Isabela Meliala (si bungsu katanya…), terima kasih buat segalanya yang telah
kw berikan selama kita berteman dan ide2mu dalam membuat indikatorku sehingga
bisa di acc dopingku, mungkin kalo gak da kw dan sona gak siap skripsiku (maafkan
atas segalanya yang pernah aku buat samamu).
14.
Sonasa Gulo (ono niha), teman yang selalu memberikan masukan dan
mengingatkanku dalam menyelesaikan skripsi ini, kalo gak da kw gak wisuda2 aku
genk….(Jgn lupa undang kami kalo nikah kw biar keNias kita)
15.
Dedi Limbong (si abang..) yang selalu siap duluan dari kami, dan yg slalu fokus
dalam kuliah terimakasih buat semuanya genk….
17.
Noach Ginting (Seninaku..) kawan pertama dikampus tercinta ini, yg selalu aneh dan
susah diajak untuk ngempor…sama2 waktu hancur2nya tp dia duluan yg tobat baru
aku (tetap semangat senina biar nyusul kw sina…perlu bantuan hubungi
saya..hehehe) makasi buat segalanya….
18.
Tomi Tambunan (tulangku…) makasi tulang atas waktunya selama ini, dalam
memberikan tempat untuk ngerjain skripsiku dan pikiranmu waktu kuajak
diskusi…(maaf atas segala kesalahanku selama ini samamu tulang…)
19.
Nartho Sitinjak (pak tua..), teman yang selalu memberikan solusi dlm nyelesaikan
masalah apapun padahal umur masih muda tapi dewasa kali…hehehe (makasi telah
memberikan arti kehidupan ini pak ua..)
20.
Apeles Mendrofa (ono niha satu lagi) yang selalu nanya keberadaanku dimana, kawan
yang bisa diajak diskusi dlam tugas kuliah…makasi wak genk atas segalanya dalam
pertemanan kita…ternyata makna pertemanan kita selalu ada, terimakasih spritnya.
21.
Suji Novanda Sari (mbok kami..) teman yg lucu yang selalu ngajak halal bihalal
waktu lebaran jadi bisa makan sepuasnya…cepat nyusul ya..(hubungi jika perlu dlm
skripsimu nanti..)
22.
Buat Pdt. Rosa Sinulingga, Kak Oya n Kak Prina (kakak2ku), Sabrina,n Septin di
dalam keterpurukan n didlam keputusasaanku dlm menghadapi masalahku ini, kalian
selalu ada buatku untuk tetap memberikan spirit dlm menyelesaikan masalahku n
memberi motivasi utk skripsi ini dan mengingatkan aku sama Tuhan Yesus untuk
selalu berserah kepadaNya..
24.
Buat Dina n Ony terimakasih atas bantuan kalian dalam memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsiku…
25.
Buat Pepi Azlina, Citra, Vanny, Trisna, Andre wak Leng..,Tantri (aparaku),
Butet..dan anak2 06 yg tak tersebuti namanya satu per satu, makasi buat pertemanan
selama ini yg saling memberikan motivasi sesama satu stambuk (mudah2an kita nanti
bisa buat reunian nanti), keep spirit all…n adek2 aku Tika, Meri, Cindy, Nia n
Marino.. tetap semangat yah…
26.
Buat seseorang yang disana, “
Ratu Gembel
” ku makasi buat segalanya, yang
membuatku termotivasi n semangat ketika dirimu hadir pada saat yang tepat
dihadapanku..hehehe…
Terima kasih untuk semuanya.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
ABSTRAKSI ...xii
BAB I PENDAHULUAN...1
I.1. Latar Belakang...1
I.2. Perumusan Masalah ...5
I.3. Tujuan Penelitian ...6
I.4. Manfaat Penelitian ...6
I.5. Kerangka Teori ...7
I.5.1.
Implementasi...7
I.5.1.1. Pengertiaan Implementasi...7
I.5.1.2. Model-Model Implementasi ...9
I.5.2. Pelayanan Kesehatan ...16
I.5.2.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 16
I.5.2.2. Standar Pelayanan Kesehatan ... 18
I.5.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)... 20
I.5.3.1. Pengertian JAMSOSTEK ... 20
I.5.3.2. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 20
I.5.3.3. Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga kerja ... 21
I.5.3.4. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 23
I.6 Defenisi Konsep ...33
I.7 Konsep Berpikir...34
1.8 Defenisi Operasional...35
BAB II METODOLOGI PENELITIAN...37
II.1. Bentuk Penelitian ………..37
II.2. Lokasi Penelitian ...37
II.3. Informan Penelitian ...37
II.4. Teknik Pengumpulan Data ...40
II.5. Teknik Analisa Data...41
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...42
III.1 Sejarah Rumah Sakit ...42
III.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit...45
III.3 Visi dan Misi Rumah Sakit ...53
BAB IV PENYAJIAN DATA ...61
A. Hasil Kuesioner...61
a. Deskripsi Data Karyawan dan Tenaga Medis Rumah Sakit G.L Tobing ...61
b. Deskripsi Responden Data Identitas Responden...63
B. Hasil Wawancara...74
1...Ukura n dan Tujuan Kebijakan ...76
2...Sumb er Daya ...79
3...Komu nikasi...82
4...Lingk ungan Eksternal...84
6...Pence
gahan dan Penyembuhan Penyakit...87
7...Pemul ihan Penyakit...90
BAB V ANALISI DATA ...93
A. Implementasi Pelayanan Kesehatan kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) di Rumah Sakit G.L Tobing ...93
1...Ukura n dan Tujuan Kebijakan ...94
2...Sumb er Daya ...96
3...Komu nikasi...98
4...Lingk ungan Eksternal...99
B...Pelay anan Kesehatan yang Diberikan Rumah Sakit G.L Tobing Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja...100
1...Pemel iharaan dan Peningkatan Kesehatan...100
2...Pence gahan dan Penyembuhan Penyakit...101
3...Pemul ihan Penyakit...102
BAB VI PENUTUP ...104
VI.1. Kesimpulan ...104
VI.2. Saran ...105
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III. 1. Tenaga Dokter Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung
Morawa... 55
III. 2. Data Karyawan dan Tenaga Medis Rumah Sakit
G.L Tobing Tanjyng Morawa... 57
IV. 1. Distribusi Karyawan dan Tenaga Medis Berdasarkan
Jenis Kelamin... 62
IV. 2. Distribusi Karyawan dan Tenaga Medis Berdasarkan
Tingkat Pendidikan... 62
IV. 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 63
IV. 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 64
IV. 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan... 65
IV. 6. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja... 65
IV. 7. Tanggapan Responden Terhadap Pengetahuan Mereka
IV. 8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Ketepatan
Sasaran Pelayanan Kesehatan... 67
IV. 9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Terbantunya
Pasien Penerima JAMSOSTEK... 67
IV. 10. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kualitas
Tenaga Medis... 68
IV. 11. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kinerja Dan
Tanggung Jawab Tenaga Medis... 68
IV. 12. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Sikap Tenaga
Medis... 69
IV. 13. Distribusi Jawaban Responden Pengetahuan Tentang
Adanya Koordinasi... 69
IV. 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya
Dukungan Pemerintah... 69
IV. 15. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan Dokter
Umum, Gigi, Maupun Spesialis... 70
IV. 16. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan
IV. 17. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Penyediaan
Ruangan Khusus ... 71
IV. 18. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kelayakan
Ruangan Rawat Inap... 71
IV. 19. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan
Gawat Darurat... 71
IV. 20. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Peralatan Medis
Yang Dibutuhkan... 72
IV. 21. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan
Obat-Obatan... 72
IV. 22. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan
Rawat Jalan... 73
IV. 23. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Prosedur Dalam
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan... 73
ABSTRAKSI
Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.Perkebunan Nusantara II
Tanjung Morawa
Nama : Effry Pranata Saragih
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp
Melalui pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja para tenaga kerja dimana telah diatur hak-hak dan perlindungan mendasar
bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, dan upaya pemerintah juga mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam perundang-undangan
tersebut telah diatur bahwa setiap tenaga kerja dan keluarga berhak memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja atau yang disebut dengan JAMSOSTEK, dimana JAMSOSTEK ini
merupakan asurasi kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh dan juga telah
dikeluarkan pemerintah Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, dimana terdapat program JAMSOSTEK tentang pemeliharaan kesehatan. Dan dalam
penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi pelayanan kesehatan kepada
penerima JAMSOSTEK di Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa ,karena dapat diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat
penting bagi tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa kepada penerima JAMSOSTEK. Dalam penelitian ini juga akan dilihat
realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan antara
pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK. Metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis
yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Rumah Sakit dr. G.L Tobing , Kepala Tata
Usaha Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing, informan utama yaitu Dokter Umum dan Dokter
Spesialis, Kepala Ruangan, Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), Bagian Radiologi dan
Laboratorium dan pasien penerima JAMSOSTEK.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan
kesehatan kepada pasien penerima JAMSOSTEK terlaksana secara maksimal yang sesuai
dengan kesepakatan dalam perjanjian pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK, dimana
dapat dilihat bahwa fasilitas dan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L
Tobing PT. Perkebunan Nusantara II tidak ada perbedaaan dengan pasien-pasien yang lain,
dan dengan mudah juga pasien JAMSOSTEK memperoleh pelayanan kesehatan di rumah
sakit tersebut.
ABSTRAKSI
Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) di Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.Perkebunan Nusantara II
Tanjung Morawa
Nama : Effry Pranata Saragih
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp
Melalui pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja para tenaga kerja dimana telah diatur hak-hak dan perlindungan mendasar
bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, dan upaya pemerintah juga mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam perundang-undangan
tersebut telah diatur bahwa setiap tenaga kerja dan keluarga berhak memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja atau yang disebut dengan JAMSOSTEK, dimana JAMSOSTEK ini
merupakan asurasi kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh dan juga telah
dikeluarkan pemerintah Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, dimana terdapat program JAMSOSTEK tentang pemeliharaan kesehatan. Dan dalam
penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi pelayanan kesehatan kepada
penerima JAMSOSTEK di Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa ,karena dapat diketahui bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat
penting bagi tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa kepada penerima JAMSOSTEK. Dalam penelitian ini juga akan dilihat
realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan antara
pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK. Metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis
yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Rumah Sakit dr. G.L Tobing , Kepala Tata
Usaha Rumah Sakit Umum dr. G. L Tobing, informan utama yaitu Dokter Umum dan Dokter
Spesialis, Kepala Ruangan, Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), Bagian Radiologi dan
Laboratorium dan pasien penerima JAMSOSTEK.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan
kesehatan kepada pasien penerima JAMSOSTEK terlaksana secara maksimal yang sesuai
dengan kesepakatan dalam perjanjian pihak rumah sakit dengan PT. JAMSOSTEK, dimana
dapat dilihat bahwa fasilitas dan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum dr. G.L
Tobing PT. Perkebunan Nusantara II tidak ada perbedaaan dengan pasien-pasien yang lain,
dan dengan mudah juga pasien JAMSOSTEK memperoleh pelayanan kesehatan di rumah
sakit tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia dilakukan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata baik materiil maupu spiritual. Dimana upaya
pembangunan ketenagakerjaan ini merupakan sebagian dari integral dari Pancasila dan UUD
1945.
Pembangunan ketenagakerjaan ini perlu diatur sedemikian rupa sehingga
terpenuhinya hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja/ buruh termasuk
dalam hal kesehatan kerja dari tenaga kerja/ buruh. Dengan demikian, untuk mengatur
hak-hak dan perlindungan mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh, pemerintah pun
mengeluarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa JAMSOSTEK ini merupakan asurasi
kesehatan/jiwa bagi tenaga kerja dan pekerja/ buruh. JAMSOSTEK ini diberikan oleh pihak
perusahaan dengan jumlah yang berbeda kepada tiap tenaga kerja sesuai dengan kedudukan/
jabatan tenaga kerja di perusahaan.
Untuk menyelenggarakan program JAMSOSTEK seperti tertera dalam UU tersebut
maka dikeluarkanlah PP No 28 Tahun 2002 jo PP No. 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dalam peraturan pemerintah ini
diatur tentang adanya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan juga jaminan
kematian kepada keluarga sebagai upaya meringankan beban keluarga.
Komitmen dari pemerintah untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja/ buruh yang
bekerja bukan pada instansi pemerintah saja, menandakan bahwa kesehatan dan keselamatan
jiwa tenaga kerja yang bekerja pada instansi swasta dan keluarganya dapat dilihat dari
penyerahan JAMSOSTEK tersebut. JAMSOSTEK menjamin pemeliharaan kesehatan jiwa
tenaga kerja dan juga keluarga melalui penyisihan gaji/ upah tenaga kerja/ buruh tiap
bulannya.
Jika tenaga kerja/ buruh tersebut adalah tenaga kerja/ buruh kontrak maka sesudah
masa kontrak kerja habis, tenaga kerja/ buruh diberi kebebasan untuk mengambil
JAMSOSTEK dalam bentuk dana. Dengan demikian JAMSOSTEK ini benar-benar
disediakan oleh instansi tempat tenaga kerja/ buruh bekerja sebagai salah satu bentuk
pemenuhan kebutuhan kesejahteraan kesehatan bagi tenaga kerja/ buruh dan keluarganya.
menyediakan fasilitas kesehatan mencakup Rumah Sakit, puskesmas, poliklinik, rumah
bersalin dan lain sebagainya. (Notoatmodjojo.2003:25).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh pihak pemerintah maupun swasta
ditentukan berdasarkan penunjukan pihak PT. JAMSOSTEK (Persero) kepada pihak
penyedia fasilitas kesehatan. Segala bentuk pelayanan kesehatan yang akan diberikan oleh
pihak penyelenggara pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja/ buruh penerima
JAMSOSTEK telah ditentukan terlebih dahulu oleh kedua belah pihak diawal penunjukan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh pihak PT JAMSOSTEK.
PT JAMSOSTEK (Persero) sebagai penyedia jaminan pemeliharaan kesehatan di
Kantor Direksi PTPN II Tanjung Morawa, menunjuk Rumah Sakit Umum dr. G.L. Tobing
PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan bagi penerima JAMSOSTEK. Segala pelayanan kesehatan bagi penerima
JAMSOSTEK diatur dalam perjanjian kerjasama yang biasanya ditentukan batas waktunya.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja/ buruh penerima
JAMSOSTEK oleh penyelenggara pelayanan kesehatan, merupakan salah satu bentuk
pelayanan publik dasar. Hal ini menjadikan penilaian terhadap kinerja layanan sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat/ penerima JAMSOSTEK sebagai pengguna jasa. Dalam
memperoleh pelayanan kesehatan bagi pemegang kartu JAMSOSTEK, kedua belah pihak
telah menentukan prosedur yang harus dilalui sebagai salah satu persyaratan administratif.
Namun yang sering terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
penerima JAMSOSTEK, pihak penyelenggara kesehatan sering sekali membatasi jumlah
pasien dari layanan kesehatan mupun kartu kesehatan, selain itu mereka juga cenderung
membuat pelayanan tersebut menjadi tidak ramah dalam memberikan pelayanan. Pihak
penyelenggara menimbang bahwa akan terasa sangat sulit bagi instansi mereka untuk
memberi pelayanan kepada para pasien karena tarif pembayaran dengan jasa yang diberikan
oleh tenaga medis rumah sakit tidak sesuai mengingat kesehatan adalah merupakan hal yang
bersifat urgen. Namun yang menjadi alasan bagi pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
yaitu bahwa penyelenggara (PT JAMSOSTEK) tidak menyediakan dana yang cukup dalam
membayar biaya perawatan pasien dengan kartu jaminan kesehatan tersebut.
Tertarik dengan fenomena tersebut maka penulis pun mengangkat judul penelitian
“Implementasi Pelayanan Kesehatan kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK).”
I.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting dilakukan agar diketahui arah jalannya suatu penelitian.
Seperti yang dilakukan oleh Arikunto bahwa agar suatu penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya,
maka penulis merumuskan masalah sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan
dengan apa. (Arikunto, 1993:17).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penulis di dalam melakukan penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada
Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT.
Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.”
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang
menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah:
2.
Untuk mengetahui respon dari penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
tentang pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi penulis sendiri maupun pihak
lain yang berkepentingan yaitu sebagai berikut:
1.
Penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa
departemen Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.
3.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK).
I.5 Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu
adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Selanjutunya teori
merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun,
1987:37)
I.5.1 Implementasi
I.5.1.1. Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang kursial dalam proses kebijakan publik. Suatu
program kebijakan yang diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan,
sehingga dalam prakteknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks
bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.
Menurut Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi kebijakan
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
Masih berkaitan dengan konsep implementasi, Mazmanian dan Sabatier mengatakan bahwa
mengkaji masalah implementasi kebijakan berarti berusaha memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan
kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau pada
kejadian-kejadian tertentu. (Fadillah Putra, 2003:84)
Begitupula Lineberry (Fadillah Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa proses implementasi
setidak-tidaknya memiliki empat elemen-elemen sebagai berikut:
1.
Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana.
2.
Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana ( standard operating procedures/
SOP).
4.
Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak
yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait
dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap proses implementasi kebijakan tersebut.
I.5.1.2. Model-Model Implementasi
1.
Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Ada enam variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik tersebut, adalah:
a.
Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran
dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana
kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk
dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik
yang dapat dikatakan berhasil.
b.
Sumber daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam
menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses
diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan
kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk
diharapkan.
Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya lain yang perlu diperhitungkan
juga ialah: sumber daya financial dan sumber daya waktu. Karena, mau tidak mau, ketika sumber
daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran
tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju
oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya
manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan
waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebagian ketidakberhasilan
implementasi kebijakan.
Karena itu sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Metter dan Van Horn adalah
ketiga bentuk sumber daya tersebut.
c.
Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang
akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja
implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksananya.
d.
Sikap/ Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi
keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh
karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul
pelaksanaan adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau
permasalahan yang warga ingin selesesaikan.
e.
Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik.
Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses
implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitupula
sebaliknya.
f.
Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi dalam
perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah, sejauh mana lingkungan
eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan
sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan
kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan
harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
2.
Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:
a.
Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, meliputi:
1.
Kesukaran-kesukaran Teknis
Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada sejumlah persyaratan
prestasi kerja yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan
kausal yang mempengaruhi masalah.
2.
Keberagaman Perilaku yang Diatur
Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin baragam pelayanan
yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas.
3.
Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran
Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah
(melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan
politik terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian
tujuan kebijakan.
4.
Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki
Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikendaki oleh kebijakan, maka semakin
sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil.
b.
Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat
Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur
proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:
1.
Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai
Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan
lainnya, maka semakin besar pula kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan sejalan dengan petunjuk tersebut.
2.
Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan
Memuat suatu teori kausalitas yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan usaha
pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi kebijakan.
3.
Ketetapan alokasi sumber dana
Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan agar terbuka
peluang untuk mencapai tujuan-tujuan formal.
4.
Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau
instansi-instansi pelaksana
Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik
ialah kemampuannya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana.
5.
Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana
Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil jumlah titik-titik
veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan kelompok sasaran, suatu undang-undang harus
pula dapat mempengaruhi lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan
secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.
6.
Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang
Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang diisyaratkan demi tercapainya tujuan.
7.
Akses formal pihak-pihak luar
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah
sejauhmana peluang-peluang yang terbuka bagi partisipasi para aktor diluar badan
pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya.
c.
Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi Implementasi
1.
Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi
Perbedaan waktu dan perbedaan diantara wilayah-wilayah hukum pemerintah dalam hal
kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi sangat signifikan berpengaruh terhadap upaya pencapaian
tujuan yang digariskan dalam suatu undang-undang. Karena itu, eksternal faktor juga menjadi hal
penting untuk diperhatikan guna keberhasilan suatu upaya pengejawantahan suatu kebijakan
publik.
2.
Dukungan publik
Hakekat perhatian publik yang bersifat sesaat menimbulkan kesukaran-kesukaran
tertentu, karena untuk mendorong tingkat keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat
dibutuhkan adanya sentuhan dukungan dari warga. Karena itu, mekanisme partisipasi publik
sangat penting artinya dalam proses pelaksanaan kebijakan publik di lapangan.
3.
Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat
Perubahan-perubahan yang hendak dicapai oleh suatu kebijakan publik akan sangat
berhasil apabila ditingkat masyarakat, warga memiliki sumber-sumber dan sikap-sikap
masyarakat yang kondusif terhadap kebijakan yang ditawarkan pada mereka. Ada semacam lokal
ketidakberhasilan implementasi kebijakan publik. Dan, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh sikap
dan sumber yang dimiliki oleh warga masyarakat.
4.
Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana
Kesepakatan para pejabat instansi merupakan fungsi dari kemampuan undang-undang
untuk melembagakan pengaruhnya pada badan-badan pelaksana melalui penyeleksian
institusi-institusi dan pejabat-pejabat terasnya. Selain itu pula, kemampuan berinteraksi
antar lembaga atau individu didalam lembaga untuk menyukseskan implementasi
kebijakan menjadi hal indikasi penting keberhasilan kinerja kebijakan publik.
I.5.2. Pelayanan Kesehatan
I.5.2.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu dilakukan. Salah
satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. (Azwar, 1993: 1)
Pelayanan kesehatan yang bermutu/ berkualitas, yaitu:
b.
Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh karena itu, maka tingkat kepuasan adalah
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan
dengan pelanggan, maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai berikut :
1) Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa.
2) Kalau kinerjanya sesuai haapan, pelanggan akan merasa puas.
3) Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Menurut Azwar (1993) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan pasien, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
Salah satu definisi kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan
rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima
pasiennya.
Aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan menurut Parasuraman (dalam
Tjiptono,1997)adalah:
a.Keandalan (reliability)
b.Ketanggapan (responsivenes)
c.Jaminan (assureance)
d.Empati atau kepedulan (emphaty)
e.Bukti langsung atau berujud (tangibles)
Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang harus
wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient), serta bermutu (quality).
Pelayanan kesehatan, memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan, saling berpengaruh dan
saling bergantungan, yaitu fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat pengguna pelayanan kesehatan ), fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi
harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan fungsi ekonomi (fungsi
untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi tersebut
ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat (yang dalam
prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan
(yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan) dan tenaga adminstrasi/manajemen
kesehatan (manajemen/ adminstrator kesehatan).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui
pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan
pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara
efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi,
selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan
kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care).
I.5.2.2. Standar Pelayanan Kesehatan
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan itu sendiri dan
memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu pelayanan kesehatan. Jika suatu
azas atau konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan menjadi suatu standar pelayanan kesehatan atau
standar prosedur operasional. Secara luas, pengertian standar pelayanan kesehatan ialah suatu pernyataan
tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses, dan keluaran (outcome) sistem pelayanan kesehatan.
Standar pelayanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan
kesehatan ke dalam terminology operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia pelayanan kesehatan, penunjang
pelayanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi pelayanan kesehatan, dan akan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas dan perannya masing-masing. Standar, indikator, dan angka nilai ambang
batas menjadi unsur-unsur yang akan membuat jaminan mutu pelayanan kesehatan itu dapat diukur,
objektif, dan bersifat kualitatif. Dikalangan profesi pelayanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi
tentang standar pelayanan kesehatan. Kadang-kadang standar pelayanan kesehatan itu diartikan sebagai
protokol, standar prosedur operasional (SPO), dan petunjuk pelaksanaan.
Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat maka
rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen di dalam rumah sakit yaitu meliputi:
a. Manajemen Sumberdaya Manusia.
b. Manajemen Keuangan.
c. Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit, kedalam dan keluar rumah sakit.
d. Sarana prasarana.
I.5.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
I.5.3.1. Pengertian JAMSOSTEK
Menurut UU No.3 Tahun 1992 Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Dari pengertian diatas jelas bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang (jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan
hari tua), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.
I.5.3.2. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya
penghasilan yang hilang. Di samping itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek
antara lain:
a.
memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja
bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
b.
merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan
pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggungjawab dan kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat Indonesia, menyumbangkan
Dengan demikian jaminan sosial tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja
tidak harus menerima belas kasih orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi resiko-resiko seperti
kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.
I.5.3.3. Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Berdasarkan ketentuan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, setiap pekerja berhak
untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Pelaksanaannya diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur
dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1992 merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan
kewajiban dari majikan.
Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah
satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila dan
pelaksanaan UUD 1945. Disamping itu, ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat,
dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil maupun spiritual.
Berdasarkan ketentuan Pasal 100 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu untuk
meningkatkan kesehjahteraan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan
fasilitas kesejahteraan. Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/ buruh dan ukuran kemampuan perusahaan. dan
ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 101 Undang-Undang No.13 Tahun 2003, yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan pekerja/ buruh, dibentuk koperasi pekerja/ buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan.
menumbuh-kembangkan koperasi pekerja/ buruh, dan mengembangkan usaha produktif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1). Pembentukan koperasi sebagaiman dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan koperasi
pekerja/ buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan yang berbentuk Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja yang dicanangkan oleh pemerintah dan wajib dilaksanakan oleh pengusaha, apabila
di dalam pelaksanaannya telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, yaitu mempunyai pekerja
sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih dan juga mengeluarkan untuk menggaji pekerjaannya sebesar 1
(satu) juta rupiah untuk setiap bulannya.
Berdasarkan hal diatas, program jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) mempunyai
landasan yang berisikan dasar pertimbangan sebagai berikut: bahwa pada tanggal 17 Februari 1992, telah
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kemudian
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara tahun 1992 Nomor
14 dan penjelasannya diumumkan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468.
Adapun pertimbangan dari keluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tersebut antara
lain dengan adanya pembangunan nasional dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dengan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materil maupun spiritual guna memberikan bagi pekerja yang
melaksanakan pekerjaannya, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Untuk mencapai
maksud tersebut perlu ditetapkan undang-undang yang mengatur pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja.
I.5.3.4. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, ruang lingkup
a.
Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan kecelakaan kerja diatur di dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 11
Undang-Undang No.3 Tahun 1992. Tenaga kerja yang tertimpa kerja berhak menerima jaminan
Kecelakaan Kerja. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja adalah
1.
Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah maupun
yang tidak;
2.
Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;
3.
Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 3
Tahun1992, yaitu kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui
jalan yang biasa atau wajar dilalui. Iuran jaminan kecelakaan kerja ini sepenuhnya ditanggung oleh
pengusaha yang besarnya antara 0,24-1,74 dari upah kerja sebulan. Besarnya iuran sangat tergantung
dari tingkat resiko kecelakaan yang mungkin terjadi dari suatu jenis usaha tertentu, semakin besar
tingkat resiko tersebut, semakin besar iuran kecelakaan kerja yang harus dibayar dan sebaliknya,
semakin kecil tingkat resiko semakin kecil pula iuran yang harus dibayar.
Dari ketentuan itu dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup JKK meliputi kecelakaan kerja dan sakit
akibat kerja. Kecelakaan kerja apabila mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju tempat
kerja, di tempat kerja, atau perjalanan dari tempat kerja. Sakit akibat kerja apabila timbulnya penyakit
b.
Jaminan Kematian
Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta
JAMSOSTEK yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai
upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang meninggal dunia. Santunan kematian
diberikan langsung kepada keluarga yang ditinggalkan tenaga kerja, Pasal 12 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992:
(1)
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan keluarganya berhak atas
jaminan kematian.
(2)
Jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a.
Biaya pemakaman
b.
Santunan berupa uang.
Santunan kematian yang diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan akan digunakan untuk
keperluan biaya pemakaman dan lain-lain. Keluarga yang dimaksud dalam hal ini adalah istri atau suami,
keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan ke atas, dihitung sampai derajat
kedua, termasuk anak yang disahkan. Apabila keturunan dalam garis lurus ke bawah atau ke atas tidak
ada, maka diambil garis ke samping dan mertua. Apabila tenaga kerja tidak mempunyai ahli waris, hak
atas jaminan kematian dibayarkan kepada pihak yang mendapatkan surat wasiat dari tenaga kerja
bersangkutan atau perusahaan pemakaman.
c.
Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Sosial adalah program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang
merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari
terjadinya resiko-resiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas pada saat terjadi
peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua, dan meninggal dunia. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja/ atau membutuhkan perawatan medis
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.
Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima)
tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal
masa kepesertaan 5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3
tahun 1992, yaitu:
(1)
Jaminan hari tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkuasa atau sebagian dan berkala,
kepada tenaga kerja:
a.
Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun.
b.
Cacat total telah setelah ditetapkan oleh dokter.
(2)
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda atau
duda anak yatim piatu
d.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja,
sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang
penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan diperlukan setiap orang, maka sudah selayaknya
diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Manfaat JPK bagi perusahaan, yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat
konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.
Disamping itu, pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan pekerja yang meliputi
upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif). Dengan demikian, diharapkan tercapainya derajat kesehatan pekerja yang optimal sebagai
potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada
tenaga kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas, sehingga dapat melaksanakan sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan di bidang pengembangan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 menyebutkan:
(1)
Tenaga kerja, suami atau istri, dan anak berhak memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan.
(2)
Jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi:
a.
Rawat jalan tingkat pertama;
b.
Rawat jalan tingkat lanjutan;
c.
Rawat inap;
e.
Penunjang diagnostik;
f.
Pelayanan khusus;
g.
Pelayanan gawat darurat
Untuk melaksanakan pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan badan penyelenggara
wajib memberikan kepada setiap anggota, yaitu:
1.
Kartu pemeliharaan kesehatan
2.
Keterangan yang diketahui peserta menangani paket pemeliharaan kesehatan yang
diselenggarakan.
Tenaga kerja yang berkeluarga sebagai peserta JAMSOSTEK dalam pemeliharaan kesehatan
sebagai pelayanan kesehatan, berdasarkan ketentuan Pasal 38 PP Nomor 83 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1998.
(1)
Tenaga kerja atau suami atau istri atau anak dapat memiliki pelaksana pelayanan
kesehatan yang ditunjukkan oleh Badan penyelenggara.
(2)
Dalam hal tertentu yang ditetapkan oleh menteri, tenaga kerja atau suami atau istri atau
anak dapat memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan di luar pelaksana pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3)
Untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), tenaga kerja atau suami atau istri atau anak harus menunjukkan kartu pemeliharaan
kesehatan.
Pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan tidak lain adalah untuk menjaga kesehatan
jawab adalah majikan. ( Soepomo,1986: 131). Jenis pelayanan kesehatan yang dapat
diperoleh melalui program JPK:
1.
Pelayanan dari dokter umum dan dokter gigi
Dokter umum dan dokter gigi bisa dipilih sendiri sesuai dengan fasilitas yang ditunjuk sebagai
dokter keluarga.
2.
Obat-obatan dan penunjang diagnostik
Obat-obatan diberikan sesuai kebutuhan medis, dengan standar obat JPK JAMSOSTEK dan
penunjang diagnostik sesuai ketentuan.
3.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Berupaya pelayanan imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio), pelayanan KB (IUD, vasektomi,
tubektomi, suntik).
4.
Pelayanan dokter spesialis
Untuk ke dokter spesialis, yang harus dibawa surat rujukan dari dokter PPK tingkat I yang
ditunjuk.
5.
Rawat inap
Bila diperlukan rawat inap, JPK menyediakan fasilitas rumah sakit yang telah ditunjuk. Dilayani
pada kelas II RS Pemerintah atau kelas III RS Swasta. Rawat inap diberikan selama 60 hari dalam satu
tahun, termasuk 20 hari pelayanan pada ICU/ ICCU.
Berlaku untuk pelayanan persalinan pertama sampai persalinan ketiga saja, bagi tenaga kerja
berkeluarga, JPK memberikan bantuan biaya persalinan sebesar maksimum Rp.400.000,00 per anak.
7.
Pelayanan gawat darurat
Untuk mendapatkan pelayanan ini melalui fasilitas yang ditunjuk JPK JAMSOSTEK langsung,
tanpa surat rujukan.
8.
Pelayanan khusus hanya diberikan kepada Tenaga Kerja dan diperoleh melalui rujukan:
1.
Penggantian kacamata
2.
Penggantian gigi palsu
3.
Penggunaan mata palsu dan alat bantu dengar
Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan 3% dari upah tenaga kerja (maks
Rp1Juta) untuk tenaga kerja lajang. 6 % dari upah tenaga kerja (maks Rp1 Juta) untuk tenaga kerja
berkeluarga. Penyakit yang tidak ditanggung dalam pelayanan kesehatan JPK Paket Dasar antara lain:
a.
Penyakit AIDS;
b.
Penyakit kelamin;
c.
Penyakit kanker;
d.
Cuci darah (haemodialisa);
e.
Akibat alkohol/ narkotika;
f.
Pemeriksaan super spesialistik;
g.
Kelainan genetik.( Soepomo. 1986: 131)
Dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan bagi peserta JPK perlu diketahui hak dan
a.
Tenaga kerja beserta keluarga (suami/istri dan maks 3 anak) berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan tingkat I s.d. lanjutan serta pelayanan khusus (hanya diberikan
kepada tenaga kerja).
b.
Memilih fasilitas kesehatan diutamakan sesuai dengan tempat tinggal (domisili).
c.
Dalam keadaan emergensi (darurat), peserta dapat langsung meminta pertolongan pada
PPK (Pelaksana Pelayanan Kesehatan) yang ditunjuk ataupun tidak.
Kewajiban-kewajiban peserta meliputi:
a.
Memiliki KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan
pelayanan.
b.
Apabila KPK belum selesai diterbitkan dapat mempergunakan formulir Daftar Susunan
Keluarga sebagai bukti KPK sementara.
c.
Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan.
d.
Melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) apabila KPK hilang untuk mendapatkan
penggantian kartu yang baru.
Adapun prosedur pelayanan bagi peserta JPK harus memperhatikan alur pelayanan, pelaksana
pelayanan dan prosedur pelayanan. Alur pelayanan meliputi:
a.
Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum;
b.
Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter gigi;
c.
Tindakan medis (pembersihan luka, jahit, odontektomi, alveolektomi);
f.
Pelayanan KIA ternasuk pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan bayi, anak balita, dan
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT, campak, dan polio);
Pelaksana pelayanan meliputi Puskesmas, klinik, dan dokter swasta yang ditunjuk (dokter
keluarga). Prosedur pelayanan:
a.
Peserta yang datang berobat harus membawa KPK dan mendaftarkan diri dengan
memperlihatkan KPK.
b.
Peserta akan mendapatkan pelayanan dan akan diberikan resep obat yang dapat diambil
di ruang obat pada PPK tersebut.
c.
Atas indikasi medis, peserta dapat dirujuk ke dokter spesialis atau Rumah Sakit yang
ditunjuk dengan memakai Surat Rujukan.
I.5.4. Implementasi Pelayanan Kesehatan Kepada Penerima Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK)
Implementasi merupakan suatu tahap dalam proses kebijakan publik dimana proses
tersebut melalui beberapa tahapan implementasi sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Di dalam pencapaian tujuan pelayanan kesehatan perlu adanya pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga tujuan
pelayanan kesehatan tercapai yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan
harapan dan kebutuhan derajat masyarakat, melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi
pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi palayanan, pada institusi pelayanan
diselenggarakan secara efisien.
sehingga pekerja/ buruh membutuhkan jaminan terhadap kesehatan mereka selaku penerima
JAMSOSTEK. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penerima JAMSOSTEK dikatakan
berhasil apabila implementasi pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan dan juga sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992
mengenai jaminan pemeliharaan kesehatan sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan.
I.6 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara abstrak mengenai kebijakan,
keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989)
Untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti
maka definisi konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
2.
Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
1.7 Konsep Berpikir
Implementasi Pelayanan Kesehatan
- Standar dan prosedur dilihat dari:
- Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Umum dr. G.L Tobing
- Kesesuaian pelayanan kesehatan yang
diberikanRumah Sakit Umum dr. G.L
Tobing
- Sumber daya, berupa kemampuan, sikap dan
sumber dana yang dimiliki
- Komunikasi melalui koordinasi antara Rumah
Sakit Umum dr. G.L Tobing dengan PT.
JAMSOSTEK, maupun penerima
JAMSOSTEK itu sendiri.
Sasaran
Tujuan
Menjaga kesehatan kerja pegawai yang berdampak ke produktivitas
tenaga kerja
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian ang memberitahukan bagaimana cara
pendukung yang dianalisa dari variable tersebut ( Singarimbun, 1989 : 46). Suatu definisi operasional
merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.
Adapun yang menjadi indikator dalam implementasi kebijakan yaitu:
1.
Ukuran dan Tujuan Kebijakan, kesesuaian pelayanan kesehatan yng diberikan rumah
sakit terhadap penerima JAMSOSTEK sehingga mampu mencapai sasaran yaitu
meningkatkan produktivitas melalui upaya pemeliharaan kesehatan.
2.
Sumber Daya, dilihat melalui:
a.
Kemampuan para tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar dan prosedur pelayanan kesehatan.
b.
Sikap para tenaga medis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing
dalam pemberian pelayanan kesehatan.
c. Sumber pendanaan, dimana dalam implemenasi pelayanan kesehatan diperlukan dana
dalam melaksanakan pelayanan tersebut.
3.
Komunikasi antara rumah sakit dengan perusahaan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada pekerja lewat adanya JAMSOSTEK berupa koordinasi dengan
kerjasama.
4.
Lingkungan eksternal rumah sakit berupa:
- dukungan Pemerintah terhadap pelayanan kesehatan
Adapun yang menjadi indikator dalam pelayanan kesehatan yaitu:
Pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kepuasan pasien penerima JAMSOSTEK yang dapat
1.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, berupa:
- pelayanan dokter umum dan dokter gigi
- pelayanan kesehatan ibu dan anak
- pelayanan khusus (misalnya: penggantian kacamata, penggantian gigi palsu, dan
penggunaan mata palsu dan alat bantu dengar)
2.
Pencegahan dan penyembuhan penyakit, berupa:
- pelayanan dokter spesialis
- rawat inap
- pelayanan gawat darurat
- pelayanan radiologi,dan laboratorium
3.
Pemulihan kesehatan, berupa:
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa
data kualitatif. Penelitian deskriptif adalalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap
masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan
fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya. Dengan demikian penelitian ini
menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yan sesuai dengan kenyataan
sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh. (Danin, 2002: 41)
Jadi dengan metode deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
“Implementasi pelayanan kesehatan kepada penerima JAMSOSTEK yang diberikan Rumah Sakit dr.
G.L. Tobing ” dengan diupayakan dapat menerangkan fenomena yang ada berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh selama melakukan penelitain.
II.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
II.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh
karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang
informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan
penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan
utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan
tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
interaksi sosial yang sedang diteliti. (Suyanto, 2005: 171-172)
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau
wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian,
maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas:
1.
Informan kunci, yaitu:
a.
Kepala Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II
Tanjung Morawa, yaitu Bapak dr. Supiono
b.
Wakil Kepala Tata Usaha Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa, yaitu Bapak Sry Yanto, SE
2.
Informan utama, yaitu:
a.
Dokter umum Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara II
Tanjung Morawa, yaitu dr. Hendra K dan dr. Wida Yolanda S
b.
Dokter Spesialis Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing PT. Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa, yaitu:
Dokter Spesialis Mata, dr. M.Yamin, Sp.M
Dokter Spesialis Kulit, dr. Soeleman, Sp.K
Dokter Spesialis Paru, dr. Ruswardi, Sp.P
Dokter Spesialis Bedah Mulut, dr. Saukat Dermani, Sp.BM
Dokter Spesialis THT, dr. Zulkifli, Sp.THT
Dokter Spesialis Syaraf, dr. Moechtar Nasution, Sp.N
Dokter Spesialis Kulit, drg. Sinita F. Sembiring
c.
Kepala Ruangan Rumah Sakit, yaitu Ibu Syamsinar Br Saragih, AMK dan Ibu
Sunarseh, AMK
d.
Koordinator Unit Gawat Darurat (UGD), yaitu Ibu Rehngena Br Ginting
e.
Kepala Apoteker, yaitu Ibu Rosmawaty D. Siregar
f.
Bidang Poliklinik, Ibu Sri Murti
g.
Bagian Laboratorium, Ibu Sugiarti
h.
Bagian Bersalin, Ibu Rempita Br Lingga, AM.Keb
i.
Kepala Radiologi, Bapak M.Ilham
j.
Pasien penerima JAMSOSTEK yang berjumlah 20 orang.
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a.
Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan
suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara
ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si
peneliti.
b.
Kuisioner Terbuka, yaitu teknik pengunpulan data dengan menggunakan sejumlah
daftar pertanyaan kepada pihak-pihak terkait.
c.
Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan
di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang
berkenaan dengan topik penelitian.
2.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan
kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder
dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a.