• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mixture of A Tetracycline Isomer, An Acid and A Detergent (MTAD) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mixture of A Tetracycline Isomer, An Acid and A Detergent (MTAD) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID

AND A DETERGENT (MTAD)

SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

SYAHNITA SARI NUGRAHA NASUTION NIM : 020600002

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2006

Syahnita Sari Nugraha Nasution

Mixture of A Tetracycline Isomer, An Acid and A Detergent (MTAD) Sebagai

Bahan Irigasi Saluran Akar ix + 44 halaman

Tujuan utama pembersihan saluran akar pada perawatan endodonti adalah membuang jaringan yang rusak, mengeliminasi mikroorganisme yang terdapat di saluran akar dan tubulus dentin serta mencegah terjadinya kontaminasi setelah perawatan. Beberapa teknik debridemen saluran akar yang saat ini dipergunakan belum dapat membersihkan saluran akar dengan sempurna sehingga dibutuhkan bahan irigasi untuk membantu proses debridemen saluran akar. Fungsi utama bahan irigasi (irigan) ialah untuk mengalirkan debris dari saluran akar dan secara kimia akan melarutkan sisa-sisa bahan organik serta membunuh mikroorganisme sehingga akan membebaskan saluran akar dari iritan.

Irigan yang paling sering digunakan adalah NaOCl dan EDTA namun kedua bahan irigasi ini masih memiliki kekurangan terutama dalam hal pembuangan smear layer, kemampuan antibakteri serta tingkat biokompatibilitas terhadap jaringan.

Mixture of tetracycline isomer, an acid and detergent (MTAD) merupakan

bahan irigasi yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan bahan-bahan irigasi yang telah dipergunakan sebelumnya dalam perawatan saluran akar.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Shalawat dan salam kepada Muhammad SAW, nabi dan rasul Allah, teladan sejati umat manusia semoga kita mendapat syafa’atnya.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga serta hormat penulis kepada ibunda Sofia Deritawati Lubis SH. dan ayahanda Ir. Syahlan Nasution atas curahan cinta kasih, do’a dan pengorbanan hidup untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Sp. Pros., Ph.D. selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG. selaku Kepala Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan pada penulis selama penulisan skripsi.

(4)

4. Cut Nurliza, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Nevi Yanti, drg., M.Kes. dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Konservasi Gigi atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Adik-adikku tersayang Syoflaige Larunta Nasution, Adhan Barqah Nasution, Riskina Syahputri Nasution dan Suci Alhamna Ramadina Nasution atas do’a, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas keikhlasan dan semangat Yakin Usaha Sampai yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku Dian Soraya, Rahmi Syaflida, Ulfa Yasmin, Irni Kurnia Marika, Muhammad Firdausi, Ranu Putra Armidin, Prabudi Setiawan, Dewi Vindani, Nurul Fajriati, Martarinda, Marissa Syamsi, Fitrady Ulianda, Mukhris Akbar, Muhammad Irvan Rizky, Ardiansyah dan Sylvia Pridana serta kakanda Eszra Yan Juanda atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi maupun selama penulisan skripsi.

(5)

Medan, Juni 2006

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….…… i

HALAMAN PERSETUJUAN……….……. ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………. iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI.………. vi

DAFTAR GAMBAR………. vii

DAFTAR TABEL……….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN……….……….. 1

BAB 2 MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID AND A DETERGENT (MTAD) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR………..……….…... 4

2.1 Pengertian dan Komposisi MTAD……….. 5

2.2 Sifat-Sifat MTAD Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar….……. 11

2.3 Teknik Pemakaian MTAD Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar………... 37

BAB 3 KESIMPULAN………... 41

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur bangun tetrasiklin……… 6 2. Struktur bangun doksisiklin……….. 6 3. Struktur bangun polysorbate 80………... 8 4. Smear layer pada saluran akar yang diirigasi dengan air destilasi

dan NaOCl 5,25%... 15 5. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi

dengan NaOCl 2,6% dan air destilasi……….. 17 6. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi

dengan NaOCl 2,6% dan EDTA 17%... 18 7. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi

dengan NaOCl 2,6% dan MTAD………. 19 8. Pembukaan tubulus dentin di sepertiga koronal, tengah

dan apikal saluran akar setelah pembuangan smear layer………... 20 9. Pembuangan smear layer membuka tubulus dentin dan

kanal lateral……….. 20

10. Saluran akar yang diirigasi air destilasi

tetap menunjukkan smear layer………... 21 11. Saluran akar yang diirigasi NaOCl 5,25 %

tetap menunjukkan smear layer……….. 21 12. Erosi berat terlihat pada tubulus dentin akibat penggunaan

NaOCl 5,25% dan EDTA 17%... 22 13. Penggunaan NaOCl 5,25% dan EDTA 17%

(8)

pada sepertiga koronal,tengah dan apikal saluran akar……… 22

15. Hubungan antara dosis dan inhibisi proliferasi sel diakibatkan MTAD dibandingkan dengan Pulpdent,

REDTA dan Peridex……… 29

16. Hubungan antara dosis dan inhibisi proliferasi sel diakibatkan MTAD dibandingkan dengan NaOCl

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Struktur kimia golongan tetrasiklin……….. 6 2. Perubahan berat pulpa setelah pemaparan

larutan irigasi………... 23 3. Perubahan berat dentin setelah pemaparan

larutan irigasi……… 23

4. Mean shear bond strength (MPa) dan

standar deviasi enamel dan dentin……… 26 5. Distribusi sampel penelitian mempergunakan irigan berbeda…………. 32 6. Efek desinfeksi berbagai bahan irigasi

terhadap Enterococcus faecalis……… 32 7. Perbandingan efek antibakteri MTAD dan NaOCl

setelah 5 menit pemaparan pada gigi terkontaminasi saliva……… 33 8. Zona inhibisi (mm) dan standar deviasi NaOCl, MTAD dan EDTA….. 34 9. MIC (minimum inhibitory concentrations) pada pengenceran

NaOCl, MTAD dan EDTA terhadap Enterococcus faecalis………...… 34 10. Larutan irigasi yang dipergunakan

(10)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2006

Syahnita Sari Nugraha Nasution

Mixture of A Tetracycline Isomer, An Acid and A Detergent (MTAD) Sebagai

Bahan Irigasi Saluran Akar ix + 44 halaman

Tujuan utama pembersihan saluran akar pada perawatan endodonti adalah membuang jaringan yang rusak, mengeliminasi mikroorganisme yang terdapat di saluran akar dan tubulus dentin serta mencegah terjadinya kontaminasi setelah perawatan. Beberapa teknik debridemen saluran akar yang saat ini dipergunakan belum dapat membersihkan saluran akar dengan sempurna sehingga dibutuhkan bahan irigasi untuk membantu proses debridemen saluran akar. Fungsi utama bahan irigasi (irigan) ialah untuk mengalirkan debris dari saluran akar dan secara kimia akan melarutkan sisa-sisa bahan organik serta membunuh mikroorganisme sehingga akan membebaskan saluran akar dari iritan.

Irigan yang paling sering digunakan adalah NaOCl dan EDTA namun kedua bahan irigasi ini masih memiliki kekurangan terutama dalam hal pembuangan smear layer, kemampuan antibakteri serta tingkat biokompatibilitas terhadap jaringan.

Mixture of tetracycline isomer, an acid and detergent (MTAD) merupakan

bahan irigasi yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan bahan-bahan irigasi yang telah dipergunakan sebelumnya dalam perawatan saluran akar.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pembersihan saluran akar bertujuan untuk membuang iritan yang ada atau yang berpotensi kuat menjadi iritan dari saluran akar.1 Fungsi utama bahan irigasi (irigan) ialah untuk mengalirkan debris dari saluran akar dan secara kimia akan melarutkan sisa-sisa bahan organik serta membunuh mikroorganisme sehingga akan membebaskan saluran akar dari iritan.1 Keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar tergantung pada kemampuan irigan untuk memindahkan seluruh atau sebagian besar debris pada saluran akar yang tertinggal selama proses instrumentasi.1,2

(12)

terjangkau, kemudahan dalam menggunakannya, mudah disimpan dan dapat disimpan cukup lama.1

Irigan yang paling sering digunakan yaitu Natrium Hipoklorit (NaOCl). NaOCl yang pertama kali digunakan sebagai pelarut jaringan pulpa dalam perawatan endodonti pada tahun 1941 (Grossman) juga memiliki kekurangan dalam hal biokompatibilitas3, efek antibakteri yang dimilikinya1,4-7 serta tidak konsisten mensterilkan jaringan.1 Bahan irigasi lain yang juga sering digunakan berupa chelator (pengambil kalsium) yaitu Etilene diamin tetra-asetate Acid (EDTA) atau asam sitrat encer 10% juga memiliki kekurangan yaitu dalam hal kecepatan kerja1, kemampuan antibakteri8, biokompatibilitas5, kemampuan memindahkan smear layer8, dan sifat erosif yang dimilikinya.1,2,8 NaOCl tunggal bagaimanapun tidak dapat membuang smear layer dengan efektif.2 Kombinasi NaOCl dan EDTA memiliki kapabilitas tinggi untuk memindahkan smear layer namun mengakibatkan peningkatan sifat erosif dan tidak meningkatkan efek antibakteri bahkan memperparah efek toksik dari masing-masing irigan.2,8,9

Kemajuan di bidang material dan teknologi kedokteran gigi membawa pengaruh yang besar dalam bidang endodonti terutama bagi keberhasilan perawatan saluran akar. Penelitian-penelitian yang terus dilakukan selama beberapa tahun terakhir ini khususnya penelitian di bidang endodonti telah berhasil menemukan material maupun bahan-bahan baru.

(13)

merubah struktur tubulus dentin ketika diirigasi dan efektif membunuh bakteri (Enterococcus faecalis). Zhang et al. (2003) membuktikan bahwa MTAD memiliki efek toksik yang jauh lebih rendah dibandingkan beberapa bahan irigasi lain.5,6,9 Penggunaan MTAD sebagai bahan irigasi saluran akar diharapkan dapat meningkatkan angka kesuksesan perawatan endodonti.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengenal dan mengetahui penggunaan MTAD sebagai bahan irigasi saluran akar. Maka di dalam tulisan ini penulis akan

(14)

BAB 2

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN

MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID AND A DETERGENT

(MTAD) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

Perawatan saluran akar merupakan cara yang paling aman dan efisien untuk mempertahankan gigi dari proses pencabutan dikarenakan adanya penyakit atau injuri yang mengenai jaringan pulpa gigi.10 Keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar tergantung pada kemampuan untuk memindahkan seluruh atau sebagian debris pada saluran akar yang dihasilkan selama proses instrumentasi.2 Tujuan utama pembersihan saluran akar adalah membuang jaringan yang rusak, mengeliminasi mikroorganisme yang terdapat di saluran akar dan tubulus dentin serta mencegah terjadinya kontaminasi setelah perawatan.4 Beberapa teknik debridemen saluran akar yang saat ini dipergunakan meninggalkan banyak daerah yang secara utuh tidak tersentuh atau tidak dapat dicapai oleh instrumen dan dengan demikian dibutuhkan irigan saluran akar yang dapat dipergunakan untuk membantu proses debridemen saluran akar.4

(15)

komponen organik smear layer, efek antibakteri yang dimilikinya sangat rendah dan dapat mengikis permukaan dentin jika dipaparkan lebih dari satu menit (erosif).2,12 Maka untuk menyempurnakan pembersihan saluran akar dibutuhkan bahan irigasi yang mampu membuang komponen organik dan anorganik smear layer, efektif mendesinfeksi saluran akar dari mikroorganisme baik yang berasal dari smear layer maupun dari infeksi yang sebelumnya terjadi di daerah periapikal saluran akar, biokompatibel dan tidak merubah struktur dan sifat fisik dentin.1

2.1 Pengertian dan Komposisi MTAD

Mixture of a tetracycline isomer, an acid and a detergent (MTAD) merupakan

bahan irigasi saluran akar baru yang dirancang untuk membersihkan dan mendesinfeksi saluran akar secara kimiawi pada perawatan endodonti yang pertama sekali diperkenalkan oleh Torabinejad et al. (2003).12,13 MTAD merupakan bahan irigasi yang bersifat asam (pH = 2,15) dalam bentuk sediaan liquid (cairan) dengan komposisi berupa isomer tetrasiklin yaitu doksisiklin 3%, asam yaitu asam sitrat 4,25%, dan deterjen yaitu TWEEN 80 0,5%.11,14

a. Doksisiklin

(16)

Tabel 1. STRUKTUR KIMIA GOLONGAN TETRASIKLIN 15

Berdasarkan sifat farmakokinetiknya yang mencakup nasib obat di dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresinya maka antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan dimana doksisiklin termasuk salah satu di dalamnya dengan daya absorpsi yang paling baik dan masa paruh yang paling panjang.15

(17)

Daya penetrasi doksisiklin ke jaringan lebih baik dibandingkan dengan tetrasiklin demikian pula efek diskolorisasi yang ditimbulkannya terhadap gigi desidui maupun gigi permanen lebih rendah dibandingkan dengan tetrasiklin. Doksisiklin dapat mengikat jaringan terkalsifikasi dan dapat membebaskannya dalam satu periode waktu.11,12,15

b. Asam Sitrat

Asam sitrat merupakan salah satu bahan yang dapat dipergunakan sebagai chelating solution yaitu bahan yang dapat membuang ion logam atau meningkatkan

ekskresi ion logam, misalnya kalsium dengan mengikatnya secara kimia dan mencegah atau menghilangkan efek toksik ion logam tersebut.1,15

Sebagai larutan irigasi asam sitrat memiliki kemampuan membuang smear layer terutama debris anorganik, membersihkan dinding dentin dan memiliki aktivitas

desinfeksi saluran akar.1,17

Asam sitrat 10% menunjukkan kapasitas daya pembersih yang tinggi dan dalam berbagai konsentrasi berbeda dapat digunakan sebagai bahan demineralisasi dentin yang efekif.17 Asam sitrat yang dipaparkan pada dentin dapat memperlebar pembukaan tubulus dentin dan meningkatkan permeabilitas permukaan dentin.18

c. TWEEN 80

TWEEN 80 atau disebut juga dengan polysorbate 80, PEG (80), sorbitan monooleate, polyoxyethylenesorbitan monooleate adalah ester dari polyethylene

(18)

diperkirakan terdiri dari 20 unit oxide ethylene, 1 sorbitol dan asam oleat sebagai asam lemak primer.21 Struktur bangun Polysorbate 80 dapat dilihat pada gambar 3.20

Gambar 3. Struktur bangun Polysorbate 80. 20

Deterjen yang dipergunakan berupa TWEEN 80  adalah surfaktan hidrofilik non-ion yang dapat mengurangi tegangan permukaan sehingga memungkinkan bagi cairan irigasi untuk mengalir ke dalam tubulus dentin, memiliki aktivitas antibakteri dan di sisi lain dapat mengurangi kemampuan berbagai jenis pengawet.11,21 Bahan ini umumnya digunakan dalam ramuan yang dipergunakan pada penelitian in-vivo pre klinik dan secara luas telah dipergunakan dalam aplikasi biochemical termasuk pelarutan protein, pemisahan nukleat dari sel dalam proses pengkulturan, pertumbuhan basil tuberculosis serta emulsi dan dispersi zat dalam produk obat dan makanan.19,21

TWEEN 80  dapat bercampur dengan air menghasilkan larutan bening hingga berwarna kuning pucat yang sedikit keruh, dapat larut dalam alkohol, minyak jagung, ethyl acetate, methanol dan toluene namun tidak dapat larut dalam air mineral dan

(19)

Penggabungan doksisiklin, asam sitrat dan deterjen menjadi suatu bahan irigasi saluran akar yang baru yaitu MTAD didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Torabinejad et al. (2003). Pemeriksaan mikroskopik saluran akar menunjukkan bahwa saluran akar memiliki bentuk yang tidak teratur dan memiliki sistem yang kompleks. Mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar tidak hanya menyerang ketidakteraturan anatomis dari sistem saluran akar tetapi juga menyerang tubulus dentin dan menginfeksi kembali saluran akar jika bakteri yang tersisa pada saluran akar dapat bertahan hidup setelah perawatan endodonti yang inadekuat.12

Salah satu tujuan utama perawatan saluran akar adalah membersihkan dan membentuk saluran akar kemudian mengisi sistem saluran akar dalam tiga dimensi untuk mencegah infeksi ulang. Smear layer terdiri dari substansi organik dan anorganik, termasuk fragmen dari proses odontoblastik, mikroorganisme dan materi yang nekrose. Smear layer yang terdapat pada saluran akar akan menghambat penetrasi medikamen intrakanal ke dalam sistem saluran akar yang tidak teratur termasuk ke dalam tubulus dentin, juga dapat menghalangi adaptasi sempurna bahan obturasi pada permukaan dinding saluran akar.12

(20)

Tetrasiklin juga memiliki beberapa kemampuan unik lainnya di samping efek antimikroba yang dimilikinya. Tetrasiklin memiliki pH rendah dan karenanya dapat bertindak sebagai kalsium chelator dan menyebabkan terjadinya demineralisasi permukaan enamel dan dentin. Demineralisasi permukaan dentin yang terjadi dengan penggunaan tetrasiklin sebanding dengan yang terlihat dengan penggunaan asam sitrat.12,15

Efek tetrasiklin dalam membuang smear layer dari permukaan saluran akar yang diinstrumentasi dan pada ujung akar juga telah diteliti.12 Melalui sebuah pilot study yang dilakukan Torabinejad et al. (2003) saluran akar diinstrumentasi, smear

layer dibuang, tubulus dentin diinfeksi dengan saliva utuh atau dengan memberikan

Enterococcus faecalis dan setelah 2 minggu saluran akar diirigasi dengan 5 ml

doksisiklin yang memiliki konsentrasi berbeda dalam suatu interval waktu. Hasilnya menunjukkan bahwa doksisiklin konsentrasi rendah yang ditempatkan di dalam saluran akar selama 5 menit menunjukkan keefektifannya sebagai antibakteri dan 100% mencegah pertumbuhan sampel bakteri yang dipergunakan dalam percobaan. Percobaan yang sama juga diberikan pada penisilin dan eritromisin namun keduanya tidak efektif.12

(21)

Torabinejad et al. (2003) mengkombinasikan sejumlah asam asetat, asam sitrat, polyacrylic acid dengan konsentrasi berbeda sebagai larutan irigasi awal dengan doksisiklin konsentrasi rendah sebagai larutan irigasi akhir diujikan selama 1-10 menit pada saluran akar yang telah dinstrumentasi sebelumnya. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi 5 ml doksisiklin dan 5 ml asam sitrat yang diuji selama 1-5 menit merupakan larutan yang paling efektif membuang smear layer.12

Kombinasi doksisiklin dan asam sitrat ini kemudian dicampur dengan sejumlah deterjen yang memiliki konsentrasi berbeda untuk mendapatkan tegangan permukaan yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan daya penetrasi larutan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa campuran doksisiklin, asam sitrat dan TWEEN 80® mampu membuang smear layer dari permukaan saluran akar lebih baik dibanding dengan kombinasi doksisiklin dan asam sitrat saja.12

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahan irigasi baru yang terdiri atas beberapa bahan yang masing-masing memiliki kemampuan dalam membersihkan saluran akar pada perawatan endodonti.

2.2. Sifat-Sifat MTAD Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar

MTAD direkomendasikan oleh para ahli untuk digunakan sebagai bahan

(22)

1. Sifat Kimia

Bahan irigasi yang dipergunakan dalam perawatan saluran akar harus dapat membuang smear layer, melarutkan komponen dentin pulpa serta mempersiapkan permukaan dinding saluran akar untuk menerima bahan sealer dan bahan pengisi saluran akar.1,25,26 Sebelum mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaruh MTAD terhadap pengangkatan smear layer dan daya ikat dinding dentin terhadap bahan pengisi setelah dilakukan pengangkatan smear layer dengan MTAD sebagai bahan irigasi, penting untuk mengetahui pengertian smear layer.

a. Pengertian smear layer

Proses instrumentasi manual maupun rotary yang dilakukan selama prosedur preparasi kavitas akan merubah struktur permukaan gigi. Potongan-potongan debris menyebar ke seluruh permukaan enamel dan dentin membentuk apa yang diistilahkan dengan smear layer.14,27 Smear layer didefinisikan sebagai debris (organik dan anorganik), kalsifikasi alami yang diakibatkan oleh proses instrumentasi atau reduksi struktur dentin, enamel atau sementum, atau sebagai agen kontaminan yang menghalangi interaksi dengan jaringan gigi yang bersih yang berada di bawahnya.28 Smear layer tidak berbentuk (amorphous), tidak beraturan, relatif menyerupai lapisan

(23)

Smear layer juga terdiri dari material organik termasuk debris dentin, hasil

proses odontoblastik dan sel darah, akibatnya bakteri dapat berpenetrasi dan berkoloni pada smear layer.29 Adanya smear layer mencegah penetrasi medikamen intrakanal ke dalam sistem saluran akar yang tidak teratur termasuk tubulus dentin.26,27,30 Orstavik dan Haapsalo 1990 (cit Torabinejad et al. 2003) menunjukkan pentingnya pembuangan smear layer untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai efek desinfektan medikamen intrakanal.26,30,31 Bystrom dan Sundqvist 1985 (cit Khademi et al. 2004) juga menunjukkan bahwa smear layer dapat menghambat atau secara signifikan memperlambat penetrasi antimikroba seperti irigan dan medikamen intrakanal ke dalam tubulus dentin.26,31 Smear layer juga memiliki interface yang bervariasi antara bahan sealer maupun bahan pengisi dan dentin sehingga dapat menghalangi terjadinya kontak langsung dan penetrasi pada dentin dan tubulus dentin.29,30

(24)

bakteri.18,28 Frekuensi penetrasi bakteri ketika dilakukan pengisian saluran akar dengan sealer dan gutta-percha termoplastis lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kondisi dimana dilakukan pembuangan smear layer sebelum pengisian saluran akar.14,28,32

Pashley et al. 1981 (cit Farhad dan Elahi 2004) mengatakan bahwa smear layer terdiri dari bakteri dan autoproductnya, oleh karena itu harus seluruhnya

dibuang dari saluran akar dan karena smear layer juga menjadi host bagi mikroorganime serta dapat melindu ngi bakteri dari aksi irigan dan medikamen maka penting untuk membuang smear layer sebelum menempatkan bahan dressing dan bahan pengisi saluran akar.1,30,32

b. Pengaruh MTAD terhadap smear layer

Preparasi saluran akar seharusnya tidak hanya membuang jaringan pulpa,

debris nekrotik, mikroorganisme namun juga harus dapat mempersiapkan jaringan gigi untuk menerima bahan pengisi saluran akar yang akan menutup rapat foramen apikal.26 Proses instrumentasi pada perawatan saluran akar mengakumulasikan smear layer yang terdiri dari materi organik dan anorganik sehingga menutup tubulus dentin

(25)

saluran akar yang bersih.2,30 Yang et al. (2002) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil yang signifikan antara saline dan NaOCl dalam membuang smear layer ketika digunakan sebagai bahan irigasi (gambar 4a-b).9,12,30

Gambar 4. (a) Smear layer pada permukaan saluran akar yang diirigasi dengan air destilasi, (b) Smear layer pada permukaan saluran akar yang diirigasi dengan NaOCl 5,25%.9

Beberapa penelitian telah dilakukan secara terpisah untuk menguji efek doksisiklin dan asam sitrat yang terkandung dalam MTAD.12 Barkhordar et al. (1997), Haznedaeroglu dan Ersev (2001) membuktikan bahwa tetrasiklin mampu membuang smear layer dari permuka an dan ujung saluran akar yang diinstrumentasi.12,26 Hal ini karena doksisiklin mampu mengikat jaringan terkalsifikasi dan membebaskannya selama periode waktu tertentu.11

(26)

dipaparkan dengan asam selain mampu membuang smear layer juga mampu membuang endotoksin dari permukaan saluran akar, mengikat ion Ca yang berasal dari dentin, membentuknya menjadi Ca kombinasi dan dalam waktu bersamaan demineralisasi permukaan dentin akan melebarkan orifise tubulus dentin. Pembukaan tubulus dan demineralisasi dentin sebagai akibat pembuangan smear layer menghasilkan permukaan yang retentif bagi proses interlocking sealer dan restorasi pada dinding dan tubulus dentin, meningkatkan adhesi permukaan dinding saluran akar dan bahan pengisi serta meningkatkan apical seal gigi.26,27,30 Smear layer juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya apical microleakage pada perawatan saluran akar sehingga dengan membuang smear layer akan dapat meminimalisir apical microleakage dan dapat meningkatkan seal obturasi.30 Farhad dan Elahi (2004) mengevaluasi pengaruh smear layer terhadap apical seal gigi yang mendapat perawatan endodonti, hasilnya menunjukkan adanya peningkatan apical leakage yang signifikan ketika saluran akar yang diobturasi masih mengandung

smear layer.30

Kemampuan MTAD dalam membuang smear layer juga dibuktikan oleh Tay et al. (2006) yang melakukan penelitian terhadap 24 premolar berakar tunggal yang

(27)

bahan irigasi. Pemeriksaan dengan bantuan uji TEM (transmission electron microscopy) pada gigi sebelum diirigasi dengan EDTA dan MTAD memperlihatkan

adanya smear layer pada sepertiga koronal, tengah dan apikal intraradikular dentin (gambar 5).14

Gambar 5. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi dengan NaOCl 2,6% dan air destilasi, E. epoxy resin yang melekat, D. undemineralisasi intertubuler dentin, Dd. demineralisasi in - situ intertubuler dentin (a) potongan undemineralisasi koronal saluran akar, 2-5 μm smear layer

(28)

Penggunaan EDTA sebagai larutan irigasi akhir dapat membuang seluruh smear layer dan menghasilkan zona demineralisasi dengan tebal permukaan 4-6 μm

di sepertiga koronal, tengah dan apikal. Tubulus dentin pada sepertiga apikal lebih jarang dan lebih sclerotic. Infiltrasi resin-epoxy pada zona demineralisasi dentin menghasilkan lapisan hybrid yang dapat dilihat dengan lebih jelas setelah dilakukan proses demineralisasi in situ dan pewarnaan (gambar 6 a-d).14

Gambar 6. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi dengan NaOCl 2,6% dan EDTA 17% (a) bagian koronal undemineralisasi dentin , smear layer dibuang , 4 - 5 μm zona demineralisasi dentin (antara anak panah) di sepanjang permukaan dinding dentin, demineral- isasi mengelilingi permukan bawah tubulus dentin terlihat jelas (panah) (b) bagian tengah,lapisan demineralisasi

(5 μm) di sepanjang permukaan dentin

(29)

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa penggunaan MTAD sesuai protokol klinis menghasilkan pembuangan smear layer yang sempurna dan membentuk zona demineralisasi 10-12 μm (1,5-2 kali lebih tebal dari penggunaan EDTA) di daerah koronal, tengah dan apikal saluran akar (gambar 7a-d).14

Gambar 7. Mikrograf TEM dentin intraradikuler yang diirigasi dengan NaOCl 2,6% dan MTAD. E. epoxy resin yang melekat D. undemineralisasi intertubuler dentin, Dd. demineralisasi in-situ intertubuler (a) koronal undemineralisasi saluran akar, tubulus dentin teridentifikasi, 10-

12 μm zona demineralisasi disepanjang

permukaan dentin (antara anak panah) mengelilingi subsurface tubulus dentin (b) bagian tengah saluran akar, tubulus dentin berkurang, zona demineralisasi

10 μm ( antara anak panah ) (c) bagian

(30)

Sebelumnya, Torabinejad et al. (2003) juga telah membuktikan bahwa MTAD merupakan larutan yang efektif membuang smear layer dan secara signifikan tidak merubah struktur tubulus dentin. Pembuangan smear layer dari permukaan saluran akar menunjukkan banyaknya lateral canal di sepertiga apikal sistem saluran akar dan juga menjelaskan bahwa tubulus dentin jumlahnya lebih banyak dan penampangnya lebih luas di sepertiga koronal saluran akar dibandingkan dengan yang terdapat di sepertiga tengah dan apikal (gambar 8 a-c dan 9).12

Gambar 8. (a) tubulus dentin di bagian koronal saluran akar jumlahnya lebih banyak dan penampangnya lebih luas (b) tubulus dentin di bagian tengah saluran akar (c) tubulus dentin di apikal saluran akar lebih sedikit dan penampangnya lebih sempit 12

(31)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permukaan dinding saluran akar yang diirigasi dengan air destilasi baik sebagai bahan irigasi selama preparasi maupun sebagai larutan irigasi akhir tetap menunjukkan adanya smear layer di sepanjang saluran akar dalam tingkatan yang cukup banyak (gambar 10).12 Demikian pula halnya dengan saluran akar yang mempergunakan NaOCl sebagai bahan irigasi selama preparasi maupun sebagai bahan irigasi akhir juga ditutupi oleh smear layer yang banyak di bagian koronal, tengah dan sepertiga apikal setiap saluran (gambar 11) dan dalam hal ini tubulus dentin tidak terlihat pada pemakaian air destilasi maupun NaOCl. 12

Gambar 10. Saluran akar yang Gambar 11. Saluran akar yang diirigasi air destilasi diirigasi NaOCl tetap menunjukkan 5,25 % tetap smear layer 12 menunjukkan

smear layer 12

(32)

Gambar 12. Erosi berat terlihat Gambar 13. Penggunaan NaOCl pada tubulus dentin 5,25 % dan EDTA

akibat penggunaan 17% meninggalkan NaOCl 5,25% dan debris pada tubulus EDTA 17%.12 dentin.12

Permukaan saluran akar dan tubulus dentin yang diirigasi dengan NaOCl selama preparasi dan menggunakan MTAD sebagai larutan irigasi akhir, pada sepertiga koronal, tengah dan apikal saluran akar bebas debris (gambar 14).12

Gambar14.Penggunaan NaOCl selama instrumentasi dan MTAD sebagai irigan akhir membuang smear layer pada sepertiga koronal (a), tengah (b) dan apikal (c) saluran akar.12

c. Aksi pelarutan MTAD terhadap dentin dan pulpa

MTAD telah terbukti mampu mengangkat komponen organik maupun

(33)

(2003). Penelitian ini menggunakan dentin dan pulpa nekrotik gigi sapi sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang juga menggunakan organ hewan seperti sapi, kelinci, babi dan tikus untuk menentukan keefektifan larutan irigasi saluran akar.25 Efek pelarutan komponen anorganik tertinggi adalah EDTA, sementara MTAD membentuk dentin pellet, walaupun demikian Beltz et al. (2003) mengutarakan bahwa asam sitrat yang terkandung dalam MTAD mampu melarutkan dentin dalam persentase tinggi.25 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MTAD mampu melarutkan 50% komponen organik berupa pulpa hampir sama dengan EDTA. Perbedaan kedua irigan ini adalah tingginya daya ikat doksisiklin dalam MTAD terhadap dentin (tabel 2 dan 3).25

Tabel 2. Perubahan berat pulpa setelah pemaparan larutan irigasi 25

Larutan Irigasi Persentase Kehilangan Berat

Tabel 3. Perubahan berat dentin setelah pemaparan larutan irigasi 25

(34)

d. Pengaruh MTAD terhadap daya ikat dinding saluran akar

Tingginya materi organik dentin, struktur tubulus dentin yang menyerupai pipa, dan pergerakan cairan membuat proses bonding antara resin dan dentin sulit dicapai.33 Metode standar yang dapat menghasilkan ikatan mikromolekul yaitu berupa pengetsaan dentin dengan asam yang bertujuan untuk membuang smear layer dan mendekalsifikasi permukaan terluar dentin setebal 5-7 μm.33 Proses polimerisasi yang kemudian terjadi menghasilkan suatu zona transisi dentin yang terisi oleh resin disebut lapisan hybrid yang terbentuk diantara resin polimerisasi dan permukaan dentin yang tidak mengalami perubahan struktur.33 Phosphoric acid 30-37% sebagai condisioner asam selain menghasilkan permukaan bonding dentin juga menghasilkan

permukaan enamel yang ideal bagi proses bonding.33 Pengangkatan kolagen setelah pengaplikasian condisioner asam yang diikuti bonding langsung terhadap permukaan lapisan dentin yang mengalami demineralisasi dapat menghasilkan adhesi yang lebih kuat terhadap komponen hydroxyapatite dentin.33 Oleh karena itu bahan irigasi saluran akar juga hendaknya dapat mempersiapkan permukaan dentin untuk proses bonding. Kombinasi EDTA, NaOCl dan condisioner asam dapat digunakan untuk

(35)

membentuk bonding pada permukaan seperti apa yang dihasilkan dengan pengetsaan asam.33

Machnik et al. (2003) melakukan penelitian untuk membandingkan efek MTAD dan phosphoric acid yang biasa digunakan sebagai condisioner asam terhadap

bond strength enamel dan dentin.33 Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan MTAD dan phosphoric acid pada kelompok dentin menghasilkan bond strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan larutan saline, sementara itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bond strength yang dihasilkan dengan menggunakan MTAD dan phosphoric acid. Bond strength yang dihasilkan oleh phosphoric acid pada kelompok enamel terlihat lebih tinggi secara signifikan

(36)

Tabel 4. Mean shear bond strength (MPa) dan standar deviasi enamel dan dentin.33

Bahan Irigasi Dentin Enamel

Saline (kontrol negatif)

Pengaruh smear layer terhadap kekuatan bonding juga masih dalam perdebatan. Satu sisi smear layer mempengaruhi retensi yang penting bagi tercapainya bonding dentin yang sempurna namun tidak seluruh sistem bonding dentin memiliki mekanisme yang sama, hal ini tergantung pada bahan yang dipergunakan. Beberapa adhesi dentin mungkin tidak menunjukkan penurunan bond strength ketika smear layer dibuang karena adhesi tersebut berikatan dengan kolagen

dentin namun bahan adhesi lain berinteraksi dengan kalsium dentin.33 Penggunaan NaOCl sebelum EDTA dan MTAD yang dilakukan pada penelitian ini untuk mempertahankan serat kolagen dentin yang jika NaOCl dipergunakan setelah permukaan dentin mengalami demineralisasi maka serat kolagen dentin telah terbuang seluruhnya. Keutuhan serat kolagen yang tertinggal selama pemaparan etsa asam berperan penting terhadap mekanisme adhesi dan penyatuan monomer adhesif dengan serat kolagen atau lapisan hybrid harus dipertimbangkan sebagai mekanisme bonding dentin yang utama.33 Prati et al. (1999) menemukan bahwa beberapa bahan bonding dentin menghasilkan bond strength yang tinggi tanpa adanya serat kolagen.

(37)

diperlakukan dengan NaOCl maupun pengetsaan asam dan dalam hal ini tubulus dentin terbuka dan menghasilkan permukaan dentin yang berpori dan bermineralisasi, dimana terlihat bahwa sebagian dentin telah terbuang dan dapat menyebabkan destruksi dentin.33 Kombinasi NaOCl dan EDTA maupun NaOCl dan MTAD mampu mempersiapkan permukaan dentin untuk proses bonding. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa MTAD memiliki efek antibakteri sedangkan EDTA tidak selain itu penggunaan EDTA 17% selama lebih dari satu menit memungkinkan terjadinya erosi pada peritubuler dan intertubuler dentin. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan MTAD sesuai protokol klinis menghasilkan bond strength yang sama dengan pengetsaan asam sehingga penambahan dentin condisioner sebelum pengaplikasian bahan adhesif dentin tidak dibutuhkan.33

2. Sifat Biologi

Selain harus mampu membuang smear layer dari sistem saluran akar bahan irigasi saluran akar juga harus memiliki efek antibakteri sehingga dapat mendesinfekasi saluran akar.1,4,5,12 Sebelum mengetahui efek antibakteri yang dimiliki oleh MTAD, perlu diketahui tingkat biokompatibilitas MTAD mengingat bahwa irigan merupakan bahan/zat asing bagi tubuh.

a. Biokompatibilitas MTAD

(38)

terhadap jaringan host.1,6 Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan irigasi saluran akar adalah perbandingan antara manfaat terapeutik dan efek sitotoksik yang dimiliki bahan tersebut.6 Sitotoksisitas dapat didefinisikan sebagai efek in vitro suatu zat/bahan atau prosedur terhadap permukaan sel.17

NaOCl sebagai bahan irigasi yang paling sering digunakan saat ini masih memiliki kekurangan. NaOCl 5,25% paling banyak digunakan dalam perawatan saluran akar dan dalam konsentrasi ini NaOCl mampu membuang komposisi organik smear layer3, memiliki efek bakterisidal1,3,4,9 namun sangat toksik terhadap jaringan host dan periapikal1,9, serta dapat mengiritasi mata dan kulit.34,35 Mempertimbangkan hal ini maka konsentrasi NaOCl diturunkan menjadi 2,6%, 1,33%, 0,66% yang masih dapat dipergunakan di bidang kedokteran gigi.2 Pengenceran yang dilakukan terhadap NaOCl akan mengurangi efek toksik NaOCl terhadap jaringan host dan periapikal namun efek antibakteri maupun kemampuan pelarutan jaringan nekrotik dan komponen organik smear layer juga menurun secara signifikan.5,6,9,34

Malheiros et al. (2005) mengevaluasi tingkat sitotoksisitas larutan EDTA 17% dan larutan asam sitrat dengan tiga konsentrasi berbeda (10%, 15%, 25%) terhadap fibroblas yang dikultur. Hasilnya menunjukkan bahwa larutan EDTA 17% memiliki efek toksik yang lebih tinggi dibandingkan larutan asam sitrat.17 Larutan dissodium salt EDTA yang terdorong ke apikal selama preparasi juga dapat mengganggu sistem

imun jaringan periapikal.36

MTAD merupakan bahan irigasi yang biokompatibel terhadap jaringan.

(39)

menurunkan efek yang tidak diinginkan akibat pelepasan NaOCl ke jaringan periradikuler secara tidak sengaja.22 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al. (2003) terbukti bahwa tingkat sitotoksisitas MTAD lebih rendah dibandingkan dengan eugenol, H2O2 3% (Hidrogen Peroksida), Ca(OH)2, NaOCl

5,25%, Peridex (Chlorhexidine gluconate 0,12%) dan EDTA (Gambar 15 dan 16).6

Gambar 15. Hubungan antara dosis dan inhibisi proliferasi sel diakibatkan MTAD dibandingkan dengan Pulpdent, REDTA dan Peridex.6

(40)

Dua tes biokompatibilitas terhadap larutan MTAD sebagai bahan irigasi juga telah dilakuka n oleh Laboratorium Pusat Penelitian Biokompatibilitas dan Toksisitas Universitas Loma Linda, CA (2002) dimana kedua tes ini menunjukkan bahwa MTAD merupakan bahan irigasi yang biokompatibel.8

b. Efek antibakteri MTAD

MTAD merupakan bahan irigasi baru yang memiliki sifat antibakteri.

Kemampuan ini terutama berasal dari doksisiklin yang terkandung di dalam MTAD disamping deterjen dan asam sitrat yang juga memiliki kemampuan antibakteri.4

Doksisiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang mampu mengeliminasi berbagai bakteri.8,15 Doksisiklin tidak bersifat bakterisidal yang dapat membunuh bakteri secara langsung namun bersifat bakteriostatik yang menghalangi sintesa protein bakteri sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri. Jika bakteri tidak dapat tumbuh dikarenakan adanya gangguan dalam sintesa protein yang penting bagi persebarannya, koloni bakteri tidak akan dapat mempertahankan dirinya dan infeksi bakteri akan dapat dieliminasi.4,8 Kemampuan ini sangat menguntungkan karena dengan tidak adanya sel bakteri yang lysis maka auto-antigen (endotoksin) tidak akan terbentuk.8,12

(41)

mencapai jaringan periradikuler.25 Hal ini dibuktikan oleh Adib et al. (2004) yang menunjukkan bahwa 75% bakteri yang terdapat pada gigi dengan infeksi periodontitis apikalis persisten merupakan bakteri golongan fakultatif anaerob gram positif yang menjadikan dokisiklin sebagai pilihan yang tepat.34

Aktivitas antimikroba yang ditunjukkan oleh doksisiklin lebih tinggi dibandingkan dengan NaOCl. Carson et al. (2005) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa doksisiklin 0,01% dan 0,005% secara signifikan memiliki zona inhibisi bakteri yang lebih luas terhadap Peptosterptococcus micros, Prevotella intermedia, Sterptococcus sangius, sebagai mikroorganisme yang umum

terkait dengan infeksi primer pada kasus endodonti dibandingkan dengan NaOCl 6% dan 3%, Chlorhexidine 5% dan 0,12%.34 Keefektifan doksisiklin ini khususnya disebabkan oleh pH yang rendah, memiliki aktivitas antikolagenase serta kemampuan mengikat dentin yang dapat dilepaskan secara perlahan dalam waktu yang lama.37

(42)

Tabel 5. Distribusi sampel penelitian mempergunakan irigan berbeda 37 Grup Sampel Irigan selama

Instrumentasi

Tabel 6. Efek desinfeksi berbagai bahan irigasi terhadap Enterococcus faecalis 37 Grup Sampel Sampel Perkembangbiakan

Bakteri

Hasil penelitian ini selain membuktikan bahwa kemampuan antibakteri tidak akan meningkat walaupun NaOCl dikombinasikan dengan EDTA juga membuktikan bahwa MTAD lebih efektif membunuh Enterococcus faecalis dan lebih efektif mempenetrasi tubulus dentin. Aksi deterjen yang terkandung dalam MTAD sangat mempengaruhi kemampuan penetrasi MTAD ke dalam tubulus dentin.37

(43)

yang diirigasi dengan NaOCl 5,25% tetap terinfeksi oleh bakteri, sementara itu hanya 1 dari 60 gigi yang diirigasi dengan MTAD tetap terinfeksi bakteri (tabel 7).4

Tabel 7. Perbandingan efek antibakteri MTAD dan NaOCl setelah 5 menit pemaparan pada gigi terkontaminasi saliva.4

Kelompok eksperimen Sampel Terinfeksi Tidak terinfeksi Kontrol negatif

Torabinejad et al. (2003) melakukan penelitian untuk membandingkan kemampuan antibakteri MTAD, NaOCl 5,25% dan EDTA 17% dengan membentuk zona inhibisi saat diencerkan maupun tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa zona inhibisi yang dibentuk oleh MTAD lebih besar dibandingkan dengan NaOCl 5,25% dan EDTA 17%. Pengenceran yang dilakukan memperkecil zona inhibisi semua larutan. Namun MTAD tetap menunjukkan efek antibakteri yang lebih besar dibanding kedua larutan lainnya pada 5 dan 10 kali pengenceran. Evaluasi terhadap kemampuan MTAD menunjukkan bahwa walaupun MTAD yang tidak diencerkan lebih efektif melawan Enterococcus faecalis dibandingkan MTAD yang diencerkan namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara diameter zona inhibisi MTAD yang tidak diencerkan dengan 5 dan 10 kali pengenceran (tabel 8).5

Torabinejad et al. (2003) menggunakan metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC) pada larutan yang diencerkan untuk menentukan konsentrasi

(44)

dipaparkan dengan Enterococcus faecalis konsentrasi tinggi selama 2-5 menit.5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa EDTA tidak menunjukkan efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis. NaOCl hanya dapat mempertahankan efek antibakteri yang

dimilikinya sampai 32 kali pengenceran. MTAD tetap efektif membunuh Enterococcus faecalis sampai 200 kali pengenceran.5

Tabel 8. Zona inhibisi (mm) dan standar deviasi NaOCl, MTAD dan EDTA.5

Sampel Tanpa pengenceran 1:5 1:10

NaOCl 5,25%

Tabel 9. MIC (minimum inhibitory concentrations) pada pengenceran NaOCl, MTAD dan EDTA terhadap Enterococcus faecalis.5

Larutan Irigasi Titik akhir Kontrol NaOCl 5,25%

(45)

selama 2-5 menit yang tidak dimiliki oleh NaOCl dan EDTA yang menunjukkan bahwa MTAD memiliki efek antibakteri yang lebih baik bahkan pada saat kontak minimal.5

3. Sifat Fisik

Bahan irigasi saluran akar akan mempengaruhi dentin karena bahan irigasi berkontak langsung dengan dinding saluran akar sehingga bahan irigasi yang dipergunakan dalam perawatan endodonti harus memiliki efek minimal terhadap aspek fisik gigi.22

a. Pengaruh penggunaan MTAD terhadap pengikisan dentin

MTAD telah terbukti efektif membuang smear layer, mempunyai efek

antimikroba, dan tidak toksik terhadap jaringan vital.4,5,12 Sehubungan dengan efek antimikroba dan biokompatibilitas maka irigan ideal seharusnya juga tidak mempunyai efek yang buruk atau merugikan terhadap struktur dentin.22

(46)

b. Pengaruh MTAD terhadap flexural strength dan modulus elastisitas

dentin

Secara umum perawatan endodonti menyebabkan lemahnya struktur gigi yang dirawat terutama bila dibandingkan dengan gigi normal yang vital.22 Pengurangan struktur gigi dan efek dehidrasi pada tubulus dentin menjadi alasan utama lemah dan rapuhnya struktur gigi tanpa pulpa tersebut.22 Machnik et al. (2003) menguji efek pemakaian NaOCl, EDTA sebagai bahan irigasi yang biasa dipergunakan dan MTAD terhadap flexural strength dan modulus elastisitas dentin.22 Sebelumnya beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa NaOCl secara signifikan menurunkan flexural strength dan modulus elastisitas dentin setelah 2 jam pemaparan dan hal ini

(47)

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan MTAD sesuai protokol klinis tidak menyebabkan efek buruk terhadap flexural strength dan modulus elastisitas dentin.22

2.3. Teknik Pemakaian MTAD Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar

Protokol klinis MTAD adalah menggunakan 10 ml NaOCl 1,3% selama 20 menit sebagai bahan irigasi selama instrumentasi. Setelah proses instrumentasi saluran akar diirigasi dengan 5 ml MTAD menggunakan bantuan jarum barbed broach yang dilapisi kapas selama 2 menit untuk mendapatkan kontak maksimal

bahan irigasi dan dinding saluran akar hingga ke bagian apikal. MTAD diaplikasikan ke dalam saluran akar dengan menggunakan spuit kecil yang memiliki ukuran atau dengan menggunakan dysposible syringe (Gambar 17).31

Gambar 17. Bentuk kemasan dan sediaan BioPureMTAD38

Protokol klinis penggunaan MTAD didasarkan pada penelitian Torabinejad et al. (2003) yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan berbagai konsentrasi NaOCl

(48)

Tabel 10. Larutan irigasi yang dipergunakan selama dan setelah preparasi saluran akar.31

Grup Larutan irigasi selama preparasi

Hasil penelitian menunjukkan keefektifan yang berbeda dalam pembuangan smear layer maupun tingkat erosi yang dihasilkan. Pengujian terhadap permukaan

(49)

menggunakan MTAD sebagai bahan irigasi saluran akar sebelum penggunaan NaOCl dalam konsentrasi berbeda sebagai bahan irigasi akhir. Selama pengaplikasian larutan irigasi akhir berupa NaOCl terlihat adanya reaksi kimia diantara NaOCl dan MTAD pada saluran akar. Reaksi kimia tersebut menghasilkan pembentukan larutan berwarna cokelat yang kemungkinan disebabkan oleh absorpsi dentin dan pelepasan doksisiklin yang terkandung dalam MTAD. Uji SEM pada permukaan saluran akar menunjukkan adanya tingkat erosi yang berat. Berdasarkan penemuan ini terlihat bahwa reaksi MTAD dengan permukaan dentin berbeda jika dibandingkan dengan reaksi yang dihasilkan asam sitrat atau EDTA sehingga MTAD sebaiknya digunakan sebagai irigan akhir jika dikombinasikan dengan NaOCl.31

Penelitian yang dilakukan Torabinejad et al. ini menunjukkan bahwa bahan chelator dibutuhkan untuk menyempurnakan pembuangan smear layer. Hal ini

(50)

MTAD sebagai bahan irigasi akhir dalam membuang smear layer, maka akan lebih

baik jika NaOCl konsentrasi rendah (1,3%) digunakan selama instrumentasi, diikuti dengan penggunaan MTAD sebagai larutan irigasi akhir.31 Penelitian Beltz et al. (2003) juga menunjukkan bahwa keefektifan NaOCl1,3% hanya sedikit lebih rendah dibanding NaOCl 2,6% dan 5,25%.35

(51)

BAB 3

KESIMPULAN

Mixture of a tetracycline isomer, an acid and a detergent (MTAD) merupakan

bahan irigasi saluran akar yang bersifat asam (pH = 2,15) dengan komposisi berupa doksisiklin 3%, asam sitrat 4,25% dan deterjen berupa TWEEN 80 0,5%.

MTAD tersedia dalam bentuk liquid (cair) dan dapat diaplikasikan ke dalam

saluran akar dengan memakai dysposible syringe atau spuit kecil. Protokol klinis penggunaan MTAD adalah dengan menggunakan 10 ml NaOCl 1,3% selama 20 menit diikuti dengan penggunaan 5 ml MTAD selama 2 menit.

MTAD lebih biokompatibel dibandingkan beberapa bahan irigasi lain,

(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi; Alih bahasa, Narlan S, Winarti S, Bambang N; Editor, Narlan S. 2nd ed, Jakarta: EGC, 1998: 264-5,277-80

2. Bui Y. MTAD: A new intra canal irrigant. Endomail 2004

3. Spangberg L. Intracanal Medication. In: Ingle JI, Bakland LK, eds. Endodontics. Philadelphia: Lea and Febiger, 1994; 632-4

4. Shabahang S, Pouresmail M, Torabinejad M. In vitro antimicrobial efficacy of MTAD and sodium hypochlorite. J Endod 2003; 29(7): 450-2

5. Torabinejad M, Shabahang S, Aprecio RM, Kattering JD. The antimicrobial effect of MTAD : an in vitro investigation. J Endod 2003; 29(6): 400-3

6. Zhang W, Torabinejad M, Li Y. Evaluation of cytotoxicity of MTAD using the MTT-tetrazolium method. J Endod 2003; 29(10):654-7

7. Estrella C, Estrella CRA, Barbin ED, Spano JCE, Marchesan MA, Pecora JD. Mechanism of action of Sodium Hypochlorite. Braz Dent J 2002; 13(2):113-7

8. Anonymous. Biopure TM MTAD TM antibacterial root canal cleanser FAQS. 2005

9. Ektefale MR. Point of care. J Can Dent Assoc 2005; 71(7): 491-2

10. Glickman GN, Pileggi R. Preparation for treatment. In: Cohen S, Burns RC, eds. Pathways of the pulp. St.Louis: Mosby, Inc., 2002;106

11. Hanlon RJ, Jerome CE. A revolutionary new endodontic irrigant – MTAD. Escondido Endodontics 2003

12. Torabinejad M, Khademi AA, Babagoli J, Cho Y, Johnson WB, Bozhilov K, Kim J, Shabahang S. A new solution for the removal of the smear layer. J Endodon 2003; 29(3): 170-5

13. Anonymous. Biopure TM MTAD TM cleanser..2004

(53)

14. Tay FR, Pashley DH, Loushine RJ, Doyle MD, Gillespie WT, Weller RN, Kig NM. Ultrastructure of smear layer-covered intraradikuler dentin after irrigation with BioPure MTAD. J Endodon 2006; 3(3): 218-21

15. Setiabudy R, Kunardi L. Golongan tetrasiklin dan kloramfenikol. Dalam: Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi eds. Farmakologi dan terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 1995; 651-5

16. Babay N. Smear layer removal from root dentin using tetracycline hydrochlorite concentrations. an SEM study. J Saudi Dent 2003; 15(1): 23-6

17. Malheiros CF, Marques MM, Gavini G. In vitro evaluation of the cytotoxic effects of acid solutions used as canal irrigants. J Endodon 2005; 31(10): 746-8

18. Kim S, Trowbridge H, Suda H. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In: Cohen S, Burns RC, eds. Pathways of the pulp. St.Louis: Mosby, Inc., 2002;573-4, 584

19. Zhang H, Yao M, Morrison RA, Chong S. Commonly used surfactant, Tween 80, improves absorption of p-glycoprotein substrate, digoxin, in rats. Arch Pharm Res 2003; 26(9):768-72 (abstrak)

20. Dongmei L, Burgess DJ, Rhodes DG. Nonideality in mixed monolayers of sorbitan oleates is enhanced by elevated ionic strength. Langmuir 2000; 16(26):10329-33

21. Anonymous. TWEEN 80 Sigma Ultra.2003

22. Machnick TK, Torabinejad M, Munoz CA, Shabahang S. Effect of MTAD on flexural strength and modulus of elasticity of dentin. J Endodon 2003; 29(11): 747-50

23. Ari H, Erdemir A, Belli S. Evaluation of the effect of endodontic irrigation solutions on the microhardness and the roughness of root canal dentin. J Endodon 2004; 30(11): 792-5

24. Porteiner I, Waltimo T, Orstavik D, Haapsalo M. Killing of enterococcus faecalis by MTAD and chlorhexidine digluconate with or without cetrimide in the

(54)

26. Khademi A, Feizianfard M. The effect of EDTA and citric acid on the smear layer removal of mesial canals of first mandibular molars, a SEM study. J Res Med Science 2004; 2:7-35

27. Menezes ACSC, Zanet CG, Valera MC. Smear layer removal capacity of

disinfectant solutions used with and without EDTA for the irrigant of the canals: a SEM study. Pasqui Odontol Bras 2003; 17(4): 349-55

28. Gutmann JL, Witherspoon DE. Obturation of the cleaned and shaped root canal system. In: Cohen S, Burns RC, eds. Pathways of the pulp. St.Louis: Mosby, Inc., 2002; 93, 305-6

29. Farhad A, Elahi T. The effect of smear layer in apical seal endodontically treated teeth. J Res Med Science 2004;3: 28-31

30. Barkhordar RA, Russel T. Effect of doxycycline on the apical seal of the retrograde filling materials. J Cal Dent Assoc 1998

31. Torabinejad M, Cho Y, Khademi AA, Bakland LK, Shabahang S. The effect of various concentrations of sodium hypochlorite on the ability of MTAD to removal the smear layer. J Endodon 2003; 29(4): 233-9

32. Halackova Z, Kukletova M. Rinsing of the root canal. Scripta Medica (BRNO) 2003; 76(1): 49-54

33. Macnick TK, Torabinejad M, Munoz CA, Shabahang S. Effect of MTAD on the bond strength to enamel and dentin. J Endodon 2003; 29(12): 818-21

34. Carson KR, Goodell GG, McClanahan SB. Comparison of the antimicrobial activity of six irrigants on primary endodontic pathogents. J Endodon 2005; 31(6): 471-3

35. Averbach RE, Kleier DJ. Armamentarium and sterilization. In: Cohen S, Burns

RC, eds. Pathways of the pulp. St.Louis: Mosby, Inc., 2002; 170 36. Segura JJ, Calvo JR, Guerrero JM, Sanpedro C, Jimenez A, Llamas R. The

disodium salt of EDTA inhibits the binding of vasoactive intestinal peptide to macrophage membranes: endodontics implications. J Endodon 1996; 22(7):337-40

37. Shabahang S, Torabinejad M. Effect of MTAD on enterococcus

faecalis-contaminated root canals of the extracted human teeth. J Endodon 2003; 29(9): 576-9

Gambar

Gambar 1. Struktur   bangun    tetrasiklin 15
Gambar 4. (a) Smear layer pada permukaan saluran akar yang        diirigasi dengan air destilasi, (b) Smear layer  pada                 permukaan   saluran   akar  yang  diirigasi   dengan        NaOCl 5,25%.9
Gambar 6. Mikrograf   TEM  dentin  intraradikuler yang diirigasi dengan NaOCl 2,6% dan EDTA    17%     (a)    bagian     koronal  undemineralisasi   dentin ,  smear  layer   dibuang , 4 - 5 μm  zona  demineralisasi  dentin (antara anak panah) di sepanjang  permukaan  dinding  dentin, demineral- isasi   mengelilingi    permukan   bawah    tubulus   dentin   terlihat   jelas  (panah) (b) bagian tengah,lapisan demineralisasi (5 μm) di sepanjang  permukaan  dentin (antara panah),   cabang  lateral  tubulus dentin (pointer) (c) bagian apikal,  8 μm zona demineralisasi (antara anak panah) tubulus dentin jarang, sesekali  sklerotik  (panah)    (d)  demineralisasi   in -  situ ,  infiltrasi  EDTA    membentuk    lapisan    hybrid 5-6μm(H), lapisan hybrid berada   di permukaan  perifer tubulus (panah).14
Gambar 7. Mikrograf  TEM  dentin   intraradikuler yang diirigasi dengan NaOCl 2,6% dan  MTAD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar hasil pengukuran sinyal output audio amplifier eksternal, dengan probe 1 adalah output dan probe 2 adalah input, transmisi jala-jala ... Pengukuran output modem transmit

This study explores a written analysis on Facebook closed group housing advertisements of Central Michigan University (CMU) by formulating generic structure as

Nunan (2003:75) believes that monitoring process is crucial to be successful in reading comprehension. It is related with verifying the prediction when the readers

Sistem informasi ini menangani proses pengolahan data yang berupa data pasien, data hasil pemeriksaan atau rekam medis, data diagnosa, data gigi, data tindakan, data obat,

Perusahaan dewasa ini menganggap bahwa promosi merupakan bagian penting dari pemasaran, karena pihak perusahaan berharap dengan promosi yang dilaksanakan secara

[r]

Susilawati, Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Media Tabel Perkalian dalam Matematika Kelas III SDN 15 Segedog , (Universitas Tanjungpura Pontianak).. bantuan SPSS 21

Terhadap Kepuasan Mahasiswa Serta Implikasinya Pada Loyalitas Mahasiswa (Studi Pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Di Kota Bandung), Jurnal