T
embakau telah jadi raja, aneh tapi nyata, tapi itulah faktanya. Jutaan manusia dunia mengikuti perin-tahnya, tunduk dan patuh menghisap-nya, walau tahu akan membahayakan kesehatannya. Kepatuhannya pada rokok telah mengalahkan peringatan yang ter-tera pada setiap bungkusnya “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jan-tung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”. Peringatan itu terus berlalu tak memberi pengaruh apa-apa. Peringatan tinggalah peringatan, tapi kepulan asab rokok terus menyebar, masuk kedalam paru-paru. Sayang, banyak manusia tak menyadarinya. Ibarat, anjing menggong-gong kabilah tetap berlalu. Tak peduli dengan korban yang terus berjatuhan. Walau Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan, tiap tahun 5 juta orang meninggal dunia akibat rokok.Segudang alasan untuk tetap merokok. Mulai dari penghangat tubuh, penawar rasa pahit, menghilangkan kepenatan, memicu kreatiitas, menambah percaya diri, merasa jantan dan berjuta alasan lainnya. Dengan berbagai alasan itu pecandu rokok tetap pada pendiriannya, merokok. Akhirnya, merokok menjadi ke-butuhan pokok. Walau ada sebagian yang lain menjadikan rokok sebagai selingan yang bersifat iseng, bukan menu utama. Tapi tidak menutup kemungkinan, awal-nya iseng dan akhirawal-nya kecanduan. Melalui rokok telah membakar Milyaran rupiah. Memang lucu, ada orang yang rela merogoh uang dari koceknya, untuk merusak kesehatannya. Ya..merusak ke-sehatannya dengan cara membeli. Bah-kan membeli dengan harga yang tinggi. Mengapa? Ada seorang buruh kecil, tu-buhnya kecil, penghasilannyapun kecil, tapi nekat menghabiskan uang hasil jerih payahnya itu untuk sebungkus rokok. Ironisnya, 35% pembeli rokok terbesar adalah para fuqoro wal masakin (orang miskin). Walau diakui dengan produksi rokok ini telah mengisi kas negara me-lalui pajak cukainya, “mensejahterakan”
para pekerja, menambah penghasilan pengecer, dan menambah kaya pengusa-hanya. Bahkan dalam even olah raga tertentu menjadi sponsor tunggal. Inilah fakta manfaat rokok yang mempersulit munculnya regulasi secara tuntas dan paripurna. Selalu ada tarik-menarik anta-ra berbagai pihak yang berkepentingan.
Mengapa…, mengapa…, entah men-gapa? Manusia begitu tega merusak dan mengorbankan diri sendiri. Mereka me-masukan racun nekotin dalam tubuh, ke-mudian menyebabkan berbagai macam penyakit pada organ tubuhnya. Mulai dari paru-paru, jantung, lambung, ginjal, darah dan organ tubuh lainnya. Sedang yang lebih berbahaya lagi para perokok pasif. Mereka menghirup asap rokok, tanpa harus merokok. Inilah korban beri-kutnya yang lebih banyak. Mereka adalah anak-anak tersayang anggota keluarga. Tanpa sengaja, anak-anak yang serumah dengan perokok menjadi korban. Menk-es, Siti Fadilah Supari menyebutkan ada sekitar 43 juta anak Indonesia terpapar asap tembakau.
Mungkin, para pecandu rokok juga me-nyakini tentang dampak buruk merokok terhadap anggota tubuhnya, tapi karena pengaruh adiksi (ketagihan), mereka sulit menghindar, akhirnya merokok, merokok dan merokok lagi. Meski, secara inansial sebagian besar tidak mampu. Sehingga mereka melakukan ini dengan penuh ter-paksa. Tak ada pilihan lain, kecuali mengi-kuti rasa ketagihannya. Bahkan rela tidak makan karena sempitnya penghasilan, tapi tetap membeli merokok. Dengan demikian, kebiasan merokok telah meny-usahkan orang yang sudah susah, sema-kin tak berdaya.
Ketidakberdayaan berhenti merokok, banyak faktor penyebabnya. Mungkin, ketidaktahuan salah satunya. Disamping faktor lemahnya kesadaran para pelaku. Bagi yang belum tahu, memerlukan penjelasan yang cukup sehingga men-jadi tahu dan merubah perilakunya. Bagi
yang lemah kesadarannya, perlu pem-bimbingan yang instensif, sehingga tum-buh kesadaranya, kemudian berubah perilakunya. Memang, momentum untuk berubah memerlukan waktu, proses dan kesungguhan para pelaku.
Ketagihan merokok, bukan faktor bawaan sejak lahir, yang tidak mungkin berubah. Tapi ketagihan merokok karena kebiasaan. Banyak kasus pecandu rokok dapat berhenti secara permanen, rese-pnya adalah kemauan. Ada pecandu ber-henti merokok secara permanen setelah sakit kronis. Ternyata tidak sulit, proses berhentinya mengalir begitu saja, tak ada persiapan, perencanaan dan persyaratan yang sulit dan rumit. Jadi, asal ada kem-auan, pasti banyak jalan.
Sungguh, para perokok dengan segenap motivasinya, sebenarnya tak ingin dam-pak buruk itu menimpanya. Hanya saja, saudara kita tersebut membutuhkan te-man atau pendamping yang memiliki empati untuk menyadarkannya. Sebab tak semua orang mampu menyadari kekeliruannya. Mengingatkan dengan empati, sabar dan cara yang menyentuh hati. Menghindari kata-kata memvonis, menggurui, caci maki dan menyalahkan. Pelan, tapi pasti, perubahan itu akan ter-jadi, berhenti dan menyesali. Jika sudah sampai tahap ini, maka berhenti mero-kok tinggal menunggu hari. Lantas siapa para pendamping itu ? Minimal petugas kesehatan, ia telah memberi keteladanan tidak merokok. Bukan sebaliknya.
Promosi yang menyentuh, berkelanjutan dan regulasi yang tegas bagi produksen. Penerapan hukum bagi pelanggar, batasi iklan rokok dengan berbagai versi dan waktu tayangnya, termasuk menaikan pajak cukai tembakau. Diharapkan kom-binasi ini secara bertahap dapat menu-runkan jumlah perokok aktif dan pasif di Indonesia. Sehat adalah segalanya, tanpa kesehatan segalanya tak punya arti apa-apa. Maka berhentilah merokok sekarang juga.
Merokok……..??
Oleh : Prawito
Med!akom|Edisi XII|Juni 2008 |
AGAR ROKOK TAK MERUSAK
TUBUH
Oleh: DR. Sonny P. Warouw, SKM, M.Kes & Margaretha Yuliani, SKM, MM Subdit Penyakit Kronis & Degenratif Lainnya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular - Ditjen PP & PL Depkes
“Merokok
dapat
menyebabkan
kanker, serangan jantung, impotensi
dan gangguan kehamilan dan janin”.
Kalimat itu mudah ditemui
dimana-mana. Terpampang pada billboard
besar, yang saking besarnya terlihat
dari jarak 1 kilometer, pada kotak
ro-kok, surat kabar, juga di televisi.
Teta-pi apakah kalimat diatas dipedulikan
oleh peng-konsumsi rokok? Apakah
kalimat tersebut juga dipahami
bah-wa banyak penyakit yang diakibatkan
dari konsumsi rokok tersebut?
Padahal berbagai penelitian tentang
bahaya rokok, baik di dalam maupun
luar negeri, penyakit yang
ditimbul-kan rokok, buditimbul-kan hanya yang
ter-papmpang pada iklan tersebut. Jika
dilihat dari struktur anatomi manusia,
penyakit karena rokok bisa menimpa
dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pertama kita lihat dulu bahan
berba-haya apa saja yang terkandung dalam
sebatang rokok:
o Dari berbagai jenis rokok yang
beredar di pasaran, terdapat
kan-dungan nikotin tinggi: 1,7-2,5
mg; kandungan tar 28,1-53,2 mg;
kandungan eugenol 3,63-12,84
mg per batang (rokok putih:
0,05-1,4 mg nikotin; 0,5-24 mg tar per
batang). Cengkeh dapat
menye-babkan “acute severe lung injury”
bila dihisap, terutama oleh
pend-erita asma (Rokok Kretek dilarang
beredar di banyak negara bagian
Amerika Serikat). Eugenol~safrole
dapat menimbulkan kanker hati
pada manusia.
o Asap rokok mengandung lebih
dari 4.000 jenis bahan kimia, 43
di-antaranya diketahui sebagai
bah-an kimia penyebab kbah-anker.
Beber-apa bahan kimia tersebut terdBeber-apat
pula pada racun serangga DDT,
ar-sen, racun tikus, pelitur kayu dan
pembersih cat kuku.
Environmen-tal Protection Agency (EPA) atau
badan perlindungan lingkungan
Amerika mengelompokkan asap
rokok sebagai bahan kimia yang
bersifat karsinogen (penyebab
kanker) kelas A, yang didalamnya
terdapat pula asbes, arsen,
ben-zene dan gas radon. Asap rokok
juga menjadi penyebab
timbul-nya petimbul-nyakit-petimbul-nyakit berbahaya
seperti kanker paru-paru,
penya-kit hati, hipertensi, stroke, kanker
mulut, kanker pankreas, kanker
kantung kemih, penyakit ginjal
dan infeksi telinga.
o Beban Penyakit Utama karena
ro-kok/tembakau di Indonesia tahun
2005 adalah 1) Neoplasma:
Kank-er mulut dan oropharynx, kankKank-er
lambung, kanker hati, kanker
pan-creas, kanker trachea, bronchus
dan paru; 2) Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah: Penyakit
Jan-tung Koroner, Stroke; 3) Penyakit
Saluran Pernapasan: Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK),
Bronchi-tis, Emphysema.
o Penduduk terpapar asap rokok
orang lain (second-hand smoke/
SHS)
–
92% perokok merokok di
rumah
–
dari 48,9% penduduk semua
umur yang terpapar SHS di
dalam rumah (Susenas 2001):
65 juta (66%) perempuan;
43 juta (70% populasi)
anak-anak 0-14 tahun.
–
81% remaja 13-15 th
terpa-par SHS di tempat-tempat
umum, 64% di dalam rumah
(GYTS, 2006)
ROKOK
DAN
PENYAKIT
TIDAK
MENULAR
Penyakit Menular sudah lama
men-jadi persoalan dunia kesehatan di
In-donesia. Alih-alih mengatasi penyakit
yang sudah dikenal, kini
bermuncu-lan jenis penyakit menular baru.
Per-soalan menjadi berganda, karena
pe-nyakit tidak menular pun meningkat
pesat. Ini sejalan dengan perubahan
gaya hidup masyarakat. Masyarakat
pun akrab dengan penyakit
degen-eratif, seperti kardiovaskuler, stroke,
diabetes, penyakit paru obstruktif
kronik, kanker paru, kanker mulut,
dan kelainan kehamilan.
Nah, konsumsi rokok dan tembakau
menjadi salah satu faktor risiko
ber-sama (common underlying risk
fac-tor) yang mendorong penyakit tidak
menular. Disamping pola makan
yang tidak seimbang -terutama
kon-sumsi buah dan sayur--, rendahnya
aktivitas isik (olah raga), dan kondisi
lingkungan yang tidak kondusif
ter-hadap kesehatan.
BERITA TERKINI
Jangan main-main, rokok/tembakau
membunuh satu orang setiap detik.
Rokok membunuh separuh dari masa
hidup perokok, dan separuh perokok
mati pada usia 35 sampai dengan 69
tahun. Data epidemi tembakau di
dunia menunjukkan tembakau
mem-bunuh lebih dari lima juta orang
se-tiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut,
diproyeksikan akan terjadi 10 juta
kematian pada tahun 2020, dengan
70% kematian terjadi di negara
se-dang berkembang.
Selain menyebabkan gangguan
kese-hatan, tembakau/ rokok juga
menye-babkan kerugian ekonomi, di tingkat
rumah tangga maupun masyarakat.
Di Indonesia kerugian ekonomi akibat
tembakau/rokok diperkirakan jauh
lebih tinggi dibanding penerimaan
negara dari pertanian tembakau dan
industri rokok. Diperkirakan pada
ta-hun 2005, biaya kesehatan yang
dike-luarkan Indonesia karena penyakit
terkait tembakau mencapai US$ 18,1
milyar atau 5,1 kali lipat dari
pendapa-tan cukai tembakau pada tahun yang
sama (Kosen, 2005).
MEMPERSEMPIT PEROKOK
Pengendalian masalah
rokok/tem-bakau merupakan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa, baik
indi-vidu, masyarakat, parlemen, maupun
pemerintah. Ini penting, sebab rokok
menjadi ancaman bagi generasi
sek-arang maupun yang akan datang.
Ka-wasan tanpa rokok yang meluas akan
menyempitkan area bagi perokok.
Sayang, banyak kantor, bahkan ruang
rapat parlemen saja belum bebas dari
asap rook. Padahal, komitmen
bersa-ma dari lintas sektor dan berbagai
el-emen akan sangat berpengaruh
terh-adap keberhasilan dalam penetapan
Kawasan Tanpa Rokok tersebut.
Pemerintah sendiri sudah
melancar-kan berbagai upaya untuk
menge-liminir bahaya akibat rokok. Peraturan
Pemerintah No. 81 tahun 1999 yang
selanjutnya diganti dengan PP No. 19
tahun 2003 tentang Pengamanan
Ro-kok bagi Kesehatan, sudah mengatur
larangan merokok di tempat-tempat
umum. Walaupun belum ada sanksi
yang jelas dan tegas terhadap
pero-kok di tempat-tempat umum, namun
dalam PP tersebut menginstruksikan
agar setiap Pemerintah Daerah di
In-donesia membuat aturan tersendiri
melalui Peraturan Daerah. Kota
Ja-karta dan beberapa Pemda Kota lain,
sudah menerapkan pembatasan
tem-pat-tempat merokok, meski
pelaksa-naannya belum serius.
Upaya selanjutnya adalah proses
lanjutan RUU tentang Pengendalian
Dampak Produk Tembakau terhadap
Kesehatan, serta mendukung proses
”accession”. Namun penting juga
un-tuk melakukan upaya penyadaran
yang terus menerus terhadap bahaya
rokok. Proses penyadaran ini penting
karena dampak bahaya rokok tidak
dirasakan secara langsung sehingga
sering kali diabaikan.
MELINDUNGI ANAK DARI BAHAYA
ROKOK
Lebih dari 43 juta anak Indonesia
hidup serumah dengan perokok dan
terpapar pada asap tembakau pasif
atau asap tembakau lingkungan (ETS
= Environmental Tobacco Smoke).
Tak banyak yang tahu, anak-anak
yang terpapar pada asap tembakau,
akan mengalami pertumbuhan paru
yang lambat, lebih mudah terkena
bronchitis, serta mengalami infeksi
saluran pernapasan, telinga, dan
rentan terhadap asma. Bahayanya,
kesehatan yang buruk di usia dini,
akan menyebabkan kesehatan yang
buruk pula di saat dewasa.
Tahun 2006, The Global Youth Survey
melaporkan, 6 dari 10 pelajar (64,2%)
menjadi perokok pasif selama mereka
berada di rumah. Lalu, lebih dari 1/3
(37,3%) pelajar biasa merokok. Lebih
mengejutkan lagi, 3 diantara 10
pela-jar, sudah merokok saat mereka
be-rumur dibawah 10 tahun. Dari
lapo-ran itu, tak pelak lagi, rokok menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang
perlu segera ditangani secara serius,
komprehensif, dan konsisten.
Masalah rokok dan anak menjadi
ba-gian penting dalam Hari Tanpa
Tem-bakau tahun 2008 ini. Departemen
Kesehatan RI melaksanakan berbagai
kegiatan dengan tema “Perlindungan
Anak Terhadap Bahaya Rokok”. Ini
di-harapkan menjadi momentum bagi
seluruh pemerhati bidang kesehatan,
untuk mencari solusi dan upaya
per-lindungan anak terhadap bahaya
ro-kok.
Berikut beberapa acara yang
diada-kan untuk melindungi anak dari
ba-haya rokok: “Healthy Life-
Perlindun-gan Anak terhadap Bahaya Rokok”
Pada 15 April 2008 jam 08.00 – 09.00
WIB di Metro TV diselenggarakan
diskusi yang ditayangkan secara live
dalam acara “Healthy Life”, dengan
tema “ Perlindungan Anak terhadap
Bahaya Rokok”. Sebagai pembicara
adalah dr. I Nyoman Kandun, MPH,
Dirjen PP & PL; Seto Mulyadi (Ketua
Komisi Nasional Perlindungan Anak);
dr. Sukman Tulus (Ketua Ikatan
Dok-ter Anak Indonesia); dengan
present-er Soraya Haque. Bpresent-erbagai realita tpresent-er-
ter-kait bahaya rokok serta perlindungan
anak dari bahaya rokok dibahas
se-cara lengkap dan detil. Bahkan dalam
dialog interaktif, ada salah seorang
ibu yang menelepon sambil
menan-gis karena sulit untuk
mengenda-BERITA TERKINI2 Med!akom|Edisi XII|Juni 2008 |
likan suaminya yang perokok berat
dan sikap acuhnya terhadap asap
yang dipaparkan kepada anaknya
yang masih kecil. Ternyata
masyara-kat tidak paham bahwa ada hak anak
untuk tumbuh sehat dan mendapat
perlindungan terhadap rokok, yaitu
adanya sanksi pidana terkait dengan
UU Perlindungan Anak.
Round Table Discussion
“Perlindun-gan Anak terhadap Bahaya Rokok
Pada tanggal 16 April 2008 di Hotel
Sahid Jaya Jakarta diselenggarakan
Round Table Discussion
“Perlindun-gan Anak terhadap Bahaya Rokok”
dibuka oleh Menteri Kesehatan RI.
Dalam Round Table Discussion
terse-but, dibahas materi penyajian: 1)
Dampak rokok terhadap kesehatan
masyarakat khususnya anak-anak
oleh Dirjen PP & PL Depkes, 2)
Pent-ingnya Perundang-undangan di
bi-dang perlindungan anak terhadap
bahaya rokok oleh Ketua Komisi
Per-lindungan Anak Indonesia (KPAI), 3)
Hak hidup anak terancam oleh
FK-PPAI IDAI , 4) Sampai kapan kita
biar-kan anak-anak merokok? Oleh Komisi
Nasional Perlindungan Anak (KPA).
Peserta berjumlah 100 orang berasal
dari Kantor Menko Kesra, Depdiknas,
PGRI, LSM pemerhati masalah rokok,
wartawan kesehatan dan kesra, serta
unit utama di lingkungan Depkes.
Pada kesempatan tersebut Dr. Siti
Fadilah Supari mengharapkan dalam
acara ini dapat dihasilkan komitmen
dari berbagai pihak agar
pengen-dalian tembakau khususnya dalam
melindungi anak dari bahaya rokok
dapat terealisasi.
Rountable menghasilkan “Deklarasi
Perlindungan Anak terhadap Bahaya
Rokok” yang memuat 7 Komitmen,
yaitu: 1) Anak mempunyai hak
ter-lindungi dari bahaya rokok, 2) Sudah
saatnya pemerintah dan masyarakat
melindungi anak dari bahaya rokok,
3) Sudah saatnya diterbitkan
Un-dang-Undang Perlindungan Anak
terhadap Bahaya Rokok, 4) Semua
fasilitas umum, sarana pendidikan
dan tempat kerja harus bebas asap
rokok, 5) Sudah saatnya meniadakan
iklan rokok di seluruh media massa
dan ruang publik terbuka, karena
dapat mempengaruhi anak untuk
merokok, 6) Sudah saatnya
mener-apkan sanksi tegas bagi orang yang
sengaja maupun tidak sengaja
me-maparkan asap rokok terhadap
anak-anak dan ibu hamil, 7) Sudah saatnya
ada pembatasan akses penjualan
ro-kok kepada anak-anak.
Anak Muda Bebas Rokok:
Itulah slogan yang diusung dunia
pada peringatan Hari Tanpa
Tem-bakau Sedunia yang diperingati
se-tiap tanggal 31 Mei. Di Indonesia,
slo-gan “Tobacco Free Youth (Anak Muda
Bebas Rokok)” dibarengi dengan
tema: “Dengan Semangat Hari
Pen-didikan dan Kebangkitan Nasional
kita Selamatkan Generasi Muda dari
Bahaya Rokok”.
Pemerintah berupaya meningkatkan
gerakan masyarakat untuk
bersama-sama menyelamatkan generasi muda
dari bahaya rokok. Ada berbagai
ke-lompok dan instansi yang terlibat,
seperti Direktorat Pembinaan
SMP-Depdiknas, Komisi Nasional
Pengen-dalian Masalah Tembakau (Komnas
PMT), Lembaga Menanggulangi
Ma-salah Merokok (LM3), Koalisi Untuk
Indonesia Sehat (KUIS), Komisi
Nasi-onal Perlindungan Anak (KPA), Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
FKM-UI, Badan POM, Yayasan Kanker
Indonesia, Yayasan Jantung
Indone-sia, TCSC IAKMI, Wanita Indonesia
Tanpa Tembakau (WITT), Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),
Forum Parlemen Indonesia untuk
Kependudukan dan Pembangunan
(IFPPD) dan Unit Utama Depkes
un-tuk mewujudkan masyarakat
teruta-ma generasi muda bebas dari rokok.
Kegiatannya meliputi 1) Penyuluhan
ke Pelajar SMP dan Siswa SMA se
Ja-bodetabek, 2) Dialog Interaktif di
me-dia TV (Metro TV), RRI, Radio Bahana,
3) Pemasangan Sign “Bahaya Rokok”
dan “Kawasan Tanpa Rokok” di SMP
dan SMA di Jabodetabek, 4) Lomba
Poster untuk Pelajar SMP dan Siswa
SMA se Jabodetabek, 5) Seminar
Se-hari yang diikuti Pameran dan
Pemer-iksaan Dini Penyakit Tidak Menular,
serta 6) Acara Puncak dan Parade
Ba-haya Rokok yang dimeriahkan oleh
Artis Ibukota.
Puncak peringatan diadakan di Istana
Negara. Ibu Negara bersama siswa
SMP dan SMA, serta lintas sektor dan
program maupun LSM pemerhati
masalah tembakau, mencanangkan
tekad penyelamatan anak dari
ba-haya rokok.
Sebuah kepedulian yang wajar dari
pemerintah dan kompnen
masyara-kat. Mengingat betapa bahayanya
ro-kok bagi kesehatan. Bagi anak-anak
dan remaja, rokok bisa mengancam
kualitas kesehatan seumur hidup.
Maka,
pencegahan
penggunaan
atau konsumsi rokok terutama pada
remaja dan anak-anak, menjadi soal
penting, untuk melindungi generasi
muda dari bahaya rokok. Serta untuk
menghasilkan generasi muda yang
sehat dan kreatif. Tak perlu rokok
un-tuk berkarya, kan?.
Dirjen PP & PL saat “live” di Metro TV bersama Soraya Haque dalam “Healthy Life Perlindungan Anak terhadap Bahaya Rokok”.
TATA LAKSANA PENYAKIT TANGAN, KAKI
DAN MULUT DAN UPAYA PENCEGAHAN SERTA
PENANGGULANGANNYA
-
PKTM adalah penyakit kaki,
tangan dan mulut (Hand Foot
Mouth Disease/HFMD) yang
di sebabkan oleh Entero virus,
Coxsackie virus atau Echovirus.
Penyakit ini berbeda dengan
penyakit kuku dan mulut pada
binatang.
-
Pada umumnya menyerang anak
usia di bawah 10 tahun dengan
masa inkubasi 3-7 hari dan masa
infeksius minggu pertama sejak
timbul gejala.
Tanda dan gejala :
-
Gejala awal : demam (38-39°C),
nafsu makan turun dan nyeri
menelan
-
Timbul vesikel dan ruam
di-dalam mulut. Vesikel ditemukan
di lidah, gusi atau mukosa pipi.
Vesikel ini mudah pecah dan
menjadi ulkus yang
menyebab-kan anak tidak mau mamenyebab-kan dan
ludah meleleh keluar. Ruam
dengan vesikel dapat juga
dite-mukan pada telapak tangan,
kaki dan bokong pada bayi.
-
Kompikasi yang timbul akibat
Enterovirus 71 adalah gangguan
neurology berat yaitu
meningi-tis aseptic, ensepalimeningi-tis maupun
kelumpuhan.
Cara Penularan
-
Secara kontak langsung dengan
cairan tubuh penderita (cairan
hidung, mulut, vesikel) melalui
batuk, berbicara dan bersin
(droplet).
- Secara oral fecal melalui tangan,
mainan, dan alat-alat lain yang
tercemar oleh feses penderita.
Siklus penularan
Enterevirus masuk kedalam tubuh
manusia melalui saluran cerna,
berkembang biak di orofaring dan
banyak di temukan dalam feses
pen-derita. Replikasi enterovirus dapat
terjadi di saluran gastrointestinal
atau saluran respiratori. Setelah
fase vitamin, infeksi akan
menge-nai jaringan dan beberapa organ
sehingga menimbulkan gejala yang
bervariasi. Penularan virus melalui
freecal-ororoute
dan dapat pula
me-lalui kontak langsung meme-lalui
drop-lets. Virus akan diekskresi melalui
feses selama beberapa minggu.
Tatalaksana:
Pasien rawat jalan
-
Pada umumnya penderita
infek-si PTKM berinfek-sifat ringan
sehing-ga terapi yang diperlukan hanya
bersifat simptomatis.
-
Bila timbul rasa bahaya (gejala
neurology, kejang mioklonik,
iritabel, insomnia, abdomen
dis-tensi, muntah berulang, sesak
nafas halusinasi) segera rujuk
kerumah sakit.
Pasien rawat inap
-
Tetapi suportif merupakan hal
utama.
-
Tidak diperlukan tetapi spesifik
untuk enterovirus (Anti
entero-virus spesifik tidak ada)
-
Untuk mencegah timbulnya
kompilasi lakukan deteksi awal
adanya keterlibatan gangguan
SSP khususnya batang otak dan
monitor denyut jantung,
frekue-nsi nafas, tekanan darah,
satur-asioksigen, keseimbangan
cai-ran dan fungsi ventrikel kiri.
-
Komplikasi yang mungkin
ter-jadi adalah meningitis aseotik,
Ensefelitis, Paralisis,
Dekom-pensosio kardio-pulmonal danb
Kegagalan Ventrikel kiri.
-
Bila keadaan memburuk lakukan
intubasi endrotrakeal karena
pasien daoat mengalami Edema
Pulmonal dalam waktu singkat
Pemeriksaan Laboraturium :
-
Isolasi dan uji serologi.
Dilaku-kan terutama pada penderita PT
KM yang dirawat dengan yang
secara klinis cepat memburuk
atau mengalami komplikasi.
-
Pemeriksaan uji serologi
dilaku-kan pada fase akut dan
konfale-sen dengan jarak pengambilan
14 hari.
o Feses : virus dapat ditemukan
sampai beberapa minggu
o Usap tenggorokan : beberapa
hari sejak awal penyakit
o Darah dan bahan yang
ses-uai gejala klinis, seperti cairan
vesikel, Liquour Cerebro Spinal
(LCS), lapisan mata dan jaringan
-
Spesimen serum harus diambil
berpasangan (paired)
-
Spesimen dikirimkan ke :
Puslitbang Biomedis dan Farmasi
(BMF) Badan Litbang Depkes
Jl. Percetakan Negara No.29 Jakarta
10560
Telepon 4244375, Fax
021-4245386
|Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
Indonesia mewaspadai penyebaran
penyakit kaki, tangan, dan mulut
yang menyerang anak-anak.
Penya-kit ini sangat menular dan terjadi di
musim panas. Pencegahannya
mu-dah, cukup dengan selalu menjaga
kebersihan pribadi.
Penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM), melanda Ahui, sebuah provinsi di ka-wasan China Selatan. Penyakit yang disebabkan Enterovirus 71 (EV 71) itu berjangkit sejak tahun lalu, menginfeksi 24.932 anak. 34 orang diantaranya mere-gang nyawa. Tak cuma di Ahui, kasus se-rupa terdapat di kota Zhejiang dan kota Guangdong. Bahkan kawasan jiran Indo-nesia, Singapura, Malaysia dan Vietnam pun terjangkit.
Tak heran, pemerintah Indonesia pun ikut peduli. Bukan tak mungkin, penyakit yang menyerang anak-anak itu, berkem-bang disini. Pemerintah pun mewaspa-dai dan memonitor rumah sakit – rumah sakit, serta meminta warga agar segera melapor ke dinas kesehatan setempat, jika terdapat kasus yang menyerupai EV-71.
Penyakit KTM disebabkan oleh Enterovi-rus, Coxsackie virus atau Echovirus. Meski namanya sama, penyakit yang meny-erang manusia, berbeda dengan yang terjadi pada hewan. Gejalanya diawali demam tinggi (38-39 derajat celcius), naf-su makan turun, dan nyeri saat menelan. Selain itu, akan timbul vesikel dan ruam (melepuh kemerahan yang kecil dan merata) di dalam mulut, lidah, gusi atau pipi bagian dalam. Vesikel mudah pecah dan menjadi luka di mulut, sehingga me-nyebabkan anak tidak mau makan.
Penjelasan tentang penyakit bersumber EV71, tercantum dalam surat Depkes No. HK. 02.04/D/I.4/1405/08 yang dikirim ke seluruh Gubernur, Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kepala Balai Be-sar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pen¬gendalian Penyakit Menular, dan Kepala Rumah Sakit Vertikal. “Depkes juga akan membantu untuk mengiden-tiikasi spesimen, jika daerah mencuri-gai temuan penyakit KTM,” kata Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit Menu-lar dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes dr. I Nyoman Kandun, MPH.
Kejadian luar biasa (KLB) EV 71 yang merebak di China mengingatkan pada epidemi Severe Acute Respiratory Syn-drome (SARS) pada tahun 2003. Saat itu, pemerintah China mendapat kritik dunia internasional karena sikap tertutupnya terhadap KLB SARS.
Pencegahan
Penyakit EV-71 dapat dicegah. Caranya pun mudah. Cukup dengan menjaga ke-bersihan pribadi, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan, dan sesudah buang air besar. Bagi pend-erita, ketika batuk harus menutup mulut dan hidung. Alat makan, alat kebersihan pribadi, dan pakaian termasuk kaus kaki dan sepatu milik penderita, harus dip-isahkan.
Menurut Prof. Dr. Amin Soebandrio, Guru Besar Mikrobiologi Klinis FK-UI, penyakit EV-71 telah lama terjadi di Indonesia. Ka-susnya kerap dijumpai di berbagai rumah sakit. Namun, jenis enterovirus yang ada di Indonesia tingkat keganasannya tidak seperti yang ada di China. Sebagian besar pasien EV-71 di Indonesia bisa sembuh total dan tidak menimbulkan kematian sebagaimana terjadi di wilayah China.
Penyakit Musim Panas
Penyakit KTM sangat menular dan sering
terjadi di musim panas. Penyakit ini meru-pakan penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan padat. Umumnya orang de-wasa kebal terhadap enterovirus, tetapi anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun rentan terjangkit.
dr. Widodo Judarwoto, Sp. A., dokter di Klinik Alergi Anak RS Bunda Jakarta, me-nyatakan penyebab penyakit KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah coxsackie A 16. Ini berbeda den-gan EV-71, yang sering memerlukan per-awatan karena keadaannya lebih berat atau komplikasi sampai meninggal.
Gejala yang dianggap berat akibat KTM adalah hiperpireksia (suhu lebih dari 39 derajat celcius) atau demam tidak tu-run-turun. Tanda lainnya, denyut jantung sangat cepat, sesak, malas makan dan minum, muntah atau diare dengan dehi-drasi. Semuanya berujung pada kondisi badan sangat lemah, kesadaran turun atau kejang-kejang. “Bayi atau anak usia dibawah 5 tahun yang timbul gejala be-rat harus dirujuk ke rumah sakit,” kata dr. Widodo Judarwoto.
Kematian bisa menyerang, jika terjadi komplikasi, seperti infeksi selaput otak atau meningitis (aseptik meningitis, men-ingitis serosa atau non bakterial), infeksi otak atau encefalitis (bulbar), infeksi otot jantung atau miokarditis, paralisis akut lasid (kelumpuhan), dan infeksi paru atau pneumonia. (Smd)
MENGHAJAR VIRUS DARI NEGERI CHINA
RSPI Sulianti Saroso
Siapa tak kenal nyamuk. Jangan
main-main dengan hewan kecil itu. Meski
ukurannya mini, penyakit malaria yang
dipicu gigitan nyamuk merupakan
masalah besar di Indonesia. Dari 576
kabupaten/kota, 424 kabupaten/kota
(73,6 persen) merupakan endemis
Ma-laria. Maka hampir separuh-45 persen
penduduk Indonesia berisiko tertular
Malaria.
Puncak Peringatan Hari Malaria
Se-dunia yang baru pertama kali
dige-lar di Indonesia tahun ini, dihadiri
Presiden Susilo Bambang
Yudhoy-ono, Menteri Kesehatan Siti Fadilah
Supari, Menteri PDT Lukman Edi,
Menteri Kelautan Freddy Numberi,
Menteri Pemberdayaan
Perem-puan Meuthia Hatta, Gubernur DKI
Fauzi Bowo, Gubernur Jawa Tengah
Ali Mufiz, serta sejumlah anggota
DPR.
Hari Malaria Sedunia (HMS)
diper-ingati tanggal 25 April setiap
ta-hun. Untuk menggalakkan
kampa-nye pemberantasan malaria, WHO
merekomendasikan semua negara
anggota merayakan di
masing-ma-sing negara. Menteri Kesehatan Siti
Fadilah Supari menyatakan,
perin-gatan HMS, merupakan komitmen
global memberantas malaria.
Un-tuk Indonesia, peringatan itu diberi
tema “Ayo Berantas Malaria”. Tema
itu dibagi lagi, yaitu “Kelambu
Di-pasang, Tidur Tenang, Malaria
Hi-lang” dan “Malaria Dapat Dicegah
dan Diobati”.
Presiden pun menandai kampanye
itu dengan menyerahkan kelambu
berinsektisida, dan obat
antimalar-ia kepada Gubernur Papua dan Pjs
Gubernur Maluku Utara.
Kedua propinsi itu termasuk daerah
endemis malaria, selain Propinsi
Papua Barat, Maluku, Sumut, NAD,
dan NTT. Kampanye juga diperluas
dengan penandatanganan
Perang-ko Hari Pertama Hari Malaria
Se-dunia. Sementara Menkes Fadilah
Supari memberikan penghargaan
Manggala Karya Bakti Husada
Aru-tala kepada Gubernur DKI Jakarta,
Jawa Tengah, dan DIY atas prestasi
dalam pengendalian Malaria di
wilayah masing-masing.
Upaya pemberantasan penyakit
malaria sudah dimulai Indonesia
sejak tahun 1959. Presiden
men-egaskan bahwa dunia telah
sepak-at untuk menuntaskan
pemberan-tasan malaria secara all out. Malaria
menjadi sasaran MDGs yang harus
tercapai pada tahun 2015.
Menurut Presiden, malaria adalah
penyakit
reemerging desease
(pe-nyakit yang tiba-tiba mengalami
peningkatan) dan terjadi di 105
negara. Salah satu faktor penyebab
kasus malaria tiba-tiba muncul dan
naik kembali adalah karena
pe-rubahan iklim yang menyebabkan
meluasnya tempat-tempat nyamuk
malaria berkembang cepat
“Pend-eritanya mencapai 300 – 500 juta
orang, cukup besar dari jumlah
penduduk bumi yang berkisar 6,4
milyar,” kata Presiden. Korban
ma-laria juga besar, setiap tahun
me-ninggal 1 juta orang, atau sama
dengan 1/3 atau ¼ penduduk
Sin-gapura. Indonesia menjadi bagian
dari penderita malaria sedunia.
Untuk mengurangi risiko penularan
malaria, Departemen Kesehatan
telah mendistribusikan 2.196.620
kelambu dan 127.000 paket obat
malaria. Presiden meminta para
gubernur yang sudah menerima
kelambu, agar segera
mendistri-busikannya kepada warga di
dae-rah endemik. “Kalau segera dipakai,
akan banyak menolong. Saya dan
istri, baik di Cikeas atau di Istana
juga pakai kelambu. Meskipun
Ja-karta sudah bebas dari malaria,
tetapi saya patuh pada anjuran
su-paya lebih aman lagi,” ungkap
Pres-iden.
Menurut Kepala Negara, di
Indone-sia penanggulan malaria
cender-ung membaik.
Data Depkes yang diterima
Pres-iden Februari 2008, menunjukkan
angka kematian yang terus
menu-run. Jika tahun 2005 ada 0,92% yang
meninggal, tahun 2006 berkurang
menjadi 0,42%, dan setahun
kemu-dian menjadi 0,2%.
“Namun jangan cepat berpuas
diri, harus dilaksanakan terus lebih
gigih lagi, kita harus bikin nol,” kata
Presiden. Presiden lalu meminta
ja-jaran kesehatan pemerintah, untuk
bertindak efektif dan nyata dalam
memberantas malaria.
KELAMBU DIPASANG, MALARIA HILANG
2 |Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
Ada ribuan, bahkan jutaan virus yang menyertai kehidupan kita. Tapi, tak
semua virus menjadi perhatian. Untuk dua tahun terakhir ini Virus Flu Burung
( H5N1) menjadi idolanya. Mulai dari rakyat biasa, Ilmuwan, dan negara
Adi-kuasa, semua memberi perhatian yang besar pada virus ini. Apa motifnya ?,
banyak. Bagi rakyat, publikasi oleh media tentang kasus kematian akibat lu
burung cukup menghebohkan, sehingga wajar kalau ada rasa kekhawatiran.
Khusus para ilmuwan, virus ini sangat menarik untuk di teliti karena angka
kematiannya tinggi. Berarti virus ini berpotensi mempunyai daya bunuh yang
besar, dan daya sebar yang luas. Virus mampu menjelajah daratan, lautan
bahkan menerobos antar negara. Apalagi, virus tersebut belum ditemukan
vaksinnya. Bagi negara adikuasa, virus lu burung merupakan komoditi yang
sangat menggiurkan. Sebab dari virus tersebut mereka dengan teknologi
yang dimilikinya dapat membuat alat diagnostik, obat maupun vaksin.
Beri-kutnya, mereka akan menjual produk ini ke berbagai negara dengan harga
yang mahal. Indonesia yang menderita karena virus lu burung, sementara
mereka menikmati hasilnya. Mereka menikmati hasil produksinya, sementara
negara pengirim virus tidak memperoleh manfaat apa-apa. Ini tidak adil.
Ketidakadilan tersebut yang digugat oleh Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti
Fadi-lah Supari, Sp.JP(K). Hal tersebut diantaranya disampaikan pada pertemuan
WHA (Sidang Umum Organisasi Kesehatan Dunia ) ke 61 di Markas Besar WHO,
Genewa, Swiss belum lama ini. Menkes menginginkan mekanisme sharing
(pengiriman virus dan pemanfaatanya) yang adil, transparan dan setara
seb-agaimana yang telah disepakati pada sidang WHA tahun sebelumnya. Semua
ini kami bahas tuntas pada rubrik laporan utama.
Susu, sangat bermanfaat bagi manusia, bahkan segala umur. Mulai dari bayi,
anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Sehingga ketersediaannya harus
di-upayakan, untuk dapat memenuhi kebutuhan tubuh manusia. Air susu ibu
harus mengawali asupan setelah bayi lahir. Tak boleh diganti dengan jenis
minuman atau makanan lainnya, kecuali dalam darurat. Kemudian sesuai
dengan tumbuh kembang, manusia terus membutuhkan susu. Walau dengan
kadar dan kandungan gizi yang berbeda sesuai kebutuhan. Disamping itu,
manusia juga butuh air, lingkungan sehat, dan terhindar dari berbagai
penya-kit; Arthritis Gout, Liver/Hipatitis dan penyakit lainya kami sajikan pada rubrik
berita terkini.
Khusus ragam, kami sajikan pengalaman pelayanan kesehatan masyarakat di
Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah. Banyak program yang telah
digulir-kan dan mendapat sambutan masyarakat. Harapannya, pengalaman ini dapat
ditiru dan dikembangkan di daerah lain dalam memberikan pelayanan
kes-ehatan yang lebih baik kepada masyarakat. Selamat membaca. Redaksi.
Ada apa dengan Virus ?
ETALASESusunan Tim Penerbitan Majalah Komunikasi Publik
ALAMAT REDAKSI : Pusat Komunikasi Publik
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661 Email : [email protected]
Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca
dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik.
Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi.
Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi
Publik di :
[email protected] atau [email protected]
PENANGGUNG JAWAB
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PIMPINAN UMUM
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
PIMPINAN REDAKSI
drs. Sumardi
SEKRETARIS REDAKSI
Prawito, SKM, MM
ANGGOTA REDAKSI
Dra. Hikmandari A., M.Ed
Drg. Anitasari S.M.
Drg. Ria Purwanti, M.Kes
Busroni, S.IP
Nursila Dewi, Psi, M,Sc
Mety Setiowati, SKM
REPORTER
Dra. Isti Ratnaningsih, MARS
Resty Kiantini, SKM, M.Kes.
Sri Wahyuni, S.Sos
Giri Inayah, S.Sos
FOTOGRAFER
Aji Muhawarman, ST
Wayang Mas Jendra, S.Sn
SEKRETARIAT
Agus Tarsono
Waspodo Purwanto
Sudirman
Hambali
Yan Zefrial
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi :
Suara Pembaca dan Daftar Isi ...
1-2
Laporan Utama :
1. Dari World Health Assembly
Menkes RI Berjuang untuk Keadilan, Transparansi dan Kesetaraan ...
4-8
2. Kelambu Dipasang, Malaria Hilang ...
9
3.
Public Wing RSCM
Memanjakan Pasien dengan Layanan Berkualitas ...
10-11
4. Mengedalikan Infeksi, Menyelamatkan Pasien ...
12-13
5. Menghajar Virus Dari Negeri China ...
14
6. Tata laksana penyakit tangan, kaki dan mulut ...
15
Berita Terkini :
1. Pentingnya Intervensi Terpadu dengan Sanitasi ...
16-18
2. Agar Rokok Tak Merusak Tubuh ...
19-21
3. Si Putih bergizi Lebih ...
22-23
4. RUU Rumah Sakit Agar Si Miskin Tak Semakin Sakit ...
24-25
5. Kangoshi di Matahari Terbit ...
26-28
6. Berbakti sampai ke luar negeri ...
29-31
7. Menerabas belantara tanpa celah ...
32-35
8. Demi jiwa yang terganggu ...
36-37
Ragam :
1. Kota Waringin Timur
Sehat Dana, Sehat Raga ...
38-40
2. RS dr. Murjani, Sampit. Indahnya Rumah Kedua ...
41-43
3. Modal KTP untuk Layanan Cepat dan Gratis ...
44-45
4. Poskestren Sabilal Muhtadin Pertama di Kalimantan Tengah ...
46-47
5. Arisan WC Ala Muslikhul Amin ...
48
6. Ulama Madura akhirnya setuju imunisasi ...
49-50
Kolom :
Merokok = ……..? ...
51
Wawancara :
Kita Belum Maksimal Menyusun Perencanaan Berdasarkan Evidence base ...
52-55
Riset :
Mngenal Penyakit Liver ...
56
Mengenal Penyakit Arthritis Gout ...
57
Pelita Hati :
Med!akom|Edisi XII|Juni 2008 |
Penyakit gout
adalah salah satu tipe
dari arthristis (rematik) yang
dise-babkan terlalu banyaknya atau tidak
normalnya kadar asam urat di dalam
tubuh karena tubuh tidak bisa
meng-sekresikan asam urat secara normal/
seimbang.
Kadar asam urat yang normal pada
pria: 7mg/dl sedang pada wanita di
bawah 6 mg/dl.
Gout yang populer sebagai penyakit
asam urat ini, bila keabnormalan asam
urat yang telah lanjut dan parah bisa
menyebabkan penderitanya
mengala-mi
nyeri yang hebat pada sendinya
.
Gout sering terjadi pada mata kaki,
lu-tut, pergelangan tangan dan siku.
Penimbunan asam urat ini terjadi
kare-na banyaknya seseorang
mengkom-sumsi makanan yang mengandung
purin dan kurang minum.
Arthritis Gout
Adalah suatu proses inlamasi
(pem-bengkakan yang terjadi karena
de-posisi, deposit/timbunan kristal asam
urat pada jaringan sekitar sendi atau
toi.
Gout juga merupakan istilah yang
dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai dengan
me-ningkatnya konsentrasi asam urat.
Masalah akan timbul bila terbentuk
kristal-kristal dari monosodium urat
monohidrat pada sendi-sendi dan
ja-ringan sekitarnya. Kristal-kristal
ber-bentuk jarum inilah yang
mengaki-batkan reaksi peradangan/inlamasi,
yang bila berlanjut akan
mengaki-batkan nyeri hebat. Jika tidak diobati,
endapan kristal ini akan menyebabkan
kerusakan hebat pada sendi dan
jarin-gan lunak.
Gambaran Klinis
:
Tahap I : hiperurisemia asimtomatik
belum menunjukan gejala selain
pen-ingkatan asam urat serum
Tahap II : arthritis gout akut
terjadi pembengkakan mendadak dan
nyeri luar biasa, sendi-sendi lain dapat
terserang termasuk sendi jari-jari
gan, lutut mata kaki, pergelangan
tan-gan dan siku
Tahap III : intercritical
Tahap IV : gout kronis
Apakah sebetulnya asam urat
:
Asam urat adalah hasil produksi oleh
tubuh, merupakan hasil akhir
metabo-lisme purin. Purin adalah protein yang
termasuk golongan nukleo protein.
Purin didapat dari makananselain itu
juga berasal dari penghancuran sel-sel
tubuh yang sudah tua.
Pembuatan atau sintesis purin juga
bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari
bahan-bahan seperti: CO2, glutamine,
glisin, asam aspartat dan asam folat.
Diduga hasil metabolisme purin
di-angkut ke hati, lalu mengalami
oksi-dasi menjadi asam urat, dan kelebihan
asam urat dibuang melalui ginjal lewat
urine dan usus.
Penyebab tingginya asam urat dalam
darah hingga terjadi hiperurisemia
ada beberapa yaitu:
Produki asam urat dalam tubuh
me-ningkat disebabkan oleh
:
- adanya gangguan metabolisme
pu-rin bawaan
- kelainan pembawa sifat atau gen
- kelebihan mengkomsumsi makan
berkadar purin tinggi seperti:
daging, jeroan, kepiting, kerang,
keju, kacang tanah, bayam, bucis.
- penyakit seperti: leukemia (kanker
sel darah putih), kemoterapi,
ra-dioterapi
Pembuangan
asam
urat
sangat
berkurang bisa disebabkan antara
lain:
- minum obat tertentu (anti
TB/pirz-inamid, diuretic, salisilat)
- dalam keadaan kelaparan/ puasa,
diet yang terlalu ketat
- keracunan
- olah raga terlalu berat
- meningkatnya kadar kalsium
da-rah akibat penyakit hiperparatiroid,
mungkin juga hipertiroid
- hipertensi
- gagal ginjal
Penyebab lainnya yang menyebabkan
tingginya kadar asam urat dalam
da-rah / hiperurisemia:
- ras dan kegemukan / obesitas.
Makanan yang banyak mengandung
purin:
Jeroan, bayam, mentga, durian,
dag-ing, makanan laut, melinjo / empdag-ing,
jengkol, petai, tape, sarden, santan,
alpukat, gorengan, akohol
Penatalaksanaan gout:
- diet
- pengobatan
- pencegahan
Pengobatan
Untuk hiperurisemia: allopurinol
Untuk arthritis gout: kolkisin, Obat
Anti Inlamasi Non Steroid (AOINS),
kortikosteroid, dan kompres.
Pengobatan tradisionil:
- daun salam
- sirsak
- buah pare
- apel malang
Pencegahan:
Menghindari menkomsumsi makanan
berkadar purin tinggi secara
berlebi-han
Tidak meminum alkohol
Mengurangi kegemukan
Dra. Misnadiarly. AS. APU
Puslitbang Biomedis Dan Farmasi, Badan Litbangkes
RISET
MENGENAL PENYAKIT
K
etua Majelis Ulama
Indo-nesia (MUI) Jawa Timur
KH Abdussomad Buchori
mengatakan,
setelah
dilakukan
pemaparan tentang akibat
kurang-nya imunisasi dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), MCCI dan
MUI akhirnya para ulama itu
sepak-at untuk menerima imunisasi.
“Seperti yang difatwakan MUI,
dis-epakati untuk menyatakan bahwa
menjaga kesehatan bayi adalah
se-buah hajah (kebutuhan) dan
peng-gunaan vaksin dalam imunisasi
yang dinilai tidak sesuai dengan
hu-kum Islam adalah darurat, sehingga
diperbolehkan sampai ada obat
dan proses yang benar-benar halal”,
kata Abdussomad.
Kesepakatan bahwa imunisasi halal
dihasilkan dalam kegiatan
Mudza-karoh Imunisasi Ulama se Madura di
Hotel Trunojoyo, Sampang, Madura
tanggal 27 Mei 2008, kata
Abdusso-mad Buchori.
Mudzakaroh atau refleksi itu
di-hadiri perwakilan ulama, pengurus
Aisiyah, Fatayat dan Muslimat NU se
Madura. Selain menyatakan
meneri-ma, para ulama juga menyatakan
program imunisasi merupakan
se-buah kebutuhan yang harus
dilaku-kan untuk menjaga kesehatan bayi.
Mereka juga meminta agar program
tersebut disosialisasikan kepada
masyarakat Madura tentang
pent-ingnya imunisasi.
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
melalui Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur didukung Millenium
Challenge Corporation Indonesia
(MCCI/IP) menyelenggarakan
rang-kaian program untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas layanan
imu-nisasi di seluruh wilayah kabupaten
di Pulau Madura. Program yang
di-beri nama Gebyar Imunisasi Madura
(GIM), merupakan rangkaian
keg-iatan yang bersifat generik maupun
lokal spesifik dilaksanakan
seren-tak ber-kesinambungan sepanjang
tahun 2008. Secara khusus, GIM
juga menjadi bagian upaya
pent-ing dalam mengatasi potensi
mun-culnya masalah penyakit menular
yang dapat dicegah dengan
imu-nisasi (PD3I) karena sejak lama
sela-lu menjadi masalah khas di Propinsi
Jawa Timur.
Kegiatannya antara lain berupa :
Mudzakaroh Imunisasi bagi Ulama
Madura, Pemasangan materi
ko-munikasi (KIE) tentang pentingnya
Imunisasi dengan menggunakan
bahasa lokal (Madura) seperti pada
Baliho, poster dan media penyiaran/
penyuluhan melalui radio dan
me-dia lokal yang menggunakan ikon
dan bahasa setempat.
Selain itu, rangkaian acara pelatihan
dan penyegaran kader Posyandu,
pengelolaan vaksin dan pelatihan
bidan dilaksanakan dalam kerangka
penguatan kualitas layanan. Dari sisi
komunikasi dan advokasi
pengua-tan partisipasi para partner dalam
gerakan imunisasi yang tergabung
dalam Forum Imunisasi juga
digal-akkan. Pertemuan advokasi dan
ULAMA MADURA AKHIRNYA SETUJU IMUNISASI
RAGAM
0|Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
review triwulanan, dilakukan
un-tuk melakukan sinergi penguatan
dalam pencapaian target program.
Dan dalam upaya ini para
pimpi-nan daerah dan tokoh diajak secara
bersama untuk memberi dukungan
penuh terhadap program ini.
Pemerintah daerah melalui
Bupa-ti/Walikota telah didorong untuk
meresmikan dukungan Forum
Imu-nisasi di daerahnya melalui
pener-bitan SK (Surat Keputusan) yang
diharapkan pada akhirnya Pemda
se-tempat dapat mendukung program
imunisasi dengan dukungan dana
APBD-nya. Sedangkan di dalam
Fo-rum Imunisasi seluruh tokoh lintas
sektor berupaya melakukan
pen-guatan peran anggotanya dengan
berbagai program untuk
peningka-tan cakupan dan kualitas layanan
Imunisasi dari tingkat provinsi,
ka-bupaten hingga ke desa.
Keberhasilan program imunisasi di
pulau Madura, memberikan andil
yang cukup signifikan bagi
pening-katan kesehatan di Provinsi Jawa
Timur umumnya, karena jumlah
bayi di pulau Madura mencapai
10,17% dari total bayi di Provinsi
Jawa Timur, dan tercatat sering
ditemukan kasus penyakit PD3I.
Dari data tahun 2007 diketahui
bah-wa 16,6% kasus campak di Provinsi
Jawa Timur terjadi di Madura. Tak
hanya itu, 28,5% kasus diphteri dan
33,3% kasus Tetanus Neonatus di
Provinsi Jawa Timur berada di pulau
Madura.
Salah satu komponen penting dalam
peningkatan program imunisasi di
Madura adalah keterlibatan ulama
dalam penyampaian pesan
menge-nai penting dan amannya program
imunisasi yang sering mengalami
hambatan di wilayah berpenduduk
muslim ini.
Oleh karena itu ”Mudzakaroh
Imu-nisasi bagi Alim Ulama se-Madura”
yang dilaksanakan di Sampang 27
Mei 2008 merupakan salah satu
langkah penting dalam rangkaian
program Gebyar Imunisasi di
Mad-ura. Acara ini telah didahului
den-gan pertemuan Ulama pada
tang-gal 30 April 2008 lalu di Surabaya
yang diprakarsai MUI Jawa Timur
dengan mengundang unsur ulama
dari Majelis Ulama Kabupaten
se-Madura.
Selanjutnya, berbagai program
ber-kesinambungan akan berlangsung
dalam satu agenda sepanjang
ta-hun 2008 menyusul pelaksanaan
Mudzakaroh Imunisasi bagi Alim
Ulama se-Madura di Sampang.
Aktivitas penguatan program
imu-nisasi ini diharapkan mendapatkan
dukungan penuh dari berbagai
pi-hak, utamanya Pemerintah Daerah,
Para Tokoh, Ulama, dan khususnya
kalangan Pers (jurnalis) untuk dapat
memberikan penguatan pesan akan
pentingnya
pemberian
layanan
imunisasi dasar lengkap (7 antigen :
BCG, DPT, Polio, Campak dan
Hepa-titis B) secara GRATIS di Posyandu,
Puskesmas atau sarana pelayanan
kesehatan yang ada bagi anak-anak
sebelum usianya mencapai 1 tahun.
Semua upaya itu diharapkan akan
memberikan hasil yang maksimal
bagi peningkatan program
imu-nisasi yang akan menjaga dan
me-nyelamatkan anak-anak dari
penya-kit berbahaya yang dapat dicegah
dengan imunisasi. (Smd)
RAGAM
S
ungai yang mengalir
di desa Samuda Besar,
Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten
Kotawaringin
Timur penuh dengan
rumah-rumah kecil berdinding
ka-rung goni. Nyaris sepanjang
jalan desa, bangunan
ber-bentuk kotak tanpa atap itu
berjejer.
Di tempat itulah, warga
mem-buang hajat. Harapanya,
ko-toran akan mengalir bersama
air menuju laut.
Ternyata, harapan tinggallah
harapan. Ketika air laut
pas-ang, kotoran mengapung tak
bergerak. Padahal air tersebut
juga digunakan untuk mandi
dan mencuci.
Sudah lama Muslikhul Amin
gundah melihat kondisi
ti-dak sehat tersebut. Ketika ia
menjabat kepala desa awal
tahun 2008 ini, program
per-tamanya adalah
menghilan-gkan kebiasaan buang air di
kali. Gebrakannya terkendala
penghasilan warga yang
ren-dah, hanya Rp 500.000 – Rp
750.000 per bulan.
Tapi, Muslikhul tak mau kalah
oleh kemiskinan. Ia
meng-gagas kegiatan arisan untuk
membuat WC. Targetnya
war-ga harus memiliki WC
send-iri. Bersama staf Puskesmas
Desa Samuda, drg Ari
Wijay-anto, M.Kes,
M u s l i k h u l
menelorkan
p r o g r a m
menuju
se-hat. Warga
diajak
men-g u r a n men-g i
k o n s u m s i
rokok, dan
u a n g n y a
d i t a b u n g
untuk
aris-an. Sayang,
upaya ini gagal, sebab para
pria menolak mengurangi
ro-kok.
Muslikhul tak putus asa. Ia
mengumpulkan
para
ibu
rumah tangga lewat
maje-lis taklim. Ternyata, lewat
ibu rumah tangga, iuran Rp
10.000 per dua pekan bisa
terlaksana. Arisan terus
ber-gulir, kini sudah ada 12 WC
yang berdiri lewat dana
ari-san. Kepemilikan WC menular
ke seluruh warga, 23
keluar-ga membuat secara mandiri.
Hanya beberapa bulan saja,
kebiasaan nongkrong di
ping-gir kali, hampir hilang.
Padahal awalnya, dari 1.546
penduduk Desa Samuda
Be-sar, hanya 13 persen yang
mempunyai WC. Kini air
sun-gai tetap merah oleh getah
akar pasak bumi, tetapi
ko-toran sudah tak ada, sehingga
bisa digunakan untuk mandi.
Sementara untuk air minum,
warga bergantung kepada
curah hujan.
ARISAN WC ALA MUSLIKHUL AMIN
WC milik Muslikhul Amin, Kepala Desa Samuda Besar Kotim
RAGAM
0|Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
Public Wing RSCM
Memanjakan Pasien dengan Layanan Berkualitas
Pasien rawat inap yang berobat di
Rumah Sakit Cipto Mangkunkusumo,
semakin termanjakan. Gedung Rawat
Inap Terpadu A (Public Wing) yang
dir-esmikan Presiden menjadi unit rawat
inap terbesar di Indonesia. Gedung
megah juga diikuti dengan
perubah-an budaya tenaga medis, paramedis,
serta tenaga admisnitrasi, yang akan
menjadikan pelayanan kesehatan
berorientas patient centered.
Public Wing merupakan integrasi
9 bagian di RSCM, yaitu Kebidanan
dan Kandungan, Bedah, Bedah Saraf,
THT, Penyakit Dalam, Anestesi, Mata,
Kulit dan Kelamin, dan Geriatri.
Ban-gunan yang terdiri dari 8 lantai itu,
memuat 169 kamar rawat, dengan
total kapasitas 900 tempat tidur.
Pembangunan
Public
Wing
menghabiskan dana Rp 123 Milyar
yang diambil dari dana APBN tahun
2006 dan 2007 dan dana PBNP-BLU
RSCM. Meski menghabiskan dana
besar, Presiden memuji
pembangu-nan gedung ini, sebab produktif dan
bisa dinikmati masyarakat kecil.
“Bi-aya pembangunan sebesar Rp 123
M, saya anggap biaya yang memang
perlu dikeluarkan. Kita tentu ingin
meningkatkan kualitas RS di seluruh
Tanah Air,” kata Presiden.
Menurut Presiden, anggaran di
bidang kesehatan dari tahun ke
ta-hun terus meningkat. Pemerintah
bersama DPR berjanji akan terus
me-ningkatkan anggaran kesehatan.
Ta-hun 2005, anggaran kesehatan
ber-jumlah Rp 11,76 Trilyun, lalu tahun
2006 meningkat menjadi Rp 16,39
Trilyun. Tahun 2007 meningkat
pe-sat hampir dua kali lipat menjadi Rp
22,13 Trilyun. Tahun 2008, meski ada
persoalan ekonomi dunia, yang
ber-dampak pada beban APBN, anggaran
kesehatan juga tetap naik.
Dalam peresmian itu, Presiden
lalu bercerita tentang kunjungannya
ke pelosok dalam masa jabatannya
yang sudah 3,5 tahun lebih. “Saya
berkunjung ke berbagai pelosok
daerah melihat langsung kondisi
ma-syarakat kita dari aspek kesehatan,
melihat fasilitas kesehatan yang kita
bangun dan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter dan
para-medis yang semuanya berjuang
un-tuk meningkatkan kesehatan kita.”
Menurut Presiden, kebijakan dan
strategi pembangunan kesehatan
bertujuan meningkatkan kualitas
ke-sehatan masyarakat, dengan layanan
yang semakin murah, gratis bagi yang
miskin, serta mudah dijangkau bagi
semua. Presiden bertekad
menjadi-kan pembangunan kesehatan dalam
prioritas tinggi dan menjadi agenda
utama di negara ini.
Salah satu caranya,
pengemban-gan dan peningkatan fasilitas dan
pelayanan kesehatan pada tingkat
masyarakat di pusat dan daerah,
khususnya pada masyarakat kurang
mampu. Pemerintah juga
merevital-isasi program-program kesehatan
yang pada masa reformasi ini tidak
aktif lagi, seperti pelaksanaan PIN,
ak-tivitas Posyandu, Pos KB, dan lain-lain.
“Program itu relevan dan baik, jangan
karena pergantian kepemimpinan
politik, program yang baik tidak kita
lanjutkan,” kata Presiden.
Program KB, Posyandu, dan PIN
memang menjadi ikon Orde Baru
yang sempat kehilangan greget
saat memasuki era reformasi. Tetapi
menurut Presiden, program di masa
lalu sejak pemerintahan presiden
Soekarno, Habibie, Soeharto, Gus
Dur, Megawati yang masih tetap
rel-evan akan terus dilanjutkan.
Presiden juga menyoroti gizi
bu-ruk dan penyakit menular. Presiden
menginstruksikan penanggulangan
malaria, TB, HIV/AIDS, DB, dan lu
burung. Saat ini pemerintah
menel-urkan program “Save Papua” model
terpadu memprioritaskan
penang-gulangan HIV/AIDS, TB, dan Malaria
di provinsi Papua, dengan anggaran
Rp 765 Milyar.
Budaya Tenaga Medis
Tak hanya gedung megah.
peres-mian ruang rawat inap terbesar di
Indonesia itu juga menandai
peruba-han budaya tenaga paramedis.
Tena-ga medis, paramedis, serta tenaTena-ga
admisnitrasi yang cepat tanggap dan
bertanggungjawab, akan
menjadi-kan pelayanan kesehatan
menguta-makan kepentingan pasien (patient
centered). Data berbasis teknologi
in-formasi juga akan mendorong pasien
yang berobat, menjadi lebih peduli
akan kesehatan dengan
menguta-makan pencegahan dan penyuluhan
kesehatan mandiri sebelum sakit.
Presiden meminta tenaga medis,
tidak membeda-bedakan pelayanan
terhadap pasien mampu dan orang
miskin. Selama ini hampir 70% pasien
RSCM berasal dari kelompok sosial
ekonomi menengah ke bawah. Tahun
2007, RSCM telah melayani sekitar
116.928 pasien rawat jalan dan 18.710
pasien rawat inap dari kelompok
eko-nomi kurang sejahtera, yang dijamin
oleh Jamkesmas Nasional ataupun
Jamkesmas DKI (Gakin dan SKTM).
Peresmian gedung baru Public
Wing RSCM membuat semua pasien
terindikasi medik untuk rawat inap,
berhak dirawat. Masyarakat tidak
Presiden SBY menandatangani perangko Hari Malaria Sedunia
Gedung rawat inap IRNA RSCM
mampu yang memegang kartu
Ask-eskin dan SKTM, akan difasilitasi oleh
para petugas yang tergabung dalam
supporting group manajemen.
Pelay-anan rawat inap dengan peralatan
dan fasilitas modern dalam satu atap
membuat seluruh kebutuhan pasien
dapat dilayani dengan baik.
RSCM berdiri sejak
tahun 1919, dan
merupakan
R
S
pertama dan tertua di Indonesia. Saat
ini memiliki 1500 tempat tidur (TT),
124 di antaranya khusus untuk pasien
anak yang berlokasi di gedung Unit
Pelayanan Terpadu Kesehatan Anak.
251 TT untuk pasien dewasa VIP, 348
TT untuk pasien kelas 2, 78 TT untuk
pasien khusus (ICU, ICCU, NICU),
si-sanya untuk pasien kelas 3.
Sesuai fungsinya sebagai RS
ruju-kan nasional, RSCM menerima pasien
dari luar kota. Oleh karena itu di RS
ini tersedia fasilitas rumah singgah
berkapasitas 84 tempat tidur dengan
tarif yang relatif terjangkau. Selain
bersih dan nyaman, fasilitas ini juga
dilengkapi fasilitas pendukung yang
kerap diperlukan pengunjung seperti
pusat makanan serba ada dan mini
market.
Meski usianya tua, RSCM terus
berupaya memodernisasi diri,
menu-ju standard internasional. Presiden
mengimbau perlunya kerjasama
den-gan pihak swasta untuk membangun
gedung, sehingga APBN tidak dipakai
untuk sarana isik bangunan,
melain-kan untuk pembangunan kesehatan
bagi masyarakat. (gi)
2|Med!akom|Edisi XII|Juni 2008
I
bu dan anak yang sehat, akanmeng-hasilkan generasi yang berkualitas. Peningkatan kesehatan, serta menu-runkan angka kematian ibu dan anak menjadi masalah dunia. Badan Kesehat-an Dunia (WHO) menjadikKesehat-an masalah ibu dan anak sebagai target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). “Depkes memprioritaskan pencapaian kesehatan ibu dan anak,” kata Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran De-partemen Kesehatan, dr. Madiono, MPH.
Bagaimana mencapai tujuan itu, agar tidak menjadi angan-angan semata. Depkes mematok 5 kriteria perenca-naan, antara lain tujuan yang akan di-capai, dan integrasi aspek perencanaan sampai evaluasi. Bagaimana perenca-naan program kesehatan Depkes, beri-kut perbincangan MEDIAKOM dengan dr. Mardiono:
Apa saja pendekatan yang dilakukan dalam perencanaan kesehatan?
Perencanaan itu pendekatannya ada tiga pilar. Pilar pertama, jangka menen-gah. Aini untuk perencanaan dari tahun ke tahun. Untuk ini kita mempunyai dua rambu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Ren-cana strategis Renstra. Tahun 2009 meru-pakan tahun terakhir yang ditetapkan mengukur kinerja berdasarkan ukuran tersebut. Pilar kedua, anggaran terpadu. Artinya kegiatan harus terintegrasi dan sesuai dengan tujuan pokok organisasi (tupoksi) nya. Tujuan utama dari rambu ini adalah eisiensi penggunaan ang-garan. Lalu pilar terakhir, penggang-garan berbasis kinerja, artinya pertang-gungjawaban penggunaan uang harus menghasilkan output terukur.
Apakah pilar-pilar itu juga berlaku dalam proses pelaksanaan?
Dalam proses pelaksanaan ada lima pendekatan. Pendekatan politik, tek-nokratik, pemberdayaan, top-down, dan bottom-up. Pendekatan politik itu adalah
janji-janji pimpinan presiden atau men-tri yang dituangkan dalam RPJMN atau renstra. Pendekatan teknokratik adalah pendekatan berdasarkan teknologi yang aplikatif, dapat dilaksanakan. Tapi ka-lau tidak aplikatif jangan dilaksanakan. Pemberdayaan, mengupayakan pusat dan daerah mengupayakan masyarakat berdasarkan kemampuan. Top-down, pendekatan pusat dalam menggunakan uang dengan memberikan rambu-ram-bu atau menu untuk mencapai indikator yang diharapkan. Sedang bottom-up, daerah menerjemahkan aktivitas secara detil untuk mencapai indikator yang telah digariskan oleh pusat.
Terkait sumber dana APBN, maka peng-gunaannya untuk kegiatan tupoksi de-partemen, sedangkan tupoksi daerah harus menggunakan pendanaan APBD. Khusus untuk daerah yang tidak mam-pu, akan mendapat dukungan dana APBN perimbangan, yang disebut Dana Alokasi Khusus (DAK).
Apa prioritas program kesehatan
Depkes?
Prioritas dalam program Depkes, men-gacu kepada kesepakatan Badan Kes-ehatan Dunia (WHO). Pertama kita fokus pada pencapaian MDGs nomor 4,5 dan 6. Nomor 4 terkait dengan pencapaian kesehatan ibu khususnya penurunan angka kematian ibu. Sedangkan nomor 5 untuk kesehatan anak, khususnya percepatan penurunan angka kema-tian bayi dan anak umur di bawah 5 ta-hun. Khusus nomor 6 untuk percepatan penurunan angka kesakitan dan kema-tian akibat penyakit menular. Penyakit menular itu, malaria, HIV/AIDS, TBC, de-mam berdarah, dan lu burung. Itu tar-get global. Ada pula pencapaian yang tercantum dalam renstra antara lain: pencapaian Desa Siaga, penempatan tenaga kesehatan profesional di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan, peningkatan akses dan kualitas pelay-anan kesehatan, khususnya kesehatan dasar, penguatan sistem surveilance atau pengamatan penyakit, mening-katkan perilaku hidup bersih dan sehat, perbaikan status gizi dan meningkatkan
“Kita belum Maksimal Menyusun Perencanaan
Berdasarkan Evidence Base”
WAWANCARAKepala Biro Perencanaan dan Anggaran Departemen Kesehatan
dr. Madiono, MPH
pembiayaan bidang kesehatan.
Untuk mencapai tujuan itu perlu angga-ran. Bagaimana mekanisme penetapan penganggaran?
Penetapan anggaran berawal dari peny-usunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Draft awal yang disusun oleh pusat, dikoordinir di Bappenas. Kemudian dis-empurnakan melalui Musyawarah Per-encanaan Pembangunan Nasional (Mus-renbangnas). Musyawarah perencanaan ini diawali dari tingkat kelurahan, keca-matan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional yang disebut musrenbangnas. Setelah RKP disempurnakan, kemudian secara simultan dirumuskan kebijakan pokok yang harus dilaksanakan departe-men disepakati dalam pertemuan Trilat-eral yaitu Departemen Keuangan (Dep-keu), Departemen Kesehatan (Depkes) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kemudian dokumen RKP ini dipakai se-bagai dasar penetapan pagu indikatif. Selanjutnya dibahas secara bersama dengan unsur legislatif melalui pemba-hasan perencanaan awal untuk mene-tapkan indikator/kegiatan yang akan direncanakan oleh departemen. Dalam pembahasan ini akan diketahui kegiatan apa saja yang akan direncanakan. Doku-men ini yang akan digunakan oleh DPR untuk menetapkan alokasi pagu tara. Dalam menetapkan pagu semen-tara departemen merumuskan kembali aktivitas dan pembiayaannya. Sementa-ra Depkeu dan DPR menghitung asumsi inal pengeluaran dan pendapatan neg-ara.
Setelah dihitung secara cermat baru ditetapkan alokasi pagu deinitif setiap departemen. Berikutnya Departemen Kesehatan membahas kembali dengan mitranya di DPR Komisi IX tentang peng-gunaan pagu deinitif. Menetapkan berapa besaran alokasi anggaran setiap program, pusat, daerah, dekon, tugas perbantuan. Setelah semua disepakati antara komisi IX dan Menteri Kesehat-an, baru ditandatangani sebagai alokasi anggaran tetap yang terurai atas berb-agai sumber pembiayaan, PHLN, Rupiah Murni, PNBP termasuk jenis belanjanya. Atas dasar kesepakatan ini, kemudian departemen teknis menyusun doku-men perencanaan dan penganggaran. Pertama harus menyelesaikan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RK-AKL) yaitu proses pembahasan dan
pedokumenan kegiatan per unit teknis dalam software perencanaan. RK-AKL ini kemudian dibahas dengan Depkeu khu-sus Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). Dalam pembahasan ini RK-AKL sudah harus dilengkapi dengan TOR atau pro-posal, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan data pendukung lainnya. Setelah melalui pembahasan yang teliti dan di-anggap selesai, maka dokumen RK-AKL ini sebagai dasar untuk menerbitkan Satuan Alokasi Per Satuan Kerja (SAPSK). Sampai disini penyusunan dokumen perencanaan selesai. Selanjutnya doku-men ini sebagai dasar penyusunan do-kumen anggaran yang akan di bahas pada Ditjen Perbendaharan yang dise-but DIPA (Daftar Isian pelaksanaan Ang-garan). Setelah DIPA ditetapkan, maka unit teknis segera menetapkan struktur pengguna anggaran mulai dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pembuat Komitmen (PK), Bendahara, Pemegang Uang Muka (PUM), panitia pengadaan dan perangkat lainnya. Unit teknis juga harus menerjemahkan DIPA menjadi POK (Petunjuk Operasional Kegiatan).
Bagaimana mengintegrasikan kegiatan antar unit?
Tugas Biro Perencanaan dan Anggaran sering disalah-tafsirkan, seolah-olah hanya mengawal perencanaan secara makro, sementara yang mikro di unit masing-masing. Kita mempunyai tugas melihat kebijakan mikro dikaitkan den-gan makro. Oleh sebab itu perlu
mem-bahas bersama keterkaitan kebijakan mikro dan makro. Berikutnya adalah mengintegrasikan kegiatan antar unit dan memberikan informasi kegiatan yang terkait pada unit lain. Kemudian untuk melihat unit sudah mengusulkan kegiatan sudah sesuai dengan tupoksi.
Apa saja hambatan dalam menyusun perencaan?
|Med!akom|Edisi XII|Juni 2008 perencanaan. Disamping itu juga dalam menyusun perencanaan terkadang kaku dan rinci. Sehingga ketika ada peruba-han, akan menjadi kesulitan dibelakang hari, karena harus melakukan revisi. Se-harusnya konsep perencanaan leksibel. Sehingga ketika ada perubahan ling-kungan, dapat dengan mudah menye-suaikan.
Bagaimana konsep sinergisme dapat terjadi?
Idealnya, masing-masing unit utama sa-ling mengundang dan membahas ber-sama konsep perencanaannya. Sebagai contoh konsep kesehatan ibu. Konsep itu sudah ada, tapi tidak dilaksanakan oleh unit teknis terkait. Sebab unit terkait ti-dak tahu, karena titi-dak pernah diundang untuk membahas bersama. Akibatnya indikator yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya tidak terlaksana. Oleh sebab itu masing-masing unit ha-rus aktif mengundang unit terkait lainya untuk membahas bersama konsep per-encanaannya. Dengan demikian, unit terkait lainya akan melaksanakan kewa-jibanya sesuai dengan target indikator yang telah ditetapkan sesuai tupoksi.
Apakah ada kendala terkait SDM bidang perencanaan?
Pada umumnya, unit teknis tidak mem-punyai SDM khusus perencana seperti di Biro Perencanaan dan Anggaran. Unit
teknis tidak mempunyai bidang yang bertanggung jawab penuh pada peren-canaan sepanjang tahun. Sebagian be-sar unit awal tahun sibuk dengan peren-canaan, tapi pada saat yang bersamaan juga sibuk dengan pelaksanaan. Den-gan kondisi demikian, proses perenca-naan berikutnya tidak maksimal, karena tenaga, pikiran dan waktunya terbagi untuk perencanaan dan sekaligus pelak-sanaan. Akibat berikutnya penyelesa-ian konsep dokumen perencanaan dan anggaran juga tidak maksimal, seperti penyelesaian TOR dan RAB, termasuk kegaiatan apa yang dilakukan pusat