• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di SMA Negeri 4 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di SMA Negeri 4 Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS

PROVOKATUS DI SMA NEGERI 4 MEDAN

TESIS MAGISTER

OLEH: HOTBIN PURBA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

dr.HENRY SALIM SIREGAR, SpOG.K

dr. IMAN HELMI EFFENDI, M.Ked(OG), SpOG.K

PEMBANDING:

dr. RISMAN F KABAN, M.Ked(OG), SpOG

Dr. dr. BINARWAN HALIM, M.Ked(OG), SpOG.K

dr. JOHNY MARPAUNG, M.Ked(OG), SpOG

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas

dan memenuhi salah satu syarat

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus, Tuhan Yang Maha

Kuasa, sebab bukan karena kuat dan gagah manusia, tetapi berkat kasih

dan karunia-Nya semata penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Magister

Kedokteran Klinik bidang kekhususan Obstetri dan Ginekologi. Sebagai

manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya

dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya

kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan bacaan khususnya tentang:

“ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di SMA Negeri 4 Medan”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H (CTM&H), SpA.(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Siregar, SpPD, KGEH,

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Program Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU

(5)

2. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Prof. Chairuddin P.

Lubis, DTM&H, SpA(K), dan Sekretaris Program Studi Magister

Kedokteran Klinik dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, SpGK, yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program

Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU Medan.

3. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG) SpOG.K, Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K, Ketua Program

Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M.

Rhiza Tala, M.Ked(OG), SpOG.K, Sekretaris Program Studi Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; yang telah

bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.

4. Terimakasih kepada dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K, selaku

pembimbing tesis saya, yang telah meluangkan waktu membimbing

saya dalam melakukan penelitian ini bersama dengan dr. Iman Helmi

Effendi, M.Ked(OG) SpOG.K selaku pembimbing kedua dalam

penelitian ini hingga selesai. Juga terima kasih kepada dr. Risman F

Kaban, M.Ked(OG), SpOG, Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG),

SpOG.K, dan dr. Johny Marpaung, M.Ked(OG), SpOG selaku

penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,

(6)

5. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Surya Dharma, MPH,

selaku pembimbing statistik yang telah banyak memberikan masukan

dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.

6. Terimakasih kepada dr. David Luther, M.Ked(OG), SpOG selaku

pembimbing Referat Magister saya yang berjudul “ Penanganan

Agenesis Vagina pada Sindroma MRKH dengan Vaginoplasti

Kolon Sigmoid”

7. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Magister Kedokteran Klinik

dan Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang

secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya

selama mengikuti program Magister Kedokteran Klinik. Semoga

Tuhan Yang Maha Pengasih membalas budi baik guru-guru saya

tersebut.

8. Kepada seluruh PPDS senior, teman seangkatan, dan junior saya,

baik yang pernah menjadi tim jaga maupun tim diskusi yang luar

biasa, saya ucapkan terima kasih atas ilmu, bimbingan, dan

persaudaraan yang begitu erat.

9. Kepada Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah, Ibu As, Mimi, Vina,

Anggi, Dewi, Yus, Ibu Mawan, Kak Nani dan semua pegawai di

lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSHAM dan RSPM,

terima kasih atas bantuannya selama ini.

10. Dokter muda, bidan, paramedik, karyawan/karyawati di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK USU, terimakasih atas bantuannya

(7)

Sembah sujud, hormat, dan terima kasih yang tidak terhingga saya

sampaikan kepada kedua orang tua saya yang tersayang dan terkasih,

Ayahanda M. Purba dan Ibunda M. Rajagukguk, yang telah

membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan

penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik

dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada

saya selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran ini. Seluruh tanda

gelar yang saya terima adalah bukti keberhasilan Ayahanda dan Ibunda.

Sembah sujud, hormat, dan terima kasih yang tidak terhingga juga

saya sampaikan kepada bapak mertua Ir. J. Rajagukguk dan ibu mertua

R.B. Sianturi (Alm) dan A. Pasaribu yang telah banyak membantu, mendoakan, dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya

selama mengikuti pendidikan ini.

Buat Istriku yang tercinta dan tersayang, Rotua Novel Yanti, AmKeb,

SKM yang mempunyai kesabaran dan kasih tanpa batas, kepada suami

yang memiliki banyak kekurangan, terima kasih yang tidak terhingga.

Semoga Tuhan memberkati kita dalam membesarkan anak-anak kita.

Kepada adik-adikku tercinta dan keluarga terima kasih atas bantuan,

dorongan semangat, dan doa yang telah diberikan selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat

saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun

(8)

Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita

semua.

Medan, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

...

………... i

vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ABSTRAK ... ……….... xii xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Abortus... 5

2.1.1 Definisi Abortus... 5

2.1.2 Etiologi Abortus... 6

2.1.3 Klasifikasi abortus ... 7

2.1.4 Manifestasi Klinis ... 10

2.1.5 Resiko dan Komplikasi Abortus ... 10

(10)

2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja ... 15

2.3 Perubahan Pandangan dan Prilaku Seksual... 16

2.4 Prilaku Seksual Remaja ... 19

2.5 Pengetahuan ………... 22

2.6 Sikap... 24

2.6.1 Pengertian Sikap ………... 2.6.2 Tingkatan Sikap ... 24 25 2.7 Kerangka Konsep... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1 Desain Penelitian... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.3 Populasi dan Sampel... 27

3.3.1 Populasi... 27

3.3.2 Sampel... 27

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 29

3.5 Batasan Operasional... 29

3.6 Alur Penelitian... 31

3.7 Cara kerja penelitian... 32

3.8 Pengolahan data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 4.1 Karakterisitik Responden... 34 34 4.2 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden tentang Abortus... 36

(11)

Seksual Pranikah... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan... 43

5.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik... 34

Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang

Abortus Provokatus ... 35

Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Aborsi ………... 36

Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Abortus Provokatus ………... 37

Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Tentang

Aborsi ………... 38

Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Abortus

Provokatus ... 39

Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah

Beresiko Yang Berkaitan Dengan Aborsi ... 40

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Siswa/I SMAN 4 Dengan Perilaku

Seksual Pranikah ………... 41

Tabel 4.9 Hubungan Sikap Siswa/I SMAN 4 Medan Dengan Perilaku

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Klasifikasi Abortus dengan gambar.……… 8

Gambar 2 Kategori Abortus ……….….. 9

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian ……… 26

(14)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

AKI : Angka Kematian Ibu

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

KSPK : Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

PKBI : Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia

USG : Ultrasonografi

PAS : Post Abortion Syndrome

RCOG : Royal College of Obstetrics and Gynaecology

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

UU : Undang – undang

KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan

(15)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS

DI SMA NEGERI 4 MEDAN

Hotbin Purba , Henry Salim Siregar, Iman Helmi Effendi,

Risman F. Kaban, Binarwan Halim, Johny Marpaung

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan:

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

terhadap perilaku seksual pranikah di SMA Negeri 4 Medan.

Metode:

Penelitian ini adalah suatu studi survey analitik dengan rancangan

potong lintang, bertempat di SMA Negeri 4 Medan dan dilaksanakan dari

bulan Desember 2013-Maret 2014. Cara pengambilan sampel dengan

metode

random sampling

. kemudian mengisi kuesioner dengan lengkap.

Pengetahuan

dikategorikan baik, sedang, dan kurang. Sikap dikategorikan

baik, sedang, dan kurang.Perilaku seksual pranikah dikategorikan sebagai

beresiko rendah dan beresiko tinggi. Data ditabulasi, dilakukan skoring, dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk menganalisa

hubungan antar variabel dilakukan uji

Chi square

namun bila tidak memenuhi

syarat dilanjutkan dengan uji

continuity correction

dengan derajat

kepercayaan 95%.

Hasil: dari 110 responden penelitian, siswa/i SMA Negeri IV Medan sebagian

besar berumur 16-17 tahun (70%) diikuti dengan umur 15 tahun (20,9%),

dengan jenis kelamin yang terbanyak dijumpai adalah perempuan (53,6%).

Tingkat pengetahuan terbanyak kategori sedang (51,8%) dan kategori kurang

(20,9%). Sumber informasi lebih banyak dari media televisi (64,5%). Sikap

terbanyak kategori baik (67,3%) dan yang terendah kategori sedang dan

kurang masing-masing 16,4%. Perilaku seksual pranikah para siswa/i

umumnya menunjukkan risiko rendah (97,3%). Hasil penelitian mendapatkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan

sikap siswa/i dengan perilaku seksual pranikah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dan sikap siswa/i dengan perilaku seksual pranikah.

Kata Kunci:

siswa, tingkat pengetahuan, sikap, perilaku seksual pranikah

(16)

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH

ADOLESCENTS’ BEHAVIOR ON ABORTUS PROVOCATUS

AT SMA NEGERI 4 MEDAN

Hotbin Purba , Henry Salim Siregar, Iman Helmi Effendi, Risman F. Kaban, Binarwan Halim, Johny Marpaung

Department of Obstetrics and Gynaecology Faculty of Medicine University of Sumatera Utara

ABSTRACT

Aim: To determine the relationship of adolescent level of knowledge and

attitude with premarital sexual behavior at SMA Negeri 4 Medan.

Metode: This study is an analytical survey with cross sectional design,

located in SMA Negeri 4 Medan, and scheduled from December 2013 to March 2014. With random sampling method, respondent were pleased to fill questionnaire completely. Knowledge dan attitude were categorized good, moderate, or bad. Practice of premerital sexual was categorized high risk or low risk. Data were tabulated, scored, and presented in distributive frequency’s table. To analyze relationship between variables,

Chi square test was chosen with 95% level of confidence.

Results: From 110 study respondents, it was mostly aged 16-17 years old

(70%) then 15 years old (20,9%). Majority was female (53,6%). Level of knowledge showed results most in moderate category (51,8%) dan only 20,9% in bad category. Majority information resources came from television (64,5%). Level of attitude showed results most in good category (67,3%) and only 16,4% in each moderate and bad category. Participants with low risk practice of premarital sexual behavior dominated (97,3%). This study showed no no significant relationship between knowledge and attitude with practice of premarital sexual behavior.

Conclusion: There is no significant relationship between knowledge and

attitude with practice of premarital sexual behavior.

(17)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS

DI SMA NEGERI 4 MEDAN

Hotbin Purba , Henry Salim Siregar, Iman Helmi Effendi,

Risman F. Kaban, Binarwan Halim, Johny Marpaung

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan:

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

terhadap perilaku seksual pranikah di SMA Negeri 4 Medan.

Metode:

Penelitian ini adalah suatu studi survey analitik dengan rancangan

potong lintang, bertempat di SMA Negeri 4 Medan dan dilaksanakan dari

bulan Desember 2013-Maret 2014. Cara pengambilan sampel dengan

metode

random sampling. kemudian mengisi kuesioner dengan lengkap.

Pengetahuan

dikategorikan baik, sedang, dan kurang. Sikap dikategorikan

baik, sedang, dan kurang.Perilaku seksual pranikah dikategorikan sebagai

beresiko rendah dan beresiko tinggi. Data ditabulasi, dilakukan skoring, dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk menganalisa

hubungan antar variabel dilakukan uji Chi square namun bila tidak memenuhi

syarat dilanjutkan dengan uji

continuity correction dengan derajat

kepercayaan 95%.

Hasil: dari 110 responden penelitian, siswa/i SMA Negeri IV Medan sebagian

besar berumur 16-17 tahun (70%) diikuti dengan umur 15 tahun (20,9%),

dengan jenis kelamin yang terbanyak dijumpai adalah perempuan (53,6%).

Tingkat pengetahuan terbanyak kategori sedang (51,8%) dan kategori kurang

(20,9%). Sumber informasi lebih banyak dari media televisi (64,5%). Sikap

terbanyak kategori baik (67,3%) dan yang terendah kategori sedang dan

kurang masing-masing 16,4%. Perilaku seksual pranikah para siswa/i

umumnya menunjukkan risiko rendah (97,3%). Hasil penelitian mendapatkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan

sikap siswa/i dengan perilaku seksual pranikah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dan sikap siswa/i dengan perilaku seksual pranikah.

Kata Kunci:

siswa, tingkat pengetahuan, sikap, perilaku seksual pranikah

(18)

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH

ADOLESCENTS’ BEHAVIOR ON ABORTUS PROVOCATUS

AT SMA NEGERI 4 MEDAN

Hotbin Purba , Henry Salim Siregar, Iman Helmi Effendi, Risman F. Kaban, Binarwan Halim, Johny Marpaung

Department of Obstetrics and Gynaecology Faculty of Medicine University of Sumatera Utara

ABSTRACT

Aim: To determine the relationship of adolescent level of knowledge and

attitude with premarital sexual behavior at SMA Negeri 4 Medan.

Metode: This study is an analytical survey with cross sectional design,

located in SMA Negeri 4 Medan, and scheduled from December 2013 to March 2014. With random sampling method, respondent were pleased to fill questionnaire completely. Knowledge dan attitude were categorized good, moderate, or bad. Practice of premerital sexual was categorized high risk or low risk. Data were tabulated, scored, and presented in distributive frequency’s table. To analyze relationship between variables, Chi square test was chosen with 95% level of confidence.

Results: From 110 study respondents, it was mostly aged 16-17 years old

(70%) then 15 years old (20,9%). Majority was female (53,6%). Level of knowledge showed results most in moderate category (51,8%) dan only 20,9% in bad category. Majority information resources came from television (64,5%). Level of attitude showed results most in good category (67,3%) and only 16,4% in each moderate and bad category. Participants with low risk practice of premarital sexual behavior dominated (97,3%). This study showed no no significant relationship between knowledge and attitude with practice of premarital sexual behavior.

Conclusion: There is no significant relationship between knowledge and

attitude with practice of premarital sexual behavior.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar.

Secara global, sekitar seperempat penduduk dunia adalah remaja,

sedangkan kelompok usia remaja (10-25 tahun) berjumlah hampir

separuh dari penduduk Indonesia. Remaja memiliki potensi yang

besar namun bila tidak cukup perhatian potensi tersebut dapat

berdampak buruk.1

Sejalan dengan perkembangan teknologi global semakin

mudah bagi remaja untuk mengakses berbagai informasi yang

dapat memancing remaja untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasan

yang tidak sehat sehingga pada akhirnya secara kumulatif akan

mengantarkan mereka pada perilaku seksual berisiko seperti

hubungan seks sebelum menikah, kehamilan yang tidak diinginkan,

abortus, serta peningkatan kejadian penyakit menular seksual.

Kondisi ini ada kaitan dengan kurang memadainya pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi.1, 2, 3

Menurut Pangkahila, sebagaimana dikutip oleh Ardiansyah,

sebanyak 60 persen abortus yang terjadi di Indonesia dilakukan

oleh remaja. Angka yang sedemikian tinggi ini bisa menjadi indikasi

adanya perubahan persepsi remaja terhadap masalah seks.

(20)

dengan masih banyaknya salah pengertian dan masih

dipercayanya beberapa mitos.1

Menurut data World Health Organization (WHO, 2000)

terdapat 15 % - 20 % kematian perempuan disebabkan oleh aborsi

yang tidak aman, dari 20 juta aborsi yang tidak aman yang

dilakukan setiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan yang

meninggal dunia.1, 2, 4, 6

Sementara itu Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) seperti yang diungkapkan

Ardiansyah memperkirakan ada 2,5 juta aborsi terjadi di Indonesia

atau separuh dari jumlah kelahiran di Indonesia pertahun1. Deputi

bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK)

BKKBN, Sudibyo Alimoesa, menyatakan bahwa 1-1,5 juta pelaku

aborsi itu adalah remaja, dimana tingkat aborsi pada remaja sulit

dilepaskan dengan maraknya seks bebas sebelum menikah.

Dengan seks bebas sebelum menikah menimbulkan kehamilan

yang tidak dikehendaki.1, 2, 5, 6

Data BKKBN tahun 2010 seperti yang diungkapkan

Ardiansyah menunjukkan 51 % remaja di Jabodetabek telah

melakukan seks pranikah. Dengan kata lain, dari 100 orang remaja,

51 orang sudah tidak perawan. Hal ini juga terjadi di sejumlah kota

besar di Indonesia seperti Surabaya 54 %, Bandung 47 %, dan di

(21)

Hubungan seks di luar nikah membawa cukup banyak

dampak negatif terutama bagi diri pelaku, mulai dari kemungkinan

tertular penyakit, hingga kehamilan di luar nikah yang tidak

dikehendaki. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan tingginya

angka aborsi pada remaja.7, 8 ,9 , 10, 11, 12

Remaja SMA dimana rentang usia berada pada 15-19 tahun.

Para siswi SMA tentu saja tidak luput dari arus informasi dan

dampak kemajuan teknologi yang semakin gencar. Tanpa adanya

pembekalan terhadap remaja mengenai pengetahuan dan sikap

terhadap informasi tersebut, hal ini akan meningkatkan peluang

terjerumusnya remaja kedalam pergaulan bebas yang dapat

berakhir dengan abortus provokatus.2,13

Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan

penelitian tentang pengetahuan, sikap terhadap perilaku remaja

mengenai abortus provokatus di SMA Negeri 4 Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan

permasalahan adalah : bagaimanakah hubungan tingkat

pengetahuan, sikap, terhadap perilaku remaja mengenai abortus

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap,

terhadap perilaku remaja mengenai abortus provokatus di SMA

Negeri 4 Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA

Negeri 4 Medan mengenai abortus provokatus.

2.Untuk mengetahui gambaran sikap siswa-siswi SMA

Negeri 4 Medan mengenai abortus provokatus.

3.Untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah

siswa-siswi yang berkaitan dengan abortus provokatus di

SMA Negeri 4 Medan.

4.Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

perilaku seksual pranikah di SMA Negeri 4 Medan.

5.Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus

2.1.1 Definisi Abortus

Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan

sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia

kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah

abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.14, 15, 16

Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang

usia/ berat lahir janin yang viabel ( yang mampu bertahan hidup di

luar kandungan ), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus

sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500

gram atau usia kehamilan 20 minggu.14, 15

Adapun istilah-istilah yang digunakan untuk membedakan

abortus:

1 Abortus spontan: apabila abortus terjadi tanpa perilaku mekanis

atau medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas

digunakan adalah keguguran (miscarriage).

2 Abortus terinduksi: adalah terminasi kehamilan secara medis

atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Termasuk

(24)

2.a Therapeutic abortion: terminasi kehamilan sebelum janin

mampu hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu.

2.b Eugenic abortion: terminasi yang dilakukan terhadap janin

yang cacat/malformasi berat.

2.c Elective abortion: interupsi kehamilan sebelum janin mampu

hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi

bukan atas alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan

ibu.15, 17

2.1.2. Etiologi Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8

minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan

monosomi X.

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang

sempurna;

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan

temabakau dan alcohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili

korialiskarena hipertensi menahun.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat,

(25)

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks

(untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,

mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.16,17

2.1.3 Klasifikasi abortus

Beberapa tipe abortus dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

A. Abortus spontan

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan

sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului

faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah. Dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

1. Abortus imminens, Abortus imminens adalah perdarahan

pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa

ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

2. Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya

dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian

hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

4.Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil

(26)

5. Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk

konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa

minggu.

6. Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut

berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang

mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan

berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Seorang wanita

menderita abortus rekuren/habitualis, apabila ia mengalami

abortus berturut-turut 3 kali atau lebih.15, 17

Gambar 1. Klasifikasi abortus dengan gambar

B. Abortus provokatus (terinduksi)

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang

sengaja dibuat/dilakukan. Pada umumnya bayi dianggap

belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan

belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang

dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi

(27)

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih

spesifik:

- Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis /

Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai

indikasi medik, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan

akan dapat membahayakan jiwa si ibu (berdasarkan

indikasi medis). Biasanya diperlukan persetujuan dari 2

sampai 3 orang dokter ahli. Di banyak negara, induksi

(terapetik) aborsi kini dianggap legal.

- Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja

dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Perilaku

ini sifatnya ilegal dan seringkali dilakukan secara

sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.15, 16

Gambar 2. Kategori Abortus

ABORTUS

ABORTUS SPONTANEUS

ABORTUS PROVOKATUS

ABORTUS PROVOCATUS

CRIMINALIS ABORTUS

(28)

2.1.4. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis abortus adalah:

• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

• Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak

lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah

normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat

dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya

jaringan hasil konsepsi

• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis,

sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi

uterus.14, 16, 17

2.1.5. Resiko dan komplikasi Abortus

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang

melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

2. Resiko gangguan psikologi. 18, 20, 21

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan

aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita

yaitu:

(29)

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar

kandungan.

4. Rahim yang robek (Uterine Perforation)

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations).

6. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi

(Ectopik Pregnancy).

7. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

8. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).19, 20

2. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki

resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang

wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat

hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.21, 22

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post

Abortion Syndrome” (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS.

Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions

Reported After Abortion” di dalam penerbitan The

Post-Abortion Review (1994).21, 22, 23

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan

aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

1. Kehilangan harga diri

(30)

3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

4. Ingin melakukan bunuh diri

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang

6. Tidak bisa menikmati lagi seksual

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang

melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang

tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.21, 24

2.1.6. Ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.

Abortus provokatus, adalah aborsi yang disengaja baik

dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Aborsi

provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai

dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu

proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi

kesempatan untuk bertumbuh. Menurut Fact Abortion, Info Kit

on Women’s Health oleh Institute For Social, Studies anda

Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi

didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah

tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus),

sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.” Aborsi yang

dilakukan secara sengaja (abortus provocatus) ini terbagi

(31)

a. Abortus provocatus medicinalis.

Adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar

indikasi medis, yaitu apabila perilaku aborsi tidak diambil

akan membahayakan jiwa ibu. Abortus provokatus

medisinalis / artificialis / therapeuticus adalah aborsi yang

dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia yang

dimaksud dengan indikasi medis adalah demi

menyelamatkan nyawa ibu. Adapun syarat-syarat yang

ditentukan sebagai indikasi medis adalah:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian

dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang

dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai

dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain,

agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau

suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/

peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.24, 25

b. Abortus provocatus criminalis.

Adalah aborsi yang terjadi oleh karena

(32)

medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam

rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan

seksual di luar perkawinan. Secara umum pengertian

abortus provokatus criminalis adalah suatu kelahiran dini

sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar

kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah

tidak bernyawa lagi.23, 24, 25

Sedangkan secara yuridis abortus provokatus

criminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum

hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur

bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam

keadaan mati atau hidup. Bertolak pada pengertian di

atas, dapatlah diketahui bahwa pada abortus provocatus

ini ada unsur kesengajaan. Artinya, suatu perbuatan atau

perilaku yang dilakukan agar kandungan lahir sebelum

tiba waktunya. Menurut kebiasaan maka bayi dalam

kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka

waktu 9 bulan 10 hari. Hanya dalam hal tertentu saja

seorang bayi dalam kandungan dapat lahir pada saat usia

kandungan baru mencapai 7 bulan ataupun 8

(33)

2.2. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-

anak dan masa dewasa. Orang menyebut masa remaja sebagai

masa yang paling indah. Tetapi berlawanan dengan itu, orang

menyebutkan juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan

dan kerawanan ini muncul karena pada masa remaja terjadi

sesuatu yang baru., yaitu perubahan-perubahan fisik dan psikis.

Secara fisik, perubahan yang nyata ialah pertumbuhan

tulang dan perkembangan alat kelamin serta tanda-tanda seksual

sekunder seks, baik pada laki-laki maupun perempuan. Hormon

seks yang penting ialah testosteron, estrogen dan progesteron.

Pada perempuan, tanda fisik yang pertama menunjukkan

perkembangan seksual ialah perkembangan payudara.

Perkembangan ini diikuti oleh tumbuhnya rambut dibagian pubis

dan disekital alat kelamin, dan terjadinya menstruasi.

Seiiring dengan itu, alat-alat kelamin perempuan, baik yang

bagian luar maupun bagian dalam juga berkembang menjadi

sempurna. Alat kelamin bagian luar terdiri dari labia mayora (bibir

besar), labia minora (bibir kecil) dan klitoris. Sedangkan alat

kelamin bagian dalam terdiri dari vagina yang dibagian lubang

luarnya mempunyai hymen (selaput darah), rahim, dua saluran

telur dan dua indung telur. Gangguan perkembangan

(34)

Setelah itu anak memasuki masa remaja. Secara psikis,

perubahan yang terjadi pada remaja ialah munculnya dorongan

seksual,perasaan cinta dan tertarik kepada lawan jenisnya.

Perasaan-persaan ini juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

hormon testosteron yang berpenngaruh besar pada seksualitas

manusia.

Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja

menimbulkan berbagai bentuk ekspresi seksualitas, yaitu

masturbasi, nocturnal orgasme, percumbuan, dan hubungan

seksual baik secara homoseksual maupun heteroseksual. 27, 28

2.3. PERUBAHAN PANDANGAN DAN PRILAKU SEKSUAL

Tidak dapat disangkal lagi bahwa telah terjadi perubahan

pandangan dan perilaku seksual masyarakat , khususnya remaja.

Hubungan ini tampak semakin muncul ke permukaan sejak satu

dekade terakhir ini. Beberapa penelitian di beberapa kota , dengan

kuat menunjukkan adanya perubahan tersebut. Hasil penelitian ini

kemudian didukung pula oleh data klinik yang tidak dapat

disangkal kebenarannya. 27, 28

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan

pandangan dan prerilaku seksual tersebut yaitu :

1. Pengawasan dan perhatian dan keluarga yang semakin

(35)

2. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas,

sementara orang tua mengijinkan.

3. Lingkungan yang semakin permisif.

4. Semakin banyak hal-hal yang memberikan rangsangan

seksual yang sangat mudah dijumpai.

5. Fasilitas yang mendukung untuk itu, yang sering kali

diberikan oleh keluarga hasil sendiri tanpa disadari.

Perubahan pandangan yang kemudian mempengaruhi

seksual, tampak dalam masa pacaran. Masa pacaran tidak lagi

dianggap sebagai masa untuk saling megenal atau memupuk

saling pengertian, melainkan telah diartikan terlalu jauh sehingga

seakan-akan menjadi masa untuk “ belajar melakukan aktifitas

seksual dengan lawan jenis “ .27

Kenyataan ini ditunjukkan juga oleh beberapa hasil

penelitian. Aktivitas seksual yang dilakukan pada masa pacaran

bervariasi pada setiap individu, tergantung pada sejauh mana

perubahan pandangan yang terjadi dan sejauh mana yang

bersangkutan takut terhadap akibat yang terjadi. 27,28

Beberapa aktivitas seksual yang dilakukan ialah :

• Ciuman ringan

• Ciuman “maut”

• Saling masturbasi

(36)

• Hampir hubungan seksual

• Hubungan seksual

Kini hubungan seksual di kalangan remaja telah menjadi

sesuatu yang tidak luar biasa lagi. Sebagian yang tidak mau

melakukan hubungan seksual, mempunyai alasan tertentu, yaitu :

• Takut kehilangan keperawanan

• Takut hamil

• Merasa berdosa

Tetapi sebagai pengganti hubungan seksual, mereka mau

melakukan aktivitas seksual lainnya yang juga memberikan

kepuasan seksual. Memang benar aktivitas seksual lainnya itu

tidak akan mengganggu keperawanan dan tidak menimbulkan

kehamilan, tetapi mengapa mereka tidak merasa berdosa juga?

Lebih jauh lagi, hubungan seksual semakin cenderung bebas,

berlangsung tidak hanya dengan satu pasangan melainkan

dengan lebih dari satu, atas dasar prinsip “ suka sama suka “ . 28

Perubahan pandangan dan prilaku yang terjadi tentu

menimbulkan akibat lebih jauh, seperti kehamilan tidak diinginkan

(KTD), pengguguran kandungan, dan penularan penyakit

hubungan seksual. Masa kini, ketika dunia sedang diguncang oleh

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang seakan-akan

mewabah, maka perilaku seksual yang cendrung bebas seperti ini

sungguh tidak menguntungkan.27, 28

(37)

2.4. PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan

sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya bisa

berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.

Dampak dari perilaku ini dapat bermacam-macam, antara lain

merasa berdosa atau bahkan terkena penyakit kelamin. 21, 29, 33

Pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam

maupun di luar badan sangat menentukan bagi perkembangan

tingkah laku selanjutnya. Disampng tanda kelamin primer,

tanda-tanda kelamin sekunder dipandang dari sudut psikologis,

memegang peranan penting sebagai tanda perkembangan

seksual, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang lain. 21

Meningkatnya minat pada seksualitas menyebabkan

sebagian remaja mencari berbagai sumber informasi yang

mungkin dapat diperoleh, misalnya dari pendidikan seks di

sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman,

buku-buku tentang seks. 21, 33

Kebiasaan seksual dan reproduksi pada remaja dapat

(38)

1. Early sexual experience and late marriage

Pengalaman seksual dini dan menikah pada usia tua,

terutama di negara-negara maju, seperti di Amerika Utara

dan Eropa juga di kota-kota yang sedang berkembang,

termasuk Indonesia. Pada umumnya mereka melakukan

hubungan seksual pada usia belasan tahun, tanpa memakai

alat atau metode pencegahan kehamilan. Biasanya terjadi

kehamilan yang tidak diinginkan, cenderung mengakhiri

dengan abortus, sering menderita penyakit akibat hubungan

seksual dan menikah pada usia relatif tua.

2. Early marriage and childbearing

Menikah dini dan melahirkan ditandai dengan perkawinan

segera setelah menstruasi yang pertama, diikuti dengan

kehamilan segera. Kehamilan dan hubungan seksual diluar

nikah jarang terjadi. Angka abortus dan penyakit kelamin

pada kelompok ini rendah.

3. Kelompok transisi

Kelompok ini ditemukan di perkotaan masyarakat yang

sedang mengalami transisi. Kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan pada perempuan meningkat dan

(39)

Permasalahan yang terkait langsung dengan fungsi dan

proses reproduksi remaja:

1. Remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan

mental dan sosial

2. Kehamilan yang tidak diinginkan remaja

3. Kondisi remaja yang tidak menunjang kehamilan sehat

(anemia, kurang energi, dan kalori)

4. Percobaan pengguguran kandungan yang tidak aman

oleh tenaga yang tidak terlatih

5. Terkena infeksi penyakit menular seksual

6. Risiko berganti-ganti pasangan seksual

7. Risiko komplikasi kehamilan dan persalinan

8. Risiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan

kelainan pada bayinya. 29, 30, 33

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah

seksual remaja adalah:

1. Meningkatnya libido seksualitas, yang membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

2. Penundaan usia perkawinan yaitu Undang-Undang

Perkawinan dan norma-norma sosial yang makin

menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk

perkawinan seperti pendidikan, pekerjaan, persiapan

(40)

3. Tabu larangan, berlakunya norma-norma agama yang

melarang seseorang melakukan hubungan seksual

sebelum menikah, bagi remaja yang tidak dapat

menahan diri akan cenderung melanggarnya.

4. Kurangnya informasi tentang seks, yaitu karena belum

lengkapnya informasi yang benar, ada kecenderungan

meniru apa yang dilihatnya dan didengar di media

massa.

5. Pergaulan yang semakin bebas, hal ini berkembang

karena meningkatnya peran wanita dalam masyarakat

yang kedudukannya makin sejajar, sehingga pergaulan

pun makin bebas. 29, 30, 33

2.5. PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan bukanlah

fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan

sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek,

pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah

sesuatu yang sudah ada tersedia dan sementara orang lain

tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu

pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap

saat mengalami reorganisasi karena adanya

(41)

pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru

dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,

rasa, dan aroma masakan tersebut.31, 32, 33

Hakikat pengetahuan menurut Jujun seperti yang

diungkapkan Notoatmodjo adalah segenap apa yang diketahui

manusia tentang sesuatu tertentu, termasuk tentang ilmu.

Manusia mempunyai pengetahuan untuk menjawab permasalahan

kehidupan sehari hari dan digunakan untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya. Sehingga pengetahuan memegang peranan

sangat penting dalam hal pembentukan perilaku seseorang (overt

behaviour). Faktor pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai

motivasi awal seseorang dalam berperilaku dan perubahannya

tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Hubungan positif

antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak

diperlihatkan. Ancok seperti yang diungkapkan Notoatmodjo

berpendapat bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap dan

perilaku dari segi positif dan segi negatif. Notoadmodjo

mengatakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dibandingkan tanpa didasari pengetahuan dan

(42)

terbentuknya perilaku seseorang. Skiner seperti yang

diungkapkan Notoatmodjo membuat batasan bahwa pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

yang menjawab isi materi yang ingin diukur. Bila seseorang dapat

menjawab pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan

lancar, baik secara lisan maupun tulisan maka dikatakan dia

mengetahui bidang itu. Sekelompok jawaban verbal yang

diberikan seseorang dinamakan pengetahuan.32, 33

Pengetahuan tentang abortus merupakan hasil dari proses

belajar. Menurut ahli psikologi kognitif Neisser seperti yang

diungkapkan oleh Notoadmodjo bahwa proses belajar adalah

transformasi dari masukan (input), kemudian masukan tersebut

direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan

dimanfaatkan. Para ahli psikologi kognitif juga memperhitungkan

faktor eksternal dan internal. Kegiatan belajar merupakan proses

yang bersifat internal dimana setiap proses belajar dipengaruhi

oleh faktor-faktor eksternal antara lain metode pengajaran. 32, 33

2.6 SIKAP

2.6.1 Pengertian Sikap

Pengertian sikap yang dikemukakan oleh Louis Thustone

dan Charles Osgood seperti yang diungkap oleh Notoadmodjo

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz

(43)

(favorable) atau perasaan tidak mendukung (non favorable) terhadap

suatu objek. Notoadmodjo sendiri berpendapat bahwa sikap

merupakan reaksi atau respond yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Hal ini berati bahwa sikap akan

muncul jika individu menerima suatu stimulus yang menghendaki

timbulnya reaksi individual. 31, 32, 33

2.6.2 Tingkatan Sikap

Notoadmodjo membagi tingkatan sikap menjadi empat yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan sebagai subjek yang mau dan

memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).

Seseorang mempunyai sikap yang berbeda beda

tentang abortus. Sikap mereka dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian mereka untuk mencari

informasi lebih banyak mengenai abortus.

2. Merespon (Respondent)

Merespon diartikan memberi jawaban jika ditanya,

mengerjakan dan menyelasaikan tugas yang

diberikan.

3. Menghargai (Valueing)

Menghargai diindikasikan dari kemampuan seseorang

dalam mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk

(44)

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya denga semua resiko yang bakal diterimanya.

Misalnya seorang siswa bertekad untuk menghindari

tindakan beresiko terhadap kehamilan. 32, 33

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsepsional yang akan menjadi pengarah dalam

penelitian ini adalah karakteristik responden, pengetahuan, sikap,

dan perilaku terhadap abortus provokatus. Untuk lebih jelasnya

[image:44.612.121.559.409.638.2]

dapat diterangkan sebagai berikut :

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian

Sikap remaja

Remaja

Pengetahuan remaja

Tingkat resiko perilaku abortus

- Umur

- Tingkat Kelas Sumber media/ Informasi

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah suatu studi survey analitik dengan rancangan

potong lintang untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap,

terhadap perilaku remaja mengenai abortus provokatus.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di SMA Negeri 4 Medan dan dilaksanakan

dari bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Maret 2014

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah dalam penelitian ini adalah seluruh siswa -

siswi di SMAN 4 Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang cara pengambilan

sampel dengan metode random sampling. Besar sampel

diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n1 = (Zα)2 x P x Q

d2

(46)

n1 = Besar sampel minimal

= Standar variasi, ditentukan oleh tingkat

kepercayaan pada α = 0,05; Zα = 1,96

P = Proporsi responden 50 %, dikarenakan belum ada

data sebelumnya, maka p = 50 %.

Q = 1 – p

d = Derajat ketepatan yang diinginkan, dalam hal ini

ditetapkan 10 %.

Maka besar minimal sampel adalah :

n1 = (1,96)2 x 0,5 x 0,5

(0,1)2

n1 = 96

Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah

sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah 96 responden. Untuk mengantisipasi terdapatnya

bias, maka jumlah sampel ditambahkan 10% dari besar

sampel.

N = 96 + 9,6 = 105,6 ≈ 106

Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini

adalah 106 responden. Jumlah sampel untuk tiap kelas

(47)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

- Siswi SMAN 4 Medan pada tahun 2014

- Bersedia untuk menjadi sampel penelitian

- Mengisi inform consent dengan benar

- Mengisi kuesioner dengan lengkap

b. Kriteria Eksklusi

- Siswi SMAN 4 Medan yang tidak mengisi kuesioner dengan

lengkap.

3.5 Batasan Operasional

Pengetahuan tentang abortus provokatus

Definisi : Segala sesuatu yang diketahui responden tentang

abortus seperti definisi, jenis, penyebab, komplikasi

serta hukum abortus. Dari pertanyaan yang diajukan

dalam kuesioner diberi penilaian untuk jawaban yang

benar adalah 1 dan untuk jawaban yang salah

adalah 0.

Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : Baik jika jawaban yang benar > 6 ( >80%),

Sedang jika jawaban yang benar antara 5-6 ( antara

60-80%), kurang jika jawaban yang benar

< 5 ( < 60% ).

(48)

Sikap terhadap abortus provokatus

Definisi : Tanggapan responden mengenai perilaku abortus

dengan pilihan:

a. Setuju

b. Ragu – ragu

c. Tidak setuju

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : Baik jika jawaban yang “tidak setuju” > 4 ( > 80%),

Sedang jika jawaban “tidak setuju” antara 3-4

(60-80%), Kurang jika jawaban yang “tidak setuju” < 3

( < 60%).

Skala ukur : ordinal

Perilaku seksual pranikah

Definisi : Perilaku seksual pada remaja yang bisa mengarah

ke tindakan abortus Provokatus. Pernah tidaknya

melakukan perilaku yang mengarah hubungan

seksual. Beresiko rendah apabila responden:

melakukan kegiatan seperti ngobrol, nonton, jalan

berduaan, pegangan tangan. Beresiko tinggi apabila

responden: melakukan kegiatan seperti berpelukan,

berciuman mulut, berciuman leher, meraba buah

dada/ alat kelamin dan hubungan intim atau

(49)

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : rendah, tinggi

Skala ukur : ordinal

[image:49.612.261.431.227.556.2]

3.6 Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian

Siswa-siswi SMU di Medan ( informed consent )

Pengumpulan data Mengisi kuesioner

Analisis Data

(50)

3.7. Bahan dan Cara Kerja

1. Penelitian ini menggunakan kuesioner terukur yang sudah

pernah dipakai pada penelitian oleh Ardiansyah di SMA 2 kota

Cimahi.

2. Siswi-siswi SMA dikumpulkan mulai dari kelas X,XI,XII

3. Dilakukan pengambilan sampel secara random sampling dimana

jumlah sampel untuk tiap kelas ditentukan secara proporsional.

4. Sampel yang sudah dipilih diberikan penjelasan mengenai

prosedur pengisian kuesioner.

5. Seluruh sampel yang telah dipilih diminta untuk menandatangani

informed consent.

6. Sampel mengisi kuesioner dan dikembalikan dalam amplop yang

tertutup tanpa mencantumkan identitas.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan program komputer. Pengolahan data dilakukan

dengan tahap-tahap sebagai berikut

A. Menyunting Data (data editing)

Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi

kuesioner. Bila ada kesalahan atau yang tidak lengkap peneliti

kembali menemui responden untuk klarifikasi, Editing ini dilakukan

(51)

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian

setiap jawaban kuesioner.

B. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah

dikumpulkan untuk memudahkan dalam memasukkan.

C. Membersihkan data ( data cleaning)

Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali

untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah sehingga

dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

D. Memasukkan data ( data entry)

Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program

software computer.

E. Analisa Data

Data ditabulasi, dilakukan skoring, dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk menganalisa hubungan

antar variabel dilakukan uji Chi square bila memenuhi syarat, bila

tidak memenuhi syarat dilanjutkan dengan uji continuity correction

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan responden siswa/siswi Sekolah

Menengah Atas Negeri 4 Medan yang berjumlah 110 orang. Pengambilan

sampel dilakukan pada tanggal 28 Maret 2014. Gambaran karakteristik

[image:52.612.129.513.312.518.2]

siswa/siswa dari hasil penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik sampel Jumlah (n) Persentase ( % )

Umur ( dalam tahun )

14 5 4,5

15 23 20,9

16 39 35,5

17 38 34,5

18 5 4,5

Jenis Kelamin

Laki-laki 51 46,4

Perempuan 59 53,6

N=110 orang

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik siswa/i

SMA Negeri 4 Medan berdasarkan umur yang terbanyak adalah kelompok

umur 16-17 tahun (70%) di ikuti dengan umur 15 tahun (20,9%).

Kelompok umur ini merupakan umur yang sesuai untuk tingkat pendidikan

sekolah menengah atas. Berdasarkan jenis kelamin maka yang

(53)

Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Abortus Provokatus

Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber informasi tentang

pengetahuan abortus di kalangan siswa/i SMA sebagian besar bersumber

dari media televisi (64,5%), dari internet (35,4%) dan dari koran (23,6%)

serta yang terendah dari radio (1,8%). Namun masih banyak juga yang

belum pernah mendapatkan informasi tentang abortus (21,8%) dan masih

sedikit sekali yang mencari informasi tentang abortus dari buku referensi

(15,5%). Melihat hal ini media televisi dapat dijadikan sebagai upaya

peningkatan pengetahuan para siswa/i SMA tentang abortus melalui

berbagai program tayangannya yang lebih komunikatif dan menghibur

disamping adanya program-program pendidikan kesehatan reproduksi

yang lebih intensif dan berkesinambungan.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ardiansyah tahun 2011di SMA 2 Kota Cimahi bahwa sumber

informasi mengenai aborsi yang terbanyak didapatkan dari media televisi

sebanyak 78,3% dan Koran 27,4%.1 Hasil ini juga sejalan dengan

Sumber Informasi Jumlah

(n)

Persentase

( % )

Televisi 71 64,5

Internet 39 35,5

Koran 26 23,6

Buku 17 15,5

Majalah 7 6,4

Radio 2 1,8

Tidak pernah 24 21,8

(54)

Pematang Siantar bahwa sumber informasi mengenai aborsi yang

terbanyak didapatkan dari media elektronik sebanyak 40,5% dan media

cetak 16,46%.2

4.2. Pengetahuan, sikap dan perilaku responden tentang abortus.

Pengetahuan dan sikap seseorang dapat memengaruhi

perilakunya. Sebaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku para siswa/i

SMA di jelaskan pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Aborsi

Pertanyaan Pengetahuan Jawaban

Jumlah benar Persentase

Definisi Aborsi 4 3,6 Jenis – jenis Abortus 84 76,4 Abortus perbuatan kriminal 80 72,7 Penyebab abortus pada remaja 85 77,3

Penolong aborsi yang aman (sesuai indikasi medis)

98 89,1

Teknik abortus beresiko tinggi 88 80,0

Dampak psikologis bagi pelaku aborsi

97 88,2

Aspek hukum aborsi di Indonesia 62 56,4

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase yang mengetahui

definisi aborsi secara benar di kalangan siswa/i masing sangat sedikit

sekali (3,6%). Hal ini kemungkinan karena sumber informasi tentang

abortus sebagian besar dari media televisi dan sedikit sekali yang

[image:54.612.132.512.314.538.2]
(55)

jenis-abortus, serta penolong aborsi yang aman dan resiko perilaku abortus

umumnya sudah sangat baik. Para siswa/i sebagian besar mengetahui

abortus merupakan tindakan yang melawan hukum (56,4%). Hal ini dapat

dijelaskan bahwa media khususnya televisi telah berperan besar dalam

meningkatkan pengetahuan para siswa/i tetang abortus dan televisi tidak

hanya sebagai sumber hiburan bagi siswa/i tetapi telah digunakan para

siswa/i untuk meningkatkan pengetahuannya.

Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Abortus Provokatus

Variabel Kategori Jumlah

n

Persentase

( % ) Pengetahuan Baik 30 27,3 Sedang 57 51,8 Kurang 23 20,9

Total 110 100,0

Berdasarkan total skoring pengetahuan para siswa/i sebagaimana

yang ditunjukkan pada tabel 4.4 maka sebagian besar siswa/i mempunyai

tingkat pengetahuan kategori sedang (51,8%) dan yang terendah kategori

kurang (20,9%). Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diterima

siswa/i SMA tentang abortus masih belum memadai karena tidak diterima

secara terstruktur melalui pendidikan atau pelatihan sehingga perlu

dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang abortus

secara komprehensif kegiatan-kegiatan yang terstruktur sehingga dapat

dicegah perilaku yang mengarah kepada resiko terjadinya tindakan

abortus.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

[image:55.612.133.515.300.391.2]
(56)

pengetahuan responden tentang abortus provokatus terbanyak adalah

memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 50,9%.1 Hasil ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga tahun 2007 di

SMAN 1 Kota Pematang Siantar bahwa tingkat pengetahuan responden

tentang abortus provokatus terbanyak adalah memiliki tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 78,48%.2

Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap tentang Aborsi

Pernyataan Sikap Jawaban

benar % salah % Total %

1. Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi

93 84,5 17 15,5 110 100

2. Remaja belum menikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan

92 83,6 18 16,4 110 100

3. Jika sahabat hamil diluar nikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan

92 83,6 18 16,4 110 100

4. Jika kakak / adik perempuan hamil diluar nikah boleh melakukan aborsi

91 82,7 19 17,3 110 100

5. Bila anda seorang wanita mengalami kehamilan oleh pacar, maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah perilaku yang tepat

46 41,8 64 58,2 110 100

6. Bila anda seorang pria mempunyai kekasih dengan kehamilan tidak diinginkan, maka aborsi adalah perilaku yang tepat

[image:56.612.132.508.283.694.2]
(57)

Berdasarkan sikap para siswa/i SMA tentang abortus menunjukkan

bahwa umumnya (>80%) sudah menunjukkan sikap yang benar tentang

abortus dalam hal tidak perlunya mengakhiri kehamilan dengan aborsi

pada kehamilan diluar nikah, tidak boleh remaja belum menikah

melakukan aborsi termasuk tindakan sahabat yang akan melakukan

aborsi, dan saudara sendiri tidak boleh melakukan aborsi akibat hamil

diluar nikah namun sikap mereka masih banyak yang salah

(>50%).berkaitan dengan bila anda seorang wanita mengalami kehamilan

oleh pacar, maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah perilaku

yang tepat dan seorang pria mempunyai kekasih dengan kehamilan tidak

[image:57.612.125.515.418.507.2]

diinginkan, maka aborsi adalah perilaku yang tepat.

Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Abortus Provokatus

Variabel Kategori Jumlah

n

Persentase

( % )

Sikap Baik 74 67,3

Sedang 18 16,4 Kurang 18 16,4

Total 110 100,0

Berdasarkan total skoring sikap para siswa/i sebagaimana yang

ditunjukkan pada tabel 4.6 maka sebagian besar siswa/i mempunyai sikap

kategori baik (67,3%) dan yang terendah kategori sedang dan kurang

masing-masing 16,4%. Sikap yang baik dari para siswa/i SMA tentang

abortus dapat diakibatkan oleh karena pengetahuan yang dimiliki tentang

abortus yang nantinya akan berpengaruh terhadap kemungkinan

(58)

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ardiansyah tahun 2011di SMA 2 Kota Cimahi bahwa sikap

responden tentang abortus provokatus terbanyak adalah memiliki sikap

baik sebanyak 52,8%.1 Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sinaga tahun 2007 di SMAN 1 Kota Pematang Siantar

bahwa sikap responden tentang abortus provokatus seluruhnya memiliki

sikap baik (100%).2

Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah Berisiko yang Berkaitan dengan Aborsi

Variabel Jumlah

n

Persentase

( % ) Perilaku Seksual Pranikah Risiko Rendah 107 97,3

Risiko Tinggi 3 2,7

Total 110 100,0

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.7, hasil penelitian ini

juga menemukan bahwa perilaku seksual pranikah para siswa/i SMA

umumnya menunjukkan risiko rendah (97,3%). Rendahnya risiko untuk

melakukan perilaku seksual pranikah akan mengurangi terjadi tindakan

aborsi. Hal ini dapat berkaitan dengan pengetahuan tentang aborsi yang

telah diketahui dan didukung dengan sikap yang umumnya sudah baik.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ardiansyah tahun 2011di SMA 2 Kota Cimahi bahwa sebagian besar

responden memiliki perilaku seksual pranikah beresiko rendah sebanyak

(59)

4.3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Seksual

Pranikah

Untuk menganalisa hubungan antar variabel pengetahuan dan

sikap dengan perilaku abortus provokatus dilakukan uji statistik dengan

Continuity correction. Hasil analisa ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah

ini.

Tabel 4.8. Hubungan pengetahuan siswa/i SMAN 4 Medan dengan perilaku seksual pranikah

Tingkat pengetahuan

perilaku seksual pranikah Nilai p Resiko

Rendah

Resiko Tinggi Total

Baik+sedang 86 (98,9%) 1 (1,1%) 100%

0,209

Kurang 21(95,4%) 2 (4,6%) 100% Total 107 (97,3%) 3 (2,7%) 100%

Uji Continuity correction

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase para siswa/i yang

mempunyai tingkat pengetahuan baik+sedang dan kurang umumnya

mempunyai perilaku risiko rendah untuk abortus. Berdasarkan uji statistik

dengan continuity correction oleh karena uji Chi square tidak memenuhi

syarat didapatkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan siswa/i dengan

perilaku seksual pranikah. Hal ini dapat dijelaskan meskipun tingkat

pengetahuan siswa/i SMA sebagian besar kategori sedang namun

perilaku abortus risiko rendah dapat karena perilaku seksual pranikah

[image:59.612.130.511.2

Gambar

Gambar 1.  Klasifikasi abortus dengan gambar
Gambar 2. Kategori Abortus
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa permainan real-time strategy dalam lingkup strategi yang digunakanya dapat dimodelkan menjadi sebuah decision tree yang membantu

Sebaran contoh menurut kategori z-score anak dan pengetahuan, sikap serta praktik gizi ibu/pengasuh dapat dilihat pada Tabel 25 Sebesar 38.9% ibu/pengasuh dengan pengetahuan gizi

Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai

Pada implementasi kebijakan KTSP di Kota Lubuklinggau ini, implementor meliputi aparatur Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, aparatur Dinas Pendidikan Kota

Kemungkinan perang demikian - seperti halnya di Libia - akan menjadi suatu perang udara (Bld.:luchtoorlog), karena AS setelah kampanye yang sangat berat di Irak mengetahui bahwa

ciri-ciri hindu yang masih wujud di dalam penggayaan hulu keris coteng dan hulu bangsa agung telah dilenyapkan dengan berperingkat dengan ukiran-ukiran flora

Ikan kembung lelaki di Laut Jawa mempunyai dua kali musim pemijahan yaitu pada musim barat dari bulan Oktober sampai Februari dan pada musim timur dari bulan Juni

Ketua : Mengkoordinasikan tugas dalam rangka melaksanakan proses akreditasi pada bagian penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat puskesmas Sekretaris : Mengarsipkan