i
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
TIARA INDAH SAPUTRI 20120320125
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
TIARA INDAH SAPUTRI
20120320125
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Nama : Tiara Indah Saputri
NIM : 20120320125
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Keokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta,16 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Hubungan Penampilan
Perawat dengan Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakrta.”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, dukungan serta
masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Hasanuddin Usman, S.pd., M,Si. dan Niema
Mustari. yang tiada henti mendoakan, serta selalu memberikan dukungan
moril dan materil untuk peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Kedua adik tersayang, Rangga Rizky Ramadhan dan Fajar Alfa Addafi, yang
selalu menyemangati peneliti.
3. Dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
5. Novita Kurnia Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen pembimbing yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan, dorongan pengarahan yang sangat
berguna dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Al Afik, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan dalam penyusuna Karya Tulis Ilmiah ini
sehingga menjadi lebih baik.
7. Rekan-rekan seperjuangan, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis harapkan semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama bagi ilmu
keperawatan.
Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
INTISARI... xi
ABSTRACT... xii
BAB I. PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang Masalah...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian...
E. Keaslian Penelitian ...
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...
A. Landasan Teori...
1. Kepuasan Pasien...
2. Penampilan Perawat dalam Islam...
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien...
B. Karangka Konsep...
BAB III. METODE PENELITIAN...
A. Desain Penelitian...
B. Populasi dan Sampel Penelitian...
18
18
F. Cara Pengumpulan Data...
G. Uji Validitas dan Realibilitas...
H. Pengolahan dan Metode Analisa Data...
I. Etika Penelitian...
23
24
26
30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A. Gambaran Lokasi Penelitian...
B. Hasil...
C. Pembahasan...
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian...
32
32
33
38
48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan...
B. Saran...
49
49
49
DAFTAR PUSTAKA... 51
Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran Instrumen Penampilan Perawat 23
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kepuasan Pasien 23
Tabel 3.4 Kriteria Pengukuran Instrumen Kepuasan Pasien 24
Tabel 3.5 Uji Normalitas Karakteristik Responden 30
Tabel 3.6 Normalitas Penampilan Perawat 30
Tabel 3.7 Uji Normalitas Kepuasan Pasien 30
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 34
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 35
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 35
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 36
Tabel 4.5 Frekuensi dan Prosentase Penampilan Perawat 36
Tabel 4.6 Frekuensi dan Prosentase Kepuasan Pasien 36
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan
Penampilan Perawat
37
Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Karekateristik Responden dengan
Kepuasan Pasien
38
Tabel 4.9 Hubungan Penampilan Perawat dengan Kepuasan Pasien 39
Tabel 4.10 Korelasi Spearman’s rho antara Penampilan Perawat dengan
Kepuasan Pasien
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Karakteristik Responden
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Penampilan Perawat
Lampiran 5. Lembar Kuesioner Kepuasan Pasien
Lampiran 6. Surat Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 7. Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 8. Surat Keterangan Kelayakan Etik
Lampiran 9. Permohonan Surat Izin Penelitian
ABSTRACT
Background: Nurse appearance is one of the main things that is consider by patients.
Nurse that have a good appearance can gave a positive impression on patients. Appearance is a non-verbal comunication that can be seen visually and that’s very important in projecting a professional image, therefore a nurse must good looking in according with the professional nurse appearance standard. Patient satisfaction is became a benchmark in quality improvement of quality service. Quality services has several indicators, one of them is the appearance. The aimed of this studyto knew the correlation between nurse appearance with patient satisfaction in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.
Research Method: used a cross sectional study design. The sample technique in this study with
accidental sampling with total sample of 72 respondents. Reseach instrument used questionnaire which consisted of three parts, that is respondents characteristics, nurse appearance and patients satisfaction. Data analysis used Spearman correlation test.
Results: The results showed that the correlation between the nurse appearance with patient
satisfaction with the statistic tests is p value= 0.00 (0.00 <0.05). Nurse apperance at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta is good as many as 62,5%. Patients at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta said that they are satisfied as many as 46,9%. Correlation test showed that there are a strong relation between nurse appearance with patient satisfaction.
Conclusion: there are a correlation between the nurse appearance with patient satisfaction in
PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta, where the better nurse appearance then patient will more satisfied. Suggestion: nurse can maintained their appearance both of phsical and non-verbal when treat patient.
INTISARI
Latar Belakang: Penampilan perawat merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan pasien. Penampilan perawat yang baik dapat memberikan kesan positif pada pasien. Penampilan merupakan komunikasi non-verbal yang dapat dilihat secara visual dan sangat penting dalam memproyeksikan citra profesional, oleh karena itu seorang perawat harus berpenampilan baik sesuai dengan standar penampilan perawat profesional. Kepuasan pasien menjadi tolak ukur dalam peningkatan kualitas mutu pelayanan. Mutu pelayanan memiliki beberapa indikator, dimana salah satunya yaitu penampilan. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan penampilan perawat dengan kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode Penelitian: Menggunakan rancangan studi cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 72 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu kerakteristik responen, penampilan perawat, dan kepuasan pasien. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman.
Hasil Penelitian: penelitian menunjukkan bahwa terdapat antara penampilan perawat dengan kepuasan pasien dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,00 (0,00 < 0,05). Penampilan perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta baik sebesar 62,5%. Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan puas sebesar 46,9%. Uji hubungan menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penampilan perawat dengan kepuasan pasien dengan kekuatan korelasi sebesar 0,637.
Kesimpulan: terdapat hubungan antara penampilan perawat dengan kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dimana semakin baik penampilan perawat maka akan semakin puas yang pasien rasakan. Saran: diharapkan perawat tetap mempertahankan penampilan baik secara fisik maupun non-verbal dalam merawat pasien.
.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang perawat profesional, penampilan sangatlah penting.
Penampilan perawat merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan pasien
saat komunikasi interpersonal, sehingga sebagai seorang tenaga kesehatan
yang profesional, perawat harus menciptakan penampilan yang baik, bersih,
menarik serta terlihat nyaman dalam menjalankan tugas (Shaw, 2010).
Penampilan perawat merupakan cerminan kepribadian serta konsep diri
sebagai seorang tenaga kesehatan yang berkaitan dengan sifat dan sikap dalam
mengambil suatu tindakan (Kathleen, 2010).
Penampilan perawat yang baik dapat memberikan kesan positif pada
pasien. Kesan positif pada pasien dapat membantu meningkatkan status
kesehatan pasien sehingga kondisi pasien akan menjadi lebih stabil, selain itu
juga dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat maupun
rumah sakit. Kesan pertama pasien timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama, dan 84% kesan yang timbul berdasarkan penampilan. Selain hal
tersebut, penampilan perawat yang baik juga dapat menunjang kepercayaan
diri serta kesuksesan dalam pekerjaan. Penampilan merupakan komunikasi
non-verbal yang dapat dilihat secara visual dan sangat penting dalam
berpenampilan baik sesuai dengan standar penampilan perawat profesional
(Shaw, 2010; Coluccio & Meenk, 2012).
Standar penampilan perawat yang terdapat dalam Nurses and Midwife
Dress Code Guideline (2013) diantaranya perawat tidak diperkenankan
menggunakan jeans selama bertugas, rok atau celana yang digunakan tidak
boleh terlalu pendek, tidak diperbolehkan menggunakan pakaian casual, dan
atasan harus dipastikan tidak terlalu rendah saat bersandar. Uniform policy
(Cheshire, 2012) juga menjelaskan bahwa semua petugas kesehatan harus
menjaga kebersihan diri, rambut dan kuku harus rapi, tidak menggunakan
perhiasan, serta tidak menggunakan parfum dan make-up yang berlebihan.
Begitu juga dalam Islam. Islam memiliki standar tersendiri dalam
berpenampilan.
Penampilan perempuan dalam Islam diantaranya harus menutup aurat
seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah, busana yang digunakan tidak
boleh terlalu tipis yang dapat memperlihatkan kulit, serta busana yang longgar
dan tidak boleh ketat yang dapat menampakkan bentuk tubuh. Sedangkan
standar penampilan laki-laki ialah laki-laki juga diwajibkan menutup aurat,
(Boulanouar, 2009).
Standar pakaian diatas juga sejalan sebagaimana dijelaskan dalam QS.
”Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian
pakaian untuk menutup aurat dan perhiasan bagi kalian. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan mereka ingat.” (Al-Quran dan terjemahan, 2000).
Kepuasan pasien dapat dilihat dari beberapa hal. Barry and
Parasuraman (2001) (dalam Nursalam, 2011) menjelaskan terdapat lima
kelompok karakteristik yang digunakan untuk melihat kepuasan pasien dalam
menilai mutu jasa pelayanan, yaitu: bukti fisik, kehandalan, ketanggapan,
jaminan dan perhatian.
Otani (2011) (dalam Oman Medical Journal, 2013) menjelaskan
bahwa kepuasan pasien menjadi tolak ukur dalam peningkatan kualitas mutu
pelayanan. Mutu pelayanan memiliki beberapa indikator. Salah satu indikator
dalam mutu pelayanan yaitu penampilan, sehingga penampilan perawat yang
baik dapat memberikan nilai yang positif terhadap kepuasan pasien.
Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 12
Desember 2015 ke pasien di RS PKU Muhammadiyah tentang kepuasan
pasien terhadap penampilan perawat, didapatkan data bahwa 7 dari 10 pasien
sangat puas dengan penampilan perawat yang bertugas di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, mengingat begitu penting
penampilan perawat terhadap kepuasan pasien, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “Hubungan Penampilan Perawat dengan Kepuasan
Pasien di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakanng di atas, dapat disusun
rumusan masalah : “Adakah hubungan penampilan perawat dengan kepuasan
pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
penampilan perawat dengan kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik penampilan perawat di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Mengetahui kepuasan pasien dan penampilan perawat di RS PKU
c. Menganalisis hubungan antara penampilan perawat dengan kepuasan
pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dalam
dunia pendidikan serta dapat digunakan sebagai bacaan atau referensi
terkait dengan mutu pelayanan keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam hubungannya dengan jasa pelayanan kesehatan
sebagai bahan masukan untuk meningkatkan penampilan perawat guna
memenuhi kepuasan pasien yang dapat menciptaan kepercayaan
pasien dalam memilih rumah sakit.
b. Bagi Perawat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam menjaga serta meningkatkan perawat dalam berpenampilan baik
penampilan secara fisik maupun secara non-verbal.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan
pasien terhadap penampilan perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah diteliti. Adapun penelitian yang
berhubungan dengan kepuasan pasien yang pernah dilakukan :
1. Nova (2010), meneliti tentang “pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pasien rawat inap pada rumah sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta”. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100
pasien dengan pengambilan sample menggunakan teknik penelitian
proportional random sampling, dengan klasifikasi jawaban (1-1,8) sangat
rendah, (>1,8-2,6) rendah, (>2,6-3,4) sedang, (>3,4-4,2) tinggi, (>4,2-5)
sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukan variabel Tangibel sebesar (5),
variabel Responsiveness sebesar (4,8), variabel Reliability sebesar (4,05),
variabel Emphaty sebesar (1,9) dan variabel Assurance sebesar (4,2) yang
berarti bahwa semua variabel dari dimensi kualitas pelayanan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap RS
PKU Muhammadiyah Surakarta. Persamaan penelitian ini adalah pada
variabel kepuasan pasien. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti
berfokus pada dimensi kualitas yang difokuskan pada penampilan
perawat, sedangkan peneliti Nova meneliti dimensi kualitas secara
keseluruhan. Lokasi penelitian ini adalah d RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, sedangkan peneliti Nova di RS PKU Muhammadiyah
2. Khairani (2011), dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien rawat jalan RSUD Pasaman Barat”. Dalam penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 92 responden dengan pengambilan sampel
secara estimasi proporsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 73%
responden puas dengan variabel bukti fisik, 67,4% responden puas dengan
variabel kehandalan, 58,7% responden puas dengan variabel ketanggapan,
dan 71,7% responden puas dengan variabel perhatian. Persamaan
penalitian meneliti tentang kepuasan pasien. Perbedaan penelitian ini
bertempat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan pengambilan
sampel secara accidental sampling.
3. Widyastuti (2013), melakukan penelitian tentang “hubungan antara mutu
pelayanan tenaga keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat inap puskesmas wonosegoro 1. Penelitian widyastuti menggunakan
sampel penelitian sebanyak 82 responden dengan pendekatan cross
sectional. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan
antara mutu pelayanan perawat dengan kepuasan pasien di puskesmas 1
Wonosegoro Boyolali. Persamaan penelitian yaitu meneliti tentang
kepuasan pasien rawat inap. Perbedaan penelitian yaitu penelitian yang
oleh Widyastuti dilakukan dilakukann di puskesmas Wonosegoro
Boyolali, sedangkan peneliti melakukan penelitian di RS PKU
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kepuasan Pasien
a. Definisi Kepuasan
Menurut Kotler and Keller (2008) kepuasan pasien adalah
perasaan senang seseorang yang timbul karena hasil yang pasien
dapatkan sesuai dengan yang pasien harapkan. Sedangkan Tjiptono
(2006) menjelaskan bahwa kepuasan pasien adalah respon pasien
terhadap apa yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan hasil
kinerja yang didapatkan setelahnya.
Untuk memudahkan dalam mengenali kepuasan pasien, Ali
Hasan menggunakan tiga ukuran, diantaranya apabila kinerja melebihi
harapan maka akan didapatkan hasil pasien sangat puas, apabila
kinerja sama dengan harapan diperoleh hasil pasien puas, namun
apabila kinerja kurang dari harapan maka hasilnya pasien akan
kecewa.
b. Dimensi Kepuasan
Barry and Parasuraman (2001) (dalam Nursalam, 2011)
untuk melihat kepuasan pasien dalam menilai mutu jasa pelayanan,
adalah :
1) Bukti Fisik (tangibel)
Dimensi bukti fisik merupakan dimensi yang dapat dilihat
dan dinilai secara langsung oleh pasien, mencakup kondisi fasilitas
fisik, peralatan, sarana komunikasi serta penampilan petugas
kesehatan.
Dalam Nurses and Midwife Dress Code Guideline (2013)
dan Cheshire (2012) terdapat beberapa hal dalam penampilan
petugas yang perlu diperhatikan seperti :
a) Pakaian.
Perawat harus menggunakan seragam yang rapi dan
bersih selama bertugas. Perawat tidak diperbolehkan
menggunakan jeans dan pakaian casual. Seragam harus
dipastikan tidak terlalu pendek dan nyaman digunakan saat
bertugas serta dilengkapi dengan tanda pengenal (name tag)
yang terlihat dan dapat dibaca.
b) Perhiasan
Perawat tidak diperbolehkan menggunakan perhiasan
seperti cincin, anting, gelang maupun kalung. Penggunaan
perhiasan oleh tenaga kesehatan dapat meningkatkan angka
c) Parfum dan make-up
Perawat tidak diperbolehkan menggunakan parfum dan
make-up berlebihan agar dapat menunjang kenyamanan pasien
serta mencegah memicu terjadinya alergi pada pasien yang
rentan dan staf lainnya.
d) Kuku
Kuku harus dijaga tetap pendek dan bersih, dan
pemakaian cat kuku maupun kuku palsu tidak boleh digunakan
oleh perawat yang kontak langsung dengan pasien.
e) Sepatu
Sepatu harus bersih dan dalam kondisi baik, kaki bagian
tertutup dan tidak berhak tinggi.
f) Rambut
Rambut ditata rapi dengan panjang tidak boleh melebihi
kerah baju bagi perawat laki-laki, sementara perawat
perempuan rambut dijaga rapi serta menggunakan topi
perawat.
g) Tato
Sebagian orang tidak menyukai tato bahkan ada yang
orang yang merasa takut dengan tato, sehingga perawat
sebaiknya tidak menggunakan tato karena seorang perawat
h) Senyum dan kontak mata
Senyum dan kontak mata merupakan komunikasi
nonverbal berupa ekspresi wajah yang dapat menimbulkan
kesan bagi orang yang melihat.
2) Kehandalan (reliability)
Dimensi kehandalan menunjukkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan yang akurat dan handal, dapat dipercaya
serta bertanggung jawab terhadap apa yang dijanjikan.
3) Ketanggapan (responsiveness)
Dimensi ketanggapan merefleksikan komitmen untuk
memberikan pelayanan tepat waktu yang berkaitan dengan
kesiapan petugas untuk melayani, serta kesiapan rumah sakit
sebelum memberikan pelayanan.
4) Jaminan (assurance)
Dimensi jaminan merupakan kemampuan perawat dalam
meyakinkan dan menimbulkan kepercayaan pasien kepada
perawat, termasuk keramahan dan bagaimana berinteraksi yang
baik dengan pasien. Keamanan merefleksikan bahwa pelanggan
bebas dari bahaya dan keragu-raguan.
5) Perhatian (emphaty)
Dimensi ini menunjukkan perhatian yang diberikan
perawat untuk menyelami perasaan pasien sebagaimana jika
perawat itu yang sedang mengalami sendiri. Dimensi ini terdiri
dari tiga hal, sebagai berikut :
a) Accessibility, meliputi kemudahan dalam berinteraksi seperti
pasien mudah untuk mendekati atau menghubungi perawat.
b) Communication skill, meliputi informasi yang diterima
pasien dapat dengan mudah dipahami oleh pasien, serta
perawat mendengarkan tanggapan dan pertanyaan dari
pesien.
c) Understanding the costumer, hal ini mencakup kemampuan
perawat dalam menilai dan memahami kebutuhan-kebutuhan
pasien.
2. Penampilan Perawat dalam Islam
a. Definisi Penampilan
Penampilan termasuk dalam komunikasi non-verbal yang bisa
dilihat secara visual. Penampilan merupakan bagaimana diri seseorang
terlihat dari luar (Cash, 2014).
b. Ketentuan Penampilan Perawat dalam Islam
Dalam Cheshire (2015), terdapat beberapa ketentuan perawat
muslim dalam berpenampilan sesuai dengan syariat Islam, diantaranya
1) Perawat diperbolehkan menggunakan jilbab atau turban saat
bertugas dengan syarat harus tetap menjaga kebersihan jilbab
dan harus diganti setiap hari atau setiap terlihat kotor.
2) Perawat tidak diperbolehkan menggunaan cadar atau penutup
wajah karena dapat menjadi penghalang dalam berkomunikasi
antara perawat dengan pasien. Perawat yang menggunakan
cadar atau penutup wajah juga dapat mempersulit pasien
maupun tim kesehatan lain dalam mengidentifikasi identitas.
3) Seragam perawat yang telah terkontaminasi darah maupun
cairan tubuh pasien harus segera diganti.
4) Perawat muslim menggunakan lengan panjang selama
bertugas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Nilaika (2012) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik
individu yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan pasien, diantaranya
yaitu:
1. Usia pasien
Usia berpengaruh terhadap penilaian kepuasan seseorang, dimana
pasien yang berusia dewasa cenderung merasa lebih puas karena pasien
2. Pendidikan
Pasien yang berpendidikan tinggi memiliki penilaian dan pandangan
yang lebih luas, serta memiliki pengetahuan yang lebih banyak,
termasuk pengetahuan tentang penyakit yang sedang dialami.
3. Pekerjaan
Pasien yang berkerja merupakan individu dalam masa produktif,
yang dimana orang produktif lebih peka terhadap lingkungan sekitar,
sehingga pekerjaan juga dapat berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
4. Jenis kelamin
Sifat perempuan yang lebih sensitive dan perhatian cenderung lebih
merasa puas dibandingkan laki-laki yang lebih memiliki sifat bebas.
Budiastuti (2012) juga mengatakan bahwa dalam menilai kepuasan
pasien terhadap jasa pelayanan yang diterima, terdapat beberapa faktor
yang dapat digunakan sebagai acuan, diantaranya yaitu:
1. Kualitas produk atau jasa
Apabila kualitas produk atau jasa pelayanan yang diterima pasien
berkualitas sesuai dengan harapan pasien, maka pasien akan merasa
puas.
2. Kualitas pelayanan
Pasien akan merasa puas apabila mendapat pelayanan yang baik
3. Harga
Semakin tinggi harga perawatan maka semakin besar harapan
pasien terhadap perawatan yang dijalankan. Namun apabila terdapat
rumah sakit yang berkualitas sama tetapi dengan harga yang lebih
murah, maka dapat memberi nilai kepuasan yang lebih tinggi pada
pasien.
4. Biaya
Pasien akan lebih puas terhadap jasa pelayanan apabila pasien
B. Karangka Konsep
Penampilan
Keterangan :
: Faktor yang diteliti
: Faktor yang tidak diteliti
Gambar 1. Karangka Konsep Penelitian
Puas
Tidak Puas Sangat Puas
Sangat Tidak Puas 1. Non-Verbal
2. Fisik
1.Bukti Langsung (Tangibles)
2. Keandalan (Reliability)
3. Daya Tangkap (Responsiveness)
4. Jaminan (Assurance)
5. Perhatian (Emphaty)
Kepuasan
Tidak Pernah
Kadang -kadang
C. Hipotesis
18 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah studi korelasi atau hubungan untuk
mengetahui hubungan antar variabel. Rancangan studi yang digunakan adalah
rancangan studi cross sectional. Studi cross sectional yaitu jenis penelitian
yang waktu pengukuran penampilan perawat dan kepuasan pasien dilakukan
satu kali dan dalam satu waktu.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi terdiri atas obyek maupun subyek yang memiliki kualitas
dan karakteristik tertentu yang akan dipelajari dan pada akhirnya akan
ditarik kesimpulan oleh peneliti (Sugiyono, 2008). Populasi pada
penelitian ini adalah jumlah pasien rawat inap selama 1 bulan yang berada
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 476 orang
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik populasi
(Sugiyono, 2008). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
accidental sampling yaitu dengan teknik pengambilan sampel dengan
memilih responden yang kebetulan ada/dijumpai pada saat pengambilan
pendapat Arikunto (2013) yang menyebutkan jika populasi kurang dari
100 orang, maka jumlah sampel diambil secara keseluruhan, tetapi jika
jumlah populasi lebih dari 100 orang maka besar sampel dapat diambil
10% - 15% dari jumlah populasi. Sampel dalam penelitian ini mengambil
yaitu sebesar 15% dari keseluruhan populasi. Jadi jumlah sampelnya
adalah 15% x 476 = 72 responden.
a. Kriteria inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Keadaan pasien komposmentis dan dapat berkomunikasi dengan
baik (tidak buta, tuli, bisu)
3) Pasien dapat membaca dan menulis
4) Pasien dewasa dengan usia lebih dari 20 tahun
5) Pasien yang telah menjalani perawatan minimal dalam 2 hari.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta banyak pasien yang harus dilayani oleh tenaga
kesehatan terutama oleh perawat. Pengambilan data berlangsung pada tanggal
D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel
a. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penampilan perawat.
b. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kepuasan pasien.
2. Definisi Operasional
a. Kepuasan
Kepuasan pasien adalah persepsi pasien terhadap penampilan
perawat selama melakukan perawatan yang diperoleh sesuai dengan
harapan. Tingkat kepuasan pasien diukur dengan kuesioner
menggunakan skala ordinal. Hasil ukur dikategorikan menjadi sangat
puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.
b. Penampilan perawat
Penampilan perawat adalah persepsi pasien mengenai
gambaran diri dan komunikasi non-verbal perawat selama melakukan
asuhan keperawatan. Penampilan terdiri dari penggunaan seragam
perawat, penggunaan perhiasan, penggunaan parfum dan make-up,
serta kebersihan dan kerapihan perawat. Penampilan perawat diukur
menggunakan kuesioner dengan skala ordinal. Hasil ukur
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari
tiga bagian, yaitu :
1. Kuesioner bagian pertama berisi karakteristik responden, yang meliputi
inisial, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Masing-masing
terdiri dari satu item pertanyaan.
2. Kuesioner bagian kedua berisi tentang penampilan yang terdiri dari 14
butir pernyataan non verbal yang meliputi senyum dan kontak dan 16
butir pertanyaan penampilan fisik yang meliputi, penggunaan seragam,
penggunaan name tag, penggunaan make-up dan parfum serta
penggunaan perhiasan. Penilaian pada kuesioner penampilan
menggunkan skala Likert. Skor penampilan dikategorikan sesuai
interpretasi menurut Notoadmodjo (2007), yaitu:
a. Baik : 76% - 100%
b. Cukup : 56% - 75%
c. Kurang : <56%
Tabel 3.1Kisi-Kisi Kuesioner Penampilan Perawat
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Penampilan Fisik 1,2,3,4,5,6,7,9,10, 8,12,15 16 11,13,14,16
Tabel 3.2Kriteria Pengukuran Instrumen Penampilan Perawat
Pertanyaan
Jawaban Responden
Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu
Favorable 1 2 3 4 Unfavorable 4 3 2 1
3. Kuesioner bagian ketiga digunakan untuk mengukur kepuasan pasien.
Karakteristik kepuasan yang di ukur meliputi: Tangibel yang terdiri dari
11 butir pernyataan. Reliability yang terdiri dari 11 butir.
Responsiveness yang terdiri dari 8 butir pernyataan. Assurance yang
terdiri dari 9 butir, dan Emphaty yang terdiri dari 12 butir. Pengukuran
kepuasan pasien di ukur dengan skala Likert. Sebagai tolak ukur dalam
menilai tingkat kepuasan (Hidayat, 2009), yaitu :
a. Sangat puas : 76% - 100%
b. Puas : 51% - 75%
c. Tidak puas : 26% - 50%
d. Sangat tidak puas : 0 -25%
Tabel 3.3Kisi-kisi Kuesioner Kepuasan Pasien
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Tangibel 1,5,11,12,20,21,29, 31 11 30,44,50
Reliability 3,7,17,18,32,34,35, 39 11 40,46,51
Responsiveness 2,8,10,15,24,48,22 19 8 Assurance 4,6,25,27,36,37,45 26,43 9
Emphaty 9,13,14,23,33,38, 16,28,41 12 42,47,49
Tabel 3.4Kriteria Pengukuran Instrumen Kepuasan Pasien
Pertanyaan
Jawaban Responden
Tidak pernah Kadang-kadan Sering Selalu
Favorable 1 2 3 4 Unfavorable 4 3 2 1
F. Cara Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini termasuk data primer atau data yang
dikumpulkan secara langsung menggunakan kuesioner yang dilengkapi oleh
responden.
Langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini peneliti terlebih dahulu menyelesaikan proposal
penelitian, yang kemudian diikuti dengan mengurus surat izin penelitian
ke instansi yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tahap Pengumpulan data
Setelah mendapatkan izin penelitian dari instansi dan RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, peneliti kemudian datang secara langsung ke
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
a. Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan.
b. Peneliti memberikan penjelasan cara pengisian kuesioner.
c. Peneliti menjelaskan ciri-ciri perawat kepada responden, untuk
d. Membagikan lembar permohonan menjadi responden, persetujuan dan
kuesioner kepada responden.
e. Peneliti mengambil semua kuesioner yang sudah terisi.
f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden pada
lembar kuesioner.
3. Pembuatan laporan penelitian
Hasil penelitian yang telah dianalisis menggunakan software statistik,
disusun dan kemudian dibahas untuk menarik sebuah kesimpulan hasil
penelitian untuk selanjutnya dijadikan laporan penelitian.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2011). Uji validitas suatu instrumen dapat dilakukan pada
25 – 45 orang responden (Arikunto, 2013). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dibuat sendiri oleh
peneliti. Uji validitas pada instrumen penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software statistik. Uji validitas dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah unit II dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden.
Berdasarkan uji validitas dengan metode pearson corelation dapat
terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan no 11, namun
peneliti tetap menggunakan pertanyaan tersebut, mengingat hal tersebut
terdapat dalam sumber acuan peneliti dalam membuat kuesioner. Hasil uji
validitas kuesioner kepuasan pasien terdiri dari 52 item pertanyaan
terdapat 2 item yang tidak valid yakni pertanyaan no 21 dan 32,
pertanyaan 21 tersebut tidak peneliti gunakan, disebabkan pertanyaan
tersebut sudah terwakilkan oleh pertanyaan pada no 32, sedangkan
pertanyaan no 32 tetap peneliti gunakan dikarenakan hal tersebut terdapat
dalam sumber acuan peneliti dalam menyusun kuesioner.
2. Uji Reliabilitas
Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk menilai apakah kuesioner
yang diberikan kepada pasien benar-benar dapat digunakan sebagai alat
ukur. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha. Suatu instrumen
dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha >0.6 (Hair et al. 1998).
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas item dapat menggunakan rumus
Alpha Croncbach’s sebagai berikut : (Husein, 2003).
Rtt = [ ] [ ]
Keterangan :
rtt = Koefisien reliabilitas
M = Jumlah butir
Vy = Variansi total
Taraf kesalahan (α) = 0,05
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan Alpha Chronbach
didapatkan hasil sebesar 0,56 maka kuesioner dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian karena
memenuhi nilai yang disyaratkan yaitu nilai alpha ≥ 0,6.
H. Pengolahan dan Metode Analisis Data 1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software statistik.
Pengolahan data melalui beberapa proses yaitu:
a. Editing
Editing merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah
diperoleh atau dikumpulkan. Editing bertujuan untuk mengevaluasi
kelengkapan jawaban dan kesesuaian antara kriteria data untuk
menjawab hipotesis penelitian. Editing dilakukan saat pengumpulan
data, setelah penelliti mengumpulkan kuesioner dari responden,
peneliti memeriksa jika ada pertanyaan yang belum terisi harus
meminta responden untuk melengkapi jawaban. Saat proses editing
terdapat 13 lembar kuesioner yang tidak lengkap, sehingga peneliti
b. Coding
Coding merupakan langkah pemberian kode berupa angka
terhadap beberapa data yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu :
1) Jenis kelamin
Wanita : 1
Pria : 2
2) Pendidikan
Tidak sekolah : 1
Tamat SD / sederajat : 2
Tamat SMP / sederajat : 3
Tamat SMA / sederajat : 4
Perguruan Tinggi : 5
3) Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Bekerja : 2
c. Entry
Entry data merupakan langkah memasukan data yang ada ke dalam
database computer agar lebih mudah untuk dibaca dan
diinterpretasikan.
d. Cleaning
Cleaning merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah
kesalahan mungkin saja terjadi pada saat proses memasukan data ke
komputer.
e. Analizing
Analizing merupakan lengkah mengelolah data yang sudah dimasukan
menggunakan software statistik.
2. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software statistik.
Analisis data dibagi menjadi :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan distribusi
dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini variabel
yang dideskripsikan meliputi karakteristik responden, penampilan
perawat dan kepuasan pasien.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis
penelitian tentang hubungan penampilan perawat dengan kepuasan
pasien. Uji non-parametrik yang digunakan adalah uji Korelasi
c. Normalitas Data
1) Karakteristik Responden
Tabel 3.5 Uji Normalitas Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan Pasien Rawat Inap
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72) Karakteristik
Berdasarkan tabel 3.5, diperoleh nilai p = 0,000. Karena nilai p
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data karakteristk responden
terdistribusi tidak normal.
2) Penampilan Perawat
Tabel 3.6 Uji Normalitas Penampilan Perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Kolmogorov Smirnov
Statistik Df p value
Penampilan Perawat 0,394 72 0,000
Berdasarkan tabel 3.6, diperoleh nilai p = 0,000. Karena nilai p
<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi penilaian
responden terhadap penampilan perawat tidak normal.
3) Kepuasan Pasien
Tabel 3.7 Uji Normalitas Kepuasan Pasien Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Kolmogorov Smirnov
Statistik Df p value
Berdasarkan tabel 3.7, diperoleh nilai p = 0,000. Karena nilai p
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi kepuasan pasien
responden tidak normal.
I. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian. Uji etik pada penelitian ini melalui komite etik
yang dilakukan di FKIK UMY. Etika dalam penelitian ini antara lain:
1. Sukarela
Tidak ada unsur pemaksaan baik dari peneliti maupun orang lain,
sehingga responden mengisi kuesioner secara sukarela. Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan menanyakan
kesediaan responden dalam penelitian ini, sehingga responden berhak
memilih untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian. Selama pengambilan
data terdapat 9 orang yang tidak bersedia menjadi responden sehingga
peneliti harus mencari responden lainnya, dan terdapat 5 orang responden
yang tidak mengembalikan kuesioner sehingga peneliti harus mencari
responden pengganti lainnya.
2. Informed Consent
Kesepakatan formal dari responden penelitian untuk bekerja sama
dengan peneliti dan seluruh sifat penelitian serta peran partisipan di
dan diberikan penjelasan, setiap responden mempunyai hak untuk
menolak atau mengundurkan diri sebagai responden. Jika ada yang tidak
dimengerti, responden dapat menanyakan langsung kepada peneliti. Jika
responden bersedia menjadi responden, maka responden harus
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah peneliti
siapkan.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Seluruh data yang
diperoleh dari responden harus dijaga oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian ini
hanya diketahui oleh peneliti, dosen pembimbing, dosen penguji, dan
lain-lain. Responden hanya mencantumkan inisial dalam lembar kuesioner,
yang selanjutnya peneliti beri nomor pada setiap setiap kuesioner yang
terkumpul sebagai penanda, dan untuk memudahkan dalam mengolah
32 A. Gambaran Wilayah Penelitian
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah merupakan salah satu rumah sakit
swasta kelas B di Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah memiliki
160 jumlah tempat tidur untuk pasien rawat inap, dimana 26 diantaranya
merupakan tempat tidur kelas VIP, dan 76 lainnya disediakan di kamar kelas
III.
Perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah mempunyai standar
dan ketentuan tersendiri dalam penggunaan seragam, yaitu setiap hari senin
sampai dengan kamis menggunakan seragam berwarna hiju polos, sedangkan
hari jum’at dan minggu menggunakan seragam batik. Penggunaan jilbab bagi
perawat perempuan disesuaikan dengan seragam yang dikenakan. Baju yang
digunakan panjangnya paling tinggi 5 cm dari lutut, dan tidak boleh ketat.
Pembagian seragam bagi perawat di PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dilakukan setiap tahun, dan pembagian sepatu hitam setiap dua tahun sekali.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat inap kelas III yang berada di
RS PKU Muhammadiyah dengan jumlah responden sebanyak 72 orang.
Uraian secara deskriptif mengenai karakteristik responden disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
a) Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan) Pasien Rawat Inap di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Prosentase (%)
Jenis Kelamin
Tabel 4.1 menunjukan bahwa berdasarkan jenis kelamin mayoritas
responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (56,9 %).
berusia <50,75 tahun yang berjumlah 37 orang (51,4%). Berdadarkan
tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat
SMA/sederajat sebanyak 21 orang (29,2%) dan yang paling sedikit
adalah responden yang tidak sekolah yaitu sebanyak 4 orang (5,6%).
Berdasarkan pekerjaan dapat dilihat bahwa mayoritas responden bekerja
yakni sebanyak 48 orang (66,7%).
b) Penampilan Perawat
Tabel 4.5 Frekuensi dan Prosentase Penampilan Perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Penampilan Perawat Frekuensi (f) Prosentase (%)
Baik Sumber: Data primer (2016)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menjawab penampilan perawat sudah baik yaitu sebanyak 45 orang
(62,5%).
c) Kepuasan Pasien
Tabel 4.6 Frekuensi dan Prosentase Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Kepuasan Pasien Frekuensi (f) Prosentase (%)
Tabel diatas memperlihatkan mayoritas responden menyatakan
puas dengan penampilan perawat yaitu sebanyak 41 orang (56,9%).
d) Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Penampilan Perawat
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Penampilan Perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei
2016 (n=72) Perguruan Tinggi Total Sumber: Data primer (2016)
Tabel 4.7 berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden
dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 27 orang (37,5%)
menilai penampilan perawat sudah baik. Berdasarkan usia, responden
dengan rentang usia ≥ 50,75 tahun sebagian besar (31,9%) menilai
penampilan perawat sudah baik. Sedangkan berdasarkan tingkat
penidikan lebih banyak responden dengan tingkat penidikan tamantan
baik. Apabila dilihat dari pekerjaan diperoleh data mayoritas
responden yang bekerja yaitu sebanyak 26 orang (36,1%) menilai
penampilan perawat sudah baik.
e) Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Kepusan Pasien
Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016
(n=72) Perguruan Tinggi Total Sumber: Data primer (2016)
Tabel 4.8 menampilkan kepuasan pasien berdasarkan jenis
kelamin dapat diketahui sebagian besar laki-laki yaitu sebanyak 24
orang (33,3%) menyatakan puas dengan penampilan perawat.
Berdasarkan usia, hanya sebagian kecil 2 orang (2,8%) responden
yang menyatakan sangat tidak puas dengan penampilan perawat yaitu
lebih banyak responden tamat SMA menyatakan puas dengan
penampilan perawat yaitu sebanyak 14 orang (19,4%), dan jika dilihat
dari pekerjaan sebanyak 24 orang (33,3%) responden yang bekera
menyatakan puas terhadap penampilan perawat.
f) Hubungan Penampilan Perawat dengan Kepuasan Pasien
Tabel 4.9 Hubungan Penampilan Perawat dengan Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei 2016 (n=72)
Penampilan perawat Sumber: Data primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 tentang hubungan penampilan perawat
dengan kepuasan pasien, diketahui sebagian besar responden menilai
penampilan perawat baik dan menyatakan puas dengan penampilan
perawat sebanyak 23 orang (31,9%).
g) Analisis Data Bivariat
Tabel 4.10 Korelasi Spearman’s rho antara Penampilan Perawat dengan Kepuasan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mei
2016
Penampilan Perawat Correlation Coefficient
1,000 0,637
Sig . 0,000
N 72 72
Kepuasan Pasien Correlation Coefficient 0,637 1,000
Sig 0,000 .
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
korelasi spearman’s rho diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,00.
Nilai p lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan uji
adalah H1 diterima, sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara
penampilan perawat dengan kepuasan pasien di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, dimana semakin baik penampilan
perawat maka semakin tinggi kepuasan pasien.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden (Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan) dengan Penampilan Perawat
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden laki-laki
mempersepsikan penampilan perawat baik. Menurut asumsi peneliti,
laki-laki cenderung menilai penampilan perawat baik karena laki-laki
kurang teliti dalam menilai sesuatu, sehingga laki-laki lebih mudah
untuk menilai penampilan perawat baik tanpa perlu melihat secara lebih
detail. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Oroh
(2014) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh pada
persepsi seseorang terhadap jasa pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Menurut Anjaryani (2009) persepsi yang dihasilkan perempuan
cenderung mempengaruhi penilaian mereka terhadap pelayanan yang
tersebut akan berdampak pada aspek selanjutnya. Arofiati (2009)
mangatakan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki
kemampuan dan cara berfikir yang berbeda-beda dalam menganalis
masalah disekitarnya.
Berdasarkan usia, yaitu responden dengan usia ≥50,75 tahun lebih
banyak menilai penampilan perawat baik, dibandingkan dengan
responden yang berusia <50,75 tahun. Menurut asumsi peneliti, hal ini
terjadi dikarenakan responden dengan usia ≥50,75 tahun adalah orang
yang sedang dalam usia pertengahan (middle age), dimana dalam fase
ini seseorang sudah lebih matang dalam menilai sesuatu disekitanya,
termasuk dalam menilai penampilan perawat selama dalam masa
perawatannya. American Society (2007), menjelaskan bahwa usia dapat
mempengaruhi persepsi pasien, dimana pasien yang berusia lebih tua
mempersepsikan bahwa penampilan perawat merupakan sesuatu yang
penting dibandingkan dengan pasien yang berusia lebih muda yang tidak
terlalu mengangap penting penampilan perawat. Sejalan dengan
penjelasan Jacobalis (2003) bahwa usia merupakan salah satu variabel
yang ikut menentukan persepsi pasien.
Berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa responden dengan
tamat SMA lebih banyak yang menilai penampilan perawat sudah baik.
Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
yang dilihat. Radwin (2013) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang disampaikan
oleh Notoadmojo (2007) bahwa tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan
kesehatan, termasuk penampilan perawat.
Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden yang bekerja
mempersepsikan penampilan perawat sudah baik dibandingkan dengan
responden yang tidak bekerja. Menurut asumsi peneliti, individu yang
bekerja merupakan seseorang yang produktif dan memiliki tuntutan
yang lebih besar. Sementara individu yang tidak bekerja umumnya
memiliki tuntutan yeng lebih kecil karena tidak ingin terbebani oleh
biaya maka pekerjaan dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Wulandari (2013) pekerjaan
dapat mempengaruhi persepsi pasien dimana berhubungan dengan besar
kecilnya penghasilan serta daya beli seseorang terutama dalam
pelayanan kesehatan, yang jika pendapatan meningkat maka harapan
akan jasa kesehatan juga ikut meningkat yang akhirnya dapat
mempengaruhi pasien dalam menilai mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya termasuk penampilan perawat. Supranto (2006)
ditentukan oleh pekerjaan, dimana semakin tinggi tingkat pekerjaan
seseorang maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap suatu pelayanan.
2. Karakteristik Responden (Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan) dengan Kepuasan Pasien
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden laki-laki cenderung
menyatakan puas dibandingkan dengan responden perempuan. Menurut
asumsi peneliti, hal ini dikarenakan perempuan lebih peka terhadap
lingkungan sekitar, sehingga perempuan lebih memperhatikan hal-hal
yang tidak diperhatikan oleh laki-laki, yang menyebabkan lebih tinggi
ketidakpuasan yang dirasakan perempuan dibandingkan laki-laki. Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Loundon & Brita (2008) yang
mengatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih mudah puas dibanding
dengan perempuan. Abdillah (2009) juga mengatakan bahwa laki-laki
cenderung lebih puas terhadap pelayanan kesehatan dari pada
perempuan.
Berdasarkan usia, lebih banyak responden dengan usia ≥50,75 tahun
yang menyatakan puas dengan penampilan perawat dibandingkan
dengan responden yang berusia <50,75 tahun. Menurut asumsi peneliti,
responden yang berusia <50,75 tahun lebih aktif dan tanggap mengenai
pelayanan keperawatan yang diperoleh dibandingkan dengan responden
yang berusia ≥50,75 sehingga usia <50,75 memiliki tuntutan yang lebih
yang menyebutkan bahwa pasien yang berusia lebih tua lebih mudah
merasa puas dalam menerima perlakukan orang lain dibandingkan
dengan pasien yang berusia lebih muda. Dimana pendapat ini sama
dengan pendapat Mardini (2013) yang menyatakan bahwa usia tua lebih
puas terhadap pelayanan kesehatan dibandingkan usia muda,
dikarenakan pasien yang berusia tua cenderung lebih menerima
dibandingkan pasien yang lebih muda. Mardini juga berpendapat bahwa
semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin bijak dalam
menanggapi suatu permasalahan, sehingga kekurangan-kekurangan
selama masa perawatan di RS bisa di maklumi. Koberich (2016)
menjelaskan bahwa usia berpengaruh terhadap persepsi seseorang
dimana usia yang lebih tua membuat seseorang lebih toleren dan lebih
menghormati otoritas profesional serta tidak banyak menuntut dan
mengeluh.
Berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden yang tamat
SMA/sederajat menyatakan puas dengan penampilan perawat. Menurut
asumsi peneliti, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kepuasan seseorang, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin baik dalam menilai dan
menganalisa lingkungan sekitarnya, termasuk dalam hal penampilan
perawat. Ini didukung oleh pernyataan dari Notoadmojo (2007) yang
mempengaruhi harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan.
Trisnantoro (2006) juga mengatakan bahwa pendidikan yang lebih
tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan
konsekuensinya dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Seseorang
dengan pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan yang lebih,
sehingga akan menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Berdasarkan pekerjaan, sesuai hasil penelitian lebih banyak
responden bekerja yang menyatakan puas dibandingkan dengan
responden yang tidak bekerja. Menurut asumsi peneliti, orang yang
bekerja memiliki tuntutan pelayanan yang lebih dibanding orang yang
tidak bekerja. Pada umumnya orang yang bekerja akan memiliki
tuntutan pelayanan kesehatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Dimana semakin besar biaya pelayanan, maka semakin memuaskan
pelayanan yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Brata (2006)
yang menyebutkan bahwa pekerjaan mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, karena orang
yang bekerja lebih menginginkan adanya keseimbangan antar pelayanan
yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Nilaika (2012) juga
berpendapat bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap kepuasan pasien,
dikarenakan pasien yang bekerja merupakan individu dalam masa
produktif dimana orang produktif lebih peka terhadap lingkungan
3. Hubungan Penampilan Perawat dengan Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil analisis bivariat, menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara penampilan perawat dengan kepuasan pasien
dengan kekuatan korelasi (r) sebesar 0,637, dimana semakin baik
penampilan perawat maka semakin puas yang pasien rasakan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
mempersepsikan penampilan perawat sudah baik, dan sudah merasa
puas, namun masih ada sebagian kecil responden yang menilai
penampilan perawat masih kurang serta masih merasa sangat tidak puas
terhadap penampilan perawat. Menurut asumsi peneliti perbedaan
tingkat kepuasan yang terjadi pada beberapa orang responden
disebabkan karena adanya perbedaan usia, tingkat pendidikan dan
pekerjaan antar para responden, mengingat kepuasan yang pasien
rasakan bersifat subjektif tergantung dari latar belakang yang dimiliki,
sehingga responden bisa memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
meskipun mendapat pelayanan yang sama.
Hubungan dimensi tangibel dengan kepuasan pasien menunjukkan
kekuatan korelasi (r) sebesar 0,594 yang berarti memiliki hubungan
yang sedang. Menurut asumsi peneliti, pasien cenderung puas terhadap
dimensi tangibel dikarenakan penampilan perawat baik secara fisik
maupun non-verbal sudah baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Mumu
penampilan petugas kesehatan terlihat rapi dan bersih. Wira (2014) juga
menyatakan bahwa kemampuan pihak RS dalam membuktikan
eksistensinya kepada pihak eksternal yang dapat dipersepsikan oleh
pasien salah satunya yaitu berupa penampilan yang baik.
Hubungan dimensi reliability dengan kepuasan pasien menunjukkan
kekuatan korelasi (r) sebesar 0,733 yang berarti memiliki hubungan
yang kuat. Menurut asumsi peneliti, pasien cenderung menyatakan puas
terhadap dimensi reliability dikarenakan kehandalan perawat dalam
memberikan pelayanan sudah baik, serta perawat dapat dipercaya dan
bertanggung jawab dalam melayani pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian Mumu (2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara dimensi kehandalan dengan kepuasan pasien,
dimana semakin baik petugas kesehatan dalam melayani pasien maka
semakin puas yang pasien rasakan. Rahman et al (2013) juga
menyatakan bahwa dimensi kehandalan berhubungan secara bermakna
dengan kepuasan pasien. Wira (2014) juga menyatakan bahwa pasien
akan mempersepsikan puas jika perawat mampu memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara tepat.
Hubungan dimensi responsiveness dengan kepuasan pasien
menunjukkan kekuatan korelasi (r) sebesar 0,818 yang berarti memiliki
hubungan yang sangat kuat. Menurut asumsi peneliti, mayoritas
dikarenakan kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan yang tepat
waktu sudah baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Mumu (2015) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi
ketanggapan dengan kepuasan pasien, dimana pasien akan menyatakan
puas bila perawat dapat memberikan pelayanan dengan cepat dan
segera menanggapi setiap keluhan pasien. James (2013) juga
menyatakan bahwa ketanggapan perawat terhadap kebutuhan pasien
akan meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan keperawatan.
Hubungan dimensi assurance dengan kepuasan pasien menunjukkan
kekuatan korelasi (r) sebesar 0,983 yang berarti memiliki hubungan
yang sangat kuat Menurut asumsi peneliti, mayoritas responden
menyatakan puas terhadap dimensi assurance dikarenakan perawat
mampu meyakinkan pasien akan perawatan yang diberikan sehingga
dapat membuat pasien percaya terhadap perawat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Mumu (2015) yang menyatakan bahwa pasien akan
menyatakan puas bila perawat terampil dan mampu melayani pasien
serta bisa menjaga kerahasian data pasien. Asmuji (2013) juga
menyatakan bahwa kemampuan perawat dalam menjaga kerahasian
pasien dan meningkatkan kepercayaan pasien selama proses perawatan
dapat memberikan kepuasan kepada pasien.
Hubungan dimensi emphaty dengan kepuasan pasien menunjukkan
yang kuat. Menurut asumsi peneliti, mayoritas responden menyatakan
puas terhadap dimensi emphaty dikarenakan perawat mampu
memberikan perhatian kepada pasien serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pasien selama masa perawatan di RS dengan baik. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mumu (2015) yang menyatakan bahwa pasien
akan menyatakan puas bila perawat mampu mendengarkan keluhan
pasien serta tidak membeda-bedakan status sosial pasien. Chunlaka
(2010) juga menyatakan bahwa dimenis empati sangat berhubungan
dengan kepuasan pasien, dimana pasien akan mempersepsikan puas jika
perawat mampu berkomunikasi secara baik dengan pasien dan keluarga.
Hasil penelitian yang menunjukan terdapat hubungan antara
penampilan perawat dengan kepuasan pasien ternyata mendukung
hasil-hasil penelitian terdahulu. Nova (2010) melakukan penelitian tentang
pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada
RS PKU Muhammadiyah Surakarta, penelitian ini menyimpulkan
bahwa semua variabel dari dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari
Tangibel, Responsiveness, Reliability, Emphaty, Assurance memiliki
pengaruh dan signifikansi terhadap kepuasan pasien rawat inap.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Widyastuti (2013) tentang
hubungan antara mutu pelayanan tenaga perawat dengan tingkat
kepuasan pasien diruang rawat inap puskesmas Wonosegoro 1 Byolali.
antara mutu pelayanan perawat dengan kepuasan pasien, yaitu semakin
baik mutu pelayanan perawat, maka tingkat kepuasan pasien semakin
meningkat.
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
1. Kelemahan dalam penelitian ini
a. Kuesioner penelitian yang digunakan belum dapat menjangkau
keseluruhan aspek yang terdapat dalam variabel yang diinginkan.
b. Banyaknya jumlah populasi penelitian, yang tidak memungkinkan
peneliti untuk mengambil sampel yang lebih besar, dikarenakan
keterbasan waktu penelitian.
2. Kekuatan dalam penelitian ini
a. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
49 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 72 responden pasien
rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penampilan perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta baik
sebanyak 62,5%.
2. Tingkat kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta puas
sebanyak 56,9%.
3. Terdapat hubungan yang kuat antara penampilan perawat dengan
kepuasan pasien.
B. Saran
1. Bagi Direktur Rumah Sakit
a) Diharapkan dapat menyusun standar operasional pelayanan (SOP)
guna mendorongg peningkatan penampilan perawat yang dapat
meningkatkan kepuasan pasien di RS.
b) Mampu mensosialisasikan operasional pelayanan pada seluruh
perawat .
c) Mampu mengevaluasi dan memonitoring keberhasilan dari standar
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat tetap mempertahankan penampilan baik secara
fisik maupun non-verbal dalam merawat pesien.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan ada penelitian selanjutnya dengan menggunakan populasi