• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG BERBUDAYA JAWA DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANGUNJIWO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU IBU YANG BERBUDAYA JAWA DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANGUNJIWO"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANGUNJIWO

Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Di susun oleh

HIKMAH SYAHPUTRI 20120320091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG BERBUDAYA JAWA DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA

BANGUNJIWO

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Di susun oleh

HIKMAH SYAHPUTRI 20120320091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG BERBUDAYA JAWA DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA

BANGUNJIWO

Disusun Oleh :

HIKMAH SYAHPUTRI

20120320091

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal :

22 Agustus 2016

Dosen Penguji

Sri SumaryaniS.Kep.,Ns.,M.kep.,Sp.Mat. (...) NIK :

19770313200104173046

Dosen Pembimbing

Nur Azizah Indriastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep (...) NIK : 19841217201507173161

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hikmah Syahputri

NIM : 20110320130

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dann Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang peneliti tulis ini benar-benar merupakan hasil karya peneliti sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari peneliti lain telah disebutkan didalam teks yang tercantum dalam daftar pustaka dibagian terakhir Karya Tulis Ilmiah Ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka peneliti bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta 19 Agustus 2016 Yang Membuat Pernyataan

(5)

motivasi, menguatkan anak-anaknya dan selalu mendoakan aya tiap waktu you’r the best father i had. Untuk almarhumah ibu wanita tercantikku didunia saya selalu yakin ibu pasti mengawasi dan akan selalu ada dihati kami anak-anaknya selamanya. 2. Kedua adikku, imron dan ummi yang selama ini telah memberi dukungan . semoga

kita bisa menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua.

3. Ibu Nur Azizah Indriastuti, terimakasih atas waktu dan kesabarannya telah membimbing kami hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

4. Puskesmas Kasihan 1 Bantul, terimakasih telah memberi izin dan membantu untuk melakukan penelitian disetiap posyandu.

5. Semua dosen PSIK UMY yang selama ini telah memberikan ilmu dan dukungan selama saya berada di PSIK UMY.

6. Untuk yang selalu ada, achmad charlanda terima kasih selalu sabar, memberi semangat dalam hal apapun dan mendengarkan keluh kesah saya

7. Sahabatku tersayang, Sallisa annisa ramadhani walaupun kita jauh tapi itu bukan suatu hambatan untuk saling mendukung. Terima kasih telah menjadi tempatku berbagi sedih dan bahagia.

8. Untuk Dewi Arina, Anindya Sekar, Dwipuji, Zulfaratna dan Dewi pangestuti saya beruntung bisa punya kalian. Terimakasih atas semua hal yang kita lalui bersama. 9. Teman- teman PSIK UMY angkatan 2012 terimakasih karena telah saling mendukung

(6)

HALAMAN MOTTO

“ Tak ada yang m mak amu untuk m ra a dih. K tika k dihan datang, kaulah yang

memberikannya ruang untuk masuk kedalam hidupmu. Kau yang tidak menjaga pintu hatimu dengan hal-hal baik, sehingga hal-hal buruk pun mampu untuk singgah dan menetap. Karena pada akhirnya, hanya dirimulah yang tertinggal untuk berdiri bagi dirimu sendiri. Tidak ada

yang lain. “

“B r yukurlah untuk yang telah kita capai namun tetap semangat untuk yang belum kita

capai, dan Jangan kita hanya terpaku pada pintu yang tertutup, sehingga tidak melihat masih ada pintu lain yang terbuka.”

“Waktu adalah p dang, jika kamu bi a m nggunakan d ngan baik, maka pasti akan

membawa keberuntungan, tapi jika kau menggunakan dengan buruk, pasti dia akan m mbunuhmu”

Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu

(7)

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “P ngaruh Budaya Jawa Pada Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Pengganti ASI

(MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Bangunjiwo” bagaimana m tinya.

Karya tulis ini disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universiitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Nur Azizah Indriastuti S.Kep,.Ns.,M.Kep. selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu dan nasihat serta memotivasi dan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

2. Sri Sumaryani,.S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat., HNC. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu – ibu di Desa Bangunjiwo dan Puskemas Kasihan 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin tempat dan bantuannya dalam penelitian ini.

4. Kedua orang tua Bapak Nur Alim dan Almarhumah Ibu Sri Prihatun yang selama ini memberikan dukungan baik moril dan mmateril serta tak henti memotivasi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh teman-teman PSIK 2012 yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk wisuda bersama.

(8)

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masi banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematika. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan karya tulis ini.

Yogyakarta, 2016 Penulis

(9)

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 11

2. Perilaku ... 3. Kebudayaan ... ... 19 22 B. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

G. Cara Pengumpulan Data ... 36

(10)

I. Etik Penelitian ... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN ...

..

(11)

Tabel 2.1 Definisi Operasional...………….…... 17

Tabel 3.2 Kisi-ki i p rilaku k ual………. 46

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi data ibu – ibu di desa bangunjiwo….…… 56

Tabel 4.2 Gambaran perilaku Ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan dan Persetujuan Responden Lampiran 2. Lembar Kuesioner

Lampiran 3. Hasil olah Data Penelitian Lampiran 4. Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etika Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Balasan dari Tempat Penelitian

(13)
(14)

Gambaran Perilaku Ibu yang Berbudaya Jawa Dalam Pemberian MP-ASI

Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Bangunjiwo

Behavior description mother Cultured Java In Providing MP-ASI in Infants

Age 0-6 Months In Bangunjiwo Village

Hikmah Syahputri1, Nur Azizah Indriastuti2

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Ilmu Keperawatan FKIK UMY

INTISARI

Latar Belakang: Cakupan ASI bayi sampai umur 6 bulan di Indonesia menurun dalam 6 tahun terakhir yang dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) dini. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh budaya Jawa dengan provinsi Jawa sebagai provinsi tertinggi dalam pemberian MP – ASI dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian makanan pengganti ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan.

Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross – sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 57 responden yang dipilih melalui total sampling. Instrumen yang digunakan merupakan kuesioner perilaku ibu berbudaya Jawa dalam pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Data dianalisis dengan analisis univariat.

Hasil: bahwa gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI adalah kategori baik sebanyak 3 orang (5,3%) dan kategori sangat baik sebanyak 54 orang (94,7%) dari total 57 responden

Kesimpulan dan Saran: Budaya Jawa berpengaruh kuat terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP – ASI. Para ibu diharapkan untuk menggali informasi yang benar terkait pemberian MP-ASI pada bayi sesuai kondisi dan usia. Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang berbeda dengan topik yang sama dan tempat penelitian tidak hanya satu bangsal saja. Peneliti selanjutnya juga dapat lebih memperhatikan faktor lain yang dapat berpengaruh dalam variabel yang diteliti.

Kata kunci : Budaya Jawa, MP-ASI, perilaku

ABSTRACT

Background: Coverage of breastfed infants up to the age of 6 months in Indonesia decreased in the last 6 years were influenced by the mother's behavior in providing food Complementary mother's milk (MP - ASI) early. Such behavior is influenced by the culture of Java with Java province as a province in the delivery of MP - ASI early. The purpose of this study was to determine Behavior description mother Cultured Java In Providing MP-ASI in Infants Age 0-6 Months

Methods: The study was a descriptive study with cross - sectional. Samples in this study amounted to 57 respondents were selected through the total sampling. The instrument used was a questionnaire Java cultured mother's behavior in the provision of complementary feeding in children aged 0-6 months were made by researchers. Data were analyzed by univariate analysis.

Results: The level of Javanese cultural influences on behavior in the provision of maternal breast milk on a strong level (70.2%) of the total 57 respondents.

Conclusions and Recommendations: Java Cultural powerful influence on the behavior of the mother in the provision MP - ASI. Mothers are expected to dig up the correct information related to the provision of complementary feeding in infants according to the condition and age. Researchers further subsequent researchers can conduct different studies on the same topic and the research is not only one ward alone. Researchers further can also pay more attention to other factors that can affect the variables studied.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting terhadap bayi. Ketidakseimbangan gizi pada bayi menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif dan kualitatif bagi bayi sangat berbeda dengan kebutuhan gizi bagi anak dan orang dewasa, dengan demikian untuk menjamin kecukupan gizi dan kesehatan bayi yang layak, dibutuhkan keseimbangan antara energi dan sejumlah besar zat gizi (R.Simanjuntak, 2012). Sudah kewajiban seorang ibu untuk memberi gizi pada bayinya, unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI dari awal kelahiran sampai umur 6 bulan sesuai rekomendasi WHO tahun 2010 diberikan ASI eksklusif (Semiarty, Chundrayeti & Fitri, 2014) .

(16)

2

ibunya secara eksklusif tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan (MP-ASI) pada bayi.

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan dengan frekuensi yang tinggi yaitu setiap 3-5 jam sekali menyebabkan kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga mengarah ke gizi lebih . Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi sebelum umur 6 bulan akan menimbulkan resiko seperti gangguan menyusui, diare dan obesitas (Ariani dalam Sari, 2012) . Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia 0-6 bulan secara global dilaporkan kurang dari 40%. Secara nasional cakupan ASI untuk bayi sampai umur 6 bulan mengalami fluktuasi, yaitu 24,3% pada tahun 2008, kemudian meningkat pada tahun 2009 menjadi 34,3%, dan menurun pada tahun 2010 menjadi 33,6% (Semiarty, Chundrayeti & Fitri, 2014) .

(17)
(18)

4

setelah kelahiran karena pemberian Makanan Pengganti ASI( MP – ASI) dini (Sari, 2012) . Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia .

Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula/MP-ASI meningkat 3 kali lipat. (Yuliarti, 2010). Jenis MP - ASI yang diberikan dapat berupa pisang, bubur instant dan bubur yang dibuat sendiri (Mariastuti, 2010) . Hal ini menunjukkan bahwa minuman dan MP-ASI sudah mulai diberikan pada umur lebih dini daripada yang dianjurkan.

(19)

& Pangemanan, 2014). Orang Jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang menitik beratkan aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan, kelahiran serta perawatan ibu dan bayi sehingga di dalam budaya Jawa terdapat berbagai upacara adat yang rinci untuk menyambutnya (Ibid ; Hal. 5).

Banyak tradisi / adat yang masih melekat pada masyarakat Jawa. Masyarakat tersebut masih menjunjung tinggi tradisi/adat, tidak jarang dari mereka masih bersifat tradisionalisme. Artinya, diantara mereka masih mengagungkan keyakinan dan praktik masa lalu sebagai sesuatu yang tidak boleh diubah. Mereka menganggap tradisi itu bersifat tetap, mereka mendesak orang lain agar orang melakukan sesuatu atau berprilaku yang seperti biasa dilakukan sebelumnya (Aprinus, 2014). Sistem kepercayaan dalam adat istiadat orang Jawa mengandung pedoman yang dapat memberikan arah dan orientasi bagi masyarakat yang mendukungnya oleh karena adat istiadat bagi masyarakat Jawa merupakan konsep yang bernilai dan berharga bagi kehidupannya (Koentjadiningrat, 1998 : 319).

(20)

6

akhirnya masyarakat Jawa berpikir bahwa makanan ini baik diberikan pada usia dibawah 6 bulan (Sari, 2013) .

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 26 - 27 September 2015 di Puskesmas Kasihan I Yogyakarta yang mayoritas masyarakat bersuku Jawa, dari 10 ibu yang memiiki bayi usia 0-6 bulan seluruhnya telah diberikan MP-ASI dan masih beranggapan bahwa dalam pemberian MP-ASI pada bayi dikarenakan anak rewel dan ibu yang masih memegang kuat tradisi leluhur. Jenis MP-ASI yang diberikan umumnya adalah makanan instan seperti bubur, susu formula, pisang, nasi yang dilumat, dan madu. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh budaya Jawa terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, kesimpulan bahwa rumusan masalah yang dapat diambil adalah bagaimana mengetahui gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawadalam pemberian makanan pengganti ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo. C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Orang Tua atau ibu

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang makanan pendamping ASI bagi anaknya dengan mengakses buku KIA, sehingga dengan pengetahuan yang mereka miliki mereka mampu memberikan makanan pendamping ASI yang baik dan benar pada anaknya dan akhirnya berdampak pada peningkatan status gizi anaknya.

2. Bagi Petugas Bagi Profesi Ilmu Keperawatan

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi perawat yang bekerja dirumah sakit maupun perawat di instasi lain supaya meningkatkan mutu dan memotivasi ibu agar tidak memberikan MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan .

3. Bagi Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk melakukan program pendidikan kesehatan dalam pemberian MP ASI .

4. Bagi penelitian yang lain

(22)

8

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muffida et al (2015) dengan judul Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air susu Ibu (MP-ASI) untuk

bayi 6-24 bulan. Tujuan dari penelitian ini merupakan suatu kajian

pustaka yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang pemberian MP-ASI yang benar dan tepat. Penelitian ini merupakan penelitian descriptive analitik. Hasil penelitian ini menunjukan pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya zat gizi, mudah dicerna, mudah disajikan, mudah menyimpannya, higienis dan harganya terjangkau. Makanan tambahan pada bayi dapat berupa campuran dari beberapa bahan makanan dalam perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pemberian MP-ASI untuk bayi ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan. ASI yang diberikan harus bertahap sesuai dengan umurnya. MP-ASI harus bervariasi, padat gizi, sanitasi dan hygienitas harus diperhatikan supaya bayi tidak terinfeksi bakteri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti adalah design penelitian,tempat dan waktu serta pengambilan sampel.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al (2015) dengan judul faktor

(23)

dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini. penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan rancangan Crosectional. Hasil penelitian ini menunjukan diperoleh hasil 13 (30,2%) responden mempunyai pengetahuan baik, sedangkan 23 (53,5%) mayoritas berpendidikan dasar, status pekerjaan responden mayoritas ibu rumah tangga 19 (44,2%), responden yang mengikuti tradisi 24 (55,8%) dan umur responden <20 tahun sebanyak 23 (53,5%) dini. Dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, tradisi, dan dukungan keluarga. Sedangkan pendidikan tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini. Dari hasil penelitian ini di sarankan adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya ketepatan pemberian MP-ASI sehingga perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti adalah, tempat dan waktu serta pengambilan sampel. Persamaannya adalah jenis metode penelitian .

3. Penelitian yang dilakukan D.Ginting (2012) dengan judul Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian

MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari

(24)

10

MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6 Bulan. Hasi penelitian ini menunjukan tingkat pengetahuan dengan nilai p<0,001 (RP=2,4,95%CI = 1,74-3,38), sikap dengan nilai p<0,001(RP=1,9, 95%CI = 1,26-2,88), status pekerjaan dengan nilai p<0,001(RP=1,91, 95%CI = 1,22-2,99), paritas dengan nilai p=0,013(RP=1,4, 95%CI = 1,10-1,79), dukungan keluarga dengan nilai p<0,001(RP=3,26, 95%CI = 1,62-6,58), peran petugas kesehatan dengan nilai p<0,001(RP=2,73, 95%CI = 1,62-4,61), dan sosial budaya dengan nilai p<0,001(RP=2,35, 95%CI = 1,58-3,50) mempengaruhi pemberian MP-ASI Dini pada bayi usia <6 bulan (nilai p<0,05). Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dengan nilai rasio prevalens (RP) =29,8 (95%CI : 2,9-306,1) mempunyai pengaruh paling besar terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan (nilai p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan, sikap, status

pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan

sosial budaya terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6

bulan. Sarannya puskesmas Barusjahe perlu meningkatkan

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat

(25)
(26)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MP-ASI 1. Pengertian

Makanan pengganti ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya . Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI (Mufida, dkk, 2015) . MP-ASI biasanya diberikan kepada neonatus dengan proses menyusui >1 jam setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar atu alasan tradisi . Pemberian MP-ASI dapat diberikan oleh penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga neonatus . Berdasarkan uraian tersebut MP-ASI yang diberikan pada neonatus sebelum ASI ibu keluar selama 1 – 2 hari seperti susu, madu, air kelapa, pisang, air tajin, dan air nasi (Riskesdas, 2013) .

2. Pengelompokan MP-ASI

(27)

a. Menurut rasanya : manis dan netral. Contohnya adalah susu formula, susu bubuk , ataupun susu kental manis yang dapat dibuat sendiri yang dikeluarkan oleh suatu pabrik susu, dan juga dapat menggunakan air putih sebagai MP-ASI

b. Menurut pH cairan. Baik yang sudah diasamkan ataupun yang tidak diasamkan.

c. Menurut kadar nutrient. Contohnya adalah MP-ASI yang mengandung rendah lemak ataupun rendah laktosa.

d. Menurut bahan utama sumber protein. Contohnya adalah MP-ASI yang terbuat dari keledai seperti susu kedelai. Biasanya banyak digunakan untuk bayi yang mempunyai alergi pada susu formula.

e. Menurut maksud penggunaan. Baik yang digunakan sebagai pengganti ASI untuk program diet dengan bayi yang mempunyai penyakit metabolik bawaan tertentu sehingga memerlukan pengobatan, ataupun digunakan sebagai pelenkap ASI.

(28)

14

3. Faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan

a. Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar,2010). Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan pada ibu yang tidak bekerja.

(29)

sosial ekonomi keluarga yang meningkat inilah yang menyebabkan dan memudahkan ibu untuk memberikan susu formula dan MP-ASI pada anak dibandingkan dengan pemberian MP-ASI eksklusif (Ratih, 2013) .

b. Pendapatan

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar . Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Harahap, 2013) . Menurut penelitian Zulfanetti di Jambi, ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 –Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar44% (Pernanda, 2010) .

c. Pendidikan

(30)

16

mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI rendah dan sebaliknya tingkat pendidikan tinggi dan tinggi sekali akan menjadikan pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan lebih baik (Sunaryo, 2010).

d. Pengetahuan

Pengetahuan para ibu juga berhubungan dengan sumber informasi yang ibu dapatkan dari mitos dan media massa. Ibu menyatakan bahwa penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MP-ASI turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada saat upacara bayi (aqiqah) yang telah mencapai usia tiga bulanan. Tidak hanya itu saja, ibu menyatakan juga tertarik akan iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh produsen susu (Ginting, Sekawarna dan Sukandar, 2013) .

e. Budaya/Suku

(31)

f. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan dan gencarnya pemberian susu formula juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ASI eksklusif. Petugas kesehatan saat ini mulai banyak yang melakukan pemberian susu formula dan produk bayi lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya berdasarkan pada keuntungan finansial (Kristianto & Sulistyani, 2013) .

g. Mitos dan mertua

Beberapa mitos yang sering terjadi disekitar lingkungan kita adalah pada saat hari pertama hingga hari ketiga, ketika ASI belum keluar maka bayi perlu mendapatkan cairan untuk membuat bayi tidak merasa haus. Karena kurangnya pengetahuan ini, maka banyak para ibu yang memberikan susu formula ataupun MP-ASI seperti air putih , teh, air kelapa kepada bayi mereka sebelum waktunya.

4. Tujuan MP-ASI

a. Mencapai tumbuh kembang yang optimal baik dari perkembangan fisik, motorik, dan perkembangan intelektual.

b. Menghindari terjadinya kekurangan gizi c. Mencegah terjadinya malnutrisi

d. Menghindari terjadinya penyakit

(32)

18

5. Pola pemberian MP-ASI pada anak 0-6 bulan

Menurut Dinkes dalam Puspita 2011, Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya . Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari). Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, airteh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui .

6. Syarat pemberian MP-ASI

(33)

pencernaannya. MP-ASI merupakan segala bentuk makanan ataupun minuman yang memiliki cakupan gizi yang diperlukan bayi, sehingga nasi bukan satu0satunya sumber karbohidrat yang amat penting dalam pemenuhan gizi seimbang didalamnya.

7. Indikator bahwa bayi siap menerima MP-ASI

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima MP-ASI menurut KEMENKES RI 2012 antara lain :

a. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga .

b. Menghilangnya refleks menjulurkan lidah

c. Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk mrnunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan. d. Bayi bersemangat untuk mengambil makanan dan mencoba untuk

meraihnya.

e. Kelihatan menyukai rasa-rasa baru.

f. Bayi sudah bisa membawa makanan sendiri dalam genggaman tangannya

8. Dampak Pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan

(34)

20

menerima MP-ASI, septisemia dan meningitis, bayi mungkin menderita intoleransi terhadap protein di dalam susu formula tersebut, serta timbul alergi misalkan eksim . pemberian MP-ASI sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi serta malas menyusui atau “bingung puting ibu” (Riskesdas, 2013) . Selain mengalami gangguan diatas, dapat timbul efek samping lain, yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat sampai terjadi obesitas, bisa juga anak mengalami alergi dari makanan yang dikonsumsi (Sari, 2013) .

B. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan seseorang yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan juga masyarakat (Nursalam, 2008).

2. Macam-macam perilaku

Notoatmodjo 2010 berpendapat bahwa perilaku manusia dibedakan menjadi 2. Perbedaan ini didasarkan pada respon seseorang terhadap stimulus, yaitu :

a. Perilaku tertutup

(35)

orang lain, perilaku ini masih berupa presepsi, perhatian dan pengetahuan sikap seseorang tersebut.

b. Perilaku terbuka

Perilaku dapat berupa tindakan riil atau nyata dan terbuka dari seseorang terhadap suatu hal. Perilaku terbuka ini sudah bisa atau dapat diamati oleh orang lain dan respon yang jelas berupa tindakan atau praktek yang nyata.

3. Proses adaptasi perilaku

Menurut Efendi,Ferry&Makhfudli (2010) terdapat suatu proses sebelum terjadinya proses adaptasi perilaku baru, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest , yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(36)

22

tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

4. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi , yaitu : a. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan seseorang yang diperolehnya secara monolog sehingga menjadi suatu keyakinan yang mendukung berbagai pencapaian tujuan hidupnya (Wibowo, 2008).

b. Sikap

LIPI 2007 (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mengatakan bahwa sikap adalah gabungan perasaan dan keyakinan yang berkaitan dengan suatu objek dan cenderung bertindak kepada objek tersebut dengan cara tertentu.

c. Pengetahuan

(37)

C. Kebudayaan

1. Pengertian budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, adat - istiadat (Michelleaugustine, 2015) . Sebagai pengetahuan yang dipelajari dan disebarkan, kultur menjadi suatu petunjuk bagi seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak sehingga menjadi suatu pola yang mengekspresikan siapa mereka. Hal tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Lestari ,Widodo & Sumardino, 2014) .

2. Dimensi budaya

Orang-orang di setiap masyarakat harus memahami berbagai konsep yang mendasar bagi kehidupan manusia. Dimensi budaya adalah keyakinan bahwa orang memegang sifat manusia tentang bawaan, hubungan sosial, hubungan antara manusia dan alam, waktu, dan aktivitas (Kluckhohn & Strodtbeck 1961). Beberapa hal yang termasuk dimensi budaya :

a. Keyakinan

Keyakinan diri adalah perasaan individu mengenai

kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan

dalam situasi-situasi khusus yang mungkin tidak dapat

(38)

24

b. Sifat manusia

Sifat manusia dapat dipahami sebagai bawaan buruk, baik , atau campuran baik dan buruk. Pemahaman ini keduanya tercermin dalam dan diciptakan oleh keyakinan agama.

c. Hubungan sosial

Hubungan sosial ada di semua masyarakat, tetapi dipahami dan terstruktur berbeda. Hubungan dengan orang lain dapat didekati dengan dua cara dasar : individualistically atau collectivistically. Dalam budaya individualistis (misalnya, Eropa

Barat, Anglo-Amerika, Afrika Amerika), orang cenderung berusaha menuju kemerdekaan, keunikan, ekspresi diri, dan menekankan pada nilai-nilai individual, seperti kekuasaan dan pencapaian pribadi. Dalam budaya kolektif (misalnya, Afrika, Asia, Timur Tengah, Latino), orang cenderung berusaha menekankan nilai-nilai kebersamaan, seperti kerjasama dan tanggung jawab kepada kelompok. Meskipun individualisme dan kolektivisme tidak saling eksklusif, orang umumnya memilih satu dari pendekatan di atas (Hofstede dkk 1980).

d. Hubungan dengan alam

(39)

memanfaatkan sumber daya alam, melindungi atau kerusakan lingkungan, dan merespon bencana alam.

e. Waktu

Budaya dapat fokus pada saat ini, masalalu atau masa depan. Fokus pada saat ini menghasilkan aliran alami dengan kejadian hari. Penekanan pada masa depan menghasilkan perencanaan dan penjadwalan. Sedangkan fokus pada masa lalu ditampilkan dalam menghormati orang tua seseorang dan leluhur. f. Aktivitas

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusialainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan (J.j. Hoenigman, 2015).

3. Ciri – ciri kebudayaan

(40)

26

berikutnya, dari generasi ke generasi (transmitted accross time periods and generations) .

4. Unsur - unsur kebudayaan

Unsur unsur kebudayaan menurut Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of Culture (1953)

a. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Menurut Keesing (1999:64), kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

b. Sistem Pengetahuan

(41)

Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya . c. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat 2010 tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan - tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya .

d. Sistem Peralatan

(42)

benda-28

benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik .

e. Sistem Mata Pencaharian

Hidup mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menja difokus kajian. Penelitian etnografi mengenai sistem mata . pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

f. Sistem Religi

(43)

g. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,dan hiasan .

5. Budaya Jawa dalam pemberian MP-ASI

Pulau jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia, hampir 60%

dari peduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Sebagai penduduk

terpadat, Jawa juga menjadi suku bangsa terbesar di Indonesia. Seperti

halnya suku bangsa lain, suku bangsa Jawa juga memiliki banyak

ritual adat yang mengikat anggotanya salah satunya dalam pemberian

MP-ASI pada bayi. Berikut upacara adat yang dilakukan masyarakat Jawa dalam kelahiran menurut teks platenabum Yogyakarta 30 :

(44)

30

b. Upacara Adat Tahnik dan Brokohan : Rangkaian upacara ini berupa Tahnik artinya suapan pertama dari makanan yang diberikan pada bayi yang baru lahir. Pada umumnya, makanan yang akan ditahnik terlebih dahulu dilumat atau dihaluskan, kemudian diberikan kepada sang bayi sambil menggosok-gosokkannya kelangit-langit mulut . Terkadang makanan yang akan diberikan juga diberi madu dengan maksud sebagai pelatihan bagi sang bayi untuk dapat makan, memberikan rangsangan terhadap makanan dan minuman, dan menjaga kondisi fisik dan kesehatan bayi agar tahan terhadap serangan penyakit. Kemudian dilanjutkan memendam ari-ari atau plasenta si bayi. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan sesajen brokohan kepada sanak saudara dan para tetangga. c. Pelaksanaan Aqiqah : Setelah upacara-upacara dilangsungkan,

kemudian pada bulan ke tiga dilanjutkan dengan acara penyembelihan kambing, mencukur rambut bayi dan memberi nama. Bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok karena bayi dianggap sudah mampu untuk menerina MP-ASI saat upacara 3 bulanan tersebut (Ratih, 2013) .

(45)

tidak mudah slep (kejang) . Hal ini sudah menjadi kebiasaan, sehingga pada akhirnya dapat mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaaan yang ada (Sari, 2013) . e. Upacara babaran yaitu dengan menyuapkan bubur yang berasal

dari tepung beras pada bayi yang baru lahir. Upacara ini di yakini dapat menghindari penderitaan dari ibu dan bayi.

(46)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan di desa Bangunjiwo.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010) . Populasi penelitian ini adalah 57 orang ibu berbudaya jawa yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang memberikan MP-ASI di Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14 posyandu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011) . Populasi dalam penelitian ini adalah 57 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14 posyandu. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah Total Sampling pengambilan yaitu pdengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel sehingga besar

sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 57 ibu yang memiliki

(47)

100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2010). Sehingga sampel yang digunakan peneliti yaitu 57 ibu – ibu Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14 posyandu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. a. Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :

1) Ibu yang bisa membaca dan menulis 2) Ibu yang bersuku Jawa

b. Kriteria eksklusi , yaitu :

1) Ibu yang tidak hadir dan tidak bersedia menjadi responden 2) Ibu yang tidak mengumpulkan kuesioner secara lengkap C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14 posyandu. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli - agustus 2016.

D. Variabel dan Difinisi Operasional 1. Variabel

(48)

28

2. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI

Tindakan ibu yang memiliki keyakinan/kepercayaan,konsep pandangan hidup serta cara masyarakat jawa dalam memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesuai nilai-nilai yang diaut secara turun temurun tentang tata cara pemberian MP-ASI. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan skala likert. Hasil pengukurannya pendapat negatif dinyatakan dalam berbagai tingkat (1-5) : selalu (1),sering (2) ,kadang-kadang (3) ,tidak pernah (4) ,dan tidak pernah sama sekali (5) (Nursalam, 2013). E. Instrumen penelitian

(49)

pernah (4) ,dan tidak pernah sama sekali (5). Skoring penilaian untuk ke dua variabel ini dibagi menjadi 2 kategori adalah sebagai berikut :

1) Dikategorikan Baik : 0 – 50 2) Dikategorikan Baik Sekali : 51 - 100 3.1. Tabel kisi-kisi kuesioner

No Variabel Item Favorabel Unfavorabel

1 Perilaku ibu usia 0-6 bulan yaitu dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada ibu- ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang telah memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Peneliti bekerja sama dengan Bpk. Rohmat selaku ketua kesehatan gizi di puskesmas I Kasihan dalam proses pembagian kuisioner . kuesioner diberikan ke 14 posyandu.

(50)

30

ibu akan menjawab kuisioner ditempat . Sebelum mengisi kuisioner, responden diberikan inform consent apakah responden bersedia mengisi kuisioner tersebut. Peneliti menunggu responden selesai mengisi kuisioner dan jika terdapat pertanyaan yang belum diisi maka peneliti dapat meminta responden untuk mengisi terlebih dahulu. Peneliti menjaga kerahasiaan informasi dan identitas responden untuk tidak disebarluaskan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Sugiyono, 2014). Uji validitas ini menggunakan aplikasi komputer atau software statistik.

Uji validitas dilakukan di Desa Bangunjiwo sebanyak 20 orang ibu berbudaya jawa yang memiliki anak usia 0-6 bulan. Setelah dilakukan uji validitas, didapatkan bahwa seluruh pertanyaan pada instrumen ini adalah valid. Setiap pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Nilai signifikan yang diambil adalah p=0,05 dengan r tabel 0,4438, maka valid jika r hitung > 0,4438 dan tidak valid jika r hitung < 0,4438.

(51)

dihitung dengan menggunakan analisis Alpha-Cronbach dengan aplikasi komputer atau software statistik. yang dapat digunakan baik untuk instrument yang jawabannya berskala maupun yang bersifat dikotomis (hanya mengenal dua jawaban yaitu benar dan salah).

Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha-Cronbach kostanta (0,6), sedangkan nilai Alpha-Cronbach ≤ ko tanta 0,6), maka in trum n dikatakan belum reliabel (Arikunto, 2013). Hasil uji manyakan bahwa instrumen S-AI form Y adalah reliabel dengan nilai Alpha-Cronbach 0,936

G. Pengolahan dan Metode Analisa Data 1. Pengolahan data

Menurut Notoadmodjo (2012), dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti, sehingga Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul. b. Coding

Coding merupakan suatu kegiatan pemberian kode numerik

(52)

32

untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

c. Entry data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

H. Metode Analisa Data 1. Analisa univariat

(53)

I. Etik Penelitian

Penelitian membutuhkan prinsip dalam pertimbangan etik untuk menghindari adanya pelanggaran dengan melakukan tindakan tidak etis. Prinsip etik yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Self Determination

Prinsip self determination didasarkan atas penghormatan terhadap responden sebagai subyek penelitian. Responden memiliki kebebasan menentukan hak dan kesediaannya mengikuti penelitian ini tanpa paksaan, sehingga ikut terlibat secara sukarela dan menandatangani informed consent/ lembar persetujuan setelah mendapatkan penjelasan

tentang penelitian ini.

2. Respect For Justice and Inclusiveness

Peneliti akan menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan menjelaskan prosedur penelitian dan tidak membeda-bedakan latar belakang gender, agama, dan etnis dalam melakukan intervensi.

3. Anonimity dan Confidentiality

Prinsip anonimity dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama responden dalam kuesioner, nama responden diganti dengan kode untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan data. Sedangkan prinsip confidentiality (menjaga informasi yang diberikan responden), dilaksanakan dengan cara memasukkan hasil pre-test dan post-test dalam sebuah kotak. Data yang ditampilkan pun

(54)

34

4. Protection from Discomfort and Harm

Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk menyampaikan ketidaknyamanan dan tidak melanjutkan pengisian kuesioner bila mengalami ketidaknyamanan atau penurunan kesehatan.

(55)
(56)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bangunjiwo yang terdiri dari 14 posyandu dan berlokasi di Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa Bangunjiwo merupakan salah satu dari empat desa yang terletak di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Jarak desa ini lebih kurang 4 km dari ibukota Kecamatan Kasihan , dan sekitar 8 km dari ibukota Kabupaten Bantul. Desa Bangunjiwo berdiri tanggal 6 Desember 1946 sebagai gabungan dari desa Paitan, Sribitan, Bangen dan Kasongan. Saat ini terdiri dari 19 pedukuhan (kampung) dan 135 RT dengan jumlah penduduk yang terdaftar di buku register penduduk sebanyak 19.809 jiwa tediri dari 4.466 KK.

Vi i yang dimiliki D a Bangunjiwo adalah “Bangunjiwo yang

maju dalam bingkai nilai – nilai tradisi yang kuat. Demi mewujudkan visi yang telah dirancang, Desa Bangunjiwo juga menyusun misi diantaranya : Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat, Menumbuh kembangkan peran masyarakat dalam pembangunan fisik maupun non fisik, Memasyarakatkan nilai demokrasi, Melestarikan budaya dan nilai tradisi , dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(57)

industri kerajinan, pertanian, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, dan puskesmas 1 Kasihan Bantul yang memiliki pelayanan rawat inap 24 jam, untuk kegiatan kesehatan.

Di Desa Bangunjiwo usia yang paling rentan terganggu kesehatannya adalah usia balita dan lansia. Untuk itu kegiatan posyandu sudah menjadi kegiatan rutin bagi warga Desa Bangunjiwo. Di Desa ini terdapat dua jenis posyandu, yaitu untuk balita yang dilakukan setiap 1 bulan sekali yakni setiap tanggal 15. Dan posyandu untuk lansia yang dilaksanakan setiap tanggal 12. Namun di bulan ramadhan kegiatan posyandu dilakukan lebih awal. Waktu pelaksanaan maju menjadi tanggal 12 untuk balita dan tanggal 7 untuk lansia. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu perlu diadakan penyuluhan sekaligus pendampingan dengan mendatangkan tenaga ahli dari puskesmas yang bekerjasama dengan Desa Bangunjiwo yaitu Puskesmas I Kasihan Bantul.

(58)

37

Pada usia kurang dari 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zar yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menuurnya prodksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi atau kelebihan gizi. Seharusnya ASI diberikan terlebih dahulu kemudian MP-ASI (Setiawan, 2009).

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Karakteristik Responden

(59)

Tabel 4.1.Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan dan pendidikan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo pada Juni-Juli 2016

Karakteristik

Responden Frekuensi (N) Presentase (%) Pekerjaan

Bekerja 10 17,5

Tidak Bekerja 47 82,5

Total 57 100,0

Pendidikan

SD 4 7,0

SMP 26 45,6

SMA 17 29,8

DIII 7 12,3

S1 3 5,3

Total 57 100,0

Sumber: Data Primer 2016

(60)

39

2. Gambaran perilaku ibu yang berbudaya Jawa dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

Variabel Kategori Frekuensi (n)

Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI adalah kategori baik sebanyak 3 orang (5,3%) dan kategori sangat baik sebanyak 54 orang (94,7%).

C. Pembahasan

1. Gambaran Karakteristik Responden a. Pekerjaan

(61)

sehingga harus meninggalkan bayi dirumah setelah cuti bersalin berakhir, sedangkan menurut Kumalasari (2015) Status pekerjaan yang semakin baik dan sosial ekonomi keluarga yang meningkat inilah yang menyebabkan dan memudahkan ibu untuk memberikan susu formula dan MP-ASI pada anak dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif.

Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori maupun penelitian lain disebabkan adanya kemungkinan bahwa responden memiliki keyakinan kental yang dilatarbelakangi aspek budaya pada lingkungan setempat sehingga ibu memutuskan untuk memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Alasan lainnya adalah kurangnya informasi dari tenaga kesehatan dalam pemberian MP-ASI yang sesuai dengan kondisi dan umur anak. b. Pendidikan

(62)

41

Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Masa remaja awal atau masa-masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan (WHO, 2010) sedangkan Menurut Arajoo v.t. (2000) perkembangan aspek afektif remaja awal mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan atau peniruan orang lain.

(63)

Hasil ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2014) bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan pendidikan ibu, tertinggi pada kelompok pendidikan ibu yang tamat SMP (90%) dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hasanah (2015) yaitu Hasil uji statistik dengan menggunakan uji eksak Fisher diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.

2. Gambaran Perilaku Ibu Yang Berbudaya Jawa dalam Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI adalah sangat baik sebanyak 54 orang (94,7%). Peneliran ini tidak sesuai dengan teori WHO ( 2008) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI ada 2 yaitu Faktor Internal dan Eksternal. Faktor Internal meliputi : Faktor Pengetahuan dan Pengalaman, sedangkan Faktor Eksternal Meliputi : Sosial-budaya, Petugas Kesehatan dan Informasi. Dalam penelitan ini di Desa Bangunjiwo dari 14 posyandu telah memberikan MP-ASI pada bayinya yang berusia kurang dari 6 bulan.

(64)

43

masyarakat setempat, dalam adat istiadat jawa ada tradisi 3 bulanan dimana bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok karena bayi dianggap sudah mampu untuk menerina MPASI saat upacara 3 bulanan tersebut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Pusphita (2010) yaitu sistem kepercayaan dalam adat istiadat orang jawa mengandung pedoman yang dapat memberikan arah dan orientasi kepada kehidupan warga masyarakat yang mendukungnya oleh karena adat istiadat menurut orang jawa merupakan pemikiran dan konsep yang dianggap bernilai ,berharga, dan penting dihidupnya. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulastri (2004) dalam Padang (2008) Provinsi Jawa Tengah dimana dari 80 responden terdapat 2,5% pemberian MP-ASI tepat waktu dan 97,5% pemberian MP-ASI dini. Demikian hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2000) di Surabaya, dimana hanya 16,4% responden pola pemberian MP-ASI dikategorikan baik, sedangkan 83,6% responden pola pemberian MP-ASI dini. Hal ini menunjukan bahwa dalam pemberian MP-ASI budaya mempengaruhi seseorang untuk memberikan MP-ASI baik dari diri orang tersebut maupun dari lingkungan tempat mereka tinggal sehingga diharapkan adanya upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah pemberian MP-ASI .

(65)

kurang dari 6 bulan, dengan usia termuda 0 bulan dan usia tertinggi 5 bulan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian chairani (2013) yang menyatakan bahwa pemberian makanan diberikan pada umur 1 buan, 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian fikawati dan syafiq (2010) dalam Nelvi (2013), menemukan kegagalan pelaksanaan ASI ekslusif telah dimulai hari pertama kelahiran sampai 3 hari pertama kelahran yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan, telah memberikan makanan dan minuman prelakteal dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Hasil penelitian yang dilakukan Irawati (2010) diperoleh bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari 1 bulan.

(66)

45

Jawa anak yang baru lahir seringkali diberikan pisang dengan alasan membantu saluran pencernaan

Dari hasil data diatas bahwa gambaran ibu berbudaya jawa sangat baik dalam pemberian MP-ASI. Tetapi perlu peningkatan dan pelurusan serta pendekatan budaya mengenai anggapan ibu yang salah terkait pemberian MP-ASI selama ini, termasuk menjelaskan tentang bagaimana bahaya memberikan MP-ASI kurang dari 6 bulan pada bayi.

D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian

a. Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya.

b. Kuesiner yang diberikan sudah termasuk gabungan dari dua variabel perilaku dan budaya Jawa

2. Kelemahan Penelitian

(67)
(68)

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh budaya Jawa terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Karakteristik responden pada penelitian ini paling banyak berada dia usia 26-36 tahun dan dapat dikategorikan sebagai dewasa awal, tidak bekerja, dan tingkat pendidikan SMA.

2. Gambaran perilaku ibu yang berbudaya jawa dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan dibangunjiwo adalah kategori baik sebanyak 3 orang (5,3%) dan kategori sangat baik sebanyak 54 orang (94,7%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang direkomendasikan terkait topik penelitian, antara lain yaitu :

1. Bagi Ibu

(69)

menanggulangi kendala atau hambatan yang mengahalangi ibu untuk bisa memberikan ASI secara ekslusif dengan mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan.

2. Bagi tenaga kesehatan

Petugas kesehatan baik posyandu maupun puskesmas harus memberikan dukungan penuh kepada ibu agar memberikan ASI saja pada bayi hingga bayi berusia 6 bulan pada saat kunjungan yang dilakukan ibu hamil dan menyusui serta melakukan pendidikan kesehatan terkait pemberian MP-ASI secara benar dan sesuai.

3. Bagi peneli selanjutnya

(70)
(71)

Abraham M. Rudolph, Julien I.E Hofman, Colin D.Rudolph. (2010). Buku Ajar Pediatric Rudolph (Buku kedokteran), edisi 20. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahira, A. (2011). Tahap Pemberian Makanan Pendamping ASI. Diakses 18 februari 2013, dari

http://www.anneahira.com/makanan-pendamping-asi.html

Cynthia Good Mojab, MS. (2000). The Cultural Art of Breastfeeding. La leche lague international : Hillsboro, Oregon, USA. Vol. 36 No. 5, October-November, pp. 87-91

Ethyca, S. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP ASI pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pergirian Surabaya, dari ejournal.akperwilliambooth.ac.id/index.php/D3KEP/article/.../38/30

Firdhani, E., & Gunanti, I. 2005. Pola Pemberian Asi, Mp-Asi Dan Status Gizi Anak Usia 1-2 Tahun Pada Keluarga Etnis Madura Dan Etnis Arab (Studi Di Puskesmas Pegirian Dan Puskesmas Perak Timur Surabaya). Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 8 (2), hal. 35-41

Hermina., & Nurfi. 2010. Hubungan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Dengan Karakteristik Sosial, Demografi Dan Faktor Informasi Tentang ASI Dan MP-ASI (Studi Di Kota Padang Dan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat). Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 13 (4), hal. 353-360. Hildred Geertz (1960). Keluarga Jawa.

Ibrahim, M. (2014). Hubungan antara Karakteristik Ibu dan Perilaku Ibu dengan Riwayat Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di wilayah Puskemas Atinggola Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara. JIKMU, Vol. 5, No. 2 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses April 2015 Dari ejournal.unsrat.ac.id

Ikhwan, A. S. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan. Karya Tulis Ilmiah. Progam Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Johannson.( 2011). Million Benefit Behind Baby Gymnastics. Melbourne : Heineman

Kristianto, Y., & Sulistyani, T. (2013). Faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi umur 6 – 36 bulan. STIKES RS.

Diperoleh pada tanggal 09 Agustus 2014 dari

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/18733/18522.

(72)

2

Kusumasari, F.E. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten. Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta. Diakse 12 November dari eprints.ums.ac.id/22700/15/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Khoiriyah, Ni’matul. 2012. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Dengan Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan. Journal Stikesnu, 2 (1), p. 1-6

tari, . 2014). Faktor-faktor yaang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Asi Dini. Dari jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/.../1506

Linda, T. Maas (2014). Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya . Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dari : www.academia.edu/.../KESEHATAN_IBU_DAN_AN..

Liza, H. Utami (2011). Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI diini Pada Ibu Yang Mempunyai Anak 7-24 Bulan Di Desa Argodadi Sedayu Bantul Yogyakarta.. Dari : opac.say.ac.id/.../NASKAH%20PUBLIKASI_Liza%20..

Michelleaugustine. (2015). Hubungan Kebudayaan dan Prilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI. Diakses pada bulan Juli 2015

Mufida, dkk . (2015). Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651 : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang. Diakses bulan September, email : lailinamufida@gmail.com

Morica, L. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan DiKelurahan Tengah Sawah Wilayah Kerja Puskesmas Tengah Sawah Bukit Tinggi . Penelitian Keperawatan Anak, Universitas Andalas. Dari repository.unand.ac.id/19942/1/SKRIPSI.pdf skripsi hubungan

Maseko M, Owaga E. (2012). Child Malnutrition And Mortality In Swizeland Situation Analysis Of The Immedate, Underlying And Basic Causes 2012. African Journal Of Food, Agriculture, Nutrisi, And Development. 12 (2), p. 5994-6006.

M. Miskiyah.(2014).PENGASUHAN BAYI BARU LAHIR DALAM RITUS-RITUSJAWA ISLAM DIKUDUS . Dari : blog.unnes.ac.id/.../tugas-UTS-bahasa-Indonesia.pdf

Owino, Victor. 2008. Complementary Feeding Practices And Nutrient Intake From Habitual Complementary Foods Of Infants And Children Aged 6-18 Months Old In Lusaka, Zambia. African Journal of Food Agriculture Nutrition and Development, 8 (1) p. 28-47.

Puspita, W. (2011). Pola Pemberian Makanan Bayi umur 0-6 bulan. Jurnal Universitas Sumatra Utara. Dari repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf

(73)

S. Lestari,Widodo&Sumardino.(2010). Pendekatan Kultural dalam Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit JIH. Jurusan Keperawatan, Poltekkes Surakarta. email :

lestaristi@yahoo.com.

Shelvyna, R. (2012). Pemberian makanan terhadap Batita di Pemukiman Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Universitas Airlangga : Vol.1/No.1/Juli-Desember 2012 hal. 55. Dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers 06%20PEMBERIAN%20MAKANAN%20TERHADAP%20BATITA%20JURNAL%20SH

ELVYNA.pdf.

Vania, R. N . (2013). Jenis MP-ASI Frekuensi,dan Waktu Pertama Kali Pemberian MP-ASI Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gizi Lebih pada Bayi usia 6-12 di Kota Magelang : Artikel penelitian program studi ilmu gizi fakultas kedokteran universitas Diponegoro. Diakses bulan Desember 2013

Vita, K., & Abas B. 2003. Studi Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Terhadap Tingkat Pertumbuhan Anak Umur 5 Bulan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, 26 (1), hal. 1-10.

Wargiana, R. (2013). Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1) : Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember. Diakses bulan september dari download.portalgaruda.org/article.php?article=134558&val=5039 Wahyu, D, Heryanto & Rodhi. 2012. Perbedaan Berat Badan Pada Bayi Usia 6 Bulan Yang Diberikan ASI Dengan Yang Diberikan MP-ASI Di Kecamatan Gunungpati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 21 (8), hal. 433-439.

(74)

1

(75)
(76)
(77)
(78)

Gambar

Tabel 4.1.Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan dan pendidikan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Bangunjiwo pada Juni-Juli 2016
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa
tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

11) Ketika tahiyyat duduklah dengan adab dan hadirkan dalam hati zat Nabi Muhammad SAW serta yakini bahwa Allah SWT menjawab salam yang sempurna dari hamba yang

Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai formula yang optimum untuk formulasi sediaan krim w/o dari ekstrak etanolik

Disain model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan, hendaknya disusun secara komprehensif yang memuat berbagai komponen seperti topik proyek yang

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Dengan adanya kondisi seperti ini, diperlukan perencanaan dan perancangan rumah sakit Slamet Riyadi dalam hal ini pada penekanan kenyamanan bangunan perawatan yang dirancang

[r]

Sedangkan hasil analisis masalah ketiga menunjukkan dimensi kualitas jasa yang paling dianggap penting oleh konsumen Flamboyan Internet adalah dimensi keandalan (reliability)... vii

Pengujian ini dilakukan tidak lain agar beberapa sampel dari jumlah produksi dapat diketahui tingkat kekerasan tingkat kekuatan dan daya tahan dari barang