SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN PT.AGINCOURT RESOURCES TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BATANG
TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN
OLEH:
NISA MAWAR HASIBUAN 100501021
PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah dari keberadaan
PT. Agincourt Resources terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang
Toru selama kurun waktu 2003-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat di Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 11 desa dengan total
responden sebanyak 55 orang. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata
dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20. Berdasarkan hasil penelitian,
analisis dan pembahasan diketahui bahwa keberadaan PT.Agincourt Resources
berdampak positif terhadap sosial dan ekonomi sehingga terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of PT. Agincourt Resources’s existence to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru during 2003-2014. The population of this research is 11 villages with 55 respondens. This research uses primary and secondary data and the method that use to analyze the data is T-test and compare mean model with SPSS 20. This study found that the existence of PT. Agincourt Resources has positive effect to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si dan Bapak Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si
sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan
kritik yang membangun pada penulis.
5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
6. Kedua orangtua saya, Muhammad Kali Bumi HSB dan Ibunda Nanni HRP,
saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat,
perhatian, dan bantuan materi yang diberikan kepada saya dalam
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
7. Untuk sahabat terbaik saya Dewi, Dira, Eva, Indah, Mutia, Iju, Utami, serta
seluruh mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010
lainnya. Terimakasih saya sampaikan sebab banyak mendapat arti persahabatan
dari kalian dan telah banyak membantu baik secara langsung ataupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin ya Rabbal Alamin.
Medan,
Nisa Mawar Hasibuan
DAFTAR ISI
Daftar isi ... i
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 ... 2.1 Definisi Pertambangan ... 8
2.1.1 Tahapan Penambangan ... 9
2.1.2 Penggolongan Hasil Tambang ... 10
2.3 Keberadaan Pertambangan (Eksistensi Pertambangan) ... 12
2.4 Kesejahteraan Masyarakat ... 15
2.4.1 Pengembangan Lingkungan Hidup ... 17
2.4.2 Pengenbangan Kesejahteraan Sosial ... 20
2.5 Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumberdaya Alam ... 21
2.6 Penelitian Terdahulu ... 24
2.7 Kerangka Konseptual ... 26
2.8 Hipotesis ... 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
3.2 Metode Penelitian ... 28
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.3.1 Populasi ... 28
3.3.2 Sampel ... 29
3.4.1 Data Primer ... 29
3.4.2 Data Sekunder ... 30
3.5 Analisis dan pembahasan ... 30
3.5.1 Analisis rata-rata uji beda ... 30
3.5.2 Uji t (uji parsial) ... 31
3.6 Batasan Operasional ... 31
3.7 Defenisi Operasioanl ... 31
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ... 33
4.1.1 Keadaan Geografis ... 33
4.1.2 Kependudukan ... 35
4.1.3 Pendapatan Masyarakat di Kecanatan Batang Toru ... 37
4.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja ... 40
4.1.5 Kemiskinan ... 43
4.1.6 pendidikan ... 44
4.1.7 kesehatan ... 45
4.2 Karakteristik Responden ... 46
4.3 Distribusi Jawaban Responden ... 48
4.3.1 Distribusi Jawab responden Atas Dampak sebelum Adanya PT. Agincourt Resources ... 48
4.3.2 Distribuasi Jawab Responden Atas Dampak Sesudah Adanya PT. Agincourt Resources ... 50
4.4 Analisis dan Pembahasan ... 51
4.4.1 Hasil Uji beda rata-rata ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 56
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha/Sektor (Persen) ... 5
Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2011 (Persen) ... 6
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 32
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Distribusi Luas Menurut Kecamatan
(Total Area and Distribution of Area by District) ... 34
Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan ( ... 35
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
(Gross Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan
(Jutaan Rupiah / Billion Rp) ... 38
Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (GrossRegional Domestic Product of Tapanuli Selatan at ConstantPrice 2000 by Industrial Origin) 2011-2013 (Jutaan Rupiah / Billion Rp) ... 39
Tabel 4.6 Data Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Tapanuli Selatan Conditions of Labour of Tapanuli Selatan Regency)2013 ... 40
Tabel 4.7 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Batang Toru ... 45
Tabel 4.8 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Batang Toru ... 45
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48
Tabel 4.14 Penjelasan Responden Atas Dampak Sesudah Adanya
PT. Agincourt Resources ... 50
Tabel 4.15 Hasil Uji Beda Rata-rata Sebelum dan Sesudah Seluruh
Responden ... 53
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1 kerangka konseptual ... 27 Gambar 4.1 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III, dan KS III
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kusioner Penelitian ... 60
2. Sampel ... 63
3. Distribusi Jawaban Responede ... 65
4. Uji beda rata-rata ... 66
5. Peta Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 69
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah dari keberadaan
PT. Agincourt Resources terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang
Toru selama kurun waktu 2003-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat di Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 11 desa dengan total
responden sebanyak 55 orang. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata
dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20. Berdasarkan hasil penelitian,
analisis dan pembahasan diketahui bahwa keberadaan PT.Agincourt Resources
berdampak positif terhadap sosial dan ekonomi sehingga terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of PT. Agincourt Resources’s existence to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru during 2003-2014. The population of this research is 11 villages with 55 respondens. This research uses primary and secondary data and the method that use to analyze the data is T-test and compare mean model with SPSS 20. This study found that the existence of PT. Agincourt Resources has positive effect to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber
daya alam (baik renewable maupun non renewable) merupakan sumber daya yang
esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya
ketersedian sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan
hidup umat manusia di muka bumi (Fauzi, 2004). Kekayaan sumberdaya alam
Indonesia ini pula yang menyebabkan negara kita dijajah selama berabad-abad
oleh negara Belanda dan juga selama tiga setengah tahun oleh negara Jepang.
Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah mineral emas dan
perak, yang termasuk dalam golongan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
(non renewable). Sektor pertambangan merupakan salah satu andalan untuk
mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan pembangunan negara.
Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan
sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya
menjadi modal sosial. Modal yang dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan
nilai kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari depannya secara mandiri.
Dalam proses pengalihan tersebut perlu memperhatikan interaksi antara faktor
sosial,ekonomi,dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat diketah
Dampak dari kegiatan pertambangan menurut Muhammad (2000) dapat
bersifat positif bagi daerah pengusaha pertambangan. Sedangkan Noor (2000)
mengatakan bahwa kegiatan pertambangan bersifat negatif terhadap ekosistem
daerah setempat. Munculnya dampak positif maupun negatif dari usaha
pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi termasuk pengangkutan
serta penjualan hasil tambang dan pasca tambang.
Kontribusi langsung pengusahaan pertambangan terhadap kesejahteraan
rakyat setempat tercakup dalam program pemberdayaan masyarakat (local and
community development) yang sedang dikembangkan oleh setiap perusahaan
ekstraktif sumberdaya alam, termasuk pengusahaan pertambangan. Program
tesebut, merupakan investasi sosial yang secara tidak langsung akan
meningkatkan kinerja produksi perusahaan, sebab investasi sosial dapat
menghilangkan atau mengurangi konflik antara perusahaan dengan masyarakat
sekitar pengusahaan pertambangan.
Dalam upaya mensejahterakan masyarakat sekitar usaha pertambangan,
selain program pemberdayaan masyarakat (local and community development),
pengusaha pertambangan juga harus mengembangkan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility). Inti dari corporate social
responsibility ini adalah pengusaha pertambangan mempunyai kewajiban moral
untuk membantu kesejahteraan sosial, ekonomi, masyarakat sekitar disamping
mencari keuntungan. Konsekuensi dari corporate social responsibility yaitu pihak
atau mengeluarkan biaya yang bertujuan bagi kepentingan dan kesejahteraan
umum (general welfare).
Keberadaan dari suatu perusahaan dapat memberikan dampak ekonomi
dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat sekitar.
Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan kerja,
program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak langsung dari perusahaan adalah
seperti pembukaan jalan dan transportasi perusahaan sekaligus dimanfaatkan oleh
masyarakat sehingga dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat. Besar
kecilnya dampak tersebut sangat bergantung pada tingkat kepeduliaan perusahaan
dan pekerjanya serta kesiapan sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal
dalam memanfaatkan peluang yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat
lokal selalu menjadi masalah utama sehingga mereka selalu tersingkir oleh
pendatang dalam memanfaatkan peluang. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan (Sitorus, 2011)
Pelaksanaan pertambangan emas di Kecamatan Batang Toru ini dimulai
sejak tahun 1997 dengan ditemukannya cadangan emas melalui proses
pengambilan contoh endapan sungai oleh Normandy Anglo Asia Ltd. Sejak saat
itu pemerintah memberikan kontrak karya kepada perusahaan PT. Agincourt
Resources (PTAR) untuk pertambangan emas, dan perusahaan mulai aktif
melakukan kegiatan sejak tahun 2003. Sejak saat itu perusahaan melakukan
Kinerja perekonomian Tapanuli Selatan pada tahun 2011 bila
dibandingkan dengan tahun 2010, yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga
tahun dasar 2000, mengalami sedikit percepatan sebesar 0,20 persen (lihat tabel
1.1). Peningkatan percepatan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan
pada beberapa sektor ekonomi. Sektor pertambangan dan penggalian, sektor
jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang
mengalami percepatan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,58 persen, 1,28
persen dan 1,03 persen dibanding dengan sektor yang sama pada tahun 2010.
Sektor berikutnya yang mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sektor industri
pengolahan sebesar 0,91 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
0,77 persen dan sektor bangunan sebesar 0,61 persen. Sedangkan sektor pertanian,
listrik, gas dan air bersih serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 1,50 persen, 0,42 persen dan
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurutLapangan
Usaha/Sektor (Persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
Terhadap besarnya sumbangan masing-masing sektor perekonomian
dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Tapanuli Selatan pada tahun 2011
sebesar 7,26 persen, sektor pertambangan memberikan sumbangan sebesar 2,02
persen, sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 1,76 persen, disusul
sektor industri pengolahan 1,62 persen, sektor jasa-jasa 0,88 persen, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 0,55 persen, sektor bangunan 0,29 persen, sektor
pengangkutan dan komunikasi 0,12 persen. Sektor lainnya memberikan
sumbangan kurang dari 0,1 persen. Lihat tabel (1.2).
No Lapangan usaha/sector Tahun 2010 Tahun 2011
1 Pertanian 7,11 7,11 5,61 5,61
2 Pertambangan dan Penggalian 4,09 9,67
3 Industri Pengolahan 3,41 4,32
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7,19 6,77
5 Bangunan 6,00 6,61
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
2,77 3,54
7 Pengangkutan dan Komunikasi
5,37 6,40
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4,28 3,86
9 Jasa-jasa 8,90 10,18
Tabel 1.2
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 (Persen)
No. Lapangan Usaha/Sektor Peringkat Sumber Pertumbuhan
Tahun 2010
1 Pertanian 1 1,76
2 Pertambangan dan Penggalian 8 2,02
3 Industri Pengolahan 2 1,62
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9 0,00
5 Bangunan 5 0,29
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4 0,55 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6 0,12 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
7 0,02
9 Jasa-jasa 3 0,88
PDRB 7,26
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
PDRB per kapita merupakan PDRB (atas dasar harga berlaku) dibagi
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2011 angka PDRB per
kapita Tapanuli Selatan mencapai Rp.13,42 juta dengan laju peningkatan sebesar
12,58 persen dibandingkan dengan PDRB per kapita tahun 2010 sebesar Rp.
11,92 juta.
Dengan hadirnya perusahaan PT. Agincourt Resources ini diharapkan
memberikan dampak baik bagi kehidupan masyarakat, khususnya di Kecamatan
Batang Toru. Sumbangan tersebut berupa keterlibatan masyarakat menjadi tenaga
kerja pada usaha tambang emas, serta peluang usaha yang terbuka lebar yang
berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat akibat kehadiran
tambang emas tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt
Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten
1.2 . Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis
dalam penelitiaan ini adalah “Bagaimana dampak sebelum dan sesudah adanya
PT. Agincourt Resources terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
Batang Toru”.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah adanya PT. Agincourt
Resources terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru”.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan
manfaat yang antara lain adalah:
1. Bagi PT. Agincourt Resources, sebagai bahan masukan dalam membuat
kebijakan, terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Kecamatan Batang Toru.
2. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang
diteliti secara teoritis maupun aplikasi.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji
dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pertambangan
Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral
diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam
industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis
biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral
dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral
yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan
mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi
lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan
sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang
diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).
Sementara sumber daya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai sumberdaya
yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi.
Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia
modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat
2.1.1 Tahapan Penambangan
Salim (dalam Sulto 2011) menyatakan bahwa dalam usaha pertambangan
ada beberapa tahap yang harus dilaluli terlebih dahaulu sebelum menuai hasil
ekonomis dari kegiatan penambangan yaitu;
1. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara geologi
umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala sesuatu
dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya.
2. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk
menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian.
3. Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.
4. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi
mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh
unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian.
5. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan
hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi
atau tempat pengolahan/pemurnian.
6. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan
2.1.2. Penggolongan Hasil Tambang
Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011)
menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan
bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang
golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya
alam bahan tambang yang terdapat di bumi indonesia. Dari sekian jenis bahan
tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,
antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair,
bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan
bahanbahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan
timah);
2. Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin,
bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik,
rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram,
dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang,
berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa,
yodium, dan zirkom); dan
3. Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil.
Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah
Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua
macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang
ditunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun
Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara
manual. Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan
menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih
banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat
merupakan aktivitas penambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana.
Emas sebagai salah satu sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non
renewable resources) seperti mineral disebut juga sumberdaya terhabiskan
(depletable) adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi
secara biologis maka suatu saat akan habis.
Selain itu sumberdaya mineral memerlukan waktu yang lama untuk siap
ditambang. Sebagai basis dari teori ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih secara
optimal adalah model Hotteling yang telah dikembangkan oleh Harold Hotteling
(1931). Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak sumberdaya
mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Aplikasi dari teori ini
adalah bagi pihak perusahaan pertambangan, untuk mendapatkan produksi
sumberdaya mineral secara optimal harus mampu menentukan berbagai faktor
produksi yang tepat dengan kendala waktu dan stok (deposit). Sedangkan bagi
pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini negara harus bersikap mengabaikan
(indifferent) terhadap sumberdaya mineral, apakah akan mengekstrak sekarang
Jadi sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan
terhadap eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak semata-mata berorientasi
ekonomi (economic oriented) tetapi juga harus mempertimbangkan secara cermat
dampak lingkungan, social, kesiapan kelembagaan baik pemerintah maupun
masyarakat.
2.3 Keberadaan Pertambangan (Eksistensi Pertambangan)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Purwo Darminto (2002: 357)
eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin
(2007) sebagai mana yang dikutip yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi
adalah proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada, ini sesuai dengan asal
kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari, melampaui atau
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau
kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung
pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Lebih jelas
Graham dalam yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi merupakan istilah
yang diturunkan dari kosakata latin existere yang berarti lebih menonjol daripada
(stand out), muncul, atau menjadi. Eksistensi dengan demikian berarti
kemunculan, sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada berarti kondisi
mengada (state of being). Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada
Di Indonesia tambang emas sangat banyak yakni Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di
Indonesia diolah perusahaan luar asing, hal ini tentu tidak terlepas dari
pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai cara-cara pengolahan
bahan-bahan galian yang ada, khususnya emas. Keberadaan suatu pertambangan bisa
berdampak negatif dan positif, yaitu;
a. Segi Negatif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas
Dengan adanya tambang khususnya tambang emas dapat
menimbulkan sering menimbulkan beberapa masalah. Salah satu dampak
yang sangat serius yakni terkait masalah lingkungan. Tambang emas baik
yang dikelola oleh pemerintah dan perusahaan asing mapun yang yang
ditambang secara liar oleh masyarakat selalu menggunakan bahan-bahan
kimia berbahaya. Bahan yang digunakan selain menggangu dan merusak
ekosistem dapat pula menggangu kesehatan manusia sendiri.
Salah satu bahan yang digunakan adalah raksa. Raksa yang
digunakan pada saat pengolan bijih emas dapat terlepas ke lingkungan
sekitar. Untuk perusahaan pengolahan bijih emas hal ini tidak begitu
dikawatirkan jika ada pengawasan dari pihak Pemerintah, yang perlu
dikawatirkan tambang-tambang emas yang dilakukan secara liar oleh
masyarakat.
Tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat
menggunakan raksa untuk mengendapkan emas yang terkandung dalam air
sehingga ikut terbawa arus. Raksa yang terbawa arus sukar terurai
sehingga dapat membentuk senyawaan baru. Senyawa yang terbentuk dari
raksa baik berupa senyawa organik maupun anorganik yang dapat diserap
oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang ada di dalam air. Senyawaan
raksa yang diserap oleh mikroorganisme ini tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme sehingga dalam tubuhnya tetap sebagai senyawaan raksa.
Akibatnya senyawaan ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, jika
mikroorganisme ini dimakan oleh ikan maka senyawaan ini akan masuk
pula ke dalam tubuhnya. Masuknya senyawaan ini akhirnya akan masuk
kemudian mengendap di dalam tubuh, jika manusia mengkonsumsi ikan
yang telah dikontaminasi oleh senyawaan raksa ini.
Untuk perusahaan-perusahaan bijih emas baik yang dikelola oleh
perusahaan dalam negeri maupun luar negeri limbah yang dihasilkan
terkadang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini
disebabkan, limbah yang hasilkan baik dari pengolahan bijih maupun dari
pemurnian bijih emas langsung dibuang ke saluran pembuangan tanpa
diolah terlebih dahulu. Limbah ini sangat berbahaya, karena selain raksa
masih mengandung logam-logam lain yang bersifat toksit. Misalnya
tembaga, arsen dan kobalt dan limbah-limbah ini memiliki pH yang sangat
asam sehingga dapat pula mengganggu kehidupan biota air.
Selain adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
keberadaan tambang emas dapat pula mengganggu kegiatan anak-anak
dilakukan secara liar anak-anak lebih memilih untuk menambang emas
daripada harus melangkah ke sekolah.
b. Segi Positif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas
Selain segi negatif keberadaan tambang terdapat pula sisi
positifnya yakni dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat menambah
devisa Negara. Dengan adanya tambang emas maka dipelukan pekerja
dalam jumlah banyak, hal ini tentu sangat membantu masyarakat sekitar
untuk menambah penghasilan. Hal ini tentu berlaku juga untuk
penambangan emas yang dilakukan secara liar. Selain dapat memberikan
lapangan keja dapat pula menambah devisa negara. Karena dengan adanya
tambang maka pajak yang diberikanpun makin besar.
2.4 Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang
luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang
suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula
dari kata sejahtera, berawalan kata -ke dan berakhiran kata -an. Sejahtera berarti
aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam
gangguan dan kesukaran. Pengertian kata ‘sosial’ mungkin dilandasi oleh
kenyataan bahwa kesemuanya bersangkutan dengan orang dalam masyarakat yang
menekankan bahwa orang adalah makhluk sosial dan ekonomi atau lainnya.
Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi
semua bentuk intervasi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan
keseluruhan. Dapat juga mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan secara langsung
ditujukan untuk pencegahan masalah-masalah sosial, misalnya: masalah
kemiskinan dan pengembangan sumber-sumber manusia. Sekarang ini
kesejahteraan sosial lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang
maksimum, setiap masyarakat perlu pengembangan cara-cara meningkatkan
kemampuan, melindungi masyarakat dari gangguan dan masalah yang dapat
mengurangi kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsepsi kesejahteraan
sosial, ternyata masalah-masalah sosial mengganggu perkembangan masyarakat,
sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dalam hal ini
berarti bahwa tanggung jawab pemerintah semakin perlu ditingkatkan bagi
kesejahteraan warga masyarakatnya.
Sudah sejak semula cita-cita Bangsa Indonesia adalah mencapai
masyarakat yang adil dan makmur, baik materil maupun spiritual, dengan
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai
dengan Pancasila.Pusat segala kegiatan pembangunan adalah manusia dan segala
segi kehidupan manusia sebagai perorangan maupun manusia sebagai insane
sosial, perlu dikembangkankan seluas-luasnya.
Masalah kini adalah bahwa dalam masyarakat tidak semua manusia
memiliki kemampuan yang sama untuk berkembang. Ada manusia yang karena
musibah ekstrem jadi terganggu kemampuannya untuk aktif serta dalam
penghidupan bersama. Ada pula karena faktor internal dalam diri pribadi manusia
Apabila ingin dibina masyarakat atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945, maka jelaslah bahwa perlu dibangun
suatu strategi pembangunan dengan pengembangan kesejahteraan sosial.
2.4.1 Pengembangan Lingkungan Hidup
Pembangunan adalah proses jangka panjang. Beberapa repelita
diperlukan untuk mencapai perombakan struktur ekonomi dan struktur sosial ini.
Dalam mengusahakan pembangunan dan perombakan ini ikut terganggu
keseimbangan lingkungan hidup sosial dan lingkungan hiduo alam.
Proses pembangunan menimbulkan gerak mobilitas sehingga kelompok
msyarakat satu berhubungan, bahkan kadang-kadang bisa bertabrakan dengan
kelompok masyarakat lain, sehingga berlangsung bertabrakan pula antara
nilai-nilai sosial satu dengan yang lain. Keadaan seperti ini menimbulkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam system nilai sosial. Dan ini pada
dirinya mengganggu kemampuan perorangan untuk melangsungkan hidupnya
ditengah-tengah masyarakat.
Pengalaman Negara-negara lain menunjukkan apabila pembangunan
dengan perombakan sosial berlangsung terlalu cepat dan terlalu intensif, maka
lingkungan hidup sosial mengalami kegoncangan yang menumbuhkan
ketidakseimbangan yang terlalu besar, sehingga melahirkan akses-akses sosial
yang besar pula. Proyek besar memiliki kemampuan untuk menimbulkan
Baik pembangunan dengan lompatan besar maupun pembangunan
proyek besar sama-sama mempengaruhi lingkungan hidup sosial.
Ketidakseimbangan yang dapat di sini bisa menimbulkan pengaruh sosial berupa
timbulnya kelompok masyarakat yang terganggu dalam kemampuannya untuk
melangsungkan hidup ditengah masyarakat yang berubah cepat itu. Gejala
kegoncangan lingkungan hidup sosial dapat tumbuh pada masyrarakat yang
menerima atau yang mengalami pembangunan proyek besara yang mampu
menimbulkan kejutan sosial yang besar pula.
Apabila proses pembangunan tanpa lompatan proyek besar tidak dapat
dihindari maka jelaslah bahwa pembangunan proyek ini harus direncanakan
secara terpadu mencakupi segi fisik dan segi sosial. Dan berbagai langkah
menampun akibat kejutan atau ikhtiar memperlunak pengaruh kejutan sosial yang
ditimbulkan proyek besar kepada lingkungan hidup sosial perlu direncanakan.
Lingkaran antara alam, sumber hayati dan manusia yang terdapat dalam
ekosistem itu akan terganggu dengan segala akibat buruknya. Apabila sebelumnya
alam memiliki sumber nabati, sumber hewani, hayati, air, lahan dan lain-lain
unsure alam beraneka ragam, maka keseimbangan ekologi yang ada adalah stabil
dan sinabung.
Jika kemudian manusia mengelola sumberdaya alam dan berusaha sejauh
mungkin memelihara keseimbangan ekologis ini, maka pembangunan dapat
berjalan untuk waktu yang panjang tanpa merusak lingkungan alam. Tetapi
apabila terjadi pemusnahan berlebihan dari satu dua unsure sumber alam, seperti
didaerah, maka putuslah keseimbangan lingkungan hidup dan dalam waktu tidak
lama akan berlangsung proses pemiskinan lingkungan dan akhirnya pemusnahan
lingkunan alam.
Unsur alam yang tadinya beragam berangsur-angsur menjurus kearah
unsure alam tunggal dengan hanya satu dua tanaman sepanjang tahun dan
keseimbangan lingkungan hidup alam yang labil. Untuk menghadapi ini
diperlukan pendekatan terpadu dalam perencanaan pembangunan yang mencakupi
segi perencanaan fisik dan segi perencanaan sosial untuk menampung akibat dari
kejutan sosial dan ikhtiar memperlunak pengaruh sosial yang ditimbulkan proyek
atau pembangunan itu. Tetapi pegaruh pembangunan tidak berhenti pada
tumbuhnya ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup sosial, tak kurang
pentingnnya adalah pengaruh pembangunan pada pengelolaan sumber alam
sehingga terbuka kemungkinan bagi terganggunya keseimbangan dalam
lingkungan hidup alam.
Berdasarkan pengalaman pembangunan selama ini, akhir-akhir
belakangan ini berkembang suatu kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari
alam semesta dan karena itu perlu berkembang secara harmonis dengan
lingkungan hidup alamnya. Sudut penglihatan pembangunan ini bertolak belakang
dengan sudut penglihatan bahwa manusia dapat hidup terpisah dari alam
sekitarnya, bahkan berhak untuk menundukkan dan mengolah alam bagi
kepentingan manusia semata-mata tanpa menghiraukan akibatnya bagi alam itu
Alam sumber hayati dan manusia sesungguhnya hidup dalam hubungan
saling kait mengkait dalam suatu ekosistem yang terpadu. Dalam mengelolah
sumber alam bagi pembangunan perlu dijaga bahwa mutu dan kelestarian sumber
alam dan lingkungan alam dapat dipertahankan. Sehingga sumber alam yang
dapat dipulihkan kembali (renewable resources) akan secara terus menerus ikut
berkembang untuk dimanfaatkan bagi pembangunan. Untuk memantapka kembali
lingkungan hidup ala mini dibutuhkan injeksi investasi beruba pupuk alam, rabuk,
tanaman beragam sehingga mematahkan sifat tunggal tadi.
Berdasarkan pengalaman di bidang lingkungan hidup ini maka pola
pembangunan jangka panjang harus mengindahkan keseimbangan lingkungan
hidup sosial dan lingkungan hidup alam, untuk memungkinkan pengolahan
sumber alam secara sinambung.
2.4.2 Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Dalam menanggapi tantangan pembangunan pada masa ini perlu
dikembangkan kesejahteraan sosial, terutama bagi kelompok-kelompok
masyarakat yang mengalami gangguan dalam kemampuannya untuk melanjutkan
kehidupannya secara wajar ditengah-tengah masyrakat. Sasara pokok
pengembangan kesejahteraan sosial adalah memulihkan kemampuan manusia itu
sendiri untuk kembali kejalan hidup yang wajar. Sang manusia itu sendiri harus
Kepada diri manusia ini harus dibangkitkan kesadaran bahwa kepadanya
diberi kesempatan yang adil dan serupa untuk mengolah sumber alam
memperoleh hidup yang bermartabat, kebutuhan fisik pokoknya dapat dipenuhi,
kebutuhan sosial pokoknya dapat dikembangkan dan dirinya menjadi unsur
penting dalam pengembangan lingkungan hidup yang berimbang.
Ini bisa dicapai apabila mereka disertakan dalam program yang membuka
kesempatan kerja dan sekaligus mengembangkan lingkungan hidup. Pada
dasarnya diperlukan kelompok penduduk yang relatif mampu untuk dibina
sebagai pendukung dari pengembangan kesejahteraan sosial agar kelompok
masyarakat yang terganggu kemampuannya dapat hidup wajar ditengah-tengah
masyarakat, melalui penyelenggaraan pembangunan yang sekaligus juga
mengembangkan lingkungan hidup sebagai langkah usaha jangka panjang dalam
membina masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kemanusiaan yang adil,
beradab, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat.
2.5 Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumberdaya Alam
Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dan
bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Masyarakat desa menurut Soedjatmoko
sebagaimana dikutip dalam Sulto (2011), yang dicirikan sebagai masyarakat yang
memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain.
Pada umumnya masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai masyarakat yang
homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin
Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek
yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi social
yang berbeda dari desa satu dan desa yang lainnya. Untuk memahami memahami
mengenai kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu
sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya
yaitu masyarakat.
Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang
ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Selain itu untuk dapat mengetahui atau memahami tentang kondisi social yang
tidak dapat dipisahkan dengan masalah- masalah social, pertama kita harus
mengetahui keadaan dari msalah social dalam berinteraksi.
Berdasarkan pendapat menurut soekanto (1982), interaksi sosial
dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif dimana Interaksi
asosiatif, akan diuraikan sebagai berikut:
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi social
yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang
mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan)
seperti :
a. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi
antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan
pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok
masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk
kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok
masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa
sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang
merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah
kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok social tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik
dipihak lawannya.
b. Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara
lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara
terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok
atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai
menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok
masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap
atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka
yang bertikai tersebut.
2.6. Penelitian Terdahulu
Kurniawan (2013) melakukan penelitian dengan judul: Persistensi dan
Resistensi Masyarakat Terhadap Eksistensi Pertambangan Emas di Desa Bonto
Katute Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah
deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan informan, peneliti memilih secara
sengaja (purposive). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kehadiran tambang di
Desa Bonto Katute Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai telah
menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat di
Desa Bonto Katute. Terbentuknya dua kelompok antara peristen dan resisten
terhadap penambangan emas yang merupakan sebuah kelanjutan dari
pengklaiman Hutan Adat mereka menjadi Hutan Lindung oleh pemerintah
setempat. Berdasarkan teori dan penelitian kondisi objektif dilapangan memang
terlibat secara aktif (diskusi, kampanye dan aksi), sebagian pula menolak
(resistensi) namun dalam posisi passif dengan diam (menolak berkomentar karena
takut) dan selebihnya (aparat Desa dan keluarga dekatnya) yang mendukung
(persistensi) perencanaan pertambangan emas di Desa Bonto Katute.
Soleman (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Dampak
PIR Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar di Kabupaten
Manokwari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
acak sederhana (simple random sampling).
Data yang diambil dikumpulkam dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi dan deskriptif
untuk mengetahui dampak proyek perkebunan kelapa sawit, PTPN II Prafi
terhadap tingkat kesejahteraan petani PIR suku Arfak di Distrik Prafi Kabupaten
Manokwari. Penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 55 rumahtangga
petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proyek PIR Kelapa Sawit di Distrik
Prafi setelah 25 tahun beroperasi masih memiliki dampak langsung dan positif
terhadap penambahan pendapatan tunai petani peserta plasma asal suku Arfak dari
lahan kelapa sawit, walaupun pendapatan yang diperoleh saat ini relatif kecil.
Selain itu proyek PIR kelapa sawit saat ini memiliki dampak langsung dan negatif
terhadap semakin berkurang dan terbatasnya lahan usaha tani untuk berkebun dan
perladangan berpindah.
Siregar (2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat
Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di
dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala likert dan
untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat
tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru dengan
menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan
studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining
dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
pertambangan dan hutan.
Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di
Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat,
mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian
masyarakat.
2.7 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Agincourt Resources
Pendapatan Masyarakat
Penyerapan Tenaga
Kemiskinan
Pendidikan
2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Keberadaan PT. Agincourt
Resources berdampak positif dan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan Provinsi Sumatera Utara. Dimulai sejak bulan juni sampai dengan oktober
2014.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak suatu proyek adalah
dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah adanya proyek.
Keadaan sebelum proyek adalah keadaan masyarakat di Kecamatan Batang Toru
sebelum adanya PT.Agincourt Resources. Sebaliknya keadaan sesudah proyek
adalah keadaan masyarakat di Kecamatan Batang Toru pada waktu sekarang saat
penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah
masyarakat di Kecamatan Batang Toru.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Sulistyo-Basuki (2006: 182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan
objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di
Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 29 desa/kelurahan, dimana cakupan
pertambangan emas meliputi 11 desa, yaitu: Kelurahan WE I, WEK II, WEK III,
WEK IV, Telo, Napa, Kelurahan Perkebunan Batang Toru, Aek Pining, Desa
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat
mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak
5 orang setiap desa, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 orang.
Metode penentuan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random
sampling).
Menurut Masri dan Sofian (1985 dalam Wilda 1997), pembatasan waktu
dan tempat tinggal merupakan ciri homogen dari populasi. Jumlah sampel
diusahakan representatif, dengan memerhatikan saran dari parel et al (1973),
bahwa ukuran sampel sebaiknya kurang dari 30 dan disesuaikan dengan
keterbatasan biaya, tenaga dan waktu. Berdasarkan pertimbangan diatas, dan
dilihat dari informasi dan data lapangan yang relatif homogen terkait kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, sistem pertanian, kearifan lokal, keadaan
pendidikan dan kesehatan masyarakat di Kecamatan Batang Toru, maka dalam
penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 55 orang.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden
menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Seperti data dari pihak PT.Agincourt
Resources, Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, BAPEDDA kabupaten
tapanuli selatan, jurnal, skripsi, internet, dan dari instansi-instansi yang terkait
lainnya.
3.5. Analisis dan Pembahasan 3.5.1. Analisis uji beda rata-rata
Dampak keberadaan PT.Agincourt Resources terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru maka yang dianalisis ada
lima indikator, yaitu: pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kemiskinan,
kesehatan, dan pendidikan. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata dari
kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PT.Agincourt Resources.
Sebagai berikut:
t =
Dimana:
= rata-rata kondisi kesejahteraan masyarakat sebelum kehadiran
PT.Agincourt Resources (PT.Agincourt Resources mulai melakukan
kegiatan secara aktif sejak awal 2003 di Batang Toru)
= rata-rata kondisi kesejahteraan masyarakat sesudah kehadiran
n = banyak sampel
Selanjutnya nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel pada 5 %.
3.5.2. Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi dependen.
Kriteria pengujiannya adalah :
a. H0: βi = 0 artinya variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
b. Ha : βi ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang secara
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ketentuan:
H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Haditerima jika thitung > ttabel pada α = 5%
3.6. Batasan Operasional
Untuk mengarahkan dan menghindari salah pengertian dalam
pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat batasan operasional. Khusus untuk
dampak sebelum dan sesudah keberadaan dari PT.Agincourt Resources, yang
dibatasi pada lima indikator, yaitu: pendapatan, penyerapan tenaga kerja,
3.7. Defenisi Operasional
1. Pendapatan masyarakat (X1) adalah penghasilan yang diperoleh
masyarakat setiap bulan dalam jumlah rupiah.
2. Penyerapan tenaga kerja (X2) adalah menghimpun orang atau tenaga kerja
disuatu lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu
sendiri.
3. Kemiskinan (X3) adalah keadaan terjadinya ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
4. Kesehatan (X4) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dansosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
5. Pendidikan (X5) adalah lamanya masyarakat menuntut ilmu (bersekolah)
dari mulai masuk sampai tamat dalam hitungan tahun.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
No. Variabel Defenisi Operasional Indikator Pengukuran
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Keadaan Geografis
Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0̊ 58’35’-2̊ 07’33”
Lintang Utara dan 98̊ 42’50’’ - 99̊ 34’16’’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.
SebelahTimur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten
Padang Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Mandailing Natal dan Samudra Indonesia. Luas wilayah kabupaten
Tapanuli Selatan adalah 4.444,82 Sedangkam ketinggiannya berkisar antara
0 – 1.985 m diatas permukaan laut.
Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung tidak teratur di
sepanjang tahunnya. Pada bulan November terjadi curah hujan tertinggi (3,99
mm) dan terendah di bulan Juli (52 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi
pada bulan November 24 hari sebaliknya hari hujan paling sedikit terjadi di bulan
Juli yaitu 9 hari.
Kabupaten Tapanuli Selatan tediri dari 14 Kecamatan, dengan luas
Tabel 4.1.
Luas Wilayah dan Distribusi Luas Menurut Kecamatan
(Total Area and Distribution of Area by District)
No. Kecamataan Luas Wilayah Rasio Terhadap
Luas Kabupaten
Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014.
Kecamatan Batang Toru sebagai lokasi PT. Agincourt Resources
(pertambangan emas) adalah salah satu dari 14 kecamatan di wilayah Kabupaten
Tapanuli Selatan. Wilayah Kecamatan Batang Toru meliputi 23 desa/kelurahan.
Secara geografis Kecamatan Batang Toru terletak antara : 01̊ 23’18’’ - 01̊ 42’09’’
Lintang Utara dan 99̊ 49’58’’ - 99̊ 11’29’’ Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan
Batang Toru adalah :
1. Sebelah timur dengan Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Marancar
2. Sebelah barat dengan Kecamatan Angkola Barat dan Kab. Tapanuli Tengah
3. Sebelah utara dengan Kab. Tapanuli Utara dan Kab. Tapanuli Tengah
Secara administratif, Kecamatan Batang Toru terdiri dari 23 desa /
kelurahan dengan luas wilayah 281,77 Luas wilayah menurut desa/kelurahan
di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut (Tabel 4.2).
Tabel 4.2.
Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan (
No. Desa / Kelurahan Luas Wilayah Kepadatan
Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014.
4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Batang Toru pada tahun 2012 adalah
sebanyak 29.517 jiwa, yang terdiri dari 14.671 jiwa laki-laki dan 14.846 jiwa
perempuan. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan
Tabel 4.3.
Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Desa / Kelurahan Rumah
Sumber: Kecamatan Batang Toru Dalam Angka, 2013.
Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut diketahui bahwa penduduk
yang terbanyak terdapat di Kelurahan Aek Pining sebanyak 2.805 jiwa dan di
Hapesong Baru sebanyak 2.764 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling sedikit
jumlahnya terdapat di Sigala-Gala sebanyak 536 dan di Telo sebanyak 542. Hal
ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk pada desa-desa tidak merata.
Nama Batang Toru berasal dari kata batang (pohon) dan toru (tumbang
dan melintas di bawahnya). Dengan demikian, Batang Toru artinya sebuah pohon
tumbang yang dilintasi. Berdasarkan hubungan antara nama daerah itu dengan
tersebut. Daerah Batang Toru dulunya merupakan lahan yang dimiliki oleh marga
siregar.
Di awal abad ke-20, pendatang dari Jawa memasuk daerah Batang Toru
untuk bekerja di perkebunan-perkebunan milik Belanda. Keturunan dari para
pendatang tersebut kemudian menyebar dan mendirikan daerah-daerah
pemukiman baru di sekeliling perkebunan. Ae pining, Sumuran, dan Aek Pahu
merupakan beberapa desa yang ditempati oleh orang-orang Jawa dimasa itu.
Semua desa tersebut terletak di Perkebunan Batang Toru.
4.1.3 Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Batang Toru
Sumber mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Batang Toru
adalah petani dan karyawan. Pertanian pada umumnya adalah tanaman pangan
dan perkebun. Tanaman pangan yang diusahakan petani terdiri dari ladang padi,
jagung, dan ubi-ubian. Sedangkan tanaman perkebunan yang utama diusahakan
oleh masyarakat adalah karet, kelapa sawit, dan kopi.
Struktur ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009 hingga saat ini
belum banyak mengalami perubahan. Secara umum ada 3 sektor yang cukup
dominan dalam pembentukan pendapatan masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan
yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
Kinerja ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan selama kurun waktu
2011-2013 cenderung mengalami peningkatan jika diukur dengan menggunakan
besaran PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas Harga Berlaku. Terlihat pada
Tabel 4.4.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Gross
Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan by Industrial at Current Market Prices) 2011-2013
(Jutaan Rupiah / Billion Rp) No. Lapangan usaha /
6. Perdagangan Hotel & Restoran 458 999,45 506 048,65 561 520,50 7. Pengangkutan dan Komunikasi 91 311,74 105 420,59 119 087,85 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
18 210,04 200 17,57 23 147,29
9. Jasa-jasa 275,17 334 270,80 390 573,17
PDRB ADHB
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 orang)
PDRB Perkapita (Juta Rupiah)
3 574 745,87 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.
PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas Harga Berlaku pada tahun 2011
adalah sebesar Rp. 3,51 triliun, yang kemudian meningkat pada tahun 2012
sebesar Rp. 3,98 triliun, dan meningkat lagi ditahun 2013 sebesar Rp. 4,48 triliun
lebih. Selama tahun 2013 sektor pertanian masih sebagai kontibutor utama dengan
peranan mencapai 47,14%. Selanjutnya diikuti sektor industri pengolahan
(24,67%) dan sektor perdagangan hotel dan restoran (12,51%). Sementara itu,
sektor-sektor lain memberikan total kontribusi sebesar 15,67% terhadap
perekonomian Tapanuli Selatan.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan PDRB Harga konstan 2000, juga
Tabel 4.5.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Gross
Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan at Constant Price 2000 by Industrial Origin) 2011-2013
(Jutaan Rupiah / Billion Rp) No. Lapangan usaha /
6. Perdagangan Hotel & Restoran 295 813,78 308 963,77 323 453,31 7. Pengangkutan dan Komunikasi 36 978,11 38 591,98 40 542,64 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
9 525,04 9 868,83 10 577,12
9. Jasa-jasa 169 372,82 198 230,63 217 493,94 PDRB ADHB
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 orang)
PDRB Perkapita (Juta Rupiah)
1 886 828,69 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.
Pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp. 2,09
triliun. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi
yaitu sebesar 36,85%, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 30,14%, dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 15,41%.
PDRB perkapita Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2013 adalah sebesar
Rp. 16,55 juta atau sekitar Rp. 1,37 juta per orang per bulan, naik sekitar 11,86%
dibandingkan tahun 2012. Sedangkan tahun 2012 PDRB perkapita sebesar Rp.
4.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja
Jika dilihat dari segi ketenagakerjaan, penduduk merupakan suplai bagi
pasar tenaga kerja di suatu negara, dan hanya penduduk berusia kerja (15 tahun
atau lebih) yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Yang termasuk
angkatan kerja (penduduk yang bekerja dan aktif mencari kerja) di Kabupaten
Tapanuli Sebesar 91,46%, sedang sisanya sebesar 8,54% adalah bukan angkatan
kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya).
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat dilihat bahwa penduduk
yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan teratas yaitu 75,00%,
kemudian sektor perdangangan besar, eceran, rumah makan dan jasa akomodasi
menempati urutan ke-7 dengan persentasi sebesar 9,23%, diikuti sektor
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 8,63%, sedangkan sektor lainnya masih
dibawah 3%.
Gambaran keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Tapanuli Selatan
terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.6).
Tabel 4.6.
Data Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Tapanuli Selatan
(Conditions of Labour of Tapanuli Selatan Regency)
2013 No. Nama/Alamat/
Telp.Perusahaan Unit dan Pusat
Toru
7. PT. Nawakara Persada Nusantara Kec. Batang
10. PT. Prasmasindo Boga Utama Kec. Batang Toru
Casering 89 56 145
11. PT. Leighton Contractor Indonesia Kec. Batang Toru
Jasa Kontraktor Kontruksi
574 108 682
12. PT. Ausenco Indonesia Kec. Batang Toru
16. PT. Krakatau Engineering Ds. Aek Ngdiul
Jasa Kontruksi 12 - 12
17. PT. Sumukti Karya Lestari M. Batang Toru
22. Tor Sibohi Nauli Hotel Kec. Sipirok
Perhotelan 21 10 31
23. PT. Panel Lika Sejahtera Kec. Batang Angkola
Perkayuan 155 6 161
24. PT. Adhi Karya Kontraktor 45 5 50
25. SPBU No.14.227.322. Kec. Simago-mago Sect. Kec. Angkola Timur
31. PT. Tapsel Membangun Kec. Sipirok
12 2 14
32. Bank Perkreditan Rakyat Kec. Sipirok
37. Indomuda Sastra Nusantara Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.
Dapat dilihat pada tabel bahwa PT. Agincourt Resources di Kecamatan
Batang Toru juga telah memberikan lowongan kerja kepada anggota masyarakat
didaerah tersebut. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh PT. Agincourt
Resources di Kecamatan Batang Toru sebanyak 374 orang yang terdiri dari 315
4.1.5 Kemiskinan
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang
menjadi pusat perhatian pemerintah. Salah satu aspek penting untuk mendukung
strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang
akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk
mengevalusai kebijakan pemerintah.
Keluarga di Kabupaten Tapanuli Selatan dibagi menjadi beberapa kelas
yaitu kelas keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera I, II, III, dan III plus. Jika
dilihat dari data sekitar 40,24% merupakan keluarga sejahtera II, 36,90%
merupakan keluarga sejahtera I, kemudian 19,56% merupakan keluarga sejahtera
III, 2,48% adalah keluarga prasejahtera, dan 0,82% adalah sejahtera III plus.
Terlihat pada grafik sebagai berikut (Grafik 4.1).
Gambar 4.1.
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III, dan KS III Plus Menurut Kecamatan tahun 2013 (%)
4.1.6 Pendidikan
Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
tingkat pendidikan ditiap daerah mempengaruhi tingkat pendidikan nasional.
Berdasarkan data tahun 2013 Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 284
sekolah dasar negeri dan 15 sekolah swasta dengan jumlah guru sebanyak 2.745
serta 38.567 murid. Sementara jumlah sekolah menengah tingkat pertama ada 48
sekolah yang terdiri dari 45 SLTP negeri dan 1 swasta serta guru dan murid
seluruhnya masing-masing 942 guru dan banyaknya murid 9.050 orang.
Pada tahun yang sama jumlah sekolah tingkat menengah umum ada
sebanyak 11 sekolah yang terdiri dari 10 SMU negeri dan 1 swasta dengan jumlah
guru dan murid seluruhnya masing-masing 277 guru dan 4.756 murid.
Sedangkan jumlah sekolah menengah kejuruan ada sebanyak 13 sekolah
yang terdiri dari 10 SMK negeri dan 3 SMK swasta jumlah guru sebanyak 271
dan 3.355 murid. Jika dibandingkan jumlah murid di tiap tingkat pendidikan dapat
dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka jumlah murid semakin
menurun. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang dicapai
masyarakat belum merata.
Berikut fasilitas sarana Pendidikan yang tersedia khususnya di
Tabel 4.7.
Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Batang Toru
No. Sarana Jumlah (Unit) %
Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014.
4.1.7 Kesehatan
Ketersedian sarana kesehatan berupa rumah sakit ataupun pusat
kesehatan masyarakat merupakan faktor yang menunjang perbaikan kualitas hidup
suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah rumah sakit umum yang
ada di Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 1 rumah sakit negeri dengan
jumlah kapasitas tempat tidur rumah skit negeri sebanyak 150 buah.
Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah 16 buah dan
puskesmas pembantu sebanyak 55 buah. Sedangkan balai pengobatan/klinik ada
12 buah.
Berikut fasilitas sarana kesehatan yang tersedia khususnya di Kecamatan
Batang Toru adalah sebagai berikut (Tabel 4.8).
Tabel 4.8.
Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Batang Toru
No. Sarana Jumlah (Unit) %
4.2. Karakteristik Responden
Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik responden, yaitu jenis
kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan.
1. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut (Tabel 4.9).
Tabel 4.9.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) %
1. Laki-laki 35 63,60
2. Perempuan 20 36,40
Jumlah 55 100,0
Sumber: Data primer diolah, 2014.
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar responden
63,60 % adalah laki-laki dan selebihnya sebanyak 36,40 % adalah perempuan.
Hal ini berhubungan dengan kedudukan laki-laki dalam keluarga sehingga
lebih diutamakan dalam memberikan informasi. Demikian juga halnya dalam
sumber pendapatan keluarga, laki-laki memegang peranan penting sebagai
kepala keluarga. Sebagian responden perempuan adalah sebagai wiraswasta
dan sebagai petani yang mengikuti suaminya.
2. Berdasarkan umur, jumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut (Tabel 4.10).
Tabel 4.10.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Jumlah (Orang) %