Kondisi jalan menuju kawasan relokasi siosar di kecamatan merek kabupaten karo yang sudah di aspa; dan jalan menuju Desa Simacem di siosar yang belum diaspal dan masih dalam proses pengerjaan.
Simacem yang sudah dibangun juga di bagian depan rumah yaitu bagian halaman dengan membuat ruangan besar tempat anak lelaki dan perempuannya tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Jakarta : Kencana
De Wet, Chris. 2002. A Book For Reconstructing. Manila Philipina : ADB
Jha, A. K., Barenstein, J. D., Phelps, P. M., Pittet, D., & Sena, S. 2010. Safer Homes, Stronger Communities: A Handbook for Reconstructing After Natural Disasters: World Bank Publications
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nurjannah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Jakarta : Alfabeta
Peter. 2000. Principle In Marketing. Kogakusha. Inc. Japan
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Bencana. Jakarta : Dian Rakyat
Savasdisara, T., et al. (1989). Residential Satisfaction In Private Estate In Bangkok. Habitat International factors. Habitat International
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : PT. Grasindo Monoratama Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama
Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia ke Mana ?. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2005. Service, Quality, & Satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset
Yoeti. A. Oka. 2003. Manajemen Pemasaran Hotel. Jakarta : Perca
Sumber Lain KBBI, 2001 Kemenpu, 2011 Kemenpan, 2003
Sumber Internet
http://www.ini riwayat erupsi dan letusan gunung sinabung_merdeka.com.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung
http://salamhutan.blogspot.com/2013/11/efek-domino-meletusnyasinabung
http://m.liputan6.com/news/read/821527/ribuan-warga-di-3-desa-dekat-sinabung-direlokasi
http://daerah.sindonews.com/read/1027769/191/desa-simacem-terbakar-diterjang-awan-panas-sinabung-1438257179
http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/01/TI2014-A-p027-033- Kepuasan-Huni-dan-Perubahan-Hunian-pada-Rumah-Paska-Bencana-Erupsi-Merapi.pdf
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2013 : 48). Melalui penelitian deskriptif penulis ingin menggambarkan bagaimana Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem terhadap Relokasi Tempat Tinggal di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo.
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Suyanto & Sutinah, 2008 : 139). Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2013 : 101).
Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah mayarakat Desa Simacem secara keseluruhan yaitu 137 kepala keluarga (kk).
3.3.2 Sampel
dari setiap satu keluarga akan mewakili satu orang sebagai sampel. Baik itu suami, istri ataupun anak-anak yang sudah dewasa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, surat kabar, artikel, karya tulis dan referensi kepustakaan lainnya.
2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam studi lapangan ini, yaitu :
a. Observasi, yaitu berupa kegiatan pengamatan terhadap objek dan fenomena mengenai relokasi di Siosar yaitu berupa lokasi, keadaan dan sebagainya. b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar
pertanyaan untuk dijawab oleh keluarga yang diwakili oleh suami, istri atau anak yang sudah dewasa, sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menjabarkan hasil penelitian. Untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasikan data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya.
Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adala :
a. Pengkodingan yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya. b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisis
serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Hutan Siosar yang sebelumnya merupakan kawasan hutan ini dijadikan lokasi resmi dari pemerintah untuk relokasi masyarakat Gunung Sinabung, lahan yang letaknya sangat terpencil ini sudah mendapat izin secara resmi dan merupakan satu-satunya alternatif lokasi perancangan untuk permukiman relokasi masyarakat Gunung Sinabung.
Secara geografis Siosar ini terletak di 02°58 56.9 LU dan 98°30 18.5 BT,
dengan jarak sekitar 23,7 Km ke Gunung Sinabung, dan jarak ke Kabanjahe yaitu sekitar 17 Km. Adapun batas-batas wilayah Siosar ini yaitu :
a. Sejarah Singkat Kawasan Siosar
Tanggal 27 Agustus 2010 menjadi hari yang menegangkan bagi warga di sekitar gunung Sinabung akibat aktivitas vulkanis gunung Sinabung yang mulai mengeluarkan asab dan abu vulkanisnya. Kejadian ini mengakibatkan warga di sekitar gunung Sinabung harus pindah ke pengungsian untuk menghindari asap dan abu vulkanis dari aktivitas vulkanik. Dari kejadian ini maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun tangan untuk membantu warga sekitar. Relokasi ini berada di kawasan hutan produksi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo. Penggunaan lahan dan akses jalan pada kawasan hutan produksi tetap Siosar, dan hutan lindung sekitar 458,8 hektare.
Siosar sendiri adalah kawasan hunian baru yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. TNI adalah pihak yang oleh masyarakat dianggap berperan besar dalam pembukaan kawasan pemukiman ini. Dilihat dari topografinya, Siosar adalah kawasan perbukitan yang dengan posisinya memiliki potensi sebagai kawasan wisata. Beberapa puncak gunung yang memiliki pemandangan yang indah dapat dinikmati dari kawasan ini.
perumahan Siosar dan diamini oleh masyarakat yang sudah menetap adalah Pohon Keramat yang berada di sebelah kiri jalan masuk menuju Siosar. Dari penuturan beberapa orang, pohon ini telah berulang kali diupayakan ditumbang dengan bantuan alat berat namun selalu gagal. Akhirnya tanah disekeliling pohon dikeruk dengan harapan pohon akan meranggas dan akhirnya akan mati dengan sendirinya.
Mengingat bahwa kawasan Siosar ini merupakan kawasan relokasi pengungsi, pamerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah merekrut fasilitatror pendamping bagi masyarakat. Tugas para fasilitator tersebut adalah sebagai tenaga pendamping yang membantu masyarakat dalam mempersiapkan berbagai keperluan untuk hidup di kawasan baru.
BAB V
ANALISIS DATA
Bab ini berisikan data yang diperoleh oleh peneliti yang berasal dari hasil penelitian di lapangan sesuai dengan metode yang digunakan, terutama dengan angket yang diberikan kepada responden. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk melengkapi hasil yang didapat dari angket.
5.1 Karakteristik Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Simacem yang berjumlah 27 rumah tangga. Dalam menentukan responden peneliti memilih orang-orang yang sudah tinggal dan menempati rumah mereka di Siosar.
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi Persentase
1. 30 – 40 tahun 11 41
2. 41 – 50 tahun 9 33
3. 51 – 60 tahun 5 19
4. 61- 70 tahun 3 7
Jumlah 27 100
Sumber : kuesioner, 2016
Dari data yang disajikan diatas dapat kita simpulkan bahwa usia responden bervariasi mulai dari usia 30 tahun hingga usia tertua 70 tahun. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa yang berumur 30 – 40 tahun ada sebanyak 41% (11 orang). Pada usia sekitar 41 – 50 tahun ada sebanyak 33% (9 orang), usia 51 – 60 tahun sebanyak 19% (3 orang)
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 10 37
2. Perempuan 17 63
Jumlah 27 100
Sumber : kuesioner, 2016
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
Tabel 5.1.3
Distribusi Responden Berdasarkan Agama yang Dipeluk
No. Agama Frekuensi Persentase
1. Islam 13 48
2. Protestan 8 30
3. Katholik 6 22
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Jumlah 27 100
Sumber : kuesioner, 2016
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.1.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1. SD 11 41
2. SMP 6 22
3. SMA 9 33
4. S-1 1 4
Jumlah 27 100
Sumber : kuesioner, 2016
5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.1.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1. PNS/TNI/Polri 1 4
2. Pegawai Swasta 0 0
3. Wiraswasta 2 7
4. Bertani 24 89
Jumlah 27 100
Sumber : kuesioner, 2016
5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Tabel 5.1.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase
1 1 – 2 anak 5 18
2 3 – 4 anak 18 67
3 5 – 6 anak 4 15
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
5.2 Analisis Data Penelitian
Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Tempat Tinggal di Siosar
Tabel 5.2.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Tempat Tinggal di Siosar
No. Lokasi Relokasi Frekuensi Persentase
1. Puas 22 81 (81 %), sementara 5 responden lainnya tidak puas (19 %). Menurut pendapat salah satu responden yang merasa puas yaitu Asmita Br Karo (43 tahun) mengatakan bahwa :
“lokasi yang disini baguslah nak ku. Nyaman dan udaranya pun bagus. Selain
itu disini juga enak sekali melihat-lihat. Pemandangannya bagus sekali”.
Sedangkan menurut salah satu responden yang menyatakan tidak puas yaitu Miati Br Sitepu (55 tahun) mengatakan bahwa :
“enggak enaklah nakku, sudah jauh kedalam, mobil pun ngak ada terus disini
was-was setiap saat, apalagi kam liatnya rumah kita ini paling pinggir, serasa
mau jatuh saja aku terus...”
Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Luas Bangunan dan Lahan
Tabel 5.2.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Luas Bangunan dan Lahan
No. Luas Bangunan dan Lahan Frekuensi Persentase
1. Puas 20 74
2. Tidak Puas 7 26
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 20 responden (74 %) merasa puas dengan luas bangunan dan lahan yang telah disediakan, sementara 7 responden (26) merasa tidak puas. Menurut pendapat salah satu responden yang merasa tidak puas yaitu Nisma Br Sitepu (37 tahun) mengatakan bahwa :
nakku. Masih bisa nanti kami bangunkan dapur di belakang atau nambah kamar
kami satu lagi”.
Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Bentuk Bangunan
Tabel 5.2.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Bentuk Bangunan
No. Bentuk Bangunan Frekuensi Persentase
1. Puas 6 22
2. Tidak Puas 21 78
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 21 responden (78 %) merasa tidak puas dengan bentuk bangunan rumah yang mereka tempati, sedangkan untuk 6 responden ( 22 %) merasakan puas dengan bentuk bangunan tersebut. Menurut salah satu responden yaitu Nd. Murah Br Karo (60 tahun) mengatakan bahwa :
“bentuk rumah ini memang bagus, cantik, meskipun ukurannya terlalu kecil dan
sempit. Tapi kan nakku, beton di belakang rumah kita itu sudah runtuh ngak tau
Tabel 5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Jumlah Kamar/Ruang
Tabel 5.2.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Jumlah Kamar/Ruang
No. Jumlah Kamar Frekuensi Persentase
1. Puas 8 30
2. Tidak Puas 19 70
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 19 responden (70 %) merasa tidak puas dengan jumlah kamar/ruang yang telah disediakan, sementara 8 responden (30 %) merasa puas dengan ukuran kamar tersebut. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Amin Ginting (40 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo untuk ukuran kamar puas lah kami besar kali pun dibuat mereka ukuran 3
× 3. tapi kan nakku besar kalinya sebenarnya itu apalagi cuma satu kamar, bisa
kita main bola didalam. Lebih baik tadi kurasa kalo tidak usa mereka buat
kamar, kasi kami triplek biar kami buatkan kamar-kamar nanti, apalagi ada
Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Pasar
Tabel 5.2.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Pasar
Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 27 responden (100 %) merasa jarak pasar ke tempat tinggal mereka di siosar jauh. Hal ini karena pasar yang mereka datangi berjarak sekitar 17 Km. Namun, tidak hanya jarak yang menjadi permasalahan mereka selain itu transportasi untuk ke pasar juga sangat jarang. Menurut salah satu pendapat responden yaitu Sumarni Br Ginting (46 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo untuk ke pajak kita jauh kalilah nakku. Apalagi mobil yang kita pake pun
ada waktunya pula, jadi ngak bisa lagi suka-suka kitalah. Tapi katanya ku
dengar kan nakku nanti akan dibangunnya pajak disini. Kita liat aja lah nanti
semoga lah cepat dibangun karna susah kali kami rasa untuk ke pajak, apalagi
di dekat sini belum ada tumbuh sayur-sayuran. Semuanya harus kami beli ke
Tabel 5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Lokasi Sekolah
Tabel 5.2.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Lokasi Sekolah
No. Lokasi Sekolah Frekuensi Persentase
1. Iya 20 74
2. Tidak 7 26
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 20 responden (74 %) merasa jarak tempat tinggal sekarang ke sekolah sangat jauh. Sedangkan 7 responden (26 %) menyatakan jarak ke sekolah dekat. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Normina Br Ginting (44 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo sekolah jauh kali pun nakku apalagi adek ndu ini sekolah di SMP 3
Berastagi dan kalo untuk yang SMA d kabanjahe jauh lah nakku. Tapi kalo
sekarang ini untuk anak SD ngak lagi jauh nakku, sudah dibuat tenda tempat
mereka belajar sementara. Katanya nanti akan dibangun sekolah SD.
Tabel 5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Transportasi
Tabel 5.2.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Transportasi
No. Ketersediaan Transportasi Frekuensi Persentase
1. Puas 17 63
2. Tidak Puas 10 37
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 17 responden (63 %) merasa puas dengan ketersediaan transportasi yang mereka gunakan saat ini, sedangkan untuk 10 responden (37 %) menyatakan tidak puas. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Notaris Ginting (36 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo untuk transportasi yang saat ini disediakan kami cukup puaslah.
Meskipun pada saat pemakaiannya memiliki jam-jam tertentu, yaitu pagi waktu
anak sekolah pergi ke sekolah, siang waktu anak sekolah pulang sekolah dan
sorenya bagi anak-anak yang mengikuti les ataupu orangtua yang pergi bekerja.
Tak jarang karna kelamaan menunggu mobil ataupun ketinggalan mobil kami
sering menggunakan angkutan yang ke Desa Kacinambun meminta supir untuk
Tapi di dalam mobil itu pengap kali, tertutup, sehingga membuat sesak dan
pening didalam...”.
Menurut pendapat salah satu responden lainnya yaitu Nd. Mekel Br Sitepu (32 tahun) mengatakan bahwa :
“cukup puasnya kami dengan adanya mobil ini. meskipun pemakaiannya
memakai waktu dan tidak bisa suka-suka kita. Tapi sekarang penggunaan mobil ini
sudah selesai, namun kami meminta perpajangan waktu sampai kenaikan kelas anak
sekolah. Karna akan sulit bagi kami untuk mengantar mereka semua. Apalagi belum
Tabel 5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kebersihan Lingkungan
Tabel 5.2.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kebersihan Lingkungan
No. Kebersihan Lingkungan Frekuensi Persentase
1. Baik 11 41
2. Tidak Baik 16 59
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 16 responden (59 %) menyatakan kebersihan lingkungan mereka tidak baik, sementara 11 responden (41 %) menyatakan baik terhadap kebersihan lingkungan mereka. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Kristina Br Ginting (40 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo kebersihan lingkungan ya bersih lah nakku. Cuma kalo masih dalam
proses pembangunan gimana lah kita buat ya kan, masih butuh perbaikan
sana-sini. Cuma dekat rumahku itu kan apalagi aku rumah paling ujung dan masih
banyak lahan kosong dan hutan pun masih luas banyak orang membuang
sampah kesitu. Jadinya kalo sebelah rumahku ini ya banyak sampah lah
Tabel 5.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Sistem Drainase/Saluran Pembuangan
Tabel 5.2.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Sistem Drainase/Saluran Pembuangan
No. Sistem Drainase Frekuensi Persentase
1. Puas 5 19
2. Tidak Puas 22 81
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 22 responden (81 %) menyatakan tidak puas dengan sistem drainase/saluran pembuangan, sedangkan 5 responden (19 %) menyatakan puas dengan sistem drainase/saluran pembuangan. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Risnawati Br Surbakti (30 tahun) mengatakan bahwa :
“kalo saluran pembuangan kam bilang kayak parit itu kalo di dekat rumah ku
ini sumbat dan kurang lancar. Tapi kalo kam liat tadi kan yang lainnya masih
proses pengerjaan...”.
kamar mandi. Menurut saya kamar mandi ini tidak ada septi tank nya, dan
untuk saluran pembuangn dibuat satu semuanya. Dibuat sebuah pipa yang
memanjang dan ditampung terlebuhdahulu. Begitu tempat itu penuh maka akan
dibuang. Hal ini membuat bau yang tidak sedap kerumah. Bukan karena kamar
mandi kurang bersih namun karena hal tersebut...”.
Tabel 5.2.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Air Bersih
Tabel 5.2.10
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Air Bersih
No. Air Bersih Frekuensi Persentase
1. Puas 3 11
2. Tidak Puas 24 89
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
“ketersediaan air bersih disini sangat memprihatinkan. Meskipun air yang
dibagikan langsung dari mata air. Namun hal itu tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan air untuk ketiga desa tersebut. Air disini sangat kurang dan
datangnya juga tidak beraturan. Bahkan sampai sekarang airnya macet. Selama
kurang lebih 3 bulan ini hanya 4 kali datang air, itu pun hanya pagi hari dan
datangnya tidak lama. Akibatnya kami banyak yang mengambil air ke Desa
Bakerah. Selain itu airnya pun berwarna dan licin, hal ini membuat saya
bertanya apakah air ini sudah pernah diuji coba dan layak dikonsumsi....”.
Tabel 5.2.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Tempat Pembuangan Sampah
Tabel 5.2.11
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Tempat Pembuangan Sampah
No. Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase
1. Puas 2 7
2. Tidak Puas 25 93
Jumlah 27 100
mereka. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Lesanto Sitepu (48 tahun) mengatakan bahwa :
“belum ada tempat pembuangan sampah karena itu sampah yang ada banyak
dibuang ke hutan ataupun dibakar. Untuk keranjang sampah sepertinya sudah
ada dibuat namun belum dibagikan. Tinggal menunggu dibagi saja. Sedangkan
untuk tempat pembuangan akhir sepertinya sudah ada dibangun di dekat hutan
Tabel 5.2.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kondisi Jalan
Tabel 5.2.12
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kondisi Jalan
No. Jalan Frekuensi Persentase
1. Puas 6 22
2. Tidak Puas 21 78
Jumlah 27 100
Sumber : Kuesioner, 2016
Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 27 responden (78 %) menyatakan tidak puas dengan kondisi jalan desa mereka, sementara 6 responden (22 %) menyatakan puas. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Ester (43 tahun) mengatakan bahwa :
“kalau untuk kondisi jalan menuju siosar ini cukup bagus ya. Saya secara
pribadi merasa cukup puas. Namun kalau untuk jalan di desa simacem ini ya
seperti yang kam lihatlah, masih dalam proses perngerjaan dan pembangunan.
belum cukup puas saya melihatnya. Apalagi saat hujan seperti tadi tidak bisa
lakukan lagi. Menurutnya ada sekitar 130 rumah yang dibangun. Rumah yang dibangun disini adalah rumah untuk masyarakat yang dulunya memiliki rumah di desa Simacem dulu. Meskipun pemilik rumah tidak berada di desa ini atau yang tinggal di luar desa. Mereka akan mendapatkan rumah di siosar ini. Masyarakat yang dulu pada saat di Simacem memiliki rumah akan mendaftarkan nama mereka untuk mendapatkan rumah di siosar ini. jadi bagi masyarakat yang tidak memiliki rumah atau yang hanya mengontrak rumah tidak akan dapat rumah meskipun sudah mereka sudah tinggal bertahun-tahun di Simacem.
Selain mendapatkan rumah masyarakat juga akan mendapatkan lahan pertanian seluas setengah Ha. Lahan pertanian ini berlokasi di jalan masuk kawasan permukiman, yaitu berada disebelah kiri dan kanan. Namun masyarakat belum bisa menggunakan lahan ini karena masih dalam proses pembagian.
5.3Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem
5.3.1 Kepuasan Masyarakat Terhadap Unit Hunian
Kepuasan masyarakat terhadap unit hunian dapat diketahui dari kepuasan masyarakat tersebut terhadap kualitas hunian, luas bangunan, bentuk bangunan, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.
Rumah yang saat ini ditempati oleh Masyarakat Desa Simacem adalah rumah dengan tipe 36 dengan luas tanah 200 meter persegi yang sudah dilengkapi dengan air serta listik. Berdasarkan ukuran rumah tersebut, masyarakat Desa Simacem sebenarnya sudah merasa puas. Mereka tidak banyak pilihan dan cukup bisa menerima ukuran rumah tersebut. Namun untuk bentuk bangunan yang mereka tempati sebagian masyarakatnya merasa tidak puas dengan bentuk bangunan rumah tersebut. Kebanyakan alasan dari masyarakat Desa Simacem adalah tidak sesuai dengan keinginan mereka dan menurut masyarakat Desa Simacem rumah mereka di desanya dulu masih jauh lebih bagus.
5.3.2 Kepuasan Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik
Kepuasan masyarakat terhadap fasilitas publik dapat dilihat melalui kepuasan masyarakat terhadap fasilitas rekreasi, Transportasi, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.
Untuk transportasi yang saat ini digunakan oleh masyarakat Desa Simacem adalah sebuah mobil sejenis truk dan juga mobil dinas BNPB. Sampai saat ini penggunaan mobil ini digunakan 3 kali sehari. Pagi hari disaat anak-anak pergi sekolah(untuk anak SMA), orangtua pergi bekerja, siang hari saat anak-anak pergi sekolah (untuk anak SMP), dan sore hari pada saat anak-anak pulang sekolah dan orang tua pulang bekerja. Sampai saat ini penggunaan transportasi ini cukup puas bagi masyarakat, namun kondisi mobil yang berupa truk memberikan rasa tidak nyaman bagi masyarakat karena mobil truk tersebut dibuat tertutup, sehingga masyarakat merasa sesak dan pengap di dalam.
5.3.3 Kepuasan Masyarakat Terhadap Lingkungan Sekitar
Kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sekitar dapat dilihat melalui penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.
5.3.4 Kepuasan Masyarakat Terhadap Kondisi Sekitar
Kepuasan masyarakat terhadap kondisi sekitar meliputi kepuasan masyarakat terhadap tingkat kebisingan, kondisi udara, kondisi jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih.
Untuk kondisi udara dan lingkungan di Desa Siosar masyarakat merasa puas. Udaranya bersih, sejuk dan belum tercemar. Begitu juga dengan lingkungan mereka. Meskipun masih dalam tahap pembangunan lingkungan mereka bisa dikatakan cukup bersih.
5.3.5 Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Hunian
Kepuasan masyarakat terhadap lokasi hunian bisa dilihat melalui kepuasan masyarakat yang dihubungkan dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.
Lokasi Desa Relokasi Siosar ini cukup jauh untuk sampai ke sekolah, pasar, maupun rumah sakit. Jarak desa Relokasi ke sekolah anak-anak cukup jauh, apalagi untuk anak SMP. Mereka saaat ini masih menumpang sekolah di salah satu SMP di Berastagi. Setiap harinya anak-anak yang akan sekolah ini akan diantar dan dijemput dengan mobil BNPB. Namun untuk anak SD mereka sudah tidak menumpang sekolah lagi, meskipun saat ini masih sekolah di tenda darurat menunggu selesainya sekolah mereka dibangun.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Relokasi Tempat Tinggal Di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo yaitu :
1. Masyarakat Desa Simacem merasa cukup puas dengan lokasi tempat tinggal mereka saat ini. meskipun untuk luas bangunan dan bentuk rumah yang mereka tempati masih jauh dari impian mereka selama ini. apalagi untuk jumlah kamar dengan ukuran yang sangat besar. Menurut mereka itu terlalu besar. Meski begitu mereka cukup bersyukur mendapatkan rumah tersebut. Apalagi mereka juga diberi papan dan broti yang bisa digunakan untuk membuat dapur atau kamar.
mereka masih sekolah SD, karena saat ini sudah dibangun tenda tempat belajar anak-anak di desa Simacem. Sedangkan untuk orang tua yang mengatakan sekolah anaknya jauh yaitu untuk anak SMP dan SMA karena mereka memang bersekolah di berastagi dan kabanjahe. Terlebih anak SMP yang sampai saat ini masih menumpang sekolah dan masuk siang di salah satu SMP di Berastagi.
5. Untuk tempat pembuangan sampah masyarakat Desa Simacem merasa tidak puas hal ini disebabkan tidak adanya tempat pembuangan sampah dan mereka lebih banyak membuang sampah ke hutan.
6.2 Saran
1. Untuk transportasi yang digunakan saat ini sebaiknya diberikan sedikit celah untuk udara masuk kedalam mobil. Selain itu untuk Pemerintah perlu membuat transportasi atau angkutan yang khusus berjalan atau memiliki trayek ke siosar agar masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk keluar atau pergi berbelanja.
2. Untuk air bersih sebaiknya dibuat pengaturan jadwal kapan datang air agar masyarakat tahu. Selain itu jika memang satu mata air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk tiga desa sebaiknya dibuka kembali satu lagi mata air untuk memasok persediaan air bersih masyarakat. Selain itu perlu juga kiranya pemerintah untuk menguji kadar kelayakan air tersebut, apakah layak dan baik untuk dikonsumsi.
3. Untuk sistem darinase/saluran pembuangan sebaiknya segera diselesaikan pembangunanya. Supaya saluran pembuangan tersebut tidak lagi macet dan lancar. Demikian pula untuk saluran pembuangan kamar mandi sebaiknya dibuat, terlebih untuk septi tank nya.
5. Untuk tempat pembuangan sampah sudah perlu dibuat dan dibangun. Karena jika semakin lama dibangun maka hal itu akan membuat kebersihan lingkuangan mereka menjadi tidak bersih. Apalagi sekarang ini banyak masyarakat yang membuang sampah ke dalam hutan, yang nantinya akan mengakibatkan hutan penuh dengan sampah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega, gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasratnya dan kepuasan adalah perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan. Menurut Supranto (2003 : 396), kepuasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak, sukar untuk diukur serta sangat subjektif sifatnya.
setelah pemakaiannya. Kepuasan masyarakat merupakan fungsi dari harapan dan kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2004) memberikan pendapat bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan.
Lebih lanjut dapat dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Menurut Selnes (dalam Rayi Endah, 2008), kepuasan masyarakat mencakup tingkat kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction), kesesuaian pelayanan dengan harapan masyarakat (expectation), dan tingkat kepuasan masyarakat selama menjalin hubungan dengan instansi (experience).
Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004 : 147) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004 : 146) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004 : 147) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang dipandang lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.
Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.
Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.
2. Waktu Penyelesaian
pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan.
3. Produk Pelayanan
Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.
4. Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Menurut Yoeti (2003 : 36) kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas performa dalam pelayanan di lapangan. Apabila pelayanan tidak sama atau tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka dimata pelanggan pelayanan yang diberikan dinilai jelek dan tidak memuaskan. Rasa puas pelanggan terhadap sesuatu dapat disebabkan antara lain :
1. Tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dialami
2. Layanan selam proses menikmati jasa tidak memuaskan pelanggan 3. Perilaku/tindakan personil yang tidak menyenangkan
4. Suasanan dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang
Keberadaan hunian atau tempat tinggal paska bencana sangat mempengaruhi semua aspek rumah tangga dan pemulihan korban bencana. Adanya dukungan dalam bentuk tempat tinggal yang memadai, dengan kelengkapan pelayanan dasar, dapat menjamin keamanan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi. Kepuasan huni pada tempat Tinggal menyatakan bahwa kepuasan terhadap hunian merupakan suatu ukuran psikologikal terhadap perbedaan yang terjadi antara kebutuhan dan aspirasi penghuni dengan realitas kondisi huniannya saat ini. Dengan kata lain, ketidakpuasan terhadap hunian timbul ketika suatu hunian dinilai oleh penghuninya menggunakan aturan „hunian idealnya‟. Masalah ini menjadi kompleks, karena setiap keluarga dapat
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda walaupun berada dalam situasi perumahan yang sama.
a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.
b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.
c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.
d. Kepuasan terhadap kondisi sekitar, meliputi kepuasan terhadap tingkat kebisingan, kondisi udara, jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih. e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan
dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.
1.1.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
1.1.2 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat
Dengan tersedianya data Indeks Kepuasan Masyarakat secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik;
5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan;
6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.
2.2 Masyarakat
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat termasuk istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik itu dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris masyarakat dipakai dengan istilah “society” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi.
Berikut adalah pengertian masyarakat menurut ahli :
a. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin berpendapat bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
c. Ralph Linton mengemukakan masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama dan adanya kerja sama diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota (Basrowi, 2005 : 39).
1. Dalam masyarakat, terdapat sejumlah orang yang berada dalam jumlah yang relatif besar, saling berinteraksi satu dan lainnya baik antar individu, individu dan kelompok, dan maupun antarkelompok dalam satu kesatuan sosial yang menghasilkan produk kehidupan yaitu kebudayaan.
2. Masyarakat menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil atau mikro ataupun dalam skala besar atau makro antarkelompok.
3. Masyarakat haruslah menempati kawasan tertentu dan hidup dalam kawasan tersebut dalam waktu yang relatif lama hingga antargenerasi (berhubungan dengan pembentukan kebudayaan).
Menurut Soerjono Soekamto suatu kumpulan dapat dikatakan masyarakat jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Manusia yang hidup bersama
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
2.2.2 Proses Terbentuknya Masyarakat
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat
sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau
bergeser, kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk
menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam
sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic), yaitu :
a. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk
mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi
kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh
berbagai macam stimulasi yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan
budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak
seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar
menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi
yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Proses Sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan
dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari
masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi
dengan segala macam individu di sekililingnya.
b. Proses Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang
peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang
dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja
(macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan
membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang
terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat di dunia.
c. Proses Difusi
Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi
di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah
menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan
dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang
disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.
d. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi
Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Asimilasi adalah Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia
dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung
secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing
e. Pembauran atau Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi
dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang
semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk
baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam
suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui
dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
2.2.3. Asal Masyarakat
Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:
1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.
2.2.4. Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum– hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu. Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.
2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam : Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.
a. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional di
dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau
kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka
belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar
lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebutmasyarakat pedesaan
atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup
bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan
sifat-sifat yang hampir seragam.
b. Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
dunia masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya
pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi,
politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti
halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga
masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.
mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari
pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
Ciri-ciri masyarakat transisi adalah : adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan,
adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah
kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan
zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat
yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat, yaitu :
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.
2.2.5 Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya
Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :
1. Anggota komunitas kecil
2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan 3. Sistem kepemimpinan informal
4. Ketergantungan terhadap alam tinggi
5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritual pada masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa panen, bersih desa.
6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi 7. Kontrol sosial antara warga kuat
8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal
9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan 10.Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi) 11.Tingkat mobilitas sosialnya rendah
12.Penghidupan utama adalah petani.
FUNGSI DESA
b. desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
c. dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan dan sebagainya.
Masyarakat desa pada umumnya dapat disimpulakan sebagai berikut : 1) Homoginitas Sosial
Bahwa masyarakat desa pada umumnya terdiri dari beberapa homogen. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang
2) Hubungan Primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara akrab, semua kegiatan dilakukan secara musyawarah. Mulai dari masalah-masalah umum/ masalah bersama sampai dengan masalah pribadi.
3) Kontrol Sosial yang Ketat
Diatas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota yang lain.
4) Gotong Royong
Nilai-nilai gotong royongpada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal balik.
Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati akan di hukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan.
6) Magis Religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari mereka di dahulukan berdoa kepadanya.
7) Pola Kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja.
2.3 Relokasi
Relokasi merupakan gagasan untuk menata ulang lokasi pemukiman di sekitar wilayah yang rawan bencana. Menata ulang pemukiman menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana untuk meminimalisasi korban apabila terjadi lagi bencana di kemudian hari.
Relokasi merupakan upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi merupakan bagian dari pemukiman kembali (resettlement) di lokasi yang baru di luar kawasan rawan bencana (Kemenpu, 2011).
Jha et al. (2010) mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses dimana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain. Dalam melaksanakan relokasi setelah terjadinya, ada beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai pedoman. Jha et al. (2010) menyebutkan beberapa prinsip tentang relokasi, yaitu :
1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun dan melihat secara positif;
2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harusdilakukan karena resiko bisa dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman daripada memindahkan seluruh permukiman;
3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga menghidupkan dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal sosial;
4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;
6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang mendapatkan dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.
2.3.1 Prosedur Pelaksanaan Relokasi
Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia merekomendasikan bahwa sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiman kembali secara matang.
Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :
1. Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut.
2. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon, aspirasi warga dan peran serta msyarakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksananya program.
3. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Relokasi Pemukiman
Dalam pelaksanaan relokasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Perlunya koordinasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
Masalah relokasi adalah masalah yang kompleks karena menyangkut tiga hal, yakni kebutuhan dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal, ketersediaan tanah/areal untuk relokasi, dan jaminan untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi masyarakat yang dipindahkan, kesempatan untuk berperan serta dalam program relokasi semenjak tahap awal dan keyakinan yang kuat bahwa program akan berjalan baik dan berhasil sesuai dengan harapan dapat diperoleh bila masyarakat yakin bahwa program ini dikoordinasikan dengan baik, disertai dengan akses informasi bagi masyarakat.
2. Pemilihan areal lokasi
Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dengan perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan dahulu (tempat yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil.
mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan dan diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat.
3. Hak masyarakat yang dipindahkan
Kepada masyarakat, disampaikan informsi tentang calon lokasi dan diberi kesempatan untuk meninjau lokasi yang sudah dibangun sebelum secara resmi diserahkan. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menentukan pilihannya secara bebas.
4. Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali
Jika pilihan sudah ditetapkan, lokasi pemukiman kembali harus dilengkapi dengan :
a. Akses jalan yang layak b. Saluran drainase c. Penyediaan air bersih d. Sambungan listrik
e. Fasilitas umum, antara lain fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar, lapangan olahraga dan fasilitas kesehatan
f. Kemudahan transportasi
5. Bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan
dengan masyarakat yang akan dipindahkan agar sesuai dengan keinginan penghuni.
6. Status hak atas tanah
Terhadap tanah dan bangunan yang telah diserahterimakan kepada masyarakat, diberi kepastian dan perlindungan hukum berupa hak milik. Walaupun secara resmi masyarakat sudah menempati areal relokasi, pemantauan dan evaluasi tetap harus dilaksanakan untuk mengetahui masih adanya kekurangan di dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. 7. Dukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat
Relokasi memerlukan dukungan faktor non fisik disamping ketersediaan dan kelengkapan sarana fisik. Secara ekonomis untuk melanjutkan dan memulai kehidupan baru, diperlukan berbagai kemudahan atau bantuan, antara lain : a. Bantuan kredit untuk memulai dan melanjutkan kembali usaha
b. Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang usaha atau pekerjaan baru
c. Pembukaan lapangan kerja baru
d. Bantuan untuk pindah dan fasilitas transportasi
2.3.3 Dampak Relokasi Permukiman
berkurang. Banyak pekerjaan, lahan yang bernilai, serta asset pendapatan yang hilang. Kelompok kekerabatan serta jaringan sosial informal yang tercerai berai. Resiko yang paling sering dihadapi oleh penduduk yang pemukimannya harus dipindahkan adalah kehilangan lahan, kehilangan pekerjaan, kehilangan hunian, kehilangan terhadap akses produksi dan disartikulasi komunikasi.
Asian Development Bank (ADB) mengemukakan beberapa dampak negatif yang mungkin dapat timbul oleh program relokasi yang tidak direncanakan secara matang dalam pembangunan perkotaan yaitu :
1. Terganggunya struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial pada lingkungan permukiman yang sudah dibentuk
2. Hilangnya sumber-sumber produktif, pendapatan dan mata pencaharian
3. Kultur budaya dan kegotongroyongan yang sudah ada di masyarakat dapat menurun
4. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial dan kemiskinan.
Senada dengan hal tersebut world bank melihat dampak negatif yang mungkin timbul bagi penduduk yang dipindahkan adalah :
3. Organisasi setempat dan perkumpulan formal dan informal lenyap karena berubahnya anggota mereka. Masyarakat dan otoritas tradisional dapat kehilangan pemimpin mereka.
4. Efek kumulatif adalah rusaknya sistem sosial dan ekonomi setempat.
Menurut de wet (2002), hasil yang diharapkan dari proses relokasi adalah agar kondisi masyarakat yang direlokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadi relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh permukiman yang nyaman. Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi: tingkat pendapatan, keberagaman sumber pendapatan, status dan jaminan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan infrastuktur dasar.
Relokasi bukan hanya suatu proses pemindahan orang-orang dari suatu lokasi, akan tetapi juga memindahkan perilaku dan identitas-identitas dari orang-orang tersebut. Ada 5 kategori dari individu-individu atau masyarakat merasakan dampak sosial dari suatu kebijakan, yaitu :
1) Secara ekonomi, sebagai pekerja yang kehilangan atau mendapatkan penghasilan maupun pekerjaan.
2) Secara lingkungan, sebagai penduduk yang habitatnya di ubah atau disita
3) Secara transportasi, sebagai pengendara atau penikmat jasa trasportasi yang kehilangan aksesibilitas.
4) Secara sosial, sebagi kerabat, teman anggota, yang pola sosialnya berubah. 5) Secara psikologis, sebagai individu yag mengalami stress, ketakutan,