• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN

TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI

PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN

MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

WIWIN WIDIAWATI 1105012

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN

DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh

Wiwin Widiawati

1100219

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Wiwin Widiawati 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi ABSTRAK

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN

MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA WIWIN WIDIAWATI ( 1105012 )

Dede Rohmat 1) Yakub Malik 2)

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka merupakan wilayah yang dijadikan tempat relokasi pemukiman akibat bencana gerakan tanah yang terjadi di Desa Cimuncang Kecamatan Malausma. Penelitian ini mengkaji kondisi masyarakat sebelum dan setelah relokasi pemukiman. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi kondisi masyarakat sebelum dan setelah relokasi pemukiman melalui beberapa indikator diantaranya kepemilikan lahan, pengetahuan terhadap gerakan tanah, proses relokasi, fasilitas umum, mata pencaharian, pendapatan, dan aksesibilitas. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik random

sampling dengan jumlah responden sebanyak 86 responden. Teknik analisis data

menggunakan teknik persentase dan Skala Likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi masyarakat setelah relokasi dinilai baik, hal tersebut didukung oleh proses relokasi yang dilakukan dengan cepat, aksesibilitas yang sudah baik dan mudah dicapai oleh kendaraan bermotor, kepemilikan rumah yang ditempati menjadi hak milik masyarakat. Fasilitas umum dinilai cukup disebabkan belum rampungnya sebagian fasilitas seperti penampungan air, pos jaga, dan kantor desa. Kehidupan masyarakat sebelum dan setelah relokasi mengalami perubahan yang cukup besar dalam segi mata pencaharian dan pendapatan, mayoritas masyarakat mengalami perubahan mata pencaharian dari petani menjadi buruh bangunan dan buruh pabrik rumahan sehingga pendapatan masyarakat menurun. Pembangunan fasilitas dan pemenuhan sandang, panagan, papan bagi masyarakat tentunya menjadi perhatian utama agar terciptanya kehidupan yang berjalan dengan baik.

(5)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii ABSTRACS

CONDITION OF THE COMMUNITY DISASTER VICTIMS THE MASS WASTING BEFORE AND AFTER RELOCATION SETTLEMENT IN

SUBDISTRICT MALAUSMA MAJALENGKA

WIWIN WIDIAWATI ( 1105012 ) Dede Rohmat 1)

Yakub Malik 2)

Distric Malausma, Majalengka is an area which used to relocate residents due to the mass wasting disaster that occurred at Desa Cimuncang, Distric Malausma. This research study of changes conditions of the community before and after relocation settlement. The purpose of this research identify conditions of the community before and after the relocation settlement though sevaral indicators of them land ownership, knowledge of movements of the ground, the relocation process, public facility, livelohoods, income and accessibility. The methods of this study are descriptive and assisted by survey. The respondents were chosen using random sampling technique with amount ofrespondents is eighty six respondent. Data were analyzed using percentage technique and Likert scale technique. The results of the study showed that conditions of the community after relocation was assesed as good, this is supported by the process of reloc performed quickly, accessibility who are good and reached easily by vehicles, and ownership house occupied become their property the community. Public facilities are considered to be quite caused not yet the completion some facilities such as water body, the sentry, and the vilage office. The lives of the bifore and after the relocation experienced any appreciable change in the perspective of livelihoods and income, majority of the change of livelihoods of farmer become construction workers and factory worker home so that the income of the decline. The establishment of facilities and fulfilment of clothing, food, board for the community should create the main concern in order life that runs well.

(6)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. ... L atar Belakang ... 1

B. ... I dentifikasi Masalah ... 4

C. ... R umusan Masalah ... 4

D. ... T ujuan Penelitian ... 5

E... M anfaat Penelitian ... 5

F. ... D efinisi Operasional ... 5

G. ... S truktur Organisasi Skripsi ... 6

(7)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A.... B

encana Gerakan Tanah ... 11

B. ... R

elokasi Pemukiman ... 18

C. ... M

asyarakat ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN ... 25

A...

Metode Penelitian ... 25

B. ... P

endekatan Geografi ... 25

C. ... P

opulasi dan Sampel ... 26

D.... V

ariabel Penelitian ... 27

E. ... T

eknik Pengumpulan Data ... 28

F. ... T

eknik Pengolahan Data ... 30

G... T

eknik Analisis Data... 31

H... K

isi – kisi Instrumen ... 34

I. ... A

lur Penelitian ... 37

(8)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii A... A

lur Proses Pembahasan ... 38

B. ... K

ondisi Fisik dan Sosial Wilayah Penelitian ... 39

C.

... K

arateristik Responden ... 56

D...

Kondisi Masyarakat Sebelum Bencana Gerakan Tanah ... 60

E. ...

Kondisi Masyarakat Setelah Bencana Gerakan Tanah ... 68

F. ...

Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A... K

ESIMPULAN ... 87

B. ... S

ARAN ... 88

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

DAFTAR TABEL

(9)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

1.1 Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 9

3.1 Variabel Penelitian ... 28

3.2 Kriteria Persentase ... 32

3.3 Tabel Skala Likert ... 32

3.4 Kriteria Interpretasi Skor... 33

3.5 Kisi – kisi Instrumen ... 34

4.1 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Fergusen ... 42

4.2 Data Curah Hujan 10 Tahunan (2000 – 2009) Di Kecamatan Malausma .... 43

4.3 Rata – rata Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Malausma ... 44

4.4 Kelas Kemiringan Lereng ... 51

4.5 Luas Wilayah Menurut Kemiringan Lereng Kecamatan Malausma ... 51

4.6 Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Malausma... 52

4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia di Kecamatan Malausma ... 55

4. 8 Karateristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 56

4.9 Tingkat Pendidikan ... 57

4.10 Karateristik Responden Berdasarkan Beban Tanggungan dan Pendapatan Responden... 59

4.11 Kepemilikan Rumah Responden Sebelum Direlokasi ... 60

4.12 Kondisi Rumah Sebelum Direlokasi ... 60

4.13 Kepemilikan Lahan Pertanian Sebelum Relokasi Pemukiman ... 61

4.14 Karateristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan Responden Sebelum Direlokasi ... 63

(10)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix No Tabel ... Hal

4.16 Pengetahuan Masyarakat terhadap Potensi Gerakan Tanah... 66

4.17 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Potensi Gerakan Tanah ... 66

4.18 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Lokasi Pemukiman Lama ... 67

4.19 Tingkat Kerusakan ... 67

4.20 Pengetahuan Masyarakat terhadap proses relokasi ... 70

4.21 Peran Masyarakat Terhadap Proses Relokasi ... 71

4.22 Pengetahuan Terhadap Potensi Gerakan Tanah ... 72

4.23 Kepemilikan Rumah Responden Setelah Relokasi ... 73

4.24 Kondisi Rumah Setelah Relokasi ... 73

4.25 Kepemilikan Lahan Pertanian Setelah Relokasi Pemukiman ... 75

4.26 Karateristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan Responden Setelah Direlokasi ... 75

4.27 Karateristik Responden Berdasarkan Pendapatan dan Mata Pencaharian Responden Setelah Relokasi ... 77

4.28 Ketersediaan Fasilitas Umum ... 78

4.29 Aksesibilitas Lokasi Pemukiman Baru ... 81

4.30 Kehidupan Masyarakat Setelah Relokasi ... 81

4.31 Kehidupan Masyarakat Selah Relokasi ... 82

(11)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x No Gambar ... Hal

2.1 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah ... 17

4.1 Peta Lokasi Relokasi Pemukiman ... 40

4.2 Grafik Curah Hujan 10 Tahunan (2000 – 2009) Kecamatan Malausma ... 43

4.3 Peta Geologi Kecamatan Malausma ... 47

4.4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Malausma ... 50

4.5 Grafik Karateristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 57

4.6 Grafik Karateristik Responden Berdasarkan Beban Tanggungan dan Pendapatan Responden ... 60

4.7 Grafik Kondisi Rumah Sebelum Relokasi ... 61

4.8 Grafik Kepemilikan Lahan Pertanian Sebelum Relokasi Permukiman ... 62

4.9 Grafik Karateristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan Responden Sebelum Direlokasi ... 63

4.10 Grafik Karateristik Responden Berdasarkan Pendapatan dan Mata Pencaharian Responden Sebelum Relokasi ... 65

4.11 Gambar Tingkat Kerusakan Pemukiman Lama ... 68

4.12 Grafik Kondisi Rumah Setelah Relokasi ... 74

4.13 Grafik Karateristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan Setelah Direlokasi ... 76

4.14 Sarana Jalan Menuju Pemukiman dan Dipemukiman ... 78

4.15 Fasilitas Ibadah... 79

(12)

1

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis,

klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan

dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus

dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana. Secara geologis,

Indonesia terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo -

Australia dan Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia kaya dengan cadangan

mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis yang sangat dinamis yang

mengakibatkan potensi bencana gempa, tsunami dan gerakan tanah/longsor.

Selain itu, Indonesia mempunyai banyak gunung api aktif yang sewaktu – waktu

dapat meletus. Sedangkan secara demografis, jumlah penduduk yang sangat

banyak dengan keberagaman suku, budaya, agama dan kondisi ekonomi dan

politik menyebabkan Indonesia sangat kaya namun rentang terhadap konflik.

Bencana gerakan tanah atau sering disebut longsoran tanah kerap terjadi di

Indonesia dengan jumlah kerugian yang tidak sedikit, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ancaman Bencana longsor atau

gerakan tanah yang terjadi di indonesia menempati posisi ke-3 dengan jumlah

frekuensi setiap tahunnya meningkat dengan kerusakan dan kerugian yang tidak

sedikit. Setidaknya terjadi di Jember yang mengakibatkan 92 orang meninggal

dunia,kemudian Trenggalek dengan korban jiwa 18 orang dan di Menado dengan

korban jiwa 27 orang, begitupun di Sulawesi Selatan pada juni 2006 terjadi banjir

yang diikuti longsor yang mengakibatkan setidaknya 200 orang meninggal dan

puluhan orang dinyatakan hilang.

Menurut Noor (2006, hlm 105) “Gerakan tanah adalah proses perpindahan

satuan masa batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut

sebagai longsorann dari masa tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai

suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (gravitasi)”. Secara umum kejadian gerakan tanah disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah

(13)

2

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu

adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.

Gerakan tanah adalah bencana geologi yang sering terjadi di Jawa Barat

karena hampir setiap tahun terdapat gerakan tanah meski dalam rentang waktu

yang relatif kecil namun gerakan tanah tersebut menumbulkan kerugian baik

materi maupun korban jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

2005 mencatat bahwa Jawa Barat menempati posisi pertama wilayah dengan

lokasi rawan gerakan tanah, tercatat dari tahun 2003 sampai 2005 terjadi 77 kali

bencana gerakan tanah yang mengakibatkan 166 jiwa meninggal dunia, 108 jiwa

luka – luka, lebih dari 198 rumah hancur serta 1751 rumah rusak mulai dari rusak

ringan sampai rusak parah, gerakan tanah itu juga mengakibatkan 140 ha lahan

pertanian rusak yang mengakibatkan banyaknya petani yang kehilangan mata

pencahariannya, dan 705 jalan terputus.

Gerakan tanah yang terjadi di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan

Malausama, Kabupaten Majalengka menyebabkan rusaknya bangunan, lahan

pertanian dan sarana prasarana lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pemerintahan Kecamatan Malausma gerakan tanah mengakibatkan amblasan

tanah 3 sampai 5 meter hal tersebut memutuskan jalan sepanjang 50 meter, jalan

tersebut merupakan jalan yang menghubungkan Dusun Cigintung ke Kecamatan

Malausma, gerakan tanah juga mengakibatkan bagunan – banguna yang ada di

Dusun Cigintung rusak parah sehingga tidak memungkinkan lagi untuk ditempati

sehingga 610 kk atau sekitar 1.842 jiwa mengungsi, selain bangunan terdapat 8

hektar lahan pertanian diantaranya sawah yang siap panen amblas dan tertimbun

sehingga ratusan kepala keluarga yang mayoritas petani kehilangan mata

pencahariannya.

Rusaknya pemukiman masyarakat Dusun Cigintung akibat gerakan tanah

yang terjadi tidak memungkinkan masyarakat untuk kembali menempati lahan

pemukiman semula bukan hanya karena hancurnya bangunan – bangunan

masyarakat namun kondisi tanah yang masih labil dan memungkinkan terjadi

gerakan tanah susulan saat musim hujan menjadi faktor yang sangat diperhatikan.

(14)

3

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

610 kk atau sekitar 1.842 jiwa Dusun Cigintung direlokasi ketempat yang lebih

amam.

Pemukiman merupakan suatu hal yang sangat penting untuk keberlangsungan

hidup seseorang disamping kebutuhan pokok yang lainnya, Prasarana lingkungan

pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan

lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana utama

meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan

pemasukan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas,

dan sebagainya. Relokasi pemukiman yang dilaksanakan oleh pemerintah

Kabupaen Majalengka dalam merelokasi masyarakat Dusun Cigintung bukanlah

hal yang mudah dalam proses relokasi ini perlu diperhatikan tentang analisis

keruangan, seperti yang dikemukakan oleh Bintarto (1979:14) “dalam analisis

keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penggunaan penyebaran ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan”. Dari pernyataan tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merealisasikan relokasi diantaranya, kondisi

lahan yang akan dijadikan tempat relokasi, serta bagaimana proses relokasinya.

Lokasi yang ditetapkan oleh pemerintahan Kabupaten Majalengka sebagai lokasi

pemukiman baru masyarakat korban gerakan tanah terletak di Desa Jagamulya

Kecamatan Malausma yang berjarak 9 Km dari lokasi bencana gerakan tanah.

Relokasi pemukiman masyarakat telah berlangsung sarana dan prasarana

sudah mulai rampung bahkan sebagian masyarakat telah menempati tempat

tinggal yang baru tercatat 450 kk sudah berpindah dan 160 kk lagi masih berada

ditempat pengungsian dikarenakan bangunannya yang belum rampung. Namun

dalam suatu proses pembangunan yang melibatkat sejumlah masyarakat tentunya

harus memperhatikan tanggapan serta respon dari masyarakat itu sendiri. Respon

merupakan balasan atau tanggapan seseorang atau sekelompok orang mengenai

fenomena yang dilihat atau terjadi disekitarnya, dalam relokasi pemukiman yang

telah berlangsung tersebut tentunya memperoleh respon dari masyarakat baik itu

respon positif maupun respon negatif mengenai relokasi pemukiman.

Respon masyarakat mrupakan hal yang sangat penting yang harus

(15)

4

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Majalengka dalam membuat kebijakan serta dalam proses penanggulangan

bencana yang terjadi. Keberlangsungan kehidupan masyarakat bukan hanya dalam

bentuk tempat tinggal yang baru namun bagaimana masyarakat itu melanjutkan

kehidupannya, proses relokasi yang telah berlangsung serta respon masyarakat

terhadap lokasi pemukiman yang baru akan mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat itu sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

meneliti mengenai “Kondisi Masyarakat Korban Bencana Gerakan Tanah Sebelum dan Setelah Relokasi Pemukiman di Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi bahwa

pemukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus dimiliki masyarakat

untuk menunjang kehidupan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat korban

bencana gerakan tanah, hal tersebut diwujudkan dalam proses relokasi

pemukiman masyarakat korban gerakan tanah. Masalah – masalah yang dapat

diidentifikasikan dalam relokasi pemukiman yaitu :

1. Perubahan kondisi soaial masyarakat setelah terjadinya bencana gerakan

tanah baik dalam segi mata pencaharian dan pendapatan masyarakat.

2. Perubahan kehidupan masyarakat di lokasi relokasi pemukiman dalam segi

fasilitas, aksesibilitas, ketersediaan air dan kenyamanan lokasi pemukiman.

C. Rumusan Masalah

Penelitian yang berjudul “Kondisi Masyarakat Korban Bencana Gerakan Tanah Sebelum dan Setelah Relokasi Pemukiman di Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka” memiliki rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi masyarakat sebelum terjadi bencana gerakan tanah di

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka?

2. Bagaimana kondisi masyarakat setelah terjadi bencana gerakan tanah di

(16)

5

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian “Respon Masyarakat Korban Gerakan Tanah Terhadap Relokasi Pemukiman di Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka”. Sebagai berikut :

1. Mengidentifikai kondisi masyarakat sebelum terjadi bencana gerakan tanah di

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.

2. Mengidentifikasi kondisi masyarakat setelah terjadi bencana gerakan tanah di

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Teridentifikasinya kondisi masyarakat korban bencana gerakan tanah

sebelum terjadi bencana dan setelah relokasi pemukiman di Desa Jagamulya

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.

2. Sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah khususnya pemerintahan

Kabupaten Majalengka dalam pembentukan kebijakan dan penangulangan

bencana gerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Majalengka.

F. Definisi Operasional 1. Bencana Gerakan Tanah

Bencana Gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi

karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis

seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Menurut Noor (2006,

hlm 105) “Gerakan tanah adalah proses perpindahan satuan masa

batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai

longsorann dari masa tanah /batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu

gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya

berat (gravitasi)”.

2. Relokasi Pemukiman

Relokasi pemukiman merupakan proses pemindahan lokasi pemukiman

dari suatu tempat ketempat yang baru, hal tersebut dilaksanakan karena

(17)

6

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut berada di wilayah yang memiliki ancaman bencana yang tinggi.

Relokasi pemukiman juga merupakan usaha nyata yang dilaksanakan

pemerintahan Kabupaten Majalengka untuk mensejahterkan masyarakat

korbang bencana gerakan tanah yang sebagian besar rumahnya rusak.

Lokasi merupakan penanda dari suatu tempat. Menurut Sumaatmadja (1988:118) “lokasi suatu benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan dan dapat memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi”. Lokasi disini merupakan tempat yang menjadi relokasi pemukiman masyarakat korban bencana gerakan tanah.

Dalam hal ini relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu

proses pemindahan tempat dari tempa asal ke tujuan (Anonim, KBBI, 2002),

relokasi disini merupakan relokasi pemukiman masyarakat korban bencana

gerakan tanah.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi disusun dari lima bab dengan masing – masing bab

memilii isi yang berbeda yang didudun secara sistematis dan terpadu. Tetapi

secara garis besar konten dari lima bab tersebut akan dijelaskan secara singkat

sebagai berikut :

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan

masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Bab 2 menguraikan tentang teori yang terkait dengan permasalahan yang

dibahas dalam hal ini mengenai konsep dasar geografi yang mengkaji tentang

pariwisata, potensi pariwisata, kemenarikan pariwisata dan karakteristik

wisatawan.

3. BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 menjelaskan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam proses

penelitian seperti lokasi penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian,

variabel penelitian, populasi sampel penelitian, teknik pengumpulan data,

(18)

7

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 4 membahas mengenai rumusan masalah yang telah disusun pasa bab 1

dengan landasan teori pada bab 2 dan teknik analisis dan pengumpulan data

pada bab 3, sehingga pada bab ini akan menjawab pertanyaan yang ada pada

penelitian ini yaitu mengenai potensi paariwisata di Kabupaten Musi

Banyuasin Sumatera Selatan.

5. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis

penelitian dan pemberian saran dari hasi penelitian dan untuk penelitian

(19)

8

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Reverensi Terdahulu

Tabel 1.1

Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan

NO

Nama Judul Rumusan Masalah Metodelogi

penelitian Hasil penelitian

1 Aty

1) Bagaimana tingkat kerusakan barang kepemilikan korban bencana gerakan tanah di Kecamatan Majalengka 2) Bagaimana tingkat

kerugian yang dialami korban bencana gerakan tanah di Kecamatan Majalengka

3) Bagaimana sikap masyarakat korban bencana gerakan tanah terhadap rencana relokasi pemukiman dilihat dari tingkat kerugian, tingkat kerusakan, studi kepemilikan rumah, pengetahuan luas lahan ganti rugi, pengetahuan jumlah uang ganti rugi, dan pengetahuan mekanisme

Metode yang digunakan adalah metode

Deskriptif

1) Tingkat kerusakan rumah korban bencana gerakan tanah 38,6% >RP.2.000.000. tidak ada korban jiwa hanya 6,8% masyarakat luka – luka. 3) Sikap masyarakat

(20)

9

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ganti rugi. yang baru. Namun

dalam segi

penggantian ganti rugi

uang banyak

1) Bagaimana persepsi masyarakat korban banjir terhadap potensi banjir di Kecamatan Baleendah 2) Bagaimana mekanisme

relokasi pemukiman yang terkena banjir di Kecamatan Baleendah 3) Bagaimana persepsi

masyarakat korban banjir terhadap rencana relokasi pemukiman pada daerah banjir di Kecamatan Baleendah dilihat dari jawaban masyarakat yang signifikan, namun masyarakat seolah tidak peduli dengan resiko tersebut. 2) Mekanisme relokasi oleh pemerintah untuk seluruh masyarakat akan disediakan oleh pemerintah.

(21)

10

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13% masyarakat setuju Dari Kawasan Alun – Alun Kota Bandung

Menuju Tempat Penampungan Pedagang Sementara

Gedebage

1) Bagaimana kebijakan pemerintah kota bandung merelokasi PKL dari kawasan Alun – alun kota bandung menuju TPS Gedebage.

2) Bagaimana respon para PKL yg direlokasi terhadap pelaksanaan relokasi PKL. 3) Bagaimana respon

masyarakat terhadap bebasnya Alun – alun Kota Bandung dari keberadaan PKL

Metode yang digunakan adalah metode Survey Deskriptif

1) Kebijakan pemerintah Kota Bandung dalam melaksanakan relokasi PKL dilatar belakangi oleh adanya perda merupakan salah satu dari zona merah. 2) Masyarakat sangat

(22)

11

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(23)

12

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

(24)

25

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian sehingga

mendapatkan tujuan yang ingin dicapai serta menghasilkan pemecahan masalah

yang akurat. Seperti yang dikemukakan Cholid Narbuko (2009, hlm 1) “metode

penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan”. Dalam penelitian Respon Masyarakat

Korban Gerakan Tanah Terhadap Relokasi Pemukiman di Kecamatan Malausma

Kabupaten Majalengka metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang

mengungkap pada permasalahan – permasalahan berdasarkan fakta yang telah

ada. Seperti yang dikemukakan Tika (2005, hlm 4) “metode deskriptif adalah

penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan

sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta – fakta yang ada, walaupun

kadang –kadang diberikan interpretasi atau analisis”.

Pemilihan metode deskriptif didasari oleh maksud dari peneliti yang ingin

mengkaji dan mendeskripsikan respon masyarakat korban gerakan tanah terhadap

potensi gerakan tanah serta respon masyarakat terhadap lokasi pemukiman lama

dan pemukiman yang baru. Serta respon masyarakat mengenai kehidupan

masyarakat setelah direlokasi.

B. Pendekatan Geografi

Penelitian ini menggunanakan pendekatan kelingkungan. Hal ini dikarenakan

penelitian ini mengkaji interaksi antara manusia dengan manusia dan antara

manusia dengan lingkungan, lingkungan dalam penelitian ini merupakan lokasi

pemukiman yang baru bagi masyarakat korban bencana gerakan tanah,

lingkungan yang baru tentunya berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

Dalam geografi lingkungan pendekatan lingkungan mendapat peran yang penting

untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer

dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul

juga dapat dikonsepsikan secara baik.

(25)

26

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan suatu penelitian, adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan teliti, seperti yang

dikemukakan Menurut Tika (1997:32) “populasi adalah himpunan individu

atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Sedangkan menurut Arikunto (2006:130) “populasi adalah keseluruhan objek penelitian”.

Berdasarkan pendapat tersebut pada penelitian ini yang menjadi populasi

adalah seluruh masyarakat korban gerakan tanah di Desa Cimuncang

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yaitu berjumlah 610 kk atau

sekitar 1.842 jiwa.

2. Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan kita teliti hal ini

dijelaskan pula dalam pendapat Arikunto (2006:131) “sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar –

benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan

populasi yang sebenarnya atau representatif.

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Teknik Random Sampling

yang merupakan teknik penentuan anggota sempel dari anggota populasi

dilakukan atas dasar bahwa semua populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk menjadi sampel seperti yang dikemukakan Arikunto (2006:134)

“didalam pengambilan sampel, peneliti “mencampur” subjek – subjek didalam populasi sehingga semua subjek didalam populasi dianggap sama.”

Adapun untuk menentukan jumlah dari responden, maka dilakukan

(26)

27

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : tingkat kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir

Dengan tingkat kesalahan 10% (0,1) maka sempel masyarakat korban

bencana gerakan tanah yang diambil sebagai berikut :

n = N . 1 + N e2

= 610 . 1 + 610 (0,1) 2

= 610 . 1 + 6,10

= 85,91 dibulatkan menjadi 86 KK

Pengambilan 86 KK sebagai responden dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung pemukiman responden yang memiliki nomor rumah ganjil, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan sampel responden.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2002, hlm 2) variabel merupakan gejala yang menjadi

fokus peneliti untuk diamati. Variabel penelitian merupakan ukuran sifat atau ciri

yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok atau suatu set yang berbeda

dengan yang lainnya. Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu pada Tabel

(27)

28

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Indikator

Karateristik Responden  Nama

 Usia

 Kepemilikan lahan pertanian  Pekerjaan

 Pendapatan

 Pengetahuan terhadap potensi gerakan tanah

Kondisi masyarakat setelah bencana

 Proses relokasi  Kepemilikan rumah

 Kepemilikan lahan pertanian  Fasilitas umum

Sumber : Adaptasi beberapa sumber

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan kajian mengenai “Respon

Masyarakat Korban Gerakan Tanah Terhadap Relokasi Pemukiman di

Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka” maka teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu :

1. Observasi Lapangan

Obesevasi di lapangan merupakan teknik pengamatan dalam melakukan

pengamatan untuk mengetahui, memahami dan mencatat apa yang ada di

lokasi tempat melakukan penelitian. Seperti yang dikemukakan Tika

(28)

29

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada objek penelitian”. Dalam penelitian ini observasi digunakan unuk melihat fenomena fisik, penggunaan lahan, kondisi

pemukiman dan fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat Cigintung

yang telah di relokasi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah teknik pengamatan lokasi penelitian yaitu

dengan cara tanya jawab dengan responden atau narasumber. Wawancara

juga merupakan awal studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang diteliti. Hasil wawancara dalam penelitian ini berupa penjabaran

gambaran kondisi masyarakat sebelum terjadi bencana dan setelah terjadi

bencana, adapun indikator yang menjadi acuan dalam wawancara antara lain

kepemilikan lahan, mata pencaharian, pendapatan, fasilitas, aksesibilitas dan

kenyamanan pemukiman baru.

3. Studi literatur

Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber dan

literatur seperti buku, jurnal, internet, serta penelitian – penelitian yang

terdahulu yang dianggap relevan dengan objek penelitian sehingga penulis

mempunyai gambaran dalam pelaksanaan penelitian, data yang dibutuhkan

seperti literatur yang berhubungan dengan pemukiman, gerakan tanah, dan

relokasi pemukiman.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dapat

mendukung pembuatan laporan, yaitu dengan cara pengambilan gambar

ataupun data-data yang ada di lapangan dari berbagai sumber ataupun

instansi-instansi terkait seperti data monografi desa dan data statistik.

Pengambilan gambar yang dilakukan adalah untuk membuktikan dan

memperkuat hasil data yang ada di lapangan sehingga data yang di dapat bisa

lebih akkurat dan dapat dipercaya. Adapun dokumentasi yang diambil yaitu

(29)

30

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fasilitas umum di lokasi pemukiman baru berupa jalan, tempat penampungan

air, tempat ibadah dan kondisi rumah di pemukiman yang baru.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan yang berkaitan dengan penelitian ini terkumpul,

kemudian tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahapan persiapan

Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui kelengkapan data yang

terkumpul melalui instrumen penelitian.

2. Editing

Langkah ini dilakukan untuk memeriksa atau meneliti kembali data yang

telah terkumpul apakah data tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses

atau diolah lebih lanjut. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang terhadap pada pencatatan di lapangan dan bersifat

koreksi.

3. Coding

Coding adalah pemberian /pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang

memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan

dianalisis. Langkah ini dilakukan dalam rangka pengklasifikasian jawaban

dari para responden maupun informasi yang didapat berdasarkan kategorinya

sehingga memudahkan proses berikutnya.

4. Skoring

Skoring ini adalah proses penentuan skor atas jawaban responden yang

dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori yang cocok tergantung

pada anggapan atau opini responden. Penghitungan skoring dilakukan dengan

menggunakan skala Likert yang pengukurannya sebagai berikut:

a. Pernyataan Positif

(30)

31

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skoring 4 untuk jawaban setuju

Skoring 3 untuk jawaban netral

Skoring 2 untuk tidak setuju

Skoring 1 untuk sangat tidak setuju

5. Tabulasi Data

Setelah proses editing dan coding, tahapan selanjutnya adalah melakukan

tabulasi data yaitu proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

6. Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh,

sesuai dengan pertanyaan dan maksud dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat dilaksanakan setelah pengumpulan data dari lapangan

sudah dirasa lengkap. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis dengan mendeskripsikan secara

verbal data – data yang dihasilkan, data yang dihasilkan berupa gejala yang

nampak didaerah penelitian seperti gambaran umum daerah penelitian, baik

kondisi fisik maupun kondisi sosial, serta mendeskripsikan hasil dari

wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada masyarakat relokasi

korban gerakan tanah.

2. Analisis presentse

Analisis persentase digunakan untuk menghitung besarnyya proporsi

dalam setiap alternatif jawaban, sehingga kecenderungan jawaban

responden dan fenomena lapangan dapat diketahui. Rumus analisi

(31)

32

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

� =

� �

%

Keterangan: p = Persentase

f = Data yang didapat

n = Jumlah seluruh responden

100% = Bilangan Konstanta

Tabel 3.2 Kriteria Persentase

(%) Keterangan

0 % Tidak ada

1 - 24 % Sebagian kecil

25 - 49 % Kurang dari setengahya

50 % Setengahnya

51 - 74 % Lebih dari setengah

75 - 99 % Sebagian besar

100 % Seluruhnya

Sumber: Arikunto 1998

3. Skala Likert

Sekala likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidak

setujuan seseorang terhadap serangkaian pertanyaan yang berkaitan

keyakinan atau perilaku mengenai suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini

menggunakan skala likert untuk menganalisis pendapat dan respon

masyarakat mengenai lokasi pemukiman sebelum relokasi dan lokasi

pemukiman setelah relokasi serta kehidupan masyarakat setelah direlokasi.

Tabel 3.3 Tabel Skala Likert

No Simbol Keterangan Skor Item Positif

Skor Item Negatif

1 SS Sangat Setuju 5 1

2 S Setuju 4 2

3 N Netral 3 3

(32)

33

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 STS Sangat Tidak Setuju 1 5

a. Pernyataan Positif

Skor Indeks = {(F1 x 1) +(F2 x 2)+(F3 x 3)+(F4 x 4) +(F5 x 5)}

Keterangan :

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (sangat tidak

setuju)

F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (tidak setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (netral)

F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (sangat setuju)

b. Pernyataan Negatif

Skor Indeks = {(F1 x 1) +(F2 x 2)+(F3 x 3)+(F4 x 4) +(F5 x 5)}

Keterangan :

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (sangat setuju)

F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (netral)

F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (tidak setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (sangat tidak

setuju)

Untuk mengetahui respon masyarakat yang dijadikan responden secara

keseluruhan maka dapat diketahui dengan langkah – langkah berikut :

a. Menentukan total skor maksimal = Skor tertinggi x Jumlah responden

b. Menentukan total skor minimal = Skor minimal x Jumlah responden

c. Presentasi skor = a ya g dida a

� � � � � �

Setelah skor didapat selanjutnya melakukan interpretasi skor yang

mencakup dari setiap analisis data yang telah dilakukan dari jawaban

responden. Berikut adalah tabel persentase hasil akumulasi skala Likert yang

akan digunakan :

Tabel 3.4

(33)

34

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Angka skor Kriteria

0% - 20 % Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat

81% - 100% Sangat Kuat

Sumber : Riduwan, 2011

H. Kisi – kisi Instrumen

Instrumen penelitian merupakan komponen yang penting sebelum

melaksanakan penelitian sehingga dalam proses pengambilan data berjalan

dengan lancar, untuk mempermudah dalam proses pembentukan instrumen maka

digunakan kisi – kisi instrumen dalam sebuah penelitian, kisi – kisi instrumen

dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kisi – kisi Instrumen Rumusan

masalah Variabel Indikator Sasaran

Potensi bencana

Geomorfolog  Bentukan lahan

 Kemiringan

Hidrologi  Terdapat sungai

 Kualitas air  Pemanfaatan

sungai

(34)

35

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iklim  Tipe iklim

Tabel Lanjutan Kisi – kisi Instrumen Rumusan

masalah Variabel Indikator Sasaran

Kondisi

(35)

36

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Pembagian

Tabel Lanjutan Kisi – kisi Instrumen Rumusan

masalah Variabel Indikator Sasaran

Fasilitas umum  Pasar

 Tempat ibadah  Pusat kesehatan  Pusat

pendidikan

Masyarakat

(36)

37

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Masalah di Lapangan

KESIMPULAN 1. Analisis Deskriptif

2. Persentase 3. Skala Likert Pengolahan Data dan

Analisis Data

Data Primer - Observasi - Wawancara - Dokumentasi Pengumpulan Data

1.Bagaimana kondisi masyarakat

sebelumterjadi bencana di Kec.Malausma Kab.Majalengka ?

2. Bagaimana kondisi masyarakat setelah terjadi bencana di Kec.Malausma

Kab.Majalengka ? Teridentifikasinya kondisi masyarakat sebelum dan setelah bencana gerakan

tanah Tujuan yang Dicapai Rumusan Masalah

Observasi Lapangan Tahap Awal

(37)

87

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai respon masyarakat

korban bencana gerakan tanah terhadap relokasi permukiman di Kecamatan

Malausma Kabupaten Majalengka, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Kondisi masyarakat sebelum terjadi bencana gerakan tanah dilihat dari

kepemilikan lahan rumah dan kepemilikan lahan pertanian menunjukan

bahwa mayoritas masyarakat memiliki lahan pertanian sendiri dengan luas

yang cukup besar, hal tersebut didukung oleh kondisi lahan di Kecamatan

Malausma yang subur, dengan mayoritas masyarakat mengandalkan

pendapatannya dari hasil pertanian 81,4% dengan tingkat pendapatan

masyaraakat sebesar Rp.5.000.000 – Rp.1.000.000,/bulan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa masyarakat Dusun Cigintung sebenarnya mengetahui

bahwa lokasi pemukiman lama merupakan daerah yang memiliki kerentanan

gerakan tanah tinggi, pengetahuan masyarakat tersebut didapat dari sosialisasi

yang dilakukan oleh pemerintahan Kabupaten Majalengka.

2. Kondisi masyarakat setelah terjadi bencana dilihat dari indikator proses

relokasi, kepemilikan rumah, kepemilikan lahan pertanian, fasilitas umum,

aksesibilitas, pekerjaan dan pendapatan. Proses relokasi dan kepemilikan

rumah memiliki kategori sangat kuat hal tersebut dinilai sudah baik dilihat

dari kepemilikan rumah sudah menjadi hak milik masyarakat sendiri sehingga

tidak akan ada sengketa mengenai kepemilikan rumah dikemudian hari.

Aksesibilitas memiliki kategori yang kuat menunjukan akses menuju lokasi

pemukiman sudah baik dan layak. Desa Jagamulya memiliki zona kerentanan

rendah gerakan tanah sehingga masyaraakat merasa aman dan nyaman

menempati lokasi pemukiman yang baru. Fasilitas umum dipemukiman baru

dinilai cukup hal tersebut dikarenakan belum rampungnya semua fasilitas

umum di pemukiman serta kurangnya tempat penampungan air dan sumber

air yang kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan air masyarakat.

Perubahan besar yang dialami masyarakat terletak pada segi mata

(38)

88

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pencaharian dan pendapatan masyarakat, hal tersebut dilihat dari masyarakat

yang sudak tidak memiliki lahan pertanian, hilangnya lahan pertanian

masyarakat mengakibatkan 88,3% masyarakat mengalami perubahan mata

pencaharian menjadi buruh di Kecamatan lain serta penurunan pendapatan

masyaakat.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas menunjukkan gambaran

hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Maka terdapat beberapa saran yang

peneliti kemukakan, adapun saran penelitian sebagai berikut :

1. Pemerintahan Kabupaten Majalengka hendaknya lebih intensif dalam

melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah – daerah yang memiliki

zona kerentanan gerakan tanah yang tinggi, serta mengurangi pembangunan

permukiman didaerah – daerah tersebut sehingga meminimalisir kerusakan

dan kerugian jika terjadi gerakan tanah serupa.

2. Fasilitas umum merupakan hal yang harus diperhatikan dalam permukiman

masyarakat karena akan mendukung dalam kegiatan kehidupan masyarakat,

fasilitas umum yang belum tersedia di lokasi permukiman baru yaitu

penampungan air bersih, masyarakat masih menggunakan ember – ember

kecil dan selang yang kecil untuk menyalurkan air sehingga pasokan air

bersih belum mencukupi untuk kebutuhan masyarakat, pembagunan

penampungan air ini sangat dibutuhkan dalam suatu permukiman karena air

merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Keberadaan Balai Desa pun

hasur ada untuk mempermudah masyarakat mendapatkan informasi mengenai

pemerintahan maupun yang lainnya, serta harus adanya pos jaga (pos ronda)

di lokasi permukiman sehingga memberikan rasa aman yang lebih bagi

masyarakat.

3. Pemenuhan sandang, pangan dan papan bagi masyarakat tentunya menjadi

perhatian utama agar terciptanya kehidupan yang berjalan dengan baik,

masyarakat di permukiman baru mengandalkan peras bantuan dari

pemerintah (bulog) untuk memenuhi kebutuhan pangan masyaraka, namun

(39)

89

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut untuk masyarakat korban bencana gerakan tanah sehingga

(40)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. (1992). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.

Anggraeni. M. (2010). Respon Komunitas Permukiman Baru Terhadap Kondisi

Lingkungan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI. Tidak diterbitkan

Azwar, Saifuddin.(1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BPS. (2014). Majalengka Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (2005)

Blaang. C.D. (1986). Perumahan dan Permukiman sebagai Kebutuhan Pokok. Jakarta: Yayasan Obor

Bintarto,R & Hadisumarno, S.(1982). Metode Analisa Geografi. Jakarta:LP3ES.

BPS. (2014). Majalengka Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka

Jayadinata. Johari. dan Pramandika. IGP. (2006). Pembangunan Desa dalam

Perencanaan. Bandung : Penerbit ITB

Mulyani. (2008).Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Rosda Karya.

Nurfirdaus,Dessy C.(2014). Respon masyarakat terhadap relokasi pedagang kaki

lima dari kawasan alun – alun kota bandung menuju tempat penampungan pedagang sementara gedebage. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS

UPI. Tidak Diterbitkan.

Noor, Djauhari.(2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rafi’i, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Penerbit

Angkasa

(41)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riduwan. (2011). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Undang – undang Republik Indonesia No.14 Tahun1992 tentang Permukiman dan Perumahan.

Utomo,S.(2015).Respon masyarakat terhadap kebijakan makam tumpang di kota

Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI. Tidak

Diterbitkan.

Sardiman, A.M. (1992). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali

Setiadi, Elly M. dan Kolip.Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Jakarta: Pustaka Setia

Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset

Tika, M.P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Widhyastuty, Aty.(2011). Sikap masyarakat terhadap rencana relokasi

pemukiman akibat bencana gerakan tanah di kecamatan majalengka. Skripsi

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI. Tidak Diterbitkan.

Candy. (2013). Definisi Respon. [online]. Tersedi :

http://yoonhyewon.blogspot.com/2013/05/definisi-respons.html

Icha. (2011). Pengertian Persepsi. [online]. Tersedia:

http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html

Narera.(2012). Pengertian Pemukiman. [online].Tersedia:

http://nareragan.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Kira.(2011). Gerakan Tanah. [online]. Tersedia:

http://kiradminner.blogspot.com/2011/03/gerakan-tanah.html

(42)

Wiwin Widiawati, 2015

KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sosiatristudyclub. (2013). Pengertian Partisipasi Masyarakat. [online]. Tersedia :

Gambar

Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.5
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA KARANGPELEM KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TENTANG PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH SEBELUM DAN SETELAH

Hasil penelitian adalah persepsi masyarakat tentang pengurangan risiko bencana tanah longsor di Desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas tergolong

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh peristiwa gerakan 30 September 1965 terhadap kondisi psikologi sosial masyarakat Kelurahan Wungu Kecamatan

terjadi perubahan signifikan terhadap kondisi drainase yang sebelum ada pembangunan perumahan hanya masih berupa drainase tanah dan setelah adanya pembangunan

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Memanfaatkan Batu Alam di Desa Mekarraharja Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka ....108 4.4 Kajian Geografi Terhadap Produktivitas Pabrik Batu

PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA BUMI MELALUI LITERASI MEDIA SOSIAL DALAM MEMINIMALKAN BERITA HOAKS DI DESA MAYAK KECAMATAN CIBEBER KABUPATEN CIANJUR Rasman