• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Relokasi Tempat Tinggal di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Relokasi Tempat Tinggal di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega, gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasratnya dan kepuasan adalah

perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan. Menurut Supranto (2003 : 396), kepuasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak, sukar untuk diukur serta sangat subjektif sifatnya.

Menurut Peter (2008 : 18), konsep kepuasan dalam tinjauan prospektif dibagi dua hal yaitu tinjauan prospektif makro dan prospektif mikro. Tinjauan kepuasan makro

adalah memberikan pelayanan prima, sedangkan tinjauan mikro terdiri dari kepuasan pelayanan dan strategi budaya. Oleh karena itu, pelayanan kualitas menekankan kepada mutu suatu pelayanan. Lebih lanjut lagi kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap hasil produk atau jasa dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan

harapan, maka pelanggan akan merasa amat puas atau senang. Dalam kaitan ini, maka faktor kepuasan pelanggan menjadi elemen penting dalam memberikan atau menambah

nilai bagi pelanggan.

Menurut Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2004) disebutkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

(2)

setelah pemakaiannya. Kepuasan masyarakat merupakan fungsi dari harapan dan

kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2004) memberikan pendapat bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan

antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan

kenyataan.

Lebih lanjut dapat dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown

(Tjiptono, 2004) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang

dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau

kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.

Definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari

kesan kinerja dan harapan serta semuanya mengarah kepada pemberian pelayanan dengan penilaian suatu kepuasan bagi mereka yang menerima pelayanan. Dengan

meningkatkan kualitas pelayanan, maka akan meningkatkan kepuasan atas barang dan jasa. Apabila kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas, sebaliknya apabila

(3)

Menurut Selnes (dalam Rayi Endah, 2008), kepuasan masyarakat mencakup

tingkat kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction), kesesuaian pelayanan dengan harapan masyarakat (expectation), dan tingkat kepuasan masyarakat selama

menjalin hubungan dengan instansi (experience).

Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder

Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004 : 147) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik.

Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004 : 146) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004 : 147) memberikan

definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya.

Kepuasan masyarakat erat kaitannya dengan pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peningkatan

pelayanan publik yang efisien dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan

(4)

Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke

dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan

masyarakat yang diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang dipandang

lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.

Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang

wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.

Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan

harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan

(5)

pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan

pelayanan yang diberikan. 3. Produk Pelayanan

Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi

kepada masyarakat. 4. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada

pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan,

khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu. 5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan

pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang

(6)

Menurut Yoeti (2003 : 36) kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas

performa dalam pelayanan di lapangan. Apabila pelayanan tidak sama atau tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka dimata pelanggan pelayanan yang diberikan dinilai

jelek dan tidak memuaskan. Rasa puas pelanggan terhadap sesuatu dapat disebabkan antara lain :

1. Tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dialami

2. Layanan selam proses menikmati jasa tidak memuaskan pelanggan 3. Perilaku/tindakan personil yang tidak menyenangkan

4. Suasanan dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang

Keberadaan hunian atau tempat tinggal paska bencana sangat mempengaruhi semua aspek rumah tangga dan pemulihan korban bencana. Adanya dukungan dalam

bentuk tempat tinggal yang memadai, dengan kelengkapan pelayanan dasar, dapat menjamin keamanan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi. Kepuasan huni

pada tempat Tinggal menyatakan bahwa kepuasan terhadap hunian merupakan suatu ukuran psikologikal terhadap perbedaan yang terjadi antara kebutuhan dan aspirasi penghuni dengan realitas kondisi huniannya saat ini. Dengan kata lain, ketidakpuasan

terhadap hunian timbul ketika suatu hunian dinilai oleh penghuninya menggunakan aturan „hunian idealnya‟. Masalah ini menjadi kompleks, karena setiap keluarga dapat

memiliki tingkat kepuasan yang berbeda walaupun berada dalam situasi perumahan yang sama.

(7)

a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan

terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.

b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu

sendiri.

c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian,

ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.

d. Kepuasan terhadap kondisi sekitar, meliputi kepuasan terhadap tingkat

kebisingan, kondisi udara, jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih. e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan

dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.

1.1.1 Indeks Kepuasan Masyarakat

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan

Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk

dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

(8)

2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada

masyarakat;

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta

saling menghargai dan menghormati;

(9)

11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan;

12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan;

14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

1.1.2 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat

Dengan tersedianya data Indeks Kepuasan Masyarakat secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam

penyelenggaraan pelayanan publik;

2. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh

unit pelayanan publik secara periodik;

3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang

perlu dilakukan;

(10)

5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada

lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan;

6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.

2.2 Masyarakat

2.2.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat termasuk istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut

kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik itu dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris masyarakat dipakai dengan istilah “society” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal

dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah

ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui bagaimana warga-warganya dapat saling berinteraksi. Hendaknya dapat diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan

masyarakat karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Ikatan tersebut adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan

(11)

Berikut adalah pengertian masyarakat menurut ahli :

a. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin berpendapat bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi,

sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

c. Ralph Linton mengemukakan masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama dan

adanya kerja sama diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota (Basrowi,

2005 : 39).

Dari pengertian masyarakat yang disampaikan oleh pakar diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam

(12)

1. Dalam masyarakat, terdapat sejumlah orang yang berada dalam jumlah yang

relatif besar, saling berinteraksi satu dan lainnya baik antar individu, individu dan kelompok, dan maupun antarkelompok dalam satu kesatuan sosial yang

menghasilkan produk kehidupan yaitu kebudayaan.

2. Masyarakat menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil atau mikro ataupun dalam skala besar atau makro antarkelompok.

3. Masyarakat haruslah menempati kawasan tertentu dan hidup dalam kawasan tersebut dalam waktu yang relatif lama hingga antargenerasi (berhubungan

dengan pembentukan kebudayaan).

Menurut Soerjono Soekamto suatu kumpulan dapat dikatakan masyarakat jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup bersama

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Ciri-ciri masyarakat diatas selaras dengan definisi masyarakat yang telah

dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat itu

(13)

2.2.2 Proses Terbentuknya Masyarakat

Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat

sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau

bergeser, kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk

menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam

sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social

dynamic), yaitu :

a. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1. Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk

mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi

kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh

berbagai macam stimulasi yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan

budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak

seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar

menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi

yang diperlukan sepanjang hidupnya.

2. Proses Sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan

dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari

masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi

dengan segala macam individu di sekililingnya.

3. Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan

menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma,

serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi

(14)

b. Proses Evolusi Sosial

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang

peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang

dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja

(macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan

membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang

terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat di dunia.

c. Proses Difusi

Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi

di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah

menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan

dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang

disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.

d. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi

Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan

suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan

asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat

laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Asimilasi adalah Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia

dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung

secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi

masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing

(15)

e. Pembauran atau Inovasi

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi

dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang

semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk

baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam

suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui

dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.

2.2.3. Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat

hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi

umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia

mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang

terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga

bersama.

(16)

4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini hidup

bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.

2.2.4. Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses

masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan

dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–

hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam : Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau

keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar Masyarakat budidaya,

terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

(17)

a. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak

dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional di

dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau

kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka

belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar

lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebutmasyarakat pedesaan

atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup

bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan

sifat-sifat yang hampir seragam.

b. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya

mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban

dunia masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya

pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi,

politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti

halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga

masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

c. Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu

(18)

mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari

pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

Ciri-ciri masyarakat transisi adalah : adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan,

adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah

kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan

zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat

yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar

sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat, yaitu :

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.

2.2.5 Masyarakat Desa

Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup

didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya

Hubungan sosial pada masyarakat desa terjadi secara kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu dengan yang lainnya saling mengenal secara

rapat, menghayati secara mendasar. Pertemuan-pertemuan dan kerja sama untuk kepentingan individu. Segala kehidupan sehari-hari diwarnai dengan gotong royong. Misalnya : mendirikan rumah, mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat

(19)

Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :

1. Anggota komunitas kecil

2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan

3. Sistem kepemimpinan informal 4. Ketergantungan terhadap alam tinggi

5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak

dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritual pada masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian

dan syukuran pada masa panen, bersih desa. 6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi 7. Kontrol sosial antara warga kuat

8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal

9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan

10.Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi) 11.Tingkat mobilitas sosialnya rendah

12.Penghidupan utama adalah petani.

FUNGSI DESA

Adapun fungsi dari desa yaitu :

a. dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan hinterland atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian

(20)

b. desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung

bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.

c. dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan dan sebagainya.

Masyarakat desa pada umumnya dapat disimpulakan sebagai berikut :

1) Homoginitas Sosial

Bahwa masyarakat desa pada umumnya terdiri dari beberapa homogen. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang

2) Hubungan Primer

Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara akrab, semua

kegiatan dilakukan secara musyawarah. Mulai dari masalah-masalah umum/ masalah bersama sampai dengan masalah pribadi.

3) Kontrol Sosial yang Ketat

Diatas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui

masalah yang dihadapi anggota yang lain. 4) Gotong Royong

Nilai-nilai gotong royongpada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur

dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal

balik.

(21)

Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan

secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati akan di hukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan

cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan.

6) Magis Religius

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari mereka di dahulukan

berdoa kepadanya. 7) Pola Kehidupan

Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian,

perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja.

2.3 Relokasi

Relokasi merupakan gagasan untuk menata ulang lokasi pemukiman di sekitar

wilayah yang rawan bencana. Menata ulang pemukiman menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana untuk meminimalisasi korban apabila terjadi lagi bencana di

kemudian hari.

Pengertian relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah pemindahan

tempat. Di dalam, KBBI diberikan sebuah contoh untuk masing-masing kata relokasi dan merelokasi. Relokasi adalah proses pemindahan suatu tempat dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya dan biasanya jarak dari lokasi yang awal ke lokasi yang baru

(22)

Relokasi merupakan upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut

sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap

memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi merupakan bagian dari pemukiman kembali (resettlement) di lokasi yang baru di luar kawasan rawan bencana (Kemenpu, 2011).

Jha et al. (2010) mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses dimana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain.

Dalam melaksanakan relokasi setelah terjadinya, ada beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai pedoman. Jha et al. (2010) menyebutkan beberapa prinsip tentang relokasi, yaitu :

1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun dan melihat secara positif;

2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harusdilakukan karena resiko bisa dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman daripada memindahkan seluruh permukiman;

3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga menghidupkan dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal

sosial;

4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi

daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;

(23)

6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang

mendapatkan dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.

2.3.1 Prosedur Pelaksanaan Relokasi

Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia merekomendasikan bahwa

sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiman kembali secara matang.

Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :

1. Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam

rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut.

2. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon,

aspirasi warga dan peran serta msyarakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksananya program.

3. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga.

4. Setelah pemindahan warga ke lokasi baru, perlu diadakan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan

(24)

2.3.2 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Relokasi

Pemukiman

Dalam pelaksanaan relokasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Perlunya koordinasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi

Masalah relokasi adalah masalah yang kompleks karena menyangkut tiga hal,

yakni kebutuhan dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal, ketersediaan tanah/areal untuk relokasi, dan jaminan untuk dapat melangsungkan

kehidupannya. Bagi masyarakat yang dipindahkan, kesempatan untuk berperan serta dalam program relokasi semenjak tahap awal dan keyakinan yang kuat bahwa program akan berjalan baik dan berhasil sesuai dengan harapan dapat

diperoleh bila masyarakat yakin bahwa program ini dikoordinasikan dengan baik, disertai dengan akses informasi bagi masyarakat.

2. Pemilihan areal lokasi

Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dengan perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju ke lahan

usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi

yang sama baik dengan kawasan dahulu (tempat yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan

relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil.

(25)

mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi

dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan dan

diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat. 3. Hak masyarakat yang dipindahkan

Kepada masyarakat, disampaikan informsi tentang calon lokasi dan diberi

kesempatan untuk meninjau lokasi yang sudah dibangun sebelum secara resmi diserahkan. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menentukan pilihannya

secara bebas.

4. Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali

Jika pilihan sudah ditetapkan, lokasi pemukiman kembali harus dilengkapi

dengan :

a. Akses jalan yang layak

b. Saluran drainase c. Penyediaan air bersih d. Sambungan listrik

e. Fasilitas umum, antara lain fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar, lapangan olahraga dan fasilitas kesehatan

f. Kemudahan transportasi

5. Bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan

(26)

dengan masyarakat yang akan dipindahkan agar sesuai dengan keinginan

penghuni.

6. Status hak atas tanah

Terhadap tanah dan bangunan yang telah diserahterimakan kepada masyarakat, diberi kepastian dan perlindungan hukum berupa hak milik. Walaupun secara resmi masyarakat sudah menempati areal relokasi, pemantauan dan evaluasi

tetap harus dilaksanakan untuk mengetahui masih adanya kekurangan di dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

7. Dukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat

Relokasi memerlukan dukungan faktor non fisik disamping ketersediaan dan kelengkapan sarana fisik. Secara ekonomis untuk melanjutkan dan memulai

kehidupan baru, diperlukan berbagai kemudahan atau bantuan, antara lain : a. Bantuan kredit untuk memulai dan melanjutkan kembali usaha

b. Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang usaha atau pekerjaan baru

c. Pembukaan lapangan kerja baru

d. Bantuan untuk pindah dan fasilitas transportasi

2.3.3 Dampak Relokasi Permukiman

Dampak sosial adalah perubahan dalam kondisi kehidupan orang-orang yang

(27)

berkurang. Banyak pekerjaan, lahan yang bernilai, serta asset pendapatan yang hilang.

Kelompok kekerabatan serta jaringan sosial informal yang tercerai berai. Resiko yang paling sering dihadapi oleh penduduk yang pemukimannya harus dipindahkan adalah

kehilangan lahan, kehilangan pekerjaan, kehilangan hunian, kehilangan terhadap akses produksi dan disartikulasi komunikasi.

Asian Development Bank (ADB) mengemukakan beberapa dampak negatif

yang mungkin dapat timbul oleh program relokasi yang tidak direncanakan secara matang dalam pembangunan perkotaan yaitu :

1. Terganggunya struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial pada lingkungan permukiman yang sudah dibentuk

2. Hilangnya sumber-sumber produktif, pendapatan dan mata pencaharian

3. Kultur budaya dan kegotongroyongan yang sudah ada di masyarakat dapat menurun

4. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial dan kemiskinan.

Senada dengan hal tersebut world bank melihat dampak negatif yang mungkin

timbul bagi penduduk yang dipindahkan adalah :

1. Kehidupan penduduk dapat terkena akibat atau dampak yang mengakibatkan

penderitaan. Banyak mata pencaharian dan kekayaan hilang. Mata rantai antara produsen dan konsumen seringkali terputus.

(28)

3. Organisasi setempat dan perkumpulan formal dan informal lenyap karena

berubahnya anggota mereka. Masyarakat dan otoritas tradisional dapat kehilangan pemimpin mereka.

4. Efek kumulatif adalah rusaknya sistem sosial dan ekonomi setempat.

Menurut de wet (2002), hasil yang diharapkan dari proses relokasi adalah agar kondisi masyarakat yang direlokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadi

relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh permukiman yang nyaman.

Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi: tingkat pendapatan, keberagaman sumber pendapatan, status dan jaminan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan infrastuktur dasar.

Relokasi bukan hanya suatu proses pemindahan orang-orang dari suatu lokasi, akan tetapi juga memindahkan perilaku dan identitas-identitas dari orang-orang tersebut.

Ada 5 kategori dari individu-individu atau masyarakat merasakan dampak sosial dari suatu kebijakan, yaitu :

1) Secara ekonomi, sebagai pekerja yang kehilangan atau mendapatkan

penghasilan maupun pekerjaan.

2) Secara lingkungan, sebagai penduduk yang habitatnya di ubah atau disita

3) Secara transportasi, sebagai pengendara atau penikmat jasa trasportasi yang kehilangan aksesibilitas.

4) Secara sosial, sebagi kerabat, teman anggota, yang pola sosialnya berubah. 5) Secara psikologis, sebagai individu yag mengalami stress, ketakutan,

(29)

2.4 Kerangka Pemikiran

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam

dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak besar pada beberapa aspek

kehidupan masyarakat khususnya yang berada di sekitar gunung tersebut. Hingga saat ini efek tersebut telah dirasakan masyarakatnya sejak September 2013 silam.

Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Sinabung kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian berupa gagal panen, tanah terkontaminasi belerang, yang jumlah kerugiannya belum bisa ditaksir hingga sekarang ini.

Saat erupsi Gunung Sinabung pada 15 September 2013 silam, sebanyak 445 jiwa penduduk desa itu terpaksa harus angkat kaki meninggalkan desa tercinta mereka.

Hal ini bertambah berat ketika tiga desa yang ada di bawah kaki Gunung Sinabung ditetapkan sebagai areal zona terlarang. Akibatnya ketiga desa tersebut harus direlokasi ke tempat yang baru. Ketiga desa itu yaitu Desa Bekerah, Desa Simacem dan

Sukameriah. Karena penetapan sebagai areal zona terlarang itu, maka desa tersebut harus ditinggalkan dan tidak boleh ditempati dalam waktu yang belum ditentukan.

Keadaan ini membuat masyarakat dari ketiga desa tersebut mengungsi cukup lama. Hingga akhirnya pemerintah merelokasi tempat tinggal mereka, dari kaki gunung

(30)

Desa Simacem sendiri sudah mendapatkan permukiman tempat tinggal di siosar

ini. Rumah yang diberikan sudah memadai dengan kelengkapan dasar seperti adanya kamar, kamar mandi, adanya ketersediaan air bersih dan listrik. Meski belum sempurna

dan masih diperlukan perbaikan sejauh ini rumah yang ditempati oleh masyarakat Desa Simacem bisa dikatakan cukup baik dan nyaman.

Direlokasinya masyarakat Desa Simacem ke Siosar memberikan dampak yang

besar bagi seluruh kehidupan mereka. Tidak hanya kehilangan lahan pertanian, masyarakat Desa Simacem juga sudah kehilangan rumah mereka. Rumah yang saat ini

mereka tempati bisa dikatakan sudah cukup baik dan layak ditempati. Meskipun pada dasarnya masyarakat Desa Simacem memiliki kriteria tertentu dalam kepuasan terhadap rumah yang mereka miliki. Kepuasan masyarakat Desa Simacem terhadap hunian atau

tempat tinggal mereka kini didasari oleh aspek-aspek berikut : kepuasaan terhadap unit hunian, kepuasan terhadap fasilitas publik, kepuasan terhadap lingkungan sekitar,

kepuasaan terhadap kondisi sekitar dan kepuasan terhadap lokasi hunian.

Melalui aspek-aspek kepuasan terhadap tempat tinggal tersebutlah maka akan bisa dilihat mengenai kepuasan masyarakat Desa Simacem terhadap rumah mereka saat

(31)

Bagan Alir Pikir

Puas Kepuasan

Masyarakat Desa Relokasi tempat

tinggal di siosar

Tidak Puas

(32)

2.5 Definisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.5.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna

konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Peneliti berupaya menggiring para

pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian terbatas atas suatu konsep

yang dianut dalam suatu penelitian (siagian 2011 : 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :

a. Kepuasan Masyarakat adalah pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan

membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.

b. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya

atau saling berinteraksi.

c. Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup

didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya.

(33)

2.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Defenisi

operasional merupakan lanjutan dari perumusan defenisi konsep yang ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka defenisi operasional ditujukan dalam

upaya mentrasformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011 : 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam tingkat kepuasan masyarakat desa simacem terhadap relokasi tempat tinggal di desa siosar kecamatan merek kabupaten karo sebagai berikut adalah :

a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap

sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.

b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas

lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.

c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan

penghawaan udara dalam hunian.

(34)

e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan

Referensi

Dokumen terkait

Jika pendaftaran selesai kembali ke halaman beranda dan klik tombol Masuk/Daftar , maka akan muncul seperti gambar 1.0.2 dan masukan username dan password tekan tombol masuk ,

pada ayat (1) huruf b diangkat oleh Direktur sesuai. dengan kebutuhan dan ketentuan

Satjipto Rahardjo, 2009. Hukum dan Perubahan Sosial , Yogyakarta: Genta Publishing, Hal 4-7.. Volume 5 Nomor 2 Tahun 2017 10 lazim terjadi pada masyarakat transisi adalah

[r]

Berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi anggota, maka anggota dapat memilih apakah akan tetap setia menggunakan produk atau beralih kepada

Kelebihan alat peredam viskos dibanding dengan jenis alat peredam lainnya adalah penggunaan alat peredam viskos pada struktur suatu bangunan tidak mengubah

internasional merupakan salah satu bentuk dari mekanisme pengawasan dalam

[r]