BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega, gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasratnya dan kepuasan adalah
perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan. Menurut Supranto (2003 : 396), kepuasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak, sukar untuk diukur serta sangat subjektif sifatnya.
Menurut Peter (2008 : 18), konsep kepuasan dalam tinjauan prospektif dibagi dua hal yaitu tinjauan prospektif makro dan prospektif mikro. Tinjauan kepuasan makro
adalah memberikan pelayanan prima, sedangkan tinjauan mikro terdiri dari kepuasan pelayanan dan strategi budaya. Oleh karena itu, pelayanan kualitas menekankan kepada mutu suatu pelayanan. Lebih lanjut lagi kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap hasil produk atau jasa dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan
harapan, maka pelanggan akan merasa amat puas atau senang. Dalam kaitan ini, maka faktor kepuasan pelanggan menjadi elemen penting dalam memberikan atau menambah
nilai bagi pelanggan.
Menurut Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2004) disebutkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
setelah pemakaiannya. Kepuasan masyarakat merupakan fungsi dari harapan dan
kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2004) memberikan pendapat bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan
kenyataan.
Lebih lanjut dapat dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown
(Tjiptono, 2004) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang
dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau
kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari
kesan kinerja dan harapan serta semuanya mengarah kepada pemberian pelayanan dengan penilaian suatu kepuasan bagi mereka yang menerima pelayanan. Dengan
meningkatkan kualitas pelayanan, maka akan meningkatkan kepuasan atas barang dan jasa. Apabila kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas, sebaliknya apabila
Menurut Selnes (dalam Rayi Endah, 2008), kepuasan masyarakat mencakup
tingkat kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction), kesesuaian pelayanan dengan harapan masyarakat (expectation), dan tingkat kepuasan masyarakat selama
menjalin hubungan dengan instansi (experience).
Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder
Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004 : 147) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik.
Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004 : 146) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004 : 147) memberikan
definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan
harapan-harapannya.
Kepuasan masyarakat erat kaitannya dengan pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peningkatan
pelayanan publik yang efisien dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan
Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke
dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan
masyarakat yang diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang dipandang
lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.
Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.
Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan
harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.
2. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan
pelayanan yang diberikan. 3. Produk Pelayanan
Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi
kepada masyarakat. 4. Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada
pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan,
khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu. 5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
Menurut Yoeti (2003 : 36) kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas
performa dalam pelayanan di lapangan. Apabila pelayanan tidak sama atau tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka dimata pelanggan pelayanan yang diberikan dinilai
jelek dan tidak memuaskan. Rasa puas pelanggan terhadap sesuatu dapat disebabkan antara lain :
1. Tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dialami
2. Layanan selam proses menikmati jasa tidak memuaskan pelanggan 3. Perilaku/tindakan personil yang tidak menyenangkan
4. Suasanan dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang
Keberadaan hunian atau tempat tinggal paska bencana sangat mempengaruhi semua aspek rumah tangga dan pemulihan korban bencana. Adanya dukungan dalam
bentuk tempat tinggal yang memadai, dengan kelengkapan pelayanan dasar, dapat menjamin keamanan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi. Kepuasan huni
pada tempat Tinggal menyatakan bahwa kepuasan terhadap hunian merupakan suatu ukuran psikologikal terhadap perbedaan yang terjadi antara kebutuhan dan aspirasi penghuni dengan realitas kondisi huniannya saat ini. Dengan kata lain, ketidakpuasan
terhadap hunian timbul ketika suatu hunian dinilai oleh penghuninya menggunakan aturan „hunian idealnya‟. Masalah ini menjadi kompleks, karena setiap keluarga dapat
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda walaupun berada dalam situasi perumahan yang sama.
a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan
terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.
b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu
sendiri.
c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian,
ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.
d. Kepuasan terhadap kondisi sekitar, meliputi kepuasan terhadap tingkat
kebisingan, kondisi udara, jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih. e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan
dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.
1.1.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk
dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat;
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati;
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan;
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
1.1.2 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat
Dengan tersedianya data Indeks Kepuasan Masyarakat secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh
unit pelayanan publik secara periodik;
3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang
perlu dilakukan;
5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada
lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan;
6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.
2.2 Masyarakat
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat termasuk istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut
kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik itu dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris masyarakat dipakai dengan istilah “society” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal
dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah
ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui bagaimana warga-warganya dapat saling berinteraksi. Hendaknya dapat diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan
masyarakat karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Ikatan tersebut adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan
Berikut adalah pengertian masyarakat menurut ahli :
a. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin berpendapat bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
c. Ralph Linton mengemukakan masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama dan
adanya kerja sama diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota (Basrowi,
2005 : 39).
Dari pengertian masyarakat yang disampaikan oleh pakar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam
1. Dalam masyarakat, terdapat sejumlah orang yang berada dalam jumlah yang
relatif besar, saling berinteraksi satu dan lainnya baik antar individu, individu dan kelompok, dan maupun antarkelompok dalam satu kesatuan sosial yang
menghasilkan produk kehidupan yaitu kebudayaan.
2. Masyarakat menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil atau mikro ataupun dalam skala besar atau makro antarkelompok.
3. Masyarakat haruslah menempati kawasan tertentu dan hidup dalam kawasan tersebut dalam waktu yang relatif lama hingga antargenerasi (berhubungan
dengan pembentukan kebudayaan).
Menurut Soerjono Soekamto suatu kumpulan dapat dikatakan masyarakat jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Manusia yang hidup bersama
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
Ciri-ciri masyarakat diatas selaras dengan definisi masyarakat yang telah
dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat itu
2.2.2 Proses Terbentuknya Masyarakat
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat
sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau
bergeser, kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk
menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam
sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social
dynamic), yaitu :
a. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk
mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi
kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh
berbagai macam stimulasi yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan
budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak
seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar
menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi
yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Proses Sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan
dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari
masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi
dengan segala macam individu di sekililingnya.
3. Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma,
serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi
b. Proses Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang
peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang
dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja
(macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan
membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang
terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat di dunia.
c. Proses Difusi
Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi
di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah
menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan
dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang
disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.
d. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi
Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Asimilasi adalah Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia
dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung
secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing
e. Pembauran atau Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi
dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang
semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk
baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam
suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui
dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
2.2.3. Asal Masyarakat
Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat
hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi
umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:
1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia
mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang
terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga
bersama.
4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini hidup
bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.
2.2.4. Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan
dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–
hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.
2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam : Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau
keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar Masyarakat budidaya,
terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.
a. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional di
dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau
kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka
belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar
lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebutmasyarakat pedesaan
atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup
bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan
sifat-sifat yang hampir seragam.
b. Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
dunia masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya
pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi,
politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti
halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga
masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.
c. Masyarakat Transisi
Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu
mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari
pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.
Ciri-ciri masyarakat transisi adalah : adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan,
adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah
kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan
zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat
yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat, yaitu :
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.
2.2.5 Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup
didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya
Hubungan sosial pada masyarakat desa terjadi secara kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu dengan yang lainnya saling mengenal secara
rapat, menghayati secara mendasar. Pertemuan-pertemuan dan kerja sama untuk kepentingan individu. Segala kehidupan sehari-hari diwarnai dengan gotong royong. Misalnya : mendirikan rumah, mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat
Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :
1. Anggota komunitas kecil
2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan
3. Sistem kepemimpinan informal 4. Ketergantungan terhadap alam tinggi
5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak
dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritual pada masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian
dan syukuran pada masa panen, bersih desa. 6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi 7. Kontrol sosial antara warga kuat
8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal
9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan
10.Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi) 11.Tingkat mobilitas sosialnya rendah
12.Penghidupan utama adalah petani.
FUNGSI DESA
Adapun fungsi dari desa yaitu :
a. dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan hinterland atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian
b. desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung
bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
c. dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan dan sebagainya.
Masyarakat desa pada umumnya dapat disimpulakan sebagai berikut :
1) Homoginitas Sosial
Bahwa masyarakat desa pada umumnya terdiri dari beberapa homogen. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang
2) Hubungan Primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara akrab, semua
kegiatan dilakukan secara musyawarah. Mulai dari masalah-masalah umum/ masalah bersama sampai dengan masalah pribadi.
3) Kontrol Sosial yang Ketat
Diatas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui
masalah yang dihadapi anggota yang lain. 4) Gotong Royong
Nilai-nilai gotong royongpada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur
dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal
balik.
Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan
secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati akan di hukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan
cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan.
6) Magis Religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari mereka di dahulukan
berdoa kepadanya. 7) Pola Kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja.
2.3 Relokasi
Relokasi merupakan gagasan untuk menata ulang lokasi pemukiman di sekitar
wilayah yang rawan bencana. Menata ulang pemukiman menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana untuk meminimalisasi korban apabila terjadi lagi bencana di
kemudian hari.
Pengertian relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah pemindahan
tempat. Di dalam, KBBI diberikan sebuah contoh untuk masing-masing kata relokasi dan merelokasi. Relokasi adalah proses pemindahan suatu tempat dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya dan biasanya jarak dari lokasi yang awal ke lokasi yang baru
Relokasi merupakan upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut
sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap
memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi merupakan bagian dari pemukiman kembali (resettlement) di lokasi yang baru di luar kawasan rawan bencana (Kemenpu, 2011).
Jha et al. (2010) mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses dimana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain.
Dalam melaksanakan relokasi setelah terjadinya, ada beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai pedoman. Jha et al. (2010) menyebutkan beberapa prinsip tentang relokasi, yaitu :
1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun dan melihat secara positif;
2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harusdilakukan karena resiko bisa dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman daripada memindahkan seluruh permukiman;
3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga menghidupkan dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal
sosial;
4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi
daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;
6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang
mendapatkan dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.
2.3.1 Prosedur Pelaksanaan Relokasi
Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia merekomendasikan bahwa
sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiman kembali secara matang.
Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :
1. Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam
rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut.
2. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon,
aspirasi warga dan peran serta msyarakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksananya program.
3. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga.
4. Setelah pemindahan warga ke lokasi baru, perlu diadakan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan
2.3.2 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Relokasi
Pemukiman
Dalam pelaksanaan relokasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Perlunya koordinasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
Masalah relokasi adalah masalah yang kompleks karena menyangkut tiga hal,
yakni kebutuhan dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal, ketersediaan tanah/areal untuk relokasi, dan jaminan untuk dapat melangsungkan
kehidupannya. Bagi masyarakat yang dipindahkan, kesempatan untuk berperan serta dalam program relokasi semenjak tahap awal dan keyakinan yang kuat bahwa program akan berjalan baik dan berhasil sesuai dengan harapan dapat
diperoleh bila masyarakat yakin bahwa program ini dikoordinasikan dengan baik, disertai dengan akses informasi bagi masyarakat.
2. Pemilihan areal lokasi
Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dengan perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju ke lahan
usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi
yang sama baik dengan kawasan dahulu (tempat yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan
relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil.
mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi
dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan dan
diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat. 3. Hak masyarakat yang dipindahkan
Kepada masyarakat, disampaikan informsi tentang calon lokasi dan diberi
kesempatan untuk meninjau lokasi yang sudah dibangun sebelum secara resmi diserahkan. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menentukan pilihannya
secara bebas.
4. Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali
Jika pilihan sudah ditetapkan, lokasi pemukiman kembali harus dilengkapi
dengan :
a. Akses jalan yang layak
b. Saluran drainase c. Penyediaan air bersih d. Sambungan listrik
e. Fasilitas umum, antara lain fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar, lapangan olahraga dan fasilitas kesehatan
f. Kemudahan transportasi
5. Bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan
dengan masyarakat yang akan dipindahkan agar sesuai dengan keinginan
penghuni.
6. Status hak atas tanah
Terhadap tanah dan bangunan yang telah diserahterimakan kepada masyarakat, diberi kepastian dan perlindungan hukum berupa hak milik. Walaupun secara resmi masyarakat sudah menempati areal relokasi, pemantauan dan evaluasi
tetap harus dilaksanakan untuk mengetahui masih adanya kekurangan di dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
7. Dukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat
Relokasi memerlukan dukungan faktor non fisik disamping ketersediaan dan kelengkapan sarana fisik. Secara ekonomis untuk melanjutkan dan memulai
kehidupan baru, diperlukan berbagai kemudahan atau bantuan, antara lain : a. Bantuan kredit untuk memulai dan melanjutkan kembali usaha
b. Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang usaha atau pekerjaan baru
c. Pembukaan lapangan kerja baru
d. Bantuan untuk pindah dan fasilitas transportasi
2.3.3 Dampak Relokasi Permukiman
Dampak sosial adalah perubahan dalam kondisi kehidupan orang-orang yang
berkurang. Banyak pekerjaan, lahan yang bernilai, serta asset pendapatan yang hilang.
Kelompok kekerabatan serta jaringan sosial informal yang tercerai berai. Resiko yang paling sering dihadapi oleh penduduk yang pemukimannya harus dipindahkan adalah
kehilangan lahan, kehilangan pekerjaan, kehilangan hunian, kehilangan terhadap akses produksi dan disartikulasi komunikasi.
Asian Development Bank (ADB) mengemukakan beberapa dampak negatif
yang mungkin dapat timbul oleh program relokasi yang tidak direncanakan secara matang dalam pembangunan perkotaan yaitu :
1. Terganggunya struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial pada lingkungan permukiman yang sudah dibentuk
2. Hilangnya sumber-sumber produktif, pendapatan dan mata pencaharian
3. Kultur budaya dan kegotongroyongan yang sudah ada di masyarakat dapat menurun
4. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial dan kemiskinan.
Senada dengan hal tersebut world bank melihat dampak negatif yang mungkin
timbul bagi penduduk yang dipindahkan adalah :
1. Kehidupan penduduk dapat terkena akibat atau dampak yang mengakibatkan
penderitaan. Banyak mata pencaharian dan kekayaan hilang. Mata rantai antara produsen dan konsumen seringkali terputus.
3. Organisasi setempat dan perkumpulan formal dan informal lenyap karena
berubahnya anggota mereka. Masyarakat dan otoritas tradisional dapat kehilangan pemimpin mereka.
4. Efek kumulatif adalah rusaknya sistem sosial dan ekonomi setempat.
Menurut de wet (2002), hasil yang diharapkan dari proses relokasi adalah agar kondisi masyarakat yang direlokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadi
relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh permukiman yang nyaman.
Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi: tingkat pendapatan, keberagaman sumber pendapatan, status dan jaminan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan infrastuktur dasar.
Relokasi bukan hanya suatu proses pemindahan orang-orang dari suatu lokasi, akan tetapi juga memindahkan perilaku dan identitas-identitas dari orang-orang tersebut.
Ada 5 kategori dari individu-individu atau masyarakat merasakan dampak sosial dari suatu kebijakan, yaitu :
1) Secara ekonomi, sebagai pekerja yang kehilangan atau mendapatkan
penghasilan maupun pekerjaan.
2) Secara lingkungan, sebagai penduduk yang habitatnya di ubah atau disita
3) Secara transportasi, sebagai pengendara atau penikmat jasa trasportasi yang kehilangan aksesibilitas.
4) Secara sosial, sebagi kerabat, teman anggota, yang pola sosialnya berubah. 5) Secara psikologis, sebagai individu yag mengalami stress, ketakutan,
2.4 Kerangka Pemikiran
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak besar pada beberapa aspek
kehidupan masyarakat khususnya yang berada di sekitar gunung tersebut. Hingga saat ini efek tersebut telah dirasakan masyarakatnya sejak September 2013 silam.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Sinabung kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian berupa gagal panen, tanah terkontaminasi belerang, yang jumlah kerugiannya belum bisa ditaksir hingga sekarang ini.
Saat erupsi Gunung Sinabung pada 15 September 2013 silam, sebanyak 445 jiwa penduduk desa itu terpaksa harus angkat kaki meninggalkan desa tercinta mereka.
Hal ini bertambah berat ketika tiga desa yang ada di bawah kaki Gunung Sinabung ditetapkan sebagai areal zona terlarang. Akibatnya ketiga desa tersebut harus direlokasi ke tempat yang baru. Ketiga desa itu yaitu Desa Bekerah, Desa Simacem dan
Sukameriah. Karena penetapan sebagai areal zona terlarang itu, maka desa tersebut harus ditinggalkan dan tidak boleh ditempati dalam waktu yang belum ditentukan.
Keadaan ini membuat masyarakat dari ketiga desa tersebut mengungsi cukup lama. Hingga akhirnya pemerintah merelokasi tempat tinggal mereka, dari kaki gunung
Desa Simacem sendiri sudah mendapatkan permukiman tempat tinggal di siosar
ini. Rumah yang diberikan sudah memadai dengan kelengkapan dasar seperti adanya kamar, kamar mandi, adanya ketersediaan air bersih dan listrik. Meski belum sempurna
dan masih diperlukan perbaikan sejauh ini rumah yang ditempati oleh masyarakat Desa Simacem bisa dikatakan cukup baik dan nyaman.
Direlokasinya masyarakat Desa Simacem ke Siosar memberikan dampak yang
besar bagi seluruh kehidupan mereka. Tidak hanya kehilangan lahan pertanian, masyarakat Desa Simacem juga sudah kehilangan rumah mereka. Rumah yang saat ini
mereka tempati bisa dikatakan sudah cukup baik dan layak ditempati. Meskipun pada dasarnya masyarakat Desa Simacem memiliki kriteria tertentu dalam kepuasan terhadap rumah yang mereka miliki. Kepuasan masyarakat Desa Simacem terhadap hunian atau
tempat tinggal mereka kini didasari oleh aspek-aspek berikut : kepuasaan terhadap unit hunian, kepuasan terhadap fasilitas publik, kepuasan terhadap lingkungan sekitar,
kepuasaan terhadap kondisi sekitar dan kepuasan terhadap lokasi hunian.
Melalui aspek-aspek kepuasan terhadap tempat tinggal tersebutlah maka akan bisa dilihat mengenai kepuasan masyarakat Desa Simacem terhadap rumah mereka saat
Bagan Alir Pikir
Puas Kepuasan
Masyarakat Desa Relokasi tempat
tinggal di siosar
Tidak Puas
2.5 Definisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.5.1 Defenisi Konsep
Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna
konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Peneliti berupaya menggiring para
pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian terbatas atas suatu konsep
yang dianut dalam suatu penelitian (siagian 2011 : 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :
a. Kepuasan Masyarakat adalah pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
b. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya
atau saling berinteraksi.
c. Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup
didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya.
2.5.2 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Defenisi
operasional merupakan lanjutan dari perumusan defenisi konsep yang ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka defenisi operasional ditujukan dalam
upaya mentrasformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011 : 141).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam tingkat kepuasan masyarakat desa simacem terhadap relokasi tempat tinggal di desa siosar kecamatan merek kabupaten karo sebagai berikut adalah :
a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap
sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.
b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas
lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.
c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan
penghawaan udara dalam hunian.
e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan