• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Performansi Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi Bertenaga Surya dengan Luas Kolektor 1 m2 Kemiringan 30o Menggunakan Karbon Aktif -Metanol Sebagai Pasangan Adsorben-Adsorbat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Performansi Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi Bertenaga Surya dengan Luas Kolektor 1 m2 Kemiringan 30o Menggunakan Karbon Aktif -Metanol Sebagai Pasangan Adsorben-Adsorbat"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

A. INTENSITAS RADIASI MATAHARI YANG TERUKUR PYRANOMETER

Lampiran A.1 Intensitas Radiasi Matahari Hari I (26 November 2015)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

B. DATA TEMPERATUR

Lampiran B.1 Data Pemanasan Awal Hari Pertama (26 November 2015)

(12)
(13)

14:15 -46.1 25.9 25.7 28.6 36.8 55 71.9 47.5 32.64

Lampiran B.2 Data Adsorpsi Hari Pertama (26-27 November 2015)

(14)
(15)
(16)
(17)

05:00 -49.9 13.6 13.3 23.2 23.5 22.8 22.5 23.1 24.44

Lampiran B.3 Data Desorpsi Hari Kedua (27 November 2015)

(18)
(19)
(20)

16:00 -44.8 16.6 16.4 28.2 30.9 52 57.4 32.8 31.05

Lampiran B.4 Data Adsorpsi Hari Kedua (27-28 November 2015)

(21)
(22)
(23)
(24)

06:50 -50.3 18.5 18 22.2 22.5 22.9 23.5 22.2 24.68 06:55 -50.3 18.3 17.9 22.2 22.6 22.9 23.6 22.2 24.66 07:00 -50.3 18.7 17.9 22.8 22.7 22.6 23.6 22.2 24.68

Lampiran B.5 Data Desorpsi Hari Ketiga (28 November 2015)

(25)
(26)

14:00 -45.6 21 20.8 27.6 28.3 41.8 52.3 37.7 27.97

Lampiran B.6 Data Adsorpsi Hari Ketiga (28-29 November 2015)

Waktu (WIB) Te1(⁰C) Te2(⁰C) Tw(⁰C) To(⁰C) Ti(⁰C) Tpb(⁰C) Tpa(⁰C) Tc(⁰C) T∞(⁰C)

17:00 -46.6 22.3 21.5 26.9 27.4 41.2 44.5 30.5 27.25 17:05 -46.5 22.5 22.1 26.9 27.2 41.1 44.7 30.1 27.2

(27)
(28)
(29)
(30)

04:45 -50.3 22.4 22.8 23.7 23.2 25.7 25.4 22.8 23.2 04:50 -50.3 22.4 22.4 23.6 23.1 25.6 25.4 22.8 23.22 04:55 -50.3 22.4 22.5 23.6 23.2 25.3 25.3 22.8 23.17

05:00 -50.2 22.1 22.2 23.6 23 25.5 24.8 22.7 23.2

05:05 -50.4 22.6 22.1 23.6 23 25.6 25.2 22.7 23.17

05:10 -50.4 22.4 22.7 23.6 23.1 25.6 25.2 22.7 23.2 05:15 -50.4 22.4 22.7 23.5 23.2 25.4 25.4 22.7 23.27

05:20 -50.3 22.2 22.3 23.5 23.4 25.3 25 22.7 23.22

05:25 -50.5 22.4 22.7 23.5 23 25.5 25.2 22.7 23.27

05:30 -50.4 22.4 22.5 23.5 22.9 25 25.2 22.6 23.17

05:35 -50.4 22.3 22.6 23.5 22.8 25 25.1 22.6 22.74

05:40 -50.4 22.1 22.1 23.5 22.8 25 24.6 22.6 22.4

05:45 -50.4 22.3 22.5 23.4 22.8 24.7 25 22.6 22.21

05:50 -50.5 22.2 22.3 23.4 22.7 24.7 24.9 22.5 22.38 05:55 -50.5 22.3 22.5 23.3 22.7 24.9 24.7 22.5 22.4

06:00 -50.5 22 22 23.3 22.6 24.8 24.6 22.4 22.57

06:05 -50.5 22.4 22.4 23.2 22.6 24.8 24.6 22.4 22.67 06:10 -50.5 22.3 22.1 23.1 22.5 24.7 24.7 22.3 22.64 06:15 -50.4 22.3 22.3 23.1 22.5 24.8 24.5 22.3 22.62 06:20 -50.5 22.2 22.1 23.1 22.4 24.8 24.6 22.2 22.59

06:25 -50.6 21.9 22 23 22.4 24.9 24.6 22.2 22.64

06:30 -50.6 21.9 21.9 23 22.4 24.5 24.1 22.2 22.64

06:35 -50.6 22.1 22.1 23 22.3 24.5 24.5 22.1 22.64

06:40 -50.6 22.1 22.1 22.9 22.3 24.3 24.2 22.1 22.64 06:45 -50.5 22.1 21.5 22.9 22.3 24.5 24.2 22.1 22.69 06:50 -50.5 22.1 22.1 22.9 22.8 24.5 24.4 22.1 22.67

06:55 -50.5 22 22 22.9 22.2 24.4 24.2 22 22.71

(31)

C. DATA TEKANAN VAKUM PENGUJIAN

Lampiran C.1 Tekanan Vakum Proses Pemanasan Awal

Catatan: 1 cmHg = 1,33322 kPa

Lampiran C.2 Tekanan Vakum Proses Adsorpsi Hari I

(32)

22.00 -69.5 -92.6588 -69.0 -91.9922

Catatan: 1 cmHg = 1,33322 kPa

Lampiran C.3 Tekanan Vakum Proses Desorpsi Hari II

(33)

16.30 -33.0 -43.9963 -33.0 -43.9963

17.00 -32.5 -43.3297 -32.5 -43.3297

Catatan: 1 cmHg = 1,33322 kPa

Lampiran C.4 Tekanan Vakum Proses Adsorpsi Hari II

Waktu

Catatan: 1 cmHg = 1,33322 kPa

Lampiran C.5 Tekanan Vakum Proses Desorpsi Hari III

(34)

7.30 -44.5 -59.3283 -44.5 -59.3283

Catatan: 1 cmHg = 1,33322 kPa

Lampiran C.6 Tekanan Vakum Proses Adsorpsi Hari III

(35)

2.00 -28.0 -37.3302 -27.0 -35.9969

2.30 -29.5 -39.3300 -28.0 -37.3302

3.00 -30.0 -39.9966 -29.0 -38.6634

3.30 -30.5 -40.6632 -30.0 -39.9966

4.00 -31.0 -41.3298 -30.5 -40.6632

4.30 -31.5 -41.9964 -31.0 -41.3298

5.00 -31.5 -41.9964 -31.5 -41.9964

5.30 -31.0 -41.3298 -31.5 -41.9964

6.00 -30.5 -40.6632 -30.5 -40.6632

6.30 -30.0 -39.9966 -30.5 -40.6632

7.00 -29.5 -39.3300 -30.0 -39.9966

(36)

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Pons, M.,J.J.Guilleminot.1986. Design of a solar powered solid adsorption

ice-maker. ASME J. of Solar Engineering

[2]

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia/letak_geografis_Medan

[3]

Tulus B.Sitorus, Farel H.Napitupulu, Himsar A. April 2014. Korelasi

Temperatur Udara dan Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Peformansi

Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi Tenaga Matahari

(JurnalIlmiahTeknikMesin). Medan:Universitas Sumatera Utara [4]

Himsar Ambarita. Juni 2011. Producing Cooling From Solar Energy by

Using Adsorption Cycle With Activated Carbon and Methanol Pair (Jurnal

Dinamis, Vol.I, No.9). Medan:Machanical Engineering Department,

University of Sumatera Utara [5]

Duffie ,J. A, and Beckman, W.A.2013.Solar Engineering of Thermal

Processes.4rd Edition. A Wiley-Interscience Publication, New York:John

Wiley and Sons, Inc. [6]

Abdi Zentra, A.M. 2015.Pengujian Kemampuan Adsorpsi dari Adsorben

Alumina Aktif untuk Mesin Pendingin Tenaga Surya (Skripsi). Medan:

Universitas Sumatera Utara [7]

Andi Taufan, Nasruddin.2013. Rancang Bangun dan Pengujian Sistem

Pendingin Adsorpsi dengan Dua Adsorber (Skripsi).Depok:Universitas

Indonesia [8]

Aditya P. dan Stephanie A.2014. Pemodelan Perpindahan Massa Adsorpsi

(37)

Heterogeneous Surface Diffusion Model. Bandung:Universitas Katolik

Parahyangan [9]

Seader,J.D., Henley,E.J.1998. Separation Process Principles. New York,

John Wiley & Sons, Inc. [10]

Othmer,Kirk.1992. Encyclopedia of Chemical Technology:Bearing

Materials to Carbon‖,4th ed., USA, John Wiley and Sons, Inc.

[11]

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia/pic_karbonaktif

[12]

Purba, Oloan., (2013). Pembuatan Alat Penguji Kapsitas Adsorpsi pada

Mesin Pendingin Adsorpsi Dengan Menggunakan Adsorben Karbon Aktif.,

Skripsi, Fakultas Teknik, USU, Medan. [13]

N.N. Adsorption (ppt). Aerosol & Particular Research Lab. 6 April 2016 [14]

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia/methanol

[15]

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia/pic_methanol

[16]

Methanex Corporation.September 2006. Technical Information & Safe

Handling Guide for Methanol.

[17]

Holman, J.P., Perpindahan Panas, Penerbit Erlangga, Jakarta Pusat [18]

Incropera, F.P.,dkk.2011. Fundamentals of Heat and Mass Transfer, 7th

Edition. A Wiley-Interscience Publication, New York:John Wiley and Sons,

Inc. [19]

Yunus, A. Cengel. 2002. Heat Transfer A Practical Approach, 2th Edition.

McGraw-Hill, Book Company, Inc: Singapura [20]

Buchori, L. Perpindahan Panas (Heat Transfer), (Diktat Kuliah). Semarang:

Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro [21]

(38)

Menggunakan Tenaga Matahari (Skripsi Sarjana). Medan:Universitas

Sumatera Utara [22]

Wang, K. 2011. Adsorption Refrigeration. ASHRAE Journal September

2011 [23]

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia/pic_kolektor_plat datar

[24]

Himawan, T.R. 2013 Mechanical Engineering.

http://himawantriraharjo.blogspot.co.id/2013/03/pengertiankondensor.html,

5 Februari 2015 [25]

Himsar Ambarita. 2012.Teknik Pendingin & Pengkondisian Udara

(BukuKuliah).Medan: Universitas Sumatera Utara [26]

Anyanwu,E.E.,Ezekwe, C.I.2003. Design, construction and test run of solid

adsorption solar refrigerator using activated carbon/metanol, as

adsorbent/adsorbate pair. Energy Conversion and Management 44:2003

[27]

Grenier P.H, J. J. Guilleminot, F. Meunier, M. Pons. Solar powered solid

adsorption cold store. Journal of Solar Energy-Transaction American

Society of Mechanical Engineering. 110 (1988) 192-197. [28]

Sakoda A, M. Suzuki. Simultaneous transportation of heat and adsorbate in

closed type adsorption cooling system utilizing solar heat. ASME Journal of

Solar Energy Engineering. 108 (1986) 239-245. [29]

Li M, R. Z. Wang, Y. X. Xu, J. Y. Wu, A. O. Dieng. Experimental study on

dynamic performance analysis of flat-plate solar solid-adsorption

refrigeration for ice maker. Renewable Energy, 27 (2002) 211-221.

[30]

Mahesh, A.2010. Investigation of solar vacuum tubes assisted solid

(39)

pp.190. [31]

Rina Sugiarti. Analisis Regresi dan Korelasi, Statistika 2. Yogyakarta:

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung kurang lebih selama enam bulan yang

berlangsung dalam beberapa tahap yaitu tahap pembuatan dan assembly

komponen (25 Mei 2015 – 15 November 2015), tahap pengujian (16 November

2015 – 19 November 2015 untuk kolektor 0o yang dilakukan oleh rekan satu tim

lainnya dan 26 November 2015 – 29 November 2015 untuk kolektor dengan

kemiringan sudut kolektor 30o).

3.1.2Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pendingin dan Lantai IV

Departemen Teknik Mesin, USU.

Gambar 3.1 Tempat Pengujian

S U

T B

15 m

Lantai keempat

Lantai ketiga

Lantai kedua

Lantai pertama

(41)

3.2Alat dan Bahan yang Digunakan

3.2.1Alat

Alat-alat yang digunakan selama proses penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pace XR5 Data Logger

Pace XR5 data logger digunakan sebagai alat pencatat dan storage data

temperatur selama pengujian.

Gambar 3.2 Pace XR5 Data Logger

Tabel 3.1 Spesifikasi Pace XR5 Data Logger

Buatan Amerika Serikat

Tipe XR5-SE-M-20mV

Jumlah terminal sensor 8 chanel

Tipe Lithium, AA size, 3.6 volt, memerlukan 2 baterai

b. HOBO Micro Station

HOBO Micro Station adalah sebuah alat pencatat microclimates multi

channel (intensitas radiasi surya, temperatur lingkungan, kecepatan angin, dan

kelembaban relatif). Mikro station ini menggunakan sebuah jaringan yang

terhubung dengan beberapa sensor pintar yang berfungsi untuk melakukan

pengukuran. Terdiri dari sebuah data logger yang terhubung dengan perangkat

komputer dan beberapa sensor yang dipasang pada sebuah penyangga dengan

spesifikasi :

(42)

-40o– 70oC dengan baterai litium

Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

Berat : 0,36 kg

Memori : 512K Penyimpanan data nonvolatile flash.

Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam

Akurasi waktu : 0 sampai 2 detik untuk titik data pertama dan ±5 detik

untuk setiap minggu pada suhu 25oC .

Gambar 3.3 HOBO Micro Station

Keterangan :

1. Ambient Measurement Apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar (oC).

Tabel 3.2 Spesifikasi Measurement Apparatus

Rentang pengukuran -40 °C to 125 °C (-40 °F to 257 °F)

Akurasi ±0,22 °C at 25 °C (±0.4 °F at 77 °F)

Resolusi 0,02 °C @ 25 °C (0,04 °F @ 77 °F)

Penyimpangan 0,05 °C/yr + 0,1 °C/1000 hrs above 100 °C

Waktu Respon Water: 3,5 minutes to 90%

(43)

Akurasi Waktu :±2 Minutes per Month at 25 °C (77 °F)

Sampling Rate 1 Second to 18 Hours

Kapasitas penyimpanan data 43,000 12-bit Samples/Readings

Konstruksi housing 316L Stainless Steel with O-ring seal

Tekanan/kedalaman kerja 2200 psi (1500 m/4900 ft) maximum

Lingkungan kerja Air, Water, Steam (0 to 100% RH)

Berat 72 gram

Dimensi 10,1 cm long x 1,75 cm diameter

2. Pyranometer

Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas radiasi surya pada suatu

lokasi (W/m2).

Tabel 3.3 Spesifikasi Pyranometer

Parameter pengukuran Intensitas radiasi dengan interval 1 detik

Rentang Pengukuran 0 sampai 1280 W/m2

Temperatur kerja Temperatur: -40° C to 75 °C (-40° F to 167 °F)

Akurasi ± 10,0 W/m

2 or ± 5%. Tambahan temperatur error 0,38

W/m2/°C from 25 °C (0,21 W/m2/°F from 77 °F)

Resolusi 1,5 W/m2

Penyimpangan < ± 2% per Year

Panjang kabel 3 meter (9,8 ft)

Berat 120 gram

Dimensi 41 mm Height x 32 mm Diameter (1 5/8" x 1 1/4")

3. Wind Velocity Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin (m/s).

Tabel 3.4 Spesifikasi Wind Velocity Sensor

Parameter pengukuran Kecepatan angin rata-rata Kecepatan angin tertinggi

Data Channels 2 Channel, 1 Port

Rentang pengukuran 0 to 45 m/s (0 to 100 mph)

(44)

Akurasi ±1.1 m/s (2.4 mph) atau 4%

Resolusi 0,38 m/s (0,85 mph)

Ambang batas awal 1 m/s (2,2 mph)

Kecepatan angin maksimum 54 m/s (120 mph)

Radius pengukuran 3 Meter

Housing 3 buah Anemometer dengan bantalan Teflon

Bearings dan poros Hardened Beryllium

Panjang kabel 3,0 Meters (10 ft)

Dimensi 190 cm x 51 cm (7,5" x 3,2")

Berat 300gram (10 oz)

4. T and RH Smart Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban (%).

Tabel 3.5 Spesifikasi T dan RH Smart Sensor

Channel 1 Channel kelembapan

Rentang pengukuran -40 °C - 100 °C (-40 °F - 212 °F)

Akurasi < ±0.2 °C - 0 °C sampai 50 °C

(< ±0.36 °F @ 32 °C - 122 °F)

Resolusi < ±0,03 °C dari 0 °C - 50 °C

(< ±0,054°F dari 32°F - 122°F)

Penyimpangan < ±0,1 °C (0,18 °F)/tahun

Waktu Respon kurang 2,5 Menit sampai RH 90%

dalam 1 m/det gerakan udara

Housing Stainless Steel Sensor Tip

Pilihan operasi pengukuran Tersedia

Kondisi Lingkungan Kabel dan Sensor Tahan air

selama 1 tahun dengan Temperatur sampai 50 °C

Berat w/ 17 Meter Cable: 880 grams (12,0 oz)

(45)

c. Pompa Vakum

Pompa vakum digunakan saat proses pemvakuman sistem yang

bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran dan uap air sekaligus

menurunkan tekanan sistem.

Gambar 3.4 Pompa Vakum

Tabel 3.6 Spesifikasi pompa vakum

Merek ROBINAIR

Model No. 15601

Kapasitas 142 l/m

Daya motor ½ hp

d. Thermocouple

Berfungsi sebagai sensor temperatur. Thermocouple yang digunakan

adalah thermocouple type J.

(46)

Tabel 3.7 Spesifikasi thermocouple type J:

J type thermocouple

Temperatures Above XR5 ambient

Thermocouple Lead Connections: Red: C terminal; White: Channel #

Model Range Max. Temp. Max. Error Approx. resolutions

XR5-SE-20mv 0-10mv 165

oC (329oF) 1.1oC (2.0oF) 0.05oC (0.1oF)

0-20mv 350oC (662oF) 2.7oC (4.9oF) 0.1oC (0.2oF)

XR5-SE-50mv 0-25mv 435

oC (815oF) 2.4oC (4.3oF) 0.1oC (0.2oF)

0-50mv 760oC (1400oF) 6.6oC (12oF) 0.2oC (0.4oF)

Temperatures Below XR5 ambient

Thermocouple Lead Connections: Red: C terminal; White: Channel #

Model Range Max. Temp. Max. Error Approx. resolutions XR5-SE-20mv 0-10mv -130oC (-202oF) 1.1oC (2.0oF) 0.05oC (0.1oF)

0-20mv -130oC (-202oF) use 0-10mv range

XR5-SE-50mv 0-25mv -130oC (-202oF) 2.4oC (4.3oF) 0.1oC (0.2oF)

0-50mv -130oC (-202oF) Use 0-25mv range

e. Manometer Vakum

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan vakum sistem.

Gambar 3.6 Manometer Vakum

Tabel 3.8 Spesifikasi manometer vakum

Buatan Jepang

Max tekanan 0 CmHg

Min tekanan -76 CmHg

(47)

f. Katup

Katup ini berfungsi sebagai pengatur aliran refrigeran pada alat penguji

ketika pengujian berlangsung. Pada pengujian ini digunakan katup sebanyak

enam buah dimana dua pasang sebagai katup pipa adsorpsi – desorpsi, satu

untuk katup pemvakuman dan satu lagi untuk katup pengisian metanol.

Gambar 3.7 Katup

g. Laptop

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan

dari Hobo Microstation data logger dan Pace XR5 Data Logger.

Gambar 3.8 Laptop

3.2.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan selama proses penelitian adalah sebagai

berikut:

(48)

2. Pipa stainless steel ½ inch 1 meter

3. Pipa stainless steel ¾ inch 1 meter

4. Pipa pvc ½ inch 1 meter

5. Pipa aluminium H dan persegi

6. Katup/valve pvc 1 buah

7. Manometer vakum 2 buah

8. Karbon aktif teknis (batok kelapa) 25 kg

9. Methanol Pro Analis (kemurnian 99.9%) 5 liter

10.Rockwall secukupnya

11.Selang karet ¾ inch 2 meter

12.Busa hitam 3 lembar 1x1 meter

13.Styrofoam 2 cm 3 lembar 1x1 meter

14.Lem Dextone, lem Isarplas, lem Red Silicon secukupnya

15.Triplek 1 lembar

16.Paku 1 – 2 inch 1/2 kg

17.Kaca transparan tebal 5 mm 2 lembar 1,04 x 1,04 meter

18.Pelat besi siku 5 cm x 5 cm

19.Cat semprot hitam doff tahan panas 1 liter

20.Cat minyak warna putih ¼ liter

21.Kawat kasa 1x1 meter

22.Isolasi secukupnya

23.Seltip secukupnya

(49)

3.3Dimensi Utama Komponen Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi

3.3.1Kolektor

Berikut model dan dimensi dari kolektor dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

(a) (b)

Gambar 3.9 Dimensi utama kolektor

Gambar 3.10 Ruang bagian dalam kolektor

Fin Pelat Stainless

Steel Penyangga

kain kasa 1000 mm

1000 m

m 100 mm

200

mm

Saluran adsorpsi

Saluran vakum

(50)

Tabel 3.9 Spesifikasi kolektor

3.3.2Kotak Insulasi Kolektor

Kotak insulasi adalah lapisan yang tersusun secara seri dari beberapa

bahan isolator seperti rockwool, busa hitam, styrofoam, dan triplek yang

membentuk kotak dan disesuaikan dengan dimensi kolektor sehingga panas

yang diserap kolektor tidak banyak terbuang.

Gambar 3.11 Kotak insulasi kolektor

Dimensi luar 1000 mm x 1000 mm x 100 mm

Material utama stainless steel

Tebal pelat stainless 1 mm

Dimensi fin kolektor 997,6 mm x 60 mm

Tebal fin 1 mm

Jarak antar fin 46,57 mm

Jumlah fin 20

Diameter pipa kolektor (Ø ) ¾ inch

Dimensi kain kasa 997,6 mm x 997,6 mm

Tebal penyangga kain kasa 20 mm

Rockwool

Busa hitam

Styrofoam

(51)

Tabel 3.10 Spesifikasi kotak insulasi kolektor

3.3.3Kaca (cover) penutup kolektor

Kaca penutup kolektor berfungsi untuk meneruskan radiasi matahari

sekaligus memberikan efek rumah kaca pada kolektor sehingga panas radiasi

matahari terperangkap lebih lama dalam kolektor.

Gambar 3.12 Kaca Penutup Kolektor

Tabel 3.11 Spesifikasi kaca (cover) penutup kolektor

Dimensi luar 1135 mm x 1135 mm x 240 mm

Material utama Triplek (plywood), busa hitam, Styrofoam, rockwool

Tebal tripek (plywood) 12 mm

Tebal busa hitam 15 mm

Tebal styrofoam 20 mm

Tebal rockwool 20 mm

Dimensi luar 1111 mm x 1111 mm

Tebal kaca 5 mm

Dimensi kaca 1040 mm x 1040 mm

Jumlah lapis kaca 2

Jarak antar kaca 23 mm

(52)

3.3.4Kondensor

Gambar 3.13 Model kondensor

Tabel 3.12 Spesifikasi kondensor

3.3.5Evaporator

Evaporator terbuat dari stainless steel dan didesain sesuai dengan volume

metanol yang akan digunakan. Design evaporator ditunjukkan pada gambar

berikut:

Material Stainless Steel

Tinggi kondensor 400 mm

Lebar kondensor 400 mm

Jumlah pipa 5 vertikal; 2 horizontal

Diameter pipa vertikal: ¾”

horizontal: 1”

Dimensi fin kondensor 400 mm x 100 mm x 1 mm

Jumlah fin 17

(53)

Gambar 3.14 Model evaporator

Gambar 3.15 Dimensi Evaporator (dalam cm)

Tabel 3.13 Spesifikasi evaporator

Material Stainless Steel

Tebal material 1 mm

Dimensi evaporator 220 mm x 220 mm x 150 mm

Dimensi pipa 100 mm x ∅1”

Jumlah pipa 3

Tinggi fin 50 mm

(54)

3.3.6Kotak wadah Air

Dalam penelitian ini media yang didinginkan adalah air yang ditampung di

dalam sebuah wadah dan diletakkan di dalam kotak insulasi. Ukuran kotak

wadah air disesuaikan dengan ukuran evaporator dan kapasitas air yang akan

didinginkan.

Gambar 3.18 Dimensi kotak wadah air

Tabel 3.16 Spesifikasi kotak wadah air

Lebar fin atas: 20 mm

bawah: 25 mm

Dimensi jendela evaporator 20mm x 120 mm

Volume maksimum 6,27 liter

Material Iron

Tebal material 1 mm

Dimensi keseluruhan 276 mm x 276 mm x 200 mm

(55)

3.3.7 Kotak Insulasi Evaporator

Kotak insulasi adalah ruang sekaligus tempat evaporator dan kotak wadah

air. Fungsi utama kotak indulasi ini adalah untuk menjaga agar temperatur di

dalam ruang pendinginan sekecil mungkin terpengaruh oleh temperatur

lingkungan.

Gambar 3.17.a Dimensi luar kotak insulasi evaporator

Tabel 3.15 Spesifikasi kotak insulasi evaporator

Dimensi keseluruhan 455 mm x 485 mm x 377 mm

Material Triplek (plywood); busa hitam; rockwool; styrofoam

Tebal tripek (plywood) 12 mm

Tebal busa hitam 15 mm

Tebal rockwool 50 mm

(56)

Gambar 3.17.b Gambaran ruang pendinginan dan susunan lapisan insulasi evaporator

3.4Langkah Pembuatan Mesin Pendingin Adsorpsi

3.4.1Pembuatan Kolektor

Langkah-langkah pembuatan kolektor adalah sebagai berikut:

1. Pelat dipotong sesuai dengan ukuran design awal (gambar 3.11)

2. Pelat dibentuk menjadi sebuah kotak stainless (proses pembendingan)

3. Dilakukan pengelasan agar tidak ada sedikitpun celah udara masuk atau

keluar dari kolektor sekaligus dengan pemasangan fin. Bagian bawah

kolektor adalah bagian terakhir yang dilas karena akan diisi karbon aktif

terlebih dahulu. Proses pengelasan ini menggunakan las argon

4. Setelah bentuk kolektor selesai dibentuk dibentuk, lalu diisi dengan

karbon aktif sebanyak 25 kg, kemudian diratakan

Lubang Kontrol Volume Metanol

Wadah Air Evaporator Triplek

(57)

Gambar 3.18 Proses Pengisian Kolektor

5. Kolektor dipasang kawat kasa dan penyangganya. Tujuannya adalah

agar karbon aktif tidak jatuh ke bawah/terhisap pada saat kolektor

dibalikkan ataupun saat proses pemvakuman dilakukan

Gambar 3.19 Foto aktual kolektor telah terpasang kain kasa dan penyangganya

6. Bagian bawah kolektor dipasangkan kemudian dilas keliling. Pada

bagian bawah kolektor dipasangkan tiga buah pipa stainless steel ukuran

200 mm x ∅ ¾‖ dan katup/ valve. Salah satu pipa dilengkapi dengan

manometer untuk mengukur tekanan pada kolektor

7. Setelah semua bagian dari kolektor dilas, dilakukan tes kebocoran

(58)

kebocoran pada kolektor, langkah selanjutnya adalah proses pengecatan

kolektor. Warna yang dipilih adalah warna hitam kabut (doff)

Gambar 2.20 Kolektor dicat warna hitam doff

3.4.2Pembuatan Kotak Insulasi Kolektor

Langkah awalnya adalah:

1. Rockwool, styrofoam, busa eva, dan triplek disediakan

2. Masing-masing dipotong sesuai dimensi masing-masing

3. Lapisan pertama yang dibentuk adalah bagian yang kokoh yaitu triplek

yang akan menjadi lapisan terluar sekaligus pembentuk kotak

4. Setelah triplek dipotong sesuai ukuran, kemudian dipaku dan dilem

agar lebih kuat dan rapat

5. Lapisan kedua adalah busa eva, lalu styrofoam dan terakhir rockwool.

Semua lapisan dipotong sesuai ukuran dan ditempelkan ke rangka

bagian dalam triplek tadi. Agar melekat digunakan juga lem. Ditahan

(59)

berbatasan dengan kolektor karena mampu bertahan pada temperatur

4000C

Gambar 3.21 Foto aktual kotak insulasi kolektor

3.4.3Pembuatan kaca (cover) penutup kolektor

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Sediakan dua lembar kaca bening sesuai dengan ukuran design

2. Pipa aluminium H dipotong (ukuran 40 mm x 7 mm) sesuai panjang

sisi kaca sebagai penjepit kaca

3. Pipa aluminium persegi dipotong (ukuran 23 mm x 23 mm) sebagai

jarak antar lapisan kaca. Kemudian di paku keling ke pipa aluminium

H tadi

4. Terakhir lapisan kaca disusun ke dalam rangka kaca tersebut

(60)

Gambar 3.22 Foto aktual kaca (cover)

3.4.4Pembuatan Kondensor

1. Langkah yang pertama dilakukan adalah pemotongan pelat untuk

pembuatan sirip sirip kondensor. Pelat dipotong sesuai dengan ukuran

sirip yang telah dirancang. Jumlah sirip adalah 17 buah sirip dengan

ukuran 400 mm x 100 mm

2. Setelah bahan-bahan selesai dibentuk maka dilakukan penyatuan

bahan-bahan tersebut dengan cara dilas. Las yang digunakan adalah las

argon

Gambar 3.23 Foto aktual kondensor[21]

(61)

3. Setelah proses pengelasan selesai dilakukan, maka proses finishing

dilakukan dengan mengecek apakah kondensor mengalami kebocoran atau

tidak dengan proses pemvakuman. Untuk mencegah terjadinya kebocoran,

bagian-bagian yang rentan mengalami kebocoran misalnya sambungan

antara pipa pipa kondensor di lem dengan kuat

3.4.5Pembuatan Evaporator

1. Pelat dipotong sesuai dengan ukuran evaporator yang telah dirancang.

Setelah itu pelat dibending untuk membentuk bagian alas permukaan

evaporator

2. Setelah evaporator selesai dibentuk, langkah selanjutnya adalah proses

pengelasan pipa pada evaporator

3. Polycarbonat dipotong untuk menutup lubang kontrol volume metanol.

Polycarbonat dipasang dengan cara dilem menggunakan lem silikon

dan lem dextone. Pemilihan polycarbonat menggantikan kaca adalah

untuk menghindari kemungkinan pecahnya kaca

4. Setelah itu, dilakukan pengecekan seluruh bagian dari evaporator serta

dilakukan tes kebocoran dengan menggunakan proses pemvakuman.

Setelah evaporator aman dari kebocoran, maka bagian dalam

(62)

Gambar 3.24 Foto aktual evaporator

3.4.6Pembuatan kotak wadah air

1. Pelat besi dipotong sesuai ukuran pada design kemudian dilakukan

proses bending untuk membentuk pelat menjadi kotak persegi

2. Bagian depan kotak kemudian dipotong (40 mm x 160 mm)

3. Kemudian dipasang polycarbonate untuk menutupi potongan pada

bagian depan kotak tersebut. Pemasangan dilakukan dengan bantuan

lem, dan dipastikan tidak terjadi kebocoran

4. Dilakukan pengecatan anti karat

(63)

3.4.7Pembuatan Kotak Insulasi Evaporator

Kotak insulasi evaporator terdiri dari lapis pertama dari lapisan terluar

yaitu triplek, busa hitam, rockwoll dan terakhir styrofoam.

Langkah-langkah pembuatan adalah sebagai berikut:

1. Triplek dipotong sesuai design, kemudian sisi persambungan dilem dan

dipaku dengan baik

2. Sisi dalam dilapisi lem, kemudian busa eva yang telah dipotong sesuai

ukuran ditempelkan. Busa eva ditekan beberapa menit agar kuat melekat

3. Kemudian kotak wadah air dimasukkan sebagai acuan lapisan berikutnya

4. Sterofoan kemudian dipotong dan disisipkan disamping wadah air

5. Dan terakhhir rockwall disisipkan antar busa eva dan sterofoam

(64)

3.5Set-Up Eksperimental

Proses penelitian dibagi ke dalam dua proses, yaitu proses desorpsi (pukul

07.00 WIB – 17.00WIB) dan proses adsorpsi (pukul 17.00 WIB – 07.00 WIB.

Set-up eksperimental proses penelitian ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 3.27 Set-up eksperimental proses desorpsi (siang hari)

Data Logger

PC

Kolektor

Matahari

Kondensor

Evaporator

Re

fr

iger

an

(65)

Data Logger

PC

Gambar 3.28 Set-up eksperimental proses adsorpsi (malam hari)

3.6Prosedur Pengujian

3.6.1Tahap Persiapan

3.6.1.1Assembly Komponen Mesin

Proses assembling/ penyambungan komponen mesin pendingin adsorpsi

tenaga surya (kolektor, kondensor, dan evaporator) dilakukan secara bertahap.

Masing-masing komponen ditempelkan thermocouple. Letak titik

Uap

Re

fr

iger

an

Konveksi Alami

Kolektor

Kondensor

(66)

thermocouple ditunjukkan pada gambar 3.31. Kolektor dengan kondensor

dihubungkan dengan selang karet. Kondensor dengan evaporator dihubungkan dengan pipa PVC ½‖. Kemudian evaporator dengan kolektor dihubungkan

dengan selang karet. Semua sambungan dilem dan dipastikan tidak ada

kebocoran.

Gambar 3.29 Assembly komponen dan letak titik thermocouple

3.6.1.2Instalasi Data Logger

Setelah proses assembly komponen dan pemasangan thermocouple selesai

(67)

Pada software data logger telah diberikan instruksi cara pemasangan/instalasi

kabel thermocouple ke port-port data logger itu sendiri.

3.6.1.3Uji Vakum Sistem

Uji vakum sistem bertujuan untuk mengetahui bahwa tidak ada lagi

kebocoran pada sistem. Kebocoran ini dapat dilihat dari tekanan vakum pada

manometer vakum. Uji vakum sistem dilakukan pada sore hari/ matahari

mulai terbenam. Kemudian dibiarkan semalaman. Proses ini butuh waktu

lama karena biasanya kebocoran terjadi sangat halus, tidak tampak dalam

beberapa jam. Jika paginya tekanan sistem tidak turun atau kembali ke 0

cmHg maka dipastikan tidak ada kebocoran.

3.6.2Proses Pengujian

3.6.2.1Proses Pemanasan Awal

Karbon aktif dalam kolektor harus diaktivasi terlebih dahulu. Aktivasi

karbon aktif dilakukan melalui proses pemanasan awal yaitu penjemuran

kolektor di bawah sinar matahari. Selama proses pemanasan, pemvakuman

kolektor dilakukan dengan tujuan membuang kotoran-kotoran dan uap air.

Pukul 16.30 WIB dilakukan pemvakuman sistem kembali selama 30 menit,

semua sambungan katup dibuka. Diharapkan tekanan vakum sistem

seminimum mungkin (mendekati -76 cmHg). Sambil menunggu proses vakum

selesai, katup evaporator ditutup sedangkan katup masuk metanol dibuka.

(68)

Setelah selesai pengisian, katup masuk metanol segera ditutup. Proses

pemvakuman dihentikan pukul 17.00 WIB.

3.6.2.2Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi dimulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Pukul

17.00 WIB, sambungan katup dari evaporator menuju kolektor dibuka untuk

memulai proses adsorpsi. Proses adsorpsi terjadi pada malam hari , temperatur

sistem pada proses adsorpsi turun seiring dengan turunnya temperatur

lingkungan. Dengan turunnya temperatur pada sistem yang diikuti tekanan

sistem, metanol akan menjadi jenuh dan kemudian menguap. Karbon aktif

pada kolektor akan mengadsorpsi uap metanol tersebut. Evaporasi metanol ini

akan mengakibatkan efek pendinginan. Temperatur evaporator pun akan turun

yang mengakibatkan temperatur air yang ada di sekitarnya juga akan turun.

3.6.2.3Proses Desorpsi

Proses desorpsi dimulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Katup

evaporator ke kolektor ditutup, sedangkan katup dari kolektor – kodensor -

evaporator dibuka. Proses desorpsi diharapkan berlangsung dengan intensitas

radiasi matahari yang tinggi untuk mencapai temperatur kolektor yang tinggi

( >100oC). Energi panas yang diserap karbon aktif akan digunakan untuk

mendesorpsi metanol. Uap metanol yang terdesorpsi akan melewati kondensor

dan terkondensasi. Kondensat metanol ini akan turun dan terkumpul kembali

(69)

sambungan ditutup. Kemudian katup dari evaporator ke kolektor dibuka untuk

memulai proses adsorpsi kembali.

3.7 Diagram Alir Penelitian

Kegiatan-kegiatan selama penelitian yang meliputi tahapan awal hingga akhir

proses digambarkan pada diagram alir berikut ini:

Gambar 3.30 Diagram alir proses penelitian Assembling Komponen

Mesin Pendingin

Mulai

Tahapan Persiapan

Survei

Pembuatan Komponen

Proses Pengujian

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai Uji Vakum Sistem

Ya

Tidak

(70)

BAB IV ANALISA DATA

4.1Hasil Pengujian

4.1.1Pengujian Hari Pertama

Tabel 4.1 Proses Pemanasan Awal (26 November 2015)

Pukul

Tabel 4.2 Proses Adsorpsi Hari Pertama (26 -27 November 2015)

(71)

18:00 -90.659 45.55 27.55 -88.659 14.1 15 29.02 5.6

Tabel 4.3 Proses Desorpsi Hari Kedua (27 November 2015)

(72)
(73)

06:00 -61.328 23.3 22.5 -61.995 18.1 18 24.51 0.6

06:30 -60.662 23 22.4 -61.328 18.3 17.9 24.42 10.6

07:00 -60.662 23.1 22.75 -60.662 18.7 17.9 24.68 43.1

4.1.3Pengujian Hari III

Tabel 4.5 Proses Desorpsi Hari Ketiga (28 November 2015)

Pukul

Tabel 4.6 Proses Adsorpsi Hari Ketiga (28 -29 November 2015)

(74)

19:30 -17.999 36.45 26.25 -17.332 22.8 22.8 25.84 0.6

20:00 -18.665 35.6 26 -17.999 22.5 22.7 25.87 0.6

20:30 -19.998 34.6 25.9 -18.665 22.7 22.8 25.65 0.6

21:00 -21.998 33.6 25.7 -19.998 22.4 23 25.65 0.6

21:30 -22.665 32.95 25.45 -21.332 22.9 22.8 25.43 0.6 22.00 -23.998 31.75 25.35 -22.665 22.7 22.9 25.23 0.6 22:30 -25.331 30.95 25.3 -23.998 22.7 22.8 25.4 0.6 23:00 -27.331 30.6 25.2 -25.331 22.6 22.9 25.23 0.6

23:30 -29.331 29.9 25 -27.331 22.7 22.9 25.06 0.6

00:00 -31.331 29.35 25.05 -28.664 22.7 22.7 25.18 0.6

00:30 -32.664 28.8 25 -30.664 22.7 23 25.09 0.6

01:00 -34.664 28.4 24.9 -32.664 22.7 22.9 24.89 0.6 01:30 -35.997 27.75 24.7 -34.664 22.7 22.9 24.67 0.6 02:00 -37.330 27.15 24.45 -35.997 22.8 22.7 24.31 0.6 02:30 -39.330 27.2 24.3 -37.330 22.7 22.8 24.11 0.6 03:00 -39.997 26.55 24 -38.663 22.6 22.8 23.92 0.6 03:30 -40.663 26.35 23.75 -39.997 22.4 22.6 23.56 0.6 04:00 -41.330 25.65 23.55 -40.663 22.3 22.5 23.61 0.6 04:30 -41.996 25.5 23.35 -41.330 22.2 22.3 23.36 0.6 05:00 -41.996 25.15 23.3 -41.996 22.1 22.2 23.2 0.6 05:30 -41.330 25.1 23.2 -41.996 22.4 22.5 23.17 0.6

06:00 -40.663 24.7 22.95 -40.663 22 22 22.57 0.6

06:30 -39.997 24.3 22.7 -40.663 21.9 21.9 22.64 0.6

07:00 -39.330 24.2 22.55 -39.997 22 22 22.64 0.6

4.2Analisa Grafik

4.2.1Kondisi Cuaca Selama Pengujian

Kondisi cuaca selama pengujian ditunjukkan melalui parameter intensitas

radiasi matahari, kelembapan udara dan temperatur lingkungan yang diukur

dengan menggunakan pyranometer. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa

intensitas radiasi matahari, kelembapan udara dan temperatur lingkungan selama

pengujian berfluktuatif. Intensitas radiasi matahari tertinggi terjadi pada hari

pertama sebesar 2,93308 kWh/m2/hari, kemudian hari kedua sebesar 2,82584

kWh/m2/hari dan terendah pada hari ketiga sebesar 1,83958 kWh/m2/hari.

(75)

0

Intensitas Radiasi Matahari Kelembapan Udara Temperatur Lingkungan

yaitu sebesar 84,669% dengan kelembapan udara rata-rata selama pengujian

berkisar 88,69%. Sedangkan temperatur lingkungan rata-rata tertinggi terjadi

pada hari pertama sebesar 28,491oC, kemudian hari kedua sebesar 27,373oC dan

terendah terjadi pada hari ketiga yaitu 26,028oC dengan temperatur lingkungan

rata-rata selama pengujian berkisar 27,297oC.

Gambar 4.1 Kondisi cuaca selama pengujian

4.2.2 Pengujian Hari Pertama

4.2.2.1 Temperatur dan Tekanan Pemanasan Awal

Pada proses pemanasan awal, diperoleh temperatur kolektor maksimum

sebesar 67,15oC, temperatur kaca maksimum sebesar 65,8oC, temperatur

kondensor maksimum sebesar 34,75oC, temperatur evaporator maksimum

(76)

-100

7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00

T

7:00 8:00 9:00 10:00 10:15 11:00 12:00 12:25 12:30 13:00 13:25 14:00 15:00 15:25 16:00 17:00

T

Temperatur Pemanasan Awal Setiap Komponen Hari Pertama

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

Tekanan maksimum kolektor pada proses pemanasan awal mencapai -43,996 kPa.

Gambar 4.2 Kondisi temperatur pemanasan awal setiap komponen hari pertama

(77)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

17:00 18:00 19:00 20:00 20:30 20:45 21:00 22:00 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 6:05 6:25 6:30 6:45 7:00

T

em

pe

ra

tu

r

A

ds

o

rps

i

(

oC)

Pukul (WIB)

Kondisi Temperatur Adsorpsi Setiap Komponen Hari 1

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

4.2.2.2 Temperatur dan Tekanan Adsorpsi Hari Pertama

Dari hasil pengukuran pada proses adsorpsi hari pertama, diperoleh

temperatur kolektor minimum sebesar 21,8oC, temperatur kaca minimum

sebesar 22,5oC, temperatur kondensor minimum sebesar 22,8oC, temperatur

evaporator minimum sebesar 9,7oC, temperatur air minimum sebesar 9,9oC.

Tekanan minimum kolektor dan evaporator mencapai -95,325 kPa.

(78)

-100

Gambar 4.5 Kondisi tekanan adsorpsi hari pertama

4.2.3 Pengujian Hari Kedua

4.2.3.1 Kondisi Temperatur dan Tekanan Desorpsi Hari Kedua

Dari hasil pengukuran pada proses desorpsi hari kedua, diperoleh

temperatur kolektor maksimum sebesar 69,6oC, temperatur kaca maksimum

sebesar 62,7oC, temperatur kondensor maksimum sebesar 33,30oC, temperatur

evaporator maksimum sebesar 17,3oC, temperatur air maksimum sebesar

16,7oC. Tekanan maksimum kolektor dan evaporator mencapai -43,330 kPa.

Proses desorpsi ini tidak berhasil mendesorpsi metanol dari karbon aktif

(79)

0

7:00 8:00 9:00 10:00 10:50 11:00 12:00 12:55 13:00 13:20 13:35 14:00 15:00 16:00 16:10 16:55 17:00

T

Temperatur Desorpsi Setiap Komponen Hari Kedua

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00

T

Gambar 4.6 Kondisi temperatur desorpsi setiap komponen hari kedua

(80)

0

17:00 17:10 17:25 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 5:55 6:00 6:15 6:20 6:40 7:00

T

Temperatur Adsorpsi Setiap Komponen Hari Kedua

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

4.2.3.2 Kondisi Temperatur dan Tekanan Adsorpsi Hari Kedua

Dari hasil pengukuran pada proses adsorpsi hari kedua, diperoleh

temperatur kolektor minimum sebesar 22,85oC, temperatur kaca minimum

sebesar 22,2oC, temperatur kondensor minimum sebesar 22,25oC. Temperatur

evaporator dan temperatur air terus naik masing-masing 18,80oC dan 18,2oC

dikarenakan proses adsorpsi metanol oleh karbon aktif tidak berlangsung

kembali akibat kegagalan proses desorpsi siang harinya. Tekanan minimum

kolektor dan evaporator mencapai -62,661 kPa.

(81)

-100

Gambar 4.9 Kondisi tekanan adsorpsi hari kedua

4.2.4 Pengujian Hari Ketiga

4.2.4.1 Kondisi Temperatur dan Tekanan Desorpsi Hari Ketiga

Dari hasil pengukuran pada proses desorpsi hari ketiga, diperoleh

temperatur kolektor maksimum sebesar 47,45oC, temperatur kaca maksimum

sebesar 43,3oC, temperatur kondensor maksimum sebesar 28,65oC, temperatur

evaporator maksimum sebesar 22,50oC, temperatur air maksimum sebesar

21,6oC. Tekanan maksimum kolektor dan evaporator mencapai -15,999 kPa

dan -16,665 kPa. Proses desorpsi hari ketiga juga tidak berhasil mendesorpsi

metanol dari karbon aktif dikarenakan masih rendahnya temperatur pada

(82)

-100

7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00

T

7:00 8:00 9:00 9:05 10:00 11:00 11:20 11:35 12:00 13:00 14:00 14:04 15:00 15:05 16:00 16:15 16:40 17:00

T

Temperatur Desorpsi Setiap Komponen Hari Ketiga

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

Gambar 4.10 Kondisi temperatur desorpsi setiap komponen hari ketiga

(83)

0

17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 6:30 6:40 6:45 6:50 7:00

T

Temperatur Adsorpsi Setiap Komponen Hari Ketiga

Evaporator Kondensor Kolektor Kaca Air

4.2.4.2 Kondisi Temperatur dan Tekanan Adsorpsi Hari Ketiga

Dari hasil pengukuran pada proses adsorpsi hari ketiga, diperoleh

temperatur kolektor minimum sebesar 24,10oC, temperatur kaca minimum

sebesar 22oC, temperatur kondensor minimum sebesar 22,05oC. Temperatur

evaporator dan temperatur air naik masing-masing 22,7oC dan 22,9oC

dikarenakan proses adsorpsi metanol oleh karbon aktif tetap tidak berlangsung

akibat kegagalan proses desorpsi siang harinya. Tekanan minimum kolektor

dan evaporator mencapai -41,996 kPa.

(84)

-100

Gambar 4.13 Kondisi tekanan adsorpsi hari ketiga

4.3Pengolahan Data

Penelitian mesin pendingin siklus adsorpsi tenaga surya ini sudah terlebih

dahulu dilakukan di berbagai negara dan beberapa orang dari Departemen Teknik

Mesin USU juga telah melakukannya. Oleh karena itu, penelitian ini juga didasari

oleh penelitian-penelitian tersebut dan dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan beberapa hal seperti:

1. Bentuk kolektor yang sering digunakan adalah flat plate [Li dan Sumathy,2004] dan parabolic evacuated tube, tetapi di antara kedua kolektor tersebut yang

paling sering digunakan adalah tipe flat plate karena lebih ekonomis, mudah

perawatannya dan cukup efisien.[Saha dkk.,2001]

2. Kondensor yang digunakan adalah kondensor berpendingin udara sehingga

(85)

3. Evaporator yang digunakan langsung bersentuhan dengan air yang

didinginkan (direct cooling).

4. Material utama komponen (kolektor/absorber, kondensor dan evaporator)

yang biasa digunakan adalah copper atau bisa juga menggunakan Stainless

steel.

5. Pasangan karbon aktif-metanol sudah banyak digunakan dalam

penelitian-penelitian terdahulu. Karena temperatur akhir yang diperoleh mampu

mencapai temperatur di bawah 0oC. Coefficient of Perfomance (COP) yang

dihasilkan juga tinggi.

6. Massa optimum karbon aktif yang akan diisi ke dalam kolektor adalah 20 –

26 kg/m2.

7. Rasio penyerapan efektif terhadap metanol hanya 0,26 kg/kg karbon aktif.

Dengan kata lain, untuk 1 kg karbon aktif hanya mampu menyerap

maksimal 26% dari massa karbon aktif yang digunakan.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, dijadikan sebagai dasar pada

penelitian ini yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kolektor yang digunakan adalah tipe plat datar (flat plate).

2. Kondensor yang digunakan adalah kondensor berpendingin udara dengan

penambahan fin berbentuk plat datar horizontal dengan tujuan mempercepat

proses perpindahan panas dari kondensor ke udara lingkungan.

3. Evaporator yang digunakan bersentuhan langsung dengan air yang

didinginkan. Oleh karena itu, pada bagian bawah evaporator terdapat

penambahan fin (berlekuk bentuk trapesium) dengan tujuan memperbesar

(86)

sehingga mempercepat proses penyerapan panas/kalor dari air. Massa

evaporator yang digunakan = 2,3 kg.

4. Material utama komponen (kolektor/absorber, kondensor dan evaporator)

yang digunakan adalah Stainless steel dengan pertimbangan lebih ringan dan

lebih murah walaupun konduktivitasnya lebih rendah dibandingkan copper

namun tetap optimal digunakan pada mesin pendingin siklus adsorpsi.

5. Adsorben yang digunakan adalah karbon aktif biasa/teknis dengan

pertimbangan harga yang lebih terjangkau, tersedia banyak dan mudah

didapatkan. Sedangkan adsorbat/refrigeran nya adalah metanol pro-analis

(purity 99,9%). Penggunaan metanol pro-analis ini karena kadar

kemurniannya yang tinggi diharapkan mampu optimal diadsorpsi oleh

karbon aktif.

6. Untuk kolektor dengan luas permukaan absorber 1m2, maka:

Massa optimum karbon aktif yang digunakan adalah 20kg – 26kg. Pada

pengujian ini, massa karbon aktif yang digunakan adalah 25kg.

7. Untuk 25 kg karbon aktif, maka:

Massa metanol maksimum = 26% x 25kg karbon aktif

= 6,5 kg = 8,227 liter (� = 0,790 kg/liter)

Pada pengujian ini, digunakan metanol pro-analis sebanyak 5 liter dengan

pertimbangan karena karbon aktif yang digunakan adalah karbon aktif

dengan kualitas biasa/teknis sehingga volume metanol tersebut (5 liter)

(87)

4.3.1Volume Metanol

4.3.1.1Volume Awal dan Skala Ketinggian Metanol

Pada evaporator, volume metanol diskalakan berdasarkan ketinggian

permukaan metanol. Berikut skala ketinggian awal permukaan metanol pada

evaporator:

Tabel 4.7 Skala Ketinggian Awal Permukaan Metanol

Keterangan:

Vw = volume air yang didinginkan, (liter)

Vr = volume refrigeran (metanol), (liter)

xr = ketinggian permukaan metanol (cm)

4.3.1.2Volume Metanol Adsorpsi - Desorpsi

Pengamatan volume metanol yang teradsorpsi maupun terdesorpsi

dilakukan pada akhir masing-masing proses, yaitu pengamatan volume metanol

teradsorpsi (pukul 07.00 WIB) dan pengamatan volume metanol terdesorpsi

(pukul 17.00 WIB). Karena volume metanol menggunakan skala ketinggian

permukaan, maka perhitungan volume akhir metanol menggunakan metode

interpolasi. Berikut hasil pengamatan selama pengujian:

Vw (liter) Vr (liter) xr (cm)

4 L 1 L 3,8

4 L 2 L 5,9

4 L 3 L 8,0

4 L 4 L 10,1

(88)

Tabel 4.8 Volume Metanol Adsorpsi-desorpsi

Hari xr (cm) Vr (liter) mr(kg)

Awal Akhir Desorpsi Adsorpsi Desorpsi Adsorpsi Pertama 12,2 10,5

(proses pemanasan

awal)

0,8095

(proses pemanasan

awal)

0,6395

Kedua 10,5 10,5 - - - -

Ketiga 10,5 10,5 - - - -

dimana : � = 0,790 �/�

4.3.2Energi Radiasi Matahari yang Terukur Pyranometer

Energi radiasi matahari yang terukur oleh pyranometer dapat dihitung

dengan persamaan berikut ini:

Qrad = I t dt 2

1

Harga 12I t dt dapat dihitung dengan metode trapesium, sebagai berikut:

I t dt

2

1 = I1+I2

2 x t,

dimana:

I(t) = rata-rata intensitas radiasi matahari selama periode waktu tertentu,

(W/m2)

I1 = intensitas radiasi matahari pada t1, (W/m2)

I2 = intensitas radiasi matahari pada t2, (W/m2)

t = waktu, (s)

Dari perhitungan yang dilakukan oleh rekan satu tim (Budiman I.N.:

khusus membahas tentang kolektor pada pengujian ini), maka diperoleh energi

(89)

Tabel 4.9 Energi radiasi matahari yang terukur pyranometer, Qrad

4.3.3 Kolektor

Dari perhitungan yang dilakukan oleh rekan satu tim (Budiman I.N.: khusus

membahas tentang kolektor pada penelitian ini), diperoleh hasil sebagai berikut:  Energi radiasi matahari yang diterima kolektor ( = 30o)

Qit = Gb,T t dt 2

1 = I t dt. cos T 2

1

Tabel 4.10 Intensitas radiasi matahari yang diterima kolektor, Gb,T

Hari Waktu, t I(t), (W/m2) Qrad (J/m2)

Pertama 24 jam = 86.400 s 122,2115892 10.559.081,31

Kedua 24 jam = 86.400 s 117,7433033 10.173.021,41

Ketiga 24 jam = 86.400 s 76,6489938 6.622.473,064

Pukul (WIB)

Gb,T Hari Pertama

(W/m2)

Gb,T Hari Kedua

(W/m2)

Gb,T Hari Ketiga

(W/m2)

07.00-08.00 55,70039 59,72772 49,23176

08.00-09.00 197,39984 230,88148 142,06956

09.00-10.00 265,40789 296,80983 209,33199

10.00-11.00 347,85713 439,13445 199,57858

11.00-12.00 401,18483 450,91921 228,13558

12.00-13.00 202,48144 341,07066 187,27873

13.00-14.00 218,12651 182,35616 235,96398

14.00-15.00 308,47283 172,00514 116,50526

15.00-16.00 230,59114 109,61893 73,56863

16.00-17.00 89,38137 40,44657 40,61042

17.00-18.00 13,55381 14,14198 11,23967

18.00-00.00 0,10516 0,09778 0,14504

00.00-06.00 0,09778 0,09846 0,09911

(90)

Tabel 4.11 Energi radiasi matahari yang diterima kolektor, Qit

Energi radiasi matahari yang diabsorpsi, S

S = ( )ave. Gb,T. Ac

Tabel 4.12 Energi radiasi matahari yang diabsorpsi, S

Energi panas terbuang (heat losses), QL

QL = Qut + Qub+Que

Hari Waktu, t Qitday (J/m2)

Pertama 24 jam = 86.400 s 8.407.287,501

Kedua 24 jam = 86.400 s 8.426.850,019

Ketiga 24 jam = 86.400 s 5.378.121,127

Pukul

(WIB) τα ave Ac (m2)

S (J)

Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga

07.00-08.00 0.6502 1 130382.91 139810.04 115241.20

08.00-09.00 0.6667 1 473788.34 554149.13 340987.62

09.00-10.00 0.6755 1 645384.26 721743.41 509026.21

10.00-11.00 0.6755 1 845873.56 1067829.83 485309.14

11.00-12.00 0.6667 1 962901.97 1082271.71 547558.59

12.00-13.00 0.6502 1 473966.51 798374.76 438380.16

13.00-14.00 0.6037 1 474030.95 396295.08 512795.21

14.00-15.00 0.4425 1 491389.34 273999.80 185589.90

15.00-16.00 0.0916 1 76054.71 36155.06 24264.77

16.00-17.00 0.0000 1 0.00 0.00 0.00

17.00-18.00 0.0000 1 0.00 0.00 0.00

18.00-00.00 0.0000 1 0.00 0.00 0.00

00.00-06.00 0.0000 1 0.00 0.00 0.00

06.00-07.00 0.6037 1 10860.58 7569.90 356.93

(91)

Tabel 4.13 Energi panas terbuang (heat losses), QL

Dari hasil perhitungan energi pada kolektor maka kesetimbangan energi

pada kolektor dapat dijabarkan sebagai berikut:

Qin = Qout

S = Qut + Qub + Que

S = QL

Untuk hari pertama:

Shari pertama = QL hari pertama

4.979.640,87≅4.826.272,49

Untuk hari kedua:

Shari kedua = QL hari kedua

5.319.675,04≅5.178.292,44

Untuk hari ketiga:

Shari ketiga = QL hari ketiga

3.372.223,59≅3.264.758,06

Energi panas aktual yang digunakan kolektor, Qic

Energi panas aktual yang digunakan kolektor untuk mendesorpsi metanol

dari karbon aktif dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Qic = mac. Cpac + mrCpr ∆Tg+ mrhsg

Dari data-data hasil pengujian diperoleh:

Hari Qut (J) Qub (J) Que (J) QL (J)

Pertama 3.867.822,93 575.322,30 383.127,26 4.826.272,49

Kedua 4.112.920,47 649.435,42 415.936,55 5.178.292,44

(92)

Tabel 4.14 waktu optimum dan temperatur pemanasan kolektor

Maka energi panas aktual yang digunakan kolektor adalah sebagai berikut:

Hari pertama:

Saat proses desorpsi, kolektor dan kondensor dihubungkan sehingga laju

panas masuk pada kondensor,qin, sama dengan laju aliran panas yang masuk ke

kolektor. Panas yang masuk ke kondensor akan mengalami proses konveksi

sedangkan sisanya akan menuju evaporator.

Menghitung laju panas masuk pada kondensor, qin

qin kondensor = qabsorpsi kolektor −qL kolektor

(93)

qin = S07.0017.00 −qL 07.0017.00

 Menghitung laju perpindahan panas konveksi pada kondensor:

(94)

Dari data hasil pengujian (terlampir) diperoleh:

Sifat fisik udara pada temperatur film, adalah:

Tf =

Karena pada kondensor terdapat pipa vertikal dan horizontal serta pelat

horizontal (fin) maka dilakukan perhitungan terhadap keseluruhan:

(95)
(96)

P = 4p + 4l + 4t = 4x0,4 + 4x0,1 + 4x0,001 = 2,004

Dari data hasil pengujian (terlampir) diperoleh:

Tin = 36,4oC; Tout = 30, 7oC Ts = 36,4oC+30,7oC

2 = 33,55 oC

T = 29,964oC

Sifat fisik udara pada temperatur film adalah:

(97)
(98)

Untuk fin kondensor:

Dari data hasil pengujian (terlampir) diperoleh:

Tin = 29,7oC ; Tout = 27,7oC Ts =

29,7oC+27,7oC

2 = 28, 7 oC

T = 27,705oC

Sifat fisik udara pada temperatur film adalah:

(99)
(100)

As= DL = 3,14 0,0254 m 0,4 m = 0,032 m2

qconv = hAs Ts−T∞ = 2,94 W m2. K 0,032 m2 (28,7oC−27,705oC)

= 0,094 W

Untuk fin kondensor:

NuL= 0,54Ra1/6L = 0,54(5,8925 x 103)1/6

NuL= 2,295

Maka:

h = k As

P

NuL=0,081 m0,02639 W m. K2 2,004 m

2,295 = 1,4984 W m2. K

qconv = hAs Ts−T∞ = 1,4984 W m2. K 0,081 m2 (28,7oC−27,705oC)

= 0,121 W

Pada kondensor terdapat 5 pipa vertikal dan 2 pipa horizontal serta 17 fin

kondensor, sehingga diperoleh:

qconv total = 5(qpipa vertikal + 2 qpipa horizontal + 17(qfin )]

= [5 0,042 W) + 2(0,094 W + 17(0,121 W)]

= 2,455 W

Kesetimbangan energi pada kondensor:

Energi panas yang masuk ke kondensor sama dengan energi panas

terbuang ke lingkungan ditambah dengan energi panas yang diteruskan

kondensor.

qin kondensor = qout kondensor + qconv total

Untuk hari pertama:

20,54 W= qout kondensor+13,0666 �

qout kondensor = 7,4734 W

Untuk hari kedua:

(101)

qout kondensor = 23,78 W

Untuk hari ketiga:

31,56 W= qout kondensor+2,455 �

qout kondensor = 29,105 W

Dari perhitungan tersebut diperoleh laju energi panas yang keluar dari

kondensor/ menuju evaporator untuk hari pertama sebesar 7,4734 Watt, hari

kedua 23,78 Watt, dan hari ketiga 29,105 Watt.

4.3.5Evaporator

Kapasitas kalor pendinginan, Quc,

Quc = mw. Cpw.∆Tw + mi. hsf + mi. Cpi.∆Ti

Dari data-data hasil pengujian diperoleh:

Tabel 4.15 Temperatur pendinginan air, ∆Tw

Pengujian mw

Maka kapasitas kalor pendinginan, Quc dapat dihitung sebagai berikut:

Hari pertama:

Untuk hari kedua dan ketiga proses pendinginan tidak terjadi sehingga

kapasitas kalor pendinginan tidak dapat dihitung. Hal ini dikarenakan proses

(102)

masih rendah) sehingga pada malam hari proses adsorpsi pun tidak berlangsung

kembali menyebabkan efek pendinginan tidak terjadi. Sementara itu temperatur

air mengalami kenaikan akibat pengaruh temperatur lingkungan.  Laju perpindahan panas keseluruhan pada insulasi evaporator:

q∞−w =∆Toverall

Rth

q∞−w =T∞−Tw

Rth

Nilai Σ (tahanan termal keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut:

ΣRth = R1+ R2+ R3+⋯+ Rn

Dinding evaporator terdiri dari empat lapisan insulasi tersusun secara seri, maka

tahanan termal keseluruhan menjadi:

Dari data design insulasi evaporator diperoleh:

Tabel 4.16 Tebal, konduktivitas dan luas bidang material insulasi evaporator

(103)

Tabel 4.17 Temperatur air dan lingkungan rata-rata

Tahanan termal keseluruhan pada dinding insulasi evaporator:

ΣRth=

Sehingga laju perpindahan panas keseluruhan pada insulasi evaporator adalah

sebagai berikut:

Proses terjadinya pendinginan pada sistem ini dipengaruhi oleh kapasitas

kalor penguapan metanol dimana harus lebih besar dari kalor yang diserap dari

pelat evaporator, air dan pengaruh lingkungan sekitar. Karena proses

pendinginan hanya berlangsung pada hari pertama, maka perhitungan energinya

juga dilakukan hanya pada hari pertama.

Kapasitas kalor penguapan metanol:

(104)

QL metanol = mr. hfg

=0,6395 kg x 1168kJ kg

= 746.936 J

Kalor yang diserap dari pelat evaporator:

Qs pelat evaporator = mevaporator . Cp.∆T

=2,3kgx480 J

kgoCx(26,9−9,7)

=18.988,8J

Kalor yang diserap dari air:

Qsair =mair.Cp.∆T

=3,988kgx4180 J

kgoCx 27−9,9

=285.054,264J

Kalor yang diterima air akibat pengaruh dari lingkungan:

Qw= 1,173 Wx24jam

=3,3017 J

s x86.400s

=101.347,91J

QL metanol > Qs pelat evaporator + Qs air + Q∞−w+

746.936J> 18.988,8J+285.054,264J+101.347,91J+ (7,4734Wx36000s)

746.936 J > 674.433,38 �

4.3.6Performansi Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi

Dari hasil perhitungan energi sebelumnya diperoleh:

Hari pertama:

Quc = 285.054,264 J

(105)

Qit = 8.407.287,501 J

Hari kedua:

Quc = 0 J (tidak terjadi pendinginan air)

Qic = 1.837.234,56 J

Qit = 8.426.850,019 J

Hari ketiga:

Quc = 0 J (tidak terjadi pendinginan air)

Qic = 962.828,81 J

Qit = 5.378.121,127 J

Dari hasil tersebut maka koefisien performansi (COP) hanya dapat

dihitung pada hari pertama, yaitu:

COPuc=

Quc Qic

= 285.054,264J

1.625.943,78J=0,1753

COPuo=

Quc Qit

= 285.054,264J

8.407.287,501J= 0,034

4.3.7Analisa Korelasi dan Regresi Cuaca Terhadap COP

Variabel-variabel yang diamati dan akan digunakan dalam analisis korelasi

dan regresi adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (independent variable) : intensitas radiasi matahari (X1),

kelembapan udara (X2) dan temperatur lingkungan (X3).

b. Variabel tidak bebas (independent variable) : koefisien performansi

mesin pendingin (COP), disimbolkan (Y).

Analisis korelasi antar-variabelnya dapat dihitung dengan menggunakan

(106)

rX.Y = n XiYi

Data-data setiap variabel selama pengujian disusun dan dianalisa sebagai

berikut:

Tabel 4.18 Data intensitas radiasi matahari, RH, temperatur lingkungan dan

COP per hari

Perhitungan korelasi antar-variabel dapat dilakukan dengan mensubstitusi

masing-masing variabel ke persamaan umum Karl Pearson. Contoh perhitungan

(107)

Dengan menggunakan metode yang sama, diperoleh korelasi antar-variabel sebagai berikut:

Tabel 4.20 Korelasi antar-variabel

Intensitas Radiasi Matahari,

(kWh/m2/hari)

Kelembapan Udara,

(%)

Temperatur Lingkungan,

(oC)

COP

Intensitas Radiasi Matahari, (kWh/m2/hari)

1

Kelembapan Udara, (%)

-0,703125211 1

Temperatur Lingkungan, (oC)

0,928158034 -0,917260379 1

COP 0,575056570 -0,986069618 0.838234090 1

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi di antara parameter

intensitas radiasi matahari, kelembapan udara, temperatur lingkungan dengan

koefisien performansi mesin pendingin cukup signifikan. Korelasi intensitas

radiasi matahari dengan kelembapan udara terinterpretasi kuat dan tidak searah

sebesar -0,703125211, dimana hal ini mengindikasikan bahwa jika intensitas

radiasi matahari meningkat maka kelembapan udara akan semakin rendah, dan

begitu juga sebaliknya. Korelasi antara intensitas radiasi matahari dengan

temperatur lingkungan terinterpretasi kuat dan sejalan sebesar 0,928158034,

dimana hal ini mengindikasikan bahwa jika intensitas radiasi matahari

meningkat maka temperatur lingkungan juga akan semakin tingi, dan

sebaliknya. Korelasi antara kelembapan udara dengan temperatur lingkungan

terinterpretasi sangat kuat dan tidak sejalan sebesar -0,917260379, dimana hal

ini mengindikasikan bahwa jika kelembapan udara meningkat maka temperatur

(108)

Selain itu juga diperoleh korelasi intensitas radiasi matahari terhadap

koefisien performansi (Coefficient of Performance) terinterpretasi sedang dan

searah sebesar 0,575056570, dimana hal ini mengindikasikan bahwa jika

intensitas radiasi matahari meningkat maka koefisien performansi mesin

pendingin akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya. Korelasi kelembapan

udara terhadap koefisien performansi (Coefficient of Performance)

terinterpretasi sangat kuat dan tidak searah sebesar -0,986069618, dimana hal ini

mengindikasikan bahwa jika kelembapan udara meningkat maka koefisien

performansi mesin pendingin akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.

Sedangkan korelasi temperatur lingkungan terhadap koefisien performansi

(Coefficient of Performance) terinterpretasi sangat kuat dan searah sebesar

0,838234090, dimana hal ini mengindikasikan bahwa jika temperatur

lingkungan meningkat maka koefisien performansi mesin pendingin akan

mengalami peningkatan, dan sebaliknya.

Karena analisis korelasi menunjukkan hubungan yang cukup kuat, maka

kemudian dilanjutkan pada analisis persamaan regresi untuk menunjukkan

seberapa kuat pengaruh cuaca (intensitas radiasi matahari, kelembapan udara

dan temperatur lingkungan) terhadap koefisien performansi mesin pendingin

(COP). Pada penelitian ini terdapat tiga (3) variabel bebas dengan satu (1)

variabel terikat, sehingga digunakan persamaan regresi berganda (Multiple

regressi/multivariate regression). Bentuk umum persamaan regresinya menjadi:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3

Nilai konstanta (a) dan variabel regresi (b1, b2, b3) dapat diperoleh dengan

Gambar

Gambar 3.1 Tempat Pengujian
Tabel 3.1 Spesifikasi Pace XR5 Data Logger
Gambar 3.9 Dimensi utama kolektor
Gambar 3.14 Model evaporator
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengendalian mutasi, kenaikan pangkat dan pensiun pns, memberikan saran dan atau pertimbangan kepada atasan mengenai langkah dan tindakan yang dilaksanakan dalam

Setelah penulis melakukan perhitungan untuk pesanan khusus lemari pintu 2, dari hasil analisa dapat dilihat bahwa pendapatan diferensial yaitu sebesar Rp 4.000.000 lebih besar

(2) Sub Bidang Penatausahaan Anggaran mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam menyiapkan bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penatausahaan anggaran belanja langsung,

No. Gedung Adpel) Kemayoran Jakarta Pusat, melalui sistem E-Procurement di http://www.lpse.depkeu.go.id/eproc/app , Panitia Pengadaan Barang dan Jasa untuk Pekerjaan

[r]

Pada hari ini, Senin tanggal 24 (Dua Puluh Empat) bulan September tahun 2012 (dua ribu dua belas), dimulai pukul 09.00 WIB (10.00 WITA), sampai dengan pukul 13.00 WIB (14.00 WITA)

[r]

[r]