PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN
EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN IV MEDAN
KARYA ILMIAH
SUPIYA NINGSIH 092401087
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN
EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN IV MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
SUPIYA NINGSIH 092401087
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA-III
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT
DENGAN MENGGUNAKAN MOISTURE BALANCE DAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN IV MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SUPIYA NINGSIH
Nomor Induk Mahasiswa : 092401087
Program Studi : DIPLOMA (D-3) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2012
Diketahui
Program Studi D-3 Kimia USU
Ketua, Pembimbing,
Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Rumondang Bulan. MS
NIP.195512181987012011 NIP.195408301985032001
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR INTI SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DAN KADAR MNYAK INTI SAWIT DENGAN
MENGGUNAKAN EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN IV MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2012
PENGHARGAAN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Rumondang Bulan. MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
2. Ibu Ketua dan Bapak sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah mensyahkan Karya Ilmiah ini.
3. Ayahanda Misnar dan Ibunda Soleha tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan moril dan materil selama kuliah sampai selesainya Karya Ilmiah ini.
4. Kakakku Supiyani Ssi, abangku Hermansyah dan Chairul Efendi St, serta adikku Heri setiawan yang turut membantu dan memotivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
5. Kepada sahabatKu M.Ryan Baihaqi, Mufly Ananda, Satria Darma Lubis, Andreas, dan paling utama kedua sahabtKu yang paling Ku saying Hanik Rifatum Muslimah dan Rizkamaya Sari yang selalu ada si sampingKu untuk memotivasi dalam menyelesaikan Tugas akhir ini.
6. Kepada Jaka Lesmana St yang selalu memberi semangat dan dukungan serta kasih sayang kepadaku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Kepada staf dan pegawai laboratorium PTPN IV yang telah membimbing saya dalam melaksanakan PKL di tempat tersebut
8. Seluruh dosen dan staf administrasi departemen Kimia FMIPA-USU yang banyak membantu selama perkuliahan.
9. Semua rekan-rekan Mahasiswa/I Kimia Analis stambuk’09 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya dan semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
Medan, Juli 2012 Penulis
ABSTRAK
DETERMINATION OF WATER VALUE OF PALM KERNEL USING MOISTURE BALANCE AND PAL KERNEL OIL VALUE USING
SOXHLETATION’S EXRACTION IN PTPN IV MEDAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 1.2. Permasalahan 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan 3
1.5. Manfaat 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa sawit 5
2.2. Minyak Kelapa Sawit 6
2.3. Minyak dan Lemak 8
2.4. Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit 9
2.5. Klasifikasi Kelapa sawit 10
2.6. Jenis Kelapa Sawit 11
2.7. Buah 12
2.8. Pematangan Buah 13
2.9. Pengolahan Kelapa Sawit 14
2.10. Proses pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO 15
2.11. Inti Sawit 17
2.12. Mutu Minyak Sawit 18
2.13.Kadar Air 19
2.14. Kadar Kotoran 19
2.15. Mutu inti sawit 20
2.16. Kadar Kotoran Inti 21
2.17. Kadar Air Inti Sawit 21
2.18. Kesalahan-kesalahan dalam analisa kadar air 22
2.19. Moisture Balance 23
2.20. Ekstraksi Sokletasi 23
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat 27
3.2. Bahan 27
3.3. Prosedur 28
3.4. Perhitungan 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 30
4.2. Data 30
4.3. Pengolahan Data 31
4.4. Pembahasan 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 34
5.2. Saran 34
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Inti Sawit 17
Tabel 2.2. Parameter Mutu Produksi Minyak Sawit 18
Tabel 2.3. Standart Mutu Inti Sawit 20
Tabel 4.1. Analisa Kadar Air 30
ABSTRAK
DETERMINATION OF WATER VALUE OF PALM KERNEL USING MOISTURE BALANCE AND PAL KERNEL OIL VALUE USING
SOXHLETATION’S EXRACTION IN PTPN IV MEDAN
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.Berbagai
industri, baik pangan maupun non pangan, banyak menggunakannya sebagai bahan baku..
Tanaman kelapa sawit adalah salah satu penghasil minyak nabati yang sangat penting
disamping kelapa,kacang-kacangan dan jagung. Kelapa sawit termasuk kelas
Angiospermae ordo palmalis, famili palmaceae, subfamily palminae, genus Elais, dan
beberapa spesies antara lain Elais quinensis jack komoditasnya.
Kelapa sawit terdiri daging buah dan inti sawit. Minyak kelapa sawit dapat
dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti sawit (CPKO) dan sebagai
hasil samping adalah bungkil inti sawit (palm kernel meal/pellet).Minyak inti sawit lebih
padat dan mampu dihidrogenasi lebih cepat daripada minyak kelapa sehingga ini
membuat minyak inti sawit banyak digunakan untuk bahan baku khususnya pemanis
mentega dan kosmetik.
Berdasarkan peranan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus
diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan komoditasnya.Di dalam perdagangan
kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama
mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, warna, angka penyabunan, dan bilangan
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar
mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi,
logam tembaga, dan peroksida.
Sifat fisik kimia minyak kelapa sawit antara lain warna. Warna minyak
merupakan indikator kualitas, tepatnya warna adalah spesifikasi untuk menentukan jenis
dari minyak.Pigmen yang terdapat dalam warna memberi suatu reaksi yang berbeda.
Perubahan warna tersebut yang dikenal dengan proses bleaching atau penghilangan
warna. Kadar pigmen warna yang ditemukan pada minyak berbeda pada setiap proses.
Secara alami minyak sawit mengandung air yang tidak dapat dipisahkan. Jumlah
kandungan air pada minyak dapat bertambah disebabkan karena pengolahan minyak sawit
itu sendiri serta saat penyimpanan. Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisa minyak sawit yang dipacu oleh enzim lipase dan di bantu oleh sinar
matahari pada kondisi atmosfer.
Hidrolisis adanya air, lemak dapat terhidrolisi menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi
makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada
semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase lemak akan di uraikan
sehingga kadar asam lemak lebih dari 10%. Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak
dengan asam lemak rendah seperti pada mentega, minyak goreng. Minyak yang telah
terhidrolisis, smoke point-nya menurun, bahan-bahan menjadi coklat dan lebih banyak
menyerap minyak.
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan terhadap kadar air inti sawit dengan
metode adsorbsi. Dengan pemanasan pada suhu 110oC. kandungan air dalam inti sawit
dapat diserap sempurna selama waktu yang cukup singkat yang menghasilkan bobot air
dalam %.
1.2.Permasalahan
Permasalahan adalah apakah kadar air dalam inti sawit dan kadar minyak inti
sawit di PTPN IV Medan sudah memenuhi standar penerimaan mutu minyak kelapa sawit
yang telah di tetapkan oleh SNI.
1.3.Batasan Masalah
Penentuan kadar air inti sawit dan kadar minyak inti sawit hanya
menggunakan alat yang terdapat pada perusahaan tersebut.
1.4.Tujuan
1. Untuk mengetahui berapa kadar air inti sawit dengan menggunakan alat moisture
balance.
2. Untuk mengetahui kadar minyak inti sawit dengan menggunakan alat ekstraksi
sokletasi.
3. Untuk mengetahui apakah kadar air inti sawit dan kadar minyak inti sawit PTPN
1.5.Manfaat
Dengan mengetahui kadar air dan kadar minyak dari Crude Palm Kernel Oil
(CPKO) yang dianalisa, maka dapat diketahui bahwa inti sawit tersebut sudah memenuhi
standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan penanganan lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Tanaman ini dimasukkan pertama kali
dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam dikebun Raya Bogor.
Percoban-percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan Sumatera.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis jacq
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit
(palm kernel meal atau pellet). (Ketaren, 1984)
) merupakan tumbuhan tropis golongan plam
yang termaksud tanaman tahunan. Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir. Buah
sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman
buah sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar
masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena
masih mengandung minyak yang rendah. Umur buah tergantung pada jenis tanaman,
umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan
terhitung setelah penyerbukan. (Naibaho, 1986)
Cangkang atau tempurung kelapa sawit data digunakan sebagai bahan bakar,
yaitu arang aktif yang biasa digunakan dalam industri kesehatan. Tandan kosong untuk
bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium. Sedangkan ampas lumatan
2.2.Minyak Kelapa Sawit
Sebagian minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak
sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna jingga
karena karena kandungan karotenoid (terutama β-karotena),berkonsistensi setengah padat
pada suhu kamar (konsestensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar asam lemak
bebasnya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemaknya bebas yang rendah, bau
dan rasanya cukup enak.
Kandungan minyak kelapa sawit dalam perikarp sekitar 30%-40%. Kelapa
sawit menghasilkan dua macam minyak yang berlainan sifatnya,yaitu :
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.
2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit.
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat,
oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan
gliserida dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dan gliserida tersebut tergantung
pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur
dari minyak sawit tersebut.
Komponen penyusun minyak sawit erdiri dari trigliserida dan non trigliserida.
Asam-asam penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak
aroma, dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah
sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak.
Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida
yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi sebagai
berikut:
gambar 2.1. Reaksi Trigliserida
Bila R, = RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama maka trigliserida ini
disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih asam lemak penyusunnya
tidak sama maka disebut trigliserida campuran.
Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat
satu atau dua atom hidrogen; kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen,
sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Asam lemak yang pada
rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila
2.3.Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni pertama berdasarkan asal
bahannya dan kedua berdasarkan penggunaannya. Berdasarkan asal bahannya minyak dan
lemak terdiri atas 3 kelompok, yaitu: minyak nabati, lemak hewan dan minyak ikan.
Bedasarkan penggunaanya minyak dan lemak terdiri 2 kelompok, yaitu: minyak industri
(industry oil) dan minyak untuk keperluan pangan (edible oil). Jika dibandingkan dengan
sumber-sumber minyak nabati lainnya, kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati
dan paling efisien, sebab menghasilkan 58,4 ton minyak/Ha. (Risza,1994)
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau trigliserol, kedua istilah ini berarti
“triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat
sembarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.
Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam
tubuhan cenderung berupa minyak.
Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol
merupakan. penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida termasuk lipid
sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia. Berikut ini
adalah persamaan umum bentuk trigliserida:
Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam
lemak. Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul
asam lemak yang sama. Contohnya, dari gliserol dan tiga molekul asam stearat akan
Asam-asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan berdasarkan
jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon. Berdasarkan jumlah atom
hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas:
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada
dua atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen
secara maksimal.
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam
hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena
adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak jenuh
disebut lemak jenuh.
2.4. Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit A. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja
dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
B. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
C. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
D. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
E. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan :
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak intiberkualitas
tinggi
2.5.Klasifikasi Botani Kelapa Sawit
Klasifikasi kelapa botani sawit adalah sebagai berikut :
Devisi : Trancheophyta
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis
Varietas : Dura, tenera, pesifera
2.6.Jenis – Jenis kelapa sawit
Varietas kelapa sawit di Indonesia di kenal banyak jenisnya. Varietas-varietas
tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Di antara jenis tersebut terdapat
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan ketebalan tempurung dan
daging buah, jenis kelapa sawit diantaranya, Dura, Pasifera, Tenera, Marco Carya, dan
Dwikka-wikka. Berdasarkan kulit buah, varietas kelapa sawit diantaranya varietas
Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Berdasarkan kulit buah sebagai berikut :
Nigrescens : buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi orange setelah buah matang.
orange.
Albescens : waktu muda buah berwarna kuning pucat : tembus cahaya karena
mengandung sedikit karoten.
Pada varietas nigrescens maupun virescens dijumpai buah yang memiliki carpel
(bersayap) dan dikenal sebagai di wakka-wakka.
2.7. Buah
Setelah bunga betina dibuahi; maka terjadi perkembangan pembentukan buah sebagai
berikut
- Sampai 2 bulan setelah penyerbukan daging buah berwarna putih kehijauan,
terdiri dari air, serat dan khloropil sedangkan minyak belum terbentuk. Setelah 3
bulan mulai terjadi perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan dan
hal ini menunjukkan telah terbentuknya minyak.
- Sebulan setelah penyerbukan cangkang telah terbentuk tapi masih tipis dan
lembut. Pengerasan berlangsung terus dan setelah mencapai 3 bulan cangkang
sudah mengeras dan warnanya berunbah menjadi coklat muda.
- Inti, mulai berubah bentuknya dari cairan menjadi agar-agar, 2 bulan setelah
penyerbukan dan setelah bulan ke 3, inti sudah berbentuk padatan yang agak
- Lembaga atau embrio akan dapat dilihat 3 bulan seelah penyerbukan dan
ukurannya telah mencapai 3 mm. (tim penulis, 1996)
2.8. Pematangan Buah
Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan setelah terjadi
kejenuhan setiap unsur komponen makan mulailah terjadi fase pematangan. Pada fase
pematangan buah terjadi beberapa hal :
a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada inti
sawit dan daging buah.
b. Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat dilihat bahwa
ikatan antar serat kurang dengan tekstur yang lunak.
c. Perubahan warna dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hujau
kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi orange/merah jingga.
d. Fisik buah berubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi
2.9. Pengolahan Kelapa sawit
Tahap-tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai beikut :
1. Penimbangan
Tandan Buah Sawit (TBS) dari lapangan diangkut ke pabrik dengan truk
langsung ditimbang di pabrik, kemudian buah dipindahkan keloading ramp.
2. Bongkaran Buah (Loading Ramp)
Setelah truk buah ditimbang, kemdian dibongkar di loading ramp. Pada
kesempaan ±5% dari jumlah truk buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya
buah dipisahkan keranjang lori rebusan yang berkapasitas ±2,5 ton.
3. Perebusan (sterilizer)
Lori-lori yang tela berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan dengan batuan seperti
loko, kapstander dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8 – 4
kg/cm2. Per ton TBS memerlukan ±0,5 ton uap air yang dihasilkan ketel uap.
Tekanan haris berada antara 2,8 – 3 kg/cm2 dan lamanya perebusan sekitar 90
meni.
4. Penebahan (Stripping, threshing)
Setelah perebusan, lori rebusan ditarik keluar, kemudian di angkat ke atas dengan
Hoisting Crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini
dibalikkan di atas mesin penebah (Stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari
tandan. Buah yang lepas (brondolan) jatuh kebawah dan melalui Conveyor serta
5. Pengadukan (Degestion)
Buah di aduk hingga daging buah terlepas dari biji.
6. Pengempaan (Pressing)
Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan minyak dan cairan. Minyak yang keluar
ditampung dengan talang dan di alirkan kedalam Crude Oil Tank (tangki minyak
kasar) melalui saringan getar.
7. Pemurnian (Clarification)
Melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap menghasilkan
minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini
dilakukan dengan proses pengendapan, sentrifugal dan penguapan, selanjutnya
CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO Storage). (Risza.1994)
2.10.Proases Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya
sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit
menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit
dengan kernel, sabut dan ampasnya. Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan
serabut kemudian diangkut menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan
dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai
dan memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi proses
Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama
18- 24 jam agar kadar air turun 20% sampai 40%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut
Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan
dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat
pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan
cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk
memisahkan antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa.
Cara lain untuk memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro
clay bath yaitu pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang
terpisah kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan
sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C
dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses
berikutnya.
2.11. Inti Sawit
Adapun Komposisi Inti Sawit dapat dilihat pada table 2.1.
Komponen Jumlah
Minyak 47-52
Air 6-8
Protein 7,5-9,0
Selulosa 5
Abu 2
Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi
cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang,
pengeras jalan, dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti
sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak
terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit
bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak,
protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya (disebut
minyak inti sawit ) dan sisanya atau bungkilnya yang kaya akan protein dipakai sebagai
bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44-53%.
2.12. Mutu Minyak Sawit
Mutu CPO yang dihasilkan dari pabrik dapat dipengaruhi oleh kualitas panen,
pengangkutan, proses pengolahan dan penimbunan/ penyimpanan. Factor-faktor tersebut
akan dibahas lebih detail pada setiap parameter mutu yang dipersyaratkan dalam
[image:30.612.100.548.279.651.2]perdagangan CPO. Adapun parameter CPO dapat dilihat pada table berikut :
Table 2.2. Parameter Mutu Produksi Minyak Sawit
Parameter Standart
ALB Golden CPO ≤2,0 % maks
ALB CPO Super ≤2,5% maks
ALB CPO non super ≤3,5% maks
Kadar Air 0,15% maks
Kadar Kotoran 0,025% maks
DOBI 2,5 min
Bilangan Iodin 51 min
Bilangan Peroksida, mek/kg 5,0 maks
Bilangan Anisidine, mek/kg 5,0 maks
Fe (Besi), ppm 5,0 maks
Cu (Tembaga), ppm 0,3 maks
2.13. Kadar Air
Zat yang mudah menguap pada temperature diatas 100oC adalah air. Tingginya
kandungan air didalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara
autokatalis, yang meninggalkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi. Kadar air maksimal =
0,15%.
Kadar air dalam CPO dipengaruhi oleh proses di CST, temperature di oil tank,
kinerja Oil Purifer, Vacuum Drier dan instalasi pemanas di tangki timbun yaitu :
a) Ketebalan minyak di CST yang tipis (<50cm) dan temperature rendah (<95oC)
b) Tempertur di Oil tank rendah (<90oC). Minyak di Oil tank dipertahankan pada
ketinggian diatas steam coil sebelum dialirkan ke Oil Purifier sehingga cairan
sempat dipanasi
c) Kinerja oil purifier dan vacuum drier yang jelek (kapasitas oil purifier >90%, dan
tekanan Vacuum drier <500 mm Hg)
d) Kebocoran pipa pemanas (steam coil) ditangki timbun.
2.14. Kadar Kotoran
Kadar dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-Heksan dan
petroleum ether. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis didalam minyak karena
mengandung besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidant. Penyebabnya
dikontrol pada CSTdengan menjaga ketebalan lapisan minyak >50 cm. kadar kotoran
maksimal ditetapkan sebesar 0,02%.
[image:32.612.101.546.263.460.2]2.15. Mutu Inti Sawit
Table 2.3. Standart Mutu Inti Sawit
Parameter %
Kadar air ≤7,0
Kadar kotoran ≤6,0
ALB ≤2,0
Inti pecah
- Cracker
- Ripple mill
9-12
15-20
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
ekstraksi, pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang
terbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. selain itu bungkil kelapa
2.16. Kadar Kotoran Inti Sawit
Yang dimaksud dengan kadar kotoran inti sawit adalah cangkang, serat, batu dan
benda-benda asing lainnya. Pengontrolan kadar kotoran dimulai dari proses perebusan .
perebusan yang baik akan melekangkan inti dengan cangkang dan mengkondisikan biji
untuk pemecahan yang efisen pda stasiun pengolahan biji. Kadar kotoran dapat terjadi
pada proses pemecahan biji, pemisahan inti dan cangkang serta pada pemisahan
inti/cangkang system basah yang menggunakan larutan tanah liat (clay
bath)/hydrocyclone.
2.17. Kadar Air Inti Sawit
Yang dimaksud dengan kadar air didalam inti sawit adalah kandungan air yang terdapat
dalam inti sawit. Bila kadar air >7,0%, maka mokroorganisme lipolytic lebih cepat
berkembang sehingga ALB inti sawit akan cepat naik. Mikroorganisme lipolytic dapat
berkembang lebih cepat pada media air. Kadar air yang demikian >7,0% dalam
penyimpanan dan kadar ALB >2,0% ditandai dengan tumbuhnya jamur pada permukaan
inti. Proses perebusan yang baik berperan untuk menurunkan kadar air didalam inti
sehingga inti bias lekang dari cangkang.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air
berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang. peranan
penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses
pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan
proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa
hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air suatu bahan pangan
sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat.
2.18. Kesalahan-kesalahan Dalam Analisis Kadar Air
Analisis kadar air menggunakan pengering oven merupakann cara analisis yang paling
banyak digunakan karena relatif sederhana. namun demikian, sering ada kesalahan yang
diabaikan penelitia yaitu:
1. Jika suhu oven yang digunakan lebih kecil dari yang seharusnya (105 C) dapat
mengakibatkan tidak semua air dalam contoh teruapkan sehingga dapat
menyebabkan kadar air yang diperoleh lebih kecil dari yang seharusnya.
2. Jika suhu oven lebih besar dari yang seharusnya dapat menyebakan kadar air lebih
tinggi karena tidak hanya air yang teruapkan akan tetapi minyak atsiri yang mudah
menguappun ikut teruapkan
2.19. Moisture Balance
Moisture balance merupakan salah satu alat praktis dan modern yang digunakan untuk
menentukan kadar air inti sawit yang dilengkapi dengan neraca analitis dan piringan
aluminium untuk mempermudah penentuan berat sempel dan dengan pemanasan 110oC
sehingga kandungan dalam inti sawit dapat diserap sempurna dengan waktu yang tidak
ditentukan sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk % yang dinilai cukup akurat
pada PTPN IV Medan.
Alat ini digunakan untuk analisa kadar air karena disamping relatif lebih mudah
dan praktis, alat ini juga bekerja secara otomatis dan menghasilkan data cukup akurat.
Proses penyerapan dilakukan oleh semacam pemanas yang terdapat dalam pada tutup alat
moisture balance. Besi ini terikat pada serangkaian kawat yang dapat menghantarkan
panas sehinga proses penyerapan airdapat berlangsung dengan baik.
2.20.Ekstraksi Sokletasi
2.20.1. Prinsip Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu,
sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan
teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga
diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu
disebut sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga
hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan
ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini
adalah sokletasi.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa
kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu
lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat,
maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut
organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter,
petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid
– lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa
– senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan
pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini
akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat
- Moisture Balance
- Gilingan Inti
- aluminium-plate
- Spatula
- Extraction timble
- Cawan penguap 250 mL Pyrex
- Kapas
- Labu ekstraksi 250 mL Pyrex
- Neraca analitik 4 desimal
- Heathing mantle
- Oven
- Crucible tong
- Desikator
3.2. Bahan
- Inti sawit
3.3. Prosedur
a. Kadar Air Inti Sawit
- Dihaluskan inti sawit kurang lebih 100 gr dengan mengunakan gilingan inti
- Dihidupkan sistem moisture balance dengan menekan tombol ON/OFF
- Tempatkan aluminium-plate kedalam Moisture Balance meter kemudian tekan
tombol tarra untuk memposisikan berat aluminium-plate pada pembacaan 0,00
gram
- Timbang 10 ±0,01 gram sempel inti sawit (yang telah digiling halus memakai
gilingan inti) kedalam aluminium-plate
- Tekan tombol start untuk proses pengeringan terhadap kandungan air dan sempel
Biarkan proses pemanasan berlangsung sampai alat mati secara otomatis dan
terdengar bunyi tit sekali setelah kandungan ir dalam sempel habis dan display
menunjukkan tulisan test over.
Angka yang tertera pada display menunjukkan kadar air sempel dalam satuan
persen (%).
b. Kadar Minyak Inti Sawit
- Masukkan sampel kering inti sawit kedalam extraction thimble dan bersihkan sisa
minyak pada cawan penguap dengan kapas kemudian masukkan kedalam
extraction thimble sekaligus sebagi penutup sampel.
- Tempatkan thimble berisi contoh kedalam soxlet extraction
- Timbang labu ekstraksi memakai neraca analitik 4 desimal kemudian diisi dengan
- Hubungkan (setting) labu ekstraksi dengan ekstractor dan cooler dan kemudian
ekstraksi diatas pemanas (heathing mantle) pada suhu 70oC selama 6 jam
- Suling/destilasi n-heksan pada labu ekstraksi hingga hamper habis kemudian
masukkan labu berisi minyak kedalam oven 103 ± 2oC hingga semua sisa
n-heksan habis menguap
- Keluarkan labu ekstraksi dari oven dengan menggunakan crusible tong dan
dinginkan dalam desikator selama 15 menit
- Keluarkan labu ekstraksi dari desikator dan timbang memakai neraca analitik 4
desimal hingga diperoleh berat kostan
3.4. Perhitungan
Minyak Inti (%) =(�)− (�)
(�) × 100
Keterangan :
A : berat labu didih kosong
B : berat labu didih + minyak inti sawit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Hasil analisa kadar air inti sawit dan kadar minyak inti sawit ditunjukkan pada table
[image:42.612.103.548.300.470.2]sebagai berikut :
Tabel 4.1. Analisa Kadar Air Inti Sawit
No. Tanggal Nama Sampel Kadar air (%)
1. 30 Januari 2012 Inti sawit 6,68
2. 01 Februari 2012 Inti sawit 6,83
3. 08 Februari 2012 Inti sawit 6,51
4. 14 Februari 2012 Inti sawit 6,75
Table 4.2. Analisa Kadar Minyak Inti Sawit
4.2. Pengolahan Data
Perhitungan data No.1 pada table 4.2 sebagai berikut:
minyak inti (%) =90,1680−85,3120
10,0020 × 100
minyak inti (%) = 4,856
10,0020× 100
= 48,55
Data selengkapnya pada Tabel 4.2.
4.4. Pembahasan
Dari data 4.1. diperoleh hasil analisa kadar air inti sawit telah memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan yaitu, pada tanggal 30 Januari sebesar 6,68%, tanggal
01 Februari sebesar 6,83%, tanggal 08 Februari sebesar 6,51%, tanggal 14 Februari No. Tanggal Gram 1 Gram 2 Sampel
Kadar minyak (%)
1. 30 Januari 2012 85,3120 90,1680 10,0020 48,55
2. 01 Februari 2012 55,2543 59,8425 10,0010 45,88
3. 08 Februari 2012 107,0345 111,9384 10,016 49,03
4. 14 Februari 2012 102,4512 107,3385 10,0025 48,89
sebesar 6,75%. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada
bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada
bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang,
dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan aw yaitu jumlah air bebas
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai
mokroorganisme mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya
bakteri aw: 0,90 ; khamir aw: 0,80-0,90 ; kapang aw: 0,60-0,70.
Kadar air inti sawit yang di inginkan adalah 6-7%, karena pada kadar air
tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup. Umumnya untuk inti sawit
yang sudah kering tidak lagi ditemukan “plant enzim” akan tetapi dijumpai enzim yang
berasal dari mikroba yang terkontaminasi selama penggunaan atau penyimpanan.
Dari data 4.2. diperoleh hasil analisa kadar minyak inti sawitt telah memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan yaitu, pada tanggal 30 Januari sebesar 48,55%,
tanggal 01 Februari sebesar 45,88%, tanggal 08 Februari sebesar 49,03, tanggal 14
Februari sebesar 48,89%. Di katakana bahwa data tersebut sesuai dengan standar mutu,
karena standar mutu kadar minyak adalah mnimal 24%. Kadar minyak sangat
tinggi berarti minyak tersebut banyak mengandung kadar air atau faktor-faktor yang
mempengaruhi minyak tersebut.
Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi kita karena merupakan
sumber energy, cita rasa, serta sumber vitamin A, D, E, dan K. Manusia dapat
digolongkan makhluk omnivore. Artinya makannannya terdiri dari bahan hewani maupun
nabati, karena itu dapat menerima minyak dan lemak dari berbagai sumber baik dari
ternak maupun tanaman. Minyak merupakan jenis makanan yang paling padat energi,
yaitu mengandung 9kkal/gram atau 37kilojoule/gram.
Lemak dan minyak dalam badan dapat diperoleh dari bahan makanan atau
dari metabolism dalam tubuh manusia. Perlu diperhatikan lemak jenis apa yang terdapat
dalam makanan terutama kadar asam lemak jenuh , asam lemak tidak jenuh, serta
kolesterolnya. Bagi orang yang menderita penyakit jantung atau yang kecenderungan
mempunyai penyakit tersebut, sering dituntut untuk mengkonsumsi lemak yang dapat
meningkatkan perbandingan polyunsaturateddengan saturated fat (tak jenuh terhadap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisa dilaboratorium PTPN IV Medan mulai dari tanggal 30 januari 2012 sampai
tanggal 14 februari 2012 diperoleh nilai rata-rata kadar air inti sawit 6,693% dan
diperoleh nilai rata-rata kadar minyak inti sawit 48,09%. Hasil analisa pada laboratorium
PTPN IV Medan sesuai dengan standar mutu kadar airyang telah ditetapkan yaitu <7%
dan kadar minyak sesuai dengan mutu yang ditetapkan 46%.
5.2. Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menganalisa inti sawit dengan alat yang
berbeda untuk mengetahui perbedaan alat tersebut dan seakurat apakah alat yang
DAFTAR PUSTAKA
http://id.elearning .unej. diakses tanggal 21 April 2012
http://habibiezone.wordpress.com/2010/10/13/makalah-teknologi-pengolahan-kelapa-men jadi-cpo-dan-pko. Diakses 3 Mei 2012
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id. Diakses tanggal 03 Mei 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/chapter%.pdf. Diakses 23 April 2012
Ketaren.s. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. cetakan pertama. jakarta. Universitas Indonesia Press.
Naibaho. P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Risza. S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Tim Penulis. 1996. Kelapa Sawit.PT. Perkebun Nusantara IV (persero). Sumatera Utara.