• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

A.Niti Sumito, S. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Depertemen Pertahanan Keamanan. 1996. Pedoman Pembinaan Militer.

Jakarta : SAC

Dessler Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Indeks Handoko,T. Hani. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Maniusia.

Yogyakarta : BPFE.

Harianja, M.T. Efendi, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Grassindo.

Kansil, C. S. T. 1979. Pokok - Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia. Jakarta : Pranadya Paramita.

Kelsen, Hans. 2007. Teori Umum Hukum dan Negara. Jakarta : Bee Media Indonesia

Manulang, Marihot. 2006. Manajemen Personalia Yogyakarta : Pers Universitas Gajah Mada.

Mukijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jakarta

: Rineka Cipta.

Saydam, Goujali. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Djambatan.

Siagian, P. Sondang. 2001. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Asdi Mahasatya.

(2)

Situmorang,Victor. 1987. Intisari Ilmu negara. Jakarta : Bina Aksara.

Syuhadhak, Mokhamad. 1996. Administrasi Kepegawaian. Jakarta : Pradnya Paramita.

Tayibnapsis, A. Burhanudin. 1995. Administrasi Kepegawaian. Jakarta : Pradnya Paramita.

Klursanto. 2007. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius.

B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 Tentang Ketantuan-Ketentuan Pokok - Pokok Kepegawaian.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 100 Tahin 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 1967 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia.

(3)
(4)

BAB III

PENGATURAN PEMBINAAN DAN KLASIFIKASI JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL INDONESIA

A. Pengaturan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil.

1. Pengaturan Pembinaan Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian.

Keberadaan pegawai negeri telah mendapat perhatian serius dari pemerintahan era Soekarno. 24

Undang-Undang No. 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian terdiri dari 25 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, penerimaan pegawai, pengangkatan pegawai, pemberhentian, kewajiban pegawai, hak-hak pegawai,

Setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dalam rapat pleno terbuka ke-31 pada hari Senin tanggal 2 Juli 1961 serta melalui Ketetapan MPR Nomor II/ MPRS/ 1961, Undang-Undang No. 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian resmi diundangkan. Undang-Undang tersebut merupakan landasan yang kuat dalam rangka menyusun aparatur negara yang pada saat itu merupakan alat revolusi nasional. Di samping itu Undang-Undang tersebut juga menjamin kedudukan hukum pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara.

24

(5)

pengangkatan pegawai, pemberhentian hukuman jabatan, penyelenggaraan uraian kepegawaian, peralihan dan penutup.

Ketentuan yang menyiratkan tentang pembinaan pegawai negeri dalam undang-undang ini dimuat dalam Pasal 15 yang menyatakan bahwa untuk mempertinggi mutu kepegawaian kepada pegawai negeri selama bertugas dalam jabatan dapat diberikan pendidikan tambahan atau lanjutan, mengenai lama, isi dan cara pendidikan beserta penghargaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Menurut penjelasan pasal ini, pendidikan tambahan dan lanjutan diberikan kepada pegawai negeri dalam rangka memelihara mutu dan daya guna kepegawaian atau agar pegawai negeri mempunyai kepribadian dan kecakapan sesuai dengan tugasnya.

Kertentuan lain terkait dengan pembinaan pegawai negeri adalah Pasal 31 tentang pembentukan badan atau lembaga yang akan menjalankan dan mengkoordinasikan pendidikan dan latihan-latihan pegawai negeri dengan tugas antara lain menyelenggarakan dan mengawasi pendidikan dan latihan pegawai negeri dan/ atau calon pegawai, sehingga menjadi tenaga administrasi negara yang mempunyai kepribadian dan kecakapan sesuai dengan tugasnya.

2. Pengaturan Pembinaan Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

(6)

Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian. Alasan penggantian Undang-Undang tersebut 25

b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Menetapkan Undang-Undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-Pegawai Republik Indonesia Serikat (Undang-Undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun1950) sebagai Undang-Undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 78).

adalah :

a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 didasari oleh manipol yang ditetapkan dengan ketetapan MPRS Nomor I/ MPRS/ 1960 yang sudah tidak berlaku lagi.

b. Tidak ada keterangan tentang sistem pembinaan pegawai negeri sipil, apakah sistem karier atau sistem yang lain.

c. Tidak memungkinkan adanya pengaturan secara menyeluruh terhadap semua pegawai negeri sipil, karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 hanya berlaku bagi pegawai negeri sipil pusat.

Dengan demikian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentanng Pokok-Pokok Kepegawaian resmi disyahkan dan diundangkan pada tanggal 6 Nopember 1974. Undang-Undang Kepegawaian produk pemerintahan era Suharto ini sekaligus mencabut 4 (empat) undang-undang lain yang mengatur kepegawaian, yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 263).

25

(7)

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun 1957 (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 78) tentang “Menetapkan Undang-Undang Darurat tentang hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-Pegawai Republik Indonesia Serikat (Undang-Undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun 1950) sebagai Undang-Undang Republik Indonesia”, sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1957 Nnomor 100).

d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1961 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Hak Mengangkat dan Memberhentikan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 259).

Batang tubuh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian terdiri dari 41 Pasal yang mengatur tentang pengertian, ketentuan umum, kedudukan pegawai negeri, kewajiban pegawai negeri, tujuan pembinaan pegawai negeri, hak pegawai negeri, pejabat negara, pembinaan pegawai negeri, tujuan pembinaan pegawai negeri, kebijaksanaan pembinaan, formasi dan pengadaan, kepangkatan, jabatan, pengangkatan dalam jabatan, pemindahan jabatan, pemberhentian jabatan, sumpah, kode etik, peraturan disiplin, pendidikan dan latihan, kesejahteraan, penghargaan, penyelengaraan pembinaan kepegawaian, peradilan kepegawaian, ketentuan pengaturan pembinaan anggota ABRI dengan undang-undang lain, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

(8)

terdiri dari 11 bagian, dimulai dari Pasal 12 s-d Pasal 35. Masing-masing bagian mengatur hal-hal yang terkait dengan :

a. Bagian Pertama yang terdiri dari 1 (satu) pasal yaitu Pasal 12 memuat tentang tujuan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dan sistem pembinaan pegawai negeri sipil. Menurut pasal ini tujuan pembinaan pegawai negeri sipil diarahkan dalam rangka menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Sistem pembinaan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah perpaduan antara sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Pengertian antara sistem karier dan sistem prestasi kerja diuraikan dalam penjelasan umum dari undang-undang ini. Yang disebut dengan sistem karier adalah “Suatu sistem kepegawaian, dimana untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang dalam pengembangannya lebih lanjut, masa kerja, kesetiaan, pengabdian dan syarat-syarat obyektif lainnya juga menentukan”. Sementara itu sistem prestasi kerja adalah “Suatu sistem kepegawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki sesuatu jabatan atau untuk naik pangkat didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh pegawai yang diangkat. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasi dibuktikan secara nyata”.

(9)

organisasi itu. Namun demikian untuk jabatan tertentu apabila diperlukan untuk kepentingan negara, dimungkinkan adanya penerapan sistem pembinaan karier terbuka yaitu bahwa pangkat dan jabatan dalam sesuatu organisasi dapat diduduki oleh orang luar dari organisasi itu tanpa melalui pengangkatan sebagai calon pegawai dengan syarat yang bersangkutan mempunyai kecakapan yang diperlukan. Dengan demikian akan ada dua kemungkinan, yaitu :

1). Adanya perpindahan pegawai negeri dari Departemen/ Lembaga yang satu ke Departemen/ Lembaga yang lain atau dari propinsi yang satu ke propinsi yang lain, terutama untuk menduduki jabatan-jabatan yang bersifat manageriall.

2). Adanya pengangkatan tenaga ahli dari luar pegawai negeri untuk menduduki suatu jabatan negeri disertai pemberian pangkat pegawai negeri. Kewenangan pengangkatan tenaga ahli ini ada pada Presiden dan dilakukan dengan sangat selektif.

Dari uraian diatas, diketahui bahwa undang-undang ini telah secara tegas menetapkan tujuan pembinaan pegawai negeri sipil serta sistem pembinaan yang digunakan.

(10)

penuh seluruh pegawai negeri sipil terhadap Pancasila, undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.

Pada bagian ketiga, keempat dan kelima dimuat pengaturan mengenai : formasi dan pegadaan, kepangkatan, jabatan, pengangkatan dalam jabatan, pemindahan jabatan, pemberhentian jabatan, sumpah, kode etik dan peraturan disiplin.

Sementara itu pada bagian selanjutnya yang secara eksplisit mengatur hal-hal terkait pembinaan pegawai negeri sipil yakni bagian keenam sampai bagian kesebelas. Bagian keenam mengatur pendidikan dan latihan, bagian ketujuh tentang kesejahteraan, penghargaan, penyelenggaraan pembinaan kepegawaiaan, peradilan kepegawaian, lain-lain, ketentuan pengaturan pembinaan anggota TNI dengan Undang-Undang lain, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

(11)

3. Pengaturan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Undang-Undang Nomor 43 Tahuun 1999 resmi disyahkan dan diundangkan pada tanggal 30 September 1999. Batang tubuh yang terdiri dari 22 pasal perubahan dan 2 (dua) pasal baru, disamping itu terdapat pasal yang menghapus atau tidak memberlakukan lagi ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.

Bab III tentang Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian melalui Undang-Undang ini diubah menjadi Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 12 ayat (1) menyebutkan bahwa manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pada ayat (2) dimuat mengenai pembinaan pegawai negeri sipil yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier dengan titik berat pada sistem prestasi kerja.

(12)

Menurut Undang-Undang ini, pemangku kebijaksanaan manajemen pegawai negeri sipil berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan, sebagaimana dimuat dalam Pasal 13 ayat (2). Dalam pelaksanaannya Presiden dibantu oleh Komisi Kepegawaian Negara yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden dengan tugas memberikan pertimbangan tertentu kepada Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan manajemen pegawai negeri sipil, demikian ketentuan Pasal 13 ayat (3).

B. Klasifikasi Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

Kata “Jabatan” atau “Job” dalam pengertian umum adalah sekelompok posisi yang sama dalam organisasi/ pemerintahan. 26

Otis dan Leukart sebagaimana dikutip oleh Moekijat mendefinisikan job dengan “A Group of Positions Involving Substantially The Same Duties, Skill, Knowladges and Responsibilities”, atau sekelompok posisi yang mengandung banyak persamaan dalam tugas-tugas, kecakapan-kecakapan, pengetahuan-pengetahuan dan tanggungjawab-tanggungjawab.

Dalam kerangka pengertian sederhana ini dapat diketahui bahwa job ada dalam setiap organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Dalam tulisan ini yang dimaksud organisasi adalah organisasi pemerintahan, demikian pula dengan yang dimaksud jabatan adalah jabatan pemerintahan yaitu jabatan pegawai negeri sipil yang bekerja pada organisasi pemerintahan.

27

26

Moekijat, Op.cit, hal, 13.

(13)

Dalam lingkungan pegawai negeri sipil sebagaimana disebut dalam penjelasan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang dimaksud jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas dan tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam suatu organisasi negara.

Pengertian jabatan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 secara prinsipil sama, yang membedakan adalah penghapusan kata-kata “rangka susunan”, “satuan”, serta penambahan kata “negara”, dibelakang kata “organisasi”. Selengkapnya bunyi pengertian dari “jabatan”, menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang pegawai negeri sipil dalam rangka susunan suatu satuan organisasi.

1. Klasifikasi Jabatan Pegawai Negeri Sipil Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian.

(14)

a. Pasal 1 ayat (1) : “Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat, digaji menurut peraturan pemerintah yang berlaku dan dipekerjakan dalam suatu Jabatan Negeri oleh pejabat negara atau badan negara yang berwenang”.

b. Pasal 1 ayat (2) : “Syarat-syarat pegawai negeri termaksud dalam ayat 1 diatas meliputi segi kepribadian, kesetiaan, kesehatan badan, kecerdasan, kemampuan, ketangkasan dan syarat-syarat lain yang khusus diperlakukan bagi sesuatu Jabatan Negeri yang ditetapkan dengan peraturan Pemerintah”.

c. Pasal 2 ayat (2) : “Agar supaya organisasi aparatur negara dan pelaksanaan tugas pegawai lancar jalannya, maka dengan Peraturan Pemerintah perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan perincian mengenai susunan kepegawaian (formasi) termasuk tata susunan kepangkatan dan tangga jabatan , susunan organisasi hierarchis dan susunan organisasi fungsional, yang semuanya didasarkan atas tugas dan lapangan kerja badan pemerintahan yang bersangkutan dengan memperhatikan perkembangan pekerjaan”.

d. Pasal 6 ayat (1) : “Pengangkatan seseorang sebagai pegawai negeri dan penempatannya dalam jabatan diatur dengan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah”.

(15)

f. Penjelasan Pasal 3 adalah : “Pasal ini menetapkan keharusan adanya penggolongan jabatan (klasifikasi jabatan), karena macam jabatan menentukan cara pengisian lowongan”.

2. Klasifikasi Jabatan Pegawai Negeri Sipil Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

a. Pasal 1 huruf c : “Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang Eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk didalamnya jabatan dalam kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Kepaniteraan Pengadilan”.

b. Pasal 17 ayat (1) : “Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu”.

(16)

dengan kecakapan, pengabdian dan prestasi kerjanya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

3. Klasifikasi Jabatan Pegawai Negeri Sipil menurut Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

a. Pasal 1 angka 5 : Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya jabatan didalam kesekretariatan lembaga tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan.

b. Pasal 1 angka 6 : Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki pegawai negeri sipil setelah memenuhi syarat yang ditentukan.

c. Pasal 1 angka 7 : Jabatan Organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.

d. Pasal 17 ayat (1) : Pegawai negeri sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.

e. Penjelasan Umum angka 8 (delapan) : Selain itu undang-undang ini menegaskan bahwa untuk manajemen dan pembinaan karier pegawai negeri sipil, maka jabatan yang ada dalam organisasi pemerintahan baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional merupakan jabatan karier yang hanya dapat diisi atau diduduki oleh pegawai negeri sipil dan/ atau pegawai negeri yang telah beralih status sebagai pegawai negeri sipil.

(17)

pegawai negeri sipil dalam suatu satuan organisasi negara. Jabatan dalam lingkungan Birokrasi Pemerintahan adalah Jabatan Karier . Jabatan karier adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh pegawai negeri sipil atau pegawai negeri yang telah beralih status sebagai pegawai negeri sipil. Jabatan karier dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan dan lain-lain yang serupa dengan itu. Yang dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang pegawai negeri sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

C. Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Melalui Jabatan Fungsional.

(18)

menetapkan pula kebijakan pengangkatan pegawai negeri sipil ke dalam jabatan fungsional.

Jabatan fungsional mulai dirintis pada tahun 1974, namun pengembangan jabatan fungsional terhambat oleh tidak tersedianya acuan pengembangan yang jelas. Sejak tahun 1974 hingga tahun 1984 tidak terdapat jabatan fungsional baru kecuali jabatan fungsional dosen dan peneliti. 28

Tidak tersedianya acuan pengembangan yang jelas mengakibatkan kekaburan dalam metoda dan teknik pengembangannya sehingga tidak banyak organisasi pemerintahan yang tertarik untuk mengembangkan jabatan fungsional.29

Kebijakan jabatan fungsional PNS ditindaklanjuti oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) pada era Kabinet Pembangunan V yang dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 13 Tahun 1989

Namun demikian dengan meningkatnya kompleksitas pembangunan yang mempersyaratkan tersedianya tenaga-tenaga yang terampil dan ahli, gerakan pengembangan jabatan fungsional mulai dilakukan.

Tenaga-tenaga ahli dan terampil di bidang teknis memerlukan wadah pengembangan yang sesuai tugas pekerjaan dan tanggungjawab yang bersifat mandiri, dimana hasil kerja dinilai sesuai dengan apa yang dikerjakan. Wadah pengembangan yang sesuai adalah jabatan fungsional. Melalui jabatan fungsional, para pegawai dapat mengembangkan karier pekerjaannya yang mempunyai sifat kemandirian. Sifat pekerjaan yang mandiri serta penghargaan melalui angka kredit merupakan sebagian ciri dari jabatan fungsional.

28

Burhanuddin A. Tayibnapis, Op Cit, hal. 176.

29

(19)

tentang PELITA V, MENPAN menetapkan 8 (delapan) pemacu program PAN (Pendayagunaan Aparatur Negara) yang terdiri dari : Pelaksanaan pengawasan melekat (WASKAT), penerapan analisis jabatan (ANJAB), penyusunan jabatan fungsuonal (JABFUNG), peningkatan kepemimpinan aparatur (MUTPIM), penyederhanaan prosedur kepegawaian (PROSPEG), penyederhanaan tata laksana pelayanan umum (YANUM), perancangan sisitem informasi administrasi pemerintahan (SIAP) dan penitikberatan otonomi daerah tingkat II (OTODAT).

Pada tahun 1994, pemerintah resmi memberlakukan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang jabatan fungsional pegawai negeri sipil. Peraturan ini lebih spesifik mengatur hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan jabatan fungsional.

(20)

D. Pengaturan Jabatan Fungsional Menurut Undang-Undang.

1. Pengaturan Jabatan Fungsional Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961.

Dalam Undang-Undang ini tidak mengatur secara tegas mengenai klasifikasi jabatan Pegawai Negeri, namun di dalam beberapa pasalnya terdapat perintah tindak lanjut dengan Peraturan Pemerintah berkenaan dengan klasifikasi jabatan yaitu dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) berikut penjelasannya.

Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa “ agar supaya organisasi aparatur Negara dan pelaksanaan tugas pegawai lancar jalannya, maka dengan Peraturan Pemerintah perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan perincian mengenai susunan kepegawaian (formasi) termasuk tata susunan kepangkatan dan tangga jabatan, susunan organisasi hierarchis dan susunan organisasi fungsionil , yang semuanya didasrkan atas tugas dan lapangan kerja badan pemerintahan yang bersangkutan dengan memperhatikan perkembangan pekerjaan”.

Pasal 3 ayat (1) menentukan bahwa cara pengisian lowongan jabatan diatur dengan Peraturan Pemerintah...”, dalam penjelasannya dinyatakan “...keharusan adanya penggolongan jabatan (klasifikasi jabatan), karena macam jabatan menentukan cara pengisian lowongan”.

(21)

organisasi hierarchis dan susunan organisasi fungsionil melalui Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan laporan penelitian Badan Kepegawaian Negara tahun 2000, diketahui bahwa dalam masa pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1968, jabatan yang terdapat pada organisasi pemerintah dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu :

1. Jabatan Struktural, jabatan yang jelas tercantum dalam struktur organisasi, seperti Sekretaris Jenderal, Kepala Biro dan seterusnya.

2. Jabatan Non Struktural, jabatan yang tidak jelas tercantum dalam struktur organisasi tetapi jabatan itu harus ada untuk memungkinkan berjalannya organisasi, seperti Juru Gambar, Juru Ukur, Ahli mata, pengetik dan lain-lain yang tidak terdapat dalam struktur organisasi.

(22)

Nomor 18 Tahun 1961. Namun demikian, tujuan penggolongan/ klasifikasi lebih kepada kepentingan untuk menentukan besaran gaji, belum kepada arah kebijakan pembinaan. Hal ini dapat diketahui dari penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun1967 yang menyebutkan bahwa disamping sebagai upaya perbaikan kinerja aparatur pemerintah dalam rangka penyelenggaraan administrasi negara, pengaturan gaji pegawai negeri didasarkan atas luasnya tugas pekerjaan, berat tanggung jawab, martabat jabatan serta syarat pengangkatan dalam jabatan-jabatan yang bersangkutan. Oleh karena itu kemudian dilakukan penentuan-penentuan nama-nama jabatan untuk berbagai jabatan dalam lingkungan organisasi pemerintah.

2. Pengaturan Tentang Jabatan Fungsional Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.

(23)

menyatakan bahwa jabatan merupakan kedudukan yang manifestasi dari tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang (Pegawai Negeri Sipil) dalam suatu satuan organisasi. Selanjutnya diuraikan juga mengenai pengertian jabatan ditinjau dari 2 (dua) sudut, yaitu struktural dan sudut fungsional. Jabatan dari sudut struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, Seperti sekretaris, Direktur, Kepala Bagian dan lain-lain.

Jabatan dari sudut fungsional adalah jabatan yang ditinjau dari sudut fugsinya dalam suatu organisasi , seperti Peneliti, Dokter ahli penyakit jantung dan lain-lain yang serupa dengan itu. Pegawai negeri sipil diangkat dalam suatu pangkat dan suatu jabatan tertentu sesuai dengan kecakapan, pengabdian dan prestasi kerjanya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan penjelasan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan jabatan fungsional dalam suatu organisasi adalah karena fungsinya dalam rangka melaksanakan tugas-tugas organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka orang atau pegawai negeri yang menduduki jabatan itu harus memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu. Dengan demikian tidak setiap orang dapat menjadi pejabat fungsional kecuali yang bersangkutan memenuhi kriteria sebagamana telah ditetapkan.

(24)

fungsional sebagai salah satu yang dapat diduduki oleh setiap Pegawai Negeri yang memenuhi syarat.

3. Pengaturan Tentang Jabatan Fungsional Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Dalam Undang-Undang ini Jabatan Fungsional dimuat dalam Bab I mengenai Ketentuan Umum yaitu pada Pasal 1 angka 6, sebagai berikut : “Jabatan Karier adalah Jabatan Struktural dan Fungsional yang hanya dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat yang ditentukan”.

Selanjutnya pada bagian penjelasan Pasal 17 ayat (1) disebutkan bahwa Jabatan merupakan kedudukan menunjukkan tugas, tanggungjawab,wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi negara.

Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah disebut dengan Jabatan Karier artinya jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jabatan Karier dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.

(25)

secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, namun karena fungsinya maka diperlukan oleh organisasi.

Dari ketentuan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tersebut di atas , dapat dikatakan bahwa jabatan fungsional meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Jabatan yang tidak tegas disebutkan dalam struktur organisasi.

b. Merupakan jabatan karier.

c. Untuk dapat mendudukinya memerlukan syarat-syarat tertentu.

d. Ada karena fungsi organisasi.

Selain menyangkut batasan pengertian dan kedudukan jabatan fungsional, Undang-undang ini tidak mengatur hal lain terkait dengan jabatan fungsional baik dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 hanya terbatas dalam pengertiiannya terkait dengan klasifikasi jabatan Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu, uraian pengertian jabatan fungsional ditempatkan pada bagian penjelasan.

Namun demikian, terdapat perbedaan diantara kedua undang-undang tersebut. Perbedaan yang dimaksud menyangkut kedudukan jabatan fungsional.

(26)

Perbedaan penggunaan istilah tersebut menunjukkan bahwa ada suatu peningkatan dalam memaknai jabatan bagi pegawai negeri. Makna yang terkandung dalam “Jabatan” sifatnya tunggal yaitu jabatan itu sendiri, sementara dalam istilah “Jabatan Karier” terkandung makna yang menyangkut tidak hanya “Jabatan” saja tetapi ada unsur bahwa melalui jabatan itu seseorang (pegawai) dapat berkembang atau maju kepada kondisi yang lebih baik.

(27)

BAB IV

PEMBINAAN KARIER PNS DI

MARKAS PUSAT POLISI MILITER ANGKATAN DARAT.

A. Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat .

1. Umum.

a. Keberhasilan organisasi TNI dalam rangka pelaksanaan tugas pokok TNI akan dipengaruhi oleh kemampuan pelaksanaan tugas setiap PNS TNI disamping setiap Prajurit TNI. Kemampuan tersebut hanya dapat dicapai melalui pembinaan personel dan pembinaan karier secara obyektif dan tepat, baik pengembangan maupun penempatannya sehigga diperoleh hasil yang optimal dari penggunaan setiap individu.

b. Penggunaan PNS TNI merupakan salah satu fungsi utama yang sangat penting dalam pembinaan PNS TNI karena merupakan periode yang cukup panjang. Dengan demikian didalam pendayagunaannya harus melalui perencanaan yang mendalam agar diperoleh pengembangan dan peningkatan kemampuan individu secara optimal selama pengabdiannya dalam organisasi TNI.

(28)

penempatan dalam jabatan yang tepat, kesempatan mengikutii pendidikan dan kenaikan pangkat.

2. Tujuan.

Penggunaan PNS TNI bertujuan untuk memperoleh daya guna dan hasil guna yang optimal dalam rangka pemanfaatan yang relatif lama dalam organisasi TNI dengan memberikan peluang untuk berprestasi bagi yang bersangkutan.

3. Sumber PNS TNI dan Persyaratan. a. Sumber PNS TNI.

1). Masyarakat umum terdiri atas lulusan :

a). Perguruan Tinggi Negeri/ Swasta yang telah diakreditasi.

b). Akademi Negeri/ Swasta yang telah diakreditasi. c). Sekolah Menengah Umum/ Kejuruan/ Setingkat. d). Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/ Setingkat. e). Sekolah Dasar/ Setingkat.

2). Pelimpahan PNS dari Non Departemen Pertahanan ke lingkungan TNI sesuai dengan kebutuhan.

b. Persyaratan Penerimaan.

1). Warga Negara Indonesia pria/ wanita beragama.

(29)

3). Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungan dengan jabatannya.

4). Tidak perrnah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai ai suatu instansi, baik pemerintah maupun swasta.

5). Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Calon Pegawai Negeri.

6). Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan oleh organisasi TNI.

7). Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepolisian setempat.

8). Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dan mempunyai tinggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk pria dan 155 cm untuk wanita.

9). Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Reupblik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah. 10). Terdaftar di Depnaker/ Kanwil Depnaker setempat.

11). Bersedia memberikan baktinya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terhitung dari saat pengangkatan menjadi PNS. 12). Pada waktu melamar bagi wanita tidak dalam keadaan hamil.

(30)

4. Alokasi Pengadaan PNS TNI.

a. Alokasi pengadaan PNS TNI ditentukan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

b. Alokasi pengadaan PNS TNI untuk Mabes TNI/ Angkatan didasarkan pada urgensi dan skala prioritas.

5. Tata Cara Penerimaan.

a. Pengumuman Penerimaan.

1) Diumumkan seluas-luasnya melalui media massa yang tersedia dan yang mungkin digunakan.

2). Pengumuman harus dicantumkan antara lain : a). Formasi serta keahlian yang dibutuhkan. b). Peryaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar.

c). Alamat tempat lamaran diajukan.

d). Batas waktu pengajauan surat lamaran. e). Dan lain-lain yang dipandang perlu. b. Pendaftaran Calon.

1). Pendaftaran bagi pelamar PNS Mabes TNI diajukan kepada Aspers Kasum TNI melalui Kantor Pos. 2). Pendaftaran bagi pelamaran PNS Angkatan lebih lanjut diatur oleh Kas Angkatan.

c. Penyaringan.

(31)

2). Pemeriksaann kelengkapan administrasi oleh Tim Administrasi. Pelamar yang memenuhi persyaratan sebelum mengikuti seleksi/ pemeriksaan selanjutnya, diadakan pemeriksaan terhadap bahan-bahan kelengkapan administrasi yang meliputi :

a). Akte kelahiran.

b). Ijazah Pendidikan Umum.

c). Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Kepolisian setempat.

d). Surat keterangan dokter yang menyatakan berbadan sehat dan tinggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk pria dan 155 cm untuk wanita.

e). Surat pernyataan orang tua/ wali yang menyatakan sanggup mengembalikan segala biaya yang dikeluarkan, bagi pelamar/ calon yang mengundurkan diri sebagai CPNS/ PNS bukan karena dinas.

f). Kartu Tanda Pencari Kerja dari kanwil Depnaker setempat.

g). Pas foto hitam putih/ berwarna terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar.

h). Surat-surat pendukung lainya.

(32)

a). Pengetahuan Umum. b). Keahlian/ keterampilan. c). Pengetahuan Bahasa. 4). Pemeriksaan Kesehatan.

a). Pemeriksaan kesehatan badan calon dimaksudkan untuk :

(1). Mendapatkan masukan PNS TNI yang sehat jasmani, cakap dan mampu melaksanakan tugas sebagai PNS TNI. (2). Mencegah adanya atau menduga adanya penyakit menular, cacat yang dapat mengganggu diri yang bersangkutan atau lingkungannya selama menjadi PNS TNI. b). Ketentuan tata cara pemeriksaan diatur pada petunjuk tersendiri.

5). Tes Kesegaran Jasmani.

a). Pemeriksaa kesegaran jasmani calon dimaksudkan untuk mendapatkan masukan PNS TNI yang mempunyai kebugaran jasmani untuk mendukung tugas pokok dalam pelaksanaan tugas sebagai PNS TNI.

b). Ketentuan tata cara pemeriksaan diatur pada petunjuk tersendiri.

6). Wawancara.

(33)

a). Ideologi negara, Pancasila dan Uud 1945. b). Negara.

c). Tugas dan kewajiban PNS TNI. 7). Pemeriksaan Psikologi.

Pemeriksaan Psikologi bagi CPNS TNI yang berijazah S-1 dan S-3 meliputi :

a). Inteligensi umum (Intelligence Quotion = IQ) b). Kepribadian (Emotional Quotion = EQ) c). Sikap Kerja.

d. Pengumuman hasil pegujian / pemeriksaan dan pemilihan. Bagi calon yang lulus penyaringan, diadakan penelitian dan peninjauan kembali yang meliputi :

1). Hasil penyaringan/ pemeriksaan. 2). Lahiriah dan jasmaniah secara umum.

3). Kecakapan dan keterampilan yang diperlukan. 4). Menetapkan atau memutuskan para calon yang memenuhi persyaratan.

5). Panitia mengumumkan para pelamar yang lulus/ terpilih serta menyusun dalam daftar urutan sesuai peringkat hasil penyaringan dan pemilihan untuk diproses lebih lanjut.

6. Pengangkatan Calon PNS TNI.

(34)

kepegawaiian Negara untuk mendapatkan nomor identitas pegawai berupa Nomor Induk Pegawai (NIP).

b. Penentuan golongan ruang, pengangkatan pertama sebagai CPNS TNI dengan dasar pendidikan umum yang digunakan dalam penyaringan/ seleksi sesuai dengan alokasi, ditentukan sebagi berikut :

1). Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Dasar atau yang setingkat.

2). Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat.

3). Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I atau yang setingkat.

4). Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II.

(35)

6). Golongan ruang III/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana (S-1) atau Diploma IV.

7). Golongan ruang III/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Magister (S-2) atau Ijazah lain yang setara.

8). Golongan ruang III/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S-3).

7. Jenis dan Bidang Jabatan PNS TNI.

Jenis dan bidang jabatan dalam organisasi TNI yang dapat diduduki oleh PNS TNI adalah :

a. Jenis Jabatan : 1). Kepala.

2). Pembantu Pimpinan. 3). Pengawas.

4). Perencana. 5). Penasehat. 6). Guru. 7). Pelaksana. 8). Peneliti.

b. Bidang Jabatan PNS TNI meliputi : 1). Bidang Administrasi, antara lain :

(36)

b). Keuangan. c). Material. d). Umum.

2). Bidang Teknik, antara lain : a). Mesin/otomotif. b). Listriik.

c). Bangunan. d). Elektronik. e). Perkapalan. f). Senjata.

g). Pesawat terbang.

3). Bidang Pelayanan Kesehatan, antara lain : a). Medis.

b). Para Medis.

c). Pembantu Para Medis. 4). Bidang Khusus, antara lain :

a). Agama. b). Topografi. c). Sejarah. d). Hukum. e). Intelijen. f). Perpustakaan. g). Optik.

(37)

k). Sandi. l). Angkutan. m). Dactiloscopy. n). Psikologi. o). Kimia.

p). Laboratorium. q). Kearsipan.

r). Meteorologi dan Geofisika. s). Fotografi.

8. Pengangkatan dan Pemberhentian Dalam Jabatan. a. Pengangkatan.

1). PNS TNI untuk diangkat dalam jabatan struktural harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a). Memiliki kemampuan manajerial, kemampuan tekhnis fungsional dan kecakapan serta pengalaman yang diperlukan.

b). Memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas organisasi.

c). Telah memiliki tingkat dan jenis pendidikan formal dan telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan dalam jabatan yang dipersyaratkan untuk golongan jabatan strukturalyang akan diduduki.

(38)

ditentukan untuk golongan jabatan yang bersangkutan.

e). Masih dapat dikembangkan kemampuannya.

f). Sehat jasmani dan rohani.

g). Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) rata-rata bernilai baik.

h). Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.

2). PNS TNI yang menduduki jabatan struktural tidak dapat merangkap jabatan struktural lain atau jabatan fungsional.

b. Pemberhentian.

PNS TNI diberhentikan dari jabatan karena :

1). Telah mencapai batas usia pensiun dalam jabatan yang diduduki.

2). Dipindahkan atau diangkat dalam jabatan lain termasuk diangkat menjadi pejabat negara.

3). Dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(39)

mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan.

6). Atas permintaan sendiri.

7). Tidak memenuhi syarat lagi untuk menduduki jabatan, antara lain :

a). Tidak cakap dala melaksanakan tugas. b). Tidak sehat jasmani dan rohani.

8). Meninggal dunia.

9). Mengikuti pendidikan lebih dari enam bulan. 10). Melaksanakan beban tugas.

9. Kesetaraan Golongan dan Eselon Jabatan. Tabel (1)

Kesetaraan Golongan dan Eselon Jabatan.

NO. GOLONGAN JABATAN

ESELON JABATAN

PERSYARATAN PANGKAT PNS (Terendah-Tertinggi)

1 2 3 4

1. I I A IV/e-IV/e

2. II I B IV/d-IV/e

3. III II A IV/c-IVd

4. IV II B IV/b-IV/c

5. V III A IV/a-IV/b

6. VI III B III/d-IV/a

7. VII IV A III/c-III/d

8. VIII IV B III/b-III/c

9. IX V A III/a-III/b

(Sumber data : Peraturan Panglima TNI hal 42)

10. Kepangkatan.

(40)

rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

b. Nama dan Susunan Pangkat PNS sebagai berikut : Tabel (2)

Nama dan Susunan Pangkat PNS

NO. NAMA PANGKAT DIGAJI MENURUT GOLONGAN RUANG

1 2 3 4

1. Juru Muda I a

2. Juru Muda Tingkat I I b

3 Juru I c

4. Juru Tingkat I I d

5. Pengatur Muda II a

6. Pengatur Muda Tingkat I II b

7. Pengatur II c

8. Pengartur Tingkat I II d

9. Penata Muda III a

10. Penata Muda Tingkat I III b

11. Penata III c

12. Penata Tingkat I III d

13. Pembina IV a

14. Pembina Tingkat I IV b 15. Pembina Utama Muda IV c 16. Pembina Utama Madya IV d

17. Pembina Utama IV e

(Sumber data : Peraturan Panglima TNI hal 43 – 44)

c. Pengangkatan.

Pengangkatan dalam pangkat pertama sebagai berikut : Tabel (3)

Pangkat dan Kepangkatan

NO. MEMILIKI SURAT

TANDA TAMAT BELAJAR/IJAZAH/

AKTA/DIPLOMA

PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PANGKA T PERTAM A GOL. RUAN G PANGKAT TERTING GI GOL. RUAN G

1 2 3 4 5 6

1. STTB/Ijazah Sekolah

Dasar/Setingkat

Juru Muda I/a Pengatur

Muda

[image:40.595.181.525.228.512.2]
(41)

2. STTB/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama/Setingkat

Juru I/c Pengatur II/c

3. Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama

Juru I/c Pengatur

Tk.I

II/d

4. Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama 4 Tahun

Juru I/c Pengatur

Tk.I

II/d

5. Sekolah Menengah

Umum Tingkat Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas 3 Tahun/ Sekolah Menengah Atas Kejuruan Tingkat Atas 4 Tahun, Ijazah Diploma I

Pengatur Muda

II/a Penata

Muda Tk.I

III/b

6. Diploma II Pengda

Tk.I

II/b Penda Tk.I III/b

7. Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa

Pengda Tk.I

II/b Penata III/c

8. Diploma III/ Sarjana Muda/ Akademi atau Bakoloreat.

Pengatur II/c Penata III/c

9. Sarjana, Diploma IV

Penata Muda

III/a Penata Tk.I III/d

10. Dokter/ Apoteker/ S-2 atau Ijazah lain yang setara

Penata Muda Tk.I

III/b Pembina IV/a

11. Doktor (S-3) Penata III/c Pembina

Tk.I

IV/b

(Sumber data : Peraturan Panglima TNI hal 44)

d. Kenaikan Pangkat. Kenaikan Pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian PNS yang bersangkutan terhadap negara dan dimaksudkan sebagai dorongan kepada PNS untuk lebih meningkatkan pengabdiannya.

(42)

kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian.

f. Jenis Kenaikan Pangkat. 1). Kenaikan Pangkat Reguler.

a). Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional termasuk PNS TNI yang :

(1). Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

(2). Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

b). Kenaikan pangkat Reguler diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsung.

c). Kenaikan pangkat Reguler dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila :

(1). Sekurang-kurangnya telah empat tahun dalam pangkat terakhir.

(2). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

(43)

Tabel (4)

Kenaikan pangkat Reguler PNS TNI NO. MEMILIKI SURAT

TANDA TAMAT BELAJAR/ IJAZAH/

AKTA/ DIPLOMA

PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PANGKAT PERTAMA GOL. RUANG PANGKAT TERTINGGI GOL. RUANG

1 2 3 4 5 6

1. STTB/Ijazah Sekolah Dasar/ Setingkat

Juru Muda I/a Pengatur Muda

II/a

2. STTB/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/ Setingkat

Juru I/c Pengatur II/c

3. Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama

Juru I/c Pengatur Tk.I

II/d

4. Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama 4 Tahun

Juru I/c Pengatur Tk.I

II/d

5. Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas 3 Tahun/ Sekolah Menengah Atas Kejuruan Tingkat Atas 4 Tahun, Ijazah Diploma I

Pengatur Muda

II/a Penata Muda Tk.I

III/b

6. Diploma II Pengda Tk.I

II/b Penda Tk.I III/b

[image:43.595.179.542.124.779.2]
(44)

Pendidikan Luar Biasa

Tk.I

8. Diploma III/ Sarjana Muda/ Akademi atau Bakoloreat

Pengatur II/c Penata III/c

9. Sarjana, Diploma IV Penata Muda

III/a Penata Tk.I III/d

10. Dokter/ Apoteker/ S-2 atau Ijazah lain yang setara

Penata III/c Pembina Tk.I

IV/b

11. Doktor (S-3) Penata III/c Pembina Tk.I

IV/b

(Sumber Data : Peraturan Panglima TNI hal 47)

e). Kenaikan Pangkat Reguler PNS TNI diberikan sampai dengan :

(1). Pengatur Muda, golongan ruang II/a bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar.

(2). Pengatur, golongan ruang II/c bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

(3). Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d bagi yang memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama.

(45)

Kejuruan Tingkat Atas 3 Tahun, Sekolah Lanjutan Tingkat Ayas 4 Tahun, Ijazah Diploma I atau Diploma II.

(5). Penata, golongan ruang III/c bagi yang memiliki Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazahh Sarjana Muda, Ijazah Akademi atau Ijazah Bakaloreat.

(6). Penata Tingkat I, golongan ruang III/d bagi yang memiliki Ijazah Sarjana (S-1) atau Ijazah Diploma IV.

(7). Pembina, golongan ruang IV/a bagi yang memiliki Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah Magister (S-2) atau Ijazah lain yang setara.

(8). Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b bagi yang memiliki Ijazah Doktor (S-3).

f). Kenaikan Pangkat Pilihan.

(1). Kenaikan Pangkat Pilihan diberikan kepada PNS TNI yang :

(a). Menduduki jabatan struktural/ fungsional tertentu.

(b). Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(46)

(d). Menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi negara.

(e). Diangkat menjadi Pejabat Negara. (f). Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah.

(g). Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan jabatan fungsional tertentu. (h). Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar.

(i). Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

(47)

(a). Sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir.

(b). Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan.

(c). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

(4). PNS TNI yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila :

(a). Sekuarng-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir.

(b). Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan.

(c). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

(5). PNS TNI yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya selama satu tahun terakhir, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat pada jenjang pangkat apabila :

(a). Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir.

(48)

(6). PNS TNI yang menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi negara, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat dengan jenjang pangkat dengan ketentuan sebagai berikut :

(a). Diberikan pada saat yang bersangkutan telah satu tahun dalam pangkat terakhir dan penilaian prestasi kerja dalam satu tahun terakhir rata-rata bernilai baik.

(b). Ketentuan mengenai penemuan baru sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan Peraturan Presiden.

(7). PNS TNI yang diangkat menjadi Pejabat Negara dan diberhentikan dari jabatan organiknya, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat pada jenjang pangkat apabila :

(a). Sekurang-kurangnya telah empat tahun dalam pangkat terakhir.

(b). Setiap unsur penilaian prestasi kerja dalam satu tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik.

(49)

pangkatnya dipertimbangkan berdasarkan jabatan organiknya.

(8). PNS TNI memperoleh :

(a). Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I, golongan ruang I/b dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, golongan ruang I/c.

(b). Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I atau yang setingkat dan berpangkat serendah-rendahnya Juru, golongan ruang I/c dan sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, golongan ruang II/a.

(c). Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau berpangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b.

(50)

berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c.

(e). Ijazah Sarjana (S-1) atau Ijazah Diploma IV dan berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tk I, golongan ruang II/b dan sekurang-kurangnya telah naik pangkat sekali dan dua tahun dalam pangkat terakhir dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a.

(f). Ijazah Sarjana (S-1) atau Ijazah Diploma IV paling rendah telah naik pangkat satu kali dan Pengatur Muda Tk I, golongan ruang II/b dan sekurang-kurangnya telah naik pangkat sekali dan dua tahun dalam pangkat terakhir dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a.

(51)

(h). Ijazah Doktor (S-3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata, golongan ruang III/c.

(9). Yang dimaksud memperoleh ijazah adalah ijazah yang diperoleh PNS TNI baik sebelum maupun sesudah diangkat sebagai PNS.

(10). Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam sub pasal (8) diberikan apabila :

(a). Diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang diperoleh. (b). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir.

(c). Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu.

(d). Lulus ujian penyesuaian kenaikan pangkat.

(52)

(a). Sekurang-kurangnya telah empat tahun dalam pangkat terakhir.

(b). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

(c). Diberikan dalam batas jenjang pangkat yang ditentukan dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu yang terakhir didudukinya.

(12). PNS TNI yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan memperoleh:

(a). Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Ijazah Diploma II, dan masih berpangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat, golongan ruang II/b.

(b). Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi atau Ijazah Diploma III yang masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c.

(53)

ruang II/b, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a.

(d). Ijazah Dokter , Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Ijazah Magister (S-2) dan masih berpangkat Penata Muada, golongan ruang III/a, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b.

(e). Ijazah Doktor (S-3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata,golongan ruang III/c.

(13). Kenaikan pangkat tersebut diberikan apabila :

(a). Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir.

(b). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir.

(54)

(1). Sekurang-kurangnya telah empat tahun dalam pangkat terakhir.

(2). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

(15). PNS TNI yang menduduki jabatan fungsional tertentu yang dipekerjakan atau diperbantukan di luar instansi induknya, dapat diberikan kenaikan pangkat setiap kali setingkat lebih tinggi berdasarkan ketentuan yang berlaku.

g). Kenaikan Pangkat Anumerta.

(1). PNS TNI yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi. (2). Kenaikan pangkat anumerta berlaku mulai tanggal PNS TNI yang bersangkutan tewas.

(3). Calon PNS TNI yang tewas , diankat menjadi PNS terhitung mulai awal bulan yang bersangkutan tewas.

(4). Keputusan kenaikan pangkat anumerta diberikan sebelum PNS TNI yang tewas tersebut dimakamkan.

(55)

PNS yang bersangkutan dapat menetapkan keputusan sementara.

(6). Keputusan sementara sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan menjadi keputusan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila memenuhi syarat yang ditentukan.

(7). Akibat keuangan dari kenaikan pangkat anumerta baru timbul, setelah keputusan sementara ditetapkan menjadi keputusan pejabat yang berwenang.

h). Kenaikan Pangkkat Pengabdian. PNS TNI yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi apabila :

(1). Memiliki masa kerja secara terus-menerus dihitung sejak diangkat menjadi CPNS/PNS TNI selama:

(a). Sekurang-kurangnya tiga puluh tahun secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya telah satu bulan dalam pangkat terakhir.

(56)

sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir.

(c). Sekurang-kurangnya sepuluh tahun secara terus-menerus dan sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir.

(2). Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam satu tahun terakhir.

(3). Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam satu tahun terakhir.

(4). Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam huruf h) di atas mulai berlaku :

(a). Tanggal PNS TNI yang bersangkutan meninggal dunia.

(b). Tanggal satu pada bulan PNS TNI yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.

(57)

diangkat menjadi PNS dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian.

11. Pola Karier PNS TNI.

Untuk menjamin kepastian alur pembinaan PNS TNI, khususnya dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural, ditetapkan pola dasar karier PNS TNI yang menunjukkan keterkaitan antara jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan serta masa jabatan sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.

a. Pola Karier PNS TNI Yang Berpendidikan Umum SD/Setingkat.

1). Periode Pengenalan Penugasan (Usia 19-25 tahun).

a). Penugasan pada jabatan Pembantu.

b). Kepangkatan berupa kenaikan pangkat Reguler dari I/a ke I/b.

c). Pendidikan yang disediakan : (1). Pendidikan Latprajab Tk. I.

(2). Pendidikan Bela Negara/Latsamil. (3). Pendidikan Teknis.

2). Periode Penguasaan dan Pemantapan Dalam Penugasan (Usia 26-30 tahun).

(58)

b). Kepangkatan berupa kenaikan pangkat Reguler dari golongan I/b ke I/c dan dari I/c ke I/d. c). Pendidikan yang disediakan berupa pendidikan kejuruan.

3). Periode Pengembangan dan Pematangan Kemampuan (Usia 31-40 tahun).

a). Penugasan pada jabatan Pembantu Pelaksana/Pelaksana Kepala.

b). Kepangkatan berupa :

(1). Kenaikan Pangkat Reguler dari I/d ke II/a merupakan kenaikan pangkat Reguler maksi mal.

(2). Kenaikan pangkat pilihan bagi personel yang menonjol prestasinya dan menduduki jabatan.

c). Pendidikan yang disediakan berupa pendidikan kejuruan.

4). Periode Darma Bakti (Usia 41-56 tahun).

a). Penugasan pada jabatan Pelaksana Kepala/ Pelaksana Pengawas.

b). Kepangkatan berupa kenaikan pangkat Pengabdian bagi personil yang tidak pernah mendapat hukuman sedang maupun berat pada tahun terakhir.

(59)

b. Pola Karier PNS TNI yang Berpendidikan Umum SLTP/Setingkat.

1). Periode Pengenalan Penugasan (Usia 19-25 tahun).

a). Penugasan pada jabatan Pembantu Pelaksana.

b). Kepangkatan berupa kenaikan pangkat Reguler dari I/c ke I/d.

c). Pendidikan yang disediakan : (1). Latprajab Tk.I.

(2). Pendidikan Bela Negara/Latsarmil. (3). Pendidikan Kejuruan.

2). Periode Penguasaan dan Pemantapan dalam Penugasan (Usia 26-30 tahun).

a). Penugasan pada jabatan

Pelaksana/Pelaksana Kepala.

b). Kepangkatan berupa kenaikan pangkat Reguler dari golongan I/d ke II/a.

c). Pendidikan yang disediakan berupa pendidikan kejuruan.

3). Periode Pengembangan dan Pematangan Kemampuan (Usia 31-40 tahun).

a). Penugasan pada jabatan Pelaksana Kepala/Pelaksana Pengawas.

(60)

(1). Kenaikan pangkat Reguler dari II/a ke II/b dan dari II/b ke II/c merupakan kenaikan pangkat Reguler maksimal.

B. Kondisi Yang Dihadapi Dalam Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat.

1. Umum.

Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat telah berlangsung secara sistematis meliputi Usul Kenaikan Pangkat/ UKP dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan yaitu jatuh pada 1 April dan 1 Oktober setiap tahun bagi personil yang telah memenuhi persyaratan, sedangkan pembinaan personil Pegawai Negeri Sipil dalam promosi jabatan dapat dilaksanakan dalam waktu yang berbeda dibanding UKP dan dapat dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai perkembangan kebutuhan organisasi.

(61)

lain akan tetapi pemindahan tersebut masih di dalam suatu organisasi yang sama.

2. Kondisi yang dihadapi.

Pada periode Triwulan-I TA 2010 Rekapitulasi kekuatan Personil Pegawai Negeri Sipil di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat sesuai golongan jabatan dapat diuraikan sebagai berikut :

Golongan Jabatan PNS di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat

NO GOLONGAN RUANG DSPP NYATA SELISIH PRIA WANITA JML

1 2 3 4 5 6 7

1. IV/a - - 1 1 + 1

2. III/d

3

- - -

+ 5

3. III/c 7 1 8

4. III/b

17

15 4 19

+ 33

5. III/a 8 6 14

6. II/d

136

26 9 35

- 51

7. II/c 13 11 24

8. II/b 12 9 21

9. II/a 11 4 15

10. I/c

-

- - -

-

11. I/b - - -

12. I/a - - -

Jumlah 156 92 45 137 - 19

(62)

Dari data rekapitulasi tersebut di atas kita dapat melihat bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil di Markas Pusat Polisi Militer Angkatan Darat apabila DSPP dikurangi jumlah Nyata (156 -137) maka akan terjadi kekurangan jumlah personil Pegawai Negeri Sipil sebanyak 19 (sembilan belas) orang.

Disamping kekurangan tersebut diatas masih terdapat kelebihan Pegawai Negeri Sipil pada golongan :

a. Golongan IV/a : 1 orang b. Golongan III/c s/d III/d : 5 orang c. Golongan IIIa s/d III/b : 33 orang

Sedangkan pada golongan II/a s/d II/d terjadi kekurangan personil Pegawai Negeri Sipil sebanyak 51 (lima puluh satu ) orang. Akibat kekurangan jabatan yang dominan pada golongan II/a s/d II/d tersebut maka sebanyak 33 orang Pegawai Negeri Sipil yang sudah pada golongan III/a s/d III/b (over capaciti) diberikan tugas dan jabatan pada golongan II/a s/d II/d.

C. Upaya-Upaya Meningkatkan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

1. Umum.

(63)

penelitian yang penulis lakukan adalah bahwa pelaksanaan promosi jabatan selain memerlukan kerjasama, pelatihan tekhnis, kepemimpinan, komunikasi, pangkat/ golongan, kejujuran, disiplin, prestasi kerja, pendidikan formal dan pendidikan penjenjangan juga diperlukan juga faktor senioritas, pendidikan, loyalitas dan kepemimpinan.Hal tersebut guna mendukung pelaksanaan promosi jabatan dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai, karena pegawai yang mendapatkan kesempatan untuk promosi jabatan akan beralih dari satu posisi ke posisi lain yang lebih tinggi sehingga dituntut adanya tanggungjawab yang lebih besar

2. Pengertian dan Peranan Promosi.

Promosi memberikan peranan penting bagi setiap pegawai, bahkan menjadi idaman yang selalu dinanti-nantikan oleh pegawai, karena promosi berarti ada kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan seorang karyawan untuk menjabat suatu jabatan yang lebih tinggi. Dengan demikian promosi akan memberikan status sosial, wewenang, tanggungjawab dan penghasilan yang semakin besar. Promosi disebabkan adanya suatu jabatan yang lowong karena pensiun, keluar, meninggal dunia atau pejabat yang menduduki jabatan tersebut dipindahkan ke jabatan lain.

Nitisemito mengemukakan bahwa pengertian promosi adalah pemindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi dari pada jabatan yang diduduki sebelumnya.30

30S. Alex Nitisemito, Manajemen Personalia, (Jakarta : Ghalia Indonesia), hal. 81.

(64)

menerima kekuasaan dan tanggungjawab lebih besar dari kekuasaan dan tanggungjawab sebelumnya.31

Pemberian promosi berarti pegawai tersebut naik ke posisi yang lebih tinggi dalam suatu struktur organisasi. Promosi tidak selalu diikuti oleh kenaikan gaji (gaji bisa tetap), tetapi pada umumnya bertambah besar kekuasaan dan tanggungjawab seseorang bertambah juga uang yang diterimanya.

Seperti yang dirumuskan oleh Manoppa, sebagai berikut :

“Promotion is the upward reassignment of an individual

in an organization’s hierarchy accompanied by

increased responsibilities, enhanced status and usually

with increased income, though not always so”.

Dapat diartikan bahwa promosi pada umunya merupakan peningkatan seseorang dalam sebuah organisasi sehingga bertambahnya tanggungjawab, peningkatan status dan bertambah pula pendapatannya meskipun tidak selalu.

Kemudian Moekijat berpendapat bahwa promosi adalah kemajuan seorang pegawai pada suatu tugas yang lebih baik dipandang dari sudut tanggungjawab yang lebih berat, martabat dan status tang lebih tinggi, kecakapan yang lebih baik dan terutama tambahan pembayaran upah atau gaji.

31

(65)

Syarat, waktu, tempat atau syarat-syarat kerja yang lain dapat juga merupakan ciri tugas yang lebih baik.32 Sedangkan Wursanto mengemukakan bahwa promosi adalah suatu kenaikan jabatan yang yang dialami oleh seorang karyawan yang disertai kekuasaan dan tanggungjawab yang lebih besar daripada kekuasaan sebelumnya.33

32

Moekijat, Op.cit, hal. 105.

33

Wursanto I.G, Manajemen Kepegawaian , (Yogyakarta : Kanisius 1991), hal. 69.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa promosi berarti pemindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi tingkatnya dalam organisasi. Promosi akan meningkatkan tugas, kewajiban, wewenang, tanggungjawab dan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan hak. Peranan promosi yang besar menyebabkan organisasi harus membuat program promosi dan memberikan informasi kepada pegawainya.

Promosi akan menjadi suatu masalah bagi organisasi apabila organisasi tidak melakukan persiapan calon yang akan dipromosikan. Upaya untuk mengatasi masalah dalam promosi dapat dilakukan dengan mempersiapkan calon yang akan dipromosikan. Upaya untuk mengatasi masalah dalam promosi dapat dilakukan dengan mempersiapkan calon yang akan dipromosikan melalui pendidikan dan pelatihan.

(66)

a. Untuk memberikan kesempatan kepada pegawai dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya demi kemajuan organisasi.

b. Untuk memberikan pengakuan jabatan dan imbalan jasa yang semakin besar kepada pegawai yang berprestasi.

c. Untuk menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial semakin tinggi dan penghasilan semakin besar.

d. Untuk merangsang agar pegawai lebih bergairah dalam bekerja, berdisiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerja.

e. Untuk menyalurkan atau mendistribusikan jabatan yang tepat sehingga semangat, kesenangan dan ketenangan dalam bekerja semakin meningkat dan produktivitas kerja juga meningkat.

f. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabat itu berhenti/ mengundurkan diri.

3. Dasar-Dasar Promosi.

(67)

Dasar promosi menurut Werther pada prinsipnya ada 3 (tiga) yaitu promosi berdasarkan prestasi kerja, senioritas dan gabungan senioritas dan prestasi kerja.

a. Prestasi kerja. Promosi yang didasarkan atas prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu. Jadi karyawan yang dipromosikan dalam suatu jabatan tertentu karena mereka dianggap mampu untuk menduduki jabatan.

b. Senioritas. Promosi yang berdasarkan senioritas yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya bekerja/ pengalaman pegawai. Dalam hal ini pegawai yang telah lama bekerja mendapat prioritas dalam promosi. Kebaikannya ada penghargaan bagi pegawai yang bekerja. Sedang kelemahanya, pegawai yang kemampuannya terbatas, karena sudah lama bekerja maka akan tetap dipromosikan, sehingga dalam menjalankan tugasnya kurang baik.

c. Kombinasi antara Senioritas dan Prestasi Kerja. Promosi yang didasarkan pada senioritas dan prestasi kerja. Sistem ini mengurangi kelemahan yang ada dalam dua sistem tersebut diatas. Pertimbangan yang digunakan adalah lamanya bekerja dan prestasi kerja yang telah dicapai oleh pegawai yang dipromosikan.

4. Syarat-Syarat Promosi.

(68)

Syarat-syarat promosi harus diketahui oleh setiap pegawai, hal ini penting untuk memberikan motivasi agar pegawai berusaha mencapai syarat-syarat promosi yang telah ditentukan.

Menurut Pasal 5 PP Nomor 100 Tahun 2000 persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural adalah :

a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil.

b. Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat dibawah jenjang pangkat yang ditentukan.

c. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.

d. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. e. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, dan f. Sehat jasmani dan rohani.

Syarat-syarat promosi untuk setiap jabatan tidak selalu sama karena satu jabatan dengan jabatan lain berbeda tugas, kewajiban dan tanggungjawab. Seperti yang dikatakan Fathoni bahwa persyaratan promosi untuk setiap organisasi tidak selalu sama, tergantung kepada organisasi masing-masing.

Akan tetapi ada syarat-syarat umum yang dapat diterapkan pada setiap jabatan yaitu : kejujuran, disiplin, prestasi kerja, kerjasama, kecakapan, loyalitas, kepemimpinan, komunikatif dan pendidikan :

1. Kejujuran.

(69)

mengelola jabatan tersebut. Dia tidak menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya.

2. Disiplin.

Pegawai/ karyawan harus berdisiplin pada dirinya, tugas-tugasnya serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan. Disiplin sangat penting karena hanya dengan disiplin ini memungkinkan organisasi dapat mencapai hasil yang optimal.

3. Prestasi kerja.

Pegawai/ karyawan yang akan dipromosikan harus mampu mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas dan bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai/ karyawan itu dapat memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan maksimal.

4. Kerjasama.

Pegawai/ karyawan itu harus dapat bekerjasama dengan harmonis dengan sesama pegawai/ karyawan, baik horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran organisasi.

5. Kecakapan.

(70)

6. Loyalitas.

Pegawai/ karyawan itu loyal dalam membela organisasi atau korpsnya. Dia ikut berpartisipasi aktif terhadap organisasi atau korpsnya.

7. Kepemimpinan.

Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerjasama dan bekerja aktif dalam mencapai sasaran organisasinya.

8. Komunikatif.

Dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau mempersepsikan informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan baik, sehingga tidak terjadi miss komunikasi.

9. Pendidikan.

Pegawai/ karyawan harus telah memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai dengan spesifikasi jabatan tersebut. Alasannya adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pemikiran akan lebih baik dan lebih luas.34

Setelah menetapkan syarat-syarat promosi, setiap organisasi harus melakukan evaluasi dan menetapkan siapa diantara pegawai yang sudah memenuhi sayarat untuk dipromosikan. Akan tetapi agar dapat dipaki sebagai pedoman, evaluasi itu hendaknya dilakukan secara rutin oleh bagian pengelolaan sumber daya manusia. Evaluasi harus lengkap dan objektif dari seluruh syarat yang dijadikan dasar promosi. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada waktu tertentu karena

34

(71)

kurang dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tidak memberikan informasi secara lengkap.

Untuk memenuhi syarat promosi, organisasi hendaknya bertindak secara aktif dalam rangka menunjang pegawai untuk memenuhi syarat-syarat promosi, kemudian menghindarkan tindakan yang tidak adil dalam memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memenuhi syarat-syarat promosi.

Selain itu penetapan syarat-syarat promosi harus tegas dan jelas karena akan dipergunakan oleh pegawai tanpa menimbulkan keraguan dan penafsiran berbeda. Penetapan syarat-syarat yang tegas dan jelas akan menimbulkan motivasi yang tinggi bagi karyawan, dalam hal mereka yang memiliki kemampuan dan berambisi untuk dipromosikan dapat berusaha untuk lebih berpartisipasi dalam memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan meminimalkan kemungkinan timbulnya ketidak adilan dalam pelaksanaan promosi, karena promosi merupakan masalah sangat penting untuk masa depan setiap pegawai.

Oleh karena itu hendaknya setiap pegawai diberi kesempatan yang sama untuk memenuhi syarat-syarat promosi. Apab

Gambar

Tabel (3) Pangkat dan Kepangkatan
Tabel (4) Kenaikan pangkat Reguler PNS TNI
Tabel : 6 KEBAIKAN PROMOSI DARI DALAM DAN PROMOSI DARI LUAR
Tabel : 7

Referensi

Dokumen terkait

Segenap Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah banyak membantu.. peneliti selama

Secara keseluruhan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa bagian sisi (side) hasil pengujian di dua galangan tidak memenuhi ketetapan rules BKI 2015

pohon di kawasan Universitas Airlangga dapat mendukung upaya pengawasan, perawatan dan evaluasi kondisi pohon sekaligus implementasi dari Peraturan Daerah Kota

Agar pesan dapat disampaikan dengan baik dan menjadi solusi dari permasalahan maka dibutuhkan strategi perancangan media informasi yang dapat memudahkan dan diterima

tinggi dan lebih agung. Di dalamnya termuat nilai-nilai hedo- nik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis-moral- religius, dan nilai praktis. Nilai hedonik,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan Model pembelajaran koopeatif tipe gallery walk lebih tinggi

Bab ini menguraikan beberapa kajian teoretis dari literatur yang terkait dengan studi ini yaitu moda transportasi perkotaan, pangsa pasar angkutan penumpang,

Digunakan sebagai metode proses utama dalam pembuatan simulasi, pada modul ini dilakukan input data seperti jumlah resource yang tersedia, waktu proses yang dapat