• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ALDIAN RIFKI IRWANDY NIM. 140205064

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2019 M/1440 M

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Fakultas/ Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Matematika

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa SMP Tebal Skripsi : 184 Halaman

Pembimbing I : Dr. H.Nuralam, M.Pd Pembimbing II : Vina Apriliani, M.Si

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk, Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi adalah suatu keterampilan penting dalam matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Namun kenyataannya, dari hasil tes semua indikator kemampuan komunikasi matematika, persentasenya masih rendah, yaitu 21,2%. Salah Satu alternatif yang dapat meningkatkan komunikasi matematika dengan penerapan model pembelajaran koopeatif tipe gallery walk . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan Model pembelajaran koopeatif tipe gallery walk lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (2) respon siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 3 Ingin Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMPN 3 Ingin Jaya. Pengambilan sampel menggunakan sampling acak sederhana. Sampelnya adalah kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-1 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan lembar tes kemampuan komunikasi matematika. Hasil penelitian menunjukkan (1) dan = 1,67 atau > sehingga terima yang disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. (2) Berdasarkan hasil respon siswa, maka diperoleh skor rata-rata 3,55 sehingga dapat disimpulkan bahwa respon siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 3 Ingin Jaya sangat positif.

(6)

vi

Dengan mengucapkan puji beserta syukur atas ke hadirat Allah swt yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk terhadap Komunikasi Matematis Siswa SMP” Shalawat serta salam tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepangkuan Nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa umat manusia kepada kehidupan yang berilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

2. Ketua Prodi Pendidikan Matematika Bapak Dr. M. Duskri, M.Kes beserta Staffnya dan seluruh jajaran dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. H.Nuralam, M.Pd. selaku pembimbing I dan Ibu Vina Apriliani, M.Si, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

4. Penguji sidang munaqasyah Ibu Suhartati, S.Pd., M.Pd, dan Ibu Khusnul Safrina, S.Pd.I.M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk menjadi pengoreksi skripsi saya.

(7)

vii

pihak yang telah ikut membantu suksesnya penelitian ini.

6. Serta kepada teman-teman Unit-2 dan angkatan 2014 Prodi Pendidikan Matematika yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sesungguhnya penulis tidak sanggup membalas semua kebaikan dan dorongan semangat yang telah keluarga, kawan-kawan dan bapak, ibu berikan.Semoga Allah swt membalas semua kebaikan ini. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, jika masih terdapat kelemahan dan kesalahan maka oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya atas bantuan dan bimbingan semua pihak, penulis hanya dapat mendoakan agar semua amal baik ini mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin.

Banda Aceh, 5 Januari 2019 Penulis,

(8)

viii

LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN SIDANG

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C.Tujuan Penelitian ... 8 D.Mamfaat Penelitian ... 9 E.Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A.Tujuan Pembelajaran Matematika Di SMP/MTs ... 12

B.Karakteristik Pembelajaran Matematika Di SMP/MTs ... 13

C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk ... 13

D.Kemampuan Komunikasi Matematika ... 17

E.Pembelajaran konvensional ... 23

F. Materi Operasi Himpunan ... 24

G.Penelitian Yang Relevan ... 31

H.Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 33

B.Populasi Dan Sampel Penelitian ... 34

C.Instrumen Pengumpulan Data ... 34

D.Teknik Pengumpulan Data ... 37

E.Teknik Analisis Data ... 38

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 46

(9)

ix BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 91 B.Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97

(10)

x

Tabel 4.1 : Data Guru Smp Negeri 3 Ingin Jaya ... 46 Tabel 4.2 : Data Peserta Didik Smp Negeri 3 Ingin Jaya ... 46 Tabel 4.3 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 47 Tabel 4.4 : Hasil Penskoran Pretest Kemampuan Komunikasi Matematika

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol (Ordinal) ... 48 Tabel 4.5 : Hasil Penskoran Tes Awal (Pretest) Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen... 50 Tabel 4.6 : Hasil Penskoran Tes Awal (Pretest) Kemampuan Komunikasi

Kelas Kontrol ... 50 Tabel 4.7 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval

Menggunakan Msi Prosedur Excel Kelas Eksperimen ... 52 Tabel 4.8 : Hasil Mengubah Skala Ordinal Menjadi Interval Pada Kelas

Kontrol Menggunakan Msi Prosedur Excel ... 52 Tabel 4.9 : Hasil Konversi Data Pretest Skala Ordinal Ke Skala Interval

Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol (Interval) ... 53 Tabel 4.10 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas

Eksperimen ... 55 Tabel 4.11 : Uji Normalitas Sebaran Pretest Kelas Eksperimen ... 56 Tabel 4.12 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas

Kontrol ... 58 Tabel 4.13 : Uji Normalitas Sebaran Pretest Kelas Kontrol ... 59 Tabel 4.14 : Hasil Penskoran Postest Pemahaman Komunikasi Matematika

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol (Ordinal) ... 63 Tabel 4.15 : Hasil Penskoran Tes Akhir (Postest) Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen... 64 Tabel 4.16 : Hasil Penskoran Tes Akhir (Postest) Kemampuan Komunikasi

Kelas Kontrol ... 65 Tabel 4.17 : Hasil Konversi Skala Ordinal Menjadi Skala Interval

Menggunakan Msi Prosedur Excel Kelompok Eksperimen ... 67 Tabel 4.18 : Hasil Konversi Skala Ordinal Menjadi Skala Interval

Menggunakan Msi Prosedur Excel Kelompok Kontrol ... 67 Tabel 4.19 : Hasil Konversi Data Postest Skala Ordinal Ke Skala Interval

Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 68 Tabel 4.20 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir (Postest) Kelas

Eksperimen ... 69 Tabel 4.21 : Uji Normalitas Sebaran Postest Kelas Eksperimen ... 71 Tabel 4.22 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir (Postest) Kelas

Kontrol ... 72 Tabel 4.23 : Uji Normalitas Sebaran Postest Kelas Kontrol ... 73 Tabel 4.24 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.1 ... 78

(11)

xi

Tabel 4.29 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.6 ... 80

Tabel 4.30 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.7 ... 81

Tabel 4.31 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.8 ... 81

Tabel 4.32 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.9 ... 82

Tabel 4.33 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.10 ... 82

Tabel 4.34 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.11 ... 83

Tabel 4.35 : Respon Siswa Terhadap Pernyataan No.12 ... 83

(12)

xii

Gambar 2.1 : Diagram Venn Irisan Himpunan ... 25

Gambar 2.2 : Diagram Venn Gabungan Himpunan ... 27

Gambar 2.3 : Diagram Venn Selisih Himpunan K Dan L ... 30

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keputusan Pembimbing Skripsi Mahasiswa Dari

Dekan ... 97

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian Dari Dekan ... 98

Lampiran 3 : Surat Izin Untuk Mengumpulkan Data Dari Dinas Pendidikan Pemerintahan Kabupaten Aceh Besar ... 99

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Kepala SMPN 3 Ingin Jaya ... 100

Lampiran 5 : Lembar Validasi Validasi Rencana Pelaksanaan pembelajaran ... 101

Lampiran 6 : Lembar Validasi Lembar Kerja Siswa ... 109

Lampiran 7 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 121

Lampiran 8 : Lembar Validasi Angket Respon Siswa... 129

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 133

Lampiran 10 : Lembar Kerja Peserta Didik ... 145

Lampiran 11 : Soal Pre-Test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 164

Lampiran 12 : Lembar Jawaban Siswa Pre-Test ... 166

Lampiran 13 : Soal Post-Test Kemampuan Komunikasi Matematis... 170

Lampiran 14 : Lembar Jawaban Siswa Post-Test ... 172

Lampiran 15 : Angket Respon Siswa ... 177

Lampiran 16 : Daftar Z ... 179

Lampiran 17 : Daftar H... 180

Lampiran 18 : Daftar G... 181

Lampiran 19 : Daftar I ... 182

Lampiran 20 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 183

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia. Dengan adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan yang dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan, akan dapat terbentuk generasi-generasi unggul yang siap bersaing dengan ketatnya persaingan global.1 Pendidikan di Indonesia menginginkan masyarakatnya menjadi lebih maju dari berbagai aspek pemikiran, keterampilan dan sikap. Bukti keseriusan pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut tertuang di dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.2

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka diselenggarakan rangkaian kependidikan. Diantaranya pendidikan formal seperti sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses

1

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 9. 2

Republik Indonesia, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, No.20, h. 1.

(15)

belajar dan pembelajaran di sekolah. Proses belajar dan pembelajaran di sekolah meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan diantaranya ilmu agama, sains, sosial, bahasa dan matematika. Dalam sistem pendidikan, matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam pelajaran matematika di sekolah yang lebih banyak dibanding dengan jam mata pelajaran lainnya. Selain itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagian di perguruan tinggi.3

Bertolak dari pentingnya peranan matematika dalam pendidikan, maka matematika perlu diajarkan karena melalui pembelajaran matematika siswa dilatih agar dapat berpikir kritis, kreatif, logis, sistematis, dan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cornelius mengemukakan lima alasan untuk belajar matematika karena matematika adalah (1) sarana untuk berpikir jernih dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana untuk mengetahui pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran akan perkembangan budaya.4 Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia sangat memprihatinkan, karena rendahnya penguasaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia Indonesia untuk berkompetensi secara global.

3

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252

4

Nova Fahradina dkk., Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, September 2014, h. 54-55. Diakses pada tanggal 2 agustus 2018 http//:www.jurnal.unsyiah.ac.id

(16)

Indonesia adalah sebuah negara dengan dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun rendahnya kemampuan anak Indonesia dibidang matematika beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika.

Hal tersebut dilihat dari beberapa survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional salah satunya adalah Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2015 yang digagas oleh the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi. Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA terdahulu pada tahun 2012 yang juga berada pada kelompok penguasaan materi yang rendah. Skor yang didapat Indonesia dibidang matematika masih sangat rendah yaitu 386, skor tersebut masih dibawah rata-rata skor OECD yaitu 497.

Fokus studi PISA adalah kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Studi yang dilakukan mulai tahun 2000 menempatkan Indonesia pada posisi 39 dari 41 negara, tahun 2003 pada posisi 38 dari 40 negara, tahun 2006 pada posisi 50 dari 57 negara, tahun 2009 pada posisi 61 dari 65 negara, pada tahun 2012 pada posisi 64 dari 65 negara dan terakhir

(17)

pada tahun 2015 Indonesia menempati posisi 69 dari 76.5

Adapun Standar tes PISA memenuhi lima standar kompetensi dari National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) adapun lima standar kompetensi dalam pembelajaran matematika yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan kemampuan representasi matematis. Rendahnya kemampuan ini akan akan berakibat pada rendahnya kualitas sumber daya manusia, hal ini dapat dilihat dari hasil tes PISA seperti sudah diuraikan diatas. Sehingga perlu adanya peningkatan kemampuan tersebut dan upaya ini diharapkan mampu membawa angin segar terhadap pendidikan Indonesia dikancah internasional.

Salah satu standar kompetensi yang penting yang harus dimiliki siswa yaitu komunikasi matematika, dengan adanya kemampuan komunikasi matematika yang baik, maka siswa mampu mengekspresikan ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan orang lain melalui bahasa lisan dan tulisan. kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah, khususnya masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan berkomunikasi, siswa dapat lebih memahami simbol-simbol dan informasi yang ada di dalam pelajaran tersebut. Ironisnya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, jarang sekali siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-idenya. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan

5

Organization For Economic Cooperation And Development (OECD), PISA 2015 Result in Focus, dari: http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/230/Sekelumit-dari-Hasil-PISA-2015-yang-Baru-Dirilis.html. Diakses Tgl 05 Juni 2018

(18)

komunikasi matematis siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika adalah hal yang harus dimiliki oleh siswa karena komunikasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kemampuan-kemampuan matematis lainnya seperti pemecahan masalah, penalaran, representasi, dan lain-lain dimana komunikasi diperlukan untuk melengkapi proses kemampuan matematika yang lain, dan lebih lanjut akan berpengaruh pada prestasi matematika siswa6

Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika adalah hal yang harus dimiliki oleh siswa karena komunikasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kemampuan-kemampuan matematis lainnya seperti pemecahan masalah, penalaran, representasi, dan lain-lain dimana komunikasi diperlukan untuk melengkapi proses kemampuan matematika yang lain, dan lebih lanjut akan berpengaruh pada prestasi matematika siswa. Dalam kurikulum 2013 keterampilan ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dikehidupan keluarga, bermasyarakat dan lingkungan kerja. Kemampuan berkomunikasi dapat meliputi komunikasi lisan dan tulisan, dua keterampilan ini sama-sama penting dalam melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik dengan teman-teman, dengan guru, dan dengan nara sumber yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.7

Lebih lanjut peneliti melakukan penelitian awal dengan memberikan tes untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa di sekolah

6

Hari Setiadi. dkk, Kemampuan Matematis Siswa SMP Indonesia, 2011. Diakses pada tanggal 03 November 2018 dari situs http://litbang.kemdikbud.go.id.

7

(19)

tempat peneliti melakukan penelitian, yaitu SMPN 3 Ingin Jaya. Peneliti memberikan tes yang telah disetujui guru. Salah satu soal yang diberikan tes awal adalah:

Buatlah diagram venn untuk himpunan berikut ini! S =

P = { 1,4,5,10,17} Q = {1, 4, 10} Tentukan nilai P Q

Adapun hasil jawaban dari salah satu siswa SMPN 3 Ingin Jaya setelah diberikan tes awal adalah:

Gambar 1.1 Sampel Jawaban Siswa Observasi Awal

Sumber : observasi awal di SMPN 3 Ingin Jaya

Berdasarkan hasil penelitian awal pada 32 siswa untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa, diperoleh presentase skor kemampuan menggunakan bahasa matematika atau simbol sebesar 36,76,%. Kemampuan menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar sebesar 38,97%. Kemampuan memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis sebesar 28,05%. Kemampuan hasil dalam bentuk tertulis sebesar 19.50%.

(20)

Kemampuan menggunakan rumus matematika sebesar 27,94%. Secara keseluruhan presentase skor kemampuan komunikasi metematika hanya mencapai 30,22%. Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa pada umumnya masih sangat kurang.

Mengingat bahwa pentingnya kemampuan komunuikasi matematika dalam pembelajaran matematika maka upaya yang dapat dilakukan guru adalah menerapkan model pembelajaran yang baik, yaitu pembelajaran yang tidak membosannya, pembelajaran yang tidak berpusat pada guru, tapi berpusat pada siswa, siswa sendiri yang menemukan permasalahan dan menyelesaikannya, guru hanya menjadi fasilitator. Dan peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk lebih menekankan kepada pembelajaran yang interaktif, kooperatif yaitu belajar kelompok, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dan menemukan sendiri permasalahannya dan mencari sendiri jawabannya. Sedangkan gallery walk terdiri dari dua kata yaitu kata “gallery” artinya pameran, dan walk artinya berjalan atau melangkah. Dengan menggunakan galley walk siswa dapat mengkomunikasikan jawaban mereka dengan menulisnya dikertas yang sudah disediakan dan menempelnya pada dinding.8 Selain itu aspek dari komunikasi, bahwa pelajaran dapat membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide matematis dengan membaca, mendengar, berdiskusi, menulis dan mempresentasikan.

8

(21)

Dalam pemilihan materi, peneliti memilih bab “himpunan” karena di dalam materi tersebut banyak simbol-simbol dan bentuk model matematika dari masalah sehari-hari yang disajikan dalam bentuk diagram venn yang sebagian besar siswa kesulitan dalam memahami maknanya. Sehingga, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pelajaran matematika pada bab himpunan, maka peneliti melakukan penelitian di SMPN 3 Ingin Jaya.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gallery Walk terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimanakah respon siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 3 Ingin Jaya?

C. Tujuan Penelitian

(22)

1. Untuk mengetahui perbandingan kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. 2. Mengukur respon siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe gallery walk terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 3 Ingin Jaya.

D. Manfaat penelitian

Melakukan penelitian tentu memiliki banyak manfaat bagi pembaca seperti siswa, guru, orang tua, pihak sekolah, dan akademisi pendidikan itu sendiri serta tak lupa manfaat yang paling utama dirasakan oleh peneliti sendiri. Beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru matematika, memberikan gambaran atau informasi mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga dapat menjadi pedoman bagi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk di kelas lainnya.

2. Bagi siswa, melatih siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis karena kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu daya matematis yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran khusunya pada pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan dalam menerapkan suatu model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

(23)

4. Bagi peneliti lanjutan, dapat menjadi rekomendasi agar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk dalam pembelajaran matematika dapat digunakan terhadap kemampuan matematika lainnya.

Melakukan penelitian tentu memiliki banyak manfaat bagi pembaca seperti siswa, guru, orang tua, pihak sekolah, dan akademisi pendidikan itu sendiri serta tak lupa manfaat yang paling utama dirasakan oleh peneliti sendiri.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah yang digunakan, maka terlebih dahulu dijelaskan beberapa pengertian dari istilah-istilah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Model Pembelajaran Gallery Walk

Gallery walk merupakan salah satu metode pembelajaran dari model cooperative learning yang berbentuk pameran karya yang menghendaki aktivitas-aktivitas siswa didalamnya, meliputi penemuan sesuatu baik itu gambar maupun skema untuk dipamerkan, diberikan kritik dan saran oleh kelompok lain, menjawab pertanyaan, penanggapan kritik dan saran keliling dari satu karya ke karya yang lain melalui pameran.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematika adalah suatu cara siswa untuk mengungkapkan ide-ide matematika baik secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda, menyajikan dalam bentuk aljabar atau menggunakan simbol matematika. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis secara tertulis. Adapun

(24)

indikator kemampuan komunikasi matematika yang diukur dalam penelitian ini adalah:

a. Menggunakan bahasa matematika atau simbol secara tepat.

b. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

c. Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar.

d. Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis. e. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

f. Kemampuan menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah.

3. Materi Himpunan

Materi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah materi himpunan. Materi himpunan merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMP/MTs pada kelas VII Semester Ganjil. Sub materi yang akan diteliti yaitu tentang operasi irisan, operasi gabungan, dan operasi selisih. Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Adapun Kompetensi Dasar dalam materi himpunan kelas VII adalah sebagai berikut:

KD 3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan masalah konstektual.

KD 4.4 Menyelesaikan masalah konstektual yang berkaitan dengan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan dan operasi biner pada himpunan.

(25)

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP/MTs

Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum matematika. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat:

1. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada. 2. Mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti

matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 4. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam

matematika dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi,ulet, tangguh, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes dan terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa dengan orang lain.

(26)

5. Melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika.9

B. Karakteristik Pembelajaran Matematika

Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotor kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika. Ada beberapa karakteristik matematika, antara lain sebagai berikut:

1. Objek yang dipelajari abstrak.

2. Kebenaran berdasarkan logika. Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran scara logika bukan empiris, artinya kebenaran tidak selalu dapat dibuktikan melalui eksperimen seperti dalam ilmu fisika atau biologi. 3. Pembelajarannya secara bertingkat dan berkesinambungan. Pemberian

atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus.

4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya 5. Menggunakan bahasa simbol.

6. Diaplikasikan dalam bidang ilmu lain.10

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Gallery Walk

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara

9

,Kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik indonesia, Buku Guru Matematika Smp/Mts Kelas VIII , Edisi Revisi 2017, (Jakarta: 2017) h. 10.

10

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas VIII, Edisi Revisi 2017, (Jakarta: 2017) h. 7.

(27)

pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Slavin dalam Isjoni menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.11

Anita Lie mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efekti. Lima unsur tersebut yaitu: Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.12

Cooperative learning menurut Slavin merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

11

Isjoni.Cooperative learning efekivitas pembelajaran kelompok. (Bandung: Alfabet, 2009). h 15.

12

(28)

pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.13

Secara etimologi gallery walk terdiri dari dua suku kata yaitu “gallery” artinya pamerandan “walk” artinya berjalan, melangkah. Maka dapat disimpulkan pengertian gallery walk secara bahasa adalah melangkah atau berjalan untuk melihat suatu pameran atau kunjungan karya.14 Pembelajaran gallery walk menurut Silberman merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah dipelajari oleh siswa selama ini. Berdasarkan uraian tersebut, gallery walk merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang ditemukan itu dilihat secara langsung.15

Dalam hal ini, dengan menggunakan metode gallery walk pada peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan dengan mengamati segala peragaan atau benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai. Sebagai Pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam setiap upaya dalam

13

Slavin, Robert E. Cooperaive Learning Teori, Riset, dan Praktik. (Bandung: Nusa Media. 2008), h 40

14

Pengertian Metode Pembelajaran Gallery Walk”, http//panutan.com./kategori metode pembelajaran, diakses 02 febuari 2017.

15

Silberman, Melvin L. Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2007), h 264.

(29)

pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pandidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru, khususnya dalam dunia pendidikan. agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kualitas dan meningkatkan mutu dalam ilmu pengetahuan khususnya kualitas dalam ilmu pengetahuan16

Gallery walk adalah model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan demikian, mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai. Ada beberapa komponen dalam pemakaian gallery walk, komponen-komponen tersebut adalah :

a. Guru, guru pengajar harus paham tentang model gallery walk.

b. Siswa, dalam kegiatan belajar mengajar siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam pemakaian model gallery walk.

16

Moch. Uzer Usman, Menjadi guru professional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011) h4-5.

(30)

c. Alat/ bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano dan Spidol.17 Langkah-langkah inti dari pembelajaran gallery walk yaitu sebagai berikut:

a. Hasil diskusi ke dalam kertas lebar.

b. Hasil diskusi ditempel pada dinding.

c. Perintahkan siswa untuk berjalan melewati tiap hasil diskusi.

d. Perintahkan pada tiap siswa memberikan nilai pada tiap hasil diskusi.

e. Survei hasilnya.

f. Jelaskan sebagian hasil diskusi yang tidak biasa atau yang tidak diduga-duga.18

D. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.19 Sedangkan komunikasi didefiniskan sebagai suatu proses pertukaran informasi antar individu atau lebih melalui suatu sistem yang lazim, baik dengan simbol-simbol maupun perilaku atau tindakan.20 Sedangkan komunikasi dari segi proses dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian informasi, gagasan, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, kalimat, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.21

Menurut NCTM komunikasi merupakan cara untuk berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide-ide menjadi objek refleksi,

17

Ismail.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. (Semarang: Rasail Media Group. 2008), h 89.

18

Melvin L. Siberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media, 2006 ), h. 274.

19

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 869.

20

Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 4. 21

Daryanto dan Muljo Rahardjo, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), h. 15.

(31)

perbaikan, diskusi dan perubahan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan membuat ide-ide tersebut diketahui oleh orang lain.22

Berdasarkan beberapa definisi komunikasi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi merupakan suatu kecakapan seseorang untuk menyampaikan informasi melalui simbol-simbol, kata-kata, kalimat, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain yang dilakukan secara lisan, tulisan maupun sinyal-sinyal nonverbal.

Kemampuan komunikasi matematis sangat penting dalam pembelajaran matematika karena kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu cara siswa untuk mengungkapkan ide-ide matematika baik secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda, menyajikan dalam bentuk aljabar atau menggunakan simbol matematika. Setiap siswa hendaknya memiliki kemampuan komunikasi matematis. Hal ini dikarenakan salah satu karakteristik matematika adalah simbol, sehingga dalam pembelajaran matematika kemampuan untuk menyampaikan informasi menggunakan simbol-simbol sangat diperlukan guna menghindari pemahaman siswa yang berbeda-beda terhadap penyampaian guru secara lisan23

Baroody dalam jurnal yang ditulis oleh Martunis dan kawan-kawan menyebutkan bahwa terdapat dua alasan penting mengapa kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan yaitu (1) Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan

22

The National Council of Teachers of Mathematics, Principles and..., h. 60.

23

(32)

berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas. (2) Pembelajaran matematika merupakan wahana interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.24

Kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi atau gagasan sangatlah penting dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika, karena kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan, atau pemikiran siswa terhadap materi matematika yang sedang dipelajari, akan tetapi tidak semua siswa terampil berkomunikasi, oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan cara penyampaian informasi khususnya pada pembelajaran matematika maka komunikasi dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu:

1. Komunikasi lisan (talking)

Komunikasi lisan (talking) merupakan komunikasi yang diungkapkan melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok belajar selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Komunikasi tulisan (writing)

Komunikasi tulisan (writing) merupakan kemampuan komunikasi yang muncul berdasarkan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan suatu hubungan, gagasan dan memahaminya dalam persoalan pemecahan masalah.

24

(33)

Kemampuan komunikasi tulisan (writing) diungkapkan melalui kemampuan representasi matematika.25

Cai, Lane dan Jacabsin dalam jurnal yang ditulis oleh Muhamad Sabirin menyebutkan “ragam representasi yang sering digunakan dalam komunikasi matematis adalah tabel, gambar, grafik, pernyataan matematika, teks tertulis ataupun kombinasi semuanya”.26

Menurut NCTM dalam jurnal yang ditulis oleh Sri Apiyati indikator kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari aspek-aspek berikut:

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun secara visual lainnya.

c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi maematis dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan modal-modal situasi.27

Menurut Sumarmo dalam jurnal yang ditulis oleh Muhammad Darkasyi, dkk menyatakan bahwa indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika adalah:

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

25

Reni Nuraeni dan Irena Puji Luritawaty, Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Maatematik Siswa melalui Strategi Think Talk WriteJurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut.Vol.8, No. 2, April 2016, h. 13.

26

Muhamad Sabirin, Representasi dalam Pembelajaran Matematika,JPM IAIN Antasari, Vol. 1, No. 2, Januari-Juni 2014, h. 34.

27

Sri Apiyati, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Pecahan, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 1, No. 2, Juli 2015, h. 58-59.

(34)

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik. d. Mendengar, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.28

Sedangkan menurut Ross dalam jurnal yang ditulis oleh Sri Apiyati, indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematis secara tertulis adalah:

a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bangun, tabel, dan secara aljabar.

b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya.

d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tertulis.

e. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.29

Sedangkan Grenes dan Schulman dalam Sudi Prayitno merumuskan kemampuan komunikasi matematis dalam tiga hal, yaitu:

a. Menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda.

b. Memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, atau dalam bentuk visual.

c. Mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.30

Berdasarkan aspek dan indikator kemampuan komunikasi matematis yang telah diuraikan di atas, penulis hanya mengukur kemampuan komunikasi

28

Muhammad Darkasyi, Rahmah Johar, dan Anizar Ahmad, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, April 2014, h. 25.

29

Sri Apiyati, Penggunaan Model Pembelajaran..., h. 61. 30

Sudi Prayitno, dkk., Identifikasi Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Pada Tiap-tiap Jenjangnya.Diakses pada tanggal 03 febuari 2018 dari situs:fmipa.u.ac.id/index.php/component/attachments/download/158 .html

(35)

matematis siswa secara tertulis saja. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Menggunakan bahasa matematika atau simbol secara tepat.

b. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika c. Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar.

d. Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis. e. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

f. Kemampuan menggunakan rumus matematika dengan tepat untuk menyelesaikan masalah.

E. Pembelajaran konvensional

Kata konvensional memiliki makna sesuatu bentuk sifat utuk hal-hal yang normal, kebiasaan, dan mengikuti cara yag diterima secara umum. Maka dari itu pembelajaran konvensional dalam ruang lingkup pendidikan yaitu pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran pada suatu daerah.31 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung oleh peneliti di SMPN 3 Ingin Jaya, terlihat bahwa model pembelajaran yang sering dilakukan adalah model pembelajaran langsung.

Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.32

31

Sumber:http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-konvensional-dan contohnya/diakses.tgl.02 November 2017

32

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2011) h 29

(36)

F. Materi Operasi Himpunan

Operasi yang terdapat pada himpunan diantaranya operasi irisan, operasi gabungan dan operasi selisih.

1. Irisan Himpunan

Irisan himpunan A dan Badalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A yang sekaligus menjadi anggota himpunan B juga. Irisan himpunan A dan B, dilambangkan dengan A B dengan notasi pembentuk himpunan, irisan A dan B didefinisikan dengan:

A B = {x | x A dan x B}

Adapun langkah-langkah untuk menentukan irisan himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Berdasarkan anggota himpunan A dan B amatilah anggota pada himpunan A yang sekaligus juga terdapat atau menjadi anggota himpunan B juga.

- Tuliskan notasi irisan himpunan A dan B yaitu A B, kemudian daftarakanlah semua anggota himpunan A yang sekaligus menjadi anggota himpunan B juga.

Sedangkan langkah-langkah untuk menggambarkan diagram Venn dari himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

(37)

- Jika ada anggota pada himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling berpotongan.

- Jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling lepas.

- Jika semua anggota himpunan A merupakan anggota dari himpunan B maka diagram Venn-nya himpunan bagian.

Banyaknya anggota irisan himpunan A dan B dinyatakan dengan n (A B) dan langkah-langkah untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah banyaknya anggota himpunan A. - Tentukanlah banyaknya anggota himpunan B. - Tentukanlah banyaknya anggota himpunan semesta

- Subtitusikan ke dalam rumus n(S) = + n(A B) +

dengan S adalah himpunan semesta. Contoh Soal:

Diketahui: K = {bilangan prima kurang dari 12} L = {bilangan ganjil antara 2 dan 8}

a. Tentukanlah dengan mendaftarkan setiap anggotanya!

b. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan ! Jawab:

a. K = {2, 3, 5, 7, 11} L = {3, 5, 7}

Anggota K yang sekaligus menjadi anggota L adalah 3, 5, dan 7, maka:

(38)

b. Diagram Venn dari irisan himpunan K dan L adalah

Gambar 2.1

Diagram Venn Irisan Himpunan K dan L

2. Gabungan Himpunan

Gabungan himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A yang sekaligus menjadi anggota himpunan B juga. Irisan himpunan A, atau anggota B atau anggota persekutuan A dan B, dilambangkan dengan A B dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B didefinisikan dengan:

A B = {x | x A atau x B}

Adapun langkah-langkah untuk menentukan gabungan himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Gabungkan semua anggota yang terdapat pada himpunan A dan himpunan B. - Tuliskan notasi gabungan himpunan Adan B yaitu A B, kemudian daftarkan

semua anggota persekutuan himpunan A dan B.

Sedangkan langkah-langkah untuk menggambarkan diagram Venn dari gabungan himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

11 2 7 5 3 L K S

(39)

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Jika ada anggota pada himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling berpotongan.

- Jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling lepas.

- Jika semua anggota himpunan A merupakan anggota dari himpunan B maka diagram Venn-nya himpunan bagian.

Banyaknya anggota gabungan himpunan A dan B dinyatakan dengan n(A B) dan langkah-langkah untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: - Tentukanlah banyaknya anggota himpunan A.

- Tentukanlah banyaknya anggota himpunan B.

- Tentukanlah banyaknya anggota irisan himpunan A dan B. - Subtitusikan ke dalam rumus n(A B) = n(A) + n(B) – n(A B)

Contoh Soal

Diketahui: K = {bilangan prima kurang dari 12} L = {bilangan ganjil antara 2 dan 8}

a. Tentukanlah dengan mendaftarkan setiap anggotanya!

b. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan ! Jawab:

a. K = {2, 3, 5, 7, 11} L = {3, 5, 7}

(40)

= {2, 3, 5, 7, 11}

b. Diagram Venn dari gabungan himpunan K dan L adalah

Gambar 2.2

Diagram Venn Gabungan Himpunan K dan L 3. Selisih

Selisih himpunan A dan B adalah semua anggota himpunan A yang tidak menjadi anggota himpunan B, dilambangkan dengan AB dengan notasi pembentuk himpunannya adalah A B = {x | x A dan x B}. Sedangkan selisih himpunan B dan A adalah semua anggota himpunan B yang tidak menjadi anggota himpunan A, dilambangkan dengan B – A dengan notasi pembentuk himpunannya adalah B A = {x | x B dan x A}.

Adapun langkah-langkah untuk menentukan selisih himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Tentukanlah semua anggota himpunan A yang tidak menjadi anggota himpunan B.

- Tuliskan notasi selisih himpunan A dan B yaitu A – B, kemudian daftarkan semua anggota selisih himpunan A dan B.

11 2 7 5 3 L K S

(41)

Sedangkan langkah-langkah untuk menentukan selisih himpunan B dan A adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Tentukanlah semua anggota himpunan B yang tidak menjadi anggota himpunan A.

- Tuliskan notasi selisih himpunan B dan A yaitu B – A, kemudian daftarkan semua anggota selisih himpunan B dan A.

Langkah-langkah untuk menggambarkan diagram Venn dari selisih himpunan A dan B adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Jika ada anggota pada himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling berpotongan.

- Jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling lepas.

- Jika semua anggota himpunan A merupakan anggota dari himpunan B maka diagram Venn-nya himpunan bagian.

- Arsirlah diagram Venn hanya pada daerah yang menyatakan AB.

Sedangkan langkah-langkah untuk menggambarkan diagram Venn dari selisih himpunan B dan A adalah sebagai berikut:

(42)

- Tentukanlah anggota himpunan A. - Tentukanlah anggota himpunan B.

- Tentukanlah anggota irisan himpunan A dan B.

- Jika ada anggota pada himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling berpotongan.

- Jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama maka diagram Venn-nya saling lepas.

- Jika semua anggota himpunan A merupakan anggota dari himpunan B maka diagram Venn-nya himpunan bagian.

- Arsirlah diagram Venn hanya pada daerah yang menyatakan BA.

Banyaknya anggota selisih himpunan A dan B dinyatakan dengan n(A B) dan langkah-langkah untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah banyaknya anggota himpunan A. - Tentukanlah banyaknya anggota himpunan B.

- Tentukanlah banyaknya anggota irisan himpunan A dan B. - Subtitusikan ke dalam rumus n(A B) = n(A) – n(A B)

Banyaknya anggota selisih himpunan B dan A dinyatakan dengan n(B A) dan langkah-langkah untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

- Tentukanlah banyaknya anggota himpunan A. - Tentukanlah banyaknya anggota himpunan B.

- Tentukanlah banyaknya anggota irisan himpunan A dan B. - Subtitusikan ke dalam rumus n(B A) = n(B) – n(A B) Contoh Soal

(43)

Diketahui: K = {bilangan prima kurang dari 12} L = {bilangan ganjil antara 2 dan 10}

a. Tentukanlah dengan mendaftarkan setiap anggotanya!

b. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan ! c. Buatlah diagram Venn-nya dan arsirlah daerah yang menyatakan !

Jawab:

a. K = {2, 3, 5, 7, 11} L = {3, 5, 7, 9}

= {2, 11}

b. Diagram Venn dari selisih himpunan K dan L adalah

Gambar 2.3

Diagram Venn Selisih Himpunan K dan L

c. Diagram Venn dari selisih himpunan L dan K adalah

Gambar 2.4

Diagram Venn Selisih Himpunan L dan K

9 7 5 3 11 2 L K S 9 7 5 3 11 2 L K S

(44)

G. Penelitian Relevan

Penelitian-penelitian yang relevan diperlukaan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan proses penelitian. Penelitian-penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Poppy Diara mahasiswa fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam Universitas Pendidikan Indonesia, yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif melalui Aktivitas Menulis Matematika dan Pembelajaran Langsung terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”. Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif melalui aktivitas menulis matematika menciptakan komunikasi multi arah yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan manggunakan aktivitas menulis matematika bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, dengan menulis mampu mengeluarkan ide-ide dan menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri.33

Penelitian yang dilakukan oleh Lucia Cipta Agustin, aktivitas belajar siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran inovatif teknik gallery walk pada masing-masing indikator cenderung mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, dan hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran inovatif tipe gallery walk lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang

33

Poppy Diara, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Melalui Aktivitas Menulis Matematika dan Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP (skripsi online), repositori.upi.edu, diakses pada tanggal 12 Febbuari 2018.

(45)

menggunakan pembelajaran konvensional.34

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.35 Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Terdapat respon yang positif melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gallery walk terhadap komunikasi matematis siswa SMPN 3 Ingin Jaya.

34

Lucia Cipta Agustin, Penerapkan Pembelajaran Inovatif Teknik Gallery Walk Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 X Koto Diatas, (Padang: Universitas Bung Hatta, 2015) h 9.

35

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.65.

(46)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka36. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian Quasi Experimen Design. Pada kelas eksperimen diberikan tes awal (pretest) untuk melihat kemampuan dasar siswa, setelah itu diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Gallery Walk ketika proses pembelajaran. Setelah selesai proses pembelajaran, siswa diberikan tes akhir (postest) untuk melihat pengaruh model Gallery Walk terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Demikian juga halnya pada kelas kontrol, sebelum materi diajarkan juga akan diberikan tes awal (pretest). Setelah proses pembelajaran konvensional diberikan tes akhir (postest) untuk melihat pengaruh yang diperoleh.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas Eksperimen T1 X T2

Kelas Kontrol T1 - T2

Sumber: Modifikasi dari A.Musri Yusuf.37

Keterangan: T1 : Pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol

T2 : Postest kelas eksperimen dan kelas kontrol

X : Penerapan model gallery walk pada kelas eksperimen.

36

A.Musri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 58.

37

(47)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat menjadi sumber data penilaian. Menurut sudjana “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.38 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 3 Ingin Jaya, Aceh Besar tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 567 orang, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 3 Ingin Jaya, Aceh Besar tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 203 orang.

Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data adalah sampel. Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti.39 Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random Sampling.40 Dalam penelitian ini sampel yang terpilih adalah siswa kelas VII-1 yang terdiri dari 32 orang sebagai kelas kontrol dan kelas VII-2 yang terdiri dari 32 orang sebagai kelas eksperimen.

C. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini maka dibuat seperangkat

38

Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h .6. 39

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 109

40

(48)

instrumen. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.41 Adapun instrumen penelitian ini adalah soal tes kemampuan komunikasi matematis. Bentuk tes yang digunakan untuk melihat dan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berupa tes tulis. Tes tertulis yang dimaksud adalah berbentuk soal uraian, karena tes tulis berbentuk uraian menuntut siswa untuk menjawab secara rinci, sehingga proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Masing-masing soal tes terdiri dari beberapa butir soal yang telah divalidasi oleh ahli. Adapun rubrik kemampuan komunikasi matematika tertulis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Aspek

Komunikasi Skor Kriteria

Menggunakan bahasa matematika atau simbol secara tepat.

0 Tidak menggunakan bahasa matematika atau simbol sama sekali.

1 Menggunakan bahasa matematika atau simbol, tetapi salah.

2 Menggunakan bahasa matematika atau simbol, tetapi hanya satu yang tepat dan benar. 3 Menggunakan bahasa matematika atau simbol,

tetapi hanya beberapa yang tepat dan benar. 4 Menggunakan bahasa matematika atau simbol

semua tepat dan benar. Menyatakan

peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

0

Tidak dapat menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika sama sekali.

1 Dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 192

(49)

25% yang benar. 2

Dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika antara 25% sampai dengan 49% yang benar.

3

Dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika antara 50% sampai dengan 74% yang benar.

4

Dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika 75% - 100 % yang benar.

Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar.

0 Tidak menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar sama sekali. 1

Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, prosedur menggambarnya 25% yang benar.

2

Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, prosedur menggambarnya antara 25% sampai dengan 49% yang benar.

3

Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, prosedur menggambarnya antara 50% sampai 74% yang benar.

4

Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, prosedur menggambarnya 75% - 100% yang benar.

Mampu Memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis.

0 Tidak mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis.

1 Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis 25% yang benar. 2

Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis antara 25% sampai dengan 49% yang benar.

3

Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis antara 50% sampai dengan 74% yang benar.

4 Mampu memahami dan menafsirkan ide yang disajikan secara tertulis 75% - 100 % yang benar

Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

0 Tidak menyatakan hasil dalam bentuk tertulis sama sekali. 1 Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis, tetapi

salah.

2 Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis, tetapi hanya satu yang benar.

3 Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis, tetapi hanya beberapa yang benar.

(50)

benar dan tepat.

Kemampuan menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah.

0 Tidak menggunakan rumus matematika dalam menyelesaikan masalah sama sekali.

1

Menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah serta prosedur penyelesaiannya 25% yang benar.

2

Menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah serta prosedur penyelesaiannya antara 25% sampai dengan 49% yang benar.

3

Menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah serta 4prosedur penyelesaiannya antara 50% sampai dengan 74% yang benar.

4

Menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah serta prosedur penyelesaiannya 75% - 100 % yang benar. Sumber: Adaptasi dari Dian Israwati.42

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.43 Dalam penelitian ini tes diberikan kepada setiap siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis yang akan dilakukan sebanyak dua kali yaitu:

42

Dian Israwati, Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP, Skripsi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry 2017), h. 43-44.

43

(51)

a. Pretest

Pretest yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment) dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal yang dimiliki oleh siswa sebelum dibelajarkan dengan model pembelajaran gallery walk dan model pembelajaran konvensional. Pretest terdiri dari 3 soal uraian yang telah divalidasi oleh ahli.

b. Postest

Postest yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan tujuan untuk mengetahui kondisi akhir dari kemampuan komunikasi matematis siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran gallery walk dan model pembelajaran konvensional. Postest terdiri dari 3 soal uraian yang sudah divalidasi oleh ahli.

2. Lembar Angket

Angket merupakan teknik pengumpulam data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Peneliti memberi angket kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe gallery walk

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul tahap berikutnya adalah tahap pengolahan data. Dalam penelitian kuantitatif ini data kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh melalui hasil pretest dan postest. Data kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan data yang berbentuk data ordinal, sehingga terlebih dahulu data tersebut harus diubah kedalam bentuk interval

Gambar

Gambar 1.1 Sampel Jawaban Siswa Observasi Awal
Diagram Venn Irisan Himpunan K dan L
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis  Aspek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai integrasi pendidikan karakter berbasis boarding school di SMP Putra Harapan Purwokerto, hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Abdullah, SPt, pengasuh boarding

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

BAGI WAJIB PAJAK YANG DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DALAM MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT.

Untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif FeMo terhadap sifat fisis. serbuk BaFe 12

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Maka dari hal tersebut, konsumen dan perusahaan dituntut untuk menjadi lebih kritis dalam menilai dan membandingkan suatu produk yang diiklankan, apakah

(1) Untuk setiap Kecamatan atau daerah yang disamakan dengan itu (selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : Kecamatan), diangkat seorang pejabat yang bertugas membuat akte

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe kursi roda berupa robot beroda sebagai sarana mempelajari mobilasi secara otomatis orang yang menderita