• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Cocoa Butter Dan Cocoa Powder Padapt Cacao Wangi Murni, Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Produksi Cocoa Butter Dan Cocoa Powder Padapt Cacao Wangi Murni, Tangerang"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADAPT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Oleh :

MASAYU AZKA LATHIFAH A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

MASAYU AZKA LATHIFAH Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk pertanian. Sektor pertanian memiliki perana n yang cukup strategis dalam Produk Domestik Bruto Nasional. Salah satu sektor di sistem pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Peranan sub-sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia.

Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan produk andalan sub-sektor perkebunan, kontribusinya terhadap total ekspor pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Indonesia merupakan negara produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji coklat untuk dijadikan bubuk coklat dan lemak coklat. Biji coklat yang merupakan bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal pengadaannya. Hal tersebut disebabkan para produsen coklat lebih tertarik untuk mengekspor biji coklat karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada menjualnya pada para pengusaha pengolahan coklat dalam negeri. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh industri coklat adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembeliaan bahan baku biji coklat. Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri coklat. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan coklat di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji coklat karena harus bersaing dengan para eksportir. Untuk mencapai kontinuitas suatu usaha, maka setiap industri coklat harus memperhatikan kontinuitas pengadaan bahan baku biji coklat yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang dibeli akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal, sehingga diperoleh tingkat kombinasi produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan memperhatikan kendala yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

(3)

selanjutnya diolah dengan menggunakan alat bantu program komputer Lindo. Berdasarkan hal tersebut dilakukan beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Jumlah produksi aktual cocoa butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton. Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk

cocoa powder. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.778.778.011,-

Hasil analisis dual price memperlihatkan bahwa pada kondisi optimal sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH, Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar 112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.

Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa tingkat produksi

cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder. Selain itu dapat dilakukan analisis terhadap selang kepekaan sumberdaya (nilai sebelah kanan kendala). Sumberdaya yang ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, karena berapun peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah nilai dual pricesnya.

(4)

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Masayu Azka Lathifah A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MNAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Masayu Azka Lathifah

NRP : A14102691

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Cocoa Butter Dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim,MAEc NIP.131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP.130 422 698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “ OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG ”

BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2006

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 Agustus 1981, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan bapak Masagus Edy Ansori dan Ibu Fasnadessy.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekola h Dasar Negeri 323 Palembang pada tahun 1987 dan selanjutnya lulus pada tahun 1993 di sekolah dasar Negeri IV Cilegon, Banten. Pada tahun 1996 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat menengah dari SMP Negeri II Cilegon, Banten. Selanjutnya, meneruskan pendidikan tingkat atas dan lulus pada tahun 1999 dari SMU Negeri I Cilegon, Banten.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, serta mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

Hasil pembahasan dari skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang memerlukannya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2006

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc selaku dosen pembimbing 2. M. Firdaus, SP, Msi selaku dosen evaluator pada saat kolokium 3. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS selaku dosen Layak Uji 4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji sidang 5. Dra. Yusalina, MS selaku dosen komisi penididikan

6. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material serta kasih sayang dan doanya selama ini. Adekku Ila dan Ina untuk perhatiannya.

7. Nek sugeng atas informasi perusahaannya, Pak Paul Setiawan selaku Direktur perusahaan yang bersedia memberikan izin untuk penulis melakukan riset pada perusahaannya serta para karyawan perusahaan yang telah memberikan informasi serta data-data yang penulis butuhkan.

8. Temen-teman yang bersedia hadir saat kolokium dan seminar. 9. Tante Tuti dan Om Beni Atas tempat tinggalnya yang nyaman.

10. Sahabat-sahabat yang telah membantu penulis untuk selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini : Santi, Veni, Ika, Rizkiana, Eka, Ayu, Imam, Eko, Ali, Hendra, Ryan, dan Dian

11. Teman-teman di Cidangiang 20 Umi, Nina, Lulu, Retno, Dedeh, Dede dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(10)
(11)

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADAPT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Oleh :

MASAYU AZKA LATHIFAH A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

MASAYU AZKA LATHIFAH Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk pertanian. Sektor pertanian memiliki perana n yang cukup strategis dalam Produk Domestik Bruto Nasional. Salah satu sektor di sistem pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Peranan sub-sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia.

Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan produk andalan sub-sektor perkebunan, kontribusinya terhadap total ekspor pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Indonesia merupakan negara produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji coklat untuk dijadikan bubuk coklat dan lemak coklat. Biji coklat yang merupakan bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal pengadaannya. Hal tersebut disebabkan para produsen coklat lebih tertarik untuk mengekspor biji coklat karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada menjualnya pada para pengusaha pengolahan coklat dalam negeri. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh industri coklat adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembeliaan bahan baku biji coklat. Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri coklat. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan coklat di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji coklat karena harus bersaing dengan para eksportir. Untuk mencapai kontinuitas suatu usaha, maka setiap industri coklat harus memperhatikan kontinuitas pengadaan bahan baku biji coklat yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang dibeli akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal, sehingga diperoleh tingkat kombinasi produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan memperhatikan kendala yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

(13)

selanjutnya diolah dengan menggunakan alat bantu program komputer Lindo. Berdasarkan hal tersebut dilakukan beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Jumlah produksi aktual cocoa butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton. Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk

cocoa powder. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.778.778.011,-

Hasil analisis dual price memperlihatkan bahwa pada kondisi optimal sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH, Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar 112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.

Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa tingkat produksi

cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder. Selain itu dapat dilakukan analisis terhadap selang kepekaan sumberdaya (nilai sebelah kanan kendala). Sumberdaya yang ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, karena berapun peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah nilai dual pricesnya.

(14)

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Masayu Azka Lathifah A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MNAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :

Nama : Masayu Azka Lathifah

NRP : A14102691

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Cocoa Butter Dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim,MAEc NIP.131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP.130 422 698

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “ OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG ”

BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2006

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 Agustus 1981, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan bapak Masagus Edy Ansori dan Ibu Fasnadessy.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekola h Dasar Negeri 323 Palembang pada tahun 1987 dan selanjutnya lulus pada tahun 1993 di sekolah dasar Negeri IV Cilegon, Banten. Pada tahun 1996 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat menengah dari SMP Negeri II Cilegon, Banten. Selanjutnya, meneruskan pendidikan tingkat atas dan lulus pada tahun 1999 dari SMU Negeri I Cilegon, Banten.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, serta mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

Hasil pembahasan dari skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang memerlukannya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2006

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc selaku dosen pembimbing 2. M. Firdaus, SP, Msi selaku dosen evaluator pada saat kolokium 3. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS selaku dosen Layak Uji 4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji sidang 5. Dra. Yusalina, MS selaku dosen komisi penididikan

6. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material serta kasih sayang dan doanya selama ini. Adekku Ila dan Ina untuk perhatiannya.

7. Nek sugeng atas informasi perusahaannya, Pak Paul Setiawan selaku Direktur perusahaan yang bersedia memberikan izin untuk penulis melakukan riset pada perusahaannya serta para karyawan perusahaan yang telah memberikan informasi serta data-data yang penulis butuhkan.

8. Temen-teman yang bersedia hadir saat kolokium dan seminar. 9. Tante Tuti dan Om Beni Atas tempat tinggalnya yang nyaman.

10. Sahabat-sahabat yang telah membantu penulis untuk selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini : Santi, Veni, Ika, Rizkiana, Eka, Ayu, Imam, Eko, Ali, Hendra, Ryan, dan Dian

11. Teman-teman di Cidangiang 20 Umi, Nina, Lulu, Retno, Dedeh, Dede dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(20)
(21)
(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif……… 12 2. Kurva Kemungkinan Produksi ………... 20 3. Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual Optimalisasi Produksi

Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT. Cacao Wangi Murni,Tangerang..………...

(24)

DAFTAR TABEL

5. Sertifikat Perseroan, GS/SU, Luas Dan Nama Kepemlikan Lahan Perseroan PT Cacao Wangi Murni, Tangerang………...

36

8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004……….... Aktual Dan Optimal Di PT CWM Tahun 2004……….

48

12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin Pada PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004………

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Hasil Olahan Solusi Optimal……… 63 2. Ketersediaan jam kerja mesin PT CWM Tahun 2004…………. 66 3. Perhitungan Rinci Tentang Koefesien Mesin Pada PT CWM

Tahun 2004………

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup strategis dalam Produk Domestik Bruto Nasional. 1Hal ini terlihat bahwa selama 10 tahun terakhir ini, peranan pertanian terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata empat persen per tahun. Selain dituntut harus mampu menciptakan swasembada pangan, sektor ini juga harus mampu menyediakan lapangan dan kesempatan kerja, serta pengadaan bahan baku bagi industri hasil pertanian. Selain hal tersebut di atas, pertanian juga dituntut untuk meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian.

Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Peranan sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia. Dengan demikian, peranan ekspor non-migas semakin menguat dibandingkan dengan peranan ekspor migas. Peranan ekspor non-migas meningkat terus dari 60,8 persen pada tahun 1989 menjadi 77,6 persen pada tahun 2003. Adapun peranan ekspor migas dari tahun ke tahun menunjukkan arah perkembangan yang terus menurun pada tahun 1989 peranan ekspor migas mencapai hingga 39,2 persen, namun pada tahun 2003 hanya 22,4 persen. Hal tersebut menandakan bahwa struktur ekspor Indonesia terus-menerus bergeser ke arah komoditi non-migas.

(27)

Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan produk andalan sub-sektor perkebunan. Kontribusinya terhadap total ekspor pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Komoditi kakao ini terutama dipasarkan ke Malaysia senilai 206,3 juta dolar AS, Amerika Serikat sebesar 90,0 juta dolar AS, Singapura 53,4 juta dolar AS dan Brasil 31,2 juta dolar AS. Berdasarkan sentra produksinya kakao tersebut sebagian besar diekspor dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yaitu masing-masing sebesar 184,6 ribu ton (45,0 persen) dan 133,6 ribu ton (32,5 persen).

Tabel 1. Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan (Ton)

Tahun Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Rakyat Total

1990 97.418 27.016 17.913 142.347

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004

(28)

setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor (Lihat Tabel 1 dan Tabel 2). Hal ini disebabkan karena permintaan ekspor terhadap kakao Indonesia meningkat hingga 80 persen yang ditujukan untuk negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Brasil. Sedangkan sisa produksi yang berkisar 20 persen digunakan untuk memasok ke industri pengolahan kakao dalam negeri.

Tabel 2. Volume Ekspor Kakao Indonesia

Tahun Volume (Ton) Nilai (000 US$)

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004

(29)

kardiovaskuler, mengobati batuk, sebagai antioksidan yang dapat membantu melindungi diri dari penyakit serius seperti kanker, dan untuk melindungi diri dari serangan stroke karena cokelat dapat membantu mencegah pembekuan darah dan membantu mencegah tekanan darah tinggi. 2

Perusahaan ataupun industri kakao yang mengikuti arus perkembangan, maka hal di atas dapat menjadi stimulan agar meningkatkan produksinya untuk dijual. Peningkatan produksi ini dengan sendirinya harus didukung oleh suatu sistem pengadaan bahan baku yang baik, karena tanpa adanya pengadaan bahan baku suatu industri atau perusahaan tidak dapat melakukan proses produksinya untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Oleh sebab itu sistem pengadaan bahan baku merupakan salah satu sistem terpenting dalam menunjang kegiatan perusahaan.

Menghadapi hal tersebut diatas maka perusahaan harus mempunyai persediaan yang menunjang proses produksi. Selain itu sumber pembelanjaan diperlukan pula untuk memperoleh dan menunjang tersedianya persediaan. Alasan utama perusahaan mempunyai persediaan adalah untuk kelancaran proses produksi dalam menghasilkan suatu produk dan dalam rangka memenuhi permintaan konsumen pada saat yang tepat sehingga konsumen tidak lari atau berpindah ke perusahaan lain. Hal ini dikarenakan persaingan yang ketat antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga jika dilihat dari segi produksi jika persediaan menipis maka akan mengakibatkan dapat ditutupnya suatu jalur produksi yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

(30)

1.2. Perumusan Masalah

PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji kakao untuk dijadikan cocoa powder dan cocoa butter. Biji kakao yang merupakan bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal pengadaannya. 3Hal tersebut disebabkan produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih setengah juta ton, namun sekitar 80 persen di antaranya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Sisanya berkisar 20 persen yang dipasok ke industri pengolahan kakao dalam negeri. Para produsen kakao lebih tertarik untuk mengekspor biji kakao karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada menjualnya pada para pengusaha pengolahan kakao dalam negeri.

Selain itu juga kendala yang dihadapi oleh industri pengolahan kakao adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian bahan baku biji kakao. Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri kakao. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan kakao di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji kakao karena harus bersaing dengan para eksportir. Dalam mencapai kontinuitas suatu usaha, maka setiap industri pengolahan kakao harus memperhatikan kontinuitas pengadaan bahan baku biji kakao yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, masalah

(31)

pengadaan bahan baku merupakan salah satu masalah penting yang harus dihadapi oleh setiap industri coklat. Kondisi tersebut dianggap tidak menguntungkan dunia usaha, sebab bila PPN tersebut dihapuskan maka semua kapasitas terpasang dari industri pengolahan kakao yang ada di dalam negeri akan beroperasi penuh sekaligus mendorong munculnya industri pengolahan kakao baru khususnya di daerah yang merupakan produsen kakao.

Dampak dari permasalahan tersebut di atas, hingga akhir tahun 2004 jumlah pabrik/industri pengolahan kakao yang masih beroperasi tinggal 15 pabrik dari sekitar 60 perusahaan. Rentetan panjang permasalahan perindustriaan kakao di dalam negeri tersebut akan mematikan industri pendukung lainnya seperti industri packing, industri perbengkelan, jasa angkutan, jasa pelayaran lokal dan internasional. Selain itu bertambahnya pengangguran di dalam negeri, karena semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia

(32)
(33)

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah jumlah dan kombinasi produksi perusahaan sudah optimal?

2. Apakah penggunaan sumber daya yang dilakukan pada PT Cacao Wangi Murni sudah optimal?

3. Sejauh mana solusi optimal yang dihasilkan dapat diterapkan bila terjadi perubahan-perubahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal.

2. Menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal.

3. Mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

1.4. Kegunaan Penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) merupakan tanaman tropis yang berasal dari hutan tropis Amerika Selatan. Oleh bangsa Maya buah tanaman tersebut disebut ka-ka-wa dan dalam bahasa Nahuatl disebut xocoatl. Kemudian oleh Linnaeus, tanaman tersebut diberi nama Theobroma yang berarti makanan dewa-dewa (food of gods).

Tanaman kakao dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1350 mm. Untuk penanaman di daerah lempung, curah hujan maksimum adalah 1500 mm, sedangkan untuk tanah berpasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi karena daya simpan air di daerah ini kurang baik. Di Indonesia, tanaman kakao dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain di Jawa Timur, Sulawesi (Selatan, Tengah dan Tenggara), Sumatera (Utara dan Aceh), Maluku dan Irian Jaya.

Tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang ditanam di perkebunan rakyat pada umunya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao landak),

Criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis

(35)

Sistematika tanaman kakao menurut Susanto dalam Rohaeni (2003), adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao

Kakao memiliki potensi untuk dikembangkan selain sebagai sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen, kakao juga sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat dibutuhkan untuk produksi makanan, kue -kue, dan berbagai jenis minuman. Selain itu kakao merupakan sumber lemak nabati yang memiliki keistimewaan yaitu dapat meleleh atau mencair pada suhu di mulut. Sedangkan cangkang kakao (pod) dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pakan ternak dan produksi pektin. Biji kakao mengandung zat gizi yang penting. Adapun kandungan komposisi biji coklat dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil proses pengolahan dari biji kakao diantaranya adalah cocoa powder

(36)

Tabel 3. Kandungan Gizi Komposisi Biji Kakao

Nomor Zat Gizi Kandungan (g)

1 Karbohidrat 48.9

2 Lemak 23.8

3 Protein 8.0

4 Air 3.9

5 Fosfor 0.315

6 Kalsium 0.125

7 Besi 0.0116

8 Vitamin A 0.002 9 Vitamin B1 0.012

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi telah sering dilakukan, diantaranya oleh Handayani (2001), Sulaenah (2003), Cakranimgrum (2000), Tandyna (2002). Penelitian yang dilakukan Handayani yang berjudul “Optimalisasi Pengendaliaan Bahan Baku (Simplisia) Pada Perusahaan Jamu Tradisional PT XYZ”. Dimana penelitian ini lebih merumuskan pada suatu sistem pengendaliaan bahan baku bagi perusahaan sebagai alternatif yang dapat dipilih dalam rangka mencapai optimalitas (efesiensi) produksi. Dalam hal ini PT XYZ menggunakan klasifikasi ABC untuk mengelola bahan baku terhadap persediaanya. Sistem klasifikasi ABC yang dijalankan oleh perusahaan relatif sederhana yaitu hanya mempertimbangkan faktor harga bahan baku dan jumlah penggunaannya.

(37)

sumberdaya mesin dan tenaga kerja orang. Pertimbangan faktor-faktor tersebut dalam pendekatan model linear programming menghasilkan sistem klasifikasi ABC beserta nilai ekonomis masing-masing bahan baku dilihat dari sisi keuntungan perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan jumlah kebutuhan bahan baku menurut per usahaan (MFP) dan menurut pendekatan linear programming (MFLP) berkaitan erat dengan ketepatan perusahaan dalam meramalkan jumlah permintaan pasar terhadap produk akhir. Pendekatan model linear programming pada hasil peramalan maupun aktual akan menghasilkan perencanaan kebutuhan bahan baku yang lebih efesien dan komprehensif.

Sulaenah (2003) melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi mebel rotan di PT Dilmoni Citra Mebel Indonesia (CMI) Cirebon Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan dalam penelitiannya adalah linear programming.

(38)

menggunakan linear programming memperlihatkan bahwa target produksi sudah optimal.

Cakraningrum (2000) melakukan penelitian tentang optimalisasi pengadaan bahan baku pada pabrik gula, yang merupakan studi kasus pada P.G. Mojo, Sragen, Jawa Tengah, diketahui bahwa pengadaan bahan baku di PG. Mojo belum optimal. Dalam hal ini peneliti menggunakan model linear programming dengan 28 kegiatan pengadaan gula. Berdasarkan hasil optimalisasi diketahui bahwa penggunaan lahan dan dan jumlah tebu tergiling lebih besar, serta jumlah gula yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi optimal mengakibatkan biaya tinggi dan penerimaan rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin rendah. Tingkat keuntungan optimal adalah sebesar Rp. 5.577.243.000,- sedangkan keuntungan aktual hanya Rp. 2.730.605.284,-.

(39)

menunjukkan masih terdapat penggunaan sumberdaya yang belum optimal. Bahan baku gula, penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin masih berlebih ketersediannya pada kondisi optimal. Sedangka bahan baku nata mentah dan jam kerja tenaga produksi merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan secara maksimal pada kondisi maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode linear programming

(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Fungsi Produksi

Secara umum, suatu sistem produktif adalah proses pengubahan masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-masukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi dan informasi. Masukan-masukan ini diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa oleh teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk proses tranformasi (Handoko, 1984).

Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara input dan output (Nicholson, 1991). Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi tergantung pada jumlah bahan baku, mesin dan modal yang digunakan dalam proses produksi. Adapun fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut :

q = f ( K, L, M,……)

Dimana q merupakan output berupa barang-barang yang dihasilkan perusahaan sedangkan K, L dan M merupakan input berupa bahan mentah, mesin dan jam tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Untuk dapat menentukan kombinasi produksi yang optimal guna memperoleh keuntungan yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

(41)

Masukan

Informasi umpan balik untuk pengawasan masukan-masukan, proses dan teknologi proses

Gambar 1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif Sumber : Handoko, 1984

3.1.2. Manajemen Produksi Dan Operasi

(42)

3.1.3. Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor yang paling menentukan dalam kelancaran proses produksi tanpa adanya bahan baku suatu proses produksi tidak akan berjalan lancar, maka untuk menghadapi persaingan bebas setiap perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan di dalam mempertahankan berdirinya perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkannya agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal tersebut dapat dicapai jika sistem pengadaan bahan baku dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat menjamin kelancaran dari proses produksi. Menurut Mulyadi dalam Touana (2003), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.

3.1.3.1. Jenis-Jenis Bahan Baku

Menurut Manullang dalam Tandyna (2002), penggolongan bahan yang digunakan dalam proses produksi antara lain :

1. Bahan Langsung ( Direct Materials)

Merupakan bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan

merupakan bagian pengeluaran yang besar dalam memproduksi sesuatu.

2. Bahan Tidak Langsung (Indirect Materials)

Merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil sehingga biaya bahan tersebut tidak terlalu besar.

3. Perlengkapan (Suppliers)

(43)

Sedangkan menurut Burton dalam Chandra (1998), bahan baku digolongkan atas tiga kriteria yaitu bahan mentah, parts dan suppliers. Bahan mentah merupakan bagian terbesar dari barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam memproduksi suatu barang. Parts merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan suppliers

merupakan bahan yang dipergunakan dalam proses produksi tetapi tidak mengambil bagian dari produk jadi.

3.1.4. Kombinasi Produksi

Menurut Lipsey dan Courant (1995), masalah utama dalam berproduksi adalah bagaimana memperoleh output dari input yang ada secara efesien atau bagimana mengoptimalkan produksi dengan input yang ada. Untuk itu dengan keterbatasan input yang ada perusahaan harus melakukan produksi yang optimal agar dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Oleh sebab itu, pihak perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimal yang diperoleh dari penggunaan factor-faktor produksi yang jumlahnya terbatas agar memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.

Penentuan kombinasi produksi yang optimal untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

isorevenue. Menurut Nicholson (1991), kurva kemungkinan produksi ( Production possibility curve) adalah kurva yang menunjukkan semua kombinasi keluaran (output) yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumber daya yang sudah tertentu jumlahnya.

(44)

memaksimalkan keuntunga n, hanya akan dipilih satu kombinasi yaitu yang dapat memberikan penerimaan sekaligus keuntungan yang maksimal. KKP disebut juga

isoresource curve karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produksi yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaaan tertentu.

Diasumsikan perusahaan memproduksi dua barang yaitu X1 dan X2. Pada Gambar 2, KKP antara dua barang X1 dan X2 ditunjukkan oleh daerah OAEB. Sedangkan AEB merupakan batas kemungkinan produksi (production possibility boundary) yang membatasi antara kombinasi produksi yang dapat dicapai dan yang tidak dapat dicapai. Titik-titik yang disebela h kiri-bawah kurva merupakan kombinasi produk yang dicapai tanpa menghabiskan sumber daya yang ada, sedangkan titik-titik di kanan-atas kurva merupakan kombinasi produk yang tidak bisa dicapai karena sumber daya tidak cukup untuk memproduksi kedua jenis barang tersebut.

(45)

TR1 TR2

dari batas kemungkinan produksi yang menunjukkan biaya oportunitas yang terlibat dalam memproduksi suatu produk lebih banyak dengan mengurangi produk lainnya. Dengan kata lain pada titik E tersebut, tingkat transformasi marjinal dari kedua output sama dengan rasio harga kedua output tersebut. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

1

Pada Gambar 2 perusahaan berproduksi sebesar d untuk barang X1

dan sebesar c untuk barang X2, sehingga total penerimaan perusahaan

maksimal, yaitu sebesar TR2. Sedangkan kombinasi produksi produksi di

titik a dan b bukanlah merupakan kombinasi yang optimal karena total

penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR2 dan masih ada sumber

daya yang berlebih.

Gambar2. Kurva Kemungkinan Produksi Sumber : Nicholson,1991

(46)

Optimalisasi dapat diartikan sebagai pencapaian keluaran tertentu dengan menggunakan masukan yang paling sedikit atau dengan kata lain proses yang secara ekonomis paling efesien. Sedangkan menurut Soekartawi (1992), optimalisasi adalah suatu usaha pencapaian keadaan terbaik, dan optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefesien mungkin.

Menurut Nicholson (1991), secara umum persoalan optimalisasi meliputi optimalisasi tanpa kendala dan optimalisasi dengan kendala. Dalam optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimal dan minimal tidak terdapat batasan untuk berbagai pilihan yang tersedia. Pada kasus tanpa kendala ini kondisi order pertama menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berkontribusi marjinal dari peningkatan lebih lanjut adalah nol. Dalam istilah matematika kondisi order pertama untuk sebuah optimum mengharuskan semua derivatif parsial sama dengan nol.

Pada optimalisasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan diperhatikan dan turut menentukan titik maksimum dan minimum fungsi tujuan. Menurut Supranto (1998), persoalan optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan menentukan nilai variabel-variabel suatu fungsi menjadi menjadi maksimum dan minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi semua faktor yang digunakan dalam proses produksi seperti tenaga kerja (men), uang

(47)

Masalah optimalisasi dapat diselesaikan dengan menggunakan salah satu tehnik optimalisasi yaitu metode pemogramman linear. Metode pemogramman linear merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi berkendala dimana semua fungsi baik fungsi tujuan maupun fungsi kendala merupakan fungsi linear.

3.1.6. Linear Programming

Linear programming merupakan suatu model yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasiaan sumber-sumber terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas diantara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya-sumberdaya tersebut agar berbagai tujuan yang telah ditetapkan yaitu maksimasi laba atau minimisasi biaya dicapai atau dioptimalkan.

(48)

yaitu inputnya. Sedangkan menurut Soekartawi (1992), problem dalam linear programming adalah memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efesien dari sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Problem ini dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi dasar dari setiap problem.

Dalam linear programming dikenal dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi batasan. Fungsi tujuan dalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linear programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal, dimana nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

Adapun simbol-simbol di dalam linear programming adalah sebagai berikut :

m : macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia. n : macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut.

i : nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i=1,2,…..,m) j : nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas

yang tersedia (j=1,2,…,n)

xj : tingkat kegiatan ke,j. (j=1,2,….,n)

(49)

bi : banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan (I= 1,2,…,n)

Z : nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)

Cj : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (xj) dengan satu satuan (unit); atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap nilai Z.

Untuk selanjutnya keseluruhan simbol-simbol di atas disusun ke dalam bentuk tabel standar linear programming seperti tampak pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Untuk Model Linear Programming

Kegiatan

Sumber : Handoko, Subagyo dan Asri , 2000

(50)

bahan mentah dengan proporsi tertentu. Dari berbagai jenis produk yang diproduksi akan dijual. Persoalan yang timbul, berapa besarnya masing-masing jenis produk sehingga jumlah hasil penjulan maksimum (sebesar-besarnya atau sebanyak-banyaknya).

Maka persoalan linear programming menjadi : Cari x1,x2,….xj….,xn

Adapun asumsi-asumsi dasar dalam linear programming dapat diperinci sebagai sebagai berikut (Handoko, Subagyo dan Asri ,2000) :

1. Proportionality.

(51)

a) Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 +……..CnXn

Setiap penambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C1. Setiap penambahan 1 unit X2 akan menaikkan nilai Z dengan C2,dan seterusnya.

b) a11+X1 + a1 2X2 + a13X3 +……+anXn≤b1

Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber atau fasilitas 1 dengan a11. Setiap pertambahan 1 unit X2 akan menaikkan penggunaan sumber atau fasilitas 1 dengan a12, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada kenaikan kapasitas rill tidak perlu ada biaya persiapan (set up cost).

2. Additivity.

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibility.

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecaha n. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.

4. Deterministic.

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model LP (aij, bi, cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

(52)

yang optimum dapat dicapai, dan c) fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.

Adapun kekurangan LP adalah apabila alat Bantu komputer tidak

tersedia, maka LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan

dalam analisisnya dan bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan secara

manual. Untuk variabel yang jumlahnya sedikit maka LP dapat dikerjakan

secara manual dengan bantuan metode simpleks. Selain itu pula dalam LP

mengasumsikan bahwa semua parameter model diketahui dengan pasti

(asumsi deterministik). Padahal sebelumnya dalam kehidupan nyata, jarang

diketahui kepastian yang sesungguhnya. Tehnik LP mengkompensasikan

kekurangan ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis

parametrik yang sistematis yang memungkinkan pengambilan keputusan

untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang startegis terhadap

perubahan berbagai parameter dari model tersebut.

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Persaingan global yang terjadi sekarang ini menuntut setiap perusahaan yang turut bersaing harus mempunyai keunggulan dari perusahaan lain dalam menghasilkan produknya. Berdasarkan keunggulan tersebut diharapkan perusahaan mampu memenuhi kepuasan konsumen yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Salah satu keunggulan tersebut adalah kelancaran dalam pengadaan faktor-faktor produksi seperti bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses pengolahan suatu produk.

(53)

proses produksi. Selain itu juga agar perusahaan dapat berproduksi secara efesien maka perusahaan harus dapat memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada seoptimal mungkin, sehingga mampu menghasilkan produk dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan konsumen dan dapat mencapai tujuan penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan.

(54)

Gambar 3. Tahapan Analisis Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni.

Identifikasi Kondisi Optimalisasi Produksi

Tujuan Perusahaan

Memaksimumkan

Kendala

Analisis Optimalisasi Produksi

Perencanaan Produksi Optimal Dengan Linear Programming

Kondsi Aktual Yang Dilakukan Perusahaan Dalam Produksi

Perumusan Strategi Alternatif perusahaan Dalam Perencanaan Produksi Optimal

Pengadaan Bahan baku

PPN 10 Persen

Analisis Primal

(55)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Cacao Wangi Murni (PT CWM) yang mempunyai lokasi berupa kantor pusat di Jalan Kali Besar Barat No 50B Jakarta Barat, sedangkan pabrik pengolahannya berada di Jalan Industri VI Blok L/3 Jati Uwung Tanggerang. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa PT CWM merupakan salah satu industri pengolahan cacao yang berdiri sejak 1987. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2005.

4.2. Jenis Dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan pencatatan langsung di

lapangan serta wawancara dengan para staff atau petugas lapangan pada PT.

CWM. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan

pustaka, literatur, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, instansi

terkait serta internet.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(56)

4.3.1. Analisis Primal

Melalui analisis primal dapat diketahui kombinasi produk (Xj) terbaik yang dapat menghasilkan tujuan (Z) maksimum, yaitu keuntungan yang paling besar dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Hasil analisis ini dapat dibandingkan dengan produksi aktual yang selama ini dilakukan oleh perusahaan apakah sudah optimal atau belum.

4.3.2. Analisis Dual

Analisis dual merupakan suatu nilai yang menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah satu satuan. Melalui analisis dual dapat diketahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat

slack atau surplus dan nilai dualnya. Jika nilai slack atau surplus > 0 dan nilai dualnya = 0 maka sumberdaya tersebut adalah sumberdaya yang berlebih begitu juga sebaliknya. Jika sumberdaya memiliki nilai dual > 0 menunjukkan bahwa sumberdaya langka dan termasuk dalam kendala yang aktif, yaitu kendala yang membatasi nilai fungsi tujuan. Nilai dual juga dapat digunakan untuk membantu menentukan harga tertinggi suatu sumberdaya (input) yang masih memungkinkan perusahaan untuk tetap melakukan pembelian. Sehingga nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pembeliaan sumberdaya.

4.3.3. Analisis Sensitivitas

(57)

lingkungan yang dinamis, seperti harga bahan baku yang berubah yang dapat menyebabkan manajer harus menghitung ulang kontribusi laba per unit suatu produk, juga dapat mempengaruhi tingkat ketersediaan sumberdayanya. Dengan analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menanggapi perubahan tersebut.

Analisis sensitivitas ini dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal, maka analisis ini sering disebut pula Post Optimality Analysis. Jadi tujuan analisis ini adalah mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan ulang, bila terjadi perubahan-perubahan satu atau beberapa koefesien koefisien fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala pada saat penyelesaian optimal telah dicapai.

4.4. Model Analisis

4.4.1. Fungsi Tujuan

Sesuai dengan tujuan penelitian, model linear programming digunakan untuk menentukan kombinasi produksi yang optimal sesuai dengan ketersediaan sumberdaya, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Keuntungan perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dari tiap-tiap jenis output yang dihasilkan dengan biaya proses produksi. Sehingga dapat dirumuskan fungsi tujuan sebagai berikut :

Maksimumkan Z =

PbXb+PpXp

Dimana :

Z = Keuntungan yang ingin dimaksimumkan

Pb = keuntungan per satuan produk cocoa butter pada tahun 2004 Xb = Tingkat produksi cocoa butter pada tahun 2004

(58)

4.4.2. Fungsi Kendala

Kendala yang dianalisis dalam penelitian ini ada lah kendala yang benar-benar menyebabkan produk tersebut berbeda dalam penggunaan sumberdaya, sehingga biaya yang digunakan pun berbeda. Kendala tersebut adalah kendala bahan baku, kendala ketersediaan mesin, kendala jam tenaga kerja dan kendala proses produksi. Dengan demikian fungsi kendala dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Fungsi kendala bahan baku

∑ A Xb + B Xp ≤ N

Dimana :

A : Koefisien kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi cocoa butter pada tahun 2004

B : Koefisien kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi cocoa powder pada tahun 2004

N : Ketersediaan bahan baku pada tahun 2004 2. Fungsi kendala ketersediaan mesin

∑ C Xb + D Xp ≤ M Dimana :

C : Koefisien kebutuhan jam mesin yang digunakan untuk memproduksi cocoa butter pada tahun 2004

D : Koefisien kebutuhan jam mesin yang digunakan untuk memproduksi cocoa powder pada tahun 2004

(59)

3. Fungsi Kendala Jam Tenaga Krja Langsung

∑ E Xb + F Xp ≤ K Dimana :

E : Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung untuk menghasilkan cocoa butter pada tahun 2004

F : Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung untuk menghasilkan cocoa powder pada tahun 2004

(60)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan 5.1.1. Pendirian

Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 84 tanggal 6 februari 1987 yang dibuat dihadapan John Leonard Waworunto, SH, Notaris di Jakarta. Akta pendirian perseroan tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia No. C2-9234.HT.01.TH.89, tanggal 29 September 1989. Namun Akta pendirian perseroan tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 90, tanggal 24 oktober 2003 yang dibuat dihadapan R. Johanes Sarwono, SH, Notaris di Jakarta.

Maksud dan tujuan didirikannya perseroan adalah untuk menjalankan usaha diberbagai bidang, yaitu :

1. Mendirikan dan menjalankan usaha dalam bidang industri pengolahan coklat.

2. Mengelola usaha dalam bidang perdagangan termasuk impor dan ekspor

antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk

perhitungan pihak lain secara komisi.

5.1.2. Perizinan

Perizinan yang telah dimiliki perseroan saat ini adalah sebagai berikut : 1. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas No.300611501121, berlaku sampai dengan tanggal 26 Juni 2007, dari pemerintah Kota Tangerang Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Pemberdayaan Dunia Usaha.

(61)

3. NPWP : 01.430.729.2-402.000, sesuai dengan Surat Keterangan Terdaftar No. PEM-144/pj-08/kp.0203/2004, dari Departeme n Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Pajak, Tangerang.

5.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT Cacao Wangi Murni memiliki lokasi berupa kantor pusat yang terletak di Jalan Kali Besar Barat No 50-B Jakarta Barat 11230, Indonesia. Adapun lokasi pabrik pengolahan Cocoa Butter dan Cocoa Cake terletak di Jalan Raya Serang Industri VI Blok L/3, RT.01/03, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Tangerang, Banten. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah seluas 11.700 M2 , atas nama Jusuf Setiawan. Adanya perinciannya tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Sertifikat, GS/SU, Luas dan Nama Kepemilikan Lahan Perseroan PT. Cacao Wangi Murni

No Sertifikat GS/SU Luas (M2) 1 HM No.689, Tgl 11-03-1987 GS No. 3142 950 2 HM No.372, Tgl 02-05-1985 GS No. 3579 2.250 3 HM No.674, Tgl 11-03-1987 GS No. 3121 560 4 HM No.664, Tgl 11-03-1987 GS No. 3107 445 5 HM No.676, Tgl 11-03-1987 GS No. 3124 2.915 6 HM No.601, Tgl 27-08-1986 GS No. 9160 3.765 7 HM No.613, Tgl 16-09-1986 GS No. 10158 815

Jumlah 11. 700

Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004.

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan

(62)

Dewan Direksi

1. Direktur Utama : Paul Setiawan

2. Direktur : John Setiawan

3. Direktur : Rendy Christian

Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perseroan didukung oleh 91 orang karyawan yang tediri dari 25 orang karyawan kantor dan 66 orang karyawan pabrik. Karyawan yang dimiliki oleh perseroan saat ini memiliki pengalaman di bidangnya masing-masing.

5.4. Proses Produksi

Proses pengolahan biji cacao menjadi produk jadi berupa cocoa butter dan

cocoa Powder melalui beberapa tahapan proses produksi. Adapun tahapan proses produksinya adalah sebagai berikut :

(63)

Proses pengupasan biji kakao yang dilakukan pada mesin winower ini bertujuan untuk memisahkan antara daging kakao dengan kulitnya. Daging kakao tersebut berbentuk berasan yang dinamakan dengan Nibs, sedangkan kulit kakao dipisahkan tersendiri. Kemudian hasil output dari mesin winower berupa Nibs

tersebut di masukkan ke cylo Nibs. Proses selanjutnya adalah ke mesin Reaktor. Pada mesin Reaktor ini Nibs doproses untuk mengatur warna dan aroma sesuai dengan yang dikehendaki. Selanjutnya Nibs dari Reaktor tersebut disangrai di mesin Roaster Nibs. Adapun proses penyangraian di mesin Roaster Nibs

membutuhkan perlakuan khusus sehingga hasil finish goodnya dapat sesuai dengan

flavour yang dikehendaki. Proses selanjutnya adalah setelah Nibs matang di tampung ke Hopper mesin Map Nibs, pada mesin ini Map selanjutnya Nibs akan digilas hingga menjadi pasta.

Biji kakao yang telah digilas hingga menjadi pasta dinamakan Massa, yang untuk selanjutnya massa tersebut ditampung di Storage Tank. Kemudian dari

Storage Tank massa tersebut digilas lagi hingga menjadi halus di mesin Fine Ball Mill. Mesin Fine Ball Mill yang terdapat dua bagian, adapun mesin Fine Ball Mill

pertama untuk menggilas pasta menjadi setengan halus. Sedangkan mesin Fine Ball Mill kedua untuk menggilas massa yang setengah halus menjadi halus. Untuk selanjutnya dari mesin Fine Ball Mill kedua tersebut massa cocoa yang telah halus tersebut diayak lagi dimesin Filter Massa sehingga kehalusan massa cocoa sesuai dengan standart yang diinginkan.

Hasil massa cocoa yang sudah halus dan sesuai dengan standart kehalusannya untuk selanjutnya ditampung di Storage Tank. Di Sorage Tank

(64)

Dari Sorage Tank massa cocoa tersebut disedot ke Tank Press dan untuk selanjutnya massa cocoa tersebut siap di press pada mesin Press. Massa cocoa

tersebut dipress dan hasil output pada mesin press tersebut ada dua macam yaitu

Cocoa Butter dan Cocoa Cake. Adapun Cocoa cake yang dihasilkan berbentuk lempengan-lempengan bulat yang selanjutnya digiling pada mesin pemecah cake yang dinamakan mesin Cake Breaker.

Pada mesin Cake Breaker, tersebut dipecah menjadi bentuk Chips. Selanjutnya Chips tadi digiling lagi di cocoa cake mesin Pulverizer Plant hingga menjadi Cocoa Powder. Cocoa Powder tersebut ada yang langsung dipacking dan untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. Namun jika konsumen ada yang menginginkan atau meminta aroma powder lebih harum, maka powder tersebut ditambah dengan dengan essence atau vanily di mesin mixer.

Massa cocoa yang dipress dan menghasilkan cocoa butter untuk selanjutnya mengalami proses lanjutan berupa penyaringan cocoa butter. Adapun

cocoa butter disaring dengan tujuan agar mendapatkan hasil cocoa butter yang jernih. Selanjutnya cocoa butter yang telah disaring dimasukkan ke Tank Butter

bersih. Untuk selanjutnya cocoa butter tersebut ditransfer lewat mesin tempering. Pada mesin tempering cocoa butter didinginkan pada suhu temperatur tertentu sehingga hasil cocoa butter sesuai dengan ya ng dinginkan dan tidak menjadi Fat Bloom. Dari mesin tempering cocoa butter selanjutnya siap untuk di packing.

5.5. Kegiatan Pengadaan Bahan Baku Dan Pemasaran.

(65)

diperoleh dari pemasok di dalam negeri diantaranya adalah makasar, lampung, medan dan Surabaya. Adapun sistem pembeliannya berdasarkan kontrak jangka pendek. Hal tersebut dilakukan mengingat harga biji kakao sering berubah-ubah. Karena harga biji kakao yang sering berubah-ubah tersebut perusahaan berusaha menjalin kerjasama yang baik dengan para pemasok agar para pemasok tetap melakukan pengiriman biji kakao pada perusahaan meskipun ada beberapa pemasok yang lebih tertarik untuk mengekspor biji kakao mengingat harga jual yang lebih tinggi jika di eksport.

Kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan oleh PT Cacao Wangi Murni berorientasi pada tujuan eksport sebanyak 98 persen sedangkan lokal hanya berkisar sekitar dua persen. Adapun negara-negara tujuan ekspornya antara lain Amerika, Belanda, Eropa, dan Perancis. Untuk itu perusahaan sangat memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan yang dinginkan oleh konsumen. Sehingga konsumen akan merasa puas dan untuk selanjutnya loyal terhadap perusahaan. Untuk melakukan pemasaran produknya perusahaan tidak melakukan kontrak jangka panjang, melainkan dengan kontrak jangka pendek. Hal tersebut dilakukan mengingat harga produk berupa Cocoa Butter dan Cocoa Powder sering mengalami perubahan (fluktuatif) tergantung dengan harga di pasar internasional. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan adalah cash satu bulan untuk trading sedangkan untuk buyer di luar negeri yaitu dengan Letter of Credit

(L/C) dan Telex Transfer (TT).

(66)

Tabel 6. Daftar Nama dan Lokasi Pembeli Produk Pada PT. Cacao Wangi Murni Tahun 2004.

No Nama Lokasi

(67)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Perumusan Model Program Linear

6.1.1. Perumusan Fungsi Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi tingkat produksi PT Cacao Wangi Murni dalam menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum bagi perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi pada periode January-Desember Tahun 2004.

Koefesien fungsi tujuan merupakan keuntungan dari penjualan setiap

produk berupa cocoa butter dan cocoa powder yang dihasilkan oleh

perusahaan. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari hasil selisih antara

harga jual dengan biaya produksi dari setiap jenis cocoa yang dihasilkan.

Biaya produksi disini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

penyusutan, biaya kemasan, biaya listrik dan air, serta biaya pemasaran

selama periode tahun 2004.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak perusahaan harga jual dan biaya produksi untuk masing-masing cocoa butter dan cocoa powder adalah sama selama periode tahun 2004. Adapun perhitungan mengenai harga jual, bia ya produksi dan keuntungan tiap jenis produk baik cocoa butter dan cocoa powder dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan fungsi tujuan untuk memaksimumkan keuntungan adalah sebagai berikut :

(68)

Tabel 7. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Tiap Jenis Produk Tahun 2004

Jenis Cocoa Variabel Harga Jual (Rp/Ton)

Biaya

Produksi/Ton

Keuntungan (Rp/Ton)

Cocoa Butter XB1 36.800.000 22.183.203,53 14.616.796,47 Cocoa Powder XP1 11.040.000 10.261.617,96 778.382,04

Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004 (diolah)

6.1.2. Perumusan Fungsi Kendala

Kendala yang menjadi pembatas dalam model program linear untuk optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa powder meliputi antara lain kendala bahan baku, kendala ketersediaan jam kerja mesin, dan kendala jam tenaga kerja langsung.

6.1.2.1. Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan perusahaan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder adalah biji kakao. Biji kakao ini didapat perusahaan dari pemasok biji kakao yang terdapat di berbagai daerah antara lain Makasar, Surabaya dan Medan. Biji kakao yang digunakan perusahaan sebagai bahan baku adalah biji kakao yang berkualitas tinggi yaitu biji cacao yang memiliki grade A. Hal tersebut dilakukan mengingat tujuan pasar perusahaan lebih mengutamakan pasaran eksport untuk menjual produknya sehingga kualitas biji cacao yang tinggi sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

(69)

jumlah bahan baku berupa bij i cacao yang dibutuhkan untuk memproduksi masing-masing produknya yaitu cococa butter dan cocoa powder. Berdasarkan satu Ton biji cacao yang digunakan dalam proses produksi akan selalu dihasilkan cococa butter dan cocoa powder.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kendala bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut :

C1 XB + XP <= 15000

6.1.2.2. Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin

(70)

Tabel 8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004 Jenis Mesin Koefesien

Cocoa Butter

Cocoa Powder

Cleaner 0.283 0.408

Free Dryer

0.567 0.817

Winower 0.425 0.613

Roaster

0.340 0.490

MAP 0.340 0.490

Fine Ba ll Mill 0.567 0.817 Mesin Press 0.944 1.361

Pulverizer 0.7

Penyaring 0.17

Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004 (Diolah)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan fungsi kendala jam kerja mesin produksi dari model program linear adalah sebagai berikut :

C2 0.283 XB + 0.408 XP <= 25776 C3 0.567 XB + 0.817 XP <= 17184 C4 0.425 XB + 0.613 XP <= 42960 C5 0.340 XB + 0.490 XP <= 25776 C6 0.340 XB + 0.490 XP <= 15752 C7 0.567 XB + 0.817 XP <= 42960 C8 0.944 XB + 1.361 XP <= 51552 C9 0.170 XB <= 25776 C10 0.700 XP <= 25766

6.1.2.3. Perumusan Fungsi Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung

(71)

langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi. Adapun jumlah tenaga kerja langsung yang bekerja di pabrik selama periode January-Desember Tahun 2004 adalah sebanyak 34 Orang, dimana seluruh tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja tetap perusahaan.

Perumusan fungsi kendala ketersediaan jam tenaga kerja langsung, dimana koefesien variabel ruas kiri merupakan jam kerja tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder selama periode January-Desember tahun 2004. Adapun kebutuhan jam tenaga kerja di PT CWM dapat dilihat pada Tabel 9. Produksi biji kakao setiap harinya sebanyak 40 Ton dimana hasilnya 0.34 % berupa cocoa butter dan 0.49 % berupa cocoa powder. Sedangkan nilai ruas kanan kendala merupakan jumlah jam tenaga kerja yang tersedia. Nilai ruas kanan kendala diperoleh dari perkaliaan jam tenaga kerja per hari dikalikan jumlah tenaga kerja dan dikalikan lagi dengan jumlah hari kerja tiap-tiap bulan. Rincian selengkapnya dpat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Koefesien Jam Tenaga Kerja Langsung Pada PT Cacao Wangi Murni Jenis Produk JumlahTenaga

Kerja (a) (Orang)

Jam Kerja (b) Jam/Orang

Produksi (c) (Ton)

Koefesien (a*b)/c (Jam/Ton) Cocoa Butter 17 8 13.6 10

Gambar

Tabel 1. Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan
Tabel 2. Volume Ekspor Kakao Indonesia
Tabel 3. Kandungan Gizi Komposisi Biji Kakao
Gambar  1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif                                                  Sumber : Handoko, 1984
+7

Referensi

Dokumen terkait