PENGARUH PERSEPSI WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KANKER LEHER RAHIM (KLR) DAN PROGRAM INSPEKSI VISUAL ASETAT
(IVA) TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IVA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 051000035 ELLINA YULI M M
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
PENGARUH PERSEPSI WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KANKER LEHER RAHIM (KLR) DAN PROGRAM INSPEKSI VISUAL ASETAT
(IVA) TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IVA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM. 051000035 ELLINA YULI M M
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 2 Oktober 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes dr. Heldy BZ, MPH NIP. 19730803 199903 2 001 NIP. 19520601 198203 1 003
Penguji II Penguji III
Prof.dr.Aman Nasution, MPH
IP. 140 019 774 NIP. 140 052 649 dr. Fauzi, SKM
Medan, 2 Oktober 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Dekan,
ABSTRAK
Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak di Indonesia. Kematian akibat kanker leher rahim semakin meningkat, angka deteksi dini kanker leher rahim semakin menurun. Profil Puskesmas Bandar Khalifah menunjukkan jumlah wanita yang memanfaatkan pelayanan IVA hanya 36,46% dari target 80%. Ini menunjukkan cakupan pemanfaatan pelayanan IVA tidak mencapai target sebagaimana yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan dalam Pilot Proyek Deteksi Dini Kanker Leher Rahim.
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur (persepsi keseriusan penyakit, persepsi kerentanan diri, persepsi manfaat dan persepsi rintangan) terhadap pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Populasi penelitian adalah semua wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 100 jiwa dan penetapan jumlah sampel penelitian menggunakan metode “simple random sampling”. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang tidak berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah untuk meningkatkan persepsi wanita pasangan usia subur mengenai kanker leher rahim dan pentingnya deteksi dini kanker leher rahim dengan memberikan penyuluhan secara berkesinambungan. Sebagai tambahan, petugas kesehatan dan kader sebagai pemimpin dalam masyarakat seharusnya lebih aktif dalam memperluas pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA sehingga banyak wanita dapat mengakses dan memiliki kesempatan untuk memanfaatkannya.
ABSTRACT
Cervical Cancer is the cancer with the second highest rate in Indonesian women. The mortality rate of cervical cancer has been increasing, however the rate of cervical cancer screening has been decreasing. Profile data of Bandar Khalifah Health Centre, Percut Sei Tuan subdistrict, Deli Serdang district in 2010 showed that the amount of women who used visual inspection with acetate acid test was only 36,46%, out of the 80% targeted. This showed that coverage of the utilization of visual inspection with acetate acid test have not reached the target yet as determined by the District of Health in Pilot Project of Cervical Cancer Screening.
The type of research was survey with explanatory research that aimed to explain the influence of perception (perception of seriousness, perception of severity, perception benefit, perception of barrier) on the utilization of visual inspection with acetate acid test in the working area of Bandar Khalifah Health Centre in 2010. The population was all women of the reproductive age couples in the working area of Bandar Khalifah Health Centre. The sample of 100 people were taken by simple random sampling technique. Data were analyzed using multiple logistic regression test on the level of 95%.
The results of research showed that variables which had influence on the utilization of visual inspection with acetate acid test for the women were perception of seriousness (ρ = 0.008), perception of severity (ρ = 0.015), perception of benefit (ρ = 0,035) and perception of barrier (ρ = 0.043). There is no variable which did not have influence on the utilization of visual inspection with acetate acid test for the women .
Based on this result, it is suggested to the health centre officer in the working area of Bandar Khalifah Health Centre to increase the perception of the women about cervical cancer and the importance of cervical cancer screening by giving health education sustainably. In addition, health centre officer and the cadres as a leader in the community should be more active in expanding the service of cervical cancer screening by visual inspection with acetate acid test, so many women can access and have a chance to use this test.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ellina Yuli Margareth Manurung
Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/ 17 Juli 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Unika Lingkungan 20 Simalingkar B, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1992-1993 : TK Yayasan Mitra Inalum
2. Tahun 1993-1994 : SD Negeri 016397 Tanjung Gading
3. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 2 Air Putih Asahan
4. Tahun 2002-2005 : SMU Negeri 1 Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa Surgawi dan Tuhan
Yesus Kristus karena atas kasih dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang
Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap
Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”, guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.Drs.Surya Utama,M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I skripsi
sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan
sabar memberikan saran, dukungan, nasihat, bimbingan serta arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis
4. Prof. Dr. Aman Nasution, MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini
serta telah memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama
penulis menjalani pendidikan.
5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. dr. Budi Arfian selaku Kepala Puskesmas Bandar Khalifah yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
7. Seluruh petugas Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan yang
telah membantu penulis dalam melakukan survei.
8. Bapak Mahadani Abbas selaku Kepala Desa Sei Rotan dan seluruh staf yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama
penulis mengikuti pendidikan.
10.Teristimewa untuk orang tuaku yang terkasih, Ayahanda (Ir.E.Manurung) dan
Ibunda (M. Napitupulu) yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dan
dukungan kepada penulis selama ini, serta adik-adik tercinta (Elvina Eva Maria
Manurung dan Hendrick Thomas Parsaoran Manurung).
11.Sahabat-sahabatku (Sri Septenia, SKM., Irfani Annisa, SKM., Yessy,Asny Olyfta,
SKM., Asty) yang selalu memberi semangat, motivasi dan hiburan kepada
penulis.
12.Sahabat-sahabatku di Youth Cell (Rensi, Flora, Betharia, Vinie, Ida, Mifani) yang
13.Saudara-saudaraku dalam Kelompok Kecil ( Debora SKM., Nduma,SKM., dan
Efvi Ulina Sirait, SKM., yang selalu memberi motivasi dan dukungan doa kepada
penulis.
14.Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK : Bertha, Ria, Husein, Risty,
Siska, Franky, Rina, Yuni, Siti, Sylvina, Aida, Wiwit, Lydia, Etrie, Zulham,
Wisana dan lain-lain.
15.Rekan-rekan stambuk 2005 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a
selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Kanker Leher Rahim ... 10
2.1.1. Pengertian Kanker Leher Rahim ... 10
2.1.2. Penyebab Kanker Leher Rahim ... 10
2.1.3. Faktor yang Menyebabkan Perempuan Terpapar HPV... 11
2.1.3.1. Hubungan Seks pada Usia Muda ... 11
2.1.3.2. Multipartner ... 11
2.1.3.3.Jumlah Paritas ... 11
2.1.3.4.Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 12
2.1.3.5.Riwayat Perokok ... 12
2.1.4. Gejala Klinik ... 12
2.1.5. Upaya Pencegahan Kanker Leher Rahim ... 13
2.1.5.1 Pencegahan Primer ... 13
2.1.5.2. Pencegahan Sekunder ... 14
2.1.5.3. Pencegahan Tertier ... 14
2.1.6. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim... 15
2.1.7. Tes IVA ... 16
2.1.7.1. Definisi Tes IVA ... 16
2.1.7.2. Interpretasi Tes IVA ... 16
2.1.7.3. Keunggulan Tes IVA ... 16
2.1.7.4. Keterbatasan Tes IVA ... 17
2.2. Perilaku Kesehatan ... 17
2.3. Domain Perilaku ... 18
2.4.Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 19
2.5.Persepsi ... 20
2.6.Penelitian-penelitian sebelumnya ... 21
2.8. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Jenis Penelitian ... 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
3.3. Populasi dan sampel ... 27
3.3.1. Populasi ... 27
3.3.2. Sampel ... 28
3.4. Teknik Pengambilan Data ... 29
3.4.1. Data Primer ... 29
3.4.2. Data Sekunder ... 29
3.5. Definisi Operasional Variabel ... 30
3.5.1. Variabel Independen ... 30
3.5.2. Variabel Dependen ... 30
3.6. Aspek Pengukuran ... 31
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 31
3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 32
3.7. Teknik Analisa Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33
4.2. Analisis Univariat ... 38
4.2.1. Persepsi Keseriusan Penyakit ... 38
4.2.2. Persepsi Kerentanan Diri ... 41
4.2.3. Persepsi Manfaat ... 45
4.2.4. Persepsi Rintangan ... 47
4.3. Analisis Bivariat ... 50
4.3.1. Hubungan antara Persepsi Keseriusan Penyakit dengan Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 50
4.3.2. Hubungan antara Persepsi Kerentanan Diri dengan Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 51
4.3.3. Hubungan antara Persepsi Manfaat dengan Pelayanan IVA ... 52
4.3.4. Hubungan antara Persepsi Rintangan dengan Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 53
4.4. Analisis Multivariat ... 54
4.4.1.Pemilihan Variabel Kandidat Penelitian ... 54
4.4.2 Pembuatan Model Faktor Penentu Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 55
BAB V PEMBAHASAN... 57
5.1.Variabel yang Berpengaruh terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 57
5.1.2.Pengaruh Persepsi Kerentanan Diri terhadap Pemanfaatan
Pelayanan IVA ... 58
5.1.3.Pengaruh Persepsi Manfaat terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 59
5.1.4. Pengaruh Persepsi Rintangan terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Pedoman Jawaban
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Angka Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kabupaten Deli Serdang dari Tahun 2007-2009 ... 5
Tabel 2.1. Klasifikasi IVA sesuai temuan klinis ... 16
Tabel 3.1. Jumlah Sampel pada masing-masing desa ... 28
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen... 31
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 32
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009 ... 34
Tabel 4.2. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009 ... 35
Tabel 4.3. Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun2009 ... 35
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Sei Rotan Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Sei Rotan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 37
Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Sei Rotan Berdasarkan Agama ... 37
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Keseriusan Penyakit ... 40
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi Keseriusan Penyakit ... 41
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Kerentanan Diri ... 43
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi Kerentanan Diri ... ... 44
Tabel 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Manfaat ... 46
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Rintangan ... 48
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi Rintangan ... 49
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 49
Tabel 4.16. Hubungan antara Persepsi Keseriusan Penyakit dengan
Pemanfaatan Pelayanan IVA... 51
Tabel 4.17. Hubungan antara Persepsi Kerentanan Diri dengan Pemanfaatan
Pelayanan IVA ... 52
Tabel 4.18. Hubungan antara Persepsi Manfaat dengan Pemanfaatan
Pelayanan IVA ... 53
Tabel 4.19. Hubungan antara Persepsi Rintangan dengan Pemanfaatan
Pelayanan IVA ... 54
Tabel 4.20. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Persepsi Keseriusan Penyakit, Persepsi Kerentanan Diri, Persepsi Manfaat dan Persepsi
Rintangan dengan Variabel Pemanfaatan Pelayanan IVA ... 55
Tabel 4.21. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara
Persepsi Keseriusan Penyakit, Persepsi Kerentanan Diri dan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ABSTRAK
Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak di Indonesia. Kematian akibat kanker leher rahim semakin meningkat, angka deteksi dini kanker leher rahim semakin menurun. Profil Puskesmas Bandar Khalifah menunjukkan jumlah wanita yang memanfaatkan pelayanan IVA hanya 36,46% dari target 80%. Ini menunjukkan cakupan pemanfaatan pelayanan IVA tidak mencapai target sebagaimana yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan dalam Pilot Proyek Deteksi Dini Kanker Leher Rahim.
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur (persepsi keseriusan penyakit, persepsi kerentanan diri, persepsi manfaat dan persepsi rintangan) terhadap pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Populasi penelitian adalah semua wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 100 jiwa dan penetapan jumlah sampel penelitian menggunakan metode “simple random sampling”. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang tidak berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah untuk meningkatkan persepsi wanita pasangan usia subur mengenai kanker leher rahim dan pentingnya deteksi dini kanker leher rahim dengan memberikan penyuluhan secara berkesinambungan. Sebagai tambahan, petugas kesehatan dan kader sebagai pemimpin dalam masyarakat seharusnya lebih aktif dalam memperluas pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA sehingga banyak wanita dapat mengakses dan memiliki kesempatan untuk memanfaatkannya.
ABSTRACT
Cervical Cancer is the cancer with the second highest rate in Indonesian women. The mortality rate of cervical cancer has been increasing, however the rate of cervical cancer screening has been decreasing. Profile data of Bandar Khalifah Health Centre, Percut Sei Tuan subdistrict, Deli Serdang district in 2010 showed that the amount of women who used visual inspection with acetate acid test was only 36,46%, out of the 80% targeted. This showed that coverage of the utilization of visual inspection with acetate acid test have not reached the target yet as determined by the District of Health in Pilot Project of Cervical Cancer Screening.
The type of research was survey with explanatory research that aimed to explain the influence of perception (perception of seriousness, perception of severity, perception benefit, perception of barrier) on the utilization of visual inspection with acetate acid test in the working area of Bandar Khalifah Health Centre in 2010. The population was all women of the reproductive age couples in the working area of Bandar Khalifah Health Centre. The sample of 100 people were taken by simple random sampling technique. Data were analyzed using multiple logistic regression test on the level of 95%.
The results of research showed that variables which had influence on the utilization of visual inspection with acetate acid test for the women were perception of seriousness (ρ = 0.008), perception of severity (ρ = 0.015), perception of benefit (ρ = 0,035) and perception of barrier (ρ = 0.043). There is no variable which did not have influence on the utilization of visual inspection with acetate acid test for the women .
Based on this result, it is suggested to the health centre officer in the working area of Bandar Khalifah Health Centre to increase the perception of the women about cervical cancer and the importance of cervical cancer screening by giving health education sustainably. In addition, health centre officer and the cadres as a leader in the community should be more active in expanding the service of cervical cancer screening by visual inspection with acetate acid test, so many women can access and have a chance to use this test.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi
wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada
leher rahim dan disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini
ditularkan melalui hubungan seksual dan infeksinya terjadi pada 75% wanita yang
telah pernah berhubungan seksual. Kanker ini telah menyerang lebih dari 1,4 juta
wanita di seluruh dunia (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC) dalam
Depkes RI (2008), kanker leher rahim menempati urutan kedua dari seluruh kanker
pada perempuan dengan incidence rate 9,7 % dan jumlah kematian 9,3 % dari seluruh
kanker pada perempuan di dunia. Menurut World Health Organization (WHO)
(2007), diperkirakan lebih dari 500.000 kasus baru kanker leher rahim ditemukan di
dunia dan 90% dari seluruh kasus tersebut terdapat di negara-negara berkembang.
Hampir 260.000 kasus kematian wanita terjadi akibat kanker leher rahim dan hampir
95% dari kasus tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Bila hal ini tidak
ditindaklanjuti dengan segera, kematian akibat kanker leher rahim diperkirakan akan
meningkat hampir 25% pada sepuluh tahun mendatang.
Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC) dalam
Depkes RI (2008), insidens kanker leher rahim di Indonesia sebesar 16 per 100.000
perempuan. WHO dalam jurnal yang diterbitkan pada tahun 2007 dengan judul:
15050 kasus baru kanker leher rahim muncul setiap tahunnya dan sebanyak 7566
kasus kematian terjadi akibat kanker leher rahim di Indonesia.
Menurut Indrapaja (2008), fenomena kejadian kanker leher rahim ibarat
fenomena gunung es. Jumlah kasus yang timbul ke permukaan lebih sedikit dari
kasus yang sesungguhnya. Karena banyak kasus kanker leher rahim yang tidak
terdeteksi oleh petugas kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dan
partisipasi wanita dalam mendeteksi dini kanker leher rahim, sehingga hal ini
mengakibatkan wanita terlambat menyadari adanya kanker leher rahim.
WHO (2006) dalam bukunya yang berjudul ”Comprehensive cervical cancer
control: a guide to essential practice” menyatakan bahwa keterlambatan wanita
menyadari adanya kanker leher rahim meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
kanker leher rahim, padahal kanker leher rahim sebenarnya dapat disembuhkan 100%
bila ditemukan sejak dini dan ditangani segera. Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi
HPV sampai menjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama, namun kanker
leher rahim ini tidak menunjukkan gejala kesakitan sama sekali pada stadium dini.
Hal inilah yang mengakibatkan banyak wanita merasa tidak perlu memeriksakan diri
sejak dini. Pada wanita yang tidak pernah melakukan deteksi dini, kanker cenderung
ditemukan pada stadium lanjut, dimana kanker sudah sulit disembuhkan. Itulah
sebabnya deteksi dini kanker leher rahim sangat penting dilakukan.
Rendahnya cakupan deteksi dini atau screening merupakan salah satu alasan
makin berkembangnya kanker leher rahim. Perempuan yang tidak melakukan
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang melakukan skrining secara teratur
(Depkes RI, 2008).
Deteksi dini kanker leher rahim merupakan terobosan inovatif dalam
pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat
kanker leher rahim (Depkes RI, 2008). Perempuan yang melakukan deteksi dini
kanker leher rahim akan menurunkan risiko terkena kanker leher rahim karena deteksi
dini ini ditujukan untuk menemukan lesi pra-kanker sedini mungkin, sehingga
pengobatan dapat segera diberikan bila lesi ditemukan (Depkes RI, 2007).
Deteksi dini yang diikuti pengobatan yang adekuat merupakan kunci
keberhasilan dalam pengendalian kanker leher rahim. Hal ini berdasarkan fakta lebih
dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan penapisan
sebelumnya (Depkes RI, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2002) di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa sekitar 69,4% dari
perempuan yang terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan penapisan, sehingga
pada saat kanker diketahui, kanker telah ditemukan pada stadium lanjut dan
pengobatan sudah sangat terlambat.
Menurut Depkes RI (2007), deteksi dini kanker leher rahim difokuskan pada
wanita yang berisiko tinggi dan berusia 30-50 tahun. WHO (2007) mengatakan
bahwa semua wanita yang pernah berhubungan seksual kemungkinan besar memiliki
risiko terkena kanker leher rahim. Wanita yang termasuk dalam kelompok risiko
tinggi adalah mereka pertama kali berhubungan seksual dan memiliki anak pada usia
muda, memiliki lebih dari 5 anak, memiliki banyak pasangan seksual, merokok dan
Pemerintah telah melaksanakan program penapisan kanker leher rahim dalam
mengendalikan kanker leher rahim. Untuk melaksanakan program ini, Departemen
Kesehatan telah menyelenggarakan pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim di 6
Kabupaten yaitu Deli Serdang (Sumatera Utara), Gresik (Jawa Timur), Kebumen
(Jawa Tengah), Gunung Kidul (DI Yogyakarta), Karawang (Jawa Barat), dan Gowa
(Sulawesi Selatan). Deteksi dini kanker leher rahim ini dilakukan dengan
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) (Depkes RI, 2008).
Depkes RI (2008) melaporkan rata-rata pencapaian skrining kanker leher
rahim di 6 daerah pilot proyek untuk target 5 tahun adalah 11,64%. Pencapaian ini
masih lebih rendah dari target tahunan sebesar 20%. Subdit Kanker juga menemukan
prevalensi rata-rata curiga (suspect) kanker leher rahim yang terdapat di 6 kabupaten
tersebut adalah 0,22% dan dari data suspect kanker leher rahim tersebut, setelah
dirujuk, kasus yang benar-benar kanker leher rahim sebanyak 7 orang (0,028%) atau
28 per 100.000 perempuan yang ber usia 30-50 tahun. Hal ini lebih tinggi dari
estimasi IARC tahun 2002 sebesar 16 per 100.000 perempuan.
Menurut Profil Dinas Kesehatan Deli Serdang tahun 2009, Surveilans
Terpadu Penyakit Bidang Pencegahan dan pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mencatat ada 9 kasus kanker leher rahim yang
dilaporkan oleh RSU Deli Serdang. Kasus ini ditambah dengan 4 kasus kanker leher
rahim diperoleh dari skrining IVA yang dilakukan di 8 Puskesmas Pilot Project.
Jumlah perempuan yang berusia 30-50 tahun adalah 48.802 orang. Dengan demikian,
perempuan yang berusia 30-50 tahun. Hal ini juga lebih tinggi dari perkiraan IARC
tahun 2002 sebesar 16 per 100.000 perempuan.
Pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim ini telah dilaksanakan pada
beberapa puskesmas di Deli Serdang. Adapun cakupan deteksi dini kanker leher
rahim di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1. Angka Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Kabupaten Deli Serdang dari Tahun 2007-2009
Sumber: Laporan IVA Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang dari tahun 2007- 2009
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa presentase wanita yang
melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Bandar Khalifah pada tahun 2009
menempati posisi terendah bila dibandingkan dengan puskesmas lainnya, yakni
36,46%. Pada tahun 2007, persentase jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan
IVA di Puskesmas Bandar Khalifah juga menduduki posisi terendah, yakni 1,7%.
Pada tahun 2008, persentase cakupan pemeriksaan IVA di Puskesmas Bandar
Puskesmas
Sasaran wanita PUS
5 tahun 1 tahun
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Didete
ksi %
Didete
ksi %
Didete
ksi %
Tanjung
Morawa 6448 5158 1031 509 49,36 1004 97,38 1176 114,06
Pancur
Batu 9998 7998 1599 325 20,32 1380 86,30 1604 100,31
Batang
Kuis 4269 3415 683 73 10,68 290 42,45 387 56,66
Bandar
Khalifah 12650 10120 2024 35 1,7 963 47,57 738 36,46 Talun
Kenas 5344 4275 855 - - 313 36,60 841 98,36
Sei
Mencirim 4445 3556 811 - - 93 11,46 426 52,52
Petumbuka
n 2526 2020 404 - - 113 27,97 444 109,90
Namoramb
Khalifah sebanyak 47,57%. Hal ini menunjukkan persentase cakupan IVA di
Puskesmas Bandar Khalifah selama 3 tahun terakhir belum mencapai 80%.
Pada tahun 2007 di Puskesmas Bandar Khalifah, terdapat 2 kasus dengan hasil
tes IVA positif dan yang dirujuk ke rumah sakit sebanyak 1 orang. Pada tahun 2008,
ditemukan adanya 5 kasus suspect kanker leher rahim, 6 kasus lesi positif dan 6 kasus
dirujuk ke rumah sakit. Pada tahun 2009, ditemukan adanya 2 kasus suspect kanker
leher rahim.
Menurut petugas program IVA subdin P2P Dinkes Kabupaten Deli Serdang,
jumlah target wanita yang melakukan pemeriksaan IVA yang harus dicapai dalam
setahun adalah minimal 80% dari jumlah yang telah ditetapkan per tahun. WHO
(2004) dalam bukunya yang berjudul ”Progress in Reproductive Health Research”
menyatakan bahwa bila cakupan program deteksi dini kanker leher rahim rendah dari
80%, maka program tersebut kurang berhasil dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian kanker leher rahim.
Menurut survei pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Bandar
Khalifah, kegiatan yang dilakukan pada program deteksi kanker leher rahim ini
adalah pemeriksaan IVA di dalam dan di luar gedung, pengobatan, krioterapi, rujukan
bila ada yang membutuhkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada petugas
IVA, pemanfaatan pelayanan IVA masih rendah, karena banyak wanita yang merasa
tidak perlu dan enggan melakukan pemeriksaan IVA.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dipelajari. Menurut Green dalam Yustina (2007), bahwa
Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan
persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu untuk berperilaku.
Menurut Cumming dalam Muzaham (1995), pengetahuan individu tentang
penyakit akan membentuk persepsi individu tentang ancaman penyakit dan
kepercayaan terhadap kerentanan pada penyakit. Becker dalam (Muzaham, 1995)
mengatakan persepsi dan kepercayaan tersebut akan memotivasi individu untuk
melakukan perilaku kesehatan.
Menurut teori health belief model yang dikemukakan oleh Hochbaum,
Rosenstock, Kasl dan Cobb dalam Smet (1994), kemungkinan individu melakukan
tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau
penilaian kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman yang dirasakan serta sakit dan
pertimbangan keuntungan dan kerugian. Penilaian dilihat dari persepsi kerentanan
penyakit, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat dan persepsi rintangan yang
dirasakan.
Ogden (2000), menerapkan health belief model ini dalam program deteksi dini
kanker leher rahim. Ia mengatakan, bahwa kemungkinan seorang perempuan untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim bila ia merasa bahwa ia sangat rentan
terhadap kanker leher rahim; bila ia merasa bahwa kanker leher rahim dapat
mengancam kesehatannya; bila ia merasa bahwa deteksi dini kanker leher rahim
sangat bermanfaat baginya.
Hasil penelitian Bessler dkk yang dilakukan di Trelawny, Jamaika (2005)
menemukan, bahwa wanita yang merasa dirinya lebih berisiko terhadap kanker leher
telah pernah mendeteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang memiliki
persepsi keseriusan dan kerentanan rendah tidak melakukan deteksi dini.
Menurut penelitian Bessler dkk yang dilakukan di Trelawny, Jamaika (2005),
wanita yang merasa deteksi dini kanker leher rahim itu bermanfaat baginya
cenderung telah melakukan deteksi dini dibandingkan mereka yang tidak merasa
demikian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jepson dkk di Amerika Serikat
(2000) menemukan adanya hubungan yang kuat antara persepsi rintangan dengan
tindakan tidak mendeteksi dini kanker leher rahim. Rintangan yang dirasakan oleh
para wanita dalam mendeteksi dini kanker leher rahim adalah rasa malu, rasa takut
akan hasil deteksi dini dan rasa sakit dari tes yang dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
pengaruh persepsi wanita usia subur tentang kanker leher rahim dan program Inspeksi
Visual Asetat (IVA) terhadap pemanfaatan pelayanan IVA dalam mendeteksi dini
kanker leher rahim di Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah diatas
adalah apakah ada pengaruh antara persepsi wanita usia subur (persepsi keseriusan,
persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi rintangan) terhadap pemanfaatan
pelayanan IVA dalam mendeteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas Bandar
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan pengaruh antara persepsi wanita yang telah menikah
(persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi rintangan)
wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan pelayanan IVA dalam mendeteksi
dini kanker leher rahim di Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mengenai sejauh mana
pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan
pelayanan IVA dalam mendeteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas
Bandar Khalifah, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor
persepsi dalam upaya mendeteksi dini kanker leher rahim.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
persepsi wanita pasangan usia subur dalam mendeteksi dini kanker leher
rahim dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
promosi kesehatan dalam pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker Leher Rahim
2.1.1.Pengertian Kanker Leher Rahim
Kanker ginekologik adalah tumbuhnya sel-sel neoplastik secara tidak
terkontrol pada jaringan organ genetik wanita terdiri dari uterus, tuba fallopi,
ovarium, vagina dan vulva. Kanker pada organ genetika merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas terbesar kedua setelah kanker payudara. Kanker leher rahim
adalah kanker yang terjadi pada servik uterus (leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim dan liang sanggama (vagina). Kanker serviks sering disebut juga kanker leher
rahim (Sukaca, 2009).
2.1.2. Penyebab Kanker Leher Rahim
Penyebab kanker leher rahim belum diketahui dengan pasti, namun diduga
penyebabnya Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi virus papilloma terdapat pada
wanita yang aktif secara seksual. Dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti
bahwa lebih dari 90% kondiloma serviks semua neoplasia intraepitel serviks dan
kanker leher rahim mengandung DNA HPV. HPV ini dapat menyerang alat kelamin
2.1.3.Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai
penyebab dari kanker leher rahim) adalah sebagai berikut:
2.1.3.1.Hubungan Seks Pada Usia Muda
Faktor risiko ini merupakan salah satu faktor risiko terpenting karena
Penelitian para pakar menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual maka semakin besar risiko terkena kanker leher rahim. Wanita
yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada wanita yang berhubungan seksual
pertama sekali pada usia lebih dari 20 tahun (Sukaca, 2009).
2.1.3.2.Multipartner seks
Perilaku berganti-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan
penyakit kanker leher rahim. Risiko terkena kanker leher rahim meningkat 10 kali
lipat pada wanita mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Bukan hanya ini saja,
bila seorang suami juga berganti-ganti pasangan seksual dengan wanita lain misalnya
wanita tuna susila (WTS), maka suaminya dapat membawa virus HPV dan
menularkan kepada istrinya (Sukaca, 2009).
2.1.3.3.Jumlah Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup atau viable. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah
persalinan yang demikian dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal
pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak
dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim,
dan dapat berkembang menjadi keganasan (Sukaca, 2009).
2.1.3.4.Pemakaian Alat Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih)
meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Sedangkan pemakaian
kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif kanker leher
rahim 1,53 kali (Sukaca, 2009).
2.1.3.5.Riwayat Perokok
Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali lipat terkena kanker leher rahim dibandingkan wanita yang tidak. Lendir serviks wanita perokok mengandung nikotin
dan zat lainnya yang terdapat dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan
serviks. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks (Sukaca, 2009).
2.1.4.Gejala klinik
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium awal belum dijumpai
gejala-gejala yang spesifik bahkan pada umumnya tanpa gejala-gejala. Pada stadium awal ini dapat
dideteksi secara dini (Manuaba, 1998).
Gejala yang mungkin dapat dideteksi ialah mula-mula keluar cairan encer
dan berbau busuk yang disebabkan oleh jaringan tumor nekrosis dan infeksi
(Nugroho BD, 2003). Pada awal stadium lanjut dijumpai riwayat pendarahan
intermenstrual. Biasanya timbul pendarahan setelah senggama (contact bleeding),
anemi sering ditemukan sebagai akibat dari pendarahan yang terus berlangsung
(Rayburn, 1995).
Pada stadium lanjut terdapat nyeri di daerah panggul akibat tumor yang
nekrotik, perasaan nyeri juga menjalar ke paha. Gejala hematuri dan pendarahan
rektal timbul bila tumor sudah menjalar ke vesika urinaria dan rectum. Penurunan
berat badan dan anemi adalah karakteristik sari stadium kanker leher rahim (Sinclair,
1992).
2.1.5. Upaya Pencegahan Leher Rahim
Pencegahan penyakit kanker leher rahim adalah upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker leher rahim,
yang dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
2.1.5.1.Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan
kepada masyarakat mengenai faktor penyebab terjadinya kanker leher rahim.
Keberhasilan program penyuluhan yang dilanjutkan dengan skrining terbukti efektif
dalam menurunkan kasus kanker leher rahim di beberapa negara seperti Finlandia dan
Amerika Serikat, sedangkan untuk individu penyuluhan dilakukan dalam upaya
mencegah masuknya virus ke dalam tubuh dengan menghindari berganti-ganti
seperti merokok, menghindari hubungan seks pada usia muda, berperilaku hidup
sehat serta memperbanyak konsumsi sayuran dan buah (Hidayanti, 2001).
2.1.5.2.Pencegahan Sekunder
Salah satu bentuk pencegahan sekunder kanker leher rahim adalah dengan
melakukan deteksi dini terhadap kanker dan pemeriksaan gejala klinis pada stadium
awal. Bagi wanita yang tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan
seksual dibawah usia 20 tahun, selalu merawat kebersihan alat kelamin dan tidak
merokok, pemeriksaan tes Inspeksi Visual Asetat dapat dilakukan sekali dalam 5
tahun, terutama wanita dengan usia 30 tahun sampai dengan 50 tahun (Tambunan,
1995).
2.1.5.3.Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier yang dapat dilakukan berupa mempertahankan kualitas
hidup orang yang positif menderita kanker dengan cara pemberian asupan gizi yang
baik, memberi dukungan kepada penderita baik dari keluarga maupun dari petugas
kesehatan. Pencegahan lainnya berupa pengobatan dan penatalaksanaan medis untuk
mencegah atau memperlambat proses penyebaran kanker ke bagian tubuh yang lain.
Penyuluhan terhadap pasangan penderita kanker leher rahim yang telah menjalani
histerektomi total agar tetap mempertahankan keharmonisan hubungan suami istri
2.1.6.Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Menurut Octiyanti (2006), deteksi dini kanker leher rahim merupakan upaya
pencegahan sekunder kanker leher rahim. Dilakukan skrining menggunakan tes
tertentu untuk mendeteksi dini kanker leher rahim pada fase pra kanker.
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim perlu dilakukan karena:
– Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
negara-negara berkembang dengan sumber daya terbatas.
– Fase pra kanker dapat dikenali dan dideteksi sehingga dapat ditatalaksana
secara aman, efektif dan dengan cara yang dapat diterima.
– Perkembangan dari fase pra kanker menjadi kanker dapat membutuhkan
waktu relatif lama (hingga sepuluh tahun) sehingga cukup waktu untuk
melakukan deteksi dan terapi.
– Terapi pada fase pra kanker amat murah dibandingkan dengan
penatalaksanaan bila sudah terjadi kanker.
– Target : menemukan lesi pra kanker leher rahim (lesi intra epitel leher rahim/
neoplasia intra epitel leher rahim)
– Bila dilakukan terapi pada lesi pra kanker leher rahim, kesembuhan dapat
mencapai 100%.
Beberapa jenis tes untuk Deteksi Dini Kanker Leher rahim untuk saat ini, sebagai
berikut:
– Deteksi HPV onkogenik : tes HPV HC-II
– Visual : tes IVA, tes IVA dengan Magnifikasi, tes Inspeksi Visual dengan
aplikasi Lugol, servikografi, kolposkopi
– Truscan (polarprobe), Fluorescence spectroscopy, Fibre optic confocal
microscopy
2.1.7.Tes IVA 2.1.7.1.Definisi
Menurut Amrantara (2009), tes visual dengan menggunakan larutan asam
cuka (asam asetat 2%) dan larutan iosium lugol pada leher rahim dan melihat
perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat
adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker leher
rahim.
2.1.7.2.Interpretasi Hasil Tes IVA
Adapun hasil temuan IVA dapat diklasifikasikan sesuai dengan temuan klinis
yang diperoleh, sebagai berikut:
Tabel 2.1.Klasifikasi IVA sesuai temuan klinis
Klasifikasi IVA Temuan Klinis
Hasil Tes-Positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat squamo-columnar junction (SCJ)
Hasil Tes-Negatif
Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu, ektropion, polip,servitis,inflamasi, Nabothian cysts
Kanker Massa mirip kembang kol atau bisul
2.1.7.3.Keunggulan tes IVA
a. Akurasi tes IVA pada beberapa penelitian terbukti cukup baik.
c. Pelatihan IVA untuk tenaga medis lebih cepat dan sederhana
dibandingkan sitoteknisi.
d. Hasil pemeriksaan dapat segera diketahui.
e. Murah dan sederhana.
f. Dapat dikerjakan pada fasilitas kesehatan dengan sumber daya
terbatas.
g. Dapat dikerjakan kapan saja, tidak perlu persiapan klien.
2.1.7.4.Keterbatasan tes IVA
a. Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih tinggi).
b. Angka hasil tes positif tinggi (10-35%).
c. Nilai Prediksi Positif untuk hasil tes positif rendah (10-30%).
d. Terapi akan berlebihan bila dilakukan skrining dan terapi sekaligus.
e. Kemampuan yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi pada
endoserviks.
2.2.Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari
batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atas
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya
2.3.Domain Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respons atau
reaksi atau stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003)
yaitu:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat given atau bawaaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
2.4.Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Health Belief Model (HBM) adalah teori yang diuraikan dalam usaha mencari
cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut teori HBM,
kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang
dirasakan serta sakit atau luka dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
(Smet, 1994).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap risiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir penyakit atau kesakitan
betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila
ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Menurut teori HBM, penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini
berdasarkan kepada ketidak-kebalan yang dirasakan yang merupakan kemungkinan
bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi
mereka dan keseriusan yang dirasakan yaitu penilaian kedua yang dibuat adalah
perbandingan keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan
melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
Komponen-komponen dari HBM yang dikemukakan oleh Rosenstock dalam
Glanz dkk, 1977) adalah sebagai berikut:
1. Persepsi kerentanan (Perceived susceptibility) merupakan persepsi subjektif
individu mengenai risiko mengalami kondisi kesehatan tertentu.
2. Persepsi keparahan (Perceived severity) merupakan perasaan individu
3. Persepsi manfaat (Perceived benefit) mengacu pada keyakinan individu
mengenai keefektifan suatu tindakan dalam mengurangi ancaman yang
ditimbulkan oleh suatu penyakit.
4. Persepsi hambatan (Perceived barriers) merupakan aspek negatif yang
terdapat pada suatu tindakan kesehatan tertentu, yang mungkin menjadi
penghalang untuk melakukan perilaku pencegahan penyakit, misalya rasa
malu, takut, rasa sakit.
5. Isyarat bertindak (Cues to action) merupakan sesuatu yang membuat individu
waspada terhadap konsekuensi yang mungkin ditimbulkan.
2.5. Persepsi
Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau
interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat tergantung pada
kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi
diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di
lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi
sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.
Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami
informasi mengenai lingkungannya. Dalam hubungannya dengan perilaku
orang-orang dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat
ini, menunjukkan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel
berikut : (1) Objek atau peristiwa yang dipahami (2) lingkungan terjadinya persepsi,
dan (3) orang-orang yang melakukan persepsi. Dengan demikian, persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami
informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 1999).
Menurut Notoatmojo (2003) setelah seseorang mengetahui stimulus atau
objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan
apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat
dikatakan sebagai perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini
sangat berkaitan dengan persepsi.
2.6.Penelitian-penelitian sebelumnya
Penyakit kanker leher rahim adalah penyakit yang bersifat kronis dan tanpa menunjukkan gejala, sehingga pada umumnya tidak disadari adanya penyakit ini
secara dini. Akibatnya penyakit ini secara progresif merusak jaringan leher rahim,
sehingga mengakibatkan penyakit ini bertambah parah. Namun sebenarnya penyakit
ini bisa disembuhkan bila dideteksi sejak dini. Untuk deteksi dini ini memerlukan
beberapa faktor yang mendorong individu untuk melakukan tindakan deteksi penyakit
Gillam, Gamer, A. Wong ML, Smith WC dan King J; Patricia Bessler, Maung
Aung,dan Pauline Jolly; Jepson R, Clegg A dan Forbes; Rosenstock Hochbaum
yaitu model kepercayaan kesehatan yang meliputi persepsi kerentanan, keseriusan,
manfaat dan rintangan dari tindakan deteksi dini kanker leher rahim.
Penelitian-penelitian yang sebelumnya menemukan banyak faktor yang
menyebabkan kegagalan deteksi dini kanker leher rahim. Di Amerika Serikat,
kegagalan deteksi dini kanker leher rahim berkaitan dengan ras dan etnis, pendidikan
yang terbatas, pendapatan yang rendah, imigran yang tidak mampu berbahasa Inggris,
dan kurangnya asuransi kesehatan (Gamer, 2003). Di Inggris, faktor-faktor yang tidak
menyebabkan wanita tidak melakukan tindakan deteksi dini kanker lehr rahim adalah
rendahnya persepsi kerentanan terhadap penyakit kanker leher rahim yang dirasakan
wanita, kurangnya pengetahuan wanita tentang pentingnya deteksi dini kanker leher
rahim dan faktor-faktor risiko kanker leher rahim, rasa takut dan sakit terhadap
deteksi dini kanker leher rahim dan rasa malu (Gillam, 1991)
Penelitian di negara-negara di Amerika Latin dan Karibia juga telah
mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan deteksi dini kanker
leher rahim. Pan American Health Organization (PAHO) menyimpulkan bahwa rasa
malu, status sosial ekonomi yang rendah , pendidikan yang terbatas, rasa takut
terhadap diagnosis kanker leher rahim berhubungan dengan kegagalan deteksi dini
kanker leher rahim (Lewis, 1995).
Penelitian yang dilakukan PAHO di Amerika Latin dan Karibia dan studi dari
Trinidad dan Jamaika telah menemukan bahwa alasan utama untuk tidak pernah
Studi dari Amerika Latin mengkonfirmasi bahwa kurangnya pengetahuan bahwa
kanker adalah penyakit yang dapat dicegah dan miskin pemahaman tentang gejala
kanker leher rahim tersebut memiliki korelasi dengan kegagalan untuk mendeteksi
dini kanker leher rahim (Lewis, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Seow A, Wong ML, Smith WC (1995) dan
King J (1987) dalam (Bessler dkk, 2005) menemukan bahwa ada hubungan bermakna
antara kerentanan terhadap kanker leher rahim yang dirasakan oleh wanita dengan
tindakan deteksi dini kanker leher rahim. Pada penelitian Patricia Bessler, Maung
Aung,dan Pauline Jolly di Trelawny, Jamaika (2005) menemukan juga ,bahwa
wanita yang merasa dirinya lebih berisiko terhadap kanker leher rahim cenderung
telah pernah mendeteksi dini kanker leher rahim dibandingkan dengan mereka yang
merasa kurang berisiko.
Patricia Bessler, Maung Aung,dan Pauline Jolly di Trelawny, Jamaika
(2005) juga menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa 81 % dari responden
menyatakan bahwa penyakit kanker leher rahim adalah penyakit yang sangat serius
dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang
keseriusannya rendah tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi manfaat tindakan deteksi dini
kanker leher rahim dengan tindakan deteksi dini kanker leher rahim. Pada hasil
penelitian ini, 5% dari responden menyatakan tindakan deteksi dini kanker leher
rahim untuk mencegah kanker leher rahim dan melakukan tindakan deteksi dini
tindakan deteksi dini kanker leher rahim untuk mendiagnosa kanker leher rahim dan
melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
Penelitian menemukan bahwa hambatan yang dirasakan oleh para wanita
dalam mendeteksi dini kanker leher rahim adalah rasa malu, rasa takut akan hasil
deteksi dini dan rasa sakit dari tes yang dilakukan. Hasil penelitian ini juga
menemukan bahwa ada hubungan antara hambatan yang dirasakan dengan tindakan
deteksi dini kanker leher rahim. Penelitian yang dilakukan oleh Jepson R, Clegg A
dan Forbes C di Amerika Serikat (2000) dalam (Bessler,2005) menemukan adanya
hubungan yang kuat antara rasa malu dengan tindakan tidak mendeteksi dini kanker
leher rahim . Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Lewis
yang menemukan bahwa rasa malu memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan
para wanita di negara-negara Amerika Latin untuk melakukan deteksi dini.
2.7. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep
penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
[image:41.612.109.499.165.343.2]
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Perilaku pemeriksaan IVA adalah keikutsertaan WUS dalam memanfaatkan
pelayanan IVA untuk mendeteksi dini kanker leher rahim.
2. Persepsi Kerentanan diri adalah persepsi subyektif wanita yang telah menikah
terhadap risiko untuk terkena kanker leher rahim.
3. Persepsi Keseriusan Penyakit adalah persepsi wanita yang telah menikah
terhadap keseriusan akibat kanker leher rahim atau jika tidak dideteksi sejak
dini dan tidak ditangani segera.
4. Persepsi Manfaat adalah persepsi wanita yang telah menikah terhadap
manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari tindakan deteksi dini kanker
leher rahim dengan IVA. Faktor Persepsi
• Persepsi Kerentanan diri
• Persepsi keseriusan penyakit
• Persepsi Manfaat yang dirasakan
• Persepsi rintangan yang dirasakan
5. Persepsi Rintangan yang dirasakan adalah persepsi rintangan yang dirasakan
oleh wanita yang telah menikah dalam mendeteksi dini kanker leher rahim
dengan IVA.
2.8.Hipotesis
Dari gambar kerangka konsep di atas,maka hipotesis penelitian di atas adalah
terdapat pengaruh persepsi (persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi
manfaat, persepsi rintangan) wanita pasangan usia subur terhadap tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan pendekatan
explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel
yang diteliti melalui pengujian hipotesis (Singarimbun,1995).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah karena
berdasarkan laporan cakupan IVA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun
2009, Puskesmas Bandar Khalifah memiliki persentase jumlah wanita pasangan usia
subur (PUS) yang melakukan pemeriksaan IVA yang terendah pada tahun 2009 yakni
36,46% dan selalu dibawah 80% dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Waktu
penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur (PUS)
yang berumur 30-50 tahun. Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Bandar
Khalifah pada saat survei pendahuluan diketahui jumlah populasi sebanyak 12.650
Tabel 3.1 Jumlah Sampel pada masing-masing desa
No Desa Jumlah wanita pasangan usia subur (PUS)
1 Bandar Khalifah 1200
2 Bandar Klippa 1600
3 Sei Rotan 1450
4 Tembung 1365
5 Sanbirejo Timur 1765
6 Laut Dendang 700
7 Kampung Kolam 500
8 Bandar Setia 650
9 Amplas 100
10 Kenangan 1369
11 Kenangan Baru 1901
Jumlah 12.650
3.3.2. Sampel
Melihat jumlah populasi yang begitu besar yaitu 11 desa dan berbagai
keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu maupun biaya,
maka peneliti menggunakan teknik acak berkelompok (cluster random sampling).
Proses pemilihan secara acak berkelompok dilakukan apabila populasi
tersebar secara luas sehingga tidak memungkinkan untuk membuat daftar seluruh
populasi (Saryono, 2008).
Teknik sampling ini digunakan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga (Sugiyono, 2006).
Untuk menentukan sampel daerah dilakukan dengan cara acak (undian),
dengan cara ini diperoleh kelurahan yang menjadi populasi adalah desa Sei Rotan
dengan jumlah wanita pasangan usia subur sebanyak 1450 wanita. Dari jumlah ini
Penetapan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).
) ( 1 N d2
N n
+
=
n =
) 1 , 0 ( 1450 1
1450 2 +
n = 93,54 = 94 orang
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = derajat ketetapan yang diinginkan (sebesar 0,1)
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 94 responden dan
dibulatkan menjadi 100 orang.
3.4. Teknik Pengambilan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung melalui wawancara langsung dengan
responden menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari Laporan Dinas
3.5. Definisi Operasional Variabel 3.5.1. Variabel Independen
1. Persepsi Keseriusan Penyakit adalah persepsi responden terhadap
keseriusan akibat kanker leher rahim atau jika tidak dideteksi sejak dini
dan tidak ditangani segera.
2. Persepsi Kerentanan diri adalah persepsi responden terhadap risiko untuk
terkena kanker leher rahim.
3. Persepsi Manfaat adalah persepsi responden terhadap manfaat atau
keuntungan yang diperoleh dari tindakan deteksi dini kanker leher rahim
dengan IVA.
4. Persepsi Rintangan yang dirasakan adalah persepsi rintangan yang
dirasakan oleh responden dalam mendeteksi dini kanker leher rahim
dengan IVA.
3.5.2. Variabel Dependen
1. Tindakan memanfaatkan pelayanan IVA adalah keikutsertaan wanita
pasangan usia subur dalam memanfaatkan pelayanan IVA untuk mendeteksi
dini kanker leher rahim. Keikutsertaan wanita ini terdiri dari 1 pertanyaan dan
dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Memanfaatkan
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen
Variabel persepsi kerentanan diri, persepsi keseriusan penyakit, persepsi
manfaat dan rintangan yang dirasakan meliputi skala penukuran interval. Secara rinci
[image:47.612.116.537.232.557.2]dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen
No Variabel Jumlah
Indikator Kategori Jawaban Bobot Nilai Kategori Variabel Nilai Interval Skala Ukur
1 Persepsi
Keseriusan penyakit
6 Tidak
Setuju
1 1.Buruk 6-9 Interval
Kurang Setuju
2 2.Sedang 10-13
Setuju 3 3. Baik 14-18
2 Persepsi
kerentanan diri
8 Tidak
Setuju
1 1.Buruk 8-13 Interval
Kurang Setuju
2 2.Sedang 14-19
Setuju 3 3. Baik 20-24
3 Persepsi
Manfaat
5 Tidak
Setuju
1 1.Buruk 5-8 Interval
Kurang Setuju
2 2.Sedang 9-12
Setuju 3 3. Baik 13-15
4 Persepsi
rintangan
4 Tidak
Setuju
1 1.Buruk 4-6 Interval
Kurang Setuju
2 2.Sedang 7-9
3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen
Perilaku pemeriksaan IVA pada wanita usia subur dapat dilihat pada Tabel
[image:48.612.110.537.168.266.2]3.3:
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen
Variabel ∑
Indikator
Kriteria Bobot
Nilai
Skor Skala ukur Tindakan
memanfaatkan pelayanan
IVA
1 1. Memanfaatkan 2. Tidak
Memanfaatkan
Nominal
3.7. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diberi kode dan diedit dengan bantuan komputer dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian dilanjutkan dengan
analisa statistik menggunakan uji regresi logistik berganda karena bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen persepsi (persepsi kerentanan
diri, persepsi keseriusan penyakit, persepsi manfaat, dan persepsi rintangan yang
dirasakan) terhadap variabel dependen (tindakan memanfaatkan pelayanan IVA).
Rumus regresi logistik ganda :
Keterangan :
Y = Variabel dependen
B = Koefisien regresi
X = Variabel Independen
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak Geografis
Puskesmas Bandar Khalipah berlokasi di Jalan Bustaman Pasar X Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Secara
geografis batasan wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan
Pantai Labu.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan : Labuhan Deli dan Kota Medan.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kota Medan.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Malaka.
Wilayah Kerja Puskesmas terdiri dari sebelas desa yaitu Desa Bandar
Khalipah, Desa Bandar Klippa, Desa Sambirejo Timur, Desa Sei Rotan, Desa Laut
Dendang, Desa Bandar Setia dengan luas wilayah masing-masing desa 833 km2,
1.848 km2, 416 km2, 516 km2 , 1.700 km2, 3.600 km2, 597 km2.
4.1.2. Data Demografi
Secara administratif jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bandar
Khalipah berjumlah 151.090 jiwa dengan 33.614 KK. Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 75.473 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak
75.617 jiwa. Berdasarkan golongan umur, jumlah kelompok umur terbanyak ada pada
umur paling sedikit ada pada kelompok umur di bawah 1 tahun dengan jumlah 3.513
[image:50.612.113.525.153.330.2]jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009
No.
Umur (tahun)
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Jumlah Jumlah Jumlah
1. <1 1.707 1.806 3.513
2. 1-4 6.517 5.798 12.315
3. 5-14 19.220 21.332 40.552
4. 15-44 30.015 31.525 61.540
5. 45-64 14.168 11.500 25.668
6. >65 3.846 2.756 6.602
Jumlah 75.473 75.617 151.090
Sumber : Profil Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009
4.1.3. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah
terdiri dari puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, rumah sakit umum,
praktek dokter bersama, praktek dokter perorangan, polindes, poskesdes, posyandu,
rumah bersalin, balai pengobatan, apotek dan toko obat berizin yang seluruhnya ada
Tabel 4.2. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009
No. Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1. Puskesmas 1 unit
2. Puskesmas Pembantu 3 unit
3. Puskesmas Keliling 1 unit
4. RS Umum 1 unit
5. Praktek Dokter Bersama 1 unit
6. Praktek Dokter Perorangan 8 unit
7. Polindes 1 unit
8. Poskesdes 3 unit
9. Posyandu 93 unit
10. Rumah Bersalin 14 unit
11. Balai Pengobatan 5 unit
12. Apotek 4 unit
13. Toko Obat Berizin 8 unit
Jumlah 143 unit
Sumber : Profil Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009
4.1.4.Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di Puskesmas Bandar Khalipah terdiri dari dokter umum,
dokter gigi, kesmas, perawat, bidan, farmasi, gizi, sanitasi dan analisis lab dan
berjumlah 95 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Dokter Umum 7
2. Dokter Gigi 3
3. Kesmas 4
4. DIII Farmasi 1
5. Ass Apoteker 3
6. DIII Gizi 1
7. DIII Kebidanan 27
8. Bidan 24
9. DIII Perawat 8
10. SPK 13
11. DI Sanitasi 1
12. Analisis Lab 3
Jumlah 95
[image:51.612.113.523.473.682.2]4.1.4. Gambaran Desa Sei Rotan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah
Desa Sei Rotan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Percut
Sei Tuan yang memiliki luas wilayah ± 516,085 Ha. Secara geografis, Desa Sei Rotan
berbatasan dengan: (a) sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kolam, (b) sebelah
Selatan dengan Desa Sambirejo Timur, (c) sebelah Timur dengan Kecamatan Batang
Kuis, (d) sebelah Barat dengan Desa Bandar Klippa/ PTPN-II.
Desa Sei Rotan terdiri dari 13 dusun. Secara administratif berdasarkan data
Profil Desa Sei Rotan tahun 2010, Desa Sei Rotan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 22.649 jiwa yang terdiri dari 11045 jiwa laki-laki dan 11604 jiwa
[image:52.612.114.529.383.663.2]perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Sei Rotan Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
No. Kelompok Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) <