• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Depresi pada Lanjut Usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Depresi pada Lanjut Usia"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA

Oleh:

EVA CHRISTINE SARAGIH 070100080

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

EVA CHRISTINE SARAGIH 070100080

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Depresi pada Lanjut Usia

Nama : Eva Christine Saragih NIM : 070100080

Pembimbing Penguji I

(dr. Mustafa M. Amin, Sp.KJ) (dr. Muara P. Lubis, Sp.OG) NIP 19780330 200501 1 003 NIP 19751023 200811 2 001

Penguji II

(dr. T. Azhar Djohan, Sp.PK)

NIP 19490717 198011 1 001

Medan, 15 Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang sering ditemui pada lanjut usia (lansia). Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Depresi pada lansia dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya. Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat menurut penelitian-penelitian pada komunitas di seluruh dunia adalah berkisar dari 3-15%.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode cross sectional terhadap 50 orang lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang berusia di atas 65 tahun dan tidak memiliki gangguan kognitif. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah Geriatric Depression Scale 30-item.

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran depresi pada lansia di masyarakat berupa proporsi depresi pada lansia serta gambaran depresi berdasarkan jenis kelamin dan usia lansia.

Dari penelitian diperoleh 26% responden mengalami lansia. Tiga puluh tiga persen lansia berjenis kelamin laki-laki mengalami depresi, lebih banyak daripada lansia perempuan (20,7%). Depresi pada lansia old-old (27,8%) sedikit lebih banyak pada depresi pada lansia young-old (25%).

Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat, khususnya di Kelurahan Padang Bulan cukup tinggi, melebihi proporsi rata-rata. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam mengenai penyebab tingginya prevalensi depresi pada lansia sebab depresi pada lansia merupakan hal yang memperburuk kualitas hidup lansia.

(5)

ABSTRACT

Depression is one of the most common mental disorder in elderly. Depression in elderly is different from depression in younger adults because the symptoms are mixed with somatic symptoms. Depression in elderly is associated with poor quality of life, difficulties in physical and social functions, poor compliance in therapy of disease, and increased morbidity and mortality because of suicide and other causes. Prevalence of depression in elderly in community from studies in many communities in the world is about 3-15%.

This study is a descriptive study with cross sectional method to find depression in elderly. The sample was 50 elderly people aged ≥ 65 yrs and with no cognitive dysfunction in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara. Sampling method was consecutive sampling method. Depression was detected by using Geriatric Depression Scale 30-item.

The aim of this study is to investigate proportion of depression in elderly in community and the proportion depend to gender and age.

In this study, 26% respondents was detected to suffer depression. Thirty three percents of male respondents had depression, higher than women (20,7%). Depression in old-old elderly (27,8%) is a little higher than the young-old elderly (25%).

Prevalence of depression in elderly in community, especially in Kelurahan Padang Bulan was high, above the average proportion. It is needed to investigate the causes of this high prevalence because depression in elderly deteriorate quality of elderly’s life.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang Maha Pengasih karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Depresi pada Lanjut Usia”. Proses pembuatan penelitian ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitian ini, penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna. Saya menyadari bahwa penelitian ini dapat selesai karena bantuan dan dukungan yang didapatkan penulis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis memperoleh ilmu pengetahuan.

2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing yang telah begitu baik dalam memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan kepada peneliti.

5. dr. T. Azhar Djohan, Sp.PK dan dr. Muara P. Lubis, Sp.OG selaku dosen penguji yang telah memberikan ide dan saran yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas segala bimbingan, pengajaran, bantuan, dan kerjasamanya.

(7)

8. Seluruh staf kantor Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru atas kerjasamanya selama penelitian.

9. Seluruh staf Pusat Kesehatan Masyarakat Padang Bulan atas bantuannya. 10.Seluruh kepala lingkungan di Kelurahan Padang Bulan atas bantuan dan

pengarahannya, terlebih kepada Bapak Imran yang merelakan waktunya untuk mendampingi peneliti dalam mengumpulkan data dari responden. 11.Kakak Siti Halifah dan keluarga yang telah begitu baik dalam

mendampingi penulis dalam pengumpulan data.

12.Seluruh warga lanjut usia di Kelurahan Padang Bulan yang memberikan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian ini.

13.Marisi E. N. Sihite, Ruth Aritonang, Leni A. Siagian, Wilhemina Olivia, Richardo Marpaung, dan Yusuf Harahap yang telah membantu dan mendampingi peneliti dalam pengumpulan data.

14.Teman-teman sekelompok bimbingan Karya Tulis Ilmiah (Arni Zulsita, Sukri Habibie P. Daulay, dan Novrita Silalahi) yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti dalam mengerjakan penelitian ini. 15.Semua keluarga dan sahabat tercinta yang telah memberikan dukungan

dan motivasi kepada penulis selama penelitian ini.

Semoga Tuhan memberikan rahmat dan berkat yang melimpah bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hormat penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 30 November 2010

(8)

DAFTAR ISI

2.3. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale.. 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.…... 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………..…. 14

3.2. Definisi Operasional ……… 14

BAB 4 METODE PENELITIAN……….... 16

4.1. Jenis Penelitian ………...……….………. 16

(9)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….…….. 16

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………..… 17

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ………….……….…………... 18

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... ... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 20

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 22

5.2. Pembahasan... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 25

(10)

DAFTAR TABEL

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi Responden Berdasarkan Status Kognitif Yang Dinilai Dengan Menggunakan MMSE

Frekuensi Depresi Pada Lansia di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden

(11)

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

AMIK : Akademi Manajemen Informatika dan Komputer APA : American Psychiatric Association

BPS : Badan Pusat Statistika

CESD-R : Center for Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth

Edition

FKUSU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GDS : Geriatric Depression Scale

lansia : lanjut usia

MMSE : Mini Mental State Examination Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Geriatric Depression Scale Lampiran 3 Mini Mental State Examination

Lampiran 4 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Bukti Telah Menyelesaikan Penelitian Lampiran 7 Ethical Clearance

Lampiran 8 Data Induk

(13)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang sering ditemui pada lanjut usia (lansia). Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Depresi pada lansia dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya. Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat menurut penelitian-penelitian pada komunitas di seluruh dunia adalah berkisar dari 3-15%.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode cross sectional terhadap 50 orang lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang berusia di atas 65 tahun dan tidak memiliki gangguan kognitif. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah Geriatric Depression Scale 30-item.

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran depresi pada lansia di masyarakat berupa proporsi depresi pada lansia serta gambaran depresi berdasarkan jenis kelamin dan usia lansia.

Dari penelitian diperoleh 26% responden mengalami lansia. Tiga puluh tiga persen lansia berjenis kelamin laki-laki mengalami depresi, lebih banyak daripada lansia perempuan (20,7%). Depresi pada lansia old-old (27,8%) sedikit lebih banyak pada depresi pada lansia young-old (25%).

Prevalensi depresi pada lansia di masyarakat, khususnya di Kelurahan Padang Bulan cukup tinggi, melebihi proporsi rata-rata. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam mengenai penyebab tingginya prevalensi depresi pada lansia sebab depresi pada lansia merupakan hal yang memperburuk kualitas hidup lansia.

(14)

ABSTRACT

Depression is one of the most common mental disorder in elderly. Depression in elderly is different from depression in younger adults because the symptoms are mixed with somatic symptoms. Depression in elderly is associated with poor quality of life, difficulties in physical and social functions, poor compliance in therapy of disease, and increased morbidity and mortality because of suicide and other causes. Prevalence of depression in elderly in community from studies in many communities in the world is about 3-15%.

This study is a descriptive study with cross sectional method to find depression in elderly. The sample was 50 elderly people aged ≥ 65 yrs and with no cognitive dysfunction in Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara. Sampling method was consecutive sampling method. Depression was detected by using Geriatric Depression Scale 30-item.

The aim of this study is to investigate proportion of depression in elderly in community and the proportion depend to gender and age.

In this study, 26% respondents was detected to suffer depression. Thirty three percents of male respondents had depression, higher than women (20,7%). Depression in old-old elderly (27,8%) is a little higher than the young-old elderly (25%).

Prevalence of depression in elderly in community, especially in Kelurahan Padang Bulan was high, above the average proportion. It is needed to investigate the causes of this high prevalence because depression in elderly deteriorate quality of elderly’s life.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan dramatis usia harapan hidup terjadi di Asia Tenggara, di mana usia harapan hidup bertambah dari di bawah 45 tahun di tahun 1950 menjadi lebih dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia, Olds, dan Feldman, 2003). Jumlah populasi lanjut usia semakin meningkat. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 15.814.511 jiwa atau 7,2% dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 28.822.879 jiwa pada tahun 2020 atau sebesar 11,34% penduduk (Data Statistik Indonesia, 2010).

Masalah kesehatan mental merupakan salah satu masalah penting yang harus diperhatikan pada lansia. Gatz et al memperkirakan bahwa 22% lansia dapat diklasifikasikan memiliki gangguan mental sesuai ketentuan pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM-IV) (Hoyer & Roodin, 2003).

Dari beberapa penelitian, Blazer (2003) menyimpulkan bahwa depresi barangkali merupakan penyebab penderitaan emosional tersering pada lansia dan secara signifikan menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia.

(16)

Dalam Unützer (2007) disebutkan bahwa depresi pada lansia secara khusus lebih umum terjadi pada wanita, pada pasien dengan gangguan medis yang kronik atau insomnia persisten, dan pada pasien yang telah mengalami kejadian-kejadian hidup penuh tekanan (misalnya kehilangan pasangan), penurunan fungsional, dan isolasi sosial. Depresi pada lansia juga dihubungkan dengan status perkawinan bercerai atau terpisah dan tingkat sosioekonomi rendah (Sadock & Sadock, 2007). Depresi yang pernah terjadi sebelumnya juga menjadi faktor risiko depresi pada lansia (Cole & Dendukuri, 2003).

Dalam suatu penelitian oleh Cole, Bellavance, dan Mansour (1999) disimpulkan bahwa depresi pada lansia di masyarakat dan layanan kesehatan primer merupakan masalah yang serius. Depresi pada lansia memiliki prognosis yang buruk, dapat menjadi kronik dan atau kambuh, dan mungkin tidak diterapi dengan baik.

Usia lanjut memiliki hubungan dengan depresi sedangkan depresi itu sendiri menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti gambaran depresi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut:

Bagaimanakah gambaran depresi pada lansia?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui proporsi depresi pada lansia.

(17)

c. Memperoleh gambaran depresi pada lansia berdasarkan usia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran informasi mengenai depresi bagi lansia itu sendiri maupun pihak lain yang merupakan pemberi perawatan bagi lansia. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan pencegahan depresi.

b. Melalui penelitian ini peneliti dapat memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai ilmu kedokteran jiwa geriatrik khususnya yang berhubungan dengan masalah depresi.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia dan Permasalahannya

Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas (Sadock & Sadock, 2007).

Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Menurut Rowe & Kahn, proses penuaan yang sukses merupakan suatu kombinasi dari tiga komponen: (1) penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan; (2) pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan (3) keterlibatan secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan (Hoyer & Roodin, 2003).

Masalah-masalah yang berhubungan dengan usia lanjut adalah masalah kesehatan – baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis. Menurut Gottlieb dalam Goldman (2000), banyak orang menghadapi proses penuaan dengan keprihatinan. Di banyak negara, penuaan dikaitkan dengan ketidakmampuan, defisit kognitif, dan kesendirian (Hoyer & Roodin, 2003). Menurut Setiati, Harimurti, dan Roosheroe (2006), proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan: kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman dan keluarga.

(19)

kesehatan kronik yang paling sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan, varicose vein (Sadock & Sadock, 2007).

Ketidakmampuan fungsional yang merupakan akibat dari beberapa penyakit medis yang terjadi bersama-sama dan ketidakmampuan ortopedik dan neurologik pada lansia merupakan suatu kehilangan yang besar. Dalam Blazer (2003) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik tampaknya membawa jumlah kejadian hidup negatif yang lebih tinggi. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial.

Dalam Goldman (2000) disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai menyebabkan terjadinya isolasi sosial. Kehilangan anak, atau yang lebih sering, kehilangan pasangan merupakan faktor risiko penting untuk depresi mayor, hipokondriasis, dan penurunan fungsi.

Lansia lebih mudah untuk mengalami isolasi sosial. Dalam Hoyer & Roodin (2003) disebutkan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan sosial yang lebih kecil daripada orang yang lebih muda, dan jaringan ini didominasi oleh sanak saudara.

(20)

Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi meliputi depresi, kecemasan, alkoholisme, dan gangguan dalam penyesuaian terhadap kehilangan atau disabilitas fungsional (Hoyer & Roodin, 2003).

2.2 Depresi pada Lansia

2.2.1 Definisi

Depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia (Sadock & Sadock, 2007)

Depresi ialah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan. Depresi pada lansia adalah depresi sesuai kriteria DSM-IV. Depresi mayor pada lansia adalah didiagnosa ketika lansia menunjukkan salah satu atau dua dari dua gejala inti (mood terdepresi dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau kesenangan) bersama dengan empat atau lebih gejala-gejala berikut selama minimal 2 minggu: perasaan diri tidak berguna atau perasaan bersalah, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan, kelelahan, agitasi atau retardasi psikomotor, insomnia atau hipersomnia, perubahan signifikan pada berat badan atau selera makan, dan pemikiran berulang tentang kematian atau gagasan tentang bunuh diri (American Psychiatric Association/APA, 2000).

2.2.2 Epidemiologi

(21)

rendah. Ketika faktor-faktor tersebut terkontrol, tidak ada hubungan antara gejala-gejala depresi dan usia.

Prevalensi depresi pada lansia berjenis kelamin wanita lebih tinggi. Alasan untuk perbedaan ini meliputi perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, perbedaan stressor psikososial, dan model-model perilaku dari learned helplessness (Sadock & Sadock, 2007). Wanita memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada pria, bahkan di masa tua (Gallo & Gonzales, 2001). Pada penelitian oleh Schoever et al (2000) didapati prevalensi depresi pada pria sebesar 6,9% dan sebesar 16,5% pada wanita. Pada penelitian oleh Schoever tersebut dapat dilihat pada subjek penelitian bahwa disabilitas fungsional lebih sering terjadi pada wanita dan lebih banyak wanita yang tidak atau tidak lagi menikah.

Dalam Hoyer & Roodin (2003) disebutkan bahwa angka depresi per tahun paling rendah pada mereka yang menikah yaitu sebesar 1,5%. Angka depresi tertinggi terdapat mereka yang telah bercerai sebanyak 2 kali, yaitu sebesar 5,8%. Angka depresi pada mereka yang bercerai satu kali adalah 4,1% sedangkan mereka yang tidak pernah menikah memiliki angka depresi tahunan sebesar 2,4%.

Dalam Gallo dan Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius adalah lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan stroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit Parkinson, 20% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

2.2.3 Etiologi

Etiologi diajukan para ahli mengenai depresi pada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:

1. Polifarmasi

Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain: analgetika, obat antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik, antikanker, ansiolitika, dan lain-lain.

(22)

Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain-lain.

3. Teori neurobiologi

Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada depresi lansia, seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.

4. Teori psikodinamik

Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya. 5. Teori kognitif dan perilaku

Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness pada pasien usia lanjut.

6. Teori psikoedukatif

Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.

(23)

depresi. Kegiatan religius dihubungkan dengan depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa. “Religious coping” berhubungan dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik. “Religious coping” berhubungan dengan berkurangnya gejala-gejala depresif tertentu, yaitu kehilangan ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari interaksi sosial, kehilangan harapan, dan gejala-gejala kognitif lain pada depresi (Blazer, 2003).

2.2.4 Gambaran Klinik

Ciri-ciri pokok untuk episode depresif mayor adalah suatu periode paling sedikit 2 minggu yang mana selama masa tersebut terdapat mood terdepresi atau kehilangan ketertarikan atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas. Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat gejala tambahan yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi perubahan-perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotorik; energi yang berkurang; perasaan tidak berharga atau bersalah; kesulitan dalam berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan; atau pemikiran-pemikiran berulang tentang kematian atau pemikiran, rencana-rencana, atau usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric Association).

Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:

1. kecemasan dan kekhawatiran

2. keputusasaan dan keadaan tidak berdaya

3. masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan 4. iritabilitas

5. kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet 6. psikosis

(24)

(Mudjaddid, 2003). Penyakit fisik yang diderita lansia sering mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan (Soejono, Probosuseno, dan Sari, 2006). Inilah yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa maupun diterapi dengan baik.

Penyebab lain kesulitan dalam mengenal depresi pada lansia adalah baik lansia maupun keluarga biasanya tidak memperdulikan gejala-gejala depresif. Mereka menganggap bahwa gejala-gejala tersebut normal bagi orang yang telah mencapai usia tua. Lansia sendiri sering gagal mengenali depresi yang terjadi pada dirinya (Hoyer & Roodin, 2003). Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan bahwa Lehman dan Rabbins melaporkan bahwa sampai sepertiga lansia yang menderita depresi mayor tidak menggambarkan mood mereka sebagai mood terdepresi. Selain itu lansia sering menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukkan dia lebih aktif (Soejono, Probosuseno, dan Sari, 2006). Para klinisi juga mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi depresi pada lansia dengan menggunakan kriteria pada DSM-IV. Kriteria diagnostik tersebut tidak disesuaikan dengan golongan usia. Seringkali terjadi kesulitan dalam memisahkan depresi dari perubahan fisik khas yang terkait usia, penyakit, dan gejala-gejala yang terjadi di masa tua (Hoyer & Roodin, 2003).

2.2.5 Dampak Depresi Pada Lansia

Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003):

- Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler

(25)

- Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek trombogenesis.

- Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.

- Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.

- Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan maupun rehabilitasi.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan outpatient medical services (Blazer, 2003).

Depresi mayor pada lansia setelah masa follow-up yang lebih lama menunjukkan perjalanan yang kronik pada beberapa penelitian (Blazer, 2003). Penelitian-penelitan menunjukkan bahwa orang-orang yang pernah memiliki suatu episode depresi mayor cenderung memiliki episode tambahan. Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat daripada orang-orang yang lebih muda (Gallo & Gonzales, 2001).

2.3 Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale

(26)

mayor, namun untuk mendokumentasikan gejala-gejala depresi sedang sampai berat pada lansia apapun penyebabnya.

Skrining depresi pada lansia memiliki kekhususan tersendiri. Gejala-gejala depresi seperti kesulitan-kesulitan tidur, energi yang berkurang, dan libido yang menurun secara umum ditemukan pada lansia yang tidak mengalami depresi. Pemikiran tentang kematian dan keputusasaan akan masa depan mempunyai makna yang berbeda bagi mereka yang berada pada fase terakhir kehidupan. Lagipula, kondisi medik kronik lebih umum pada pasien geriatri dan dapat berhubungan dengan retardasi motorik dan tingkat aktivitas yang berkurang. Komorbiditas dengan demensia dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses kognitif.

Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang untuk menjadi tes untuk skrining depresi yang mudah untuk dinilai dan dikelola (Rush, et al, 2000). Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia. Selain GDS, screening scale lain yang telah terstandardisasi adalah Center for Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised (CES-D-R). Selain GDS dan CES-D-R, masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton Rating Scale for Depression, Zung Self-Rating Depression Scale, Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (Holroyd dan Clayton, 2002), namun kedua instrumen inilah yang paling sering digunakan (Blazer, 2000).

(27)

Geriatric Depression Scale menjadi tidak valid bila digunakan pada lansia dengan gangguan kognitif. Status kognitif harus terlebih dahulu dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE), karena kemungkinan yang besar dari komorbiditas depresi dan fungsi kognitif (Blazer, 2003).

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lanjut usia ialah tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun.

b. Depresi pada lansia adalah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan yang terjadi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas. Depresi ditandai dengan perasaan depresi atau hilangnya minat terhadap suatu hal atau kesenangan, disertai dengan perubahan selera makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotor; menurunnya energi; perasaan tidak berguna atau rasa bersalah; kesulitan dalam berpikir; pikiran berulang tentang kematian atau ide bunuh diri, rencana bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri. Gejala-gejala tersebut dialami lebih dari 2 minggu (American Psychiatric Association/APA, 2000).

LANJUT USIA

GERIATRIC DEPRESSION SCALE

(29)

Batasan yang dipergunakan dalam definisi operasional ini adalah:

1. Untuk usia lansia digunakan kriteria menurut ahli gerontologi yang membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas (Sadock & Sadock, 2007).

2. Jenis kelamin terdiri dari pria dan wanita.

3. Lansia yang mengalami definite gangguan kognitif adalah yang memiliki nilai MMSE < 16.

4. Lansia yang mengalami depresi adalah yang memiliki nilai GDS > 11. Cara pengukuran depresi pada lansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara.

Alat ukur depresi pada lansia yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Pertanyaan yang diajukan sebanyak 30 pertanyaan.

Jawaban Tidak untuk butir 1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, 29, dan 30 mendapat skor 1 (satu).

Jawaban Ya untuk butir 1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, 29, dan 30 mendapat skor 0 (nol).

Butir-butir pertanyaan lainnya bila dijawab Ya mendapat skor 1 (satu) dan bila dijawab Tidak mendapat skor 0 (nol).

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif cross sectional, yaitu peneliti melakukan observasi mengenai depresi pada lansia hanya satu kali dan pengukuran pada subyek dilakukan saat pemeriksaan tersebut.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai November 2010 di Kelurahan Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap mewakili populasinya.

Jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh dengan perhitungan sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi, yaitu dengan rumus:

Zα2PQ n =

d2 n : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (dari literatur didapatkan 15%) Q : 1-P = 1 – 0,15 = 0,85

(31)

Untuk mengetahui jumlah subyek penelitian yang diperlukan dalam mengetahui proporsi depresi pada lansia, perhitungannya adalah sebagai berikut:

1,962 . 0,15 . 0,85

n = = 48,9 0,12

Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 49 orang dan dibulatkan menjadi 50 orang.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2008).

Adapun kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah: • berusia ≥ 65 tahun

• bersedia menjadi subyek penelitian • kooperatif dan dapat diwawancarai Kriteria eksklusi subyek penelitian ini adalah:

• lansia dengan gangguan kognitif

• lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara untuk mengetahui adanya depresi pada lansia. Wawancara dilakukan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS) 30-item (format terlampir) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi dengan nilai sensitivitas 90,19% dan spesifisitas 83,67% (Nasrun, 2009).

(32)

dilakukan skrining depresi dengan menggunakan GDS. Subyek dengan skor GDS > 11 diindikasikan mengalami depresi.

Data sekunder diperoleh dari kantor kelurahan, puskesmas dan dinas kesehatan serta studi kepustakaan (literatur).

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kelurahan ini terdiri dari 12 lingkungan. Kelurahan Padang Bulan merupakan daerah padat penduduk karena di kelurahan ini terdapat beberapa perguruan tinggi, antara lain Universitas Sumatera Utara, Politeknik Negeri Medan, Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Medan Bussiness Polytechnic, dan AMIK Polibisnis. Terdapat juga beberapa tempat kursus keterampilan. Hal ini menyebabkan sebagian besar penduduk di daerah ini adalah penduduk tidak tetap (mahasiswa dari luar kota Medan) dan aktivitas penduduk di daerah ini sangat dinamis. Mayoritas penduduk tetap di kelurahan ini adalah suku Batak Karo dan beragama Kristen. Banyak penduduk tetap yang bermata pencaharian di bidang jasa, seperti percetakan, salon, dan dagang. Beberapa lingkungan memiliki karakteristik penduduk tersendiri. Sebagai contoh, mayoritas penduduk di lingkungan I dan VI merupakan suku Jawa dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah, sementara di lingkungan XII mayoritas penduduknya merupakan suku Batak Karo dengan kondisi ekonomi menengah ke atas. Secara umum dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk di kelurahan ini memiliki status ekonomi menengah. Namun tampaknya kebanyakan lansia memiliki kemampuan ekonomi yang lebih rendah.

Adapun batas-batas Kelurahan Padang Bulan adalah:

(34)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah % jumlah

Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas penduduk lanjut usia di Kelurahan Padang Bulan berjenis kelamin perempuan (58%).

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan usia

No. Klasifikasi Usia Jumlah % jumlah

1 2

Young-old (65-74 tahun) Old-old (75 tahun ke atas)

32 18

64% 36%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk lanjut usia di Kelurahan Padang Bulan adalah young-old (antara 65-74 tahun), yaitu 32 orang (64 %).

Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan suku

No. Klasifikasi suku Jumlah % jumlah

(35)

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No. Klasifikasi tingkat

pendidikan

Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas lansia memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 44%.

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan status kognitif yang dinilai dengan menggunakan MMSE

No. Klasifikasi status kognitif Jumlah % jumlah 1.

2.

Normal (skor MMSE 24-30) Probable gangguan kognitif (skor MMSE 17-23)

28 22

56% 44%

Total 50 100%

(36)

5.1.3 Hasil Analisis Data

Tabel 5.6 Frekuensi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan tahun 2010

Jumlah % jumlah

Berdasarkan tabel di atas, proporsi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan adalah 26%. Adapun nilai rerata skor GDS dari responden dalam penelitian ini adalah 8,16.

Tabel 5.7 Distribusi depresi berdasarkan jenis kelamin responden

Jenis Kelamin

Depresi Tidak Depresi Total

Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah

Berdasarkan tabel tersebut, frekuensi depresi pada lansia berjenis kelamin laki-laki (33,3%) lebih tinggi daripada lansia berjenis kelamin perempuan (20,7%).

Tabel 5.8 Distribusi depresi berdasarkan usia responden

Usia

Depresi Tidak Depresi Total Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah

Young-old (64-74 tahun)

Old-old (≥ 74 tahun)

(37)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa 26 % lansia di Kelurahan Padang Bulan Medan diduga mengalami depresi. Lansia dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami depresi, yaitu 33,3% daripada lansia berjenis kelamin wanita (20,7 %). Depresi terjadi pada 27,8% lansia old-old, lebih tinggi dibandingkan pada lansia young-old (25 %).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan adalah tinggi. Menurut Lyness, Caine, King, Cox dan Yoediono dalam Unützer (2007), sebanyak 10% orang dewasa berusia 65 tahun ke atas yang diamati pada pelayanan kesehatan primer mengalami depresi yang signifikan secara klinis. Menurut Gallo dan Gonzales (2001), penelitian-penelitian pada komunitas di seluruh dunia menunjukkan bahwa angka depresi mayor pada lansia adalah berkisar dari 3-15%. Jadi, proporsi depresi lansia di Kelurahan Padang Bulan lebih tinggi dari proporsi rata-rata.

Penyebab tingginya proporsi depresi pada lansia dalam penelitian ini belum dapat dipastikan. Namun, peneliti berasumsi hal tersebut berhubungan dengan adanya komorbiditas dengan penyakit medis dan adanya gangguan kognitif pada lansia. Dalam Baldwin (2010) disebutkan bahwa komorbiditas dengan penyakit medis dan adanya gangguan kognitif adalah dua faktor kunci diagnosis dan penanganan gangguan depresif pada orang-orang berusia lanjut.

(38)

terjadi pada wanita dan lebih banyak wanita yang tidak atau tidak lagi menikah. Peneliti berasumsi bahwa proporsi depresi pada lansia berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi berkaitan dengan sifat perempuan Batak Karo, dimana mayoritas lansia di daerah ini adalah suku Batak Karo. Dalam Bangun (1986) disebutkan bahwa kaum perempuan Batak Karo terbiasa bekerja keras dan tidak berkeluh kesah walaupun suami memiliki rasa tanggung jawab yang kurang terhadap rumah tangga dan hidup bersantai-santai. Perempuan Batak Karo jarang menceritakan hal-hal yang menimbulkan rasa putus asa atau berkeluh kesah. Hal inilah yang mungkin menyebabkan lansia berjenis kelamin perempuan kurang menunjukkan jawaban yang mengarah kepada gejala depresi pada wawancara dengan menggunakan Geriatric Depression Scale.

Proporsi depresi pada lansia old-old lebih tinggi daripada pada lansia young-old. Menurut White, Blazer, dan Fillenbaum (1990) dalam Blazer (2000), tidak ada hubungan antara gejala-gejala depresi dengan usia. Pada penelitian yang pernah dilakukan, gejala-gejala depresif lebih sering terjadi pada oldest old, yaitu lebih dari 20% dibandingkan dengan kurang dari 10% pada young old. Tetapi frekuensi yang lebih tinggi tersebut diterangkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan penuaan, seperti proporsi wanita yang lebih tinggi, lebih banyak ketidakmampuan fisik, lebih banyak gangguan kognitif, dan status sosioekonomik yang lebih rendah.

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a) Proporsi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Sumatera Utara pada tahun 2010 cukup tinggi, yaitu 26%. b) Berdasarkan jenis kelamin, proporsi depresi pada lansia laki-laki lebih

tinggi (33,3%) daripada lansia perempuan (20,7%).

c) Berdasarkan usia, proporsi depresi pada lansia old-old (27,8%) lebih tinggi daripada lansia young-old (25%).

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis dapat memberikan saran, antara lain: a) Puskesmas dan pemberi pelayanan kesehatan lain serta pihak terkait lain

sebaiknya lebih berperan aktif dalam edukasi dan deteksi depresi pada lansia. Lansia dan masyarakat pada umumnya harus mengenali depresi dan memahami dampak depresi bagi kualitas hidup lansia.

b) Lansia perlu didorong untuk lebih mengisi masa tua mereka dengan kegiatan fisik, kegiatan sosial, dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi kesehatan mental lansia.

c) Sebaiknya dibuat dual diagnosis pada pasien lansia yang datang berobat karena keluhan medis.

d) Semua pihak di masyarakat sebaiknya lebih menghargai dan memperhatikan lansia di masyarakat. Dengan dukungan sosial yang lebih baik, diharapkan dapat mencegah depresi pada lansia, depresi pada lansia dapat dikenali lebih dini, dan penanganan depresi pada lansia dapat dilakukan dengan lebih baik

(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Baldwin, R. C., 2010. Depression in Later Life. New York: Oxford University Press; 7-10

Bangun, T. 1986. Sifat dan Watak Manusia Karo. dalam: Bangun, ed. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Press; 156-157

Blazer, D.G., 2000. Psychiatry and the Oldest Old. Am J Psychiatry 157:1915-1924. Available from:

April 2010]

Blazer, D.G., 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. J Gerontology Med Sci 58A, No.3: 249-265. Available from:

[acessed 25

April 2010]

Cole, M.G. and Dendukuri, N., 2003. Risk Factor for Depression Among Elderly Community Subjects: A Systematic Review and Meta-Analysis. Am J Psychiatry 160:1147-1156. Available from:

(42)

Cole, M.G., Bellavance, F., and Mansour, A., 1999. Prognosis of Depression in Elderly Community and Primary Care Populations: A Systematic Review and Meta-Analysis. Am J Psychiatry 156:1182-1189. Available from:

April 2010]

Damping, C.E., 2003. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya. Dalam: Supartondo, Setiati, S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003 “Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 107-112

Data Statistik Indonesia, 2005. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Diunduh dari:

Gallo, J.J. and Gonzales, J., 2001. Depression and Other Mood Disorder. In: Adelman, A.M., Daly, M.P., and Weiss, B.D., eds. 20 Common Problems in Geriatrics. New York: McGraw-Hill, 205-235.

Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: An Introduction to ClinicaL Medicine. 5th ed. Singapore: McGraw-Hill.

Holroyd and Clayton, A.H., 2002. Measuring Depression in Elderly: Which Scale is Best? Available from:

(43)

Nasrun, M.W.S., 2009. Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND) pada Populasi “Brain at Risk” bagi Praktisi Kesehatan. Jakarta: Interna Publishing.

Mudjaddid, E., 2003. Depresi dan Komorbiditasnya pada Pasien Geriatri. Dalam: Supartondo, Setiati, S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003 “Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 113-121

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D., 2003. Human Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Rush, A.J., et al., 2000. Handbook of Psychiatric Measures. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Sadock, B.J. and Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Science/Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sastroasmoro, S & Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto

Schoever, R.A., Geerlings, M.I., Beekman, A.T.F., Pennix, B.W.J.H., Deeg, D.J.H., Jonker, C., and Tilburg, W.V., 2000. Association of Depression and Gender with Mortality in Old Age. Br J

Psychiatry 177:336-342. Available from:

(44)

Setiati, S., Harimurti, K., dan Roosheroe, A.G., 2006. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1335-1340.

Soejono, C.H., Probosuseno, dan Sari, N.K., 2006. Depresi pada Pasien Usia Lanjut. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1369-1372.

Unützer, J., 2007. Late-Life Depression. N Eng J Med 357:2269-76. Available from:

(45)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Eva Christine Saragih

Tempat/Tanggal Lahir: Pematangsiantar/ 6 Agustus 1989

Agama : Katolik

Alamat : Jl. dr. Mansyur No. 52 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar 2. SMP Negeri 4 Pematangsiantar

3. SMA Negeri 2 Pematangsiantar Riwayat Pelatihan:

1. Latihan Dasar Kepemimpinan PEMA FK USU Tahun 2007 2. Latihan Dasar Kepemimpinan Keluarga Mahasiswa Katolik Santo

Albertus Magnus USU Tahun 2009

3. Seminar Public Speaking PEMA FK USU Tahun 2010 Riwayat Organisasi:

1. Anggota Panitia Pra-Kepaniteraan Klinik FK USU Tahun 2007 2. Anggota Panitia Natal Alumni SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun

2007

3. Anggota Panitia Natal Keluarga Besar Mahasiswa Kristen FK USU Tahun 2008

(46)

5. Koordinator Seksi Buletin Pax in Christo Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU Tahun 2008

6. Bendahara Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU Tahun 2009

7. Koordinator Fakultas Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU Tahun 2009-2010

8. Anggota Panitia Natal Keluarga Besar Mahasiswa Kristen FK USU Tahun 2009

9. Anggota Panitia Natal Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Albertus Magnus USU Tahun 2009

10.Anggota Panitia Perayaan Paskah Keluarga Besar Mahasiswa Kristen FK USU Tahun 2010

11.Peserta Bakti Sosial Keluarga Besar Mahasiswa Kristen FK USU Tahun 2010

12.Anggota Seksi Kerohanian PEMA FK USU Tahun 2010

(47)

Lampiran 2

GERIATRIC DEPRESSION SCALE

Nama responden: Usia:

Jenis kelamin:

Status perkawinan: tidak kawin/ kawin (pilih salah satu) Alamat:

Skor MMSE:

Tanggal wawancara: Pewawancara:

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?

2. Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangan Anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? 4. Apakah anda sering merasa bosan?

5. Apakah anda penuh pengharapan akan masa depan? 6. Apakah anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang

tidak dapat anda keluarkan/ungkapkan?

7. Apakah anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu?

8. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?

9. Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu anda?

(48)

11. Apakah anda sering merasa gelisah dan resah/gugup? 12. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada

pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? 13. Apakah anda seringkali merasa kuatir akan masa

depan?

14. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?

15. Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan?

16. Apakah anda merasa murung dan sedih?

17. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat kini?

18. Apakah anda sangat kuatir tentang kejadian-kejadian di masa lalu?

19. Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat menyenangkan/menarik?

20. Apakah anda merasa berat untuk memulai proyek/pekerjaan baru?

21. Apakah anda merasa penuh semangat?

22. Apakah anda merasa bahwa keadaan Anda tidak ada harapan?

23. Apakah anda pikir bahwa orang lain keadaannya lebih baik daripada anda?

24. Apakah anda seringkali kesal terhadap hal-hal sepele?

25. Apakah anda seringkali merasa ingin menangis? 26. Apakah anda mempunyai kesulitan dalam

berkonsentrasi?

(49)

28. Apakah anda lebih senang menghindari kegiatan sosial?

29. Apakah mudah bagi anda untuk mengambil keputusan?

30. Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya?

Dikutip dari Nasrun, M.W.S., 2009. Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND) pada Populasi “Brain at Risk” bagi Praktisi Kesehatan. Jakarta: Interna Publishing.

Penilaian GDS:

Jawaban tidak untuk butir no 1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, 29, dan 30 mendapat skor 1 (satu).

Jawaban ya untuk butir 1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, 29, dan 30 mendapat skor 0 (nol).

Butir-butir pertanyaan lainnya bila dijawab Ya mendapat skor 1 (satu) dan bila dijawab Tidak mendapat skor 0 (nol).

(50)

Lampiran 3

Mini Mental State Examination

Nama: Usia:

Jenis Kelamin:

Tanggal pemeriksaan: Pemeriksa:

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa?

Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (gedung), (ruang)

(tanyakan pada responden)

REGISTRASI

Pemeriksa menyebutkan 3 benda yang berebda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, meja, koin), responden disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat mengulangi dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar

5

5

3

(51)

5

sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai).

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas.

BAHASA

Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan). Responden diminta mengulang kalimat: “kalau tetapi dan atau tetapi.”

Responden diminta melakukan perintah, “Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipat menjadi dua dan letakkan di lantai.”

Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: “Pejamkan mata Anda.”

Responden diminta menulis dengan spontan.

(52)

Lampiran 4

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bernama Eva C. Saragih yang merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan ini meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi subyek penelitian saya yang berjudul “Gambaran Depresi pada Lanjut Usia”.

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni 2010-November 2010 di Kelurahan Padang Bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran depresi pada lanjut usia (lansia). Dengan melakukan penelitian ini, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah dapat memberikan gambaran informasi mengenai depresi bagi lansia maupun pihak lain yang merupakan pemberi perawatan bagi lansia. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan pencegahan depresi pada lansia.

Dalam penelitian ini saya mengharapkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjawab wawancara yang akan saya lakukan untuk menilai ada atau tidaknya depresi pada lanjut usia.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Data dan identitas diri dari Bapak/Ibu akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya.

Apabila setelah membaca penjelasan di atas Bapak/Ibu bersedia menjadi subyek penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti persetujuan. Atas perhatian dan partisipasi dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2010

Mengetahui,

Peneliti Responden

(53)

Lampiran 5

(54)

Lampiran 6

(55)
(56)

Lampiran 8

(57)

42 1 2 2 1 21 1 5 Tidak depresi c. Tingkat pendidikan:

1 = Sekolah Dasar (SD)

1 = probable gangguan kognitif 2 = normal

Lampiran 9

(58)
(59)

JENIS KELAMIN

21 42,0 42,0 42,0

29 58,0 58,0 100,0

50 100,0 100,0

LAKI-LAKI PEREMPUAN Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

18 36,0 36,0 100,0

50 100,0 100,0

YOUNG-OLD OLD-OLD Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(60)

Statistics

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative

28 56,0 56,0 100,0

50 100,0 100,0

Frequency Percent Valid P ercent

(61)

DEPRESI

37 74,0 74,0 74,0

13 26,0 26,0 100,0

50 100,0 100,0

TIDAK DEPRESI DEPRESI Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

N Percent N Percent N Percent

Valid Mis sing Total

Cases

JENIS KELAMIN * DEPRESI Crosstabulation

14 7 21

% within JENIS KELAMIN % within DEPRESI Count

% within JENIS KELAMIN % within DEPRESI Count

% within JENIS KELAMIN % within DEPRESI

N Percent N Percent N Percent

Valid Mis sing Total

(62)

USIA * DEPRESI Crosstabulation

24 8 32

75,0% 25,0% 100,0%

64,9% 61,5% 64,0%

13 5 18

72,2% 27,8% 100,0%

35,1% 38,5% 36,0%

37 13 50

74,0% 26,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

Count % within USIA % within DEPRESI Count

% within USIA % within DEPRESI Count

% within USIA % within DEPRESI YOUNG-OLD

OLD-OLD USIA

Total

TIDAK

DEPRESI DEPRESI

DEPRESI

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan status kognitif yang dinilai dengan menggunakan MMSE
Tabel 5.6 Frekuensi depresi pada lansia di Kelurahan Padang Bulan tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Desa Gedongan Kabupaten Sukoharjo .... Surat

frekuensi enuresis pada anak usia sekolah (7-10 tahun) Ada hubungan antara inkontinensia urin dengan depresi pada wanita lanjut usia di panti wreda dharma bakti Surakarta

Secara umum indikasi pemberian obat antidepresi adalah untuk gangguan depresi sedang sampai berat, episode depresi berulang, dan depresi dengan gambaran melankolia atau

Menurut teori dari WHO (2012) cemas dan depresi sering mulai pada usia muda dan sering berulang. Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia tidak ada hubungan

Hasil analisis pengaruh faktor risiko kejadian depresi pada lanjut usia dari panti wreda pemerintahmendapatkan hasil bahwa hubungan antara semua faktor risiko

Hubungan antara inkontinensia urin dengan derajat depresi pada wanita usia lanjut.. Surakarta : Skripsi sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Akan tetapi secara statistik pada penelitian ini menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada usia lanjut pasca

nya hubungan antara stressor lingkungan dengan depresi pada usia lanjut, gambaran tersebut di- peroleh melalui sebaran kondisi responden yakni dari 22 orang yang mengalami