GAMBARAN PSIKOLOGIS: DEPRESI DAN CEMAS PADA
PASIEN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUD DR.
MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
NAMA : MISS MERI SALAEMAE
NIM : J210144023
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKLTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
GAMBARAN PSIKOLOGIS: DEPRESI DAN CEMAS PADA PASIEN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI
SURAKASTA
Abstrak
Penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker, Kondisi dan pengelolaan penyakit kanker bisa menginduksi penderita kanker serviks mengalami gangguan psikologis dalam empat fase, yaitu ketika mereka melihat gejala penyakit, saat mereka menerima diagnosis, selama perawatan dan setelah perawatan. Gangguan ini menimbulkan dampak emosi negatif, ketakutan akan kematian dan kecemasan kepada penderita. Angka kejadian psikiatrik pada penderita kanker sebesar 47% yang meliputi depresi dan ansietas sebesar 68% , depresi major sebesar 13% , gangguan mental organik 8% dan gangguan kepribadian sebesar 7%. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik responden dan Untuk mengetahui gambaran psikologis kecemasan dan depresi penderita kanker serviks di RSUD dr. Moewardi surakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan mengunakan
metode deskriptif. Teknik sampling dalam penelitian adalah teknik purposive
sampling sebanyak 43 responden. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dan tabulasi silang. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah responden yang tidak mengalamicemas sebesar 39(91%) dan responden yang mengalami cemas ringan sebesar 4(9%) kemudian responden yang tidak mengalami depresi sebesar 40(93%) dan responden yang mengalami depresi ringan sebesar 3(7%). Dari penelitian ini menunjukkan responden terbanyak tidak mengalami cemas dan tidak mengalami depresi.
Kata kunci: Kanker serviks, Cemas, Depresi
Abstract
Cervical cancer is one of the leading causes of death worldwide. In 2012, about 8.2 million deaths are caused by cancer. Conditions and management of cancer can induce cervical cancer patients to experience psychological disorders in four phases, when they see symptoms of the disease, when they receive the diagnosis, during treatment and after treatment. This disorder causes negative emotional impact, fear of death and anxiety to the sufferer. The number of psychiatric events in cancer patients was 47%, which included depression and anxiety by 68%, major depression by 13%, organic mental disorder 8% and personality disorder by 7%. The purpose of this study to determine the
characteristics of respondents and To know the psychological picture of anxiety and depression of cervical cancer patients in hospitals dr. Moewardi surakarta. This type of research is quantitative by using descriptive method. Sampling technique in this research is purposive sampling technique counted 43 respondents. Data analysis technique using univariate analysis and cross tabe. The results of this study indicate the number of respondents who do not mengalamicemas 39 (91%) and respondents who experienced a mild anxiety of 4 (9%) and respondents who did not experience depression by 40 (93%) and respondents who experienced mild depression by 3 (7% ). From this study showed the most respondents did not experience anxiety and did not experience depression.
1. PENDAHULUAN
Penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker dan menurut penelitian Badan Internasional (2013) di negara maju, angka mobiditas kanker serviks dan kematian dinegara maju, ada 528,000 kasus baru yang diperkirakan secara global, setiap tahun kanker serviks menempati peringkat keempat kanker yang mempengaruhi wanita di seluruh dunia dan paling menonjol pada negara berpenghasilan
rendah. Menurut Wortd Health Organization (WHO, 2013), jenis kanker
ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang sering menyerang wanita
dan paling banyak terjadi di negara berkembang dan merupakan salah satu
kanker yang paling umum di kalangan wanita usia reproduksi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Susianti, 2016).
Menurut The United Nations Global Cervical Cancer Programme (2016) setiap 2 menit kematian terjadi pada penderita kanker serviks dan 90% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut WHO (2013) tingginya kasus di negara berkembang ini disebabkan oleh terbatasnya akses skrining dan pengobatan sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam stadium lanjut (Ambarwati dan Wardani, 2016).
Kondisi dan pengelolaan penyakit kanker bisa menginduksi penderita kanker mengalami stres akibat kehilangan fungsi peran dan menghadapi masalah keuangan dan stres akan berdampak pada kondisi psikologis yang meliputi rasa takut, cacat dan ketergantungan (Pradjatmo, Nisman dan Fatmawati, 2017). Selain itu dampak psikologis meliputi depresi dan cemas pada semua tahap penyakit dari mulai munculnya gejala pertama, saat di diagnosis, selama pengobatan, selama perawatan paliatif dan bahkan saat masa penyembuhan atau pemulihan sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk kematian (Holland dan Alici, 2010).
Menurut Binka, Doku dan Asara (2017) pasien penderita kanker serviks mengalami gangguan psikologis dalam empat fase, yaitu ketika
mereka melihat gejala penyakit, saat mereka menerima diagnosis, selama perawatan dan setelah perawatan. Gangguan ini menimbulkan dampak emosi negatif, ketakutan akan kematian dan kecemasan kepada penderita.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui karakteristik responden penderita kanker serviks di RSUD dr. Moewardi surakarta, untuk mengetahui gambaran psikologis kecemasan dan depresi penderita kanker serviks di RSUD dr. Moewardi surakarta.
2. METODE PENELITIAN
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Poli dan ruang rawat inap Rumah Sakit Moewardi pada bulan April dan mei 2018. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien CHF yang menjalani rawat jalan di Poli dan rawat inap Rumah Sakit Moewardi. Sampel pada penelitian ini sebanyak 43
responden yang diambil menggunakan teknik Sampling Non-probabilistik
(Non-Acak). Instrumen penelitian ini menggunakan data penghasilan
responden, klasifikasi NYHA responden, kuesioner ZSAS dan ZSDS serta
kuesioner dukungan keluarga. Analisis data menggunakan regresi logistik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi %
1 Umur
Dewasa Akhir 36 - 45 tahun Pra Lansia 46 - 55 tahun Lansia Awal 56 - 65 tahun
6 27 10 14 63 23
2 Agama Islam Katholik Kristen Hindu Budha 43 0 0 0 0 100 0 0 0 0 3 Status Pernikahan Menikah Berpisah Bercerai Tidak Menikah 42 1 0 98 2 0 4 Status Tinggal Sendiri Bersama Keluarga 2 41 5 95 5 Pendidikan SD SMP SMA Sarjana 25 10 5 2 58 23 12 5
Paska Sarjana 1 2
6 Pekerjaan
Guru Buruh
Ibu rumah tangga Dll 2 14 23 4 5 33 53 9
Karakteristik responden sebagaimana ditampilkan pada tabel hasil penelitian menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur sebagian besar responden berusia 46-55 (Lansia Awal) sebesar 63%. Menurut penelitian
Manoppo (2015) puncak usia perempuan yang mendapat squamous
intraepithelial lesions (SILs) atau Lesi Intraepitel Skuamosa Derajat Rendah (LGSIL) adalah usia 30–39 tahun dan akan berkembang menjadi kanker biasanya berlangsung sekitar 5 sampai 10 tahun jadi sejalan dengan penelitian ini yang mendapat responden yang paling besar adalah berusia 46-55 tahun. Menurut Juanita dan Safitri (2016) rata-rata umur perempuan semakin bertambah usianya seseorang akan berpengaruh terhadap penurunan beberapa fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis. Penurunan kemampuan fisiologis seseorang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit-penyakit kronis.
Distribusi frekuensi berdasarkan status pernikahan mununjukkan mayoritas responden adalah menikah 98% sedangkan responden dengan status bercerai 2%. Berdasarkan teori penyebab tertinggi kanker servik adalah virus HPV (Human Papilomavirus) yang ditular melalui seksual jadi hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiawan (2014) bahwa 99,7% terjadinya
melalui hubungan seksual, semua wanita yang aktif dalam seksual beresiko terinfeksi HPV.
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan menunjukkan mayoritas. penderita kanker serviks memiliki pendidikan terakhir adalah lulusan paska sar jarna 2% sedangkan responden dengan pendidikan tamat SD sebesar 58%. Menurut hasil dari penelitian Dmayanti (2013) faktor risiko wanita yang berpendidikan rendah 4 kali lebih berisiko menderita kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan tinggi. Namun hasil penelitian ini menyatakan bahwa tinggi rendah pendidikan berkaitan dengan status kesehatan seseorang karna seseorang yang memiliki pendidikan rendah otomatis pengetahuannya rendah jadi orang yang kurang pengetahuan ada kemungkinan besar kurang juga memperhatikan tentang kesehatan dirisendiri terutama kebersihan alat kelaminnya maka akan memiliki risiko untuk terkena kanker serviks.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan responden rata-rata bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 53%. Sama hal dengan tingkat pendidikan, pekerjaan dari seseorang akan mempengaruh status kesehatan seseorang. Wanita dengan sosial ekonomi yang tinggi sebagai kelompok resiko rendah dan wanita dengan status sosial ekinomi yang rendah sebagai kelompok resiko tinggi terhadap terjadinya kanker serviks, dikaitkan dengan hygiene dan lainlain. Pendidikan rendah akan menimbulkan pekerjaan yang tidak tetap penghasilannya serta menimbulkan kekurangan gizi dan akan memudahkan terjadinya infeksi virus yang berkait dengan kekebalan tubuh. dalam penelitian Istiqmah pada tahun 2014 ambil dalam penelitian sarwono pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatan seseorang digambarkan melalui segi sosial dan ekonomi, gambaran tersebut adalah pendidikan dan pekerjaan.
3.1Analisis Univariat
Tabel 2 Tingkat Cemas pada Pasien Kanker Serviks
Cemas Frekuensi %
Normal range
Minimal to Moderate Anxiety Marked to Severe Anxiety Most Extreme Anxiety
39 4 0 0 91 9 0 0 Total 43 100
Tabel 3 Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Serviks
Depresi Frekuensi % Normal Range Mildly Depressed Moderate Depressed Severely Depressed 40 3 0 0 93 7 0 0 Total 43 100
Hasil tingkat kecemasan, respoden kebanyakkan tidak mengalami
cemas, rata-rata penderita kanker dapat bangkit dan menerima keadaan dirinya dan dapat menjalankan kehidupannya dengan baik. Bahkan penderita kanker tidak merasa putus asa, dan optimis serta memiliki keyakinan bahwa penyakitnya hanya bersifat sementara dan dapat disembuhkan. Menurut Bobey (dalam Shally dan Prasetyaningrum, 2017) mengatakan bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut sebagai individu yang resilien, yaitu individu yang dapat penderitaan, dan memperbaiki kekecewaan yang dihadapinya. pada penelitian ini yang mengalami cemas ringan sebanyak 9,30% penyakit kanker serviks mengakibatkan penderita
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan menimbulkan perasaan negative pada diri sendiri, hal ini sejalan dengan penelitian Lubis (dalam Shally dan Prasetyaningrum, 2017) yang mengatakan penyakit kanker serviks mengakibatkan penderita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara normal juga menimbulkan perasaan menjadi beban bagi orang lain dan menilai diri sendiri negatif. Rasa cemas akibat penyakit kanker juga membuat penderita menarik diri dari pergaulan dan rasa nyeri membuat pasien tidak nyaman.
Hasil tingkat depresi responden kebanyakkan tidak mengalami
depresi, berdasarkan teori responden yang tidak mengalami depresi oleh karena dapat bertahan dan pulih dari situasi negatif secara efektif sedangkan kebanyakan individu lainnya gagal disebut dengan resiliensi. Grotberg (dalam Syally dan Prasetyaningrum, 2017) menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami. Didukung oleh penelitian Sudarmiaty dan Fithriyana (2013) spiritual merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dasar setiap individu. Pemenuhan kebutuhan spiritual yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pada penderita kanker serviks yang mengalami depresi ringan, berdasarkan teori pasien yang mengalami depresi ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya dan tidak bisa menyesuaikan diri, baik secara individual maupun sosial, tidak bisa menerima diri sendiri, dan bergantung pada orang lain dalam berbagai pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Penelitian ini didukung oleh penelitian Suwistianisa, Huda dan Ernawaty (2015) bahwa depresi merupakan kesedihan dan kecemasan yang panjang yang tertutup oleh perasaan tidak berharga dan didominasi oleh perasaan tidak nyaman dan intensitas yang kuat lama.
3.2Tabulasi silang
Tabel 4 Tingkat Cemas Menurt Usia
Tingkat Cemas Usia Normal Range Minimal to moderate anxiety Total 35-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 5 (12.8%) 24 (61.5%) 10 (25.6%) 1(25.0%) 3 (75.0%) 0 (0.0%) 6 (14.0%) 27 (62.8%) 10 (23.3%)
Tabel 5 Tingkat Cemas Berdasar Status Pernikahan Cemas
Status Pernikahan Normal
Range Minimal to moderate anxiety Total Menikah Berpisah Bercerai 38 (97.4%) 1 (2.6%) 4 (100.0%) 0 (0.0%) 42 (97.7%) 1 (2.3%)
Tabel 6 Tingkat Depresi Menurt Usia Tingkat Depresi
Usia Normal Range Mildly
depressed
35-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 5 (12.5%) 25 (62.5%) 10 (25.0%) 1 (33.3%) 2 (66.7%) 0 (0.0%) 6 (14.0%) 27 (62.7%) 10 (23.3%) Karakteristik responden menurut umur menunjukkan distribusi tertinggi adalah 46-55 tahun yaitu sebanyak 27 pasien (63%), selanjutnya 56-65 tahun sebanyak 10 pasien (23%), dan 35-45 tahun sebanyak 6 pasien (14%).
Tabel 7 Timgkat Depresi Berdasar Status Pernikahan Tingkat Depresi
Status Pernikahan
Normal Range Mildly depressed Total
Menikah Berpisah Bercerai 39(97.5%) 1(2.5%) 3 (100%) 0(0%) 42 (97.7%) 1 (2.3%)
Karakteristik responden menurut status pernikahan menunjukkan distribusi tertinggi adalah menikah sebanyak 42 pasien (97,7%) dan berpisah bercerai 1 pasien (2,3%).
Pada hasil Crostab yang berdasarkan usia menunjukkan usia tinggi pasien yang mengalami cemas dan depresi adalah usia 45-55 tahun sebesar >60% menurut teori seseorang yang sedang mengalami penyakit terkadang mengalami cemas dan depresi bisa saja terjadi pada usia berapa saja dan semakin usia tua gangguan psikologis makin meningkat , bisa jadi karna stadium penyakit yang lebih berat. Menurut teori dari WHO (2012) cemas dan depresi sering mulai pada usia muda dan sering berulang. Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia tidak ada hubungan denga terjadinya depresi pada seseorang wanita.
Cemas dan depresi berdasarkan status pernikahan pada penelitian ini mayoritas pasien adalah menikah jadi namun status pernikahan terkait dengan tingkat cemas. Menurut penelitian Scott, et al., (dalam Sopha dan Wardani,
2016) yang meyakini bahwa setiap pasien mempunyai stressor tersendiri terkait status perkawinan. Dan sama juga dengan depresi prevalensi depresi pada orang yang menikah lebih tinggi dibanding yang tidak menikah. Hal ini sesuai teori, dimana pernikahan itu sendiri merupakan salah satu jenis stressor.
4. PENUTUP 4.1Kesimpulan
Mayoritas responden terkena kanker serviks yang paling banyak pada usia 46-55 tahun (63%), dan sebanyak (100%) beragama Islam, semua responden statusnya menikah (100%) dan (95%) tinggal besama keluarga kemudian terdapat (53%) responden lulusan SD dan terdapat (53%) responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hasil penelitian pada tingkat kecemasan didapatkan mayoritas responden yang paling banyak adalah normal sebanyak (91%). Hasil penelitian pada tingkat depresi didapatkan mayoritas responden yang paling banyak adalah normal sebanyak (93%). 4.2Saran
Diharapkan pihak RSUD Dr. Moewardi memberikan pendidikan kesehatan mengenai kanker serviks pada pasien dan khusus pasien penderita kanker serviks untuk menambah pengetahuan tentang penyakit yang sedang dialami dan cara untuk pengobatan supaya penderita dapat informasi tentang penyakit kanker dan bisa juga mengurangi cemas pas mengetahui cara untuk sembuh dari penyakit yang di alami dan karena pasien kanker serviks ada yang mengalami cemas dan ada juga yang mengalami depresi jadi diharapkan mengadakan pemeriksaan tingkat cemas dan depresi pada penderita tersebut untuk mengetahui tingkat cemas ataupun depresi pada pasien supaya bisa memberi pengobatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambawati, W.N., dan Wardani E.K. (2016). Psikological responses and copingstrategies among javanese woment with cervical cancer during
chemotherapy in Surakarta. Ritrieved from http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7426
Binka, C., Doku, D.T., & Asare, K.A. (2017). Experiences of cervical cancer
patients in rural Ghana: An exploratory study. PLOS one, 12(10),12.
Damayanti, I.P. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker
serviks di RSUD Arifin Achmad Pekan baru tahun 2008-2010. Jurnal
kesehatan komunitas, 2(2), 89-93.
Holland, C. J., & Alici, Y. (2010). Management of Distress in Cancer Patients.
Journal of Supportive Oncology, 8(1), 4-12.
Manoppo, I. J. (2016). The relationship between parity and the age of mother with
cervical cancer in prof. Kandou general hospital Manado in 2014. Jurnal
skolastik keperawatan, 2(1), 46-56. ISSN: 0935, E-ISSN: 2443-1699.
Pratjatmo, H., Nisma, W. A ., & Fatmawati, Y. (2017). Quality of life of cervical cancer patient with support from nuclear family and extended family in Dr. Sardjito general hospital, Yogyakarta Indonesia: a comparative study.
International Journal of Research in Medical Sciences, 5(8), 3554. DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-6012.ijrms20173561.
Setiawan, D. (2014). Human papiloma virus dan kanker serviks. Al-Sihah: publik
health science journal, 6(2), 150-159. ISSN: 2086-2040.
Shally, R.D.V., & Prasetiyanigrum, J. (2017). Resiliensi pada penderita kanker
serviks stadim lanjut. Jurnal Indigenous, 2(1), 78-82.
World Health Organization. (2012). Depression, a global public health concern. WHO Departemen Mental Health Substance Abuse. 2012; 6–8.
World Health Organization. (2013). Comprehensive cervical cancer prevention and control: a healthier future for girls and women. WHO Library cataloguing-in-publication data, 2-3.