PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI LINGKUNGAN
LINGGARJATI PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI Oleh : Junita Riani Purba
091121079
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di
Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan SADARI di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berada di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar sebanyak 80 orang dan sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan 30 juli 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: data demografi, pengetahuan ibu dalam melakukan SADARI, dan sikap ibu dalam melakukan SADARI. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu yang baik (20%), pengetahuan ibu yang sedang (31,25%) dan pengetahuan ibu yang kurang (48,75%). Sedangkan untuk sikap ibu yang positif (43,75%) dan sikap ibu yang negatif (56,25%). Untuk itu petugas kesehatan di Kelurahan Merdeka Pematangsiantar hendaknya memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya dilakukan SADARI untuk membantu ibu mengetahui tentang SADARI.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, SADARI
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar”.
Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr.Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Berensius Purba selaku kepala Kelurahan Merdeka Pematangsiantar.
3. Ibu Nur Asiah, S, Kep,Ns selaku pembimbing I yang selama ini telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp.M.Pd, selaku pembimbing II yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Farida Linda Siregar, S. Kep. Ns. M. Kep, selaku penguji dalam sidang skripsi ini.
6. Seluruh staf dan dosen yang mengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Ucapan terima kasih kepada semua sahabat F. Kep ’09 Jalur B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, dukungan serta semangat yang selalu kalian berikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ... 6
2.1.3 Tingkat Pengetahuan... 8
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 23
4.1 Desain penelitian ... 23
4.2 Populasi dan sampel penelitian ... 23
4.3 Lokasi penelitian ... 24
4.4 Pertimbangan etik ... 25
4.5 Instrumen penelitian ... 26
4.6 Uji validitas dan reabilitas ... 27
4.7 Pengumpulan data ... 28
4.8 Analisa data ... 29
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
5.1 Hasil Penelitian ... 32
5.2 Pembahasan ... 36
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
6.1 Kesimpulan ... 40
6.2 Saran ... 40
DAFTAR TABEL
1. Defenisi Operasional Varibel Penelitian
2. Distribusi frekuensi karakteristik ibu alam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkunan Linggarjati Pematangsiantar 3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pemtangsiantar 4. Distribusi frekuensi jawaban pengetahuan responden dalam melakukan
pemeriksaan payudara sendiri
5. Distribusi fekuensi sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkugan Linggarjati Pematangsiantar
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Kuesioner penelitian
3. Tabel hasil pnelitian 4. Surat izin penelitian 5. Taksasi dana
Judul : Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di
Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan SADARI di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berada di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar sebanyak 80 orang dan sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan 30 juli 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: data demografi, pengetahuan ibu dalam melakukan SADARI, dan sikap ibu dalam melakukan SADARI. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu yang baik (20%), pengetahuan ibu yang sedang (31,25%) dan pengetahuan ibu yang kurang (48,75%). Sedangkan untuk sikap ibu yang positif (43,75%) dan sikap ibu yang negatif (56,25%). Untuk itu petugas kesehatan di Kelurahan Merdeka Pematangsiantar hendaknya memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya dilakukan SADARI untuk membantu ibu mengetahui tentang SADARI.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara yang merupakan kanker nomor dua yang terjadi pada wanita. Biasanya kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas. Didunia, kematian akibat kanker payudara diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun. 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun (Mansjoer, 2002).
Di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibandingkan dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Di negara-negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati dan disembuhkan (Peiwen, 2007).
Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker rahim. Padahal di negara-negara lain, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak di banding dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik (Gilbert, 1996).
angka kesembuhannya dapat mencapai 90%. Sayangnya, sangat sedikit penyakit kanker yang terdeteksi pada stadium dini sehingga angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 190.000 penderita baru kanker di seluruh dunia dan seperlimanya akan akan meninggal akibat penyakit tersebut. Salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada wanita adalah kanker payudara. Sesuai dengan namanya, kanker ini berada pada jaringan payudara. Pria juga memiliki resiko menderita kanker payudara. Namun angka kejadiannya pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. Di Medan, angka kejadian kanker payudara pada wanita sekitar 10,9% dari seluruh jenis kanker (Dinkes Bone, 2007).
Deteksi dini masih sangat diharapkan untuk meningkatkan angka harapan hidup penderita, salah satunya adalah dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap (Retnowati, 2007). Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (Lusa, 2007).
sedangkan yang tidak mengetahui cara melakukan SADARI sebanyak 30 orang. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar.
1.3.2 Tujuan Khusus
3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sebagai informasi bagi institusi pendidikan.
1.4.2 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit, puskesmas, dan pelayanan kesehatan lainnya dalam mengidentifikasi serta memberi informasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
1.4.3 Penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Pengetahuan
1.1 Defenisi pengetahuan
1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1.3 Tingkat pengetahuan
2. Sikap
2.1 Defenisi sikap 2.2 Tingkatan sikap
2.3 Struktur dan pembentukan sikap 2.4 Pembagian sikap
2.5 Penilaian sikap 3. SADARI
3.1 Defenisi SADARI 3.2 Tujuan SADARI 3.3 Manfaat SADARI
2.1.Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Taufik (2007) pengetahuan merupakan penginderaan manusia, hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga dan lain sebagainya).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu:
a. Faktor Internal
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Kedua pekerjaan, menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ketiga umur, menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Faktor Eksternal
sosial budaya, sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan denagn kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2 Sikap
2.2.1 Defenisi Sikap
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu pengetahuan. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi Terbentuknya Sikap
Pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh: kepribadian, intelegensia, minat. Sikap dapat dipelajari, dibentuk, dan sikap akan mencerminkan kepribadian seseorang. Sikap dapat dipelajari, dimana belajar itu adalah berlatih, dan belajar berlangsung seumur hidup.
Sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu: petama kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. Kedua kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Ketiga kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3 Tingkatan Sikap
sikap orang terhadap intervensi keperawatan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang intervensi keperawatan atau dengan kata lain orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang telah diberikan (obyek). Kedua merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. Ketiga menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Keempat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2003).
2.2.4 Struktur Dan Pembentukan Sikap
afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi obyek termaksud. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap obyek. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen afektif meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Memang kemudian masalahnya adalah tidak ada jaminan bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai apabila individu berada situasi yang termaksud.
lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Yang ketiga pengaruh kebudayaan, dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Yang keempat media massa, pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap. Yang kelima lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentuksan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Yang keenam pengaruh faktor emosional merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.2.5 Pembagian Sikap
penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat adalah dengan penilaian jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pernyataan dan sangat tidak setuju (Niven, 2002).
2.2.6 Penilaian Sikap
Salah satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat adalah dengan penilaian jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pernyataan dan sangat tidak setuju (Niven, 2002).
2.3. SADARI
2.3.1 Defenisi SADARI
menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 setelah sesudah hari 1 menstruasi (Mardiana, 2004).
Menurut Yuni (2009) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.
2.3.2 Tujuan SADARI
Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-kelainan tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang diakibatkan gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita (Hidrah, 2008).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik struktur,bentuk ataupun tekstur (Long, 1996).
2.3.3 Manfaat SADARI
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Manuaba, 2000)
2.3.4 Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri
1. Melihat payudara
a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin yang besar
c. Lakukan kedua tangan disamping tubuh d. Perhatikan payudara :
- Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris? - Apakah payudara membesar atau mengeras?
- Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah? - Apakah putting tertarik ke dalam?
- Apakah putting atau kulit ada yang lecet? - Apakah ada perubahan warna kulit?
- Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk) - Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?. e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas. f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di
2. Memijat payudara
a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke putting
b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu (seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang menyususi).
3. Meraba payudara
a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring b. Lakukan perabaan payudara satu persatu
c. Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala.
e. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susu
f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susu
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa h. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
i. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak
sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif
2.3.5 Waktu Dilakukan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa lebih lunak.
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter menginformasikan bahwa hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari seorang dokter spesialis. Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan dan CBE tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40 (Peiwen, 2010).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teori yang dilakukan dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka kerangka konsep penelitian ini adalah:
Keterangan :
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
2. Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Alat Ukur Skala 1 Pengetahuan
SADARI
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar.
4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia dan pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengikuti kegiatan gotong royong di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar sebanyak 100 orang yang dilakukan pada bulan Juli tahun 2010 di Kelurahan Merdeka Pematangsiantar.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002).Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Simpel
Random Sampling yaitu suatu teknik penetapan pengambilan sampel dengan cara
yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut yang telah ditulis mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek dengan cara mencabut nomor.
Rumus untuk menentukan besar sampel menurut Notoatmodjo (2002) adalah
n =
d = tingkat signifikasi (d= 0.05)
n =
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.4 Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kelurahan di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar. Kemudian peneliti mendekati calon responden yang memenuhi kriteria, meminta kesediaan calon responden penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka dijelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian, kemudian responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan data yang diberikan oleh responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Selama proses pengambilan data tidak menimbulkan tekanan psikologis pada responden yang akan diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden.
4.5Instrumen Penelitian
melakukan pemeriksaan payudara sendiri, dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
4.5.1 Data Demografi Responden
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Data demografi responden terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan yang pernah memberikan ASI pada anak.
4.5.2 Kuesioner Pengetahuan
Bentuk pertanyaan yang peneliti gunakan adalah pertanyaan pilihan berganda dengan pilihan jawaban yang diberikan peneliti kepada ibu yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga responden tinggal memilih atau membubuhkan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai menurut responden (Arikunto, 2006).
Kuesioner tentang pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan tertutup dengan jenis pertanyaan multiple choice dengan memilih jawaban a, b, c, dan d. setiap kategori pertanyaan dengan jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan pertanyaan dengan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol).
4.5.3 Kuesioner Sikap
pertanyaan negatif, jawaban SS diberi nilai 1, S diberi nilai 2, TT diberi nilai 3, dan TS diberi nilai 4. Pertanyaan positif di mulai dari nomor 1, 3, 5, 7,dan 9. Pertanyaan negatif di mulai dari nomor 2, 4, 6, 8, dan 10.
4.6Uji validitas dan reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. (Arikunto, 2006).
Instrumen penelitian ini disusun oleh peneliti, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap dari data variabel yang diteliti secara tepat (Nursalam, 2003). Uji validitas isi instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
dikotomi dan jumlah pertanyaan genap (10 pertanyaan) dilakukan dengan menggunakan rumus KR-21. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai r hitung sebesar 0,7077 > r tabel sebesar 0,632 (pada α = 0,05, N=10). Hal ini berarti kuesioner pengetahuan ibu terhadap pemeriksaan payudara sendiri telah reliabel.
Untuk kuesioner sikap, uji reabilitas dilakukan dengan formula cronhbach
alpha menggunakan bantuan program Komputerisasi. Dari hasil pengolahan data
diperoleh nilai alpha sebesar 0,733. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70 ( Polit & Hunger, 1995). Dengan demikian maka instrumen sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri telah reliabel.
4.7. Teknik pengumpulan data
Adapun prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengajukan permohonan izin kepada Kepala Kelurahan Merdeka Pematangsiantar. Setelah mendapat izin dari Kepala Kelurahan Merdeka Pematangsiantar, selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data penelitian.
Dalam pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner tetapi jika responden tidak bisa mengisi kuesioner pada saat peneliti membagikan kuesionernya, responden diperbolehkan membawa pulang kuesioner karena keterbatasan waktu responden di tempat pelaksanaan gotong royong. Responden disarankan untuk mengisi kuesioner dengan jujur. Jika ada hal-hal yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner diberikan kesempatan untuk bertanya ketika pengembalian kuesioner.
Responden dapat mengembalikan kuesioner kepada peneliti paling lama dua hari. Responden yang tidak mengembalikan kuesioner maka peneliti menjenguk kembali kuesioner ke alamat responden. Setelah responden mengisi semua kuesioner maka seluruh data yang terkumpul kemudian diidentifikasi berdasarkan pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk di analisa.
4.8. Analisis data
Untuk mengkategorikan hasil variabel penelitian digunakan rumus Sudjana (2002). Pada variabel pengetahuan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002) :
Rentang kelas P =
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 10 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (baik, sedang, kurang). Maka didapatkan panjang kelas sebesar 3. Dengan menggunakan P=3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka pengetahuan ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri dikategorikan atas interval sebagai berikut :
0 – 3 = Pengetahuan kurang
4 – 6 = Pengetahuan sedang
7 – 10 = Pengetahuan baik
Untuk variabel sikap nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan terendah adalah 0. Berdasarkan rumus statistic menurut Sudjana (2002) :
Rentang kelas P =
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 10 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 2 kelas (sikap positif dan negatif), maka didapatkan panjang kelas sebesar 5. Dengan menggunakan P= 5 dan 0 sebagai batas interval pertama, maka sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudar sendiri dikategorikan atas interval sebagai berikut :
0 – 5 = Sikap negatif
6 – 10 = Sikap positif
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 sampai dengan 30 juli 2010 dengan jumlah responden sebanyak 80 orang ibu yang melakukan SADARI.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik responden, pengetahuan ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara (SADARI) dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
5.1.1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu dalam Melakukan SADARI di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar Tahun 2010 (N=80)
Karakteristik Frekuensi % Usia
22-30 tahun 37 46,25
31-39 tahun 21 26,25
40-49 tahun 20 25
>50 tahun 2 2,5
Pendidikan
SD 2 2,5
SLTP 4 5
SMU 68 85
Perguruan Tinggi 6 7,5
Pekerjaan
PNS 12 15
Wiraswasta 18 22,5
Ibu Rumah Tangga 50 62,5
Jumlah Anak
1 orang 18 22,5
2 orang 20 25
3 orang 28 35
>3 orang 14 17,5
Ibu yang pernah memberikan ASI pada anak
Ya 72 90
5.1.2. Pengetahuan Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) lebih banyak berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 39 (48,75%) dan berpengetahuan sedang sebanyak 25 responden (31,25%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Dalam Melakukan SADARI di Lingkungan Payudara Sendiri Linggarjati Pematangsiantar 2010. Pengetahuan Ibu melakukan Frekuensi %
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Responden Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
No Pertanyaan A B C D
3 Manfaat dilakukannya
SADARI 4 Tindakan ketika terdapat
benjolan
50 62,5 20 25 2 2,5 8 10 5 Tahap pertama pemeriksaan
SADARI 9 7 7 Tahap ketiga pemeriksaan
SADARI
7 8,75 53 66,2 1 6
20 4 5
8 Waktu pemeriksaan
SADARI
51 63,7 11 13,7 4 5 14 17,5 9 SADARI dilakukan setelah
menstruasi
5.1.3. Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sikap responden dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 45 responden (56,2%).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Melakukan SADARI di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar 2010.
Sikap ibu dalam melakukan SADARI Frek % Negatif 45 6,25
Positif 35 43,75
Total 80 100
atau dokter pada
kelainan payudara yang semakin kronis
6 Setiap melakukan pemerik-
saan payudara akan selalu 1 1,25 42 52,5 11 13,75 26 32,5
8 Badan telungkup merupa-
kan salah satu posisi yang 0 0 19 23,75 20 25 41 51,25 baik untuk melakukan
SADARI
5.2.1. Pengetahuan Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pekerjaan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoadmojo, 2003). Dalam penelitian ini pengetahuan yang harus dikaji adalah semua informasi yang diperoleh ibu mulai dari defenisi, tujuan, manfaat, cara pemeriksaan, dan waktu dilakukannya SADARI.
Berdasarkan hasil penelitian hampir semua responden menjawab pertanyaan dengan salah. Tampak pada kuesioner pertanyaan pengetahuan, terutama pada pertanyaan no 5, responden hanya (10%) yang menjawab dengan benar, pertanyaan no 8 responden hanya (5%), pertanyaan no 9 responden hanya (6,25%), pertanyaan no 10 responden hanya (6,25%) yang menjawab benar. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang. Pengetahuan responden yang kurang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pekerjaan dan umur responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu mencakup: pendidikan, pekerjaan, umur. Faktor eksternal mencakup: lingkungan, dan sosial budaya. Dilihat dari segi tingkat pendidikan, jumlah terbannyak responden pada penelitian ini lebih dari separuh adalah memiliki pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 68 responden (85%). Dilihat dari usia keseluruhan responden, sebanyak 37 responden (46,25%) berada pada rentang usia 22-30 tahun.
pengalaman responden berkaitan dengan penyuluhan yang pernah diikuti oleh responden. Pekerjaan responden mayoritas hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 62,5%. Ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya bekerja di rumah saja kemungkinan besar memiliki pengetahuan dan wawasan yang relatif sempit bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki aktivitas di luar rumah. Komunikasi yang baik dengan orang-orang di lingkungan luar rumah memberi banyak informasi-informasi penting termasuk komunikasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan kuesioner, hanya terdapat 3 pertanyaan yang banyak dijawab dengan benar, yaitu pertanyaan nomor 1 sebanyak 35%, pertanyaan nomor 3 sebanyak 28,7% dan petanyaan nomor 4 sebanyak 25%. Meskipun tidak mencapai setengah dari responden yang menjawab benar tetapi masih tampak bahwa terdapat beberapa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang SADARI. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh status pendidikan, pekerjaan dan lingkungan responden. Dari seluruh responden terdapat 6 responden (7,5%) yang memiliki pendidikan perguruan tinggi dan terdapat 12 responden memiliki pekerjaan pegawai negeri sipil. Ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya bekerja di rumah saja kemungkinan besar memiliki pengetahuan dan wawasan yang relative sempit bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki aktivitas diluar rumah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ternyata lebih banyak ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebanyak 45 responden (56,25%). Sikap negatif disini mengacu pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai responden sebagian besar dibawah 5. Menurut Purwanto (2000) sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif merupakan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Menurut Akustik (2003) penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pemeriksaan payudara sendiri. Tingkat pendidikan dapat mendasari sikap ibu dalam menyerap dan mengubah sistem informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar kepada 80 orang ibu sebagai responden menghasilkan kesimpulan bahwa ibu yang lebih banyak memiliki pengetahuan kurang (48,75%) tentang pemeriksaan payudara sendiri, begitu juga hasil penelitian untuk sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diperoleh bahwa ibu memiliki sikap negatif (6,25%)..
6.2 Saran
6.2.1 Pelayanan Kesehatan
Petugas kesehatan di Kelurahan Merdeka Pematangsiantar hendaknya dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri agar dapat meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Pelayanan kesehatan ini hendaknya disertai dengan gambar-gambar menarik dan praktek langsung tentang SADARI.
6.2.2 Pendidikan keperawatan
dosen-dosen keperawatan maternitas agar dapat memberi materi perkuliahan tentang SADARI yang lebih dalam lagi supaya dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang profesional dan meningkatkan pendidikan keperawatan dalam pengetahuan kognitif dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
6.2.3 Penelitian Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 6., Jakarta: EGC.
Azwar, S. (2005). Sikap manusia, Yogyakarta; Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2003). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2007) . Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Dalimartha, S. (2003). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker, Jakarta: Penebar Swadaya
Dinkes RI. (2007). Kanker Payudara. Medan
Hidayat, A.H. (2007). Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisa Data. Ed 1, Jakarta, Salemba Medika
Kusuma, P. (2010). Ibu dan Anak. Diakses 26 April 2010 dari /
Lusa. (2009). Pemeriksaan Payudara Sendiri. Diakses 17 Agustus 2009 dari http://www.sobatsehat.com/ibu-dan-anak/cara-cegak-kanker-payudara-dengan-periksa-payudara-sendiri-sadari
Mardiana, L. (2004). Kanker Pada Wanita. Jakarta: Penebar Swadaya http://www.lusa.web.id/pemeriksaan-payudara-sendiri-sadari/
Mercy, (2009). Gaya Hidup Wanita. Diakses 24 Januari 2009 dari
Muller, (2005). Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta. Bumi Aksara
http://gayahidupwanita.blogspot.com/2009/01/periksa-payudara-sendiri.html
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Teses dan Instumen Penelitian,
Purwoastuti, E. (2008). Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Yogyakarta: Kanisius
Purwanto, H, (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta EGC
Purwanti, (2004). Buku Saku Untuk Bidan. Konsep penerapa Pemeriksaan Payudara Sendiri. Jakarta EGC
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya adalah mahasiswa Fakultas Kepe rawatan Universitas Sumatera Utara Jalur B, nama saya Junita Riani Purba. Saat ini saya akan melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan . Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara/I untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Dimana hal ini tidak akan memberikan dampak yang buruk dan membahayakan bagi Saudara/I. Jika Saudara/i bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Saudara/I. Selanjutnya saya memohon kesediaan Saudara/I untuk mengisi lembar kuisioner saya dengan jujur apa adanya.
Partisipasi Saudara/I dalam penelitian ini bersifat sukarela , sehingga Saudara/I bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Peneliti menjamin atau menjaga identitas dan kerahasiaan jawaban yang Saudara/I berikan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Terima kasih atas partisipasi Saudara/I dalam penelitian ini.
Medan, April 2010
Peneliti Responden
Kuesioner Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
A. Kuisioner Data Demografi
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini.
1. Usia Ibu saat ini………tahun 2. Tingkat pendidikan
SD SMU
SLTP lain- lain…. (sebutkan) 3. Pekerjaan
PNS Ibu rumah tangga
Wiraswasta lain-lain….(sebutkan) 4. Jumlah anak
Satu orang Tiga orang
Dua orang Lain-lain….(sebutkan) 5. Ibu yang pernah memberikan ASI pada anak
Ya
B. Kuisioner Data Pengetahuan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan membubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar!
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah…
a. Memeriksa payudara sendiri setiap bulan untuk mendeteksi timbulnya benjolan pada payudara .
b. Cara untuk melihat adanya kelainan payudara c. Cara untuk merasakan adanya nyeri pada payudara d. Tidak tahu
2. SADARI bertujuan untuk…
a. Mencegah terjadinya kanker payudara
b. Mengetahui adanya benjolan pada payudara sejak dini/awal c. Menghilangkan benjolan pada payudara
d. Tidak tahu
3. Manfaat dilakukannya SADARI adalah…
a. Untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara b. Untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara c. Untuk mencegah kanker payudara
4. Apabila terdapat benjolan sebaiknya… a. Dilakukan SADARI dengan rutin b. Diperiksakan ke Dokter
c. Dibiarin saja d. Tidak tahu
5. Tahap pertama pemeriksaan payudara dilakukan dengan… a. Melihat besar, bentuk payudara di depan cermin
b. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke putting susu
c. Meraba payudara dalam posisi berbaring d. Tidak tahu
6. Tahap kedua pemeriksaan payudara dilakukan dengan… a. Melihat besar, bentuk payudara di depan cermin
b. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke putting susu
c. Meraba payudara dalam posisi berbaring d. Tidak tahu
7. Tahap ketiga pemeriksaan payudara dilakukan dengan… a. Melihat besar, bentuk payudara di depan cermin
b. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke putting susu
8. Sebaiknya waktu pemeriksaan dilakukan pada saat… a. Sebelum menstruasi
b. Sedang menstruasi c. Setelah menstruasi d. Tidak tahu
9. Setelah menstruasi sebaiknya SADARI dilakukan pada… a. Hari ke-2 sampai ke-4
b. Hari ke-5 sampai ke-7 c. Hari ke-8 sampai ke-10 d. Tidak tahu
10. Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan… a. Setiap hari
C. Kuesioner Sikap
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan sikap anda terhadap pernyataan itu
Keterangan:
SS = Sangat Setuju TT = Tidak Tahu
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS TT
1. SADARI merupakan memeriksa payudara sendiri setiap bulan 2. SADARI dapat dilakukan oleh
perawat atau dokter pada seorang wanita
3. Dengan melakukan sadari dapat mengetahui ada tidaknya benjolan pada payudara
4. SADARI merupakan salah satu tindakan pengobatan kelainan payudara
5. Melakukan SADARI dapat mencegah perkembangan kelainan payudara yang semakin kronis
7. Berdiri di depan cermin dapat
mendeteksi pembesaraan, kesimetrisan dan perubahan warna kulit kedua payudara
8. Badan telungkup merupakan salah satu posisi yang baik untuk melakukan SADARI
9. SADARI dilakukan seminggu sesudah menstruasi
10. Setelah mencapai usia 40
tahun,SADARI sebaiknya dilakukan setiap minggu
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE.
based on all variables in the procedure.
Item Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Lampiran 5
TAKSASI DANA
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Melakukan Pemeiksaan Payudara Sendiri (SADARI) Di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar
A. Persiapan Skripsi
1. Fotokopi materi dan pembelian buku = Rp. 350.000,-
2. Pencarian materi dari internet = Rp. 70.000,-
3. Print proposal = Rp. 100.000,-
4. Penggandaan dan penjilidan skripsi = Rp. 150.000,-
5. Fotokopi transparan untuk persentasi = Rp. 30.000,-
6. Konsumsi pada saat sidang proposal = Rp. 50.000,-
B. Pengumpulan dan Analisa Data
1. Print lembar persetujuan dan lembar observasi = Rp. 80.000,-
2. Print kuesioner = Rp. 80.000,-
3. Biaya transportasi = Rp. 200.000,-
C. Penyusunan Hasil Perbaikan
1. Print Perbaikan Laporan = Rp. 150.000,-
2. Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian = Rp. 150.000,-
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Junita Riani Purba
Tempat tanggal lahir : Pematangsiantar, 25 juni 1989 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Linggarjati Pematangsiantar. Riwayat Pendidikan :