Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Muhammad Kholis Hamdy
NIM 103054128837
Oiterino ..
dari
...
Tgl. :
'JP. .. ::::: ..
rg .... :: ..
セ@....
No. Inoluk :
.9..!2 ....
ZZZZjNYNLLL[ZLLLセNセス@I ·
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
"Peran LP Ma'arifNahdlatul Ulama Bidang Pendidikan;
Perspetkif Ilmu Kesejahteraan Sosial"
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
PER PUST A KAAN UTAMA ·1
UIN SYAHID JAKARTA
1111 Ill 1111 11111!11111..
II I
Oleh
Muhammad Kholis Hamdy
NIM 103054128837
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKW AH DAN KOMUNIKASI
VIN
SYARIFHIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya. cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ci putat, 25 J uni 2009
"Pcran LP Ma'arifNahdlatul Ulama Bidang Pcndidikan;
Pcrspctkif llmu Kcscjahtcraan Sosial"
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah clan Komunikasi Untuk !Ylernenubi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Jslrnn (S.Sos.I)
Oleh
nad Kholis Hamdy
Pembimbing
//Jr
!Siti Napsivah Arifuzzanrnn, MSW
NIP. 197401012001122 003
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
.JURUSAN PENGEMBANGAN iVIASVARAKAT JSLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
Skripsi yang berjudul "Peran LP Ma'arif Nahdlatnl Ulama Bidang Pendidikan; Perspetkifllmn Kcscjahtcraan Sosial"
telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat meraih Strata Satu (S-1) Saijana lhnu Sosial Islam pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
P,"P Arggofa
Dr . d Rizal LK. MA NIP. 19640428 199303 I 002
Penguji I
NIP. 19610422 199003 2 001
Jakarta, 26 Juni 2009
Panitia Ujian Munaqosyah
Sekretaris Merangkap Anggota
セifセ@
セMMMセ@
'FiiZa Amri. S.Th.l
NIP. 19780703 20050! I 006
lsmet Firdausi, M.Si NIP.
pッセ@
ABSTRAK
Muhammad Kholis Hamdy
Pe ran LP Ma'arif Nahdlatul Ulama Bidang Pendidikan; Perspetkif Ilmu Kesejahteraan Sosial
Skripsi ini berjudul "Peran LP Ma'arif Nahdlatul Ulama Bidang Pendidikan; Perspetkif Ilmu Kesejahteraan Sosial"
Tulisan mencoba untuk melihat peran sosial aparat departementasi (LP Ma'arif NU) dalam usaha kesejahteraan sosial di Indonesia. Lembaga ini dipandang sebagai lembaga otonom yang cukup reperesentatif dari lembaga-lembaga lain di struktur NU. Di samping pendidikan menjadi suatu bidang tersendiri dalam cita-cita pendirian NU dan salah satu lembaga yang eksisistensi gerakannya masih terlihat di banding lembaga yang lain, perannya sepanjang keberadaanya turut menjadi simbol usaha signifikan dalam partisipasi membangun kesejahteraan bangsa yang sedikit dilihat oleh para ilmuan, terlebih dengan pendekatan ilmu kesejahteraan sosial.
Pendekatan ini bermaksud untuk membuka cara pandangan baru terhadap NU khusus LP Ma'arif NU. Selain itu, perannya di bidang pendidikan adalah bagian kecil dari usaha besar pembentukan masyarakat idaman Nahdlatul Ulama. Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan peran LP Ma'arif NU melalui program kerja lembaga dan peninjauannya berdasarkan ilmu kesejahteraan sosial. Selain itu, dilakukan penggambaran umum targeted group dan kontribusi LP Ma'arif sebagai LKS sebagai sebuah intrumen NU dan usaha pembentukan masyarakat sejahtera Indonesia umumnya .
Bismillahirrahmanirrahim. Allah ya Rahman, Allah ya Rahim Allah ya
wadud, ya dzul jalali wa/ ikram, segala puji dan syukur penulis haturkan ke
hadirat-Mu, ya Allah SWT atas segala rahmat, hidayah-Mu serta kekuatan dan
semangat yang telah kau limpahkan kepada penulis.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda junjungan,
penye!amt umat manusia di dunia dan akirat, sumber penciptaan alam semesta,
kekasih-Mu ya Allah, baginda Rasulul!ah Muhammad SAW beserta seluruh
keluarganya nan suci, para sahabatnya nan amanah, dan kepada seluruh umatnya,
khususnya umat Islam di seluruh dunia. Semoga penulis mendapatkan syafaat mu
selalu. Amin.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan
bahan-bahan, dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan disertai dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan itu dapat penulis hadapi.
Se!anjutnya penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada:
I. Ibunda "Sri Mulyati" dan Ayahanda "Muhammad Asrari Chol,il" yang begitu
tulus mencintai dan tidak henti-hentinya mendo'akan penulis selama ini.
Adik-adikku "Laily Hafidzah dan Ahmad Hilmi Hudlori" serta seluruh
keluarga besar yang ada di Jakarta dan Bojonegoro (Jawa Timur), terimakasih
2. Bapak Dr. H. Murodi, M.A., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta para pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Helmi Rustandi, M.A., selaku Ketua Jurusan Konsentrasi
Kesejahteraan Sosial, Penulis ucapkan terima kasih telah memberikan saran
dan masukan serta kritikan terhadap skripsi yang telah diselesaikan oleh
penulis dan bapak lsmet Firdaus, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Konsentrasi
Kesejahteraan Sosial.
4. !bu Siti Napsiyah M.SW. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan energi dan waktunya yang sibuk untuk memberikan bimbingan
dan motivasi serta kritikan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika
yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing
penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bpk DR A. Thoyib selaku ketua PP LP Ma'arif NU terimakasih atas
dukungannya.
7. Mamat S Burhanudin, Bapak Aceng Abdul Aziz dan Muhammad Zamzami
selaku pengurus PP LP Ma'arif NU yang senantiasa memberikan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini serta bapak Trisno selaku keeper kantor LP
Ma'arifNU.
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan
Sosial Angkatan 2003:, Syakur, 1-lusen, Surya, Acen, Yoga, Hem, Marzuki,
akhir masa penulisan skripsi ini.
9. Seluruh sahabat-sahabat M@kar (Manbaul Afkar) Community: Mas Anis,
Mas Mujib, Mas Abdul (bambooina) Abi, Habib Anas, Kahfi, Ayi, Jarwo,
Jamal, Roy, Abdul RS, Rosit, Abah serta seluruh M@karena yang ada di
kelompok primordial mahasiswa kota Subang terima kasih atas motivasi dan
dukungannya.
I 0. Keluarga besar PMII Fakultas Dakwah dan Komunikasi: Bang Mansur
al-Farisi, Bang Rozak, Alfian Mujahidin, Umar Halim, Ociem, Aswin, Alip,
Muhardiani Ulfa, Ranita Dian, Wafa, Hera, Sofyan, Firman, Acung,
Nurdiansyah, Agin, Ihsan, Yosep, Didi, Joya, , Rida, Hasyim, Syamsul dan
seluruh anggota dan kader dan pengurus PMII Cab. Ciputat 2008-2009,
seluruh ketua komisariat PMII Ciputat yang tidak bisa tersebutkan semuanya.
11. Sahabat-sahabat Logos Institute: Alfian Mujahidin, Tanjung, Nurullah, Solihin
dkk. Terimakasih atas dukungannya untu penulis agar tetap semangat untuk
berjuang. Juga, sahabat-sahabat Ersous: Hamzah, Nasrul, Upi, Majid,
Lukman, Opik, Damato, Luay dkk. Terimakasih atas dukungannya
Akhir kata, karena keterbatasan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman,
maka tentu saja banyak ha! khilaf dan salah di dalam skripsi ini. Maka, koreksi
dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan karya ilmiah ini ke
depan. Selanjutnya penulis ucapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Amiin .... Ciputat, 16 Juni 2009
DAFTARISI
ABSTRAK ... .
KATA PENGANTAR... ii
DAFT AR 181... v
DAFT ART ABEL ... viii
DAFT AR SING KAT
AN...
ixDAFT AR LAMPIRAN ... xii
BABI PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masai an... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Metodologi Penelitian ... I 1 E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEO RI... 15
A. Pengertian Peran ... 15
A.I. Peran menurut Islam... 15
A.2. Peran dalam Sosiologi ... 18
A.3. Peran dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial ... 22
B. Kesejahteraan Sosial ... 27
B. l. Sejarah dan Pengertian Kesejateraan Sosial ... 27
MA' ARIF NU... 36
A. Latarelakang berdiri NU ... 36
B. Visi dan Misi ... 40
C. Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom NU Beserta Bidang-Bidangnya ... 41
D. Profit Lembaga Pendidikan Ma'arifNahdlatul Ulama (LP Ma'arifNU) ... 45
D.1. Sejarah Singkat Berdirinya LP Ma'arifNU ... 45
D.2. Visi dan Misi·LP Ma'arifNU ... 49
D.3. Kedudukan dan Hubungan Kelembagaan... 50
D.4. Stmktur Organisasi dan Struktur Kepengurusan.. 51
BAB IV PERAN LP MA' ARIF NU DALAM USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA DAN KONSEP MASY ARAKA T NU... 56
A. Peran NU Dalam Usaha-Usaha Kesejahteraan Sosial; LP Ma'arifNU. (Perspektifllmu Kesejahteraan Sosial)... 56
[image:11.519.45.413.58.559.2]DAFT AR TAB EL
[image:12.518.48.405.166.513.2]Tabel 1.1 : Diagram Pencapaian Hasil Program Kerja LP Ma'arifNU selama 5 Tahun ... 58
AD : Anggaran Dasar
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
ART : Anggaran Rumah Tangga
Ban om : Badan Otonom
CBDRM : Community Based Disaster Research Management
EPL : Elizabeth Poor Law
GP Ansor : Gerakan Pemuda Ansor
HBNO : Hoofd Bestenur Nahdlatoe/ Oelama
HIV :Human Immunodeficiency Virus
HSO : Human Service Organization.
ICIS : International Conference of Islamic Scholars
IPNU : lkatan Pelajar Nahdlatul Ulama
IPPNU : Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
ISNU : Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
JQH : Jami'iyyatul Qurro wal Hujfadz
Ke sos : Kesejahteraan Sosial
KH : Kiai Haji
LAKPESDAM : Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia
LA-NU : Lajnah Auqaf
LAZIS NU : Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
LDNU LF-NU LKS LKKNU LPBH LPKNU
LP Ma'arifNU
LPNU
LP2NU
LPS Pagar Nusa
LSM LTMI LTN-NU LWPNU MWC NKRI NT NU NW Orm as PB PBB PC Peksos
: Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
: Lajnah Falakiyah
: Lembaga Kesejahteraan Sosial
: Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama LPBH
:Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum
: Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama
: Lembaga Pendidikan Ma'arifNahdlatul Ulama
: Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
: Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
: Lembaga Pencak Silat Pagar Nusa
: Lembaga Swadaya Masyarakat
: Lembaga Takmir Masjid Indonesia
: Lajnah Ta'lifwan Nasyr
: Lembaga Waqaf dan pertanahan
: Majlis Wakil Cabang
: Negara Kesatuan Republik Indonesia
: Nahdlatut Tujjar
: Nahdlatul Ulama
: Nahdlatul Wathan
: Organisasi Masyarakat
: Pengurus Besar
: Perserikatan Bangsa-bangsa
: Pengurus Cabang
: Pekeria Sosial
PSII
PW
QS
RMI
SARBUMUSI
SWT
TA
UKS
uu
: Partai Sarikat Islam Indonesia
: Pengurus Wilayah
: Qisah Surat
: Rabithah Ma'ahad Islamiyah
: Sarikat Buruh Muslimin Indonesia
: Subhanahu Wa Ta 'ala
: Taswiru/ Ajkar
: Usaha Kesejahteraan Sosial
Lampiran I
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
DAFT AR LAMPI RAN
Surat Permohonan Penelitian
Matrik Program LP-PP Ma'arif2007-2009
SK PP LP Ma'arifNU
Struktur Pengurus 2004-2007
Struktur Pengurus 2007-2009
Pedoman Wawancara
A. Latar Belakang Masalah
Dorongan untuk sejahtera mernpakan suatu hal yang inherent dalam diri
manusia terlepas konstrnksi pemikiran agama maupun sosiologis manusia. Kedua
konstrnksi tersebut terns menstimulus manusia untuk terns berkembang atas nama
pencapaian kesejahteraan. Pencapaian yang terkadang tidak selalu maksimal
karena ketidakmampuan manusia mencapai barometer kesejahteraan mereka
ataupun yang digariskan oleh aganm.
Al-Qur'an memberikan gambaran sebagai manusia yang sejahtera di
surga. Dalam Surat Toha ayat 117-119, kesejehteraan tersebut digambarkan
dengan:
Hai Adam, sesungguhnya iblis ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu. 1Waka, sekali-sekali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga yang akibatnya kamu akan bersusah payah. Sesungguhnya kamu tidak akan lapar di sini (surga), tidak akan pula bertelanjang, dan sesungguhn(a kamu tidak akan merasa dahaga tidak pula akan kepanasan.
Menurnt Quraish Shihab, manusia mengalami kondisi kesejahteraan ideal
di surga, dalam keadaan sejahtera, suasana kedamaian, sejahtera lahir dan batin.
Kesejahteraan lahir yang terwujud karena tiga kebutuhan mendasar manusia
,
(sandang, pangan, papan) sudah terpenuhi, demikian pula dengan kesejahteraan
batin (tanpa ego dan syaitan).2
1
Al-qur'an dan Te1jemahannya, (Madinah: Mujamma' Malik Fahd Li Thiba' at
2
Dalam kehidupan di dunia ini, Islam (sebagai petunjuk Ilahi) mendorong
penganutnya untuk melakukan perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik dan
prospektif, baik dari segi lahiriah dan batiniah secara terus menerus. Hal ini
senada dengan penyataan Agil Siraj:
" ... Islam mengidealkan perubahan masyarakat atau komunitas yang dibangun dari liap individu. Arlinya, perubahan yang terjadi pada seseorang harus bermuara pada penciplaan arus, gelombang, atau minimal, riak yang menyentuh orang lain. Dengan demikian, transformasi individu berbarengan dengan perubahan masyarakat. Mewujudkan kedamaian dan kesejahleraan lahir dan batin adalah muara akhir dari transformasi tersebut. Itulah tugas manusia sebagai khalifatullah di muka bumi. Jdea/isme inilah yang dikenal dengan sebutan "maqashidu-syar 'iyyah ", yaitu standar ideal pencapaian kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. 3
Islam sebagai agama mempunyai gambaran kesejahteraan bagi manusia
yaitu kesejahteraan ruhani dan kesejahteraan jasmani. Kesejahteraan ruhani
dilakukan melalui syari 'at Allah dengan menjauhi setan yang berarti mewujudkan
kesejahteraannya dalam koridor-koridor yang telah ditentukan agama. Sedangkan
kesejahteraan lahir atau fisik dengan terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder
manusia. Islam mengajarkan kesejahteraan (lahir/batin) harus diupayakan sendiri
oleh manusia karena kesejahteraan bukanlah sesuatu yang begitu saja ada (taken
for granted) seperti kehidupan di surga. Terdapat banyak definisi mengenai
kesejahteraan ( dalam hal ini kesejahteraan sosial) yang Cliberikan oleh beragam
kalangan, baik institusi kenegaraan, pemerintah, maupun akademisi.
Secara khusus, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dikutip oleh
Mohammad Suud, memberikan batasan terhadap konsep kesejahteraan atau
penulisan skripsi ini) sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisir dan bertujuan
untuk membantu individu atau masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kcbutuhan dasarnya dan mcningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan
keluarga dan masyarakat.4
Ini dapat diartikan bahwa kessos adalah sebuah institusi atau bidang
kegiatan yang terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga
pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau
memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, peningkatan kualitas
hidup individu, kelompok dan masyarakat.
Hal yang agak serupa diungkapkan oleh Edi Suharto bahwa kesejahteraan
sosial mempunyai tiga konsepsi: Pertama, kondisi kehidupan yang sejahtera;
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Kedua,
institusi, arena atau bidang yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial (LKS)
dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan
sosial (UKS). Ketiga, aktivitas suatu kegiatan atau usaha terorganisir untuk
mencapai kondisi sejahtera. 5
Kesejahteraan sebagai UKS biasanya selalu dilimpahkan menjadi peran
negara seutuhnya. Namun, setiap negara mempunyai kecenderungan yang berbeda
dalam memandang tanggung jawab ini. Hal ini terkait dengan perbedaan faham
atas bentuk negara dan corak pembangunan yang digunakan. Indonesia menganut
'Mohammad Suud, 3 orientasi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), Cetakan Pertama, h. 7.
5Edi Suharto, Me1nbangun !vfasyarakat /vfe1nberdayakan Masyarakat; Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Peke1jaan Sosial. (Bandung: September 2005), h. 2. 3.
Konsepsi ini sesuai dengan definisi Walter A. Friedlander 1nengenai kesejahteraan sosial (social
·welfare): "Social lvelfare is the organized systen1 of social serv;ces and institutions, design to aid
4
faham negara Kesejahteraan (welfare state)6 dengan model "Negara
Kesejahteraan Partisipatif" (participato1y welfare slate) atau yang dikenal dengan
istilah welfare pluralism atau Pluralisme Kesejahteraan.7 Model seperti ini
berargumen bahwa negara hams mengambil bagian dalam penyelenggaraan
jaminan sosial (social security) dan penanganan masalah sosial dan membuka sisi
operasional kepada masyarakat untuk terlibat. Hal ini menyebabkan terbukanya
peran non pemerintah untuk turut partisipasi dalam usaha kesejahteraan sosial di
Indonesia.
Terbukanya peran serta masyarakat dikuatkan dengan adanya
Undang-Undang tentang peran tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat agar
· berpartisipasi dalam UKS di Indonesia. Undang-Undang RI No. 6 1974 bab I,
pasal 2 ayat I berisi Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial sebagai
berikut:
Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai Pancasi/a. 8
Dalam ilmu kesos, usaha-usaha kesejahteraan dilakukan oleh profesi yang
dikenal dengan sebutan pekerjaan sosial (disingkat peksos); suatu profesi atau
6Mengenai sejarah singkat 111unculnya siste1n ini, lihat Ja1nes Midgley, Pe111bangunan Sosial: Perspektif Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosia/, terjemahan, (Jakarta: Ditperta Islam Departemen Agama RI, 2005) h. 70-73. Lihat juga Edi Suharto, Mengkaji Ulang Re/evansi
H'e/fare State dan Terobosan 111e/alui Desentralisasi-Otonon11· di Indonesia, sebuah 1nakalah yang
dipresentasikan di Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta, be1tempat di Wisma MM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 25 Juli 2006.
7Edi Suharto, Men1bangun !vfasyarakat Men1berdayakan Masyarakat; Kajian Strategis
Pembangzman Kesejahteraan Sosial dan Peke1jaan Sosial, (Bandung: September 2005), h. 2.
Welfare pluralism adalah sebuah konsep yang mengidealkan adanya sinergitas antara pemerintah,
sektor ekonomi dan civil society yaitu; institusi pendidikan, LSM, onnas, dan lain-lain.
8Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia. "Undang-Undang (Uu},
peran yang tumbuh dari berbagai spesialisasi dan lapangan praktek yang
beragam.9 Praktek peksos terjadi pada tiga tingkatan: !. Micro-individu, 2.
Mezzo-terkait dengan keluarga atau kelompok kecil 3. Macro-organisasi, komunitas atau
pada ranah kebijakan sosial.10 Adapula pendapat yang hanya membagi pada dua
level saja: mikro dan makro.11 Selanjutnya, wadah yang menaungi peksos dalan1
melakukan usaha-usaha kessos disebut dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial
(LKS) atau yang lazim disebut dengan Human Service Organization (HSO).
Arthur Dunham mengklasifiksikan LKS pada: I. Auspices, 2. Area fungsi
(functional fields), 3. Area geografis (geographical area), 4. Lembaga yang
memberikan pelayanan langsung (consumer service agencies), 5. Lembaga yang
tidak memberikan pelayanan secara'langsung (non-consumer service agencies).12
Upaya LKS dalam mewujudkan kesos salah satunya dengan identifikasi
terhadap masalah sosial yang ada di masyarakat atau yang lazim disebut dengan
pemetaan sosial. 13 Pemetaan sosial sebetulnya juga dapat digunakan tidak hanya
oleh pemerintah dan LKS saja, akan tetapi terbuka untuk kalangan institusi
keagamaan, institusi pendidikan, LSM, ormas dalam merumuskan konsep, bidang
dan aktifitas yang akan dilakoni karena masalah sosial merupakan keadaan yang
dirasakan orang banyak dan memuat unsur "keharusan melakukan tindakan untuk
9Menurut Robert W. Robert dan Robert H. Nee:
Hsocial rvork is a new profession born of nventieth century. Unlike the older profession 1vhich developed specialization in their n1alurity,
social 1vork gre111 out of 11111/tiple specializations in diverse fields of practice .... " Lihat Isbandi Ruk1ninto Adi, Psikologi, Peke1jaan Sosia/ dan Jln1u Kesejahteraan Sosial: Dasar-Dasar Pemikiran, cetakan pertama (Jakarta: PT RajaGrafindo, Desember 1994) h. I 0.
10Charles Zastrow, Introduction to Social Work and Social Welfare, Sixth Edition,
(California: Brooks/Cole Pubishing Company, 1996), h. 49.
11
lsbandi Rukmnto Adi, Psiklogi, Pekerjaan Sosial dan I/mu Kesejahteraan Sosia: Dasar-Dasar Pemikiran, cetakan pertama (Jakarta: PT RajaGrafindo, Desember 1994) h. 34.
12/bid,
h. 31-32.
13
Edi Suharto, Me111bangun A1asyarakat Me111berdayakan A1asyarakat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Peke1yaan Sosial, (Bandung: September 2005), h. 81. Edi
6
merubah keadaan (masalah sosial)"14 dan "tuntutan pemecahan dengan aksi sosial
secara kolektif.15
Salah satu usaha merubah keadaan dan pemecahan masalah secara
kolektif dapat dilakukan melalui sisi agama.16 Dalam ha! ini, pendekatan teologis
tidak hanya dipandang sebagai instrumen ilahiyah, tataran hubungan vertikal,
namun juga, dapat menjadi spirit sekaligus sebagai alat pemecah
persoalan-persoalan kemasyarakatan.17 Untuk pencapaian tujuan ini, Islam memberikan
petunjuk meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik aqidah
(keyakinan), akhlak (moral), maupun syari 'ah (hukum).18
Selain itu, relasi agama dan masyarakat ada pada dimensi agama sebagai
suatu keyakinan baik bersifat lransenden dan sosial serta aspek-aspeknya. Peranan
agama dalam kehidupan sosial selain sebagai sesuatu yang final dan ultimate
dalam pandangan pemeluknya, juga sebagai sumber motivasi tindakan individu
dalam hubungan masyarakat. 19
Pelembagaan agama bermula dari para ahli agama yang mempunyai
pengalaman agama dan adanya fungsi deferensiasi internal dan stratifikasi yang
ditimbulkan oeh perkembangan agama, maka tampillah organisasi keagamaan
terlembaga yang fungsinya adalah mengelola masalah keagamaan. Adanya
14
Earl Robington, The Study of Social Problems; Seven Perspectives Fifth Edition, (New York/Oxford University Press, 1995) h. 6. '
15
Edi Suharto, Men1bangun Masyarakat Men1berdayakan Masyarakat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: September 2005), h. 83.
16
Walter A. Friedlander & Robert Z. Apte, Introduction to Social Wela/are, Fifth Edition,
(New Delhi: Prentice Hall of India Private Limited, 1982), h. 3. 17
Kamarudin, Partai Politik Islam, di Pentas Reformasi, (Jaka11a: Visi Publishing, 2003),
h. I.
18Said Agil Siroj, Tasaww1if Sebagai Kritik Sosial; Mengedepankan Islam Sebagai
Inspirasi, Bukan Aspirasi, (Bandung: Penerbit Mizan, 2006), hal. 372.
191-lunt dan Horton membagi fungsi agama dengan fungsi manifest dan fungsi laten.
Fungsi nianifest terkait dengan doktrin, ritual dan aturan perilaku dalan1 aga1na. Fungsi laten
organisasi keagamaan meningkatkan pembagian kerj a dan spesifikasi fungsi,
memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan ekspresif dan adaptif.20
Oleh karena itu, jika Islam mengarahkan untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, tujuan negara dalam menyejahterakan rakyat seiring dengan
kesejahteraan dunia umumnya dan terbukanya partisipasi masyarakat, maka usaha
kesejahteraan sepatutnya menjadi bagian tanggung jawab organisasi keagamaan
seperti NU. Selain peran pemerintah atau LSM yang ikut bagian dalam usaha
kesejahteraan sosial, peran NU sangat strategis dengan budaya patronase kiyai
atau patron-klien dan sosok kiyai dipandang sosok ideal pemimpin, terntama
dalam basis agama dan eksistensi ormas ini yang relatif mandiri dari negara
menjadikannya mendapat peran penting dalam mengartikulasikan serta
memperluas reformasi sosial melalui program-program pemberdayaan masyarakat
seperti: pelayanan sosial, penanganan kesehatan, koperasi, pelayanan keagamaan,
pendidikan dan sebagainya menjadi catatan penting bagi para ilmuan.
Dalam ha! ini, penulis memandang organisasi keagamaan sangat menarik
untuk diteliti dan dalam ha! penelitian ini; Lembaga Pendidikan Ma'arifNahdlatul
Ulama. Ada beberapa alasan sebagai argumentasi menariknya penelitian ini:
pertama, penelitian terhadap organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, PERSIS, Nahdlatul Wathan dan lain sebagainya sudah
banyak dilakukan. Akan tetapi, rnasih sedikit yang meneliti organisasi-organisasi
tersebut dari perspektif ilmu kesos.21
20Munandar Soelae1nan, !bnu Sosial Dasar; Teori dan Konsep lbnu Sosial, (Jakm1a: PT
Rafika Aditama, 2006), h. 277.
21Karya-karya ihniah yang 111en1bahas NU dari segi ilmu kesejahteraan sosial hatnpir
tidak ada, kebanyakan karya iliniah 1ne1nbahas n1embahas asoek teolo2:is dan nolitik_ R::ihk:'!n
8
Kedua, berdasarkan fakta yang ada, jumlah lembaga pendidikan yang
bernaung di bawah LP Ma'arifNU sebanyak 12094 sekolah terdiri dari Madrasah Ibtidaiyyah hingga Perguruan Tinggi, tersebar di 23 propinsi dan terns berkembang tiap tahunnya. J umlah lembaga pendidikan ini sangatlah signifikan dan menunjukkan bahwa peran organisasi keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah memiliki reputasi sejarah yang sangat cemerlang dengan penampilannya yang mapan di tengah-tengah masyarakat akar rumput (grassroot),
baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. 22
Ketiga, secara kelembagaan ada lembaga yang spesifik menangani wilayah
sosial yang dikenal dengan lembaga mabarot, akan tetapi sejarah membuktikan bahwa eksistensi Ma'arif lebih baik dari pada mabarot karena hingga sekarang lembaga ini masih eksis sedangkan mabarot sudah tidak ada lagi.
Keempat, pendidikan yang dalam ilmu kessos merupakan salah satu
bidang UKS23 ini juga secara khusus menjadi perhatian NU. Dalan1 ha! ini, departementasi yang membidani pendidikan bernama Lembaga Pendidikan
Ma'arifNahdlatul Ulama (disingkat LP Ma'arifNU). Peran LP Ma'arifNU ini telah memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap pembangunan bangsa khususnya UKS di bidang pendidikan di Indonesia.
Hal ini diperkuat dalam sejarah perjalanan NU, yaitu perhatian terhadap bidang pendidikan yang dapat dilihat dari statuta NU. Lalu dilanjutkan
Muslims in A Modernizing World: The Nahdlatul Ulama and Indonesia's New Order Politics, Factional Conflicts and The Search for A New Discourse), Greag Fealy (Fealy, Greg, Ijtihad Politik Ulama; Sejarah NU 1952-1967), Andrei Feillard (NU vis a vis negara). As'ad Said Ali, Pergolakan di Jantung Tradisi, LP3ES 2008. Hanya satu tulisan mendalam oleh Mahrus As'ad yang berjudul "Pembaharuan Pendidikan Nahdlatul Ulama," sebuah disertasi S3 Sekolah Paska Sarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2007.
"Muhammad AS Hikam, Demokrasi don Civil Society, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 127.
momentum kembali NU ke khittah pada tahun di era Gus Dur di mana LP Ma'arif
NU secara resmi menjadi satu-satunya lembaga yang membidani pendidikan.
Oleh karena itu, organisasi keagamaan yang berdiri tahun 1926 di
Surabaya24 dan organisasi yang dipelopori oleh para ulama yang berbasis pondok
pesantren sangat menarik untuk dikaj i dengan pendekatan ini. Peran LP Ma' arif
NU ini sangat menarik untuk dikaji dan ditelaah, terutama dengan pendekatan
ilmu kesos. Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan sebuah
penelitian dalam bentuk skripsi guna mengetahui peran LP Ma'arif NU dalam
UKS di Indonesia secara khusus dengan pendekatan ilmu kesos. Oleh karena itu,
penelitian ini dirumuskan dengan judul "Peran LP Ma'arif Nahdlatul Ulama
Bidang Pendidikan; Perspetkif Ilmu Kesejahteraan Sosial."
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang singkat di atas, maka masalah pokok yang
menjadi fokus kajian adalah peran LP Ma'arifNU dalam melaksanakan
program-program kerja mereka ditinjau dari perspektif ilmu kesos. Penelitian ini juga
dilakukan untuk mengetahui targeted group dari program-program yang sudah
terlaksana. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara sekilas siapa targeted
group dengan pendekatan kesos pula. Persoalan yang hendak ditelaah terumuskan
,
dalam beberapa pertanyaan kunci:
I. Apa peran NU dalam usaha kesejahteraan sosial di Indonesia dilihat
dari perpektif ilmu kesejahteraan sosial studi kasus LP Ma'arifNU?
10
2. Siapa sajakah yang tergolong dalam targeted group program-program
tersebut dan manfaat atau kontribusi apakah yang didapat dari proram
ma'arif?
b. Pembatasan Masalah
Luasnya lingkup permasalahan dalam penelitian ini, mengharuskan
penulis membatasi pembahasan, agar penelitian ini benar-benar menyentuh pada
substansi penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dibatasi dengan peran LP
Ma'arif NU dalam usaha kesejahteraan sosial yaitu usaha kesejahteraan sosial
pendidikan melalui kebijakan kelembagaan Muktamar XXXI di Donohudan yang
berarti penelitian dilakukan pada masa kepengurusan periode 2004-2009.
Penetapan ini disebabkan pada momen ini !ah NU kembali menegaskan khittah
(visi misi awal sosial keagamaan) untuk kedua kali setelah berkecimpung pasca
lengsemya rezim Suharto. Pembatasan juga dilakukan pada program kerja LP
Ma'arif NU di tahun 2008 karena di masa inilah lembaga sedang mencapai
puncaknya. Secara khusus, penulis hanya mengambil dua peran dari pelaksanaan
program kerja lembaga di tahun tersebut. Selain itu, penelitian ini juga
berorientasi untuk mengetahui kontribusi apa yang didapatkan oleh sasaran
program (targeted group).
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. I. Mengetahui peran LP Ma'arifNU sebagai LKS ditinjau dari
perspektif ilmu kesejahteraan sosial.
a.2. Mengetahui siapa targeted group dan apa kontribusi program kepada
b. Manfaat Penelitian adalah:
b.l. Mengetalmi peran LP Ma'arifNU secara umum bagi UKS bidang
pendidikan di Indonesia.
b.2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum
kontribusi apa saja yang sasaran program dapatkan.
b.3. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial dalam konteks
keindonesiaan.
b.4. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
NU (Nabdlatul Ulama khususnya LP Ma'arifNU), pemerintah dan
ormas lain dalam melakukan usaha kesejahteraan s6sial di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptis analitis dengan
melakukan studi lapangan field research. Pembahasannya dilakukan dengan
pendekatan kua!itatif,25 dan penelusuran terhadap berbagai literatur (library
research) memuat tentang NU dan LP Ma'arifNU serta wacana kesejahteraan
sosial, baik berupa artikel, makalah, ataupun buku-buku dan sumber-sumber
tertulis lainnya dengan tujuan eksplorasi Untuk ketajaman analisa, maka
pendekatan sosiologis-historis akan sangat membantu.
2. Teknik Pengumpulan Data
25Bagdan dan Taylor 1nendefinisikan ''1netode kualitataif' sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Selain itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah: Tradisi
12
Metode penelitian yang dipergunakan dalam mengumpulkan dan mengelola data selama mengadakan penyusunan penelitian ini adalah Studi
lapangan (field research), yaitu studi yang penulis lakukan di Kantor PBNU (JI. Kramat Raya 169, Jakarta Pusat) khususnya Kantor PP LP Ma'arifNU (Jl. Taman Amir Hamzah, Matraman) dengan tujuan untuk mendapatkan sumber data primer. Studi lapangan dilakukan selama empat bulan terhitung bulan Maret-Mei tahun 2009 dan tidak mengikat denganjadwal yang ketat.
A. Data primer: yaitu data yang didapat langsung oleh peneliti dari sumber
yaitu berupa:
a. Dokumentasi
Berupa data-data dokumentasi yang ada di kantor PBNU dan kantor PP LP Ma'arifNU, seperti berkas, buku-buku, hasil muktamar serta arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara.
Wawancara dilakukan dengan beberap pengurus LP Ma'arifNU dan
project officer dari beberapa program sebagai sampel.
B. Data Sekunder, yaitu yang dicari, dikumpulkan dan dikelola untuk menambah informasi sumber primer, seperti:
a. Observasi
Penulis langsung mendatangi kantor LP Ma'arifNU, guna memperoleh data konkret tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian. Hasil observasi
peneliti yang digunakan juga bagian dari kunjungan non-formal dan
BAB III
BAB IV
BABY
peran dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan sosial,
sejarah dan pengertian kesejateraan sosial, kesejahteraan sosial
menurut Islam
: Memberikan gambaran umum lembaga Nahdlatul Ulama &
Jembaga pendidikan Ma'arif NU, latar belakang berdiri NU, visi
dan misi, lembaga, lajnah dan badan otonom NU Beserta
bidang-bidangnya, profit lembaga pendidikan ma'arif Nahdlatul Ulama
(LP Ma'arif NU), sejarah singkat berdirinya LP Ma'arif NU, visi
dan misi LP Ma'arif NU, kedudukan dan hubungan kelembagaan,
struktur organisasi dan struktur kepengurusan
: Menganatisis peran LP Ma'arif NU dalam usaha kesejahteraan
sosial di Indonesia dan konsep masyarakat NU, peran NU Dalam
usaha-usaha kesejahteraan sosial; LP Ma'arifNU. (perspektif ilmu
kesejahteraan sosial), pembahasan sekilas tentang kontribusi
program kepada sasaran program (targeted group).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Peran.
A.1. Peran Menurut Islam
Manusia mempunyai peran penting di muka bumi ini. Kondisi baik-buruk
kehidupan di dunia sangat ditentukan oleh konsistensi manusia dalam melakukan
aktivitas baik positif maupun negatif. Dalam ha! ini, manusia merupakan faktor
penting bagi terciptanya keseimbangan dunia. Sebagaimana Allah berfirman,
lngatlah ketika Tuhanmu berjirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, ... " (QS. Al-Baqarah:30), dan
juga, Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
semuanya ... (QS. Al-Baqarah:3 l).1
Yang dimaksud khalifah dalam ayat terse but adalah manusia. Sedangkan
kata asma (nama) dalam ayat berikutnya adalah nilai-nilai Allah SWT yang
berbentuk makhluk ciptaan selain manusia. Manusia di muka bumi sebagai
manifestasi wujud Allah. Oleh karena itu, manusia berkewajiban menjaga dan
mengembangkan asma atau nilai-nilai-Nya.2
Khalifah adalah pengganti Allah di muka bumi untuk mengetahui
ciptaan-ciptaan-Nya; jagat raya dan kekayaan alam ini seperti hutan, sungai, tanah,
batu-batuan, gunung, bukit dan tumbuh-tumbuhan. Dalam surat al-Hijr ayat 19-20,
Allah menegaskan salah satu hubungan kita dengan alam, yang artinya:
"Dan Kami telah hamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut
1
Khalifah bern1akna pengganti, pen1impin atau penguasa. Al-Quran dan Terje1nahannya,
ukuran. Dan Kami telahjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizki kepadanya. "3
Seperti discbutkan di atas, alarn jagat raya bescrta isinya rnerupakan asma,
nilai dan ayat-ayat kauniyah-Nya. Salah satu bentuk pengharnbaan rnanusia4
terhadap penciptanya dengan rnenyukuri, rnengoptirnalisasi kernarnpuan dalarn
rnelestarikan, rnengernbangkan dan rnencegah sedini rnungkin berbagai bentuk
mafsadat (kcrusakan) terhadap alarn sernesta A1ashlahat (kebaikan/
kesejahteraan) rnerupakan suatu tujuan bagi peran khalifah di rnuka burni. Segala
sesuatu yang terkait dengan kebaikan, kemakrnuran dan kesejahteran rnanusia di
rnuka burni rnenjadi kewajiban guna rnenjadi khalifah yang baik.5
Peran rnanusia sebagai khalifah telah jelas ditegaskan Allah sebagai
rnandataris di rnuka burni. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia sebagai khalifah
adalah sebagai penegak tauhid, keadilan, keselarnatan, dan kebahagiaan dunia
akhirat.6 Pencapaian ketenangan batin dan kesejahteraan lahir di dunia dituntut
dari Adam beserta anak cucunya. Usaha-usaha yang baik harus dilakukan agar
tercapainya tujuan tersebut. Anak cucu adarn secara alarni akan terdorong untuk
3
Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2004), h. 6. 4
Allah mengaskan dalam al-Quran bahwa manusia diciptakan untuk menyembah-Nya.
Bentuk penghambaan beraga1n dan diatur dalam syariat islam. H'a 1naa khalqtuljinna ival insa ilia h)'a 'buduun.
5
Maslahat dan 111afsadat dala1n al-Quran digunakan oleh ula1na fiqih sebagai suatu kaidah
(us/ml fiqih) barometer dasar bagi tindakan manusia. Umat Islam percaya bahwa segala bentuk
perintah dan larangan Allah rnengandung nilai n1aslahat dan 1nafsadat. Rah1nat atau anugerah
yang diberikan Allah kepada hamba-Nya ada yang bersifat taken for granted dan ada pula yang
sifatnya perlu campur tangan manusia di dalamnya. Oleh karena itu, ada sebagian. dari hal-hal maslahat maupun mafasadat memerlukan sebuah upaya bagi khalifah untuk diwujudkan; itulah salah satu peran manusia sebagi kha/ifahfil ardl. Syariat islam sebagai bentuk aturan hukum islam men1punyai sebuah konsep yang din1ana menjadi fran1e dala1n aktualisasi tindakan 1nanusia. Ini
yang disebut dengan 111aqashid syar 'iyyah yang berarti bah\va isla1n 1ne1nberikan peran dan
cita-cita untuk kesejahteraan 111anusia dunia dan akhirat. Maqashid Syariyyah bern1akna bahwa esensi islam melindungi 5 ha! dari manusia; a. hifdzul ruh, b. hifzul nasl. c. hifdzul ma!, d. hifdzul )ism
17
mewujudkannya sekaligus menyediakan sarana dan mekanisme pencapaian tujuan
tersebut. Dalam merelisasikan peran tersebut, Islam menganjurkan peran aktif
semua pihak karena kegiatan yang beragam dan disesuaikan dengan kondisi dan
sasaran yang dicapai. Sayyid Quthb, dikutip oleh Quraish Shihab, menyatakan
bahwa "cita-cita sosial Islam (kesejahteraan sosial yang diperjuangkannya), bukan
hanya berbentuk finansial belaka tetapi dalam berbagai bentuk lain juga. Usaha
dapat dilakukan secara beragam seperti zakat, infak dan shadaqoh adalah
sebagaian cara dari banyak usaha yang dianjurkan dalam Islam."7
Terlebih, peran khalifah dalam upaya mewujudkan cita-cita, dalam
perjuanganuya harus menambahkan bobot aspek akidah dan etika dalam diri
pemeluknya. Perjuangan dimulai diri tiap individu dengan pendidikan kejiwaan
lalu berlanjut ke tingkat keluarga dan masyarakat sehingga mewujudkan
kesejahteraan untuk semuanya. Menurut Quraish Shihab, salah satu usaha untuk
itu adalah a. meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam mengembangkan
swadaya masyarakat, b. membuka peluang kesempatan kerja dan keterampilan, c.
menguatkan kapasitas keuangan masyarakat miskin. 8
Oleh karena itu peranan yang dinamis-positif dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial merupakan kewajiban manusia karena perubahan kecil
apapun atau ide dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa usaha. Ini dikuatkan
dengan rumusan Allah dalam al-Quran yang artinya: " ... Sesungguhnya Allah
8
Cita-cita sosialnya Sayyid Quthb dimulai dari individu hingga ke masyarakat urnurn. la rnenggunakan po la dakwah dalarn mewujudkannya. lni didasari dengan sabda Nabi yang artinya: "Siapapun yang 1nelihat ke1nungkaran (ketbnpangn), n1aka fa berkeivajiban 111eluruskannya
dengan tangan, /idah atau paling tidak dengan hatinya. "Jadi peran yang diharapkan oleh Islam
adalah 111engajak untuk me\vujudkan cita-cita itu bersa1na-san1a; dalovah bi! lisan, untuk mencapai
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (masyarakat) sampai mereka
mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada pada diri mereka (sikap mental
mereka) ... " (QS: 13:11).9
A.2. Peran Dalam Sosiologi
p・イセョ@ dalam konteks sosiologis10 dapat dilakukan menggunakan dua
pendekatan; pendekatan struktural dan pendekatan interaksionis. Pendekatan
struktural menekankan norma-norma seperti: hak, tanggung jawab, ekspektasi dan
standar tingkah laku yang diasosiasikan dengan posisi sosial. Dengan kata lain,
posisi sosial seseorang dilihat sebagai sesuatu yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Tidak hanya itu, terkadang status sosial seperti gender, etnisitas,
orientasi seks dan kelas sosial pun membentuk peran. Sedangkan perspektif
interaksionis fokus terhadap bagaimana individu-individu beradaptasi dan
bertindak peran saat interaksi. Individu melakukan peran mereka dengan yang lain
pada suatu konteks sosial, sama halnya aktor dalam sebuah drama
(role-performing). Individu juga mengambil peran orang lain untuk mengantisipasi
tindakan yang akan terjadi (role-taking) dan secara berkelanjutan memproduksi
peran dan reproduksi peran (role-making). Akibat dari interaksi-interaksi tersebut,
individu mengidentifikasi diri mereka dan pengidentifikasian orang lain yang
memangku status sosial dan posisi sosial.
Stuktur masyarakat menentukan harapan-harapan terhadap pemegang
peranan (role of expectations) yang menurut Dahrendorf harapan tersebut berasal
dari norma sosial dan individu atau kelompok dengan melalui "normative
9M. Quraish Shihab,
Men1b11111ikan al-Qur 'an, (Mizan: Bandung, Cetakan XXVI, Oktober
19
reference groupnya". Pembedaan dilakukan antara 'harapan bagi suatu peranan'
dengan pendapat individu yang menekankan pada perspektif masyarakat yang
bersi fat deterministik seperti agama. Dal am hal ini, penekanan terhadap peran dari
pendapat individu pada perspektif masyarakat deterministik akan lebih dibahas.
Antara agama dan pemeluknya, ada nonna yang biasanya ditetapkan oleh
agama untuk bertindak. Akan tetapi, ada pula harapan yang dilimpahkan agama
kepada pemeluknya. Hubungan agama dan masyarakat ada pada dimensi agama
sebagai suatu keyakinan baik bersifat transcendent dan sosial serta
aspek-aspeknya. Peranan agama dalam kehidupan sosial selain sebagai sesuatu yang
final dan ultimate dalam pandangan pemeluknya, juga sebagai sumber motivasi
tindakan individu dalam hubungan masyarakat.11
Teori fungsionalis agama memandang kebutuhan "sesuatu yang
mentransendensikan pengalaman" (referensi transendental) sebagai dasar dari
karakteristik dasar eksistensi manusia meliputi: pertama manusia hidup dalam
ketidakpastian, dan memandang keamanan serta kesejahteraan sebagai sesuatu
yang berada di luar jangkauannya; kedua, kemampuan terbatas manusia dalam
mengendalikan dan mempengaruhi kondisinya; ketiga, manusia harus hidup
bermasyarakat di mana ada alokasi teratur dari pelbagai fungsi, fasilitas dan
ganjaran. Fungsi agama di bidang sosial sebagai fungsi penentu, dimana agama
menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa
11Hunt dan l-Iorton n1en1bagi fungsi agan1a dengan fungsi 1nanifest dan fungsi laten.
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka.12
Kristalisasi fungsi agama di wilayah sosial ditandai dengan upaya
pelembagaan agama. Pelembagaan agama bermula dari para ahli agama yang
mempunyai pengalaman agama dan adanya fungsi deferensiasi internal dan
stratifikasi yang ditimbulkan oeh perkembangan agama dan puncak pelembagaan
agama terjadi pada tingkat intelektual, tingkat pemujaan (ibadat) dan tingkat
organisasi.
Tampilnya organisasi keagamaan terlembaga berfungsi mengelola
masalah-masalah keagamaan. Adanya organisasi keagamaan akan meningkatkan
pembagian kerja dan spesifikasi fungsi, yang notabene membuka kesempatan
untuk memuaskan kebutuhan ekspresif dan adaptif. Organisasi keagamaan yang
pada awalnya tumbuh dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri
organisasi, kemudian menjadi organisasi keagamaan yang terlembaga seperti:
Muhammadiyah yang dipelopori Kiai Haji Ahmad Dahlan dari pemikiran
Muhammad Abduh dan Nahdlatul Ulama dari kuatnya pengaruh KI-I. Hasyim
Asy'ari dari tradisi empat mazhab, khususnya terhadap Mazhab Syafi'i.
Tampilnya organisasi keagamaan juga disebabkan adanya perubahan batin
atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal
alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya. Dari keterkaitan
seperti itu lah yang membentuk corak organisasi keagamaan. 13
Begitu juga jika dikaitkan dengan peran pemerintah sebagai penyelenggara
negara, struktur masyarakat dengan norma sosial yang ada membentuk
harapan-12Munandar Soelaeman.
21
harapan bagi terciptanya negara yang sejahtera atau pemerintah dalam
menjalankan tugasnya. Terbentuknya negara sejahtera tidak hanya karena ada
sebuah hukum formal yang mencita-citakan, tetapi juga adanya desakan sosial
atau norma sosial yang menyepakati.
Karena dalam negara ada interaksi yang terjadi dengan masyarakat yang
diikuti dengan hukum formal dan legitimasi sosial, ini membuka tanggung jawab
nilai yang ingin dicapai bersama. Adanya legal formal yang mengikat seperti
Undang-Undang Dasar atau peraturan-peraturan pemerintah, serta adanya sebuah
harapan dan desakan masyarakat (norma sosial), peran se1ia masyarakat dalam
mewujudkan 'negara sejahtera' menjadi kewajiban. Struktur masyarakat yang ada;
pranata-pranata sosial seperti, pendidikan, LSM, organisasi keagamaan, dsb, dapat
berperan dalam atau melakukan usaha-usaha untuk cita-cita yang disepakati.
Kesepakatan peranan dalam sebuah organisasi sosial terkait erat dengan
cita-cita organisasi tersebut. Tiap organisasi mempunyai visi, misi dan karakter
kelembagaan yang berbeda. Organisasi sosial kemasyarakatan di Indonesia seperti
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, PERSIS dan lainnya pasti mempunyai
rumusan berbeda terhadap peranan yang harus mereka lakukan dalam masyarakat.
Walhasil, antara norma-harapan, hak-kewajiban dan nilai-tujuan dalam
konteks sosiologis, peran manusia dalam segala aspek hidup merupakan sebuah
keniscayaan. Kesemuanya itu merupakan sebuah kedinamisan hubungan sosial
manusia dengan sekitar dan menjadikan manusia sebagai satu-satu factor dominan
A.3. Peran dalam limn Kcscjahtcraan sosial
Peran 14 dalam ilmu kesejahteraan sosial sangat terkait dengan profesi yang
mengusahakan kesejahteraan sosial, profesi tersebut dikenal dengan istilah
Pekerja Sosial (social work)/ (peksos). Peksos adalah profesi yang memperhatikan
penyesuaian antara individu dengan lingkungannya, individu (kelompok) dalam
hubungan dengan situasi (kondisi) sosialnya. Ini dilandasi dengan konsep "fungsi
sosial" dan terkait dengan kinerja (pe1formance) beragam peranan sosial yang ada
dalam masyarakat.
Dalam hal 1111, seorang peksos bergelut dengan kondisi akibat dari
ketidakmampuan seseorang, kelompok atau masyarakat untuk berfungsi sosial
dengan baik. Peran ·peksos inilah yang disebut dengan 'intervensi peksos' atau
dalam bahasa lnggrisnya disebut dengan intervention roles.15 lntervensi 16 ini akan
14
Dalam Social Work Dictiona1y, "A social nor111 that is attached to a given social position that dictates reciprocal action", seperti contoh seorang yang 1nempunyai status sebagai pekerja sosial (baca;social ivorker) 1nenjadi harapan bagi orang lain-klien, supervisor, profesi lain,
publik umum dan lainnya-untuk bertindak selayaknya peksos yang professional. Robert L. Barker,
The Social Work Dictiona1y, 3" Edition, (Washington D.C: National Assocition of Social Workers, 1995), h. 328.
15
Beulah R. Compton dan Burt Galaway, Social Work Process; Fourth Edition, (Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, 1989), h. 506-507. Menurut mereka, penggunaan kata intervensi harus digunakan dalam artian ketat dan sedikit berlawanan dengan pemaknaan umum para akademisi dan praktisi. Mereka berargumen bahwa intervensi dilakukan ketika sudah terjadi kesepakatan antara seorang peksos dengan klien terhadap tujuan yang ingin dicapai bersama. Mereka sepakat bahwa pola hubungan peksos dengan klien terbangun ketika mereka pe11ama kali bertemu. Akan tetapi, pembedaan harus dilakukan antara eksplorasi masalah dan
kemungkinan tujuan-tujuan yang dicapai dengan target yang sudah disepakati bersama. Ini
dilakukan untuk meminimalisir kehilangan daya upaya' untuk berubah dan kehilangan orientasi tujuan yang sudah ditargetkan oleh kedua pihak. Sedangkan kata peran atau role secara global
sama luasnya penggunaannya dalam disiplin i11nu sosiologi dan psikologi, yaitu peran diartikan ekspektasi-ekspektasi tindakan dari seseorang. Nan1un 1nereka lebih spesifik dalam penggunaan peran ini, kata peran ini digunakan ketika terjadi sebuah kesepakatan antara peksos dan klien yang akan 1nenilnbulkan ekspektasi-ekspektasi tindakan bagi keduanya untuk n1encapai tujuan bersama.
Menurut penulis, definisi peran mereka harus difahami pada konteksnya; definisi mereka lebih
fokus kepada intervensi tnikro dan adanya ke1napanan keiln1uan maupun praktek peksos di Barat.
Akan tetapi, pembahasan peran secara ilmu kessos ini akan digeneralisir untuk kemudahan penulisan dan juga karena bentuk intervensi yang terjadi di Indonesia lebih banyak pada wilayah
111ezzo dan 1nakro. Edi Suharto men1bagi peran peksos pada pengembangan 1nasyarakat menjadi 4
23
membentuk peranan yang harus dilaksanakan peksos. Ada beberapa pendapat
mengenai peran peksos ini.
Zastrow memberi pandangan bahwa setidaknya ada 7 peran dalam ilmu
k eseJa teraan sosia , yaitu: . h . I . 17
I. Enabler; 18 berfungsi untuk membantu masyarakat agar dapat
mengartikulasikan kebutuhan mereka; mengidentifikasi masalah mereka
sendiri; mengetahui dan mengembangkan kapasitas yang mereka miliki
guna memecahkan masalah yang mereka hadapi. lntisarinya adalah help
people (organize) to help themselves, dan perannya adalah sebagai
community worker atau community organizer.
2. Broker; 19 berperan sebagai mediator yang menghubungkan antara individu
atau kelompok yang membutuhkan bantuan dengan pihak yang memiliki
sumber daya.
Con1n1unity Developn1ent, akses pada 2 Januari 2009 dari
http://www.policy.hu/suharto/maklndo37.html. Edi Suharto membagi peran peksos dalam
pendampingan sosial rnenjadi lima bagian dan ini mengacu pendapat Parsons, Jorgensen dan
Hernandez (1994), yaitu: fasilatator, broker, mediator, pembela (advokat) dan pelindung. Lihat Edi
Suharto, Men1bangun A1asyarakat Men1berdayakan Masyarakat; Kajian Strategis Pernbangunan Kesejahteraan Sosial dan Peke1jaan Sosial, (Bandung: September 2005), h. 97-103.
16
Istilah (intervention) ini identik dengan istilah treatment bagi dokter. Peksos menggunakan kata intervensi karena sudah mencakup lingkup 'perawatan' dan melingkupi
aktifitas peksos lainnya untuk 111enyelesaikan atau 1nencegah rnasalah atau mencapai tujuan
peningkatan kondisi sosial masyarakat.
17
Lihat Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Peke1jaan Sosial dan I/mu Kesejahteraan' Sosia/: Dasar-Dasar Pemikiran, cetakan pertama (Jakarta: PT RajaGrafindo, Desember 1994) h. 26-29.
"Beulah R. Compton dan Burt Galaway, Social Work Process; Fourth Edition, (Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, 1989), h. 509. Penekanan utama peran ini ada pada
tanggung ja\vab peksos untuk n1emfasilitasi dan sebagai pe1nungkin dalam keberhasilan
klien!targeted group mencapai perubahan yang diinginkan. Beulah R. Compton dan Burt
Galaway, Social Work Process; Fourlh Edition, (Behnont, California: Wadsworth Publishing
Company, 1989), h. 509.
19Untuk lebih 1nemaha1ni peran ini, analogi dari bidang lain dapat digunakan untuk
3. Ahli20 (Expert); peran ini lebih pada pemberian saran dan dukungan
informasi. Usulan seorang ahli bersifat masukan gagasan sebagai bahan
pertimbangan saj a.
4. Perencana Sosial21 (Social Planner); berperan sebagai assessor hingga ke
implementor. Seo rang perencana melakukan pemetaan sosial,
menganalisa, mencan alternatif pemecahan, mencan sumber dana,
mengembangkan konsensus kelompok yang mempunyai berbagai minat
maupun kepentingan. Ada tumpang tindih antara seorang ahli dengan
seorang perencana sosial. Seorang ahli lebih fokus dalam pemberian
usulan dan saran, sedangkan perencana sosial lebih fokus ke tugas-tugas
yang terkait dengan pengembangan dan pengimplemtasian
program-program.
membantu calon pembeli mencarikan rumah yang mereka idamkan. Menurut Harold McPheeters dan Robert Ryan, fungsi utama dari broker adalah 'penghubung'. Tujuan utama peksos sebagai broker adalah mnghubungkan orang kepada pelayanan yang ada dan bermanfaat bagi mereka. Lihat Beulah R. Compton dan Burt Galaway, Social Work Process; Fourth Edition, (Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, 1989), h. 508. Lihat juga Edi Suharto, Membangun Masyarakat Me1nberdayakan A4asyarakat; Kajian Strategis Pen1bangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: September 2005), h. 99-100.
20
Di dalan1 kamus ini disebut dengan expert opinion. Sebuah peran dengan 1ne1nbutuhkan pengetahun, spekulasi yang 1natang, atau keterampilan yang dibutuhkan oleh professional maupun pe1nerintah kepada kon1ite atau organisasi yang 1ne1nbutuhkan informasi agar 1ne1nbuat keputusan
efektif untuk melakukan perencanaan yang telah ditentukan. lnformasi yang diberikan bersifat dugaan yang ilmiah (educated guess) dengan menyediakan alasan-alasan rational dan konsekuensi
ke depan jika saran tersebut digunakan. Seperti contoh seorang peksos yang dipanggil pengadilan untuk n1e1nberi inforn1asi kemungkinan efek jangka panjang tcrhadap anak korban kekerasan
(child abuse). Robert L. Barker, The Social Work Dictionm)', 3'' Edition, (Washington D.C: National Assocition of Social Workers, 1995), h. 126-127.
21
Cara-cara siste1nik untuk 111endapat infonnasi a\val struktur sosial ekonon1i dan
25
5. Advokat22 (advocate); peran ini meminjam disiplin ilmu hukum dimana
usaha yang dilakukan berfungsi sebagai advokat yang mewakili kelompok
yang membutuhkan bantuan dan layanan dengan kondisi institusi yang
seharusnya memberikan bantuan tidak memperdulikan.
6. Aktivis23 (activist); peran ini dilakukan untuk mengorganisir kelompok
yang menjadi korban atau kurang mendapat keuntungan (disadvantaged
group) atas dasar ketidakadilan, ketidaksesuaian dengan hukum yang
berlaku dan perampasan hale untuk melakukan perlawanan terhadap
struktur kekuasaan yang ada. Pola dilakukan dengan penekanan dalam
bentuk konfrontasi (demonstrasi) dan negosiasi.
7. Edukator24 (educator); peran ini membutuhkan ketrampilan sebagai
pembicara dan pendidik. Peran ini memberikan informasi mengenai
beberapa ha! tertentu misalnya upaya pencegahan HIV I AIDS yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada kelompok rentan penyakit tersebut seperti
remaja; kelompok homo seksual dan lain-lain.
22
Edi Suharto, Men1bangun lvlasyarakat Me111berdayakan Masyarakat; Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: September 2005), I 02. Ada dua macam pola pembelaan: advokasi kasus dan advokasi kelas. Peran ini selalu bersentuhan
dengan kegiatan politik. Pembelaan atas nan1a seorang klien secara individual disebut pembela
kasus. Pembelaan kelas terjadi atas sekelompok anggota masyarakat.
23individu yang berusaha melakukan perubahan sosial (social change). Robert L. Barker, The Social Work Dictionary, 3'' Edition, (Washington D.C: National Assocition of Social Workers, 1995), h. 5.
24Compton dan Gala\vay, n1enggunakan kata
Teacher. Peran ini berfungsi sebagi pe1nberi
Beulah R. Compton dan Burt Galaway menambahkan peran mediator
dalam pcran intervensi.25 Mediator26 terlibat dalam usaha-usaha untuk
mendamaikan konflik, pertentangan, ketegangan antara dua pihak yang berselisih
baik individu, kelompok maupun organisasi. Peran ini sebagai "fungsi kekuatan
ketiga" untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan
yang menghambatnya. Peran ini dituntut untuk dapat terlibat membangun dan
mengarahkan pada resolusi yang konstruktif. Peran terkadang saling tumpang
tindih dengan peran enabler. Akan tetapi para akademisi ilmu kesejahteraan sosial
tidak terlalu mempersalahkan perdebatan yang terjadi. Sedangkan G. Hull
menambah peran fasilitator27 dan case manager untuk peksos generalis.28
"Beulah R. Compton dan Burt Gala way, Social Work Process; Fourth Edition, (Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. 1989), h. 510-512.
26
Menurut Edi Suharto, "Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalan1 1nelakukan peran n1ediator n1eliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendan1ai pihak ketiga, serta berbagai n1acan1 reso/usi konjlik. Dalan1 1nediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan
untuk n1encapai "solusi n1enang-1nenang" (lt'in-111in solution). Beberapa strategi yang dapat
digunakan dalatn 1nelakukan peran 1nediator antara lain: n1encari persa111aan nilai dari
pihak-pihak yang terlibat konflik, membantu setiap pihak-pihak agar mengakui legitimasi kepentingan pihak-pihak lain, n1e111bantu n1engidentifikasi kepentingan bersa1na, n1elokalisir konflik kedala1n isu, }Vaktu dan te1npat yang spesifik, 1nenifasilitasi kon1unikasi dengan cara 1nendukung 111ereka agar 1nau
berbicara satu sama lain." Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat;
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Peke1jaan Sosia/, (Bandung: September
2005), h. I 0 I.
27Ibid, h. 98. "Dala111 literatur peke1jaan sosial, peranan "fasilitator" sering disebut
sebagai "pernungkin" (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu-san1a lain ... peran sebagai pemungkin atau fasilitator bertujuan untuk 1nen1bantu klien agar 111enjadi n1an1pu 1nenangani tekanan situasional atau transisional. StrGtegi-strategi khusus untuk n1encapai tujuan tersebut 111eliputi: pen1berian harapan, pengurangan penolakan dan an1bivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pe1ni/ahan 111asalah n1enjadi beberapa bagian sehingga lebih n1udah
dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pad a tujuan dan cara-cara pencapaiannya ... " Ini
berdasarkan pernyataan Prason, Jorgensen dan Hernandes dan Barker. 28
" .•. The generalist 111ay play several role silnultaneously or sequentially, depending
upon the need of the client (e.g. facilitator, advocate, educator, broker, enabler, case 111anager,
and/or mediator ... ". Lihat Charles Zastrow, Introduction to Social Work and Social Welfare, Sixth
Edition, (California: Brooks/Cole Publishing Company, 1996), h. 49. Menurut DeNitto dan
McNeece, praktek generalis menggunakan pendekatan ekologi dalam intervensi dan dilakukan
PERPUSTAKMN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
28
ada beberapa contoh awal keterlibatan negara seperti pada Bangsa Babilon,
dengan hukum-hukum Hammurabi30 yang memberi perhatian dan perlindungan
kepadajanda dan anak miskin.
Selain itu, di awal pembentukan pemerintahan Islam di Madinah terlahir
produk hokum yang dinamakan Piagam Madinah31 yang bertujuan melindungi
kepentingan beragam kelompok sosial yang ada. Dalam agama Kristen,
kesejahteraan sosial pada mulanya merupakan tanggung jawab institusi
keagamaan (gereja).32 Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
industri di Eropa berefek kepada ketidakmampuan gereja dalam menangani
masalah sosial33 yang timbul di masyarakat, dan dengan kondisi tersebut,
memaksa pemerintah untuk turut campur. 34
l 9an. Walter A. Friedlander, & Apte, Robert Z., Introduction to Social Welfare, Fijih Edition,
(New Delhi, Prentice Hall of India Private Limited, 1982), h. 9.
30James Midgley)
Pen1bangunan Sosial: Perspektif Pen1bangunan dalan1 Kesejahteraan Sosial, terjemahan, (Jakarta: Ditperta Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 31.
31
Piagam Madinah disebut juga "Konstitusi Madinah" berisi ketentuan dan kesepakatan sosial politik "negara kota Madinah" di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Salah satu isi dari piagam ini adalah hak perlindungan yang sama antara sesama penduduk Madinah baiki yang
mayoritas maupun rninoritas. Dari 1no1nen inilah lahir ide pluralisn1e aga1na. Azyumardi Azra, Peradaban Islam, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Akar dan Awai, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 321.
32Dalam masyarakat terdahulu, kebutuhan dasar 1nasyarakat terpenuhi secara langsung
dan non formal. Para individu dengan dukungan keluarga, bertanggung jawab atas kesejahteraan
mereka masing-1nasing, mencari solusi dari masalah 1nereka dengan usaha mereka sendiri. Dulu, n1asyarakat hidup bercocok tanam dan adanya kota-kota kecil dengan keluarga besar dan masih bertetanggaan. Jika ada masalah sosial, seluruh masyarakat 'mengulurkan tangan mereka' untuk n1e1nbantu. Jatnes Midgley, Pen1bangunan Sosial: Perspektif Pen1bangunan dalan1 Kesejahteraan Sosial, terjemahan, (Jakarta: Ditperta Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 23.
33Institusi sosial tradisional seperti keluarga, gereja dan komunitas