• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis potensi pertumbuhan ekonomi di propinsi Lampung periode 2004-2009 (analisis location dan shift share)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis potensi pertumbuhan ekonomi di propinsi Lampung periode 2004-2009 (analisis location dan shift share)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

DI PROPINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009

(Analisis

Location Quetiont

dan

Shift Share

)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1

SKRIPSI

Disusun oleh :

Nama

:Muhammad Averroes Fadlan

NIM

:106084003608

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS P

PINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009

isis Location Quetiont dan Shift Share)

Skripsi

(3)

Pada hari jumat tanggal

al 08 Oktober 2010 telah dilakukan ujian kompre verroes Fadlan NIM: 106084003608 dengan jud

SI PERTUMBUHAN EKONOMI DI P

ODE 2004 – 2009 (ANALISIS LOCATION QU

”. Memperhatikan penampilan mahasiswa terseb ka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah lar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi as Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Neg

Jakarta, 08 Ok

Tim Penguji Komprehensif

S.i Fitri Amalia, S.Pd

Penguji II

(4)

Pada hari Kamis tangga

gal 17 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi s Fadlan NIM: 106084003608 dengan jud NSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI P

ODE 2004 – 2009 (ANALISIS LOCATION QU

”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa terseb ka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah lar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi as Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Neg

Jakarta, 17 M

Tim Penguji Ujian Skripsi

doni, MM Utami Baroroh, SE, M Sekretaris

Hamid, MS Zuhairan Yunmi Yunan,

(5)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Muhammad Averroes Fadlan

NIM : 106084003608

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mmengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan skripsi ini, apabila terbukti melakukan plagiat.

Demikian surat ini saya buat sebenarnya.

Penulis

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Muhammad Averroes Fadlan

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1988

Alamat : Jl. Pesanggrahan No. 36 RT 003/03 Ciputat – Tangerang Selatan, Banten

Anak ke : 2 (dua) dari 6 bersaudara

Jenis Kelamin : Laki - Laki

No. Telepon : 021-922 15 426 / 0856 923 44 193

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK : TK Ketilang

SD : SD Negeri Legoso - Banten

SMP : Mts. Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta

SMA : SMA Negeri 6 Jakarta

UNIVERSITAS : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : H. Adnan Rasyid

Ibu : Dra. Hj. Sri Nirmalawati

(7)

ABSTRACT

Economic growth in a sector of the economy that occurred in a region will have an impact on growth nationally. Added revenue taken one of them is added Gross Regional Domestic Product (GDP), a region which has a 9 (nine) major sectors, namely: (1). Agriculture, (2) Mining and Quarrying, (3) Manufacturing Industry, (4) Sector Electricity, Gas and Water Supply, (5) Building Sector, (6) Trade, Hotel and Restaurant, (7) Sector Transportation and Communications, (8) Financial Sector, Renting and Business Services, (9) Services. The most dominant economic sector in the province of Lampung is the Agricultural Sector which has Subsector namely: (1) Food Crops Sub-sector, (2) subsector Plantation, (3) Livestock Sub-sector and result, (4) forestry and hunting, and (5) Fisheries. From the research there can be an excellent sub-sector export commodities and are also experiencing rapid growth, namely the potential for plantation subsector leading from Lampung Province, although still below the Food Crops Sub-sector contribution to GDP will Agricultural Sector, but proved that Plantation is one Subsector - the only sub-sector that can compete with other sub-sector in donations to National. And other sub-sectors still have the potential to be improved within the province of Lampung own.

(8)

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi suatu sektor perekonomian yang terjadi di suatu wilayah akan berdampak terhadap pertumbuhan secara Nasional. Pertambahan pendapatan yang diambil salah satunya adalah pertambahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah yang memiliki 9 (sembilan) sektor utama yaitu : (1). Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Sektor Bangunan, (6) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa – Jasa. Sektor ekonomi yang paling dominan di Propinsi Lampung adalah Sektor Pertanian yang memiliki Subsektor yaitu : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasilnya, (4) Kehutanan dan Perburuannya, dan (5) Perikanan. Dari hasil penelitian terdapat Subsektor unggulan yang dapat dijadikan komoditas ekspor dan juga yang mengalami pertumbuhan cepat, yaitu subsektor perkebunan yang menjadi potensi unggulan dari Propinsi Lampung, walaupun masih dibawah dari Subsektor Tanaman Pangan akan sumbangannya terhadap PDRB Sektor Pertanian, tetapi membuktikan bahwa Subsektor Perkebunan adalah satu – satunya Subsektor yang dapat bersaing dengan Subsektor lainnya dalam sumbangan terhadap Nasional. Dan subsektor lainnya masih berpotensi untuk ditingkatkan didalam Propinsi Lampung sendiri.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:

1. Ayahanda H. Adnan Rasyid dan Ibunda Dra. Hj. Sri Nirmalawati, atas doa dan kasih sayang yang tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, banyak hal yang sampai saat ini tidak dapat penulis berikan untuk mereka. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.

2. Kakak penulis yang pertama yaitu Fauziah Yulia Adriani yang sudah banyak memberikan data tentang Lampung yang sangat berguna bagi penulis, Terima kasih uni yani.

(10)

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengoreksi dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih bapak yang masih belum sempat bermain futsal bersama, jasa dan support tiada henti yang bapak telah berikan.

6. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Kepada Ibu Fitri Amalia, dan juga Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku penguji ujian komprehensif yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan soal dan juga nilainya.

9. Seluruh Staf dan karyawan/karyawati khususnya Ibu Lilih, Ibu Dewi dan yang telah membantu penulis dalam hal – hal akademik sehingga dapat dilancarkan segala urusan penulis saat iniUni Yani sebagai kakakku paling teramat banyak bantuannya sampai – sampai tidak dapat disebutkan apa saja yang sudah diberikannya olehnya, serta teman – teman satu kantor Uni Yani yang telah banyak membantu untuk memperoleh data skripsi, terima kasih.

10.Saudara kandung penulis yaitu : Uni Yani, Abang Avicenna, Kakak Naviri “riri”, adik Razes, dan adik Fuad atas segala pemberian kenangan – kenangan indah dan juga tidak, walaupun tidak indah tetap kalian adalah keluarga kandung yang sangat tidak ingin kehilangan kalian.

(11)

12. Keluarga besar IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) seluruh angkatan, khususnya angkatan 2006 : kelas B yaitu Mba Fera, Ajun, Zahra, Sapi, Tunjung “cantik”, Wulan dan semua teman dari kelas B yang lain. 13. Dumbriders (Ciwiers, Toms, Rangga’s, Lingga’s) dan juga Josie Junkie

“Ryan Himawan”.

14. Federasi olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN : Ade, Lingga, Ucup, Bosek, Imam, Bang Orixs, Bang Itay, Bang Bgenk, Nceks, Awal, dan semua anak FORSA Divisi FUTSAL terima kasih mau bermain bersama.

15. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, Maret 2011

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ……….... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Perumusan Masalah ……….... 12

C. Batasan Masalah ………... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ………... 14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 15

A. Landasan – landasan Teori …………....…... 15

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 15

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 17

(13)

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ... 19

c. Teori Harold-Domar dalam Sistem Regional .. 19

3. Teori Pembangunan Daerah ... 20

4. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 22

a. Metode Perhitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku ... 25

b. Metode Perhitungan PDRB atas Dasar Harga Konstan ... 26

c. Kegunaan Data PDRB ... 29

5. Konsep dan Definisi Subsektor Pertanian ... 30

6. Model Basis Ekonomi ... 32

a. Location Quetiont ... 34

b. Analisis Shift Share ... 35

B. Penelitian Terdahulu ... 36

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………... 47

A. Lokasi Penelitian………... 47

B. Batasan penelitian………... 47

C. Jenis data dan Sumber Data ... 47

D. Metode Pengumpulan Data ... 48

E. Teknis Analisis Data ... 49

1. Location Quotient ... 49

(14)

b. Keunggulan LQ ... 52

c. Kelemahan LQ ... 52

2. Shift Share ... 53

a. Keunggulan Shift Share ... 58

b. Kelemahan Shift Share... 58

3. Tipologi ... 59

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 63

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Sekilas Gambaran Umum Objek penelitian ... 64

1. Gambaran Umum Propinsi Lampung ... 64

a. Keadaan Geografis ... 64

b. Kependudukan ... 67

c. Pemerintahan ... 69

d. Pendidikan ... 70

e. Kesehatan ... 71

B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi ... 72

1. Analisis Perkembangan PDB dan PDRB ... 72

a. Indonesia ... 73

b. Propinsi Lampung ... 74

2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 75

3. Analisis Shift Share ... 77

C. Pembahasan ... 82

(15)

a. Propinsi Lampung ... 82

1. Subsektor Tanaman Pangan ... 82

2. Subsektor Perkebunan ... 83

3. Subsektor Peternakan dan Hasilnya ... 85

4. Subsektor Kehutanan dan Perburuannya ... 87

5. Subsektor Perikanan ... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(16)

DAFTAR TABEL

NO KETERANGAN HALAMAN

1.1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan... 2

1.2. PDRB Propinsi Lampung ... 3

1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita Propinsi Lampung ... 4

1.4. PDRB Sektortal ADH Berlaku Daerah Otonom ... 6

1.5. PDRB Sektortal ADH Berlaku Daerah Otonom ... 8

(17)

DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

2.1. Kerangka Berpikir ... 46

3.1. Makna Tipologi Sektor Ekonomi ... 62

(18)

DAFTAR LAMPIIRAN

NO KETERANGAN HALAMAN

1. Produk Domestik Bruto ADH Konstan 2000 ... xvi

2. Produk Domestik Regional Bruto ADH Konstan 2000 ... xvii

3. Perhitungan Location Quetiont ... xviii

4. Location Quetiont rata – rata ... xx

5. Komponen Shift Share ... xxi

6. Pertambahan PDRB (Gj) Subsektor ... xxii

7. Komponen Share (National Share) ... xxiv

8. National Share Sektoral (Nj) ... xxv

9. (P+D)j Propinsi Lampung ... xxvii

10.Komponen Differential Shift ... xxviii

11.Komponen Proportional Shift ... xxx

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu negara tidak hanya diperlukan rakyat,dan juga pemerintahan, tetapi juga diperlukan suatu ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang mendukung adanya percepatan pertumbuhan ke arah yang lebih baik, hal itu dapat diwujudkan dalam kegiatan pembangunan segala bidang. Untuk melakukan pembangunan diperlukan landasan yang kuat antara lain pengambilan kebijakan yang tepat, akurat, dan terarah supaya hasil yang

dicapai benar – benar sesuai dengan yang direncakan.

Upaya pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan meratakan hasil – hasil pembangunan. Keberhasilan upaya ini ditentukan oleh adanya perencanaan, yang didukung oleh informasi dan hasil kajian berbagai data dan indikator sosial ekonomi (BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 1).

(20)

menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. (www.bps.go.id.2011)

Tabel 1.1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ADH Konstan di Indonesia Periode Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Periode PDB Periode PDB Periode PDB Periode PDB

2005,1 421.018 2006,1 442.201 2007,1 469.162 2008,1 497.309

2 424.010 2 445.351 2 472.347 2 501.253

3 427.003 3 448.501 3 475.533 3 505.198

4 430.039 4 451.592 4 466.344 4 509.855

5 433.075 5 454.683 5 457.195 5 514.512

6 436.110 6 457.775 6 448.025 6 519.170

7 440.237 7 463.533 7 467.406 7 525.646

8 444.364 8 469.291 8 486.787 8 532.122

9 448.493 9 475.049 9 506.168 9 538.599

10 445.346 10 472.025 10 501.901 10 532.182

11 442.199 11 469.001 11 497.634 11 525.765

2005,12 439.051 2006,12 465.977 2007,12 493.365 2008,12 519.349

sumber : Data BPS 2010. (Diolah)

(21)

Tabel 1.2. PDRB Provinsi Lampung Periode 2005 – 2007 (juta Rp.)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan perikanan 15.139.552 18.166.620,11 22.732.965,82 Pertambangan dan

Penggalian 2.041.820 2.152.283,71 2.190.111,88 Industri Pengolahan 5.259.706 6.146.604,43 8.313.987,95 Listrik dan Air Bersih 292.424 360.462,66 401.210,45 Bangunan 1.972.439 2.650.103,32 3.079.057,18 Perdagangan, Restoran dan

Hotel 6.150.316 7.573.094,71 8.714.733,36

Angkutan dan Komunikasi 2.759.254 3.813.853,99 5.094.877,47 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 2.744.480 2.968.016,43 3.665.181,66 Jasa-jasa 4.546.797 5.287.949,55 6.729.840,47

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (Data Diolah)

Dapat dilihat dari PDRB Provinsi Lampung bahwa sektor yang dominan dalam penyumbang potensi ekonomi tertinggi dikuasai oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor industri pengolahan dan sektor jasa – jasa. Dimana sektor pertanian terdapat subsektor : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel terdiri dari subsektor : perdagangan besar dan eceran, restoran dan rumah makan, hotel dan akomodasi lainnya. Untuk sektor industri pengolahan terbagi menjadi subsektor : industri sedang/besar, industri kecil dan industri rumah tangga. Dan terakhir untuk sektor jasa – jasa terdiri dari subsektor : pemerintahan dan HANKAM, jasa hiburan dan rekreasi, seubsektor jasa perorangan dan rumah tangga, dan jasa sosial kemasyarakatan.

(22)

Selatan, Tanggamus, Lampung Tengah, Kota Metro. Kabupaten Lampung Utara mengalami Pemekaran menjadi Lampung utara dan Way Kanan. Dengan berlakunya UU No.16 tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka ke-10 (sepuluh) tingkat II tersebut menjadi daerah otonom Kabupaten/Kota. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 7)

Pada tingkat perekonomiannya, maka Bandar Lampung menempati posisi tertinggi diantara sepuluh daerah otonom se – Provinsi Lampung. Posisi berikutnya ditempati oleh Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Nilai PDRB masing – masing daerah otonom tersebut adalah Rp. 3.615,03 Milyar, Rp. 3.586,56 Milyar, dan Rp. 3.491,85 Milyar. Tingkat perekonomian terendah adalah Kota Metro, dengan nilai PDRB sebesar Rp. 338,46 Milyar. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 9)

Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita di Provinsi Lampung Tahun 2000.

3 Lampung Selatan 3.491.855 3.081,46 4 Lampung Timur 2.768.737 3.184,54 5 Lampung Tengah 3.586.565 3.428,24 6 Lampung Utara 2.048.641 3.858,51

7 Way Kanan 909.623 2.543,66

8 Tulang Bawang 2.947.619 4.260,66 9 Bandar Lampung 3.615.027 4.864,73

10 Metro 338.455 2.857,41

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (Data Diolah)

(23)

karakteristik dari barang dan jasa yang dihasilkan, masing – masing unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor ekonomi. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 10)

Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB Atas Dasar harga (ADH) berlaku masing – masing sektor terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur sekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi dan potensi wilayah. Struktur ekonomi wilayah juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan dan penciptaan struktur ekonomi yang ideal di masa mendatang. Tahun 2000 sebagian besar daerah otonom di provinsi Lampung kecuali Bandar Lampung didominasi oleh (diatas 50 persen) oleh sektor pertanian. Struktur ekonomi kota Bandar Lampung didominasi oleh sektor perdagangan/hotel/restoran (22,24 Persen), jasa – jasa (20,14 persen), industri pengolahan (17,25 persen) dan sektor angkutan/komunikasi (14,84 persen). Untuk kota Metro, Struktur perekonomiannya didominasi sektor jasa –jasa(27,40 persen), Pertanian (22.55 persen), dan perdagangan/hotel/restoran (21,18 persen). (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 11).

(24)

atau komoditas yang dihasilkan, masing – masing komoditas atau unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha atau sektor ekonomi. Dari besaran PDRB ini dapat juga diketahui pendapatan perkapita penduduk, yakni dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk. (BPS Provinsi Lampung. Hal 14)

Tabel 1.4. PDRB Sektoral Atas Dasar harga (ADH) Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 (juta Rp.)

Lapangan

Perikanan 634.329 1.273.048 1.834.116 1.388.461,00 1.807.959,00 Pertambangan

dan Penggalian 10.931 41.176 48.124 358.860,00 61.962,00 Industri

Pengolahan 26.918 135.731 411.568 168.036,00 583.732,00 Listrik dan Air

Bersih 2.514 3.908 7.424 4.684,00 13.011,00

Bangunan 36.175 139.226 176.249 133.528,00 153.151,00 Perdagangan,

Restoran dan

Hotel 181.846 287.297 507.208 419.990,00 465.674,00 Angkutan dan

Komunikasi 19.381 45.666 193.986 86.136,00 98.509,00 Keuangan,

Persewaan dan Jasa

Perusahaan 16.340 89.374 80.343 85.715,00 113.553,00 Jasa-jasa 38.516 232.045 232.834 123.225,00 289.981,00

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 (data diolah)

(25)

penciptaan nilai tambah. Kontribusinya terus naik 16,91 persen tahun 2003 menjadi 18,98 persen tahun 2008. Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Lampung Tengah yaitu 15,75 persen tahun 2003 dan 15,67 persen tahun 2008. Perubahan cukup besar pada Kabupaten Lampung Selatan, hal ini karena terjadi pemekaran wilayah tersebut menjadi Lampung Selatan dan Pesawaran. Tahun 2003 Lampung Selatan menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 14,75 persen, sedangkan pada tahun 2008 setelah terjadi pemekaran berubah ke urutan kelima yaitu 10,24 persen dbawah Tulang Bawang dan Lampung Timur, yang masing – masing sebesar 14,31 persen dan 11,55 persen. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 14).

(26)

Tabel 1.5. PDRB Sektoral Atas Dasar harga (ADH) Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 (juta Rp.)

Lapangan

Perikanan 991.709 582.448 1.394.682,00 162.682,00 76.331,00 Pertambangan

dan Penggalian 14.143 17.297 3.398 65.056 Industri

Pengolahan 260.730 93.953 628.012 623.509 18.110 Listrik dan Air

Komunikasi 94.809 21.515 129.684 536.588 35.520

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 92.010 15.688 78.571 296.643 22.699

Jasa-jasa 192.635 53.883 103.792 728.002 92.734

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 (data diolah)

Sektor pertanian terbagi menjadi 5 (lima) subsektor yaitu : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Tanaman Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, (4) Subsektor kehutanan dan Perburuan, dan (5) Subsektor Perikanan.

(27)

Subsektor industri besar/sedang, (2) Subsektor industri kecil, dan (3) Subsektor industri rumah tangga. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih terdiri dari 2(dua) : (1) Subsektor listrik, dan (2) Subsektor Air Minum.

1.6. Peranan Sektor Pertanian di Daerah Otonom Tahun 2003 – 2006

Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 Lampung Barat 62,77 61,72 62,38 60,88

Tanggamus 52,28 52,9 53,09 52,79

Lampung Selatan 48,72 46,57 46,70 41,74 Lampung Timur 41,11 41,33 38,09 38,70 Lampung Tengah 48,77 47,94 47,23 46,00 Lampung Utara 41,09 37,25 33,94 32,90

Way Kanan 60,15 57,65 54,89 50,75

Tulang Bawang 42,64 42,74 43,29 44,08

Pesawaran * * * *

Bandar Lampung 5,14 5,21 4,96 5,49

Metro 16,49 15,36 14,38 13,62

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (diolah)

*Data Tidak Tersedia di BPS Provinsi Lampung

Sektor Perdagangan terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor perdagangan besar dan eceran, (2) Subsektor restauran dan rumah makan, (3) Subsektor hotel dan akomodasi lainnya.

Sektor Angkutan dan Perhubungan terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor angkutan darat, (2) Subsektor jasa penunjang angkutan, dan (3) Subsektor pos dan telekomunikasi. Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan,terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor bank dan lembaga keuangan bukan bank, (2) Subsektor sewa bangunan, dan (3) Subsektor perusahaan.

(28)

berdasarkan kemampuan teknis (tanah dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan. Penentuan ini penting untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Pada era pasar bebas hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang akan mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah yang lain (Rachman 2003).

(29)

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah.

Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2004:27).

(30)

(PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi; perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa.

Berdasarkan data – data yang didapat maka dapat diperoleh data yang menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis sektor perekonomian yang mempengaruhi Pendapatan Domestik Regional Bruto di Provinsi Lampung. Dengan adanya data yang menguatkan tentang Pendapatan Domestik regional Bruto (PDRB) seperti di atas maka penulis ingin menganalisis data yang diperoleh dari Departemen Pertanian, Dinas Pertanian dan kantor BPS kabupaten Lampung Selatan, sehingga penulis mengambil judul “ ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009 (PENDEKATAN

ANALISIS LOCATION QUETIONT DAN SHIFT SHARE)

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

(31)

2. Subsektor pertanian apa yang merupakan sektor unggulan dan spesialisasi subsektor di Provinsi Lampung dengan pendekatan Location Quetiont.

3. Subsektor pertanian mana yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dan seberapa besar sumbangannya terhadap PDB.

4. Diantara subsektor – subsektor pertanian penunjang pertumbuhan di Provinsi Lampung, manakah yang paling memiliki potensi untuk lebih dikembangkan dengan pendekatan Shift Share.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya membatasi pada nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor ekonomi yang paling berpotensi diantara sektor – sektor lainnya di Provinsi Lampung yaitu Sektor pertanian yang memiliki Subsektor – subsektornya : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Tanaman Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, (4) Subsektor kehutanan dan Perburuan, dan (5) Subsektor Perikanan.

D. Tujuan Penelitian

(32)

1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada sektor – sektor perekonomian dalam enam tahun antara 2004 – 2009.

2. Untuk mengetahui subsektor yang menjadi sektor potensial dan penunjang dalam struktur perekonomian di Provinsi Lampung.

3. Mengetahui subsektor pertanian manakah yang paling potensial untuk dikembangkan dan dimajukan di Provinsi Lampung.

4. Mengetahui subsektor – subsektor potensial yang dapat lebih dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

1. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama dalam rangka perencanaan makro regional dalam menghadapi era otonomi daerah, khususnya di Provinsi Lampung.

2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan dengan pembangunan regional.

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan – Landasan Teori.

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi.

Dalam Teori Klasik Adam Smith dalam Purwaningsih (2009:24) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan

produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo dalam Purwaningsih (2009:24), mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

(34)

pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung.

Teori Harrod Domar dalam Purwaningsih (2009:24) muncul untuk melengkapi Teori Keynes, yang melihat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Harrod Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat keseimbangan yaitu g = k = n, dimana g adalah tingkat pertumbuhan output (growth), k adalah tingkat pertumbuhan modal (capital), dan n adalah tingkat pertumbuhan angkatan kerja (Priyarsono, et al, 2007).

(35)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Robinson Tarigan (2010:46) pertumbuhan ekonomi daerah didefinisikan sebagai:

“ Pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu

wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang

terjadi di wilayah tersebut “.

Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut:

a. Teori Ekonomi Klasik

(36)

Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptaka efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer. Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi.

John Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan Nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif.

Permintaan efektif ditentukan pada saat titik harga permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung.

Sementara proses pertumbuhan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan secara siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi.

(37)

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. (Tarigan, 2007:52).

c. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir dalam waktu bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957), teori ini didasarkan atas asumsi:

1. Perekonomian bersifat tertutup

2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

3. Proses produksi memiliki koefesien yang tetap, serta

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

(38)

(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output). (Tarigan, 2007:49).

3. Teori Pembangunan daerah

Pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat (Depdagri, 2009). Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju tenteram dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri.

(39)

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan Nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008).

(40)

kegiatan pembangunan sangat penting untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas.

4. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari penelitian -penelitian ekonomi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. Yang dimaksud produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah (BPS Provinsi Lampung. 2009).

Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Unsur- unsur pokok dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut:

a. Output

Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Jenis output ada 3 macam, yaitu:

1) Output utama, yaitu output yang menjadi tujuan utama produksi 2) Output sampingan, yaitu bukan menjadi tujuan utama produksi,

(41)

3) Output ikutan, yaitu output yang terjadi bersama-sama/tidak dapat dihindarkan dengan output utamanya.

b. Biaya Antara

Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan/habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama umumnya lebih dari satu tahun, dan tidak habis dalam proses produksi tidak termasuk sebagai biaya antara.

c. Nilai Tambah

1) Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan selisih antara output dan biaya antara, dengan kata lain merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas:

a) Pendapatan faktor, yang terdiri atas: (1) Upah/gaji sebagai balas jasa pegawai

(2) Surplus usaha (sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan) b) Penyusutan barang modal tetap (turunnya nilai barang modal) c) Pajak tak langsung netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak langsung dengan subsidi. (BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 3) Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Produk Domestik = NP - NBA Keterangan:

(42)

2) Nilai Tambah Netto

Apabila penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto akan diperoleh nilai tambah netto.

d. PDRB Menurut Lapangan Usaha

PDRB sektoral adalah jumlah seluruh nilai tambah bruto dari sektor/subsektor di suatu wilayah. Sektor/lapangan usaha ini terdiri dari:

1) Sektor Pertanian.

2) Sektor Pertambangan dan Penggalian. 3) Sektor Industri Pengolahan.

4) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. 5) Sektor Bangunan

6) Sektor Perdagangan.

7) Sektor Angkutan dan Perhubungan.

8) Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan. 9) Sektor jasa-jasa.

Agregat – agregat PDRB disajikan dalam bentuk distribusi persentase, indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit.

a. Distribusi Persentase

(43)

subsektor/sektor dalam perekonomian daerah, serta menunjukkan perekonomian daerah tersebut.

b. Indeks Perkembangan

Indeks perkembangan diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor/sektor/PDRB pada tahun dasar, dikalikan dengan 100. Dengan indeks perkembangan pada tahun dasar sama dengan 100.

c. Indeks Berantai

Indeks berantai diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor / sector / PDRB tahun berjalan dengan nilai subsektor / sektor / PDRB tahun sebelumnya, dikalikan 100 (tahun sebelumnya = 100). Angka indeks berantai PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun berjalan.

d. Indeks Harga Implisit

Indeks harga implisit diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan dikalikan 100.

a. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku dihitung melalui dua metode, yaitu metode langsung dan metode tak langsung.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam pendekatan.

(44)

Yaitu dengan menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini biasa juga disebut dengan pendekatan nilai tambah.

2) Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto.

3) Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa.

Metode tidak langsung adalah dengan menghitung pendapatan regional Kabupaten dengan cara mengalokir pendapatan angka pendapatan regional Provinsi untuk tiap-tiap kabupaten dengan menggunakan alokator nilai produksi bruto, jumlah produksi, tenaga kerja dan penduduk.

b. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

(45)

1) Revaluasi atas kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar. Cara ini adalah mengalikan kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar.

2) Ekstrapolasi atas nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum. Cara ini adalah mengalikan nilai tahun dasar dengan suiatu indeks kuantum dibagi 100.

3) deflasi atas suatu nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga. Cara ini adalah membagi nilai tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100.

(46)

NTBk = NPk - NBAk

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 15) dimana;

NTBk = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan NPk = nilai produksi atas dasar harga konstan NBAk = nilai biaya antara atas dasar harga konstan

Pada teknik indikator tunggal, maka perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh secara langsung dengan cara menggunakan metode deflasi dan metode ekstrapolasi. Dengan metode deflasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah bruto tahun yang berjalan dengan indeks harga pada masing-masing tahun dibagi 100.

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 16) dimana;

NTBT.k = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun NTBT.b = nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun t IHT = indeks harga tahun t

Dengan metode ekstrapolasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah bruto pada tahun dasar dengan indeks kuantum masing-masing tahun dibagi 100

(47)

dimana;

NTB0 = nilai tambah bruto tahun dasar IKT = indeks kuantum tahun t

c. Kegunaan Data PDRB

Data PDRB dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kebutuhan, antara lain.

1. Pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral Untuk menghitung rata-rata laju pertumbuhan PDRB dalam suatu

periode dapat dipakai rumus :

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 20) Dimana ;

g = Rata-rata laju pertumbuhan Yit = PDRB tahun ke-t

Yi.t-1 = PDRB tahun sebelumnya

N = Jumlah tahun dalam satu periode

(48)

3. Perubahan harga barang secara keseluruhan Perbandingan antara atas harga berlaku dan atas harga konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat digunakan untuk mengetahui 4. adanya perubahan harga barang dan jasa. secara sederhana

indeks implisit dapat dihitung dengan rumus :

(BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 21) dimana :

It = indeks implisit

Xit = PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun ke-t Yit = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun ke-t

5. Konsep dan Definisi Subsektor Pertanian

Sektor pertanian adalah salah satu lapangan usaha yang melakukan kegiatan sebgai berikut:

1. Mengusahakan tanaman padi dan palawija 2. Mengusahakan tanaman hortikultura 3. mengusahakan tanaman perkebunan 4. Mengusahakan tanaman kehutanan 5. Mengusahakan ternak/unggas

6. membudidayakan ikan/biota lain di air tawar

(49)

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan PDB maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian terdiri dari dari :

1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Subsektor tanaman bahan makanan adalah suatu sektor pertanian yang kegiatannya menanam padi/palawija, dengan tujuan seluruh hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

2. Subsektor Tanaman Perkebunan

Usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

3. Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya

Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak/unggas) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

4. Subsektor Kehutanan dan Perburuan

(50)

sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

5. Subsektor Perikanan

Usaha perikanan adalah kegiatan pembenihan , pembesaran dan penangkapan ikan/biota dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

6. Model Basis Ekonomi

Menurut Sjafrizal (2008) dalam Purwaningsih (2009:29) penjelasan mengenai sektor basis dan non basis yaitu :

“Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung

perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang

cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar

batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non

basis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam

batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis ini berfungsi

sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industri.”

(51)

pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran. Penyebab kemajuan sektor basis adalah perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan adanya perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah adanya perubahan permintaan dari luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

(52)

Adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah akan meningkatkan proses produksi di sektor industri. Proses produksi di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan bakunya, yang hasil output akhirnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran.

a. Location Quotient (LQ)

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors).(rachmat

Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.

2. Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri.

(53)

pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.

b. Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingnkan dengan perekonomian Nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/Nasional).

Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:

• Pertambahan Ekonomi daerah diukur dengan cara

(54)

• Pergeseran Proposional merupakan perbedaan antara

pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional sektoral dan pertumbahan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata Nasional jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari Nasional. Dengan demikian, perbedaan laju pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.

• Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa

jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

B. Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu.

1. Tresno Sumbodo (2005) dalam jurnal “ Peranan Sektor Pertanian Dalam

(55)
(56)

0,9 selama periode 1993 – 2002, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Sleman masih belum bisa memenuhi kebutuhan daerahnya dan bahkan harus mengimpor dari luar daerah.

2. Wali I. Mondal (2009), menganalisis mengenai “ An Analysis of The

Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift-Share Approach “.

Melalui pendekatan shift share penelitian ini mencari mix industri yang dapat dikembangkan dan berpotensi dalam memajukan pembangunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDB menurut lapangan usaha periode 2001-2005 yang mencakup 11 sektor ekonomi di Malaysia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa malaysia mempunyai sektor basis di wilayah Klantan, Terengannu, Pahong dan Johar Utara dimana ke empat wilayah tersebut mempunyai mix industri yang unik dibandingkan wilayah lainya di Malaysia, hal tersebut didukung dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Pada Semenanjung Malaysia kaya akan sektor pertanian dan sektor perikanan, selain itu konstribusi sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam perekonomian Malaysia.

3. Rininta Putri Purwantina (2009) dalam skripsinya yang berjudul

“analisis perekonomian kota depok periode 2003 – 2007 (analisis Shift Share dan LQ) menjelaskan Pembangunan merupakan proses yang

(57)

wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ).

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi PDRB terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp 2.188.502,81 juta pada tahun 2007. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar Rp 161.095,98 juta pada tahun 2007. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tercepat adalah sektor memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar 5,24 persen.

(58)

komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder.

Untuk lebih dapat memajukan perekonomian Kota Depok, hendaknya Pemerintah Kota Depok memberikan perhatian yang lebih pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kota Depok melalui pemberian izin yang selektif, pemberian bantuan permodalan bagi UMKM dan perbaikan infrastruktur pasar tradisional dengan dukungan dan implementasi regulasi yang lebih nyata di lapangan sebagai upaya untuk lebih memajukan perekonomian Kota Depok. Perlu Penetapan peraturan daerah Pemerintah Kota Depok yang dapat disosialisasikan, dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan kepentingan para pelaku ekonomi di dalamnya.

4. Dini Sapta Wulan Fatmasari (2007) Berdasarkan hasil penelitian dengan

(59)

sektor Angkutan dan Komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1,59 %. Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan differential (Dj) menunjukkan terdapat 4 sektor dengan rata-rata Dj positif,

yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata Dj sebesar 6277,27; sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai rata-rata sebesar 47076,89; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 54818,93; sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata sebesar 1835,37, hal tersebut mengindikasikan bahwa ke-4 sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi Banten sehingga ke-4 sektor tersebut memiliki daya saing tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kota Lampung, sedangkan komponen pertumbuhan proportional (Pj) menunjukkan bahwa terdapat 4 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, hal ini berarti Kota Lampung berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Banten.

(60)

tanpa mengabaikan pengembangan sektor yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan seperti sektor bank dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Lampung.

5. Fahrurrazy (2009), menganalisis mengenai “ Analisis Penentuan Sektor

Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan

Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB “. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1993-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.

6. Ropingi dan Agustuno (2004), dalam jurnal “ Aplikasi Analisis Shift

(61)
(62)

sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10 persen.

7. Abdul Mukti dan Abdullah Dja’far (2009)dengan judul “ Studi Potensi

Ekonomi Wilayah Kota Waringin Timur Peride 2003-2006 “. Dalam

penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Sampit sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan menggunakan alat analisis shif share untuk mendeskripsikan laju pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Kotawaringin Timur serta metode Location Quotient (LQ) untuk menemukan sektor yang paling besar konstribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa selama periode penelitian mengalami kenaikan dengan nasional share semua sektor positif sehingga adanya konstribusi yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Tengah dan proposional shift menunjukan terdapat 5 sektor yang yang mempunyai konstribusi positif terhadap provinsi namun tidak unggul sedangkan 4 sektor lainya mempunyai perkembangan pendapatan lebih kecil dibandingkan pendapatan regional provinsi, untuk nilai differnsial sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih lebih

unggul dari pada rata-rata provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sektor yang mempunyai konstribusi paling besar atau yang menjadi leading sector adalah sektor pertanian; perdagangan; hotel dan restoran serta

industri pengolahan. Komoditas unggulan Kabupaten Kotawaringin Timur

(63)

C. Kerangka Pemikiran Teoritis.

(64)

Dengan adanya data tersebut sehingga dapat kita buat suatu kerangka berpikir yang membantu kita untuk mempermudah apa saja yang menjadi bahasan dalam suatu penelitian kita.

Gambar 2.1. Kerangka berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Lampung tahun 2004 -2009.

PDRB Provinsi Lampung

Hasil dan Analisa Analisis Data

1. Shift Share

2. Location Quotient

3. Tipologi

Sektor Pertanian :

1. Subsektor Tanaman Pangan

2. Subsektor Perkebunan

3. Subsektor Peternakan dan

Hasilnya

4. Subsektor Kehutanan dan

Perburuan

5. Subsektor Perikanan

PDB Indonesia

Perumusan Masalah

(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara bagaimana urutan penelitian dilakukan, yaitu dengan menentukan sifat penelitian dan bagaimana prodesur penelitian dilakukan.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Provinsi Lampung, Dengan Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi ini ditetapkan secara sengaja (purposive), yaitu pengambilan lokasi berdasarkan kriteria yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pemilihan lokasi di Provinsi Lampung dengan pertimbangan bahwa Pertanian di Provinsi ini adalah salah satu penyumbang terbesar dalam kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung itu sendiri.

B. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, yang diteliti yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Lampung. Dengan batasan hanya meneliti variabel terkait yaitu : (1) Subsektor Tanaman Bahan Makanan; (2) Subsektor Perkebunan; (3) Subsektor Peternakan dan hasil lainnya; (4) Subsektor Kehutanan; (5) Subsektor Perikanan.

C. Jenis Data dan Sumber Data

(66)

Data Sekunder, yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan untuk melengkapi informasi yang akan disajikan pada penyusunan skripsi. Data diperoleh dari literatur-literatur yang ada serta badan-badan terkait yang sesuai dengan tema penelitian, seperti :

a. Metode dokumentasi.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang PDRB Provinsi Lampung. Data tersebut merupakan data sekunder yakni data yang diperoleh ataupun telah diolah pihak lain yaitu instansi/lembaga. Kemudian oleh penulis diambil untuk dijadikan objek atau bahan penulisan dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir.

b. Metode kepustakaan/literatur.

Metode kepustakaan/literatur digunakan untuk melancarkan kegiatan penulis dalam memperoleh data, yakni data sektor pertanian dan Subsektor Pertanian didalamnya yang diperoleh dari dinas pertanian maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung serta buku-buku yang menjelaskan teori-teori tentang definisi dan konsep pertanian.

D. Metode Pengumpulan Data

(67)

penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah analisis. Data-data tersebut adalah:

1. PDRB Sektoral atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Lampung Selatan periode 2004-2009, data ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi serta analisis sektor basis dan non basis ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

E. Teknis Analisis data

Analisis yang digunakan mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui subsektor – subsektor pertanian apa yang menjadi basis dan non-basis terhadap Pendapatan Domestik regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung.

Untuk menguji apakah ada pengaruh subsektor – subsektor perekonomian serta potensi penunjang pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB di Provinsi Lampung dengan metode Shift Share dan Location Quotient.

1. Location Quotient (LQ)

A. Analisis LQ

(68)

Arsyad (2010:391), menjelaskan bahwa dalam tekhnik LQ ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1) Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. 2) Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu

memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan.

Dasar pemikiran dari teknik ini adalah teori basis ekonomi (economic base) yang intinya adalah:

“ Karena industri basis menghasilkan barang-barang dan

jasa-jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan,

maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi

daerah tersebut”. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu

diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Rumusan LQ menurut Rachmat Hendayana (2003), dalam penentuan sektor basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:

Li / L

LQ =

(69)

Dimana:

LQ = Nilai Location Quotient (LQ).

Li = Produksi sektor i di Daerah analisis pada tahun tertentu.

L = Total PDRB Daerah analisis.

Ni = Produksi sektor i Provinsi daerah analisis pada tahun tertentu.

N = Total PDRB Provinsi daerah analisis.

Sektor basis/spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi disuatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lainya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap output-output lokal.

Bendavid Val memberikan pengukuran terhadap derajat

spesialisasi/sektor basis dengan kriteria sebagai berikut. (Ghalib, 2005:169):

1) LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih besar dari sektor yang sama pada Provinsi daerah analisis.

Gambar

Tabel 1.1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ADH Konstan di
Tabel 1.2. PDRB Provinsi Lampung Periode 2005 – 2007 (juta Rp.)
Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita di Provinsi Lampung
Tabel 1.4. PDRB Sektoral Atas Dasar harga (ADH) Berlaku Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis adalah (1) sektor pengadaan listrik gas (2) sektor industri pengolahan, (3)

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yang jika dikembangkan dengan tepat bisa menjadi sektor yang

Sektor ekonomi pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk dalam sektor progresif ,

Pengembangan ekonomi lokal sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kesenjangan dengan memperkuat basis ekonomi wilayah sesuai dengan karakteristik wilayah

Ini menunjukkan bahwa komoditi yang merupakan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pengelolaan air (penampungan, penjernihan, penyaluran, dan aktivitas

Penentuan sektor ekonomi regional wilayah Kabupaten Kutai Timur dilakukan dengan menggunakan Analisis Location Quotient (LQ). Dalam hal menghitung perbandingan

Sektor ekonomi pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk dalam sektor progresif ,

Dari seluruh sektor yang berkontribusi pada kawasan ini hampir semua kawasan menjadi sektor basis yang dapat memberi daya dalam pertumbuhan ekonomi, bahkan tiap sektor basis tersebut