• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK Analisis Pengaruh Inflasi, Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Teng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK Analisis Pengaruh Inflasi, Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Teng"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

MISKIN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2014

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Disusun Oleh:

ISTIARA AYU ANDINI B300130095

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

MISKIN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2014

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ISTIARA AYU ANDINI B300130095

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Surakarta, 7 Februari 2017 Pembimbing Utama

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul:

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH

MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI

PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2014

ISTIARA AYU ANDINI B300130095

Telah diperiksa didepan Dewan Penguji

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Hari Selasa, 7 Februari 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

DEWAN PENGUJI

1. Penguji I:

Ir. Maulidyah Indira Hasmarini, MS ( )

(Ketua) 2. Penguji II:

Dr. Daryono Soebagyo, MEc ( )

(Sekertaris) 3. Penguji III:

Dr. Agung Riyardi, MSi ( )

(Anggota)

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Penulis

Surakarta, 7 Febuari 2017

(5)

1

ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

MISKIN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2014 ABSTRAK

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana inflasi, tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum kabupaten/kota terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel, data yang digunakan berupa time series (tahun 2011-2014) dan cross section (35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah dan jurnal sebagai pendukung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) adalah model yang paling tepat. Berdasarkan uji F variabel inflasi, tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum kabupaten/kota secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat jumlah penduduk miskin. Berdasarkan uji validitas pengaruh atau uji t, variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan, tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan tidak berpengaruh signifikan dan upah minimum kabupaten/kota berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Kata kunci: Inflasi, tingkat pengangguran terbuka, upah minimum kabupaten/kota

ABSTRACT

Unemployment is one of the problems that are complex and multidimensional. Therefore need to look for a solution to overcome the problem of poverty. This research aims to find out how inflation, unemployment rate and minimum wage kabupaten/kota against poor population in the province of Central Java in 2011-2014. This research is quantitative research using data panel, the data used in the form of time series (2011-2014) and cross section (35 counties/cities in Central Java province). Types of data used in this research is secondary data obtained from the Central Bureau of statistics (BPS) of Central Java province and the journal as a supporter.

The results showed that the Fixed Effect Model (FEM) is the most appropriate model. Based on the test F variable inflation, unemployment rate and minimum wage districts/cities simultaneously or together have an effect on the rate of the poor population. Based on a test of the validity of the t test or influence, the variable is positive and significant effect of inflation, the unemployment rate effect openly positive and no significant effect and minimum wage kabupaten/kota is a negative and significant effect against the poor population in the County/City of Central Java province.

Key words: inflation. the open unemployment rate minimum wage district/city

1. PENDAHULUAN

Pembangunan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mewujudkan

(6)

2

keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur

ekonomi dan tingkat kesenjangan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor.

Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan

yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat

kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Sehingga dapat

dikatakan bahwa prioritas dari pembangunan adalah menghapuskan kemiskinan

(Todaro, 2000).

Menurut (Kunarjo, 2002), suatu negara dikatakan miskin biasanya ditandai

dengan tingkat pendapatan perkapita rendah, mempunyai tingkat pertumbuhan

penduduk yang tinggi (lebih dari 2 persen per tahun), sebagian besar tenaga kerja

bergerak di sektor pertanian dan terbelenggu dalam lingkaran setan kemiskinan.

Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan

pertumbuhan ekonomi yang cepat. Oleh karena itu, upaya-upaya pengentasan

kemiskinan harus dilakukan secara benar, mencakup berbagai aspek kehidupan

masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2013-2014

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Jawa Tengah Indonesia 2011 5.255,96 30.018,93 2012 4.952,10 28.594,60

2013 4.811,30 28.553,93

2014 4.561,83 27.727,78

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah

Pada tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada

periode Tahun 2011 sebanyak 30.018,93 jiwa kemudian mengalami penurunan

menjadi 28.594,60 jiwa pada tahun 2012 dan pada Tahun 2013 mengalami

penurunan kembali menjadi 28.553.93 jiwa kemudian mengalami penurunan

(7)

3

di Indonesia periode Tahun 2011-2014 diikuti menurunnya jumlah penduduk

miskin di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2011 sebanyak 5.255,96 jiwa

kemudian mengalami penurunan menjadi 4.952,10 jiwa pada tahun 2012. Pada

tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 4.811,30 jiwa dan kemudian

mengalami penurunan menjadi 4.561,83 jiwa pada Tahun 2014. Dengan

tingginya tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah sudah

seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap upaya pengentasan

kemiskinan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah antara lain (1) Inflasi; (2) Tingkat

Pengangguran Terbuka dan (3) Upah Minimum.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan adalah

ketidakmampuan yang dilihat dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2012).

Pada dasarnya ukuran kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: kemiskinan

absolut dan kemiskinan relatif. Sedangkan indikator kemiskinan antara lain:

Tingkat konsumsi beras perkapita per tahun, tingkat pendapatan dan indikator

kesejahteraan rakyat (Lincolin Arsyad, 2010).

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang yang

berlangsung secara terus menerus dalam satu periode tertentu. Jika kenaikan harga

yang terjadi hanya sekali saja dan bersifat sementara atau secara temporer

(sekalipun dalam persentase yang besar) tetapi, kenaikan satu atau dua barang saja

tidak disebut inflasi jika kenaikan tersebut berdampak meluas kepada sebagian

besar dari harga barang-barang lain merupakan inflasi. Masalah inflasi adalah

masalah yang terus-menerus mendapat perhatian pemerintah. Adapun yang

menjadi tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi

yang berlaku pada tingkat yang sangat rendah (Sukirno, 2007).

Pengaguran adalah seorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja

(8)

4

tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono Sukirno,

1999). Sedangkan Pengangguran Terbuka (Open Unemployment), adalah

penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan

dan sedang mencari pekerjaan, mempersiaplan usaha (Lincolin Arsyad, 1997).

Upah adalah pembayaran terhadap tenaga dan pikiran yang diberikan pekerja

kepada pengusaha, maka pengusaha akan memberikan kepada pekerja dalam

bentuk upah (Sukirno, 2009). Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1,3,4,8,11,20

dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka istilah Upah Minimum

Regional Tingkat II (UMR tk.II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UM kab/kota). Maka UMK adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa

kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan tipe data panel. Data panel

yaitu gabungan time series (runtut waktu) dan cross section. Data time series

merupakan data dari satu objek dalam beberapa periode waktu tertentu, sedangkan

data cross section merupakan data dari satu atau lebih objek penelitian dalam satu

periode yang sama (Gujarati, 2012). Data time series dalam penelitian ini ada 4

tahun (t = 4) dari tahun 2011 sampai 2014, dan data cros section dalam penelitian

ini ada Kabupaten/Kota (n = 35). Sehingga total data dalam penelitian ini adalah

35 x 4 = 140 observasi.

2.2 Metode Analisis Data

Menurut (Gujarati, 2012), data panel (pooled data) atau yang disebut juga

data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time

series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu

(9)

5

dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Data panel atau pooled

data merupakan kombinasi dari data time series dan cross section dengan

mengakomodasi informasi baik yang terkait dengan variabel cross section

maupun time series. Secara umum, model regresi panel mempunyai formula

sebagai berikut:

Yᵢt= α + βX ᵢt+ μ ᵢt Keterangan :

i : 1, 2,..., N

t : 1, 2,..., T

Y : variabel tak bebas α : koefisien intersep

β : menunjukan arah dan pengaruh masing-masing X : variabel bebas

N : banyaknya observasi

T : banyaknya waktu

N x T : banyaknya data panel

U : faktor gangguan atau tidak dapat diamati

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil estimasi data panel untuk memilih model yang terbaik dengan

uji chow dan uji hausman, maka terpilih model yang terbaik yaitu Fixed Effect

[image:9.595.116.424.234.486.2]

Method. Adapun Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM) sebagai berikut :

Tabel Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

INF 19.03385 7.826913 2.431846 0.0164

TPT 1.169146 3.533994 0.330828 0.7413

UMK -0.000438 8.28E-05 -5.296898 0.0000

C 417.8810 89.17321 4.686171 0.0000

Effects Specification

Period fixed (dummy variables)

R-squared 0.211219 Mean dependent var 139.8671

(10)

6

S.E. of regression 73.13432 Akaike info criterion 11.47118

Sum squared resid 711367.6 Schwarz criterion 11.61826

Log likelihood -795.9825 Hannan-Quinn criter. 11.53095

F-statistic 5.935779 Durbin-Watson stat 0.742342

Prob(F-statistic) 0.000016

Sumber: Output data Panel menggunakan Eviews 7

Berdasarkan tabel I.2 diketahui bahwa slope Inflasi (INF) sebesar

19.03385 dengan p-value 0.0164, slope Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 1.169146 dengan p-value 0.7413, slope Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK) sebesar -0.000438 dengan p-value 0.0000. Bila variabel independen

bernilai nol maka Jumlah Penduduk Miskin (JPM) sebesar 417.8810 dan error

term sebesar 711367.6. Nilai R-Squared 0.211219 atau 21,12% dan F-Statistic

sebesar 5.935779dengan Prob(F-Statistic) 0.000016.

Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel tingkat

pengangguran terbuka pada α = 0,05tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin, sedangkan variabel inflasi dan upah minimum

kabupaten/kota pada α = 0,05 memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin. Adapun interpretasi ekonomi sebagai berikut :

1. Inflasi dan Jumlah Penduduk Miskin

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa inflasi

mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Inflasi berpengaruh positif signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun

2011-2014 dengan koefisien sebesar 19.03385 dan tingkat probabilitas sebesar

0.0164. Artinya, apabila inflasi naik sebesar 1% maka jumlah penduduk miskin

juga akan naik sebesar 19.033 orang.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Fitri Amalia (2012) yang berjudul “Pengaruh pendidikan, pengangguran, dan

inflasi terhadap tingkat kemiskinan di kawasan timur indonesia (KTI) Periode

2001-2010”. Memperoleh hasil namun ada sedikit perbedaan bahwa inflasi

berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dengan koefisien sebesar -16018.235

(11)

7

2. Tingkat Pengangguran Terbuka dan Jumlah Penduduk Miskin

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa tingkat

pengangguran terbuka berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014 pada hasil α sampai dengan 5%.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Angga Tri Widiastuti (2016), dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Kabupaten/Kota

Jawa Tengah”. Memperoleh hasil bahwa tingkat pengangguran terbuka

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan dengan

koefisien sebesar -0,1105. Hubungan negatif antara pengangguran dan kemiskinan

di Jawa Tengah ini bertentangan dengan teori ekonomi, hal ini disebabkan karena:

orang yang menganggur tidak selamanya miskin selama dia masih mampu

memenuhi kebutuhan pokoknya, bertambahnya pengangguran terdidik, terjadi

pergeseran tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Hal ini

terjadi karena pergeseran musim tanam lebih awal sehingga buruh tani beralih ke

industri dan lain-lain (BPS,2012).

3. Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Jumlah Penduduk Miskin

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa upah minimum

kabupaten/kota (UMK) berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penduduk

miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014 dengan

koefisien sebesar -0.000438 dan probabilitas sebesar 0.0000. Artinya, setiap

penurunan tingkat upah sebesar seribu rupiah (Rp 1.000,-) maka terjadi

peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 438 orang. Sebaliknya, semakin

tinggi upah minimum yang ditawarkan, maka semakin turun jumlah penduduk

miskin di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Jadi jumlah penduduk miskin di

kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh naikna upah minimum di

kabupaten/kota dimana upah minimum dan jumlah penduduk miskin memiliki

hubungan yang negatif. Dengan naiknya tingkat upah maka akan mengurangi

(12)

8

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lupi Riyani (2014) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 1991-2011”, memperoleh hasil bahwa upah

minimum kota (UMK) berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Jawa

Tengah. Tingkat pengangguran yang tinggi disertai dengan menurunnya tingkat

upah atau upah menjadi murah.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Pemilihan model yang paling tepat diipilih dalam penelitian ini adalah Fixed

Effect Model (FEM), model FEM memiliki daya ramal yang cukup tinggi.

Berdasarkan uji F, variabel Inflasi (INF), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) secara simultan atau bersama-sama

berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Tengah tahun 2011-2014. Dengan hasil uji koefisien determinan (R²)

menunjukkan besarnya nilai R-Squared 0.211219, artinya 21,1219 persen variasi

variabel independen dalam model yaitu variabel Inflasi (INF), Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

mampu menjelaskan variasi jumlah penduduk miskin sebesar 21,1219 persen di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah, sedangkan sisanya sebesar 78,8781

persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Jika berdasarkan uji

validitas pengaruh (uji t), inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka memiliki

pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin dan upah

minimum kabupaten.kota memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

4.2Saran

1. Pemerintah diharapkan tanggap dengan permasalahan kemiskinan dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengingat karena bagaimanapun kemiskinan

menjadi tanggung jawab negara.

2. Untuk menurunkan kemiskinan maka Pemerintah diharapkan bisa

(13)

9

dapat menurun, pemerataan pendapatan keseluruh golongan masyarakat,

peningkatan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi serta mampu

menyusun kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi kemiskinan.

3. Pemerintah hendaknya lebih menggiatkan usaha-usaha pemberdayaan

masyarakat dengan demikian diharapkan masyarakat mampu mandiri dalam

perekonomian dan menjaga agar perekonomian tidak terjadi inflasi

4. Pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kualitas SDM melalui

peningkatan kualitas pendidikan dan skill masyarakat mengingat pentingnya

peran SDM dalam pertumbuhan ekonomi.

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis variabel-variabel

lainnya yang dapat mempengaruhi kemiskinan. Oleh karenanya diperlukan

studi lanjutan yang lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih

lengkap sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik 2011-2014. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2011-2014. Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2011-2014. Kota Semarang Dalam Angka. Semarang: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Kota Tegal. 2011-2014. Kota Tegal Dalam Angka. Semarang: Badan Pusat Statistik.

(14)

10

Gujarati, Damodar N dan Poter Dawn C. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Kelima. Buku Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Haughton, Jonathan dan Shahidur R. Khandker, 2012, Pedoman Tentang Kemiskinan dan Ketimpangan, Terjemahan Tim Penerjemah World Bank, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Khabhibi, Achmad. 2013. Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan. Edisi Ketiga. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 1997. Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan. Edisi Ketiga. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 2011. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen: YKPN.

Mankiw, Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. Penerjemah Chriswan Sungkono. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Marini, Tety. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Berau. Jurnal Terakreditasi. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen. Vol. 12 (1) 2016.

Nopirin. 1987. Ekonomi Moneter Buku Dua. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Prasetyo, P. Eko, 2011, Fundamental Makro Ekonomi, Edisi Kesatu, Cetakan Kedua, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.

Sharp, Ansel M, Charles A. Register and Paul W. Cerimes. 1996. Economic Of Social Issue. Edisi Ke-12. Richard D. Irwin. Chicago.

Sonny, Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Penerbit Graha Ilmu. Jember.

Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.

Sukirno, Sadono. 1999. Makroekonomi Modern. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. Mikroekonomi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2009. Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(15)

11

Todaro, P Michael, 1978, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kesatu, Terjemahan Aminudin dan Drs.Mursaid, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, P Michael, 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedua, Terjemahan Haris Munandar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Utomo, Yuni Prihadi. 2013. Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

World Bank. 2006. Making The New Indonesia Work For The Poor. Indopou. Jakarta.

Gambar

Tabel Hasil Regresi Metode Fixed Effect (FEM)

Referensi

Dokumen terkait

kelima, memiliki angka penganda output yang besar yaitu sebesar 1,20, nilai pengganda pendapatan sebesar 0,16, berkontribusi terhadap total output keseluruhan sebesar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan smartphone, serta melihat perbedaan kecanduan smartphone berdasarkan jenis kelamin

Tipe kemiskinan lainnya yang terjadi di Kota Palembang yaitu kemiskinan spiritual (4,5%) dimana masyarakat pada kategori ini belum mampu memenuhi kebutuhan

This problem can be modeled using Capacitated Vehicle Routing Problems (CVRP), and the common algorithm to solve that model is Clarke and Wright Saving Algorithm (CWSA).. The needed

Apabila dalam waktu 6-8 minggu asmanya belum stabil yaitu masih sering terjadi serangan, maka harus menggunakan tahap kedua yaitu berupa kortikosteroid dosis rendah ditambahkan

BATAM (Indonesia), 10 Jan – Empat belas pelajar Fakulti Sains Komputer dan Teknologi Maklumat (FSKTM), Universiti Putra Malaysia (UPM) mengikuti lawatan ke Nongsa Digital

Di antara beberapa anasir iklim yang ada yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban, lama dan panjang penyinaran matahari, arah angin, penguapan; maka atmosfer

Data primer antara lain data pengetahuan pakar tentang pemangku kepentingan rantai pasok buah manggis, data pengetahuan tentang kebutuhan masing-masing pemangku