• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelindian Dan Ketebalan Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Sifat Tanah Andisol Dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada 4 Kali Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelindian Dan Ketebalan Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Sifat Tanah Andisol Dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada 4 Kali Tanam"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELINDIAN DAN KETEBALAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP SIFAT TANAH ANDISOL DAN PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA 4 KALI TANAM

SKRIPSI

OLEH:

Desrika Christina Perangin-Angin 100301240

AET-ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PELINDIAN DAN KETEBALAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP SIFAT TANAH ANDISOL DAN PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA 4 KALI TANAM

SKRIPSI

OLEH:

DESRIKA CHRISTINA PERANGIN-ANGIN 100301240

AET-ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pelindian Dan Ketebalan Debu Vulkanik Gunung

Sinabung Terhadap Sifat Tanah Andisol Dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada 4 Kali Tanam

Nama : Desrika Christina Perangin-angin

NIM : 100301240

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui, Komisi Pembimbing :

(4)

ABSTRAK

Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan debu vulkanik menutupi permukaan tanah dengan ketebalan bervariasi, berkisar antara 1- 10 cm. Hal ini menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelindian dan ketebalan debu vulkanik gunung sinabung terhadap sifat tanah andisol dan pertumbuhan tanaman sawi pada 4 kali tanam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor perlakuan ketebalan debu vulkanik yaitu D0 (Kontrol), D1 (989,6 g /10 kg BTKU), D2 (1979,3 g/10 kg BTKU), D3 (2969 g/10 kg BTKU) dan faktor pelindian yaitu L0 (1xKL), L1 (2xKL) dengan 4 ulangan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah ketebalan debu vulkanik secara nyata meningkatkan nilai DHL, N-total tanah, P-total tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai pH tanah. Perlakuan pelindian secara nyata meningkatkan nilai pH tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai DHL dan N-total tanah.

Kata Kunci: Debu vulkanik, Pelindian, Sawi, Andisol

(5)

ABSTRACT

Eruption of Sinabung caused volcanic ash covered the a part of area on Karo high level land with ranging thickness from 1 - 10 cm. This causes influence on soil properties and plant growth.

Research to determine effect of the thickness and leaching of Sinabung volcanic ash on Andisol properties and green mustard in four plants. This study used a factorial randomized block design with treatment of the thickness volcanic ash D0 (without volcanic ash), D1 (989,6 g /10 kg air soil dried), D2(1979,3 g/10 kg air soil dried), D3 (2969 g/10 kg air soil dried) and leaching treatment L0 (without leaching), L1 (leaching with 2xKL) with four replications.

The results showed that the amount or thickness of volcanic ash significantly affect increase the value of EC, N-total, P-total and growth and production green mustard and decrease the value of pH. And leaching treatment significantly affect increase the value of pH and growth and production green mustard and decrease the value of EC and N-total.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 28 Desember 1992 dari ayah

M. Perangin-Angin dan G Br Sitepu. Penulis merupakan putri pertama dari tiga

bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe dan

pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

melalui jalur ujian tertulis Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri.

Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Bidang

Keolahragaan Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), Wakil

Bendahara Umum Pemerintahan Mahasiswa (PEMA), sebagai asisten praktikum

di Laboratoratorium Pengelolaan Tanah dan Air dan Laboratoratorium Kualitas

Tanah, mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU.

Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstra universitas Gerakan

Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

Nusantara III Kebun Ambalutu di Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan,

Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah

“Pengaruh Pelindian dan Ketebalan Debu Vulkanik Gunung Sinabung

Terhadap Sifat Tanah Andisol Dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Pada 4 Kali Tanam” dimana skripsi sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

selaku ketua komisi pembimbing dan

Ir. M. M. B. Damanik, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing, serta kepada

semua pihak yang yang telah berperan dalam memberikan masukan dalam

penyelesaian usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, Maret 2015

(8)

DAFTAR ISI

Persyaratan Iklim dan Media Tumbuh Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Iklim ... 7

Aplikasi Debu Vulkanik Dan Pelindian ... 12

Aplikasi Pupuk Dasar, Penanaman dan Pemeliharaan tanaman ... 12

Pemanenan ... 12

Pengamatan Parameter Tanah dan Tanaman Tiap Musim ... 12

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 14

Daya hantar listrik ... 14

Kemasaman tanah ... 17

Berat basah tajuk ... 20

Berat basah akar ... 22

Berat kering tajuk ... 25

Berat kering akar ... 27

N,P,K Tanah ... 29

Pembahasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Nilai rataan daya hantar listrik pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian debu vulkanik dan proses pelindian ... 16 2. Nilai rataan pH pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian debu vulkanik

dan proses pelindian ... 19 3. Nilai rataan berat basah tajuk pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian ... 21 4. Nilai rataan berat basah akar pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian ... 24 5. Nilai rataan berat kering tajuk pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian ... 26 6. Nilai rataan berat kering akar pada penanaman 1 sampai 4 akibat pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian ... 28 7. Nilai rataan N-total tanah pada penanaman 4 akibat pemberian debu vulkanik

dan proses pelindian ... 29 8. Nilai rataan P-total tanah pada penanaman 4 akibat pemberian debu vulkanik

dan proses pelindian ... 30 9. Nilai rataan K-dd pada penanaman 4 akibat pemberian debu vulkanik dan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Percobaan ... 38

2. Peta Pengambilan Sampel Tanah ... 39

3. Peta Pengambilan Sampel Debu Vulkanik ... 40

4. Deskripsi Tanaman Sawi Varietas Tosakan ... 41

5. Hasil Analisis Tanah Andisol ... 42

6. Hasil Analisis Debu Vulkanik Gunung Sinabung... 42

7. Nilai pH tanah setelah Penanaman I ... 43

8. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman I ... 43

9. Nilai DHL tanah setelah penanaman I ... 43

10. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman I ... 43

11. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman I ... 44

12. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman I ... 44

13. Nilai berat basah akar setelah penanaman I ... 44

14. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman I ... 44

15. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman I ... 45

16. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman I ... 45

17. Nilai berat kering akar setelah penanaman I ... 45

18. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman I ... 45

19. Nilai pH tanah setelah penanaman II ... 46

20. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman II ... 46

21. Nilai DHL tanah setelah penanaman II ... 46

22. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman II ... 46

23. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman II ... 47

24. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman II ... 47

25. Nilai berat basah akar setelah penanaman II ... 47

26. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman II ... 47

27. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman II ... 48

28. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman II ... 48

29. Nilai berat kering akar setelah penanaman II ... 48

30. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman II ... 48

31. Nilai pH tanah setelah penanaman III ... 49

32. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman III ... 49

33. Nilai DHL tanah setelah penanaman III ... 49

34. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman III ... 49

35. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman III ... 50

36. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman III ... 50

37. Nilai berat basah akar setelah penanaman III ... 50

38. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman III ... 50

39. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman III ... 51

40. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman III ... 51

41. Nilai berat kering akar setelah penanaman III ... 51

42. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman III ... 51

43. Nilai pH tanah setelah penanaman IV ... 52

44. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman IV ... 52

(12)

46. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman IV ... 52

47. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman IV ... 53

48. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman IV ... 53

49. Nilai berat basah akar setelah penanaman IV ... 53

50. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman IV ... 53

51. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman IV ... 54

52. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman IV ... 54

53. Nilai berat kering akar setelah penanaman IV ... 54

54. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman IV ... 54

55. Nilai N-total tanah setelah penanaman IV ... 55

56. Daftar sidik ragam N-total tanah setelah penanaman IV ... 55

57. Nilai P-total tanah setelah penanaman IV ... 55

58. Daftar sidik ragam P-total tanah setelah penanaman IV ... 55

59. Nilai K-dd tanah setelah penanaman IV ... 56

60. Daftar sidik ragam K-dd tanah setelah penanaman IV ... 56

61. Pertumbuhan tanaman sawi pada penanaman I ... 57

62. Pertumbuhan tanaman sawi pada penanaman II ... 58

63. Pertumbuhan tanaman sawi pada penanaman III ... 59

(13)

ABSTRAK

Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan debu vulkanik menutupi permukaan tanah dengan ketebalan bervariasi, berkisar antara 1- 10 cm. Hal ini menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelindian dan ketebalan debu vulkanik gunung sinabung terhadap sifat tanah andisol dan pertumbuhan tanaman sawi pada 4 kali tanam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor perlakuan ketebalan debu vulkanik yaitu D0 (Kontrol), D1 (989,6 g /10 kg BTKU), D2 (1979,3 g/10 kg BTKU), D3 (2969 g/10 kg BTKU) dan faktor pelindian yaitu L0 (1xKL), L1 (2xKL) dengan 4 ulangan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah ketebalan debu vulkanik secara nyata meningkatkan nilai DHL, N-total tanah, P-total tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai pH tanah. Perlakuan pelindian secara nyata meningkatkan nilai pH tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai DHL dan N-total tanah.

Kata Kunci: Debu vulkanik, Pelindian, Sawi, Andisol

(14)

ABSTRACT

Eruption of Sinabung caused volcanic ash covered the a part of area on Karo high level land with ranging thickness from 1 - 10 cm. This causes influence on soil properties and plant growth.

Research to determine effect of the thickness and leaching of Sinabung volcanic ash on Andisol properties and green mustard in four plants. This study used a factorial randomized block design with treatment of the thickness volcanic ash D0 (without volcanic ash), D1 (989,6 g /10 kg air soil dried), D2(1979,3 g/10 kg air soil dried), D3 (2969 g/10 kg air soil dried) and leaching treatment L0 (without leaching), L1 (leaching with 2xKL) with four replications.

The results showed that the amount or thickness of volcanic ash significantly affect increase the value of EC, N-total, P-total and growth and production green mustard and decrease the value of pH. And leaching treatment significantly affect increase the value of pH and growth and production green mustard and decrease the value of EC and N-total.

(15)

PENDAHULUAN Latar belakang

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di Dataran Tinggi,

Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak gunung Sinabung

adalah 03o10’ LU dan 98o23’ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah

2.460 meter dpl yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini

belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600.

Pada tanggal 27 Agustus 2010 untuk pertama kali nya telah terjadi letusan

Gunung Sinabung yang terdapat di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.

Gunung Sinabung banyak mengeluarkan debu dan asap hitam yang tebal.

Kemudian Gunung tersebut tertidur dan meletus kembali pada tanggal

18 September 2013 , Erupsi yang menghasilkan material berukuran abu (hujan

abu lebat) sampai lapili (berukuran 2-6 cm) yang ancamannya dapat mencapai

radius 6 km dan juga dapat disertai awan panas serta memiliki Fluks SO2

mencapai 4457 ton/hari. Debu yang tebal dibawa oleh angin sampai menutupi

wilayah hingga jarak 10 km.

Debu yang jatuh dan menutupi lahan pertanian memberikan dampak

positif dan negatif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah, secara

tidak langsung, adalah memperkaya dan meremajakan tanah dan selanjutnya

meningkatkan kesuburan tanah sedangkan dampak negatifnya adalah debu

tersebut menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan

tanaman tersebut lambat laun akan mati hingga mengakibatkan penurunan

produksi tanaman. Dampak negatif lainnya adalah kemungkinan terkandungnya

(16)

vulkanik di Fuego, Costa Rica menunjukkan rata-rata kandungan Al, B, Ca, Cd,

Cl, Cu, Fe, Li, dan Pb secara berturut-turut adalah 5,2; 0,088; 400; 0,008; 124;

2.08; 0,044; 0,104 (dalam mg/kg).

Lahan pertanian di wilayah bencana gunung sinabung tidak luput dari

tutupan debu vulkanik. Sekitar 652 ha tanaman pangan di sekitar Gunung

Sinabung rusak, Tanaman buah-buahan seluas 1.927 ha, tanaman hias yang seluas

9 ha seluruhnya terkena gangguan. Tanaman sayur-mayur terganggu hingga

seluas 3.589 ha (Dinas Pertanian, 2014) , Debu yang keluar dari gunung Sinabung

menyebabkan kerugian yang besar bagi petani karo. Debu tersebut menutupi

permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman

lama-kelamaan akan mati. Hal ini didukung oleh pernyataan Kepala Dinas Pertanian

Karo, Agustoni Tarigan mengatakan, erupsi Sinabung pada September dan

Oktober 2013 menyebabkan penurunan hasil pertanian Karo terutama

sayur-mayur hingga 30 persen. Selain itu, lahan pertanian yang terkena debu vulkanik

sulit diusahakan kembali karena tanah yang terkena debu tersebut mengandung

logam-logam berat dan bersifat sangat masam. pH tanahnya berkisar

antara 4,3 - 4,7. Hal inilah yang menyebabkan perlunya dilihat sejauh mana

dampak debu vulkanik mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, serta

sifat tanah dimana tanaman tersebut tumbuh.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelindian dan

ketebalan debu vulkanik gunung sinabung terhadap sifat tanah andisol dan

(17)

Hipotesis Penelitian

Debu vulkanik berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman sawi

dan dengan pencucian (leaching) dan lama periode musim tanam dapat

mengurangi dampak negatif dari debu vulkanik.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan petani daerah Karo khususnya

petani sawi.

- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas

(18)

ABSTRAK

Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan debu vulkanik menutupi permukaan tanah dengan ketebalan bervariasi, berkisar antara 1- 10 cm. Hal ini menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelindian dan ketebalan debu vulkanik gunung sinabung terhadap sifat tanah andisol dan pertumbuhan tanaman sawi pada 4 kali tanam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor perlakuan ketebalan debu vulkanik yaitu D0 (Kontrol), D1 (989,6 g /10 kg BTKU), D2 (1979,3 g/10 kg BTKU), D3 (2969 g/10 kg BTKU) dan faktor pelindian yaitu L0 (1xKL), L1 (2xKL) dengan 4 ulangan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah ketebalan debu vulkanik secara nyata meningkatkan nilai DHL, N-total tanah, P-total tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai pH tanah. Perlakuan pelindian secara nyata meningkatkan nilai pH tanah dan pertumbuhan dan produksi sawi dan menurunkan nilai DHL dan N-total tanah.

Kata Kunci: Debu vulkanik, Pelindian, Sawi, Andisol

(19)

ABSTRACT

Eruption of Sinabung caused volcanic ash covered the a part of area on Karo high level land with ranging thickness from 1 - 10 cm. This causes influence on soil properties and plant growth.

Research to determine effect of the thickness and leaching of Sinabung volcanic ash on Andisol properties and green mustard in four plants. This study used a factorial randomized block design with treatment of the thickness volcanic ash D0 (without volcanic ash), D1 (989,6 g /10 kg air soil dried), D2(1979,3 g/10 kg air soil dried), D3 (2969 g/10 kg air soil dried) and leaching treatment L0 (without leaching), L1 (leaching with 2xKL) with four replications.

The results showed that the amount or thickness of volcanic ash significantly affect increase the value of EC, N-total, P-total and growth and production green mustard and decrease the value of pH. And leaching treatment significantly affect increase the value of pH and growth and production green mustard and decrease the value of EC and N-total.

(20)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan. Analisis debu vulkanik dilakukan di Balai

Pengkajian Tanaman Pertanian (BPTP) Medan dan analisis tanah di Laboratorium

Kimia/Kesuburan Tanah, Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian

USU, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni 2014 sampai dengan

Bulan Januari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah Andisol Tigapanah, Kecamatan

0-20 cm, benih Sawi varietas Tosakan, debu vulkanik Gunung Sinabung, pupuk

urea, SP-36, dan KCL sebagai pupuk dasar, serta bahan-bahan kimia yang

digunakan untuk analisis di laboratorium.

Alat yang digunakan adalah GPS, cangkul untuk pengambilan sampel

tanah, polibag, karung goni, timbangan serta alat-alat yang digunakan untuk

analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan dua faktor perlakuan, yaitu :

Faktor 1: Ketebalan debu vulkanik (D) terdiri dari empat taraf, yaitu:

D0 : Tanpa Debu (Kontrol)

D1 : Ketebalan debu vulkanik setara 3 cm (989,6 g /10 kg BTKU)

D2 : Ketebalan debu vulkanik setara 6 cm (1979,3 g/10 kg BTKU)

(21)

Faktor 2: Pelindian (L) dengan dua taraf, yaitu:

L0 : Tanpa pelindian

L1 : Pelindian dengan volume air sebanyak 2 kali volume air kapasitas

lapang , dilindi setiap 2 hari sekali selama 1 minggu

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu :

D0L0 D1L0 D2L0 D3L0

D0L1 D1L1 D2L1 D3L1

Jumlah kombinasi perlakuan = 8

Jumlah ulangan = 4

Jumlah polibag penelitian = 32

Jumlah tanaman / polibag = 1

Jumlah tanaman seluruhnya = 32 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi pemberian debu

vulkanik pada taraf ke- j dan pupuk pelindian pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian debu vulkanik pada taraf ke- j

βk = Pengaruh pelindian pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi pemberian debu vulkanik pada taraf ke- j dan

(22)

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pemberian

debu vulkanik pada taraf ke- j dan pelindian pada taraf ke-k

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan

uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Tanah dan Debu

Pengambilan tanah diambil dari desa tiga panah kabupaten karo secara

zig-zag pada kedalaman 0-20 cm dan dikompositkan. Kemudian dikering

udarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Sedangkan, pengambilan debu

dilakukan dengan menggunakan kuas pada teras-teras bangunan dan

dikompositkan. Lalu debu dikering udarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisis % KL dan

% KA-nya untuk menentukan jumlah air yang diberikan dan berat tanah yang

dimasukkan ke tiap ember sebanyak 10 kg BTKU. Kemudian analisis awal tanah

seperti pH , DHL, N-Total , P-Total dan K-dd.

Analisis Debu Vulkanik

Debu vulkanik yang telah diayak, kemudian ditimbang untuk mengetahui

berat total debu. Dianalisis bulk density (BD) debu untuk mengetahui

kerapatannya. Sehingga dapat diketahui jumlah debu yang diberikan untuk tiap

polibag. Kemudian analisis kandungan debu vulkanik dilakukan di Laboratorium

(23)

Aplikasi Debu Vulkanik Dan Pelindian

Setelah tanah dimasukkan ke polibag, kemudian dilakukan penyusunan

dan pengacakan berdasarkan RAK Faktorial dan diletakkan di rumah kasa.

Diberikan debu vulkanis di permukaan tanah dan di kompositkan sesuai dengan

perlakuan dan diinkubasi selama 1 minggu bersamaan itu Dilakukan pelindian

tanah sampai kondisi kapasitas lapang dan sebagian perlakuan dilindi

sampai 2x KL.

Aplikasi Pupuk Dasar, Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Setelah tanah diinkubasi kemudian dilakukan pemupukan dasar

menggunakan pupuk urea 3 g/tanaman, pupuk SP-36 1 g/tanaman dan

KCL 1 g/tanaman dengan cara meletakkannya pada lubang yang telah dibuat.

Aplikasi pupuk dilakukan 1 hari sebelum penanaman. Kemudian dilakukan

penanaman benih sawi. Benih sawi yang telah direndam dimasukkan ke polybag.

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman secara rutin serta pembersihan gulma

dilakukan setiap hari agar tidak terjadi persaingan unsur hara dengan

tanaman sawi.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman sawi berumur 40-50 hari setelah

dipindahkan ke polibag.

Pengamatan Parameter Tanah dan Tanaman Tiap Musim

Parameter tanaman yang diamati meliputi bobot basah dan bobot kering

(24)

Analisis Akhir Tanah dan Tanaman pada Musim ke-4

Diambil tanah dekat perakaran secukupnya untuk keperluan analisis.

Parameter yang diukur meliputi analisis tanah dan tanaman.

Analisis tanah meliputi :

1. pH H2O dengan metode elektrometri

2. Daya Hantar Listrik dengan metode conductivitymeter

3. N-Total dengan metode kjeldahl

4. P-Total dengan Ekstraksi HCl 25 %

5. K-dd dengan Ekstraksi NH4OAc 1N pH 7

Analisis tanaman meliputi :

1. Bobot basah batang tanaman sawi (g)

2. Bobot basah akar tanaman sawi (g)

3. Bobot kering batang tanaman sawi (g)

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Daya Hantar Listrik

Hasil sidik ragam pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa Debu Vulkanik

berpengaruh nyata dalam menaikkan Daya Hantar Listrik dan proses pelindian

menurunkan DHL pada penanaman 1 sampai dengan 4 dapat dilihat pada Tabel 1

dan Tabel 2.

Tabel 1. Daya Hantar Listrik Pada Penanaman I dan II dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan daya hantar listrik pada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian berbeda nyata pada semua perlakuan dimana yang

tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 11,80

mmhos/cm dan yang terendah pada D1 (989,6 g debu/10 kg BTKU) yaitu 9,74

mmhos/cm. Pada penanaman II, ketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata satu

dengan yang lain nya, dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g

debu/ 10kg BTKU) yaitu 10,31mmhos/cm dan yang terendah D0 (Tanpa Debu

vulkanik) yaitu 9,14 mmhos/cm.

Berdasarkan Tabel 1 uji beda rataan perlakuan D3L0 berbeda nyata

dengan semua kombinasi perlakuan. namun perlakuan D3L1 dan D0L0 tidak

(26)

D2L1. nilai rataan DHL tertinggi pada Penanaman I terdapat pada perlakuan

D3L0(2969g debu/ 10kg BTKU Dan Tanpa Pelindian) sebesar 10,88 mmhos/cm

dan yang terendah yaitu 9,48 mmhos/cm terdapat pada perlakuan D1L1(989,6g

debu/ 10kg BTKU Dan Pelindian 2x KL) dan pada Penanaman II, perlakuan

D3L0 berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan DHL

tertinggi pada musim Penanaman II terdapat pada perlakuan D3L0(2969g debu/

10kg BTKU Dan Tanpa Pelindian) sebesar 10,65 mmhos/cm dan yang terendah

yaitu 9,03 mmhos/cm terdapat pada perlakuan D0L1 (Tanpa Debu Dan Pelindian

2x KL).

Tabel 2. Daya Hantar Listrik Pada Penanaman III dan IV dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian.

Berdasarkan uji beda rataan pada penanaman III daya hantar listrik pada

pemberian debu vulkanik dan proses pelindian berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg

BTKU) yaitu 12,58 mmhos/cm dan yang terendah pada D2 (1979,3 g debu/10 kg

BTKU) yaitu 9,88 mmhos/cm. Pada penanaman IV ketebalan Debu Vulkanik

berbeda nyata satu dengan yang lain nya dimana yang tertinggi terdapat pada

perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 12,18mmhos/cm dan yang

(27)

Berdasarkan Tabel 2 uji beda rataan perlakuan D3L0 berbeda nyata

dengan semua kombinasi perlakuan namun perlakuan D0L0, D0L1, D1L1 dan

D1L0 tidak berbeda nyata. Nilai rataan DHL tertinggi pada Penanaman III

terdapat pada perlakuan D3L0(2969g debu/ 10kg BTKU Dan Tanpa Pelindian)

sebesar 12,58 mmhos/cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan

D2L1(1979,3g debu/ 10kg BTKU dan Pelindian 2x KL) yaitu 9,88 mmhos/cm

sedangkan pada Penanaman IV perlakuan D3L0 berbeda nyata dengan semua

kombinasi perlakuan, namun pada perlakuan D0LO dengan D2L0 tidak berbeda

nyata.Nilai rataan DHL tertinggi pada musim Penanaman IV terdapat pada

perlakuan D3L0(2969g debu/ 10kg BTKU Dan Tanpa Pelindian) sebesar 12,28

mmhos/cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan D0L1 (Tanpa Debu Dan

Pelindian 2x KL) yaitu 9,48 mmhos/cm

Kemasaman Tanah (pH Tanah)

Hasil sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa Debu Vulkanik

berpengaruh nyata dalam menurunkan pH di dalam tanah yang diberi debu

vulkanik dan Pelindian pada penanaman 1 sampai dengan 4 dapat dilihat pada

Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Rataan pH H2O Pada Penanaman I dan II pada pemberian debu vulkanik

dan proses pelindian.

(28)

Berdasarkan uji beda rataan pada penanaman I daya hantar listrik pada

pemberian debu vulkanik dan proses pelindian berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

5,49 dan yang terendah pada D3 (2969g debu/ 10kg BTKU)yaitu 4,79. Pada

penanaman IIketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata satu dengan yang lain nya,

dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu)yaitu 5,35dan

yang terendahD3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 4,49.

Berdasarkan Tabel 3 uji beda rataan pada penanaman I perlakuan D0L0

berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan pH tertinggi pada

Penanaman I terdapat pada perlakuanD0L0(Tanpa debu dan Tanpa Pelindian)

sebesar 5,62 dan yang terendah pada perlakuan D3L0 (2969g debu/ 10kg BTKU

Dan Tanpa Pelindian ) yaitu 4,52sedangkan pada Penanaman II perlakuan D0L0

berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan pH tertinggi pada

musim Penanaman II terdapat pada perlakuan D0L0(Tanpa Debu Dan Tanpa

Pelindian) sebesar 5,43 dan yang terendah terdapat pada perlakuan D3L0 (2969g

debu/ 10kg BTKU Dan Pelindian 2x KL) yaitu 4,32.

Tabel 4. Rataan pH H2O Pada Penanaman III dan IV pada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan daya hantar listrik pada pemberian debu

(29)

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

5,59 dan yang terendah pada D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 4,94. sedangkan

pada penanaman IVketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata satu dengan yang

lain nya, dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

5,60 dan yang terendahD3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 4,91.

Berdasarkan Tabel 4 uji beda rataan pada penanaman III perlakuan D0L0

berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan.Nilai rataan pH tertinggi pada

perlakuan D0L0 (Tanpa debu Dan Tanpa Pelindian) sebesar 5.65 dan yang

terendah pada perlakuan D3L0 (2969g debu/ 10kg BTKU dan Tanpa Pelindian)

yaitu 4,84 tsedangkan pada Penanaman IV perlakuan D0L0 berbeda nyata dengan

semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan pH tertinggi pada musim Penanaman

IVpada perlakuan D0L0 (Tanpa debu Dan Tanpa Pelindian) sebesar 5.64 dan

yang terendah pada perlakuan D3L0 (2969g debu/ 10kg BTKU dan Tanpa

Pelindian) yaitu 4,82.

Berat Basah Tajuk

Hasil sidik ragam pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa Debu Vulkanik

dan proses pelindian berpengaruh nyata dalam menurunkan berat basah tajuk pada

penanaman I sedangkan pada penanaman II pemberian debu vulkanik dan

pelindian menaikkan berat basah tajuk pada penanaman 1 sampai dengan 4 dapat

(30)

Tabel 5. Berat Basah Tajuk Pada Penanaman I dan II dengan pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian

Debu vulkanik

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat basah tajukpada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman I berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

63,37 gram dan yang terendah pada D2 (1979,3g debu/ 10kg BTKU) yaitu 43,98

sedangkan pada penanaman II ketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata pada

semua perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/

10kg BTKU) yaitu 105,35 gram dan yang terendahD0 (Tanpa debu) yaitu 44,55

gram.

Berdasarkan Tabel 5 uji beda rataan berat basah tajuk pada penanaman 1

perlakuan D0L0 berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan.Nilai rataan

berat basah tajuk tertinggi pada perlakuan D0L0 (Tanpa debu Dan Tanpa

Pelindian) sebesar 72,50 g dan yang terendah pada perlakuan D3L0 (2969g debu/

10kg BTKU dan Tanpa Pelindian) yaitu 33,43 g sedangkan pada Penanaman II

perlakuan D3L1 berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan

(31)

(2969g debu/ 10kg BTKU Dan 2 x KL) sebesar 115,10 g dan yang terendah pada

perlakuan D0L0 (Tanpa debudan Tanpa Pelindian) yaitu 37,08 g.

Tabel 6. Berat Basah Tajuk Pada Penanaman II dan IV dengan pemberian

debu vulkanik dan proses pelindian

Debu vulkanik

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat basah tajukpada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman III berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg

BTKU) yaitu 106,95 gram dan yang terendah pada D0 (Tanpa debu) yaitu

46,35gram sedangkan pada penanaman IVketebalan Debu Vulkanik berbeda

nyata pada semua perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3

(2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 115,89 gram dan yang terendahD0 (Tanpa debu)

yaitu 43,46 gram.

Berdasarkan Tabel 6 uji beda rataan berat basah tajuk pada penanaman III

tidak ada perlakuan yang berinteraksi dengan pemberian debu vulkanik dan proses

pelindian..Nilai rataan berat basah tajuk tertinggi pada perlakuan D3L1 (2969g

debu/ 10kg BTKU Dan 2x pelindian) sebesar 111,35 g dan yang terendah pada

perlakuan D0L1 (Tanpa debu dan 2x pelindian) yaitu 45,38 g sedangkan pada

(32)

perlakuan. Nilai rataan tertinggi berat basah tajuk tertinggi pada musim

Penanaman IVpada perlakuan D3L1 (2969g debu/ 10kg BTKU Dan 2 x KL)

sebesar 124,33 g dan yang terendah pada perlakuan D0L1 (Tanpa debu dan 2x

pelindian) yaitu 37,38 g.

Berat Basah Akar

Hasil sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian berpengaruh nyata dalam menurunkan berat basah

akar pada penanaman I sedangkan pada penanaman II pemberian debu vulkanik

dan pelindian menaikkan berat basah akar pada penanaman 1 sampai dengan 4

dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel7. Berat basah akarpada penanaman Idan II dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat basah akar pada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman I berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

3,03 gram dan yang terendah pada D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 1,08

gram sedangkan pada penanaman II ketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata

(33)

debu/ 10kg BTKU) yaitu 3,95 gram dan yang terendah D0 (Tanpa debu) yaitu

1,89 gram.

Berdasarkan Tabel 7 uji beda rataan berat basah akar pada penanaman 1

perlakuan D0L0 berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan.Nilai rataan

berat basah akar tertinggi pada perlakuan D0L0 (Tanpa debu Dan Tanpa

Pelindian) sebesar 3,08 g dan yang terendah pada perlakuan D3L0 (2969g debu/

10kg BTKU dan Tanpa Pelindian) yaitu 1,03 g sedangkan pada Penanaman II

perlakuan D3L1 berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Nilai rataan

berat basah akar tertinggi pada musim Penanaman IIpada perlakuan D3L1 (2969g

debu/ 10kg BTKU Dan 2 x KL) sebesar 4,18 g dan yang terendah pada perlakuan

D0L0 (Tanpa debudan Tanpa Pelindian) yaitu 1,25 g.

Tabel 8. Berat basah akarpada penanaman IIIdan IV dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat basahakar pada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman III berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg

BTKU) yaitu 6,06 gram dan yang terendah pada D0 (Tanpa debu) yaitu 2,01

gram sedangkan pada penanaman IV ketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata

(34)

debu/ 10kg BTKU) yaitu 6,35 gram dan yang terendahD0 (Tanpa debu) yaitu

1,76 gram.

Berdasarkan Tabel 8 uji beda rataan berat basah akar pada penanaman III

tidak ada perlakuan yang berinteraksi dengan pemberian debu vulkanik dan proses

pelindian..Nilai rataan berat basah akar tertinggi pada perlakuan D3L1 (2969g

debu/ 10kg BTKU Dan 2x pelindian) sebesar 6,53 g dan yang terendah pada

perlakuan D0L0 (Tanpa debu dan Tanpa pelindian) yaitu 1,40 g sedangkan

pada Penanaman IV perlakuan D3L1 berbeda nyata dengan semua kombinasi

perlakuan. Nilai rataan tertinggi berat basah akar tertinggi pada musim

Penanaman IVpada perlakuan D3L1 (2969g debu/ 10kg BTKU Dan 2 x KL)

sebesar 6,35 g dan yang terendah pada perlakuan D0L1 (Tanpa debu dan 2x

pelindian) yaitu 2,40 g.

Berat Kering Tajuk

Hasil sidik ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian berpengaruh nyata dalam menurunkan berat kering

tajuk pada penanaman I sedangkan pada penanaman II pemberian debu vulkanik

dan pelindian menaikkan berat kering tajuk pada penanaman 1 sampai dengan 4

dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

(35)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat kering tajukpada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman I berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

28,74 g dan yang terendah pada D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 8,44gram

sedangkan pada penanaman IIketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata pada

semua perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/

10kg BTKU) yaitu 74,28 gram dan yang terendahD0 (Tanpa debu) yaitu 25,64

gram.

Berdasarkan Tabel 9 uji beda rataan berat kering tajuk pada penanaman I

perlakuan D0L0 (Tanpa debu dan Tanpa pelindian) berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya. Nilai rataan berat kering tajuk tertinggi pada perlakuan D0L0

(Tanapa debu dan Tanpa pelindian) sebesar 33,80 g dan yang terendah pada

perlakuan D3L0(2969g debu/ 10kg BTKU dan Tanpa pelindian) yaitu 6,40 g

sedangkan pada Penanaman II perlakuan D3L1 berbeda nyata dengan semua

kombinasi perlakuan. Nilai rataan tertinggi berat kering tajuk tertinggi pada

musim Penanaman IIpada perlakuan D3L1 (2969g debu/ 10kg BTKU Dan 2 x

KL) sebesar 82,08 g dan yang terendah pada perlakuan D0L1 (Tanpa debu dan 2x

(36)

Tabel 10. Berat kering tajukpada penanaman IIIdan IV dengan pemberian debu

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan uji beda rataan berat kering tajukpada pemberian debu

vulkanik dan proses pelindian pada penanaman I berbeda nyata pada semua

perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu

28,74 g dan yang terendah pada D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 8,44 gram

sedangkan pada penanaman II ketebalan Debu Vulkanik berbeda nyata pada

semua perlakuan dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g debu/

10kg BTKU) yaitu 74,28 gram dan yang terendahD0 (Tanpa debu) yaitu 25,64

gram.

Berdasarkan Tabel 9 uji beda rataan berat kering tajuk pada penanaman I

perlakuan D0L0 (Tanpa debu dan Tanpa pelindian) berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya. Nilai rataan berat kering tajuk tertinggi pada perlakuan D0L0

(Tanapa debu dan Tanpa pelindian) sebesar 33,80 g dan yang terendah pada

perlakuan D3L0 (2969g debu/ 10kg BTKU dan Tanpa pelindian) yaitu 6,40 g

sedangkan pada Penanaman II perlakuan D3L1 berbeda nyata dengan semua

kombinasi perlakuan. Nilai rataan tertinggi berat kering tajuk tertinggi pada

(37)

KL) sebesar 82,08 g dan yang terendah pada perlakuan D0L1 (Tanpa debu dan 2x

pelindian) yaitu 19,66 g.

Berat Kering Akar

Dari Hasil Sidik Ragam (Lampiran 8 Dan 14) Diketahui Bahwa Debu

Vulkanik Berpengaruh Nyata Dalam Menurunkan Berat Kering akar Pada

Penanaman I Dan Pada Penanaman II Justru Debu Vulkanik Berpengaruh Nyata

Dalam Menaikkan Berat Kering akar.

Tabel 11. Nilai Rataan Berat Kering Akar Pada Penanaman I dan II

Debu vulkanik

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Berdasarkan Tabel 6 Pada Penanaman I Dan II Perlakuan Pelindian tidak

Berpengaruh Nyata terhadap Berat Kering akar

Berdasarkan Tabel 6 pada Penanaman I, Pengaruh ketebalan Debu

(38)

tertinggi terdapat pada perlakuan D0 (Tanpa debu) yaitu sebesar 1,01 g dan yang

terendah yaitu sebesar 0,12 g pada perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg BTKU). Dan

juga pada Penanaman II, Pengaruh ketebalan debu vulkanik berbeda nyata satu

dengan yang lain nya, dimana yang tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969g

debu/ 10kg BTKU) yaitu sebesar 1,48 g dan yang terendah yaitu sebesar 0,79 g

pada perlakuan D0 (Tanpa debu).

Berdasarkan Tabel 6, perlakuan D0L0 berbeda nyata dengan semua

kombinasi perlakuan. nilai rataan berat kering akar tertinggi pada Penanaman I

terdapat pada perlakuan D0L0 (Tanpa debu dan tanpa pelindian) sebesar 1,04 g

dan yang terendah yaitu 0,07 g terdapat pada perlakuan D3L0 (2969g debu/ 10kg

BTKU dan Tanpa Pelindian) . dan juga pada penanaman II, perlakuan D3LI

berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan,.nilai rataan Berat kering akar

tertinggi pada Penanaman II terdapat pada perlakuan D3L1(2969g debu/ 10kg

BTKU dan Pelindian sebanyak 2X KL) sebesar 1,59 g dan yang terendah yaitu

0,16 g terdapat pada perlakuan D0L0 (Tanpa debu dan tanpa pelindian)

N-total

Hasil sidik ragam pada Lampiran 56 menunjukkan bahwa pemberian

Debu vulkanik berpengaruh nyata dalam menaikkan N-total tanah dan proses

(39)

Tabel 13. Nilai rataan N-Total tanah dengan pemberian debu vulkanik dan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 13 dapat dilihat nilai rataan N-total tanah akibat pemberian

debu vulkanik tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969 g) yakni sebesar 0,38

% dan N-total tanah terendah pada perlakuan D0 (tanpa debu) yakni sebesar

0,32 %.

Dari Tabel 13 dapat dilihat juga nilai rataan N-total tanah akibat proses

Pelindian tertinggi pada perlakuan L0 (tanpa pelindian) yakni sebesar 0,36 % dan

N-total terendah pada perlakuan L1 (pelindian sebanyak 2xKL) yakni

sebesar 0,33 %.

P-Total

Hasil sidik ragam pada Lampiran 58 menunjukkan bahwa pemberian

Debu vulkanik berpengaruh nyata dalam menaikkan P-total tanah dan proses

(40)

Tabel 8. Nilai rataan P-Total tanah dengan pemberian Debu Vulkanik dan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 8 dapat dilihat nilai rataan P-total tanah akibat pemberian

Debu Vulkanik tertinggi terdapat pada perlakuan D3 (2969 g) yakni sebesar 0,29

% dan P-total tanah terendah pada perlakuan D0 (tanpa debu) yakni

sebesar 0,25 %.

K-dd

Hasil sidik ragam pada Lampiran 60 menunjukkan bahwa pemberian

Debu vulkanik dan proses Pelindian tidak berpengaruh nyata dalam menaikkan

K-dd tanah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai rataan K-dd tanah dengan pemberian debu vulkanik dan pelindian.

Debu vulkanik

(41)

Pembahasan pH tanah

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik

secara nyata menurunkan pH tanah dari penanaman 1 sampai dengan penanaman

4 dan dengan proses pelindian sedikit meningkatkan pH tanah akibat tercucinya

sebahagian senyawa penyumbang kemasaman seperti sulfur dan asam-asam

organik. Hasil analisis (Lampiran 6) diketahui bahwa pH awal debu sebesar 4,3

(kriteria sangat masam). Artinya, ada indikasi bahwa hal ini akan mempengaruhi

nilai pH tanah tersebut dimana terjadi penurunan ph bila dibandingkan dengan

analisis awal tanah yakni sebesar 5,65.

Penurunan nilai pH tanah sejalan dengan meningkatnya pemberian debu

vulkanik. Dari hasil analisis awal debu (Lampiran 6), diketahui bahwa debu

vulkanik mengandung sulfur 0,70 % sehingga dapat menyebabkan pH tanah

menjadi lebih asam (pH turun).

Daya hantar listrik (DHL)

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik

secara nyata menaikkan daya hantar listrik tanah dari penanaman 1 sampai dengan

penanaman 4 dan pelindian sedikit menurunkan daya hantar listrik tanah

.Walaupun masih dalam kisaran yang tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,

penurunan nilai DHL tanah akibat pelindian akan menurunkan tekanan osmotik

larutan tanah dan tegangan ion (ionic stength) sehingga meningkatkan laju

serapan hara. Tanah dengan kadar garam yang tinggi akan menyebabkan

tingginya tekanan osmotik larutan tanah dan rendahnya potensial air sehingga

dapat menurunkan kemampuan akar dalam menyerap hara dan juga kemungkinan

(42)

Pertumbuhan tanaman (berat basah dan berat kering tanaman)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Semakin rendahnya pH ternyata

menurunkan tingkat pertumbuhan tanaman sawi baik dalam kondisi segar maupun

kering oven. Secara tidak langsung rendahnya pH menyebabkan berkurangnya

ketersediaan hara terutama hara makro dalam larutan tanah sedangkan pengaruh

secara langsung diperkirakan karena proses fisiologis kurang optimal antara lain

karena tanaman sawi membutuhkan kondisi tanah yang netral (pH 6-7)

Pada penanaman 1 pertumbuhan tanaman sawi yang diberi perlakuan debu

vulkanik sangat buruk. Ini dikarenakan pada awal penanaman debu vulkanik

masih memberi dampak yang buruk untuk pertumbuhan tanaman sawi akan tetapi

mulai dari rentan waktu penanaman sawi yang ke 2- 4 pertumbuhan tanaman sawi

yang diberi perlakuan debu vulkanik justru tanaman nya lebih baik. Kondisi ini

memberikan waktu untuk terjadinya reaksi-reaksi seperti pelarutan dan pertukaran

dari senyawa yang terdapat dalam debu vulkan dengan sistem koloid tanah

membentuk reaksi setimbang antara larutan tanah dan ion terjerap pada

permukaan koloid yang selanjutnya meningkatkan suplai hara ke tanaman.

Sedangkan tanaman pada perlakuan kontrol tanaman diperkirakan telah

mengalami kekurangan suplai hara yang berasal dari cadangan hara dalam tanah

dan pupuk dasar yang diberikan pada pertanaman 1. Walaupun masih dalam

kisaran yang tidak mengganggu pertumbuhan tanaman, penurunan nilai DHL

tanah akibat pelindian akan menurunkan tekanan osmotik larutan tanah dan

tegangan ion (ionic stength) sehingga meningkatkan laju serapan hara. Tanah

dengan kadar garam yang tinggi akan menyebabkan tingginya tekanan osmotik

(43)

kemampuan akar dalam menyerap hara dan juga kemungkinan adanya ion yang

bersifat meracun

N-Total

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian debu vulkanik secara

nyata meningkatkan N-total tanah, dimana N-total tertinggi terdapat pada

perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 0,38 % dan terendah pada D0

(Tanpa debu) yaitu 0,32%. Ini dikarenakan debu vulkanik yang mengandung

0,07% hara Nitrogen (Lampiran 6) mampu menyumbang dan menambah hara

Nitrogen pada tanah Andisol.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa perlakuan pelindian secara

nyata menurunkan kandungan hara Nitrogen pada Andisol dimana N-Total

tertinggi terdapat pada perlakuan L0 (1xKL) yaitu 0,36% dan terendah pada

perlakuan L1 (2xKL) yaitu 0,33%. Ini dikarenakan sifat unsur nitrogen yang

mudah tercuci dan memiliki mobilitas yang tinggi sehingga dengan pemberian air

melebihi kapasitas lapang mampu mencuci unsur nitrogen dalam tanah. Hal ini

sesuai dengan pernyataan (Damanik, dkk., 2011). Bahwa senyawa nitrogen

anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase , tercuci, dan

menguap ke atmosfir.

P-Total

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian debu vulkanik secara

nyata meningkatkan P-total tanah, dimana P-total tanah tertinggi terdapat pada

perlakuan D3 (2969g debu/ 10kg BTKU) yaitu 0,29% dan terendah pada perlukan

(44)

debu vulkanik yang mengandung unsur fospor sebesar 0,24% (Lampiran 4)

sehingga mampu menambah kandungan hara fospor pada Andisol.

Andisol memiliki kandungan hara fospor yang cukup tinggi namun karena

adanya mineral amorf sehingga terjadi retensi fospor yang tinggi pada Andisol.

Debu vulkanik mengandung 22,50% SiO2 (Lampiran 4), dimana silika dapat

memutus atau mengurangi retensi fospor pada Andisol sehingga kandungan unsur

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian debu vulkanik berpengaruh nyata meningkatkan DHL,Berat Basah

dan Kering Tanaman, N-Total dan P-Total Tanah dan berpengaruh nyata

menurunkan pH

2. Pelindian berpengaruh nyata meningkatkan pH , Berat Basah dan Kering

Tanaman dan berpengaruh nyata menurunkan DHL, N-total dan P-total tanah

3. Pertumbuhan tanaman terbaik terdapat pada perlakuan D0L0 pada

penanaman 1 dan pada penanaman 2-4 yang terbaik pada perlakuan D3L1

Saran

Perlu penelitian lanjut pengaruh debu vulkanik terhadap status hara esensial

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andhika, M. M. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Fisika Dan Kandungan Logam Berat Pada Tanah Inceptisol. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Andreita, R. R. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Inceptisol. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Dinas Pertanian, 2014. Program Pemulihan Produktivitas Pertanian. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo. Kabanjahe.

Haryanto, W. T. Suhartini dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lubis, A. H. 2011. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung terhadap Ketersediaan dan Serapan Hara P oleh Tanaman Jagung Serta terhadap Respirasi Mikroorganisme pada Tanah Dystrandepts. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lubis, A.M.; G. Amrah.; G.B. Hong.; M.Y. Nya’pa dan M.Pulung.1085. Ilmu Kesuburan Tanah.Jurusan Tanah FP UISU Medan.

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants.Academic Press. Toronto.

Mukhlis. 2011. Tanah Andisol. Genesis, Klasifikasi, Karateristik, Penyebaran dan Analisis. USU Press. Medan.

Nurshanti, D. F. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca juncea L) dengan Tiga Varietas Berbeda. J. Agronobis 4(2).

Pusat Penelitian Pengembangan Tananh dan Agroklimat, 2005. Teknologi Pengolahan Lahan Kering. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Sihotang, E. P. 2009. Karakteristik Kimia Tanah Andisol Pada Kemiringan Lereng Berbeda Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sinuhaji, N. F. 2011. Analisis Logam Berat dan Unsur Hara DebuVulkanik Gunung SinabungKabupaten Karo - Sumatera Utara. Skripsi. USU.

(47)

Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional V SDM Teknologi, Yogyakarta, 5 November 2009.

Suhartini, T. 2002. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta

(48)

Lampiran 1. Bagan Percobaan

I II III IV

D1LO D1L1 D2L1 D3L0

D3L1 D3L0 D3L1 D0L0

D2L0 D0L1 D0L0 D2L0

D3LO D0L0 D1L0 D1L0

D0L0 D2L0 D3L0 D0L1

D2L1 D3L1 D0L0 D3L1

D0L1 D1L0 D2L0 D1L1

(49)

Lampiran 2. Peta Pengambilan Sampel Tanah

(50)

Lampiran 4. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan

Nama lain : Caisim (Bangkok)

Umur tanaman : 30 hari

Bentuk tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas

Tangkai bunga : Panjang dan langsing

Warna tangkai bunga : Hijau tua

Bentuk daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata

Warna daun : Hijau

Potensi produksi : 150-200 g/tanaman

Sumber : PT. East West Seed Indonesia, Purwokerto

(51)

Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Andisol

No Parameter Hasil Analisis Kriteria *)

1. pH (H2O) 5,51 Masam

2. DHL (mmho/cm) 10,20

3. N-Total (%) 0,26

4. P-Total (mg/100g) 412,61

5. K-Total (mg/100g) 92,90

*) Penilaian kriteria sifat tanah berdasarkan kriteria BPP Medan.

Sumber : Laboratorium Riset dan Teknologi dan Laboratorium Fisika Tanah FP USU

Lampiran 6. Hasil Analisis Debu Vulkanik Gunung Sinabung

No Parameter Hasil Analisis

1. pH (H2O) 4,75

Td = Tidak terdeteksi (0,02 ppm)

(52)

Lampiran 7. Nilai pH tanah setelah penanaman I

Lampiran 8. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman I

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 9. Nilai DHL tanah setelah penanaman I

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 10. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman I

(53)

Lampiran 11. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman I

Lampiran 12. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman I

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 13. Nilai berat basah akar setelah penanaman I

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 14. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman I

(54)

Lampiran 15. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman I

Lampiran 16. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman I

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 17. Nilai berat kering akar setelah penanaman I

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 18. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman I

(55)

Lampiran 19. Nilai pH tanah setelah penanaman II

Lampiran 20. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman II Lampiran 20.

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 21. Nilai DHL tanah setelah penanaman II

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 22. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman II

(56)

Lampiran 23. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman II

Lampiran 24. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman II

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 25. Nilai berat basah akar setelah penanaman II

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 26. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman II

(57)

Lampiran 27. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman II

Lampiran 28. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman II

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 29. Nilai berat kering akar setelah penanaman II

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 30. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman II

(58)

Lampiran 31. Nilai pH tanah setelah penanaman III

Lampiran 32. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman III

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 33. Nilai DHL tanah setelah penanaman III

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 34. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman III

(59)

Lampiran 35. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman III

Lampiran 36. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman III

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 37. Nilai berat basah akar setelah penanaman III

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 38. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman III

(60)

Lampiran 39. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman III

Lampiran 40. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman III

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 41. Nilai berat kering akar setelah penanaman III

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 42. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman III

(61)

Lampiran 43. Nilai pH tanah setelah penanaman IV

Lampiran 44. Daftar sidik ragam pH tanah setelah penanaman IV

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 45. Nilai DHL tanah setelah penanaman IV

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 46. Daftar sidik ragam DHL tanah setelah penanaman IV

(62)

Lampiran 47. Nilai berat basah tajuk setelah penanaman IV

Lampiran 48. Daftar sidik ragam berat basah tajuk setelah penanaman IV

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 49. Nilai berat basah akar setelah penanaman IV

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 50. Daftar sidik ragam berat basah akar setelah penanaman IV

(63)

Lampiran 51. Nilai berat kering tajuk setelah penanaman IV

Lampiran 52. Daftar sidik ragam berat kering tajuk setelah penanaman IV

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 53. Nilai berat kering akar setelah penanaman IV

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 54. Daftar sidik ragam berat kering akar setelah penanaman IV

(64)

Lampiran 55. Nilai N-total tanah setelah penanaman IV

Lampiran 56. Daftar sidik ragam N-total tanah setelah penanaman IV

SK DB JK KT Fh F0.05

Lampiran 57. Nilai P-total tanah setelah penanaman IV

Perlakuan I II III IV Total Rataan

Lampiran 58. Daftar sidik ragam P-total tanah setelah penanaman IV

(65)

Lampiran 59. Nilai K-dd tanah setelah penanaman IV

Perlakuan I II III IV Total Rataan

D0 L0 3,58 0,85 2,88 0,88 8,19 2,05

L1 2,18 0,75 2,05 1,00 5,98 1,50

D1 L0 0,71 2,35 2,04 0,97 6,07 1,52

L1 0,82 1,00 2,12 1,98 5,92 1,48

D2 L0 3,38 2,70 2,44 0,84 9,36 2,34

L1 2,45 0,96 0,76 1,06 5,23 1,31

D3 L0 0,68 0,99 2,33 3,26 7,26 1,82

L1 0,93 0,92 2,99 0,86 5,70 1,43

Total 14,73 10,52 17,61 10,85 53,71 1,68

Lampiran 60. Daftar sidik ragam K-dd tanah setelah penanaman IV

SK DB JK KT Fh F0.05

ULANGAN 3 4,29 1,43 1,56 3,07 tn

PERLAKUAN 7 3,57 0,51 0,56 2,49 tn

D 3 0,52 0,17 0,19 3,07 tn

L 1 2,03 2,03 2,21 4,32 tn

D.L 3 1,02 0,34 0,37 3,07 tn

GALAT 21 19,22 0,92

TOTAL 31 27,0814

(66)
(67)
(68)
(69)

Gambar

Tabel 2. Daya Hantar Listrik  Pada Penanaman III dan IV dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian
Tabel 3.  Rataan pH H2O Pada Penanaman I dan II pada pemberian debu vulkanik dan proses pelindian
Tabel 4.  Rataan pH H2O Pada Penanaman III dan IV  pada pemberian debu vulkanik dan proses pelindian
Tabel  8.  Berat basah akarpada penanaman IIIdan IV dengan pemberian debu vulkanik dan proses pelindian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh para siswa. Setiap siswa mengharapkan agar hasil belajarnya mencapai hasil yang

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan banyak menyebutkan bahwa pengkonsumsian aspartam menyebabkan toksik pada beberapa jaringan dan organ seluler,

Pada baterai, karbon aktif digunakan sebagai bahan anoda baterai litium dimana kemampuan sebagai karbon aktif dalam menyerap energi sangat baik karena memiliki luas

Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunar-r berperspektif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

erbandingan lulusan yang jauh lebih banyak dibanding peluang kebutuhan tenaga kerja P menyebabkan lulusan bidang keahlian Bisnis dan Manajemen banyak yang menganggur atau bekerja

Mata kuliah ini akan membahas tentang penelitian kuantitatif dan kualitatif, pengertian penelitian hokum, macam-macam penelitian hokum, latarbelakang masalah,

Data hasil penilaian terhadap penggunaan produk pengembangan modul pembelajaran matematika terhadap tes kelas yang yang digunakan sebagai penelitian dengan kelas