• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Varietas Nonhibrida dan Hibrida Terhadap Pemberian Bokashi dan Pupuk K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Varietas Nonhibrida dan Hibrida Terhadap Pemberian Bokashi dan Pupuk K"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS NONHIBRIDA DAN HIBRIDA TERHADAP

PEMBERIAN BOKASHI DAN PUPUK KALIUM

SKRIPSI OLEH

REZA ZULFAHMI 080307031

PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS NONHIBRIDA DAN HIBRIDA TERHADAP

PEMBERIAN BOKASHI DAN PUPUK KALIUM

SKRIPSI OLEH

REZA ZULFAHMI 080307031

PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Varietas Nonhibrida dan Hibrida Terhadap Pemberian Bokashi dan Pupuk K

Nama : Reza Zulfahmi

NIM : 080307031

Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Di Setujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Mbue Kata Bangun, MS) (Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS) Ketua Anggota

NIP. 1951 0910 1979 03 1 001 NIP. 1958 1017 1984 03 2 001

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina, M.Sc., Ph.D) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

NIP. 1964 0620 1998 03 2 001

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

ABSTRACT

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas nonhibrida dan hibrida terhadap pemberian bokashi dan pupuk kalium. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Palawija, Tanjung Selamat, Deli Serdang, Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl mulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan perlakuan; varietas nonhibrida (Bisma) dan varietas hibrida (SHS-4), bokashi dengan taraf 0 g dan 180 g, pupuk K dengan taraf 0 g/tan, 1,8 g/tan, dan 3,6 g/tan, perlakuan yang dicoba diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bokashi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji, dan produksi pipilan kering, kalium berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2-6 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji, dan produksi pipilan kering. Interaksi antara varietas dan bokashi berbeda nyata terhadap berat 100 biji, interaksi antara varietas dan kalium berbeda nyata terhadap berat 100 biji, interaksi bokashi dan kalium berbeda nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Dosis kalium maksimum dicapai pada 1,8 -2,05 g/tan untuk varietas hibrida (SHS-4) dan 1,9-2,05 g/tan untuk varietas nonhibrida (Bisma), hal itu disebabkan pada dosis tersebut berat 100 biji dan produksi pipilan kering mencapai nilai tertinggi.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Reza Zulfahmi dilahirkan di Medan pada 16 Januari 1991 dari pasangan Rosida dan Zulkifli. Penulis merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.

Menamatkan pendidikan di SDN 3 Sukabumi Bandar Lampung tahun 2002, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun 2005, SMA Negeri 12 Bandar Lampung tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan pada Fakultas Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman tahun 2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Nonhibrida dan Hibrida Terhadap Pemberian Bokashi dan Pupuk K.

Terimakasih kepada penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak meberikan saran dan bimbingan. Ucapkan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Zulkifli dan Ibunda Rosida atas kasih sayang, dukungan dan do’anya

dan juga kepada Abangda Rifki Zulfadli atas segala do’a dan dukungannya. Terima kasih juga kepada teman-teman saya mahasiswa Agronomi dan Pemuliaan Tanaman angkatan 2008 atas segala bantuan dan dukungan selama menjalani perkuliahan di kampus.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Medan, Oktober 2012

(8)

DAFTAR ISI

Pengaplikasian Bokhasi dan KCL ... 15

(9)

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Daun (helai) ... 17

Umur Berbunga Jantan (hari) ... 17

Umur Berbunga Betina (hari) ... 17

Umur Panen (hari)... 17

Panjang Tongkol (cm) ... 17

Diameter Tongkol (cm) ... 18

Bobot 100 Biji Kering Per Sampel (gram) ... 18

Produksi Pipilan Kering Per Sampel (gram) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Hasil ... 19

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN ... 37

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 grafik hubungan antara varietas dan pupuk K terhadap

berat 100 biji ... 29 2. Gambar 2 grafik hubungan antara pupuk K dan bokashi terhadap produksi

(11)

DAFTAR TABEL

1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi, dan kalium.... 19

2. Rataan jumlah daun 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi, dan kalium ... 20

3. Rataan umur keluar bunga jantan (hari) ... 21

4. Rataan umur keluar bunga betina (hari) ... 22

5. Rataan umur panen (hari) ... 23

6. Rataan panjang tongkol dari varietas, bokashi, dan kalium ... 24

7. Rataan panjang tongkol dari interaksi antara bokashi dan kalium ... 24

8. Rataan diameter tongkol dari varietas, bokashi, dan kalium ... 25

9. Rataan diameter tongkol dari interaksi antara bokashi dan kalium ... 26

10. Rataan berat 100 biji dari varietas, bokashi, dan kalium ... 27

11. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan bokashi ... 27

12. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan kalium ... 28

13. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara bokashi dan kalium ... 29

14. Rataan produksi pipilan kering dari interaksi antara bokashi dan kalium ... 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan percobaan ... 37

2. Bagan plot ... 38

3. Bagan kegiatan ... 39

4. Deskripsi jagung varietas Bisma ... 40

5. Deskripsi jagung varietas SHS-4... 41

6. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 42

7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 42

8. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 43

9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 43

10. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 44

11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 44

12. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 45

13. Daftar sidik tagam tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 45

14. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 46

15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 46

16. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 47

17. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 47

18. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ... 48

19. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST (cm) ... 48

20. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai)... 49

21. Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST (helai) ... 49

(13)

23. Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST (helai) ... 50

24. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai)... 51

25. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST (helai) ... 51

26. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai)... 52

27. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST (helai) ... 52

28. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai)... 53

29. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST (helai) ... 53

30. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai)... 54

31. Daftar sidik ragam jumlah daun 7 MST (helai) ... 54

32. Data pengamatan jumlah daun 8 MST (helai)... 55

33. Daftar sidik ragam jumlah daun 8 MST (helai) ... 55

34. Data pengamatan umur keluar bunga jantan (hari) ... 56

35. Daftar sidik ragam umur keluar bunga jantan (hari) ... 56

36. Data pengamatan umur keluar bunga betina (hari) ... 57

37. Daftar sidik ragam umur keluar bunga betina (hari) ... 57

38. Data pengamatan umur panen (hari) ... 58

39. Daftar sidik ragam umur panen (hari)... 58

40. Data pengamatan panjang tongkol (cm) ... 59

41. Daftar sidik ragam panjang tongkol (cm) ... 59

42. Data pengamatan diameter tongkol (cm)... 60

43. Daftar sidik ragam diameter tongkol (cm) ... 60

44. Data pengamatan berat 100 biji (gram) ... 61

45. Daftar sidik ragam berat 100 biji (gram) ... 61

(14)

47. Daftar sidik ragam produksi pipilan kering per sampel (gram) ... 62 48. Gambar tongkol jagung varietas nonhibrida (Bisma) ... 63 49. Gambar tongkol jagung varietas hibrida (SHS-4)... 64

(15)

ABSTRACT

(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas nonhibrida dan hibrida terhadap pemberian bokashi dan pupuk kalium. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Palawija, Tanjung Selamat, Deli Serdang, Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl mulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2012. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan perlakuan; varietas nonhibrida (Bisma) dan varietas hibrida (SHS-4), bokashi dengan taraf 0 g dan 180 g, pupuk K dengan taraf 0 g/tan, 1,8 g/tan, dan 3,6 g/tan, perlakuan yang dicoba diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bokashi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji, dan produksi pipilan kering, kalium berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2-6 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji, dan produksi pipilan kering. Interaksi antara varietas dan bokashi berbeda nyata terhadap berat 100 biji, interaksi antara varietas dan kalium berbeda nyata terhadap berat 100 biji, interaksi bokashi dan kalium berbeda nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Dosis kalium maksimum dicapai pada 1,8 -2,05 g/tan untuk varietas hibrida (SHS-4) dan 1,9-2,05 g/tan untuk varietas nonhibrida (Bisma), hal itu disebabkan pada dosis tersebut berat 100 biji dan produksi pipilan kering mencapai nilai tertinggi.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia dari waktu ke waktu mengalami peningkatan dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat. Sebagai konsekuensi logis dari keadaan tersebut adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan. Kondisi tersebut memberikan indikasi bahwa perlu pemikiran yang serius dari berbagai pihak terutama pemerintah untuk mengantisipasi permasalahan yang ada, agar kebutuhan pangan khususnya karbohidrat tetap tercukupi. Jagung merupakan bahan pangan karbohidrat yang dapat membantu pencapaian dan pelestarian swasembada pangan.

Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton per tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu hingga 1 juta ton per tahun. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan atau industri pakan 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya.

Produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul seperti varietas hibrida atau varietas bersari bebas. Jagung hibrida memiliki keunggulan yang lebih bila dibandingkan dengan varietas bersari bebas seperti jumlah produksi biji yang lebih tinggi dan seragam. Namun harga varietas hibrida jauh lebih mahal daripada benih bersari bebas, dan hasil produksi tidak dapat dijadikan sebagai benih untuk penanaman kembali.

(18)

hara makro bagi tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. Tidak seperti halnya N, P, S, dan hara lainnya, kalium bukanlah bagian integral dari protoplasma, pati, atau selulosa tanaman, tetapi merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman. Dalam proses ini kalium berperan antara lain: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N dan sintesis protein. Apabila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman akan terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan K (Sofyan, dkk, 2005).

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi

atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4

(Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah

dapat digunakan untuk membuat pupuk organik (kompos) dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional

Terdapat perbedaan respon pemupukan antara varietas hibrida dan nonhibrida, dalam Siagian (2005) disebutkan disamping produksi yang meningkat, varietas hibrida juga memiliki sifat menguntungkan lainnya seperti waktu panen yang lebih cepat, lebih seragam dan lebih responsif terhadap pupuk.

(19)

kering. Sebaliknya, pemanfaatan pupuk anorganik sesuai anjuran tanpa dipupuk kandang tidak memberikan hasil optimal pada jagung varietas arjuna.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.) varietas hibrida dan non hibrida terhadap pupuk K dan pemberian bokashi.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas nonhibrida dan hibrida terhadap pemberian bokashi dan pupuk K.

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung varietas nonhibrida dan hibrida.

2. Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap pemberian bokashi.

3. Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap pupuk K dengan dosis yang berbeda

4. Ada interaksi antara pemberian bokashi dengan pupuk K pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung

Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Secara intensifikasi dengan pembukaan dan perluasan lahan memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar, sehingga dengan pengelolaan lahan yang telah ada secara intesif merupakan pilihan kebanyakan petani. Menurut Hosen (2009), bahwa peningkatan produksi melalui penambahan luas lahan tidak memungkinkan karena pemilikannya terbatas dan peluang peningkatan produksi dapat dilakukan melalui perbaikan penggunaan benih (varietas), pemupukan yang tepat dan penggunaan tenaga kerja.

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Luas areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha/tahun, 80% di antaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung bersari bebas (komposit) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal (Pingali, 2001). Data Nugraha, dkk. (2002), menunjukkan, luas areal tanam jagung varietas unggul telah mencapai 75% (48% bersari bebas, 27% hibrida). Dari data tersebut nampak bahwa sebagian petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas yang lebih murah daripada benih jagung hibrida, atau karena benih hibrida sukar diperoleh, terutama di daerah terpencil.

(21)

pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930. Kini benih jagung hibrida telah ditanam di sebagian besar areal jagung di dunia (Takdir, dkk, 2008).

Varietas jagung sintetik adalah jenis varietas bersari bebas atau komposit yang dibentuk dari hasil silang dari sejumlah tetua galur (inbrida) murni. Galur-galur murni dihasilkan dari kegiatan silang sendiri (selfing) beberapa generasi dari program perbaikan populasi atau program jagung hibrida. Kegiatan pemuliaan untuk membentuk varietas sintetik terdiri dari atas beberapa tahap.

Setiap tahap melibatkan kegiatan evaluasi yang menghasilkan bahan terpilih (Yasin dan Kasim, 2005).

Varietas hibrida dapat dibentuk dengan berbagai macam kombinasi persilangan galur murni. Kombinasi tersebut adalah: Single Cross, Double Cross, Three Way Cross, Top Cross, Modified Single Cross dan lain-lain. Single Cross (SC) adalah hibrida yang berasal dari persilangan dua galur murni. Double Cross (DC) adalah hibrida yang berasal dari persilangan antara dua Single Cross. Sedangkan Three Way Cross adalah hibrida yang berasal dari persilangan antara Single Cross dan suatu galur murni yang lain. Top Cross adalah hibrida yang berasal dari persilangan antara galur murni dengan suatu varietas atau populasi. Modified Single Cross adalah hibrida yang berasal dari persilangan antara Single

Cross (yang berasal dari 2 galur yang satu keturunan) dengan galur lain (Mejaya, dkk, 2005).

(22)

famili untuk pembentukan varietas baru. Ketiga fase ini sama pentingnya. Populasi dasar yang dapat digunakan untuk pembentukan varietas baru antara lain varietas bersari bebas yang sudah ada, varietas sintetik, varietas komposit, F1 atau generasi lanjut persilangan antara dua varietas, dan hibrida silang puncak (top cross dan double topcross). Pembentukan varietas bersari-bebas dapat dilakukan dengan seleksi masa, seleksi barisan satu tongkol (ear-to-row), seleksi saudara-kandung (full-sib), seleksi S1 dan seleksi S2 (Mejaya, dkk, 2008).

Penanaman jagung varietas hibrida yang terbaik akan memberikan hasil lebih tinggi dari pada jagung bersari bebas. Hasil rata-rata yang tinggi di beberapa negara Eropa dan Amerika adalah karena digunakannya varietas hibrida. Namun terdapat beberapa kelemahan dari penggunaan varietas jagung hibrida, karena dasar berikut: Untuk mendapatkan hasil yang maksimum, varietas hibrida memerlukan pemupukan yang tinggi dan lingkungan tumbuh yang lebih baik, setiap musim pertanaman, petani harus membeli benih baru (F1) yang harganya relatif mahal. produksi benihnya sukar dan mahal. Sedangkan keuntungan pemakaian varietas bersari bebas adalah benihnya tidak mahal dan dapat dipoduksi oleh petani, kendati hasil produksinya lebih rendah dibandingkan varietas hibrida (Mejaya, dkk, 2005).

(23)

dosis anjuran. Lebih lanjut penelitian Permadi, dkk (2005) mengatakan pemupukan pupuk NPK pada Pioner-12 mendapatkan hasil jagung pipil kering lebih tinggi yaitu 7,69 ton/ha bila dibandingkan dengan Bisma yaitu sebesar 7.07 ton/ha. Pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol di Bumi Asih sampai takaran 10 ton/ha dapat meningkatkan hasil jagung dari 0,76 ton menjadi 3,47 ton pipilan kering/ha (Supriyono, dkk, 2006).

Bokashi

Bokashi adalah kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4),

bokashi merupakan singkatan dari bahan organik kaya akan sumber hidup (www.deptan.go.id, 2007).

Menurut Susanto (2006), pemberian pupuk organik, selain dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman, juga akan memperbaiki drainase tanah. Meningkatnya kapasitas infiltrasi akan menyebabkan aliran permukaan (run off) dan erosi menjadi berkurang.

(24)

dipupuk dengan bokashi sebanyak 7500 kg/ha memperlihatkan pertumbuhan yang sangat baik, sehingga diperkirakan produksinya juga lebih besar. Siburian (2006) juga mengatakan bahwa pemupukan dengan pupuk bokashi akan memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung karena bokashi kaya akan bahan organik dan mikroorganisme yang menguntungkan.

Menurut Armando (2009), bahan organik bokashi mengandung bakteri fotosintesis dan bakteri pengikat nitrogen yaitu Azetobacter yang berasal dari EM4 yang dapat meningkatkan kandungan nitrogen didalam tanah yang dapat

diserap oleh akar tanaman dan dapat meningkatkan kandungan nitrogen di dalam tanaman

Dalam penelitian Sedjati (2006), dikemukakan bahwa pemberian bokashi jerami padi dan pupuk P berpengaruh meningkatkan bobot polong kacang tanah 4,1 ton/ha yang ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan bokashi 7,5 ton/ha dan pupuk P 72 kg/ha.

Kalium

(25)

ditambah lagi pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Damanik, dkk, 2010).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemupukan kalium memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi tanaman baik di tanah masam maupun alkalin. Penelitian yang dilaksanakan di tanah masam (kaolinitic clay soil) menunjukkan bahwa pemupukan kalium dapat meningkatkan Kdd tanah

sehingga serapan K dan hasil tanaman jagung juga meningkat (Farina, dkk, 2005).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kalium memegang peranan penting dalam proses fisiologis sebagai berikut: (1) metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati, (2) metabolisme protein dan sintesis protein, (3) mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsure mineral, (4) mengaktifkan berbagai enzim, (5) mempercepat jaringan meristematik, (6) netralisasi asam-asam organik bagi proses fisiologis, (7) mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air. Gejala kahat kalium dapat dilihat pada helaian daun, dimana tepi-tepi daun menjadi kering dan

bewarna kuning coklat, sedang permukaanya mengalami klorosi (Damanik, dkk, 2010).

Dalam Zubachtirodin dan Subandi (2005), dikatakan bahwa hasil tertinggi pada varietas lamuru dicapai dengan pemupukan 300 kg urea, 150 kg SP36, dan 100 kg KCl sebesar 4,24 ton/ha. Penambahan K pada perlakuan NP hanya dapat meningkatkan hasil 0,86 ton/ha.

(26)

peningkatan pada setiap penambahan KCl hingga 200 kg/ha. Dona (2008) mengatakan diduga kalium membantu saat tanaman meproduksi biji. Hal tersebut berhubungan dengan fungsi kalium seperti pengaktifan kerja enzim, membantu fotosintesis tanaman dan translokasi gula.

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di lahan UPT Balai Benih Palawija, Tanjung Selamat, Deli Serdang Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas nonhibrida (Bisma) dan varietas hibrida (SHS-4) sebagai objek yang akan diamati, tanah top soil sebagai media tanam, pupuk bokashi dan pupuk KCl sebagai pupuk perlakuan pada percobaan, serta bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul sebagai pengolah tanah, meteran sebagai alat pengukur sampel, handsprayer sebagai alat penyiraman, papan perlakuan sebagai penanda perlakuan pada tanaman, pacak sampel sebagai penanda sampel percobaan, timbangan untuk menimbang pupuk KCl dan bokhasi, polybag sebagai tempat media tanam serta alat lain yang mendukung proses penelitian ini.

Metode Penelitian

(28)

Faktor I : Varietas Tanaman Jagung, yaitu : V1 : Varietas nonhibrida (Bisma)

V2 : Varietas hibrida (SHS-4)

Faktor II : Pupuk Bokhasi dengan 2 taraf, yaitu: B0 : Kontrol

B1 : Pupuk Bokhasi (180 g/tanaman)

Faktor III : Pupuk KCl dengan 3 taraf, yaitu : K0 : 0 g/tanaman

K1 : 1.8 g/tanaman

K2 : 3.6 g/tanaman

Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut:

V1B0K0 V2B0K0

V1B0K1 V2B0K1

V1B0K2 V2B0K2

V1B1K0 V2B1K0

V1B1K1 V2B1K1

V1B1K2 V2B1K2

Jumlah ulangan : 3

(29)

Data yang diperoleh dan dikumpulkan, dianalisis dengan sidik ragam dengan menggunakan model linear sebagai berikut :

Yijkl = µ + ρi+ αj+ k + l+ (α )jk+ (α )jl+ ( )kl+ (α )jkl+ εijkl i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2 l = 1,2,3

Dimana :

Yijkl : Hasil pengamatan pada ulangan ke-l pada varietas ke-i dan pemberian

pupuk bokashi taraf ke-j dan pupuk KCl taraf ke-k. µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Pengaruh varietas ke-j

βk : Pengaruh pemberian bokhasi pada taraf ke-k

l : Pengaruh pemberian pupuk KCl pada taraf ke-l

(αβ)jk : interaksi dari varietas ke-j dengan bokhasi pada taraf ke-k

(α)jl : interaksi dari varietas ke-j dengan pupuk KCl pada taraf ke-l

(β)kl : interaksi bokashi taraf ke-k dengan pupuk KCl pada taraf ke-l

(αβ)jkl : interaksi varietas ke-j dengan bokashi taraf ke-k dan pupuk

KCl pada taraf ke-l

εijkl : Pengaruh galat dari varietas ke-i dan pemberian bokhasi pada taraf ke-j

dan pupuk KCl pada taraf ke-k pada ulangan ke-l

Jika perlakuan dari sidik ragam diperoleh pengaruh yang nyata, maka

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 80 x 60 cm. Parit drainase dibuat dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm dengan jumlah plot adalah 36.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah polybag yang berukuran 10 kg. Polybag diisi dengan tanah top soil.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada polibag. Setiap polibag dibuat lubang tanam sebanyak 3 lubang tanam. Setiap lubang tanam ditanami 1 benih perlubang tanam. Kemudian lubang ditutup dengan top soil.

Pengaplikasian Bokhasi dan KCl

Aplikasi pupuk bokhasi dan pupuk KCl dilakukan pada minggu pertama sebelum penanaman, dengan menyebarkannya pada permukaan tanah dan meratakannya dalam polibag. Pupuk bokashi yang diberikan sebanyak 180 g/tan, dan pupuk KCl diberikan sesuai dengan dosis perlakuan.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

(31)

Penjarangan

Pejarangan dilakukan untuk meninggalkan tanaman yang baik pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST). Penjarangan dilakukan dengan cara memotong salah satu tanaman sehingga pada setiap lubang tanam hanya terdapat satu tanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan menghindari persaingan antara gulma dan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu, dengan mencabut langsung gulma atau menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengandalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan bahan aktif deltrametrhin 25 cc/l dan fungisida dengan bahan aktif mancozeb 80% pada masing-masing tanaman yang terkena serangan hama dan penyakit.

Panen

(32)

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, pengukuran tinggi tanaman jagung ini dimulai setelah tanaman berumur 2 MST.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun di hitung pada tanaman setelah tanaman berumur 2 MST, dimana daun di hitung setelah daun keluar dengan sempurna.

Umur Berbunga jantan (hari)

Umur berbunga jantan diamati pada saat keluar bunga jantan pada tanaman sampel. Kriteria yang digunakan adalah munculnya daun bendera pembungkus malai.

Umur Berbunga Betina (hari)

Umur berbunga betina diamati pada saat keluar bunga betina pada tanaman sampel, yaitu keluarnya silk dari tongkol.

Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung pada saat dilakukan pemanenan pada setiap tanaman sampel.

Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol setelah kelobot dikelupas.

Diameter Tongkol (cm)

(33)

Berat 100 biji (gram)

Berat 100 biji ditimbang setelah biji dikeringkan dan dipipil pada setiap tanaman sampel.

Produksi Pipilan Kering Per Sampel (gram)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 s/d 8 MST dapat dilihat pada Lampiran 6 s/d 19. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada umur 2 s/d 8 MST, bokashi berbeda nyata pada umur 2 s/d 7 MST, sedangkan kalium hanya berbeda nyata pada umur 2 s/d 6 MST, interaksi antara varietas dan bokashi berbeda nyata pada umur 3 s/d 5 MST, interaksi antara varietas dan kalium berbeda nyata pada umur 4 dan 6 MST, interaksi antara bokashi dan kalium berbeda nyata pada umur 3 s/d 5 MST, interaksi antara varietas, bokashi, dan kalium berbeda nyata pada umur 3, 4, dan 7 MST. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi dan kalium dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi dan kalium.

Perlakuan Tinggi tanaman pada umur

2MST 3 MST 4MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

(35)

Dari Tabel 1 diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman 8 MST yang tertinggi terdapat pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terendah pada varietas hibrida (SHS-4). Rataan tinggi tanaman 8 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan bokashi 180 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa bokashi. Rataan tinggi tanaman 8 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan pupuk K 1.8 g/tan dan yang terendah pada perlakuan yang diberikan pupuk K 3.6 g/tan.

Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun 2 s/d 8 MST dapat dilihat pada Lampiran 20 s/d 33. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada umur 2 s/d 8 MST, sedangkan bokashi dan kalium belum berbeda nyata pada umur 2 s/d 8 MST, interaksi antara varietas dan bokashi berbeda nyata pada umur 7 MST. Rataan jumlah daun 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi, dan kalium dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumah daun 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi, dan kalium.

Perlakuan Jumlah daun pada umur

(36)

Dari Tabel 2 diperoleh bahwa rataan jumlah daun 8 MST yang tertinggi terdapat pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terendah pada varietas hibrida (SHS-4). Rataan jumlah daun 8 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan bokashi 180 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa bokashi. Rataan jumlah daun 8 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pupuk dan yang diberikan pupuk K 1.8 g/tan dan yang terendah pada perlakuan yang diberikan pupuk K 3.6 g/tan.

Umur Keluar Bunga Jantan (hari)

Data pengamatan dan sidik ragam umur keluar bunga jantan dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga jantan. Rataan umur keluar bunga jantan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur keluar bunga jantan (hari)

Perlakuan Umur Keluar Bunga Jantan

(37)

Umur Keluar Bunga Betina (hari)

Data pengamatan dan sidik ragam umur keluar bunga betina dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga betina. Rataan umur keluar bunga betina dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur keluar bunga betina (hari)

Perlakuan Umur Keluar Bunga Betina

(38)

Tabel 5. Rataan umur panen (hari)

Perlakuan Umur Panen

..hari.. Varietas

V1=Bisma 94.7a

V2=SHS-4 100.1b

Bokashi

B0=0 g 97.6

B1=180 g 97.3

Kalium

K0=0 g 97.3

K1=1.8 g 97.3

K2=3.6 g 97.7

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%. Dari Tabel 5 diperoleh bahwa rataan umur panen tercepat terdapat pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terlama terdapat pada varietas hibrida (SHS-4).

Panjang Tongkol (cm)

(39)

Tabel 6. Rataan Panjang Tongkol dari varietas, bokashi, dan kalium.

Perlakuan Panjang tongkol

..cm.. belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%. Dari Tabel 6 diperoleh bahwa rataan panjang tongkol tetinggi terdapat pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terendah terdapat pada varietas hibrida (SHS-4). Rataan panjang tongkol tetinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan bokashi 180 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa bokashi. Rataan panjang tongkol tertinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan pupuk K 1.8 g/tan dan yang terendah pada perlakuan tanpa pupuk K. Rataan panjang tongkol interaksi antara bokashi dan kalium dapat dilihat ada Tabel 7. Tabel 7. Rataan panjang tongkol dari interaksi antara bokashi dan kalium.

Bokashi yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%.

(40)

Diameter Tongkol (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam diameter tongkol dapat dilihat pada Lampiran 42 dan 43. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas, bokashi, kalium, interaksi antara bokashi dan kalium berbeda nyata terhadap parameter diameter tongkol. Rataan diameter tongkol dari varietas, bokashi, dan kalium dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan diameter tongkol dari varietas, bokashi, dan kalium

(41)

Tabel 9. Rataan diameter tongkol dari interaksi antara bokashi dan kalium yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 9 diperoleh bahwa rataan diameter tongkol dari pupuk K yang diberi bokashi 180 g lebih tinggi daripada tidak diberi bokashi.

Berat 100 Biji (gram)

Data pengamatan dan sidik ragam berat 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 44 dan 45. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas, bokashi, kalium, interaksi antara varietas dan bokashi, interaksi antara varietas dan kalium, interaksi antara bokashi dan kalium berbeda nyata terhadap parameter berat 100 biji. Rataan berat 100 biji dari varietas, bokashi, dan kalium dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan berat 100 biji dari varietas, bokashi, dan kalium

Perlakuan Berat 100 Biji

(42)

Dari Tabel 10 diperoleh bahwa rataan berat 100 biji tertinggi terdapat

pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terendah pada varietas hibrida (SHS-4). Pada perlakuan bokashi rataan berat 100 biji tertinggi terdapat pada

pemberian bokashi 180 g dan yang terendah pada perlakuan tanpa bokashi. Pada perlakuan kalium berat 100 biji tertinggi terdapat pada pemberian pupuk K 1.8 g/tan dan yang terendah pada perlakuan tanpa pupuk K. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan bokashi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan bokashi.

Varietas yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 11 diperoleh bahwa respon varietas hibrida (SHS-4) terhadap bokashi lebih tinggi dari varietas nonhibrida (bisma) terhadap berat 100 biji. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan kalium dapat dilihat ada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara varietas dan kalium.

(43)

Dari Tabel 12 diperoleh bahwa rataan berat 100 biji dari varietas nonhibrida (Bisma) lebih tinggi dari varietas hibrida (SHS-4) pada semua dosis pupuk K. Untuk menguji apakah varietas menunjukkan respon terhadap pupuk K maka dilakukan analisis kurva respon terhadap kalium, dapat dilihat pada Lampiran 45. Varietas nonhibrida (Bisma) dan hibrida (SHS-4) menunjukkan kurva kuadratik.

(44)

Tabel 13. Rataan berat 100 biji dari interaksi antara bokashi dan kalium. yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 13 diperoleh bahwa rataan berat 100 biji dari pupuk K yang diberi bokashi 180 g lebih tinggi daripada tidak diberi bokashi.

Produksi Pipilan Kering (gram)

Data pengamatan dan sidik ragam produksi pipilan kering dapat dilihat pada Lampiran 46 dan 47. Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas, bokashi, kalium, interaksi antara bokashi dan kalium, interaksi antara varietas, bokashi dan kalium berbeda nyata terhadap parameter produksi pipilan kering, namun interaksi antara varietas dan bokashi, interaksi antara varietas dan kalium belum berbeda nyata. Rataan produksi pipilan kering pada bokashi dan kalium dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan produksi pipilan kering dari interaksi antara bokashi dan kalium

Bokashi yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%.

(45)

menguji apakah Bokashi menunjukkan respon terhadap pupuk K maka dilakukan analisis kurva respon terhadap bokashi dan kalium, dapat dilihat pada Lampiran 47. Interaksi antara tanpa bokashi dan kalium menunjukkan kurva linier sedangkan interaksi bokashi dan kalium menunjukkan kurva kuadratik

Gambar 2. Grafik hubungan antara pupuk K dan bokashi terhadap produksi pipilan kering.

(46)

Tabel 15. Rataan produksi pipilan kering dari interaksi antara varietas, bokashi

B1=180 g 121.02bc 203.07a 145.80ab 118.76bc 144.39abc 141.37abc 145.73a

Rataan 141.37a 119.80b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama belum berbeda nyata menurut Uji Tukey (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 15 diperoleh bahwa rataan produksi pipilan kering tertinggi terdapat pada varietas nonhibrida (Bisma) dan yang terendah pada varietas hibrida (SHS-4). Pada perlakuan bokashi rataan produksi pipilan kering tertinggi terdapat pada pemberian bokashi 180 g dan yang terendah pada perlakuan tanpa bokashi. Rataan produksi pipilan kering dengan dosis pemupukan yang sama varietas

nonhibrida (Bisma) memiliki produksi yang lebih tinggi dari varietas hibrida (SHS-4).

Pembahasan

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi jagung

(47)

bahwa pertumbuhan varietas hibrida menghasilkan produksi yang kurang maksimal apabila dipupuk tidak maksimal.

Pengaruh bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi jagung

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam diperoleh bahwa pemberian bokashi berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 s/d 7 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Hal ini diduga karena bokashi merupakan salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

Pupuk organik mempunyai fungsi menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, memperpanjang daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tanah yang subur menyebabkan akar tanaman mudah menembus lebih dalam dan luas sehingga tanaman lebih kokoh dan lebih mampu menyerap hara tanaman

serta air lebih banyak sehingga pertumbuhan dan hasil meningkat (Hardjowigeno, 1993).

(48)

perbedaan yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Dapat diketahui bahwa pemberian bokashi dapat memberikan peningkatan hasil dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi bokashi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Arfani (2003) bahwa tanaman jagung manis yang dipupuk dengan bokashi sebanyak 7500 kg/ha memperlihatkan pertumbuhan yang baik, sehingga diperkirakan produksinya juga lebih besar.

Pengaruh kalium terhadap pertumbuhan dan produksi jagung

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk K1 (1.8 g/tan) lebih baik daripada K2 (3.6 g/tan)

dan pupuk K mencapai dosis maksimum pada 1.8-2.05 g/tan. Kalium berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 s/d 6 MST, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Hal ini diduga karena kadar kalium yang cukup pada tanaman mengakibatkan normalnya pembentukan dan pembesaran ukuran sel pada bagian tanaman. Tanaman yang mendapatkan kalium yang cukup akan tumbuh lebih cepat karena kalium dapat memelihara tekanan turgor sel secara konstan. Kalium juga merupakan unsur yang diperkirakan dapat meningkatkan produksi dan kualitas tanaman jagung. Hal itu dikarenakan fungsi kalium terkait dengan, peningkatan pertumbuhan akar dan toleransi kekeringan, pembentukan selulosa, aktifitas enzim, fotosintesis, transportasi gula dan pati, mempertahankan turgor, mengurangi kehilangan air

(49)

Pemberian kalium menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini diduga karena pemberian kalium dapat mempercepat pertumbuhan akar sehingga tanaman dapat lebih cepat menyerap air dan unsur hara dan mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari sehingga dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai yang dikatakan Wijaya (2008) bahwa pemupukan kalium dapat mengoptimalkan tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Pemberian kalium menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan produksi pipilan kering. Dapat diketahui bahwa pemberian kalium dapat memberikan peningkatan hasil dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi kalium, hal ini sesuai yang dikatakan Haris dan Veronica (2005) bahwa dikarenakan adanya peningkatan aktifitas enzim dalam pembentukan gula dan pati dalam proses fotosintat yang dialirkan ke pembentukan biji sehingga dapat memberikan hasil yang tinggi. Interaksi varietas, bokashi dan pupuk K terhadap pertumbuhan dan produksi jagung

(50)

Hal ini diduga karena varietas nonhibrida dan hibrida memiliki respon yang berbeda terhadap pupuk bokashi dan pupuk K. Pada umumnya varietas hibrida akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik apabila dipupuk dengan baik. Nasaruddin (2006) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik tanpa diikuti pemberian pupuk anorganik tidak banyak pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Pemberian bokashi 180 g dengan pupuk K meberikan hasil produksi pipilan kering yang lebih besar dibandingkan tanpa pemberian bokashi. Hal ini diduga dengan penambahan bokashi pada pupuk K memberikan komponen hara yang lebih baik. Dari analisis bokashi didapat bahwa kandungan N-total telah memenuhi syarat pupuk organik sehingga pemberian bokashi memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman jagung.

(51)
(52)

KESIMPULAN

1. Varietas nonhibrida (Bisma) memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas hibrida (SHS-4).

2. Bokashi memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik terhadap varietas nonhibrida (Bisma) dan varietas hibrida (SHS-4) bila dibandingkan tanpa bokashi.

3. Pupuk K mencapai dosis maksimum pada 1.9 g/tan pada varietas nonhibrida (Bisma) sedangkan pada varietas hibrida (SHS-4) mencapai dosis maksimum pada 1.8 g/tan untuk berat 100 biji, dengan penambahan bokashi 180 g, pupuk K mencapai dosis maksimum pada 2.05 g/tan untuk produksi pipilan kering.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arfani, D., 2005. Pemanfaatan Limbah Buah Kakao dalam Mengembangkan Pertanian yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Kendar. Puslitbangtan, Makassar.

Armando, Y. G., 2009. Peningkatan Produktivitas jagung Pada Lahan Kering Ultisol Melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta Agrosia Vol 12 No. 2 hlm 124-129.

Damanik, M.M.B., Bachtiar E.H, Fauzi, Sariffudin, Hamidah Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press, Medan.

Dona, P.J., 2008. Pengaruh Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi dan Kualitas Jagung Muda (Zea Mays L.). Makalah Seminar Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Farina, M.P.W., P. Channon, G.R. Thibaud, and J.D. Phipson. 2005. Soil and plant potassium optima for maize on a kaolinitic clay soil. Plant and Soil, 9(4):193-200.

Hardjowigeno, S., 1993. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Press. Yogyakarta. Haris S, Adri., dan Veronica Krestiani. 2005. Studi Pemupukan Kalium Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Varietas Super Bee. Jurnal Ilmiah ISSN : 1979-6870.

Hosen, N., 2009. Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Jagung di Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Tambua. Vol. VII. No. 2. Hal. 177-182.

Lafitte, H.R., 2006. Tropical Maize Physiology. Tropical Maize Improvement and Production. FAO. Plant Production and Protection series. No.28. p21-27. Mejaya, Made J., M. Azrai, dan N. Neni Iriany. 2008. Pembentukan Varietas

Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Mejaya, Made J., M. Dahlan, M. Pabendon. 2005. Pola Heterosis dalam

Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas dan Hibrida. Seminar Puslitbangtan, Bogor.

Nasaruddin. 2006. Aplikasi Mikroorganisme Efektif (EM4) dan pupuk organik

pada tanaman padi sawah. J. Agrivigor 1(1):7-14.

(54)

Permadi, Karsidi., Yati, H., dan Indah Nurhayati., Pengaruh Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit di Lahan Kering. 2005. Balai Pengkajian Teknologi Jawa Barat, Bandung.

Pingali, P. 2001. World Maize Facts and Trends. Meeting World Maize Needs: Technological Opportunities and Priorities For The Public Sector 1999/2000, Mexico.

Sedjati. Subur., 2006. Kajian Pemberian Bokashi Jerami Padi dan Pupuk P Pada Kacang Tanah (Arachis hypoaea L.). Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional, Maros.

Siagian, Mangasa H., 2005. Budidaya Jagung Lokal dan Varietas Unggul dengan Memanfaatkan Kelimpahan Air Embung di Ekafalo, Timur Tengah Utara, NTT, Balitbang Botani-LIPI, Bogor.

Siburian, S.M., 2006. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao untuk Bahan Pupuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morowa (P4TM), Medan.

Sofyan, A., D. Nursyamsi, and L.I. Amien. 2005. Development of soil testing program in Indonesia. Workshop Proceedings. Field Testing of the Integrated Nutrient Management Support System (NuMaSS) in Southeast Asia. 21-24 Januari 2004. Philippines.

Sudaryono., 2006. Teknologi Produksi Jagung. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas. Maros. p.137-158.

Supriyono, A., R. Susanto, dan S. Raihan. 2006. Pengelolaan Bahan Organik untuk Keberlanjutan Produktivitas Tumpanggilir Jagung-Kacang Tanah Pada Lahan Kering Masam. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas, Maros. p.412-423.

Susanto, R., 2006. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius. Yogyakarta.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Tabri, Fahdiana., 2010. Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupater Barru Sulawesi Selatan. Balai Penelitan Tanaman Seralia, Sulawesi Selatan.

(55)

Thomson, B. 2008. Potassium. Di akses dari www.back-to-basic.net/efu/pdfs/potassium.pdf pada tanggal 1 oktober 2012.

Wididana, G. N, K. Riyalmu, dan T. Higa. 2004. Tanya Jawab Teknologi Efektif Mikroorganism. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta. Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan

Resistensi Alami Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta. 121 hal.

Witt, C., J. M. Pasuquin, and A. Dobermann. 2006. To Wards a Site-Spesific Nutrient Management Approach For Maize in Asia. Better Crops Vol. 90. No.2:28-31.

www.deptan.go.id., 2007. Bokashi. Di akses dari

www.deptan.go.id/feati/teknologi/BOKASHI.pdf pada tanggal 7 maret 2012

Yasin, M. dan F. Kasim., 2005. Penggunaan Rancangan Percobaan Dalam Tahapan Membentuk Varietas Jagung Sintetik. Balai Penelitian Serealia, Maros.

(56)
(57)

Lampiran 2. Bagan Plot

80cm

60cm 50cm

30cm

PLOT PLOT

(58)

Lampiran 3. Bagan Kegiatan

- Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan

(59)

Lampiran 4. Deskripsi Jagung Varietas Bisma

Golongan : Bersari bebas

Umur keluar rambut : ± 60 hari Umur panen : ± 96 hari

Batang : Tinggi dan tegap dengan tinggi ± 190 cm

Daun : Panjang dan lebar

Tongkol : Besar dan silindris

Biji : Flint (setengah mutiara)

Warna daun : Hijau tua

Warna biji : Kuning

Kelobot : Menutup tongkol dengan cukup baik

Baris biji : Lurus dan rapat

Kedudukan tongkol : di tengah-tengah batang

Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Jumlah baris/tongkol : 12-18 baris Bobot 1000 biji : ± 307 g

(60)

Lampiran 5. Deskripsi Jagung Varietas SHS-4

Golongan : Hibrida silang tiga jalur (three way cross) Umur keluar rambut : ± 55 hari

Umur panen : ± 99 hari

Tinggi tanaman : ± 207 cm

Batang : Tinggi sedang, tegap

Daun : Panjang, lebar

Warna Daun : Hijau

Warna biji : Kuning kemerahan (orange)

Kelobot : Menutup dengan sempurna

Baris biji : Lurus dan rapat

Kedudukan tongkol : Pertengahan tinggi tanaman

Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Jumlah baris/tongkol : 14-18 baris Bobot 1000 biji : ± 304,94 g Hasil rata-rata : 10,88 ton/ha Potensi hasil : 15,5 ton/ha

(61)
(62)

Lampiran 6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

(63)

Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

(64)

Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

(65)

Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

(66)

Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Lampiran 16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(67)

V1B1K1 176.00 181.50 173.20 530.7 176.9 V1B1K2 179.30 178.10 178.40 535.8 178.6 V2B0K0 155.40 157.30 155.20 467.9 156.0 V2B0K1 155.30 151.20 154.30 460.8 153.6 V2B0K2 158.70 158.10 152.10 468.9 156.3 V2B1K0 157.20 158.20 159.10 474.5 158.2 V2B1K1 158.20 157.70 149.20 465.1 155.0 V2B1K2 156.40 155.90 156.80 469.1 156.4

Total 1990.4 1991.1 1970.5 5952.0

Rataan 165.9 165.9 164.2 165.3

Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST (cm)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Blok 2 22.80 11.40 2.02 3.44

Perlakuan 11 3340.39 - -

Varietas (v) 1 3199.79 3199.79 566.01* 4.30 Bokashi (b) 1 38.03 38.03 6.73* 4.30 Kalium (k) 2 5.16 2.58 0.46 3.44 v x b 1 6.08 6.08 1.08 4.30

v x k 2 24.06 12.03 2.13 3.44

b x k 2 19.07 9.54 1.69 3.44 v x b x k 2 48.19 24.10 4.26* 3.44

Error 22 124.37 5.65

Total 35 3487.56

FK= 984064

(68)

Lampiran 18. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST (cm)

(69)

Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST (helai)

(70)

Lampiran 22. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST (helai)

(71)

Lampiran 24. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST (helai)

(72)

Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST (helai)

(73)

Lampiran 28. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 29. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST (helai)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Lampiran 30. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1B0K0 14.0 14.0 14.0 42.0 14.0

V1B0K1 14.0 14.0 14.0 42.0 14.0

V1B0K2 14.0 14.0 15.0 43.0 14.3

(74)

V1B1K1 14.0 14.0 13.0 41.0 13.7

V1B1K2 14.0 13.0 13.0 40.0 13.3

V2B0K0 13.0 13.0 14.0 40.0 13.3

V2B0K1 13.0 13.0 13.0 39.0 13.0

V2B0K2 13.0 13.0 13.0 39.0 13.0

V2B1K0 14.0 13.0 13.0 40.0 13.3

V2B1K1 13.0 14.0 14.0 41.0 13.7

V2B1K2 13.0 13.0 14.0 40.0 13.3

Total 162.0 162.0 163.0 487.0

Rataan 13.5 13.5 13.6 13.5

Lampiran 31. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST (helai)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Blok 2 0.06 0.03 0.12 3.44

Perlakuan 11 5.64 - -

Varietas (v) 1 2.25 2.25 9.38* 4.30

Bokashi (b) 1 0.25 0.25 1.04 4.30

Kalium (k) 2 0.06 0.03 0.12 3.44

v x b 1 2.25 2.25 9.38* 4.30

v x k 2 0.17 0.08 0.35 3.44

b x k 2 0.50 0.25 1.04 3.44

v x b x k 2 0.17 0.08 0.35 3.44

Error 22 5.28 0.24

Total 35 10.97

FK= 6588.03

(75)

Lampiran 32. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 33. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST (helai)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Lampiran 34. Data Pengamatan Umur Keluar Bunga Jantan (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1B0K0 58.00 58.00 56.00 172.0 57.3

(76)

V1B0K2 58.00 56.00 55.00 169.0 56.3

Lampiran 35. Daftar Sidik Ragam Umur Keluar Bunga Jantan (hari)

(77)

Lampiran 36. Data Pengamatan Umur Keluar Bunga Betina (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 37. Daftar Sidik Ragam Umur Keluar Bunga Betina (hari)

(78)

Lampiran 38. Data Pengamatan Umur Panen (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 39. Daftar Sidik Ragam Umur Panen (Hari)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Lampiran 40. Data Pengamatan Panjang Tongkol (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1B0K0 18.40 16.20 17.40 52.00 17.33

V1B0K1 19.00 16.40 17.40 52.80 17.60

(79)

V1B1K1 20.20 20.50 20.20 60.90 20.30

Lampiran 41. Daftar Sidik Ragam Panjang Tongkol (cm)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Lampiran 42. Data Pengamatan Diameter Tongkol (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(80)

V2B1K2 4.20 3.94 4.33 12.47 4.16

Total 50.01 49.23 52.63 151.87

Rataan 4.17 4.10 4.39 4.22

Lampiran 43. Daftar Sidik Ragam Diameter Tongkol (cm)

SK db JK KT F.hit F.tabel

Blok 2 0.53 0.26 3.77* 3.44

Perlakuan 11 4.88 - -

Varietas (v) 1 1.51 1.51 21.53* 4.30

Bokashi (b) 1 1.09 1.09 15.48* 4.30

Kalium (k) 2 1.06 0.53 7.55* 3.44

v x b 1 0.01 0.01 0.07 4.30

v x k 2 0.42 0.21 3.01 3.44

b x k 2 0.63 0.31 4.48* 3.44

v x b x k 2 0.17 0.08 1.21 3.44

Error 22 1.54 0.07

Total 35 6.95

FK= 640.68

(81)

Lampiran 44. Data Pengamatan Berat 100 Biji (gram)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 45. Daftar Sidik Ragam Berat 100 Biji (gram)

(82)

Lampiran 46. Data Pengamatan Produksi Pipilan Kering Per Sampel (gram)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 47. Daftar Sidik Ragam Produksi Pipilan Kering Per Sampel (gram)

(83)

Lampiran 48. Gambar Tongkol Jagung Varietas Nonhibrida (Bisma)

(84)

Lampiran 49. Gambar Tongkol Jagung Varietas Hibrida (SHS-4)

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi dan kalium.
Tabel 2. Rataan jumah daun 2 s/d 8 MST dari varietas, bokashi, dan kalium.
Tabel 4. Rataan umur keluar bunga betina (hari)
Tabel 5. Rataan umur panen (hari)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan sistem peradilan pidana yang baik dan berwibawa, ada beberapa hal yang patut diperhatikan, antara lain: (1) asas-asas dasar prosedural yang

Pada program ini terdapat 3 variable yang bertipe data integer, yaitu t (menggantikan jumlah tabungan) yang diberi nilai 1000000 , b (mengantikan besar bunga), dan

Hasil: Hasil penelitian uji Wilcoxon pada kelompok I p=0,317 (p>0,005) dengan rerata 15,47 berarti tidak ada pengaruh latihan Core Stability Terhadap resiko jatuh

talam tergantung kepada jenis lagu yang dibawakan atau diJajikan. pada lagu imbauan dulang atau talam belum dimainkan berarti belum ada pengiring dari lagu imbauan

Mendaftar kebutuhan tenaga Asisten Praktikum yang diajukan oleh Laboratorium Sosiologi ke jurusan Sosiologi berdasarkan kualifikasi dan kebutuhan

• Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari d /2 di sepanjang bentang

Perkebunan V Sei Rokan maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Insentif Terhadap Produktivitas

Untuk dimasa yang akan datang dalam pengangkutan kayu rakyat akan diberlakukan dokumen angkutan lain selain SKSHH yang di cap KR, yaitu Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)