• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dan Kolerasi Variabel Ffd, Fod Dan Ofd Pada Image Foto Rontgen Dengan Menggunakan Pesawat Virtu X Di Klinik Usg Dan Rontgen Fauzi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dan Kolerasi Variabel Ffd, Fod Dan Ofd Pada Image Foto Rontgen Dengan Menggunakan Pesawat Virtu X Di Klinik Usg Dan Rontgen Fauzi Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DAN KOLERASI VARIABEL FFD, FOD DAN OFD PADA

IMAGE FOTO RONTGEN DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT

VIRTU X DI KLINIK USG DAN RONTGEN FAUZI MEDAN

SKRIPSI

DODY MARHAENDRA PUTRA

110821004

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

PERSETUJUAN

Judul :PENGARUH DAN KOLERASI VARIABEL FFD, FOD DAN OFD PADA IMAGE FOTO RONTGEN DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT VIRTU X DI KLINIK USG DAN RONTGEN FAUZI MEDAN

Kategori :SKRIPSI

Nama :DODY MARHAENDRA PUTRA

NIM :110821004

Program Studi :SARJANA (S1) FISIKA MEDIS

Departemen :FISIKA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di:

Medan, 28 agustus 2013

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,

Ketua,

(Dr. Marhaposan Situmorang) (Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc)

NIP. 195510301980031003 NIP. 196505171993031009

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH DAN KORELASI VARIABEL FFD, FOD DAN OFD PADA IMAGE FOTO RONTGEN DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT VIRTU

X DI KLINIK USG DAN RONTGEN FAUZI MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing sebenarnya.

Medan, 27 Agustus 2013

Dody Marhaendra Putra

(4)

4

PENGHARGAAN

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-NYA dan hidayah-rahmat-NYA sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula kita kirimkan salawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Nabi pembawa risalah, nabi penutup zaman dan nabi kekasih Allah SWT dan semoga dapat tercurahkan kepada kita sekalian Amin ya Rabbal allamin.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyususnan sehingga terwujudnya skripsi ini oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Departemen Fisika. 2. Bapak Drs Herli Ginting, MS, selaku koordinator Program Ekstansi

Depertemen Fisika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs Syahrul Humaidi, M.Sc, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.

4. Bapak Prof Dr Syafrudin Ilyas Biomed, Bapak Drs Herli Ginting, MS dan Drs Aditia Warman, M.Si, selaku penguji skripsi terima kasih atas saran dan masukannya.

5. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh Staf Akademi Jurusan Fisika.

6. Bapak dr Ridwan Pane, Sp.Rad yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di klinik USG dan Rontgen Fauzi. di Medan.

7. Kedua Orangtua Alm Hasan Batubara dan Alm Emmy Syariah, yang telah mendidik saya dengan kasih sayang dan penuh motivasi.

8. Istri tercinta Windi Melani Siregar, senantiasa memberikan semangat dan pengertian yang luarbiasa kepada penulis.

(5)

9. Anak-anakku, Riya Datul Hayani, Mhd Sultan Marhaendra BB dan Mhd Caysar Marhaendra BB yang rela berbagi perhatian dan sekaligus sebagai motivator utama penulis.

10.Rekan-rekan Fisika Medik USU angkatan 2011 ( Bu Juwairiah, Sdr Ridho, Sdri Nuriani, dan Sdri Helmina) kalian adalah sahabat, teman seperjuangan yang memberi warna dalam perkuliahan.

11.Rekan kerja di Rumah Sakit Umum Labuhanbatu, yang telah memberikan pengertian dan mengisi kekosongaan yang penulis tinggalkan pada saat cuti tugas belajar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sumbang saran dan masukan yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan agar skripsi ini jauh lebih baik. Semoga apa yang penulis paparkan dapat diterima dan berguna bagi kita semua, Amin...

Medan, 27 Agustus 2013

(6)

6

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian untuk mengetahui pengaruh dan kolerasi Variabel FFD, FOD dan OFD pada image foto rontgen. Penelitian dilakukan dengan penyinaran objek flat logam ukuran 10,5 cm x 5 cm diletakkan antara Fokus dan Kaset yg telah diisi Film Rontgen pada variasi FFD 80 cm, 90 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm dengan masing-masing variasi OFD 0 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm dan 40 cm, dan variabel tetap adalah kondisi penyinaran 45 kV dan 5 mAS dan Fokus 1,2 mm. Kemudian dinilai besar image foto rontgen dan ketidaktajaman gambar dengan mengukur image pada film rontgen yang telah di proses. Dengan OFD 0 cm tidak terjadi pembesaran dan ketidaktajaman gambar pada image foto rontgen, OFD 40 cm dengan FFD 80 cm menghasilkan pembesaran dan ketidaktajaman yang paling tinggi dan OFD 5 cm dengan FFD 150 cm menghasilkan pembesaran yang mendekati besar objek sebenarnya.Jarak efektif FFD pada OFD 5 cm dan 10 cm adalah 90 cm, Jarak efektif FFD pada OFD 15 cm adalah 100 cm, Jarak efektif FFD pada OFD 35 cm dan 40 cm adalah 150 cm.

Kata Kunci : FFD ( Fokus Film Distanc), FOD (Fokus Objek Distance), OFD

(Objek Film Distance), Pembesaran, Ketidaktajaman.

(7)

ABSTRACT

Research has been conducted to determine the effect and correlation variable FFD, FOD and OFD on x-ray image. The study was conducted by irradiating a flat metal object size 10.5 cm x 5 cm placed between Focus and tapes which have been filled X - ray film at FFD variation 80 cm, 90 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm and 150 cm with each variation OFD 0 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm , 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm and 40 cm, and the variables are fixed irradiation conditions 45 kV and 5 mAs and 1.2 mm focus. Then assessed large x- ray image and unsharpness images by measuring the x-ray Image on a movie that has been in process. With OFD 0 cm not happen enlargement and unsharpness images on X - ray image, OFD 40 cm by 80 cm FFD produces enlargement and the highest and unsharpness OFD 5cm to 150cm FFD approach produces enlargement of the actual object. Effective range FFD on OFD 5 cm and 10 cm is 90 cm, effective distance FFD on OFD 15 cm is 100 cm, effective distance FFD on OFD 20 cm and 25 cm is 120 cm, effective distance FFD on OFD 35cm and 40cm is 150 cm.

Keywords : FFD (Focused Film distanc), FOD (Focus Object Distance), OFD

(8)

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBARAN PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Masalah 2

I.3 Batasan masalah 2

I.4 Tujuan Penelitian 3

I.5 Manfaat Penelitian 3

I.6 Tempat Penelitian 3

I.7 Sistimatika Penulisan 4

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Penemuan Sinar X 5

II.2 Dasar-dasar Fisika dan Prinsip dasar Pencitraan 5

II.2.1 Dasar-dasar Fisika Sinar X 5

II.2.2 Prinsip dasar Pencitraan Sinar X 8

II.3 Sifat-sifat Sinar X 8

II.4 Pesawat Sinar X 10

II.5 Tabung Sinar X 11

II.6 Magnifikasi Radioagrafi 14

II.6.1Makro Radiografi 14

II.6.2Magnifikasi Yang Dihindari 15

II.7 Ketidaktajaman Pada Image Foto 17

II.7.1Ketidaktajaman Geometri 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Peralatan dan Bahan-bahan 21

III.2 Diagram Alir Penelitian 22

III.3 Rencana Penelitian 23

III.4 Metode Penelitian 24

III.5 Variabel Eksperimen 24

(10)

10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian 26

IV.1.1 Data Ukuran Image Foto Rontgen Dengan Variasi FFD,

FOD dan OFD. 26

IV.1.2 Data Ketidaktajaman Image Foto rontgen 28

IV.2 Pembahasan 29

IV.2 Pengaruh Variasi FFD, FOD dan OFD Pada Image Foto

Rontgen 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 33

V.2 Saran-saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LEMBARAN EKSPEDISI PERBAIKAN SIDANG 36

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman.

1. Gambar II.1 Proses terjadinya radiasi sinar-X karakteristik 6.

2. Gambar II.2 Sinar-X Bremstrahlung 7.

3. Gambar II.3 Spektrum sinar-X Bremstrahlumg dan Karakteristik 7. 4. Gambar II.4 Skema Prinsip dasar Pencitraan sinar-X 8.

5. Gambar II.5 Pesawat Sinar-X 10.

6. Gambar II.6 Skema bagian-bagian Tabung Pesawat Sinar-X 11.

7. Gambar II.7 Skema macro radiography 15.

8. Gambar II.8 Skema Geometri pembesaran image pada ukuran

Focal berbentuk bidang 16.

9. Gambar II.9 Skema Ketidaktajaman Geometri dengan

berkurangnya FFD dan FOD 18.

10.Gambar II.10 Skema Ketidaktajaman Geometri dengan

Bertambahnya OFD 19.

11.Gambar II.11 Skema Ketidaktajaman Geometri dengan

bertambahnya ukuran fokus 19.

12.Gambar III.1 Skema prosedur penelitian 25. 13.Gambar IV.2.1 Grafik korelasi dan Pengaruh variasi FFD, FOD

dan OFD terhadap Image rontgen dengan mengukur secara manual29.

14. Gambar IV.2.2 Grafik korelasi dan Pengaruh variasi FFD, FOD dan OFD terhadap Image rontgen dengan menggunakan pers I 29.

15. Grafik IV.2.3 Pengaruh FFD, OFD dan FOD terhadap ketidaktajaman

(12)

12

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel IV.1 Data Ukuran Image dengan Variabel OFD, FFD dan OFD diukur dengan cara manual (menggunakan mistar) 26. 2. Tabel IV.2 Data Pembesaran ( beberapa kali pembesaran) Image diambil

dengan cara perhitungan rumus macro radiography pers 1 27. 3. Tabel IV.3 Data Ukuran image dihitung dengan Rumus Makro

Radiography pers (1) 27.

4. Tabel IV.4 Data Ukuran Ketidaktajaman Image foto rontgen dengan

Rumus Makro Radiography pers (3) 28.

(13)

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian untuk mengetahui pengaruh dan kolerasi Variabel FFD, FOD dan OFD pada image foto rontgen. Penelitian dilakukan dengan penyinaran objek flat logam ukuran 10,5 cm x 5 cm diletakkan antara Fokus dan Kaset yg telah diisi Film Rontgen pada variasi FFD 80 cm, 90 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm dengan masing-masing variasi OFD 0 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm dan 40 cm, dan variabel tetap adalah kondisi penyinaran 45 kV dan 5 mAS dan Fokus 1,2 mm. Kemudian dinilai besar image foto rontgen dan ketidaktajaman gambar dengan mengukur image pada film rontgen yang telah di proses. Dengan OFD 0 cm tidak terjadi pembesaran dan ketidaktajaman gambar pada image foto rontgen, OFD 40 cm dengan FFD 80 cm menghasilkan pembesaran dan ketidaktajaman yang paling tinggi dan OFD 5 cm dengan FFD 150 cm menghasilkan pembesaran yang mendekati besar objek sebenarnya.Jarak efektif FFD pada OFD 5 cm dan 10 cm adalah 90 cm, Jarak efektif FFD pada OFD 15 cm adalah 100 cm, Jarak efektif FFD pada OFD 35 cm dan 40 cm adalah 150 cm.

Kata Kunci : FFD ( Fokus Film Distanc), FOD (Fokus Objek Distance), OFD

(14)

7

ABSTRACT

Research has been conducted to determine the effect and correlation variable FFD, FOD and OFD on x-ray image. The study was conducted by irradiating a flat metal object size 10.5 cm x 5 cm placed between Focus and tapes which have been filled X - ray film at FFD variation 80 cm, 90 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm and 150 cm with each variation OFD 0 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm , 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm and 40 cm, and the variables are fixed irradiation conditions 45 kV and 5 mAs and 1.2 mm focus. Then assessed large x- ray image and unsharpness images by measuring the x-ray Image on a movie that has been in process. With OFD 0 cm not happen enlargement and unsharpness images on X - ray image, OFD 40 cm by 80 cm FFD produces enlargement and the highest and unsharpness OFD 5cm to 150cm FFD approach produces enlargement of the actual object. Effective range FFD on OFD 5 cm and 10 cm is 90 cm, effective distance FFD on OFD 15 cm is 100 cm, effective distance FFD on OFD 20 cm and 25 cm is 120 cm, effective distance FFD on OFD 35cm and 40cm is 150 cm.

Keywords : FFD (Focused Film distanc), FOD (Focus Object Distance), OFD

(Object Film Distance), Magnification, Ketidaktajaman

(15)

BAB I

PENDHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dewasa ini pemanfaatan Sinar – X dalam bidang kesehatan khususnya untuk menegakkan diagnosa pada pasien semakin pesat perkembangannya di Indonesia. Hal ini dapat dilihat semakin banyak Rumah Sakit Umum di daerah yang memanfatkan Sinar-X untuk membantu dalam penegakkan diagnosa bahkan sering sekali menjadi penentu dalam mengambil tindakan. Sejalan dengan itu meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan juga semakin tinggi. Sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan yang baik semakin meningkat. Pemanfaatan Sinar-X untuk menegakkan diagnosa dalam bentuk prodak radiograf ( image foto rontgen ) mempunyai nilai informasi akurat yang bertujuan mengoptimalkan interpertasi dokter, sehingga kolega dan pasien mendapatkan informasi yang tepat mengenai penyakit yang dialami, akan tetapi tidak lupa memperhatikan proteksi radiasi.

Permukaan tubuh pasien secara alami tidak selalu rata membuat objek tidak menempel pada permukaan kaset, contoh kasus pada pemeriksaan vertebrae posisi lateral dimana objek tidak menempel pada kaset, sehingga ada jarak objek dan film ( OFD ) mengakibatkan timbulnya pembesaran bayangan. Pada teknik makrografi yang bertujuan memperlihatkan detail objek terkecil ini sangat membantu, tetapi selain berpengaruh pada detail, hal ini juga berpengaruh pada penurunan ketajaman image foto rontgen disebut juga dengan Geometri Unsharpnese ( ketidaktajaman faktor geometri ). Ketidaktajaman geometri ini dipengaruhi oleh : Fokus, FFD (Fokus Film Distance), FOD (Fokus Objek Distance) dan OFD (Objek Film Distance) (5).

(16)

2 Kedua kasus di atas menghindari terjadinya pembesaran bayangan dan ketidaktajaman pada image foto rontgen.

Hal inilah melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang pengaruh dan kolerasi Variabel FFD, FOD dan OFD pada image foto rontgen dan dapatkah mengurangi pembesaran bayangan dan ketidaktajaman pada objek tidak menempel di film?.

I.2 Perumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana pengaruh FFD, FOD dan OFD pada image foto rontgen? 2. Bagaimana korelasi variabel tersebut diatas untuk mengatasi pembesaran

bayangan dan ketidaktajaman geometri objek yang tidak menempel pada kaset?

I.3 Batasan Masalah Penelitian

Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan, maka perlu ada pembatasan masalah penelitian :

1. Menguji dan menganalisa pengaruh Variabel FFD, FOD dan OFD. 2. Mengetahui pengaruh Variabel FFD, FOD dan OFD.

3. Variabel FFD yang digunakan : 80 cm , 90 cm, 100 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm.

4. Variabel OFD yang digunakan 0 cm, 5 cm, 10cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm dan 40 cm.

(17)

I.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh Variabel FFD , FOD dan OFD pada image foto rontgen.

2. Mengetahui hubungan Variabel FFD, FOD, dan OFD untuk mengurangi ketidaktajaman image foto rontgen.

3. Dapat menghasilkan bayangan yang mendekati besar objek sebenarnya.

I.5 Manfaat penelitian

1. Sebagai acuan dalam menentukan FFD, FOD dan OFD pada kasus dimana posisi objek tidak menempel pada kaset, untuk mengurangi ketidaktajaman dan pembesaran pada image foto rontgen.

2. Dengan kualitas image foto rontgen yang baik diharapkan dapat mengoptimalkan interpertasi Radiolog.

3. Dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

I.6 Tempat Penelitian

(18)

4

I.7 Sistimatika Penulisan

Untuk penulisan ini lebih sistimatika, penulis menyusunnya menjadi beberapa Bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi uraian tentang Latar belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Tempat Penelitian dan sistimatika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Dalam Bab ini berisi uraian tentang Peralatan dan Bahan-bahan, Diagram alir Penelitian, Rencana Penelitian, Metoda Penelitian, Variabel Penelitian, Prosedure dan Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Meguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mencakup hasil kerja dan analisanya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran- saran untuk bisa menjadi acuan dalam melakukan pemeriksaan dan melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Penemuan Sinar-X

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Rontgen menyalakan sumber listrik tabung untuk penelitian sinar katoda, beliau mendapatkan sejenis cahaya berpendar pada layar yang terbuat dari Barium Platino Cyanida yang kebetulan berada di dekatnya. Jika sumber listrik dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang. Rontgen segera menyadari bahwa sejenis sinar yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam sinar katoda. Karena sebelumnya tidak pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X. Namun untuk menghargai jasa beliau dalam penemuan sinar-X ini maka seringkali sinar itu dinamai juga sinar rontgen. Pemeriksaan tubuh manusia dengan menggunakan radiasi lahir pada tahun 1895, dimana Wilhelm C. Rontgen membuat image tangan istrinya pada X- Ray film. Ini adalah cikal bakal dari perkembangan ilmu imaging radiodiagnostic.

II.2 Dasar-dasar Fisika dan Prinsip Dasar Pencitraan Sinar-X

II.2.1 Dasar-dasar fisika Sinar-X

Sinar-X atau sinar Rontgen merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (1 Ǻ = 10-8 cm), sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi. Sinar-X terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X karakteristik yang mempunyai spectrum energi adalah diskrit (5).

(20)

6 Ex – ray = Ebv – Ebt ...(1)

Keterangan : Ex– ray : Energi sinar-x karateristik Ebv : Energi vacant shell

Ebt: Energi transition shell

Gambar II.1 Proses terjadinya radiasi sinar-X karakteristik

(Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101)

Sinar-X dapat pula diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen dipercepat gerakannya, elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar dari permukaan logam tersebut yang dikenal dengan sinar-X Bremsstrahlung (5).

(21)

Gambar II.2. Sinar-X Bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron dengan

inti atom target

(Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101)

Berikut bentuk spektrum radiasi yang dihasilkan oleh tabung sina

Gambar II.3.Spektrum radiasi sinar-X Bremstrahlumg dan Karakteristik

(Sumber : Crestensen’s Physics of Diagnostoc Radiology, Curry,1990)

(22)

8

II.2.2 Prinsip Dasar Pencitraan Sinar-X

Secara sederhana sistim pencitran sinar-X atau pencatatan image pada Image Receptor dalam hal ini film rontgen adalah adanya perbedaan penyerapan dari objek terhadap sinar-X sehingga terjadi perbedaan kwalitas dan kwantitas sinar-X setelah melewati objek dan kemudian mengenai film. Dan kemudian film diproses secara kimiawi, terjadilah perbedaan hitam dan putih pada film rontgen. Gambaran hitam adalah bagian yang mendapatkan sinar-X lebih banyak dari pada gambaran yang putih.

Gambar II.4 skema Prinsip dasar Pencitraan sinar-X

II.3. Sifat-sifat Sinar-X

Adapun sifat-sifat sinar-X sebagai berikut (5) : 1. Memiliki Daya Tembus

(23)

2. Difraksi

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

3. Absorbsi

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografik

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Fluoresensi

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X.

6. Ionisasi

Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.

7. Efek Biologis

Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini dipergunakan dalam pengobatan radioteraping, Busberg,2002,hal 101)

(24)

10

II.4 Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan seting parameter untuk mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).

Gambar II.5. Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X.

(25)

II.5 Tabung Sinar-X

Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar-X adalah komponen yang utama yang terdapat pada pesawat sinar-X.

Gambar II.6. Skema bagian-bagian Tabung Pesawat Sinar-X

(Sumber : An Analysis of Radiographic Quality. 1989. Hal. 182)

Tabung terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu: (1) wadah tabung (tube casing

/housing); dan (2) tabung bagian dalam (tube insert). Pada Gambar II.5.

diperlihatkan model sebuah tabung sinar X dan bagian-bagiannya. (2).

1. Wadah Tabung (Tube Casing /Housing)

(26)

12 Pada tube housing juga dibuatkan jendela housing atau port output

sebagai tempat sinar-X keluar.

Fungsi X-ray tube housing, antara lain :

a) Berfungsi sebagai isolasi dan proteksi tube insert dari gangguan tekanan dari luar.

b) X-ray tube housing di dalamnya berisi oli transformer yang berfungsi untuk pendingin panas akibat tumbukan elektron dengan target dan pemisah komponen yang lain dalam tube insert.

c) X-ray tube housing dilapisi lead shielding yang berfungsi untuk attenuasi radiasi agar tidak keluar dari tabung sinar-X. Tingkat kebocoran tabung yang diperkenankan adalah 100 mR/jam. Pada jarak pengukuran 1 m diukur pada kondisi faktor eksposi yang paling tinggi berkisar 125-150 kV.

2. Tabung Sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert)

Komponen-komponen utama tabung sinar-X bagian dalam (X-Ray Tube Insert) sebagaimana yang tampak pada gambar II.5. meliputi :

a. Katoda

Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar-X. Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping logam wolfram yang ditanam pada permukaan anoda.

b. Anoda

(27)

c. Foccusing cup

Focusing cup ini sebenarnya terdapat pada katoda yang berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak terpancar ke mana-mana. Ukuran focus pada anoda ada dua, yaitu fokus besar (large focus) dan fokus kecil (small focus) bergantung pada pemilihan nilai arus tabung yang digunakan. (5)

d. Rotor atau stator

Rotor atau Stator ini terdapat pada bagian Anoda yang berfungsi sebagai alat untuk memutar Anoda. Rotor atau Stator ini hanya terdapat pada tabung yang memakai Anoda putar, keuntungannya anoda putar adalah target elektron bisa berganti-ganti dan pendinginan bisa sempurna.

e. Glass metal envelope (vacuum tube)

Glass metal envelope atau vacuum tube terbuat dari kaca pyrex, merupakan tabung yang gunanya membungkus komponen-komponen penghasil sinar-X agar menjadi vacum atau kata lainnya menjadikannya ruangan hampa udara.

f. Oil

Oil ini adalah komponen yang cukup penting ditabung sinar-X karena saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi kinetik elekron yang berubah menjadi sinar-X hanyalah ≤ 1% selebihnya berubah menjadi panas mencapai 20000 °C, jadi disinilah peran oil sebagai pendingin tabung sinar-X.

g. Window

(28)

14

II.6 Magnifikasi Radiography

Magnifikasi radiography berasal dari kata Magnification dan Radiography. Magnification adalah proses membuat sesuatu sehingga lebih besar dengan menggunakan lensa atau rasio antara ukuran bayangan dengan ukuran yang sebenarnya. Radiography adalah membuat film rekaman ( radiograf ) jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan melewat tubuh mengunakan radiasi.(5)

Magnifikasi Radiography ada dua antara lain :

1. Makro Radiography 2. Magnifikasi yang dihindari

II.6.1 Makro Radiography

Makro Radiography berasal dari kata Macro dan Radiography. Macro adalah bentuk kombinasi besar atau panjang yang abnormal. Pengertian dari Makro radiography adalah suatu metode pembesaran secara langsung dari pencitraan dengan meletakan objek diantara Tabung sinar-X dan film sejauh jarak tertentu yang kemudian mendapatkan pembesaran yang diinginkan (3). Tujuan dasar dari makro radiogrphy untuk mendapatkan gambaran dari objek-objek yang kecil sehingga mempermudah dalam menganalisa objek tersebut contoh kasus pemeriksaan os sella tursika, foramen orbita dan temporo mandibular joint.

(29)

Fokus Fokus I

FFD Fokus II

FOD I FOD II

Gbr a.

M M M Gbr b.

Gambar II.7 Skema macro radiography

gbr a merubah Fod dngan FFD tetap, gbr b merubah FFD dengan OFD tetap

II.6.2 Magnifikasi Yang Dihindari

Sebagian besar dari pencintraan diagnostic menghindari magnifikasi karena selain terjadinya pembesaran pada image foto rontgen dan juga ketajaman imege foto berkurang. Hal ini dapat mempengaruhi interpertasi dokter dalam menegakkan diagnosa sedangkan tujuan dari pencitraan diagnostik untuk mendapatkan kondisi penyakit pasien sesuai dengan yang dialami. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya magnifikasi yang tak diinginkan antara lain adalah secara alami anatomi tubuh manusia tidak rata sehingga objek tidak bisa menempel pada Film rontgen atau kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk menempatkan objek menempel pada film.

Objek I Objek II

Image

Objek

Image Image

(30)

16 Magnifikasi didefenisikan sebagai perbandingan antara image dan objek sebenarnya, dengan image yang dihasilkan sama atau lebih besar dari objek aslinya (5)

M = , Atau M = ... (II-1)

dengan, M = Pembesaran bayangan FFD = jarak antara fokus ke film OFD= jarak antara objek ke film FOD= jarak antara fokus ke objek

Rumus magnifikasi di atas berlaku jika sumber sinar-X berbentuk ukuran focal spots yaitu suatu titik poin (poin source focal spots), magnifikasi gambar dikenal dengan istilah pembesaran geometri (geometry magnification).

Faktanya suatu sumber sinar-X pada pesawat rontgen adalah suatu bidang. Berikut skema geometri pembesaran bayangan pada fokus berbentuk bidang :

FOD

FFD

OFD

[image:30.595.138.469.409.646.2]

M M

Gambar II.8. skema Geometri pembesaran image pada ukuran focal berbentuk bidang

(Su er: Creste ’s Fhysi s of Diag osti radiology, 1 4)

Fokus

(31)

Ukuran pembesaran image yangterjadi pada sumber sinar berbentuk bidang di rumuskan sebagai berikut (5) :

M = m + ( m - 1 ) ( ) ...(II-2)

Dimana, M = pembesaran sesungguhnya m = pembesaran geometri f = ukuran fokus

d = Ukuran Objek.

Dari rumus diatas didapatkan nilai magnifikasi atau pembesaran sesungguhnya (true magnification) ukurannya lebih besar dari pembesaran geometri.

Pada gambar penambahan ukuran bayangan Pembesaran yang terjadi nilainya selain tergantung faktor magnifikasi geometri juga sebanding dengan ukuran fokal spot dan berbanding terbalik dengan ukuran objek.

II.7 Ketidaktajaman pada Image foto rontgen

Ketajaman image radiograf adalah kemampuan suatu radiograf memperlihatkan batas yang tegas dan jelas antara hitam dan putih. Pada suatu radiograf terdapat kekaburan suatu detail yang meluas sampai ke daerah tertentu dinamakan Ketidaktajaman (3)(5).

Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketajaman image rontgen antara lain:

1. Movement Unsharpness : ketajaman image berkurang disebabkan faktor pergerakan objek.

2. Fotografi unsharpness : Ketajaman image berkurang disebabkan faktor Fotografi ( alat-alat pendukung pencitraan = Kaset, film, Proses pencucian, Intesifying Screen )

(32)

18

II.7.1 Ketidaktajaman faktor geometri

Faktor yang mempengaruhi ketidaktajaman geometri (geometri unsharpnes) pada image foto rontgen antara Lain (5):

1. Jarak antara Objek Film Distance (OFD) ; semakin jauh jarak OFD semakin besar ketidaktajaman image.

2. Jarak Fokus Film Distance (FFD) dan Fokus Objek Distance (FOD) ; semakin dekat jarak FFD dan FOD semakin besar ketidaktajaman Image. 3. Ukuran Fokus ( Focal Spot Size ); dengan menggunakan ukuran fokus

yang besar maka menambah ketidaktajaman gambar.

Berikut adalah skema ketidakjaman faktor geometri semakin besar apabila (3)(5):

1. Jarak FFD dan FOD berkurang, OFD tetap.

FOD FFD

FFD

OFD

a

b a a b a [image:32.595.97.497.375.638.2]

(I) (II)

Gambar II.9 skema Ketidaktajaman geometri dengan berkurangnya FFD dan FOD,

(33)

Pada skema diatas ,(I) FFD dan FOD lebih pendek daripada pada (II), dan terlihat (I) Penumbra lebih besar daripada (II). Pada penumbra memiliki batas detail yang rendah dan kontras yang rendah sehingga terjadi pengaburan pada tepi objek pada image foto rongen.

2. Jarak OFD bertambah

FOD

FOD

FFD

OFD OFD

a b a a b a

Gambar II. 10 skema ketidaktajaman geometri dengan bertambahnya OFD

3. Ukuran fokus ( Focal Spot Size )

Fokus

Objek

[image:33.595.116.513.189.444.2]
(34)

20 Akibat sumber sinar berupa bidang maka suatu objek dengan ukuran tertentu (gambar ) akan terproyeksikan di film menjadi bayangan yang terdiri dari “ b “ yang merupakan pusat bayangan dikenal dengan istilah umbra (bayangan sejati) yang dikelilingi bayangan “ a “ dan “ a “ yang dibentuk oleh beberapa titik dari focal spots yang disebut daerah penumbra (setengah bayangan) dengan densitas lebih rendah dan lebih kabur. Besarnya ketidaktajaman geometri pada prinsipnya adalah menghitung lebar daerah penumbra (“ a “). Dari gambar (.) maka ukuran penumbra (“ a “) yang disebut ketidaktajaman geometri (Ug) dirumuskan sebagai berikut (3)(4)(5) :

Ug = F .

...

( II-3)

Dengan, Ug = Unsharpnes geometri

F = fokus

OFD = jarak antara objek ke Film

FOD = jarak antara fokus ke objek.

(35)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

III.1 Peralatan Dan Bahan-bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

III.1.1 Pesawat Sinar –X :

a. Merk : Siemen

b. Buatan : Italia

c. Model No : 09 46 00464446

d. Seri No : 1 4582 910

e. Max. Tegangan : 100 KV

III.1.2 Film rontgen yang digunakan adalah Green sensitive merk AGFA Ukuran

18x24Cm.

III.1.3 Kaset dan intesifying screen (IS) green emitting merk AGFA ukuran

18x24 Cm.

III.1.4 Flat logam ukuran 105x15 mm.

III.1.5 Processing film rontgen.

III.1.6 Mistar sebagai mengukur objek dan bayangan.

III.1.7 Meja untuk memudahkan pengaturan variabel FFD, FOD dan OFD

(36)

22

III.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Mengatur Variabel FFD, FOD dan OFD

X-Ray

Processing Film

Pengukuran Bayangan

Hasil

Analisis Data

(37)

III.3 Rencana Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

Studi Literatur

Proposal

Persiapan Alat dan

Bahan

Pengambilan Data

Analisa Data

Seminar Hasil

(38)

24

III.4 Metode penelitian

1. Metode yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah metode gabungan, studi pustaka (semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal) dan studi lapangan (data diambil langsung dari lapangan). Percobaan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel FFD, FOD dan OFD pada pembesaran dan ketidaktajaman gambar.

2. Sampel penelitian yang digunakan penulis adalah radiograf dalam hal ini adalah image foto rontgen yang dihasilkan oleh objek flat besi ukuran 105x15mm berupa nilai pembesaran dan ketidaktajamn image foto rontgen yang diukur dengan manual dan rumus.

III.5 Variabel Eksperimen

Variabel dari penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi jarak FFD, FOD dan OFD.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai pembesaran dan ketidaktajaman image foto rontgen yang dihasilkan yang diukur dengan manual ( menggunakan mistar) dan dengan Rumus.

c. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah: 1. Ukuran fokus ( focal spot ) 1.2mm

2. Film dan IS yang digunakan ini adalah jenis green sensitive dan green emmiting merk pabrikan AGFA

3. Pencucian film menggunakan automatic processing agar diperoleh hasil image foto rontgen yg standart.

(39)

III.6 Prosedure Penelitian

Penelitian ini menggunakan pesawat jenis Virtu x merk Siemen dengan type C Arm, kapasitas pesawat adalah tegangan 100 kV, Arus 63mAs dan fokus 1.2mm x 1.2mm yang terdapat pada Klinik USG dan Rontgen Fauzi di jalan H.M Yamin Medan.

Factor eksposi yang digunakan adalah 46kV dan 4.6 mAs. Ukuran fokus 1mm x 1mm, material objek yang dipakai flat logam ukuran 10,5cmx1,5cm. Objek diletakan pada pertengahan kaset yang telah diisi lembar film. Kemudiaan mengatur variasi OFD 0,5,10,15,20,25,30,35, dan 40 , masing-masing akan di kombinasikan dengan variasi FFD 80,90,100,110,120,130,140, dan 150 kemudian dilakukan penyinaran. Film yang telah disinar di proses di automatic processing sehingga menghasilkan image radiograf. Kemudian image foto rontgen dari hasil diukur dengan menggunakan mistar dan dihitung dengan menggunakan rumus, data yang didapat dianalisa.

Fokus

FFD FOD

Objek

OFD

Film

(40)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENELITIAN

IV.1.1 Data ukuran image foto rontgen dengan variasi OFD,FFD dan FOD.

[image:40.595.108.517.452.713.2]

Dalam penelitian ini telah dilakukan beberapa percobaan dengan objek flat besi dengan ukuran 10.5 cm x 1,5 cm. Dan variabel yang digunakan adalah variasi OFD, FFD, dan OFD dengan fokus ( focal spot ) yang tetap yaitu 1,2 mm. Data pembesran image foto rontgen di peroleh dengan dua cara yaitu : melalui perhitungan ( Rumus pada persamaan I ) dan eksperimen. Data pembesaran eksperimen diperoleh dari pengukuran langsung panjang image yang terjadi pada foto rontgen. Maka didapatlah data ukuran image foto rontgen sebagai berikut:

Tabel IV.1 Data Ukuran Image dengan Variabel OFD, FFD dan OFD diukur dengan cara manual (menggunakan mistar).

FFD vs OFD FFD 80cm FFD 90cm FFD 100cm FFD 110cm FFD 120cm FFD 130cm FFD 140cm FFD 150cm

0cm 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5

5cm 11.1 11.1 11 11 10.9 10.9 10.8 10.7

10cm 11.9 11.8 11.7 11.6 11.4 11.3 11.2 11.2

15cm 12.9 12.6 12.2 12 11.9 11.8 11.7 11.6

20cm 13.9 13.4 13.1 12.8 12.6 12.4 12.2 12.1

25cm 15.2 14.4 13.9 13.6 13.2 12.9 12.7 12.6

30cm 16.8 15.7 14.9 14.3 13.9 13.6 13.3 13.1

35cm 18.6 17.1 16.1 15.3 14.8 14,2 14 13.7

40cm 21 18.1 17.4 16.5 15.7 15.1 14.7 14.2

(41)
[image:41.595.105.517.134.395.2]

Tabel IV.2 Data Pembesaran ( beberapa kali pembesaran) Image diambil dengan cara perhitungan rumus macro radiography pers ...(1)

FFD vs OFD FFD 80cm FFD 90cm FFD 100cm FFD 110cm FFD 120cm FFD 130cm FFD 140cm FFD 150cm

0cm 0 0 0 0 0 0 0 0

5cm 1.07 1.06 1.05 1.047 1.043 1.04 1.037 1.034 10cm 1.14 1.13 1.11 1.1 1.09 1.083 1.076 1.07

15cm 1.23 1.2 1.18 1.16 1.14 1.13 1.12 1.11

20cm 1.33 1.28 1.25 1.22 1.2 1.18 1.167 1.153

25cm 1.45 1.38 1.33 1.29 1.26 1.24 1.21 1.2

30cm 1.6 1.5 1.43 1.37 1.33 1.3 1.27 1.25

35cm 1.78 1.63 1.54 1.46 1.41 1.37 1.33 1.3

40cm 2 1.8 1.67 1.57 1.5 1.44 1.47 1.36

Tabel IV.3 Data Ukuran image dihitung dengan Rumus Makro Radiography pers....(1) FFD vs OFD FFD 80cm FFD 90cm FFD 100cm FFD 110cm FFD 120cm FFD 130cm FFD 140cm FFD 150cm

0cm 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5 10.5

5cm 11.13 11.1 11.04 10.99 10.95 10.92 10.81 10.75 10cm 11.97 11.76 11.65 11.6 11.44 11.34 11.23 11.24 15cm 12.91 12.6 12.28 12.07 11.97 11.86 11.76 11.65 20cm 13.96 13.44 13.12 12.81 12.6 12.39 12.18 12.1 25cm 15.22 14.49 13.96 13.6 13.23 12.9 12.7 12.6 30cm 16.8 15.75 14.91 14.3 13.96 13.65 13.35 13.12 35cm 18.58 17.11 16.06 15.3 14.8 14.28 13.96 13.65 40cm 21 18.11 17.43 16.5 15.75 15.12 14.7 14.2

[image:41.595.107.518.471.729.2]
(42)

28

IV.1.2 Data ketidaktajaman geometri dengan variasi FFD, FOD dan OFD.

[image:42.595.109.516.259.517.2]

Berdasarkan penelitian dan dihitung dengan menggunakan rumus persamaan ( III ) didapat nilai ketidaktajaman geometri pada image foto rontgen dengan variasi FFD, FOD dan OFD. Berikut adalah tabel data ketidaktajaman geometri :

Tabel IV.4 Data Ukuran Ketidaktajaman Image foto rontgen dengan Rumus Makro Radiography pers....(3)

FFD vs OFD FFD 80cm FFD 90cm FFD 100cm FFD 110cm FFD 120cm FFD 130cm FFD 140cm FFD 150cm

0cm 0 0 0 0 0 0 0 0

5cm 0.08 0.07 0.06 0.057 0.052 0.048 0.044 0.04

10cm 0.2 0.15 0.13 0.12 0.11 0.1 0.09 0.08

15cm 0.28 0.24 0.21 0.19 0.17 0.15 0.14 0.13

20cm 0.4 0.34 0.3 0.26 0.24 0.22 0.2 0.18

25cm 0.54 0.46 0.4 0.35 0.31 0.28 0.26 0.24

30cm 0.72 0.6 0.51 0.45 0.4 0.36 0.32 0.3

35cm 0.93 0.76 0.65 0.56 0.49 0.44 0.4 0.36

(43)

IV.2 PEMBAHASAN.

IV.2.1 Pengaruh FFD, FOD dan OFD terhadap Image Foto Rontgen

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa pengaruh FFD, FOD dan OFD terhadap image foto rontgen antara lain :

1. Pengaruh terhadap Pembesaran Image Foto rontgen

[image:43.595.149.549.288.650.2]

Sesuai dengan data penelitian yang ada pada tabel IV.1 , tabel IV.2 dan tabel IV.3 dapat dilihat bahwa Variasi FFD, FOD dan OFD mempengaruhi ukuran image. Berikut adalah grafik yang memperlihatkan pengaruh variasi FFD, FOD dan OFD terhadap ukuran image foto.

Gambar IV.2.1 Grafik korelasi dan Pengaruh variasi FFD, FOD dan OFD terhadap

Image rontgen dengan mengukur secara manual.

0 5 10 15 20 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40

U k u ra n I m a g e s e ca ra m a n u a l

Objek Film Distance = OFD Ket : FFD dan OFD dalam satuan cm

(44)

30 Gambar IV.2.2 Grafik korelasi dan Pengaruh variasi FFD, FOD dan OFD terhadap Image

rontgen dengan mengunakan Rumus pada persamaan (1).

Dari data pada Tabel IV. 1, Tabel IV.2 dan Tabel IV.3 dan dari grafik IV.2.1 dan grafik IV.2.2 dapat dilihat perbedaan dan penyimpangan ukuran pembesaran image pada foto rontgen menggunakan alat ukur ( manual ) dan menggunakan rumusan teori ( pers 1 ) dimana penyimpangan berkisar 0,01 – 0,09 cm.

Pada OFD 0 cm dengan variasi FFD 80cm, 90cm, 100cm, 110cm, 120cm 130cm, 140cm dan 150cm tidak terjadi pembesaran ( besar image sama dengan besar objek ).

0 5 10 15 20 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40

U

k

u

ra

n

I

m

a

g

e

F

o

to

R

o

n

tg

e

n

d

n

g

P

e

rs

I

[image:44.595.150.526.85.426.2]

Object Film Distance (OFD) Ket : FFD dan OFD dalam satuan cm

Grafik Korelasi dan Pengaruh FFD dan OFD pada Pembesaran Image Foto Rontgen pers I

(45)

Pada OFD 5cm, 10cm, 15cm dan 20cm dengan kombinasi variasi FFD 80cm, 90cm, 100cm, 110cm, 120cm ,130cm,140cm dan 150cm nilai ukuran pembesaran masih mendekati objek sebenarnya dimana pembesaran bayangan 1.034 – 1,33 kali besar objek .

Sebaliknya pada OFD 25,30,35 dan 40 dengan kombinasi Variasi FFD 80,90,100,110,120,130,140 dan 150 terlihat pembesaran image terjadi berkisar 1.2 - 2 kali besar objek ( sesuai tabel IV.2 ).

Pada FFD 80cm, 90cm, 100cm dan 110cm dengan kombinasi variasi OFD 0cm, 5cm, 10cm, 15cm, 20cm,30cm, 35cm dan 40cm nilai ukuran pembesaran image masih jauh dari ukuran objek sebenarnya karena nilai berkisar 0 – 2 kali nilai objek, sebaliknya pada FFD 120cm, 130cm, 140cm, 140cm dan 150cm nilai ukuran pembesaran mendekati nilai objek sebenarnya nilai berkisar 0 – 1,5 kali objek.

2. Pengaruh terhadap Ketidaktajaman Image Foto rontgen

Berdasarkan tabel IV.4 dibuat grafik melihat pengaruh variasi FFD, FOD dan OFD terhadap ketidaktajaman geometri pada image foto rongten.

Grafik IV.2.3 Pengaruh FFD, OFD dan FOD terhadap ketidak tajaman image foto

rontgen 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

0 5 10 15 20 25 30 35 40

U g ke ti d a k ta ja m a n g e o m e tr i

[image:45.595.142.516.462.718.2]

Objek Film distance (OFD) ket : FFD dan OFD dalam satuan cm

(46)
(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang di peroleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal:

1. Variasi FFD 80 cm, 90 cm, 100 cm,110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm pada OFD 0 cm tidak terjadi pengaruh terhadap pembesaran dan ketidaktajaman image foto rontgen. Pengaruh dapat terlihat apabila jarak OFD lebih besar dari 0 cm.

2. Ukuran nilai pembesaran image foto rontgen yang diukur dengan manual dan rumus terdapat penyimpangan 0.01 – 0.09 .

3. Pengaruh FFD dan FOD berbanding terbalik dengan nilai pembesaran dan ketidaktajaman image foto rontgen, sebaliknya OFD berbanding lurus dengan nilai pembesaran dan ketidaktajaman image foto rontgen. 4. Untuk OFD 5 cm dan 10 cm jarak efektif FFD 90 cm, OFD 15 cm

jarak efektif FFD 100 cm, OFD 20 cm, 25 cm dan 30 cm jarak effekti FFD 120 cm dan OFD 35 cm dan 40 cm jarak efektif FFD 150 cm. Untuk pemeriksaan Cardiografy jarak efektif FFD 150 cm. Dengan menggunakan jarak efektif FFD, pembesaran bayangan mendekati objek sebenarnya dan ketidaktajaman gambar bisa di minimalkan sehingga tidak terjadi keraguan dan kesalahan dalam menegakkan diagnosa pada pasien dan mempertimbangkan proteksi radiasi, ukuran fokus dan tegangan tabung.

(48)

34

V.2 Saran – saran

Berpedoman dari data dan hasil penelitian, penulis menyarankan :

1. Radiografer hendaknya selalu memperhatikan dengan teliti jarak objek ke film karena sangat mempengaruhi image foto rontgen.

2. Untuk mendapatkan image foto rontgen yang mendekati ukuran objek sebenarnya dan mengurangi ketidaktajaman sebaiknya berusaha mengurangi jarak OFD atau menggunakan jarak efektif FFD dan memperhatikan proteksi radiasi, ukuran fokus dan tegangan tabung.

3. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya ditambahkan variasi ukuran fokus dan pengaruh jarak terhadap tegangan tabung.

(49)

DAFTAR PUSTAKA.

1. Akhadi, M., 2000, “ Dasar-dasar Proteksi Radiasi “, Cetakan Pertama,

Jakarta, Rineka Cipta.

2. Bushong,S.C.,1988,” Radiology Science For Technology” The C.V.

Mosby Company, Toronto, ST. Louis, WashingtonD.C.

3. Carrol, QB., 1985, “Principle of Radiographic Exposure Processing and QualityControl”, Third Edition, USA, Charless C, Thomas Publisher.

4. Chember, H., 1983, “ Pengantar Fisika Kesehatan” ( diterjemahkan oleh

Achmad Toekiman ), Semarang, IKIP Press.

5. Curry III, Thomas, S., 1984 “Christensens Introduction to The Physics of Dianostic Radiology”, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia.

6. Meredith, W.J. and Massey, J.B., 1977, “Fundamental Physics of Radiology” Third Edition, John Wright and Sons LTD Bristol.

(50)

36

LEMBAR EKSPEDISI PERBAIKAN SIDANG

Nama : Dody Marhaendra Putra

NIM : 110821004

Program Studi : Fisika (S-1) Ekstensi

Judul :

Pengaruh Dan Korelasi Variabel FFD, FOD dan OFD Pada Image Foto

Rontgen Dengan Menggunakan Pesawat Virtu X Di Klinik Rontgen Dan

USG Fauzi Medan.

No NAMA DOSEN PENGUJI TANGGAL TANDA TANGAN

1 Prof. Dr. Syafruddin Iliyas Biomed Sept 2013

2 Drs. Herli Ginting, MS Sept 2013

3 Drs. Aditia Warman, M.Si Sept 2013

4 Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc. Sept 2013

Gambar

Gambar II.1  Proses terjadinya radiasi sinar-X karakteristik
Gambar II.2. Sinar-X Bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron dengan
gambaran yang putih.
Gambar II.5. Pesawat Sinar-X
+7

Referensi

Dokumen terkait