• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

AYENDRA WAHYUNI

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan

kemampuan kognitif siswa dapat meningkat, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model tersebut

adalah cooperative learning tipe stuctured numbered heads.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap

kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Populasi penelitian berjumlah 200 siswa dengan sampel

yang menggunakan teknik random sampling berjumlah 40 siswa. Data diperoleh

melalui tes, observasi, dokumentasi dan kepustakaan, dengan teknik analisis data statistik diskriptif dengan munggunakan rumus persentase.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh model kooperatif tipe SNH terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Gajah Mada B.Lampung, maka

dapat diketahui bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered

(2)

1

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH

AYENDRA WAHYUNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(3)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

Ayendra Wahyuni 1013033027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Enim, pada tanggal 07 September

1992, anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak

Sai’in, S.T., dengan Ibu Yuswartini.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Perumnas Way Halim

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2007, penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandar

Lampung dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 12

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis tercatat

sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur

(SNMPTN).

Penulis aktif dalam kegiatan Forum Komunikas Mahasiswa dan Alumni (fokma)

Pendidikan Sejarah dan menjadi Bara Muda Himapis periode 2010-2011. Penulis

pernah menjadi Staff di Fokma Sejarah tahun 2012/2013. Di BEM FKIP pernah

menjadi staff dalam bidan SENBUDOR periode 2011/2012. Penulis pernah

melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta – Jakarta

pada bulan Januari 20011 serta melaksanakan Program KKN Terintegrasi dan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 02Way Tenong kabupaten

(8)

MOTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya

kamu berharap “

(9)

PERSEMBAHAN

Berlandaskan hanturan syukur kepada Allah Swt, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti

cinta dan kasihku kepada:

1. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu

dan harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita, citra dan cintaku ,

3. Guru-guruku tercinta yang pernah mengajariku semenjak SD hingga masuk

Perguruan Tinggi (UNILA) yang senantiasa sabar & selalu memberikan ilmu

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Model

Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Terhadap Kemampuan

Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS SMP Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. jaya, M. S., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

(11)

7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., pembimbing I yang dengan ikhlas dan

senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum., pembimbing II yang dengan

ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya

kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Ibu Dr. R.M.

Sinaga, M.Hum., Bapak Drs. Tontowi, M.Si., Bapak M. Basri S.Pd, M.Pd.,

Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11.Bapak Drs. Ibu Munzhir, S.Pd., kepala sekolah yang telah memberikan izin

penulis untuk melakukan penelitan;

12. Ibu Purnamawati, S.Pd., guru bidang studi IPS SMP Gajah Mada Bandar

Lampung yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;

13.Kedua orang tuaku, Bapak Sai’in, S.T., dan Ibuku tercinta Ibu Yuswartini

yang senantiasa menuntun, menyayangi dan selalu mendoakan

keberhasilanku terima kasih atas ketulusan, kesabaran dan pengorbanannya

untukku ;

14.Ketiga saudari/a ku Eka Dwi Capitasari, S.E., Kiki Carolice dan Andrian

yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangat dalam

(12)

15.Teman- teman seperjuanganku Lensy, Melisa, Lina, Hakim, Selly, Dani,

Eddy, lilis yang banyak membantu ku, angkatan 2010 Genap dan Ganjil

terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;

16.Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008, 2009, dan adek tingkat 2010,

2011, 2012, 2013;

17.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Bandar Lampung, Mei 2014

Penulis,

Ayendra Wahyuni

(13)

DAFTAR ISI

I.3 Tujuan, Kegunaan. Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

I.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

I.3.2 Kegunaan Penelitian ... 4

I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

Referensi ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1 Tinjauan Pustaka ... 7

II.1.1 Konsep Pengaruh ... 7

II.1.2 Konsep Kemampuan Kognitif ... 8

II.1.4 Konsep Model Pembelajaran ... 12

II.1.4 Konsep Cooperative Learning ... 13

II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads ... 15

II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS ... 18

II.1.7 Penelitian Relevan ... 20

II.2 Kerangka Pikir ... 22

II.3 Paradigma ... 23

(14)

III. METODELOGI PENELITIAN ... 25

III.1 Metode Penelitian ... 25

IIII.2 Populasi dan Sampel ... 25

III.2.1 Populasi ... 26

III.2.2 Sampel ... 27

III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

III.3.1 Variabel Penelitian ... 28

III.3.2 Definisi Operasional ... 29

III.4 Instrumen Penelitian ... 30

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30

III.6 Validatas dan Reabilitas Alat Ukur ... 32

III.6.1Validitas ... 32

IV. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN ... 38

IV.1 Hasil Penelitian ... 38

IV.1.1 Sejarah Berdirinya Sekolah ... 38

IV.1.2 Keadaan Sekolah ... 38

IV.1.3 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 39

IV.1.4 Keadaan Siswa ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

V.1 Kesimpulan ... 56

V.2 Saran ... 57

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada

Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 26

2. Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C ... 26

3. Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen ... 31

4. Tabel 4. Indeks Kesukaran ... 32

5. Tabel 5. Daya Pembeda ... 33

6. Tabel 6. Jumlah Ruangan Sekolah ... 37

7. Tabel 7. Nama Tenaga Pendidik/Guru ... 38

8. Tabel 8. Nama Staf Sekolah ... 39

9. Tabel 9. Jumlah Siswa ... 39

10. Tabel 10. Jumlah Rombongan Belajar ... 40

11. Tabel 11. Skor Kognitif Pertama ... 41

12. Tabel 12. Persentase Jumlah Siswa ... 43

13. Tabel 13. Skor Kognitif Kedua ... 44

14. Tabel 14. Persentase Jumlah Siswa ... 46

15. Tabel 15. Skor Kognitif Ketiga ... 47

16. Tabel 16. Persentase Jumlah Siswa ... 49

(16)

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga

sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat

mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Proses pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah yang sering diterapkan guru membuat siswa

menjadi bosan, jenuh bahkan siswa menjadi pasif (Slameto, 2010:65). Dalam

penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, siswa hanya duduk,

mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan guru

dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar serta kurang variatifnya

guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran tersebut yang sesuai

dengan materi yang akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar

berlangsung (Zainal Aqib, 2013:66).

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah merupakan metode

yang paling banyak dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran walaupun

(17)

2

Melihat cara siswa belajar tersebut ada sebuah pepatah dari china, dalam

http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html (02 April 2013)

menyebutkan bahwa:

”Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya berbuat dan saya mengerti”.

Pepatah tersebut dapat diartikan jika saya belajar dengan cara mendengarkan,

maka saya akan cepat lupa, jika saya belajar dengan cara banyak melihat, maka

saya akan lama ingat, jika saya belajar dengan cara berbuat, maka saya akan

menjadi mengerti.

Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam pembelajaran pada mata

pelajaran IPS, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara optimal. Salah satu model tersebut adalah cooperative learning.

Artz dan Newman (1990)menyatakan bahwa :

“Model Cooperatif Learning lebih menitikberatkan pada proses kelompok kecil pembelajaran/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai /satu tujuan bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun secara langsung pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional” (Miftahul Huda, 2013: 32).

Hal ini sesuai dengan pendapat Roger, dkk. (1992) yang menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang

di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri

dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya

(18)

3

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan model

Cooperatif Learning ini, yaitu siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif

dalam kelompok, memberikan hasil belajar yang lebih baik serta dapat

mengembangkan kemampuan siswa. Salah satu tipe cooperative learning yang

dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS yaitu cooperative Learning tipe

structured numbered heads (Miftahul Huda, 2013:139).

SNH adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembagian tugas

kelompok (Zainal Aqib, 2013:20). Dalam proses pembelajaran model SNH,

pemecahan masalah dilakukan melalui diskusi dan siswa diberikan tanggung

jawabnya masing-masing dalam pemecahan masalah (Miftahul Huda, 2013: 139).

Model SNH merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif

dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe SNH diduga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi

IPS, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Hal ini berarti

siswa akan mendapatkan informasi dan pengetahuan yang baik, sehingga

kemampuan kognitif yang dicapai siswa dapat meningkat saat pembelajaran

karena kegiatan belajar mengajar dikelas sangat berpengaruh pada kemampuan

berpikir yang dicapai siswa. Akan tetapi model Cooperative Learning tipe

Structured Numbered Heads ini masih tergolong baru karena masih banyak

sekolah yang belum mengetahui model ini dikarenakan ketidaktahuan pihak

sekolah tentang model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads

salah satunya yaitu SMP Gajah Mada B.Lampung. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe SNH dapat menjadi solusi dalam pembelajaran yang

(19)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Model Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Terhadap

Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Gajah

Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered

heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS

kelas VIII semester ganjil SMP Gajah Mada Bandar Lampung?

Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup

I.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap

Kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil

SMP Gajah Mada Bandar Lampung.

I.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada

pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah

(20)

5

Kegunaan Praktis.

1. Bagi Guru : Memberikan masukan atau informasi tentang model dan metode

mengajar yang dapat diterapkan di dalam kelas..

2. Bagi Siswa : Dapat meningkatkan penguasaan materi, peran dan tanggung

jawab siswa dalam proses belajar di kelas pada mata pelajaran IPS.

Kegunaan Teoritis

Bagi penulis : Dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered

heads pada mata pelajaran IPS.

I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Objek Penelitian : Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung

Subjek Penelitian : Siswa Kelas VIII C SMP Gajah Mada Bandar Lampung

Tempat Penelitian : SMP Gajah Mada Bandar Lampung

Waktu Penelitian : Mei 2013 sampai penelitian selesai.

Temporal : Tahun Pelajaran 2013/2014

(21)

6

REFERENSI

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bineka Cipta, hal.65

Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya, hal.66

Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju, hal.36

http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010 diakses 02 April 2013

Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.32

Ibid., hal.29

Zainal, Op.Cit, hal.20

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Konsep Pengaruh Pembelajaran

Pengaruh merupakan kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga

gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada

disekelilingnya (Winaro Surakhmad, 1982:7). Pengertian pengaruh adalah daya

yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2005:849).

Trianto (2010:17) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.”

Hal ini sesuai dengan pendapat Warsita (2008:85) yang menyatakan bahwa

pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu

(23)

8

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran adalah

suatu daya yang timbul dari peserta didik karena adanya suatu perubahan yang

membuat peserta didik belajar. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pada daya

yang timbul dari adanya model cooperative learning tipe structured numbered

head pada mata pelajaran IPS.

II.1.2 Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan

ilmu pengetahuan (Daryanto, 1999:11). Kemampuan kognitif siswa terbagi

menjadi enam aspek yang sesuai dengan Taksonomi Bloom (1956) yaitu:

1. Pengetahuan

Adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom, yang sering

disebut sebagai aspek ingatan. Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang

dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep-konsep, fakta, atau

istilah-istilah lainnya. Kata operasional yang digunakan sebagai berikut:

menyebutkan, menunjuk, menjelaskan, mengidentifikasi, menyatakan.

2. Pemahaman

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar

mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,

mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan

isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lainnya.

3. Penerapan

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,

(24)

9

abstrak dalam situasi konkret tertentu. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa

ide umum, aturan atas prosedur, atau metode umum dan juga dapat dalam

bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan

dalam situasi baru dan konkret.

Penerapan terhadap fenomena yang dibicarakan dalam satu makalah

mengenai istilah atau konsep ilmiah yang digunakan pada makalah lain.

Kemampuan memprediksi efek yang mungkin timbul akibat perubahan

pada suatu faktor terhadap suatu situasi biologis yang telah ada dalam

equilibrium.

4. Analisis

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang

masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian

yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu

mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yang rumit.

1) Analisis tentang unsur

Pengidentifikasian unsur-unsur yang ada dalam suatu komunikasi.

Kemampuan untuk mengetahui asumsi yang tidak terungkapkan.

Keterampilan dalam membedakan fakta dari hipotesis.

2) Analisis tentang hubungan

Hubungan dan interaksi antara unsur-unsur dan bagian-bagian suatu

(25)

10

Kemampuan untuk memeriksa konsistensi atau ketetapan hipotesa

dengan informasi dan asumsi yang ada.

Keterampilan dalam memahami hubungan antara ide-ide dalam

sebuah bacaan.

3) Analisis tentang prinsip-prinsip pengaturan

Pengorganisasian, pengaturan sistematis, dan struktur yang menyatukan

komunikasi.

5. Sintesis

Penyatuan unsur-unsur dan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang

berhubungan dengan proses bekerja dengan potongan-potongan,

bagian-bagian, unsur-unsur, dana sebagainya, dan mengatur serta

menggabungkannya dengan sedemikian rupa guna membentuk suatu pola

atau struktur yang sebelumnya tidak jelas.

1) Penghasilan (production) suatu komunikasi yang unik

Pengembangan dari suatu komunikasi dimana penulis atau pembicara

berupaya untuk menyampaikan ide, perasaan, dan/atau pengalaman pada

orang lain.

Keterampilan dalam menulis, dengan menggunakan suatu

pengaturan ide dan pernyataan yang sangat baik.

Kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman pribadi dengan

efektif.

2) Penghasilan (production) sebuah rencana atau serangkaian operasi yang

(26)

11

Pengembangan dari suatu rencana kerja atau proposal atas sebuah rencana

operasi, yang harus memenuhi persyaratan tugas yang mungkin diberikan

pada siswa atau mungkin pula dikembangkannya sendiri.

Kemampuan mengajukan cara-cara untuk menguji hipotesis.

Kemampuan merencanakan sebuah unit instruksi untuk situasi

mengajar tertentu.

3) Penemuan serangkaian hubungan yang abstrak

Pengembangan dari seperangkat hubungan yang abstrak baik untuk

mengklasifikasi maupun untuk menjelaskan data atau fenomena tertentu, atau

deduksi dari pernyataan dan hubungan dari seperangkat pernyataan dasar atau

representasi secara simbolis.

Kemampuan merumuskan hipotesis yang tepat dengan berdasarkan

pada suatu analisis dari faktor-faktor yang terlibat, dan untuk

memodifikasi hipotesis tersebut sesuai dengan faktor dan

pertimbangan baru.

Kemampuan membuat penemuan dan generalisasi secara matematis

6. Evaluasi

Penilaian (judgments) kuantitatif dan kualitatif mengenai nilai dari suatu

materi dan metode untuk tujuan tertentu dengan menggunakan standar

penilaian yang kriterianya dapat ditentukan oleh siswa sendiri atau ditentukan

sebelumnya dan kemudian diberikan pada siswa tersebut.

1) Penilaian (judgments) atas bukti internal

Evaluasi atas akurasi dari suatu komunikasi yang dibuktikan melalui akurasi

(27)

12

Menilai (judging) melalui standar internal, kemampuan untuk menilai

probabilitas umum dari akurasi dalam melaporkan fakta dari

kecermatan atas ketepatan pernyataan, dokumentasi, bukti dan

sebagainya.

Kemampuan menunjukkan kekeliruan (fallacies) secara logis dalam

argumen.

2) Penilaian (judgments) atas kriteria eksternal

Evaluasi atas materi dengan mengacu pada kriteria yang telah dipilih atau

diingat.

Perbandingan dari teori besar, generalisasi, dan fakta mengenai

budaya tertentu.

Menilai (judging) melalui standar eksternal, kemampuan untuk

membandingkan sebuah karya dengan standar tertinggi dalam

bidangnya, terutama dengan karya-karya lain yang diakui

kehebatannya.

Pada penelitian ini ranah kognitif hasil belajar siswa terdiri dari kemampuan

kognitif pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis, sintesis dan evaluasi.

II.1.3 Konsep Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011:

46). Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar

(28)

13

sesuai dengan pendapat Toeti Soekamto dan Winata putra (1995: 78) yang

mengatakan bahwa:

“Model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran adalah

rancangan dalam proses belajar mengajar yang akan membawa peserta didik

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan berguna sebagai

acuan dalam melaksanakan pembelajaran.

II.1.4 Konsep Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Cooperative Learning yaitu satu model pengajaran dan pembelajaran yang

menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk

berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Kadir, 2002:54).

Davidson (1995) dalam Miftahul Huda menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan siswa yang bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu.

Model Cooperative Learning menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas.

Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran

dapat dicapai di tengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan

suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling

(29)

14

Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar

kelompok biasa. Menurut Miftahul Huda (2013: 46) model pembelajaran

kooperatif mempunyai unsur-unsur dasar yang membuat pembelajaran kooperatif

lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran individual, yaitu :

a. Interdepensi positif (ketergantungan positif)

Dalam pembelajran kooperatif siswa harus bertanggung jawab pada dua hal: 1) mempelajari materi yang ditugaskan, 2) memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga mempelajari materi tersebut

b. Interaksi promotif

Interaksi dalam kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama.

c. Akuntabilitas Individu (tanggung jawab individu)

Dalam kelompok kooperatif, tanggung jawab akan muncul ketika aktivitas setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada kelompoknya.

d. Pemrosesan kelompok

Kerja kelompok yang efektif biasanya dipengaruhi oleh sejauh mana kelompok tersebut merefleksikan proses kerja sama kelompok.

Arrends (1997: 111) menyatakan bahwa :

Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk berkerjasama.

Damon dalam Miftahul Huda (2013: 42) mengatakan bahwa diskusi kelompok

yang menjadi ciri penting pembelajaran kooperatif memiliki manfaat-manfaat

praktis. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran di antara siswa. Perdebatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

b) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mencari konsep-konsep yang lebih sistematis.

c) Diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran kritis diantara siswa.

(30)

15

e) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutamakan pendapat-pendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan kemampuan siswa di dalam kelas.

Menurut Miftahul Huda (2013: 118) bentuk-bentuk/ tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

“ 1) Jigsaw

2) Think-Pair-Share 3) Number Heads Together 4) Structured Numbered Heads 5) Group Investigation

Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian cooperative Learning adalah

belajar bersama dalam kelompok kecil yang dapat menumbuhkan rasa

tanggungjawab dan pemahaman secara baik dalam suatu materi pelajaran.

II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads (SNH)

Model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads adalah suatu

pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk

menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa.

Model kooperatif tipe SNH ini merupakan turunan atau bentuk penyempurnaan

dari model kooperatif tipe NHT yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen (1993).

Menurut Zainal Aqib (2013 :20) Sintak atau langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe kepala bernomor struktur yaitu :

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor urut

(31)

16

Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

3) Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 5) Kesimpulan

Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif dengan membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran,

yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat

adalah mencatat semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat

soal, menulis hasil diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari

solusi atau jawaban dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan

melakukan diskusi. Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan

hasil diskusi di depan kelas saat diskusi telah selesai.Tipe ini menuntut siswa

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, walaupun setiap

siswa memiliki tugasnya masing-masing.

Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe SNH sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3

sampai 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan tempat duduk, dll.

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.

3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

4. Guru membagikan tugas kelompok kepada siswa

5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain

(32)

17

pada pertemuan sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh dengan tugas yang siswa dapatkan (Miftahul huda, 2013: 139).

Dalam kutipan

http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html (12 April 2013), model kooperatif tipe SNH memeliki kelebihan

dan kelemahan yaitu:

Kepala bernomor struktur memiliki kelebihan-kelebihan:

1. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Mampu memperdalam pamahaman siswa. 4. Melatih tanggung jawab siswa.

5. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama. 6. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.

7. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar. 8. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun

saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

Kepala bernomor struktur juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:

1. Guru tidak megetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Membutuhkan waktu yang banyak.

3. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)

4. Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.

Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian Structured Numbereds Heads

adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar

dengan memberikan penegasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa,

dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5

orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat

(33)

18

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.

3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya

siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data

yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari

penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja

kelompok.

4. Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas

kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil

dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat

pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat

umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain

6. Pada pertemuan selanjutnya dalam menggunakan kooperatif tipe SNH,

kelompok diskusi tetap pada kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh

dengan tugas yang siswa dapatkan

II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-

ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan

Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan

satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial

(34)

19

Menurut Ahmadi dan Amri (2011: 10) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman.

Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan

mengembangkan berbagai sikap yang diperlakukan agar sikap yang diperlukan

agar siswa menjadi warga masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis

pengertian (kognitif) yang perlu diterima siswa dari pembelajaraan IPS

diantaranya adalah aspek-aspek utama lingkungan social, aspek utama drai

lingkungan alam, berbagai cara manusia bekerjasama dengan lingkungan, fungsi

control oleh kelompok social dan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan

dasarnya. Sikap (afektif) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS

diantaranya adalah menghargai hakikat individu, menjunjung tinggi hukum dan

yakin bahwa masalah dapat diselesaikan dengan akal. Karakteristik mata pelajaran

IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (Puskur, 2006:6).

Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang

dirumuskan dengan pendekatan interdisimpliner dan multidisipliner.

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

(35)

20

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraaan

Menurut N. Dalddjoeni (1985:23) tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran

IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik. Menurut Fajar

(2009: 114) fungsi mata pelajaran IPS di SMP atau MTS adalah untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan

kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Pembelajaran IPS di SMP Gajah Mada Bandar Lampung, menggunakan

kurikulum KTSP yang berarti pembagian materi dalam pembelajaran IPS terdiri

dari materi pelajaran Geografi, Ekonomi, dan Sejarah.

II.1.7 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala

Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan”. Peneliti adalah Rahma

sofia dari Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

(36)

21

Permasalahan yang diambil adalah pembelajaran dengan menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan

hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian adalah hasil belajar siswa pada materi

permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur.

2. Judul skripsi adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Kepala Bernomor Struktur Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar”. ”. Peneliti

adalah Joni Susilowibowo dan Lika Yuliati Fakultas Ekonomi, Unesa,

Kampus Ketintang Surabaya. Tahun penelitian adalah 2009. Permasalahan

yang diambil adalah masih kurangnya ketuntasan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika. Hasil penelitian adalah Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa kompetensi guru dalam mengelola kelas meningkat pada setiap

siklus. Kegiatan siswa dianggap cukup baik. Selain itu, prestasi meningkat

juga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif adalah menyenangkan bagi siswa.

Dari kedua penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian yang saya lakukan

berbeda dengan penelitian tersebut. Jika pada penelitian pertama penelitian

membahas tentang hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran

dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dan

penelitian kedua membahas tentang ketuntasan belajar siswa, penelitian yang saya

lakukan membahas tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SNH

(37)

22

II.2 Kerangka Pikir

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada pelajaran IPS di

sekolah adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam

pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan

masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.

Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

SNH diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya

setiap siswa dilibatkan secara langsung dalam pembagian tugas kelompok. Tipe

pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam penguasaan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya

masing-masing. Pada pelaksanaannya guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa akan aktif dan lebih bertanggung

jawab dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa

termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan kompetensi

dan kemampuan berpikir siswa.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Stuctured

Numbered Heads (SNH), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan.

Model pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah

Mada Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu

kelas penelitian. Pada kelas penelitian akan diberikan perlakuan dengan diajarkan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbereds Heads.

(38)

23

II.3 Paradigma

Kemampuan Kognitif:

1. Pengetahuan

Model Cooperative Learnig 2. Pemahaman

Tipe Structured Numbered Heads 3. Penerapan

4. Analisis

5. Sintesis

6. Evaluasi

Keterangan:

(39)

24

REFERENSI

Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito, hal.7

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Bahasa, hal.849

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group, hal.17

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta, hal. 11

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal.46

Trianto, OP.Cit., hal.51

Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)

Kadir.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, hal.54

Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.30

Ibid., hal.46

Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, hal.111

Miftahul, Op.Cit., hal.42

Zainal, Op.Cit., hal.20

Miftahul, Op.Cit., hal.139

http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html, dikutip tanggal 12 April 2013

Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung: Unila

(40)

25

Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda, hal.114

Zainal, Loc.Cit., hal.66

Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara, hal.4

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_pe/article/view/5205, dikutip tanggal 22 Mei 2013

Arikunto, Op.Cit., hal.62

(41)

26

III.METODELOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono

(2003:11), menyatakan bahwa di dalam Penelitian diskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain. Menurut Suranto (2009:22) penelitian diskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu realita sosial tertentu atau

dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang

berlangsung sekarang.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan metode diskriptif adalah metode penelitian ilmiah yang digunakan untuk

mengetahui niai dari satu variabel tanpa menghubungkan variabel yang lain.

III.2 Populasi dan Sampel

III.2.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Anwar Sanusi (2012:87) menyatakan bahwa

populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri tertentu

yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi menurut Sugiyono

(42)

27

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya

diartikan sebagai orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang

lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Gajah

Mada Bandar Lampung pada tahun ajaran 2013/2014.

Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VIII A 16 20 36

2. VIII B 17 23 40

3. VIII C 22 18 40

4. VIII D 22 21 43

5. VIII E 24 17 41

Jumlah 101 99 200

Sumber : Tata Usaha SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun 2013/2014

Dari tabel di atas, diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII SMP

Gajah Mada Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 5

kelas (VIII A-VIII E) dengan jumlah siswa sebanyak 200 orang siswa. Populasi

dalam penelitian ini yang terdiri dari 101 orang siswa laki-laki dan 99 orang siswa

perempuan.

III.2.2 Sampel

Menurut Lind Dauglas, A (2009:7) sampel adalah bagian dari suatu populasi.

Sugiyono (2012:118) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Suranto (2009:15) sampel

(43)

28

masih sangat luas, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun

biaya, maka peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini yang diambil dari

populasi. Berdasarkan populasi yang ada maka sampel penelitian ini adalah

menggunakan teknik random sampling yaitu seluruh populasi kelas VIII dipilih

secara acak dan akan dijadikan sebagai sampel. Dengan menggunakan teknik

tersebut, Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas penelitian.

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti

atau sumber data yang sangat luas, sedangkan cara penarikan sampel ini

menggunakan cara perundingan dan yang diambil sebagai sampel adalah seluruh

siswa di dalam satu kelas sebagai kelas penelitian dari satu kelas yang ada.

Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VIII C 22 18 40

Jumlah 22 18 40

Sumber : SMP Gajah Mada Bandar lampung Tahun 2013/2014

Dari tabel di atas, sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII C yang

mendapat perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.

III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III.3.1 Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Anwar Sanusi (2012:50) adalah suatu fenomena yang

(44)

29

Farhady (1981) dalam Sugiyono menyatakan bahwa variabel merupakan atribut

seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang

lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut :

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Stuctured

Numbered heads (SNH). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan. Model

pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah Mada

Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas

VIII C. Pada kelas VIII C akan diberikan perlakuan dengan diajarkan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads.

III.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan

mendiskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat

spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang

yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka

peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan

digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model Cooperatif tipe Structured Numbered Heads adalah suatu pembelajaran

yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan

(45)

30

ini membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat,

pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat adalah mencatat

semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat soal, menulis hasil

diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari solusi atau jawaban

dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan melakukan diskusi.

Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan hasil diskusi di depan

kelas saat diskusi telah selesai. Kemampuan Kognitif adalah Kemampuan berpikir

yang diperoleh siswa setelah menerima sesuatu pengetahuan yang diwujudkan

dalam nilai setelah mengikuti tes yang diselengarakan.

III.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148)”. Instrumen penelitian

yang digunakan dalam peneletian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil

belajar siswa yaitu tes hasil belajar (tes objektif tipe pilihan ganda), sesuai materi

yang telah ditentukan yang diberikan kepada siswa di setiap akhir pertemuan pada

mata pelajaran IPS Terpadu. Tes Objektif tipe pilihan ganda dipilih, karena dalam

penggunaan tes objektif, jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes

essai (Arikunto 2008:164).

III.5 Teknik Pengumpulan Data

(46)

31

a. Kuis atau Tes

Kuis atau tes adalah suatu proses untuk menentukan kemampuan kognitif siswa

melalui kegiatan penilaian (pengukuran hasil belajar siswa). Kuis dilaksanakan

setiap akhir pertemuan. Dan tujuan utama diadakan kuis ini untuk mengetahui

tingkat keberhasilan yang dicapai setelah menigukti proses pembelajran IPS. Kuis

diberikan kepada siswa berupa soal-soal yang terkait dengan materi yang

dipelajari.

b. Observasi

Suranto (2009:14) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik

pengmbilan data dengan terjun secara lansung ke lapangan dengan mengambil

data secara langsung. Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung

adalah sebuah teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung dengan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti

pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan kegiatan

pembelajaran pada kelas yang menjadi kelas penelitian di SMP Gajah Mada

Bandar Lampung.

c. Dokumentasi

Suranto (2009:14) Dokumentasi adalah suatu teknik pengambilan data dari data

masa lalu yang ada di perusahaan atau lembaga. Dokumentasi dilakukan dengan

cara pengambilan data yang sudah ada, seperti: data siswa kelas VIII SMP Gajah

(47)

32

d. Studi Pustaka

Suranto (2009:15) studi pustaka adalah teknik pengambilan data dengan cara

membaca referensi atau literature sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

Studi pustaka yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan

dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti : teori yang mendukung,

konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.

III.6 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

III.6.1Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari suatu

instrumen. Suatu instrumen valid mempunyai validitas yang tinggi. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan

dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat . Ciri suatu tes

yang baik adalah apabila tes itu mampu untuk mengukur apa yang akan di ukur

atau istilahnya valid, yang diukur dalam tiap item/butir soal. Penelitian ini

digunakan, disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran”

(Suharsimi Arikunto 2008:144) .

r(xy) =

Keterangan :

r(xy)∶ Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

x : Skor

y : Jumlah skor

x2 : Kuadrat dari Skor

(48)

33

∑xy: Jumlah perkalian x dan y

n : Jumlah sample

(Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson).

Item soal dapat dikatakan valid bila nilai koefisien > 0,2. Sedangkan bila nilai

koefisien kurang dari 0,2, maka item soal tersebut tidak valid.

III.6.2 Reliabilitas

Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang

sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya melihat kesejajaran hasil

(Suharsimi Arikunto 2008: 86).

Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, yaitu:

r11 =

Keterangan :

r11 = reliabilitas instument

n = jumlah varian skor tiap item

= jumlah varian butir

= varian total

(Suharsimi Arikunto, 2008: 171)

Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen

Besarnya Nilai Kriteria

0,0 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

(49)

34

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 171

Kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk

= n maka alat ukur tersebut reliabel dan sebaliknya jika r hitung< r tabel maka

item pertanyaan tersebut reliabel, Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai

alpha > 0,7. Sedangkan bila nilai alpha kurang dari 0,7, maka instrument tersebut

tidak reliabel.

III.7 Tingkat Kesukaran

Arikunto (2008: 210) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu

butir soal digunakan rumus berikut:

P =

Keterangan :

P : angka indeks kesukaran item

B : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul

JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.

Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4. Indeks Kesukaran

- Soal dengan P -1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 210

III.8 Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang

(50)

35

Kemudian diambil 20% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok

atas) dan 20% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Suharsimi Arikunto (2008: 213) mengungkapkan menghitung daya pembeda

ditentukan dengan rumus:

D =

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal

yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal

yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal

yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir

soal yang diolah

JA : jumlah kelompok atas

JB : jumlah kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda:

Tabel 5. Daya Pembeda

(51)

36

III.9 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012: 207) analisis data statistik

deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Perhitungan

dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik,

diagram lingkaran, perhitungan modus, median perhitungan persentase (Sugiyono,

2012:208). Rumus persentase sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = angka persentase hasil belajar siswa

F = frekuensi siswa pada hasil belajar tertentu

(52)

37

REFERENSI

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, hal.11

Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra, hal.22

Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, hal.87

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta, hal.117

A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba Empat, hal.7

Sugiyono, Op.Cit., hal.118

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 144

Arikunto., Op.Cit., hal.86

Arikunto., Op.Cit., hal.93

Arikunto., Op.Cit., hal.210

Arikunto., Op.Cit., hal.213

Sugiyono., Op.Cit., hal.207

(53)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa

Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap

kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Gajah Mada

Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan kesimpulan dari tiap aspek

sebagai berikut:

1. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek pengetahuan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

8 siswa (20%).

2. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek pemahaman pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

7 siswa (17,5%).

3. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek penerapan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

(54)

57

4. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek analisis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

6 siswa (15%).

5. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek sintesis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

5 siswa (12,5%).

6. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

terhadap aspek evaluasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi

peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar

4 siswa (8,75%).

Berdasarkan kesimpulan dari enam aspek kognitif di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa

pada mata pelajaran IPS kelas VIII.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013/2014, maka peneliti memberikan saran bagi para pembaca,

terutama bagi rekan-rekan guru antara lain :

1. Bagi guru model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mempengaruhi

(55)

58

2. Bagi pembaca model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads

dapat memberikan pengetahuan, sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan hasil belajar

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak.1986. Strategi Belajar Pendidikan Luar sekolah. Universitas Terbuka

Anas, Sudjono.1995.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta

A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba

Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Daldjoeni, N. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta

Emzir. 2008. Metodologi PenelitianPendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda

Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar

Nasution, S.1995. Mengajar Dengan sukses. Jakarta: Bumi Aksara

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bineka Cipta

Surdiman.2011. Interaksi Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grahafindo Prasada

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

(57)

Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra

Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar,

Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara

Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset

Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung: Unila

Taruh, Enos. 2003. Konsep Diri dan Motivas Bberprestasi dan Kaitannya Dengan Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group

Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)

Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito

http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010, diakses 02 April 2013

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013

Gambar

Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun
Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C
Tabel 4. Indeks Kesukaran
Tabel 5. Daya Pembeda

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika umumnya pada peningkatan mutu pendidikan matematika melalui pendekatan realistik

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Wawancara dilakukan terhadap informan (panghulu suku, dubalang, wali nagari, ampek jiniah, ketua KAN, atau kepala keluarga) yang telah kita pilih sebelumnya. Materi

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

NO NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI PAGU ANGGARAN METOOE PENGADAAN utsrponmlkjihgecbaWSRPONLKC. 1 Pembangunan Sekolah Shelter Kecamatan Wanareja Rp 1.076.865.550

Muhammad Anwar Rosad, A210080005. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari penelitian ini