ABSTRAK
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
AYENDRA WAHYUNI
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan
kemampuan kognitif siswa dapat meningkat, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Salah satu model tersebut
adalah cooperative learning tipe stuctured numbered heads.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil di SMP Gajah Mada B.Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Populasi penelitian berjumlah 200 siswa dengan sampel
yang menggunakan teknik random sampling berjumlah 40 siswa. Data diperoleh
melalui tes, observasi, dokumentasi dan kepustakaan, dengan teknik analisis data statistik diskriptif dengan munggunakan rumus persentase.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh model kooperatif tipe SNH terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Gajah Mada B.Lampung, maka
dapat diketahui bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered
1
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH
AYENDRA WAHYUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
(Skripsi)
Oleh
Ayendra Wahyuni 1013033027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Enim, pada tanggal 07 September
1992, anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak
Sai’in, S.T., dengan Ibu Yuswartini.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Perumnas Way Halim
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2007, penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandar
Lampung dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 12
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis tercatat
sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
(SNMPTN).
Penulis aktif dalam kegiatan Forum Komunikas Mahasiswa dan Alumni (fokma)
Pendidikan Sejarah dan menjadi Bara Muda Himapis periode 2010-2011. Penulis
pernah menjadi Staff di Fokma Sejarah tahun 2012/2013. Di BEM FKIP pernah
menjadi staff dalam bidan SENBUDOR periode 2011/2012. Penulis pernah
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta – Jakarta
pada bulan Januari 20011 serta melaksanakan Program KKN Terintegrasi dan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) Di SMP Negeri 02Way Tenong kabupaten
MOTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya
kamu berharap “
PERSEMBAHAN
Berlandaskan hanturan syukur kepada Allah Swt, dengan keikhlasan hati dan
mengharap ridho-Nya ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti
cinta dan kasihku kepada:
1. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu
dan harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya cita, citra dan cintaku ,
3. Guru-guruku tercinta yang pernah mengajariku semenjak SD hingga masuk
Perguruan Tinggi (UNILA) yang senantiasa sabar & selalu memberikan ilmu
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Terhadap Kemampuan
Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. jaya, M. S., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung;
6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., pembimbing I yang dengan ikhlas dan
senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum., pembimbing II yang dengan
ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya
kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;
9. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Ibu Dr. R.M.
Sinaga, M.Hum., Bapak Drs. Tontowi, M.Si., Bapak M. Basri S.Pd, M.Pd.,
Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;
11.Bapak Drs. Ibu Munzhir, S.Pd., kepala sekolah yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan penelitan;
12. Ibu Purnamawati, S.Pd., guru bidang studi IPS SMP Gajah Mada Bandar
Lampung yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;
13.Kedua orang tuaku, Bapak Sai’in, S.T., dan Ibuku tercinta Ibu Yuswartini
yang senantiasa menuntun, menyayangi dan selalu mendoakan
keberhasilanku terima kasih atas ketulusan, kesabaran dan pengorbanannya
untukku ;
14.Ketiga saudari/a ku Eka Dwi Capitasari, S.E., Kiki Carolice dan Andrian
yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangat dalam
15.Teman- teman seperjuanganku Lensy, Melisa, Lina, Hakim, Selly, Dani,
Eddy, lilis yang banyak membantu ku, angkatan 2010 Genap dan Ganjil
terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;
16.Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008, 2009, dan adek tingkat 2010,
2011, 2012, 2013;
17.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, Mei 2014
Penulis,
Ayendra Wahyuni
DAFTAR ISI
I.3 Tujuan, Kegunaan. Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4
I.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
I.3.2 Kegunaan Penelitian ... 4
I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
Referensi ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
II.1 Tinjauan Pustaka ... 7
II.1.1 Konsep Pengaruh ... 7
II.1.2 Konsep Kemampuan Kognitif ... 8
II.1.4 Konsep Model Pembelajaran ... 12
II.1.4 Konsep Cooperative Learning ... 13
II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads ... 15
II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS ... 18
II.1.7 Penelitian Relevan ... 20
II.2 Kerangka Pikir ... 22
II.3 Paradigma ... 23
III. METODELOGI PENELITIAN ... 25
III.1 Metode Penelitian ... 25
IIII.2 Populasi dan Sampel ... 25
III.2.1 Populasi ... 26
III.2.2 Sampel ... 27
III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28
III.3.1 Variabel Penelitian ... 28
III.3.2 Definisi Operasional ... 29
III.4 Instrumen Penelitian ... 30
III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30
III.6 Validatas dan Reabilitas Alat Ukur ... 32
III.6.1Validitas ... 32
IV. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN ... 38
IV.1 Hasil Penelitian ... 38
IV.1.1 Sejarah Berdirinya Sekolah ... 38
IV.1.2 Keadaan Sekolah ... 38
IV.1.3 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 39
IV.1.4 Keadaan Siswa ... 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
V.1 Kesimpulan ... 56
V.2 Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 26
2. Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C ... 26
3. Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen ... 31
4. Tabel 4. Indeks Kesukaran ... 32
5. Tabel 5. Daya Pembeda ... 33
6. Tabel 6. Jumlah Ruangan Sekolah ... 37
7. Tabel 7. Nama Tenaga Pendidik/Guru ... 38
8. Tabel 8. Nama Staf Sekolah ... 39
9. Tabel 9. Jumlah Siswa ... 39
10. Tabel 10. Jumlah Rombongan Belajar ... 40
11. Tabel 11. Skor Kognitif Pertama ... 41
12. Tabel 12. Persentase Jumlah Siswa ... 43
13. Tabel 13. Skor Kognitif Kedua ... 44
14. Tabel 14. Persentase Jumlah Siswa ... 46
15. Tabel 15. Skor Kognitif Ketiga ... 47
16. Tabel 16. Persentase Jumlah Siswa ... 49
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, sehingga
sekolah dituntut mampu untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat
mengurangi rendahnya angka ketuntasan belajar. Proses pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah yang sering diterapkan guru membuat siswa
menjadi bosan, jenuh bahkan siswa menjadi pasif (Slameto, 2010:65). Dalam
penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, siswa hanya duduk,
mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan guru
dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar serta kurang variatifnya
guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran tersebut yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar
berlangsung (Zainal Aqib, 2013:66).
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah merupakan metode
yang paling banyak dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran walaupun
2
Melihat cara siswa belajar tersebut ada sebuah pepatah dari china, dalam
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html (02 April 2013)
menyebutkan bahwa:
”Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya berbuat dan saya mengerti”.
Pepatah tersebut dapat diartikan jika saya belajar dengan cara mendengarkan,
maka saya akan cepat lupa, jika saya belajar dengan cara banyak melihat, maka
saya akan lama ingat, jika saya belajar dengan cara berbuat, maka saya akan
menjadi mengerti.
Salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat dalam pembelajaran pada mata
pelajaran IPS, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara optimal. Salah satu model tersebut adalah cooperative learning.
Artz dan Newman (1990)menyatakan bahwa :
“Model Cooperatif Learning lebih menitikberatkan pada proses kelompok kecil pembelajaran/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai /satu tujuan bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun secara langsung pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional” (Miftahul Huda, 2013: 32).
Hal ini sesuai dengan pendapat Roger, dkk. (1992) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang
di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya
3
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan model
Cooperatif Learning ini, yaitu siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif
dalam kelompok, memberikan hasil belajar yang lebih baik serta dapat
mengembangkan kemampuan siswa. Salah satu tipe cooperative learning yang
dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS yaitu cooperative Learning tipe
structured numbered heads (Miftahul Huda, 2013:139).
SNH adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembagian tugas
kelompok (Zainal Aqib, 2013:20). Dalam proses pembelajaran model SNH,
pemecahan masalah dilakukan melalui diskusi dan siswa diberikan tanggung
jawabnya masing-masing dalam pemecahan masalah (Miftahul Huda, 2013: 139).
Model SNH merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe SNH diduga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi
IPS, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Hal ini berarti
siswa akan mendapatkan informasi dan pengetahuan yang baik, sehingga
kemampuan kognitif yang dicapai siswa dapat meningkat saat pembelajaran
karena kegiatan belajar mengajar dikelas sangat berpengaruh pada kemampuan
berpikir yang dicapai siswa. Akan tetapi model Cooperative Learning tipe
Structured Numbered Heads ini masih tergolong baru karena masih banyak
sekolah yang belum mengetahui model ini dikarenakan ketidaktahuan pihak
sekolah tentang model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads
salah satunya yaitu SMP Gajah Mada B.Lampung. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe SNH dapat menjadi solusi dalam pembelajaran yang
4
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Model Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Gajah
Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
Apakah ada pengaruh dari model cooperative learning tipe stuctured numbered
heads terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS
kelas VIII semester ganjil SMP Gajah Mada Bandar Lampung?
Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup
I.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Pengaruh model cooperative learning tipe stuctured numbered heads terhadap
Kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil
SMP Gajah Mada Bandar Lampung.
I.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada
pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
5
Kegunaan Praktis.
1. Bagi Guru : Memberikan masukan atau informasi tentang model dan metode
mengajar yang dapat diterapkan di dalam kelas..
2. Bagi Siswa : Dapat meningkatkan penguasaan materi, peran dan tanggung
jawab siswa dalam proses belajar di kelas pada mata pelajaran IPS.
Kegunaan Teoritis
Bagi penulis : Dapat memberikan pengetahuan kepada penulis tentang
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered
heads pada mata pelajaran IPS.
I.3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Objek Penelitian : Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VIII C SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Tempat Penelitian : SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Waktu Penelitian : Mei 2013 sampai penelitian selesai.
Temporal : Tahun Pelajaran 2013/2014
6
REFERENSI
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bineka Cipta, hal.65
Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya, hal.66
Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju, hal.36
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010 diakses 02 April 2013
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.32
Ibid., hal.29
Zainal, Op.Cit, hal.20
7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS
II.1 Tinjauan Pustaka
II.1.1 Konsep Pengaruh Pembelajaran
Pengaruh merupakan kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga
gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada
disekelilingnya (Winaro Surakhmad, 1982:7). Pengertian pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (seseorang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005:849).
Trianto (2010:17) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.”
Hal ini sesuai dengan pendapat Warsita (2008:85) yang menyatakan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
8
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran adalah
suatu daya yang timbul dari peserta didik karena adanya suatu perubahan yang
membuat peserta didik belajar. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pada daya
yang timbul dari adanya model cooperative learning tipe structured numbered
head pada mata pelajaran IPS.
II.1.2 Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan (Daryanto, 1999:11). Kemampuan kognitif siswa terbagi
menjadi enam aspek yang sesuai dengan Taksonomi Bloom (1956) yaitu:
1. Pengetahuan
Adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom, yang sering
disebut sebagai aspek ingatan. Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang
dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep-konsep, fakta, atau
istilah-istilah lainnya. Kata operasional yang digunakan sebagai berikut:
menyebutkan, menunjuk, menjelaskan, mengidentifikasi, menyatakan.
2. Pemahaman
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar
mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lainnya.
3. Penerapan
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
9
abstrak dalam situasi konkret tertentu. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa
ide umum, aturan atas prosedur, atau metode umum dan juga dapat dalam
bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan
dalam situasi baru dan konkret.
Penerapan terhadap fenomena yang dibicarakan dalam satu makalah
mengenai istilah atau konsep ilmiah yang digunakan pada makalah lain.
Kemampuan memprediksi efek yang mungkin timbul akibat perubahan
pada suatu faktor terhadap suatu situasi biologis yang telah ada dalam
equilibrium.
4. Analisis
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit.
1) Analisis tentang unsur
Pengidentifikasian unsur-unsur yang ada dalam suatu komunikasi.
Kemampuan untuk mengetahui asumsi yang tidak terungkapkan.
Keterampilan dalam membedakan fakta dari hipotesis.
2) Analisis tentang hubungan
Hubungan dan interaksi antara unsur-unsur dan bagian-bagian suatu
10
Kemampuan untuk memeriksa konsistensi atau ketetapan hipotesa
dengan informasi dan asumsi yang ada.
Keterampilan dalam memahami hubungan antara ide-ide dalam
sebuah bacaan.
3) Analisis tentang prinsip-prinsip pengaturan
Pengorganisasian, pengaturan sistematis, dan struktur yang menyatukan
komunikasi.
5. Sintesis
Penyatuan unsur-unsur dan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang
berhubungan dengan proses bekerja dengan potongan-potongan,
bagian-bagian, unsur-unsur, dana sebagainya, dan mengatur serta
menggabungkannya dengan sedemikian rupa guna membentuk suatu pola
atau struktur yang sebelumnya tidak jelas.
1) Penghasilan (production) suatu komunikasi yang unik
Pengembangan dari suatu komunikasi dimana penulis atau pembicara
berupaya untuk menyampaikan ide, perasaan, dan/atau pengalaman pada
orang lain.
Keterampilan dalam menulis, dengan menggunakan suatu
pengaturan ide dan pernyataan yang sangat baik.
Kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman pribadi dengan
efektif.
2) Penghasilan (production) sebuah rencana atau serangkaian operasi yang
11
Pengembangan dari suatu rencana kerja atau proposal atas sebuah rencana
operasi, yang harus memenuhi persyaratan tugas yang mungkin diberikan
pada siswa atau mungkin pula dikembangkannya sendiri.
Kemampuan mengajukan cara-cara untuk menguji hipotesis.
Kemampuan merencanakan sebuah unit instruksi untuk situasi
mengajar tertentu.
3) Penemuan serangkaian hubungan yang abstrak
Pengembangan dari seperangkat hubungan yang abstrak baik untuk
mengklasifikasi maupun untuk menjelaskan data atau fenomena tertentu, atau
deduksi dari pernyataan dan hubungan dari seperangkat pernyataan dasar atau
representasi secara simbolis.
Kemampuan merumuskan hipotesis yang tepat dengan berdasarkan
pada suatu analisis dari faktor-faktor yang terlibat, dan untuk
memodifikasi hipotesis tersebut sesuai dengan faktor dan
pertimbangan baru.
Kemampuan membuat penemuan dan generalisasi secara matematis
6. Evaluasi
Penilaian (judgments) kuantitatif dan kualitatif mengenai nilai dari suatu
materi dan metode untuk tujuan tertentu dengan menggunakan standar
penilaian yang kriterianya dapat ditentukan oleh siswa sendiri atau ditentukan
sebelumnya dan kemudian diberikan pada siswa tersebut.
1) Penilaian (judgments) atas bukti internal
Evaluasi atas akurasi dari suatu komunikasi yang dibuktikan melalui akurasi
12
Menilai (judging) melalui standar internal, kemampuan untuk menilai
probabilitas umum dari akurasi dalam melaporkan fakta dari
kecermatan atas ketepatan pernyataan, dokumentasi, bukti dan
sebagainya.
Kemampuan menunjukkan kekeliruan (fallacies) secara logis dalam
argumen.
2) Penilaian (judgments) atas kriteria eksternal
Evaluasi atas materi dengan mengacu pada kriteria yang telah dipilih atau
diingat.
Perbandingan dari teori besar, generalisasi, dan fakta mengenai
budaya tertentu.
Menilai (judging) melalui standar eksternal, kemampuan untuk
membandingkan sebuah karya dengan standar tertinggi dalam
bidangnya, terutama dengan karya-karya lain yang diakui
kehebatannya.
Pada penelitian ini ranah kognitif hasil belajar siswa terdiri dari kemampuan
kognitif pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis, sintesis dan evaluasi.
II.1.3 Konsep Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011:
46). Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar
13
sesuai dengan pendapat Toeti Soekamto dan Winata putra (1995: 78) yang
mengatakan bahwa:
“Model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran adalah
rancangan dalam proses belajar mengajar yang akan membawa peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan berguna sebagai
acuan dalam melaksanakan pembelajaran.
II.1.4 Konsep Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Cooperative Learning yaitu satu model pengajaran dan pembelajaran yang
menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk
berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Kadir, 2002:54).
Davidson (1995) dalam Miftahul Huda menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan siswa yang bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu.
Model Cooperative Learning menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas.
Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran
dapat dicapai di tengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan
suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling
14
Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar
kelompok biasa. Menurut Miftahul Huda (2013: 46) model pembelajaran
kooperatif mempunyai unsur-unsur dasar yang membuat pembelajaran kooperatif
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran individual, yaitu :
a. Interdepensi positif (ketergantungan positif)
Dalam pembelajran kooperatif siswa harus bertanggung jawab pada dua hal: 1) mempelajari materi yang ditugaskan, 2) memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga mempelajari materi tersebut
b. Interaksi promotif
Interaksi dalam kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama.
c. Akuntabilitas Individu (tanggung jawab individu)
Dalam kelompok kooperatif, tanggung jawab akan muncul ketika aktivitas setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada kelompoknya.
d. Pemrosesan kelompok
Kerja kelompok yang efektif biasanya dipengaruhi oleh sejauh mana kelompok tersebut merefleksikan proses kerja sama kelompok.
Arrends (1997: 111) menyatakan bahwa :
Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk berkerjasama.
Damon dalam Miftahul Huda (2013: 42) mengatakan bahwa diskusi kelompok
yang menjadi ciri penting pembelajaran kooperatif memiliki manfaat-manfaat
praktis. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran di antara siswa. Perdebatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
b) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mencari konsep-konsep yang lebih sistematis.
c) Diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran kritis diantara siswa.
15
e) Diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutamakan pendapat-pendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan kemampuan siswa di dalam kelas.
Menurut Miftahul Huda (2013: 118) bentuk-bentuk/ tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
“ 1) Jigsaw
2) Think-Pair-Share 3) Number Heads Together 4) Structured Numbered Heads 5) Group Investigation
Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian cooperative Learning adalah
belajar bersama dalam kelompok kecil yang dapat menumbuhkan rasa
tanggungjawab dan pemahaman secara baik dalam suatu materi pelajaran.
II.1.5 Konsep Tipe Structured Numbered Heads (SNH)
Model Cooperative Learning tipe Structured Numbered Heads adalah suatu
pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa.
Model kooperatif tipe SNH ini merupakan turunan atau bentuk penyempurnaan
dari model kooperatif tipe NHT yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen (1993).
Menurut Zainal Aqib (2013 :20) Sintak atau langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe kepala bernomor struktur yaitu :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor urut
16
Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3) Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 5) Kesimpulan
Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dengan membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran,
yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat
adalah mencatat semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat
soal, menulis hasil diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari
solusi atau jawaban dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan
melakukan diskusi. Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan
hasil diskusi di depan kelas saat diskusi telah selesai.Tipe ini menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, walaupun setiap
siswa memiliki tugasnya masing-masing.
Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe SNH sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3
sampai 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan tempat duduk, dll.
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.
3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
4. Guru membagikan tugas kelompok kepada siswa
5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain
17
pada pertemuan sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh dengan tugas yang siswa dapatkan (Miftahul huda, 2013: 139).
Dalam kutipan
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html (12 April 2013), model kooperatif tipe SNH memeliki kelebihan
dan kelemahan yaitu:
Kepala bernomor struktur memiliki kelebihan-kelebihan:
1. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Mampu memperdalam pamahaman siswa. 4. Melatih tanggung jawab siswa.
5. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama. 6. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
7. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar. 8. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun
saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kepala bernomor struktur juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:
1. Guru tidak megetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Membutuhkan waktu yang banyak.
3. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
4. Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.
Berdasarkan konsepsi di atas, maka pengertian Structured Numbereds Heads
adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar
dengan memberikan penegasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa,
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5
orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat
18
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor urut.
3. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor urutnya. Misalnya
siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data
yang berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 bertugas mencari
penyelesaian soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja
kelompok.
4. Langkah berikutnya adalah tugas kelompok, guru memberikan tugas
kelompok kepada siswa. Pertanyaan atau tugas yang diberikan dapat diambil
dari materi pelajaran tertentu yang sedang di pelajari, dalam membuat
pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
5. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan kelompok lain
6. Pada pertemuan selanjutnya dalam menggunakan kooperatif tipe SNH,
kelompok diskusi tetap pada kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya. Guru dapat memutar nomor urut siswa agar siswa tidak jenuh
dengan tugas yang siswa dapatkan
II.1.6 Konsep Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan
Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan
satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial
19
Menurut Ahmadi dan Amri (2011: 10) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman.
Suatu program IPS yang layak, bertujuan memberikan keterampilan dan
mengembangkan berbagai sikap yang diperlakukan agar sikap yang diperlukan
agar siswa menjadi warga masyarakat yang berguna. Perincian dari jenis-jenis
pengertian (kognitif) yang perlu diterima siswa dari pembelajaraan IPS
diantaranya adalah aspek-aspek utama lingkungan social, aspek utama drai
lingkungan alam, berbagai cara manusia bekerjasama dengan lingkungan, fungsi
control oleh kelompok social dan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan
dasarnya. Sikap (afektif) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS
diantaranya adalah menghargai hakikat individu, menjunjung tinggi hukum dan
yakin bahwa masalah dapat diselesaikan dengan akal. Karakteristik mata pelajaran
IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (Puskur, 2006:6).
Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisimpliner dan multidisipliner.
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
20
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraaan
Menurut N. Dalddjoeni (1985:23) tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik. Menurut Fajar
(2009: 114) fungsi mata pelajaran IPS di SMP atau MTS adalah untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan
kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Pembelajaran IPS di SMP Gajah Mada Bandar Lampung, menggunakan
kurikulum KTSP yang berarti pembagian materi dalam pembelajaran IPS terdiri
dari materi pelajaran Geografi, Ekonomi, dan Sejarah.
II.1.7 Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala
Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial pada Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan”. Peneliti adalah Rahma
sofia dari Program Studi Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
21
Permasalahan yang diambil adalah pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian adalah hasil belajar siswa pada materi
permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur.
2. Judul skripsi adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kepala Bernomor Struktur Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar”. ”. Peneliti
adalah Joni Susilowibowo dan Lika Yuliati Fakultas Ekonomi, Unesa,
Kampus Ketintang Surabaya. Tahun penelitian adalah 2009. Permasalahan
yang diambil adalah masih kurangnya ketuntasan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika. Hasil penelitian adalah Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa kompetensi guru dalam mengelola kelas meningkat pada setiap
siklus. Kegiatan siswa dianggap cukup baik. Selain itu, prestasi meningkat
juga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif adalah menyenangkan bagi siswa.
Dari kedua penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian yang saya lakukan
berbeda dengan penelitian tersebut. Jika pada penelitian pertama penelitian
membahas tentang hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran
dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dan
penelitian kedua membahas tentang ketuntasan belajar siswa, penelitian yang saya
lakukan membahas tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SNH
22
II.2 Kerangka Pikir
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada pelajaran IPS di
sekolah adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.
Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
SNH diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya
setiap siswa dilibatkan secara langsung dalam pembagian tugas kelompok. Tipe
pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam penguasaan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya
masing-masing. Pada pelaksanaannya guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa akan aktif dan lebih bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa
termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan kompetensi
dan kemampuan berpikir siswa.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Stuctured
Numbered Heads (SNH), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kemampuan kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan.
Model pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah
Mada Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu
kelas penelitian. Pada kelas penelitian akan diberikan perlakuan dengan diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbereds Heads.
23
II.3 Paradigma
Kemampuan Kognitif:
1. Pengetahuan
Model Cooperative Learnig 2. Pemahaman
Tipe Structured Numbered Heads 3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Keterangan:
24
REFERENSI
Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito, hal.7
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Bahasa, hal.849
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group, hal.17
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta, hal. 11
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal.46
Trianto, OP.Cit., hal.51
Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)
Kadir.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, hal.54
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar, hal.30
Ibid., hal.46
Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, hal.111
Miftahul, Op.Cit., hal.42
Zainal, Op.Cit., hal.20
Miftahul, Op.Cit., hal.139
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kepala-bernomor.html, dikutip tanggal 12 April 2013
Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung: Unila
25
Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda, hal.114
Zainal, Loc.Cit., hal.66
Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara, hal.4
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_pe/article/view/5205, dikutip tanggal 22 Mei 2013
Arikunto, Op.Cit., hal.62
26
III.METODELOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono
(2003:11), menyatakan bahwa di dalam Penelitian diskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan
variabel yang lain. Menurut Suranto (2009:22) penelitian diskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu realita sosial tertentu atau
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang
berlangsung sekarang.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan metode diskriptif adalah metode penelitian ilmiah yang digunakan untuk
mengetahui niai dari satu variabel tanpa menghubungkan variabel yang lain.
III.2 Populasi dan Sampel
III.2.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Anwar Sanusi (2012:87) menyatakan bahwa
populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri tertentu
yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi menurut Sugiyono
27
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
diartikan sebagai orang saja, tetapi bisa juga objek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Gajah
Mada Bandar Lampung pada tahun ajaran 2013/2014.
Tabel 1. Anggota Populasi Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VIII A 16 20 36
2. VIII B 17 23 40
3. VIII C 22 18 40
4. VIII D 22 21 43
5. VIII E 24 17 41
Jumlah 101 99 200
Sumber : Tata Usaha SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun 2013/2014
Dari tabel di atas, diketahui yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII SMP
Gajah Mada Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 5
kelas (VIII A-VIII E) dengan jumlah siswa sebanyak 200 orang siswa. Populasi
dalam penelitian ini yang terdiri dari 101 orang siswa laki-laki dan 99 orang siswa
perempuan.
III.2.2 Sampel
Menurut Lind Dauglas, A (2009:7) sampel adalah bagian dari suatu populasi.
Sugiyono (2012:118) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Suranto (2009:15) sampel
28
masih sangat luas, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun
biaya, maka peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini yang diambil dari
populasi. Berdasarkan populasi yang ada maka sampel penelitian ini adalah
menggunakan teknik random sampling yaitu seluruh populasi kelas VIII dipilih
secara acak dan akan dijadikan sebagai sampel. Dengan menggunakan teknik
tersebut, Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas penelitian.
Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti
atau sumber data yang sangat luas, sedangkan cara penarikan sampel ini
menggunakan cara perundingan dan yang diambil sebagai sampel adalah seluruh
siswa di dalam satu kelas sebagai kelas penelitian dari satu kelas yang ada.
Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian Kelas VIII C
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. VIII C 22 18 40
Jumlah 22 18 40
Sumber : SMP Gajah Mada Bandar lampung Tahun 2013/2014
Dari tabel di atas, sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII C yang
mendapat perlakuan dengan diajarkan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.
III.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
III.3.1 Variabel Penelitian
Pengertian variabel menurut Anwar Sanusi (2012:50) adalah suatu fenomena yang
29
Farhady (1981) dalam Sugiyono menyatakan bahwa variabel merupakan atribut
seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang
lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Stuctured
Numbered heads (SNH). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
kognitif siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan. Model
pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Gajah Mada
Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas
VIII C. Pada kelas VIII C akan diberikan perlakuan dengan diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads.
III.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan
mendiskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat
spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang
yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka
peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan
digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Cooperatif tipe Structured Numbered Heads adalah suatu pembelajaran
yang membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan
30
ini membagi peran siswa dalam kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat,
pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tugas pencatat adalah mencatat
semua tugas yang berkaitan dalam hal diskusi, seperti mencatat soal, menulis hasil
diskusi dan lain-lain. Tugas pemecah masalah yaitu mencari solusi atau jawaban
dari pertanyaan/tugas yang diberikan guru saat akan melakukan diskusi.
Sedangkan tugas penyampai hasil diskusi yaitu melaporkan hasil diskusi di depan
kelas saat diskusi telah selesai. Kemampuan Kognitif adalah Kemampuan berpikir
yang diperoleh siswa setelah menerima sesuatu pengetahuan yang diwujudkan
dalam nilai setelah mengikuti tes yang diselengarakan.
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148)”. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam peneletian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil
belajar siswa yaitu tes hasil belajar (tes objektif tipe pilihan ganda), sesuai materi
yang telah ditentukan yang diberikan kepada siswa di setiap akhir pertemuan pada
mata pelajaran IPS Terpadu. Tes Objektif tipe pilihan ganda dipilih, karena dalam
penggunaan tes objektif, jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes
essai (Arikunto 2008:164).
III.5 Teknik Pengumpulan Data
31
a. Kuis atau Tes
Kuis atau tes adalah suatu proses untuk menentukan kemampuan kognitif siswa
melalui kegiatan penilaian (pengukuran hasil belajar siswa). Kuis dilaksanakan
setiap akhir pertemuan. Dan tujuan utama diadakan kuis ini untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai setelah menigukti proses pembelajran IPS. Kuis
diberikan kepada siswa berupa soal-soal yang terkait dengan materi yang
dipelajari.
b. Observasi
Suranto (2009:14) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik
pengmbilan data dengan terjun secara lansung ke lapangan dengan mengambil
data secara langsung. Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini,
maka penulis menggunakan teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung
adalah sebuah teknik penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung dengan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti
pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan kegiatan
pembelajaran pada kelas yang menjadi kelas penelitian di SMP Gajah Mada
Bandar Lampung.
c. Dokumentasi
Suranto (2009:14) Dokumentasi adalah suatu teknik pengambilan data dari data
masa lalu yang ada di perusahaan atau lembaga. Dokumentasi dilakukan dengan
cara pengambilan data yang sudah ada, seperti: data siswa kelas VIII SMP Gajah
32
d. Studi Pustaka
Suranto (2009:15) studi pustaka adalah teknik pengambilan data dengan cara
membaca referensi atau literature sesuai dengan permasalahan yang diangkat.
Studi pustaka yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan
dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti : teori yang mendukung,
konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.
III.6 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur
III.6.1Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari suatu
instrumen. Suatu instrumen valid mempunyai validitas yang tinggi. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat . Ciri suatu tes
yang baik adalah apabila tes itu mampu untuk mengukur apa yang akan di ukur
atau istilahnya valid, yang diukur dalam tiap item/butir soal. Penelitian ini
digunakan, disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran”
(Suharsimi Arikunto 2008:144) .
r(xy) =
Keterangan :
r(xy)∶ Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Skor
y : Jumlah skor
x2 : Kuadrat dari Skor
33
∑xy: Jumlah perkalian x dan y
n : Jumlah sample
(Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson).
Item soal dapat dikatakan valid bila nilai koefisien > 0,2. Sedangkan bila nilai
koefisien kurang dari 0,2, maka item soal tersebut tidak valid.
III.6.2 Reliabilitas
Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang
sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya melihat kesejajaran hasil
(Suharsimi Arikunto 2008: 86).
Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, yaitu:
r11 =
Keterangan :
r11 = reliabilitas instument
n = jumlah varian skor tiap item
= jumlah varian butir
= varian total
(Suharsimi Arikunto, 2008: 171)
Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas Instrumen
Besarnya Nilai Kriteria
0,0 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
34
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 171
Kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk
= n maka alat ukur tersebut reliabel dan sebaliknya jika r hitung< r tabel maka
item pertanyaan tersebut reliabel, Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai
alpha > 0,7. Sedangkan bila nilai alpha kurang dari 0,7, maka instrument tersebut
tidak reliabel.
III.7 Tingkat Kesukaran
Arikunto (2008: 210) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu
butir soal digunakan rumus berikut:
P =
Keterangan :
P : angka indeks kesukaran item
B : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul
JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar.
Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 4. Indeks Kesukaran
- Soal dengan P -1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 210
III.8 Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang
35
Kemudian diambil 20% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok
atas) dan 20% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Suharsimi Arikunto (2008: 213) mengungkapkan menghitung daya pembeda
ditentukan dengan rumus:
D =
Keterangan:
D : indeks diskriminasi satu butir soal
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal
yang diolah
BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir
soal yang diolah
JA : jumlah kelompok atas
JB : jumlah kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda:
Tabel 5. Daya Pembeda
36
III.9 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012: 207) analisis data statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Perhitungan
dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik,
diagram lingkaran, perhitungan modus, median perhitungan persentase (Sugiyono,
2012:208). Rumus persentase sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = angka persentase hasil belajar siswa
F = frekuensi siswa pada hasil belajar tertentu
37
REFERENSI
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, hal.11
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra, hal.22
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, hal.87
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta, hal.117
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba Empat, hal.7
Sugiyono, Op.Cit., hal.118
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 144
Arikunto., Op.Cit., hal.86
Arikunto., Op.Cit., hal.93
Arikunto., Op.Cit., hal.210
Arikunto., Op.Cit., hal.213
Sugiyono., Op.Cit., hal.207
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa
Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads terhadap
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Gajah Mada
Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan kesimpulan dari tiap aspek
sebagai berikut:
1. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek pengetahuan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
8 siswa (20%).
2. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek pemahaman pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
7 siswa (17,5%).
3. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek penerapan pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
57
4. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek analisis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
6 siswa (15%).
5. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek sintesis pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
5 siswa (12,5%).
6. Pengaruh model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
terhadap aspek evaluasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII, terjadi
peningkatan rata-rata siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga sebesar
4 siswa (8,75%).
Berdasarkan kesimpulan dari enam aspek kognitif di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa
pada mata pelajaran IPS kelas VIII.
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014, maka peneliti memberikan saran bagi para pembaca,
terutama bagi rekan-rekan guru antara lain :
1. Bagi guru model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mempengaruhi
58
2. Bagi pembaca model Cooperative Learning tipe Stuctured Numbered Heads
dapat memberikan pengetahuan, sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan hasil belajar
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak.1986. Strategi Belajar Pendidikan Luar sekolah. Universitas Terbuka
Anas, Sudjono.1995.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta
A. Lind, Douglas. 2009. Teknik-teknik Statistika Dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data. Jakarta: Sallemba
Aqib, Zainal.2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Arends, Richard. 1997. Learning To Teach, Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Daldjoeni, N. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineta Cipta
Emzir. 2008. Metodologi PenelitianPendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Fajar, Arnie. 2009. Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Rosda
Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mundur Maju
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan /PPL.Yogyakarta:Pustaka pelajar
Nasution, S.1995. Mengajar Dengan sukses. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bineka Cipta
Surdiman.2011. Interaksi Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grahafindo Prasada
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suranto. 2009. Metodelogi Penelitian Dalam Pendidikan Dengan Program SPSS. Semarang: CV. Ghyyas Putra
Sanusi, Anwar. 2012. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar,
Sukardi, H.M.2010. Evaluasi Pendidikan (Definisi dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset
Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 modul pembelajaran PAIKEM. Bandar Lampung: Unila
Taruh, Enos. 2003. Konsep Diri dan Motivas Bberprestasi dan Kaitannya Dengan Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan. Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group
Toeti Soekamto dan Winata putra (1995:78) (http://berita-liputan- enam.blogspot.com/2012/07/perubahan-model-pembelajaran-matematika.html) (diakses tanggal 12 Mei 2014)
Winarno Surakhmad.1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito
http://kalimatcerdas.blogspot.com/2010/01/pepatah-china.html, 20 Januari 2010, diakses 02 April 2013
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/1602/1828, dikutip tanggal 22 Mei 2013