• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DESA (PPKD) TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DI DESA/PEKON ADILUIH KABUPATEN PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DESA (PPKD) TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DI DESA/PEKON ADILUIH KABUPATEN PRINGSEWU"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

(PPKD) INCOME ON SMALL BUSINESS IN ADILUIH VILLAGE THE businesses and services. The problem in this study is whether the presence of Rural Poverty Alleviation Program (PPKD) to increase the income of small businesses in the village / pekon Adiluih. This study aims to determine the impact and benefits of a revolving loan fund Rural Poverty Alleviation Program (PPKD) whether can increase income of small businesses in Adiluih village the district of Pringsewu in 2012The hypotheses that can be proposed is direct assistance in the form of a revolving fund in rural poverty alleviation program (PPKD) provide significant revenue that increase small business in Adiluih village the district of Pringsewu.

(2)

business community before and after the direct aid in the form of revolving funds and credit aid in the form of revolving funds and credit from rural poverty alleviation program (PPKD) in Adiluih village the district of Pringsewu.

In addition after the revolving loan fund used by community to develop a business, income/profit received by the public after receiving assistance increased an average by 20%, the amount of which is not too big but it provides assistance with loan capital (PPKD) community can continue to run and manage their own business. Therefore to assist the community in developing the business to a larger scale is needed the government's new policy is the addition of a revolving loan fund administration PPKD.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DESA (PPKD) TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL

DI DESA/PEKON ADILUIH KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

Ahmad Rizki Pemuka

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat hingga pada

pemerintahan tingkat desa/pekon untuk mengatasi dan mengurangi kemiskinan, baik berupa penataan hingga penyusunan berbagai program langsung ataupun program tidak langsung.Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa hampir 47,8 persen Kepala Keluaga yang ada di Desa/Pekon Adiluih masuk kedalam keluarga miskindan prasejahtera, selain itu hamper 42 persen hidup dari usaha kecil dan jasa. yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan adanya Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) mampu meningkatkan pendapatan usaha kecil di desa/pekon Adiluih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan manfaat dana pinjaman bergulir dari Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) dapat meningkatkan pendapatan usaha kecil di Desa/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu pada tahun 2012. Hipotesis yang dapat diajukan adalah Bantuan Langsung berupa dana pinjaman bergulir dari Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) berpengaruh nyata memberikanpeningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat di Desa/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, yaitu analisis tabel yang digunakan untuk mengetahui manfaat dari PPKD berupa

(4)

usaha masyarakat antara sesudah dan sebelum adanya bantuan langsung berupa dana pinjaman bergulir dari Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) di pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu.

Selain itu setelah dana pinjaman bergulir yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengembangkan usaha, pendapatan/keuntungan yang diperoleh masyarakat setelah mendapat bantuan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20%, jumlah yang tidak terlalu besar tetapi dengan diberikannya bantuan modal pinjaman PPKD masyarakat dapat terus menjalankan dan mengelola usaha sendiri. Oleh karenanya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha ke skala yang lebih besar dibutuhkan kebijakan baru pemerintah yaitu penambahan jumlah pemberian dana pinjaman bergulir PPKD.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi ideal ini diperlukan perencanaan dan aktivitas selain oleh masyarakat tersebut peran pemerintah sangat dominan, baik menyangkut perencanaan, kegiatan dan bantuan biaya berupa permodalan.

Tingkat kesejahteraan yang belum memadai baik secara materil maupun spiritual dipicu oleh lingkaran setan (vicious cycle) sehingga menyebabkan kemiskinan, ketertinggalan, keterpurukan ekonomi terus terjadi. Oleh sebab itu berbagai upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk keluar dari lingkaran kemiskinan tersebut.

(6)

penduduk miskin relatif bertambah besar. kondisi seperti ini telah berdampak semakin memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk pada

umumnya. Sekitar 50% Daerah (kota/kabupaten) melaporkan terjadinya kasus-kasus rawan gizi, dan peningkatan angka pengangguran sehingga semua ini sangat

dirasakan dampaknya terutama di wilayah Pedesaan/Pekon. Pada tingkat komunitas, persoalan kemiskinan tercermin dengan lahirnya budaya kemiskinan yang justru sering merusak kualitas manusia masyarakat miskin dan tata nilai dominan yang berlaku seperti; kerawanan kejahatan, rendahnya etos kerja, berfikir pendek, dan fatalism. Keadaan seperti ini membutuhkan suatu gerakan bersama di tingkat komunitas untuk suatu program pengentasan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan-pilihan mereka untuk tetap dapat hidup dan berkembang dimasa depan, khususnya bagi masyarakat miskin di yang tinggal di Pedesaan/Pekon. Untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi diperlukan campur tangan dan penyertaan aktif pemerintah sehingga penduduk miskin keluar dari bawah garis kemiskinan. Tanpa bantuan pemerintah maka penduduk miskin akan semakin tidak mampu mendapatkan bagian yang lebih layak dari pendapatan nasional dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Peranan pemerintah dalam perekonomian modern dipilah menjadi empat macam kelompok peran (Dumairy, 1997 : 158) yaitu:

(7)

2. Peran Distributif, yaitu peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan, dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar.

3. Peran Stabilisatif, yaitu peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan

diseguilibrium.

4. Peran Dinamisatif, yaitu peranan pemerintah dalam menggerakan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju.

Strategi penanggulangan kemiskinan diarahkan dengan mendasarkan pada 2 (dua) pendekatan, pertama mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin khususnya yang menyangkut kebutuhan dasar manusia dengan memberikan berbagai subsidi, kedua memperbesar kemampuan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan memperbesar akses berusaha khususnya kepada usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.

(8)

Dalam mengatasi kemiskinan Pemerintah meluncurkan Program-program khusus Pengentasan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan dan evaluasi. Melalui proses ini diharapkan dapat membangun kemandirian masyarakat yaitu mengubah masyarakat yang dulunya sebagai objek menjadi masyarakat subjek dari upaya Pengentasan kemiskinan. Tujuan dari upaya Pengentasan kemiskinan untuk membebaskan dan melindungi masyarakat dari kemiskinan, mencangkup tidak saja upaya untuk mengatasi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga untuk

berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembangunan. Berbagai proses pemenuhan kebutuhan dasar dan pemberdayaan perlu didukung dengan perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial serta kebijakan ekonomi yang berpihak pada masyarakat miskin dan tata kelola pemerintah yang baik.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mencakup Program

(9)

Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) merupakan upaya pemerintah yang bermuara pada program Pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan sebagai investasi modal sosial menuju pembangunan yang

berkelanjutan. Artinya program yang diprakarsai pemerintah ini pada akhirnya diharapkan dapat menjadi program Pengentasan kemiskinan yang tumbuh atas inisiatif dan prakarsa masyarakat sendiri, dan didukung oleh pemerintahnya maupun kelompok-kelompok peduli, organisasi-organisasi masyarakat sipil dan dunia usaha yang ada.

Pengertian PPKD itu sendiri adalah singkatan dari Proyek Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan/Pekon. Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) merupakan salah satu proyek nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi berbagai persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Pedesaan/Pekon. Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) dilaksanakan untuk mempercepat upaya Pengentasan kemiskinan yang tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat akibat kemiskinan yang berkelanjutan tetapi juga bersifat strategis.

Misi dari Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) yaitu membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan.

(10)

Pengelolaan PPKD ini diserahkan langsung kepada masyarakat melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Pendekatan yang digunakan dalam program ini adalah pemberdayaan masyarakat, yang berarti partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Masyarakat penerima bantuan diberikan kebebasan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar kesepakatan melalui musyawarah (Musrenbang).

Sasaran bantuan langsung masyarakat (BLM) berupa dana pinjaman bergulir adalah masyarakat Kelurahan/Pekon pada umumnya dan warga miskin pada khususnya menurut kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga dan masyarakat yang mempunyai usaha guna membantu dan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup perekonomian sehingga kesejahteraan hidup dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan program PPKD adalah melalui penerapan konsep Tridaya, yaitu : Perlindungan lingkungan (environmental protection), pengembangan masyarakat (Social Development), dan pengembangan ekonomi (economic development). Dalam suatu wilayah Pedesaan/Pekon terdapat beberapa Kelurahan/Pekon yang mendukung dalam proses pembangunan wilayah tersebut. Karena Kelurahan/Pekon merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pembangunan nasional secara

(11)

Kelurahan/Pekon merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pembangunan nasional secara keseluruhan. Hal ini perlu adanya peningkatan kesejahteraan yaitu dengan meningkatnya pendapatan dari warga Kelurahan/Pekon sebagai tolak ukur dari keberhasilan pemerataan pembangunan kota selama ini.

Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) telah dilaksanakan di Provinsi Lampung sejak bulan Agustus tahun 2006 yang telah mencakup 106

Kelurahan/Pekon.

Dalam realisasinya, program PPKD Provinsi Lampung terdapat di 4 Kabupaten/kota yaitu Bandar lampung, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Utara.

Wilayah yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Desa/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu. Dipilihnya Kabupaten Pringsewu sebagai tempat pengambilan sampel karena berdasarkan data tahun 2012 Kabupaten Kabupaten Pringsewu merupakan kabupaten yang mempunyai jumlah penduduk miskin ketiga di provinsi Lampung yaitu sebanyak 371.800 jiwa.dari total jumlah penduduk miskin yaitu 1.661.700 jiwa. Di tahun 2012 Kabupaten Pringsewu menjadi penyumbang terbesar jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Provinsi Lampung yaitu sebanyak 13.493 RTM. disamping itu berdasarkan data tahun 2012 Kabupaten Pringsewu merupakan Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Kota Bandar lampung kegiatan ekonomi masyarakatnya yang beralih dari sektor pertanian kesektor perdagangan dan jasa yang mencapai 49,62 % dibandingkan dengan

(12)

Kemudian penelitian dilakukan di desa/pekon Adiluih karena di Kabupaten Pringsewu hanya memiliki satu buah Kecamatan yang masuk dalam Program

Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) sejak 2011 hingga 2012 dengan memperoleh bantuan langsung berupa dana pinjaman bergulir Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD).

Dipilihnya lokasi penelitian yaitu Kelurahan/Pekon Adiluih karena beberapa alasan, yang pertama karena berdasarkan data penyaluran dana PPKD 2010,

Kelurahan/Pekon Adiluih merupakan Kelurahan/Pekon yang mendapatkan Bantuan dana PPKD paling besar dibandingkan Kelurahan/Pekon yang lain, alasan yang kedua Kelurahan/Pekon Adiluih mempunyai suatu lembaga bernama Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) Adiluih Makmur yang merupakan salah satu dari dua puluh dua BKM terbaik dalam pelaksanaan Program PPKD tahun 2012. Penilaian berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman yang tercantum dalam laporan perguliran dana PPKD tiap bulannya. Alasan yang ketiga Dipilihnya

(13)

Tabel 1. Jumlah Peminjam Dana Bergulir ( PPKD) di Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu Tahun (2009 – 2012).

No Tahun Jumlah Peminjam (KSM)

Sumber : Kelurahan/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu

(*) Kab.Pringsewu bergabung dengan Kab. Tanggamus.

Berdasarkan Tabel 1. Dapat diketahui bahwa Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) di Desa/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Jumlah peminjam dana bergulir PPKD sejak tahun 2009 terus mengalami peningkatan yaitu dari 300 KK pada tahun 2009* menjadi 510 KK pada tahun 2012.

(14)

Tabel 2. Keadaan Pendapatan Perbulan dari 25 KK Peminjam Bantuan Dana Bergulir ( PPKD) di Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu Tahun 2012.

No Pendapatan / Bulan Kategori Frekuensi (%)

1 Rp 1000.000 ke atas Tinggi 3 12

2 Rp 500.000 – 1000.000 Sedang 7 28

3 Rp < 500.000 Rendah 15 60

Jumlah 25 100

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Pringsewu 2013

Berdasarkan pada Tabel 2. Maka dapat diketahui bahwa dari 25 orang (KK) yang memanfaatkan dana bantuan PPKD didapati 60 % berpendapatan di bawah Rp. 500.000,00. Adanya bantuan dari PPKD tersebut masyarakat dapat dibina untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui jenis usaha yang dikelola. Modal yang diolah masyarakat memang tidak sepenuhnya dari pinjaman PPKD, tetapi sebagian merupakan modal sendiri. Jadi sifat dari pinjaman PPKD merupakan perangsang bagi masyarakat yang memperbesar skala usahanya. Klasifikasi pendapatan yang dikemukakan oleh pengurus PPKD Kelurahan/Pekon Adiluih menunjukan bahwa masih banyak warga masyarakat peminjam dana Bantuan PPKD yang belum secara maksimal mengembangkan usahanya melalui modal usaha yang dipinjam.

(15)

maksimal kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin yaitu peningkatan pendapatan usaha masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Analisis pengaruh Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) Terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Desa/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu Tahun 2012.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

” Bagaimana Dampak Bantuan Langsung Masyarakat (dana pinjaman bergulir)

Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil di Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 ?”

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Dampak bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil di Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih

(16)

D. Kerangka Pemikiran

Dalam proses Pembangunan Disebutkan bahwa Salah satu peran pemerintah yang sangat penting adalah peran distribusi. Peran distribusi merupakan peranan

pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil

ekonomi secara adil dan wajar. Dalam hal ini, peran distribusi terwujud melalui peran pemerintah dalam pemberian bantuan langsung masyarakat berupa dana pinjaman bergulir terhadap masyarakat miskin. Pengeluaran negara dalam bentuk upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahterahan disebut transfer

pemerintah (goverment transfer payment). Subsidi masuk dalam kategori pengeluaran rutin pemerintah, menurut Suparmoko subsidi merupakan salah satu bentuk

pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan

menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah.

Agar dapat tercapainya maksud serta peran tersebut maka pembanguan dilaksanakan secara merata ke seluruh wilayah tanah air baik di daerah perkotaan maupun sampai daerah Pedesaan/Pekon dengan maksud agar hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat yang bertujuan mengentaskan kemiskinan.

(17)

memadai yang menuju sumber – sumber daya yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan hidup secara layak. Akibatnya mereka hidup dibawah standar, baik dari aspek ekonomi, aspek pemenuhan kebutuhan fisik, aspek sosial, dan secara politik pun tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan penting yang menyangkut hidup mereka.

Dalam sistem perencanaan pembangunan yang tersentralistik, pemerintah pusat memandang penting untuk membuat perencanaan program yang terintegrasi dan bersifat koordinatif dengan pemerintah di daerah. Penerapan Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya

(18)

Tujuan dari bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) PPKD adalah untuk meningkatkan keadaan perekonomian masyarakat Kelurahan/Pekon. Sedangkan sasaran dari bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) adalah masyarakat Kelurahan/Pekon pada umumnya dan warga miskin pada khususnya menurut kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga.

Kondisi ini dapat terwujud apabila proses-proses pemberdayaan masyarakat melalui berbagai intervensi khususnya melalui Program PPKD sebagai suatu proses

transformasi sosial dari masyarakat miskin menuju masyarakat madani telah dilaksanakan secara konsisten dan tepat, sehingga mampu mendorong “gerakan

masyarakat” dan “gerakan kemitraan” dalam Pengentasan kemiskinan secara mandiri

dan berkelanjutan.

Untuk berhasilnya pelaksanaan program bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) program PPKD, maka selain mekanisme pelaksanaan program PPKD dilakukan secara sistematis dalam arti sesuai dengan langkah pelaksanaan bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) program PPKD, juga dapat dilihat berdasarkan peningkatan jumlah pendapatan dari masyarakat penerima

(19)

dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian tingkat pendapatan merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat keberhasilan atau tidaknya tujuan atau program yang ditentukan.

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesisnya adalah diduga pemberian bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) program Pengentasan keniskinan di Pedesaan/Pekon ( PPKD) memberikan peningkatan pendapatan rata-rata usaha Masyarakat di Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari lima bab, meliputi:

I. Pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang, Rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan. II. Tinjauan Pustaka yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan

penulisan ini.

III. Metodelogi Penelitian meliputi alat analisis dan gambaran umum Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu. IV. Hasil perhitungan dan pembahasan.

V. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat.

Menurut Irawan dan Suparmoko (1990:5), pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Artinya pembangunan ekonomi selain bertujuan menaikan pendapatan riil juga meningkatkan produktivitas. Menurut Sadono Sukirno (1985:13).

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi merupakan:

1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus.

(21)

3. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

(Sadono Sukirno, 1985:13)

Tujuan dari Pembangunan Ekonomi adalah :

1. Meningkatkan tersedianya serta memperluas distribusi kebutuhan dasar rakyat banyak.

2. Meningkatkan taraf hidup, antara lain pendapatan yang meningkat,

kesempatan kerja yang cukup, pendidikan yang lebih baik, perhatian lebih besar kepada nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan (dalam arti

kesejahteraan sosial, jasmani dan rohani).

3. Memperluas pilihan-pilihan sosial ekonomi dari perorangan dan bangsa, dengan memberikan kebebasan dari ketergantungan.

(Zulkarnain Djamin, 1993:9)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Sedangkan Faktor non ekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

(22)

diketahui deretan peristiwa yang timbul dan yang akan mewujudkan peningkatan dalam kegiatan ekonomi serta taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap berikutnya.

B. Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Pemerintah sebagai penyelenggara biroksasi baik pada tingkat pusat, daerah kota/kabupaten sangat memiliki peran penting dalam aksi menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dan aksi dalam menyelenggarakan pembangunan eknomi. Pada umumnya keberadaan Pemerintah memiliki pengaruh terhadap perekonomian pada tingkat yang berbeda-beda. Ada pemerintahan yang mengatur perekonomiannya secara ketat atau intensif dan ada pula yang membatasi sebagai pendukung saja dalam perekonomian.Beberapa peran pemerintah dalam

perekonomian adalah pemerintah membantu perkembangan bisnis secara umum, mendorong persaingan usaha yang sehat, membantu kelompok ekonomi lemah, dan sebagai stabilizer. Dalam suatu perekonomian suatu Negara, pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengaahkan aktivitas ekonomi dari pemerintah maupun sektor swasta. Oleh karena itu perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu Negara tergantung kepada peranan pemerintah dalam mengatur negaranya termasuk di dalamnya adalah perekonomian.

(23)

1. Fungsi alokasi Yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan pemenuhan untuk kebutuhan publik. Pemerintah mengusahakan agar pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara optimal yang disebabkan oleh kegagalan dari sistem pasar.

2. Fungsi Distribusi Yaitu fungsi yang dilandasi dengan mempertimbangkan pengaruh sosial ekonomis. Pemerintah untuk mengusahakan agar distribusi pendapatan masyarakat merata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam distribusi pendapatan adalah :

a. Kepemilikan faktor produksi.

b. Permintaan dan penawaran faktor produksi. c. Sistem warisan.

d. Kemampuan memperoleh pendapatan yang tergantung dari pendidikan, bakat, kemampuan.

3. Fungsi Stabilisasi Yaitu fungsi yang menyangkut usaha untuk mempertahankan kestabilan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada.

Dalam melaksanakan berbagai fungsi atau peran tersebut, pemerintah mempunyai kebijakan untuk menjaga atau memperbaiki kualitas perekonomian Indonesia, yaitu dengan melakukan Kebijakan fiskal yaitu Merupakan kebijakan yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yaitusuatu kebijakan

(24)

C. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran negara adalah pengeluaran atau setiap penggunaan uang dan sumber daya suatu negara untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah atau negara dalam rangka menjalankan fungsinya mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Pengeluaran negara dipergunakan sebagai alat untuk mencapai stabilitas ekonomi dan untuk peningkatan produksi dan sebagainya seperti terurai di atas, tujuannya adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Menurut Musgrave dan Rostow perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendapatan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.

Menurut Suparmoko (1994 : 47) Pengeluaran pemerintah dibedakan menjadi : 1. Pengeluaran pemerintah berupa investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang.

(25)

4. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga yang lebih luas.

1. Sifat Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah atau negara sering disimbolkan dengan G mempunyai 2 sifat, yaitu :

1. Sifat Exhaustive,

yaitu pengeluaran negara untuk pembelian baran dan jasa yang langsung dikonsumsi atau untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya lebih bersifat untuk memicu pertumbuhan ekonomi.

2. Sifat Transfer

Segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan, termasuk subsidi yang merupakan alat retribusi pendapatan.

Secara definisi pengeluaran pemerintah (G) yaitu semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah dan pemerintah langsung memperoleh balas jasa dari pengeluaran tersebut.

Secara garis besar, pengeluaran negara dibagi menjadi :

1. Pengeluaran Rutin, yaitu pengeluaran pemerintah yang ditunjukkan untuk membiayai kegiatan rutin pelaksanaan pemerintah. Terdapat lima (5) jenis pengeluaran rutin, yaitu :

(26)

c. Subsidi daerah otonom.

d. Bunga dan cicilan hutang (dalam negeri dan luar negeri).

e. dan lain-lain (seperti pengeluaran untuk pemilu, upah pungut pajak, PBB, pembayaran jasa giro dan lain-lain).

2. Pengeluaran Pembangunan, yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk pembiayaan kegiatan pembangunan (sektor-sektor).

2. Subsidi

Subsidi adalah transfer pemerintah pusat ke daerah yang merupakan bagian dari pengeluaran rutin atau pengeluaran lainnya, yaitu pengeluaran Negara dalam upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan rakyat.

Menurut Davey yang dikutip dalam Marselina Djayasinga (2006 : 80) tujuan pemberian subsidi adalah :

1. Membiayai sebagian/seluruh biaya penyediaan barang dan jasa untuk kepentingan sosial.

2. Mendorong upay pemerintah daerah untuk program pembangunan dan pelayanan sehingga sejalan dengan kebijaksanaan nasional.

(27)

Subsidi merupakan suatu pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah. Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk

mengurangi harga atau menambah pengeluaran. Menurut Suparmoko, subsidi (transfer) adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah. Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu :

1. Subsidi dalam bentuk uang

Subsidi bentuk ini diberikan oleh pemerintah kepada konsumen sebagai tambahan penghasilan atau kepada produsen untuk dapat menurunkan harga barang.

2. Subsidi dalam Bentuk Innatura

Subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi yang dikaitkan dengan jenis barang tertentu yaitu pemerintah menyediakan suatu jenis barang tertentu dengan jumlah yang tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau pembayaran dibawah harga pasar.

Pengaruh subsidi innatura adalah:

a. mengurangi jumlah pembelian untuk barang yang disubsidi tetapi konsumsi total bertambah.

(28)

c. konsumsi menjadi terlalu tinggi. d. konsumsi menjadi terlalu rendah.

D. Kemiskinan

Salah satu konsep kemiskinan adalah hidup lebih miskin dari sebagian besar warga lainnya. Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya, sedangkan yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup untuk makan sehari-hari dan kebutuhan hidup lainnya.

Kemiskinan yang merupakan masalah pembangunan di berbagai bidang sering kali diartikan sebagai keterbelakangan, ketidakberdayaan atau ketidakmampuan seseorang untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap

(29)

Definisi kemiskinan yang dirumuskan oleh BPS (2007 : 5-8) adalah sebagai berikut :

1. Kemiskinan Relatif

Merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.

2. Kemiskinan Absolut

Ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan yang menggejala bukan oleh sebab yang alami atau oleh sebab-sebab yang pribadi, melaikan oleh sebab-sebab tatanan social yang tidak adil.

4. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan kebudayaan suatu daerah tertentu yang membelengu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan.

Dari pola waktunya, kemiskinan dibedakan menjadi :

1. Kemiskinan menahun, yaitu kemiskinan yang kronis atau sudah lama terjadi, turun menurun.

2. Kemiskinan siklik, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan.

(30)

4. Kemiskinan mendadak, yaitu kemiskinan yang terjadi oleh sebab bencana atau dampak oleh suatu kebijakan yang tidak adil.

Dalam konteks Pengentasan kemiskinan, kemiskinan dipandang sebagai kondisi dimana seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan tidak terpenuhi

hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui: 1. Program penyelamatan

Program penyelamatan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah seperti JPS (di bidang pendidikan, pangan, kesehatan dan sosial) tetap diperlukan untuk mengatasi kemiskinan pada tahap awal.

2. Program penciptaan lapangan kerja

Usaha penciptaan lapangan kerja di segala bidang yang dapat membantu masyarakat keluar dari kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga perusahaan swasta, organisasi sosial (LSM) dan masyarakat sendiri.

3. Program pemberdayaan

(31)

(ekonomi, sosial, budaya dan politik), karena persoalan kemiskinan adalah persoalan multidimensional.

Penanggulangan kemiskinan adalah tanggung jawab semua pihak, pemerintah, organisasi sosial dan swasta, masyarakat dengan peningkatan taraf hidup ekonomi, peningkatan mutu pendidikan serta pemberdayaan masyarakat. Langkah pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan yang selama ini bersifat

top-down sudah saatnya dirubah karena terbukti menemui kegagalan dalam

implementasinya. Perumusan strategi Pengentasan kemiskinan harus mengakomodasi suara rakyat yang menderita kemiskinan (bottom-up) agar program yang dijalankan tepat sasaran dan berkelanjutan.

E. Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD)

1. Pengertian

(32)

Program ini merupakan salah satu dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang terdiri dari Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Konsep strategis dalam Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) adalah pelaksanaan serta pengelolaan

program di lapangan tidak diserahkan kepada birokrasi pemerintah seperi yang terjadi selama ini, melainkan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Sedangkan fungsi birokrasi diharapkan lebih pada memfasilitasi agar terjadi situasi yang kondusif sehingga seluruh potensi

masyarakat dapat berpartisipasi aktif mengelola program ini secara maksimal.

2. Tujuan

Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) bertujuan untuk dapat mendorong agar masyarakat dan pemerintah daerah mampu untuk menangani masalah

kemiskinan di wilayahnya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Sasaran

(33)

4. Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip Pelaksanaan PPKD Nilai-nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral)

a. Jujur

b. Dapat dipercaya c. Iklas/ kerelawanan d. Adil

e. Kesetaraan

f. Kasatuan dalam keragaman

Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan :

a. Demokrasi b. Partisipasi

c. Transparansi dan Akuntabilitas d. Desentralisasi

Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Aspek Tridaya)

(34)

5. Bentuk Kelembagaan Lokal

1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BKM atau Badan Kaswadayaan Masyarakat pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani yang dibangun dan dikelola berdasarkan berbasis nilai-nilai universal. BKM juga Merupakan suatu kelembagaan lokal yang merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Kelurahan/Pekon. Oleh karena itu lembaga ini bukanlan sebagai eksekutif melainkan sebagai pembuat rumusan kebijakan yang menyangkut program pengentasan kemiskinan serta mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut. Proses pembentukan BKM mencerminkan prinsip demokratisasi dan transparansi. Keanggotaan yang ada didalamnya mencerminkan prinsip keterwakilan dari seluruh unsur yang ada di masyarakat. Dengan demikian kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar-benar dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat.

2. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

(35)

adanya KSM maka dapat menambah rasa solidaritas dan tanggung jawab serta dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dari setiap individu anggota.

6. Mekanisme Pelaksanaan Program PPKD

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan/Pekon tahun 2005 bahwa mekanisme pelaksanaan PPKD adalah :

1. Siklus Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Merupakan proses awal dalam siklus PPKD. Siklus ini dilaksanakan karena PPKD merupakan upaya Pengentasan kemiskinan yang diintervensi oleh pihak luar

(pemerintah), sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk menerima atau menolak PPKD sebagai alternative pemecahan masalah.

Langkah pelaksanaan :

a. Sosialisasi program oleh petugas lapangan kepada perangkat Kelurahan/Pekon dan kelompok strategis setempat.

b. Selanjutnya perangkat Kelurahan/Pekon mensosialisasikan program kepada tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang berpengaruh di masyarakat setempat serta masyarakat Kelurahan/Pekon.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai gambaran umum PPKD dan segala konsekuensinya serta untuk

(36)

adalah pelaksanaan kegiatan RKM yang diselenggarakan oleh lurah/kades setempat untuk menyatakan kesiapan warga melaksanakan PPKD sesuai proses dan ketentuan PPKD. Peserta dalam kegiatan ini adalah Ketua RT, RW, Dusun, Tokoh masyarakat, perwakilan organisasi masyarakat setempat, dan warga miskin setempat. Jika

diperoleh kesepakatan untuk melaksanakan program, maka Kelurahan/Pekon menyiapkan perwakilan dari tiap-tiap RT untuk dijadikan relawan yang akan membantu dalam pelaksanaan program.

2. Siklus Kemiskinan

(37)

3. Siklus Pemetaan Swadaya

Kegiatan ini merupakan diskusi masyarakat untuk mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang kondisi realitas yang ada saat ini dan membangun kesepakatan kondisi ideal yang akan dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk menentukan penyebab kemiskinan di wilayah tersebut, peta kemiskinan, kriteria kemiskinan, profil keluarga miskin, dll. Dengan terlibat dalam proses pemetaan swadaya masyarakat diharapkan :

a. Memahami persoalan nyata mereka sendiri yang berdasarkan kepada fakta dan informasi yang ada, sehingga yang mereka rumuskan adalah daftar kebutuhan yang bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka Pengentasan kemiskinan.

b. Dalam pemecahan masalah (pemenuhan kebutuhan) mengutamakan kemampuan sumberdaya dan swadaya masyarakat.

4. Siklus Pembangunan BKM

(38)

sebagai lembaga kepemimpinan kolektif masyarakat dengan proses dan ketentuan sesuai pedoman PPKD. Pelaksana kegiatan ini adalah relawan-relawan masyarakat dan perangkat Kelurahan/Pekon.

5. Siklus Perencanaan Partisipatif untuk menyusun PJM (Program Jangka Menengah)

Kegiatan ini dilakukan oleh BKM, tim pemetaan swadaya, relawan masyarakat dan perangkat Kelurahan/Pekon. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyusun visi, misi, dan strategi Pengentasan kemiskinan di Kelurahan/Pekon setempat.

6. Siklus Pengembangan KSM

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah kelompok sosial pada tingkat akar yang mempunyai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan

pemeliharaan lingkungan. Pelaksanaan dalam kegiatan ini adalah BKM dan UP (Unit Pengelola) dimana peserta kegiatan ini adalah masyarakat miskin dan kelompok orang-orang peduli setempat.

(39)

7. Tahap Bantuan dana pinjaman bergulir Tujuan :

a. Mendorong masyarakat berpenghasilan rendah dalam menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan maupun kegiatan yang bersifat produktif lainnya.

b. Meningkatkan jangkauan pelayanan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki penghasilan atau relative berpendapatan sangat rendah yang merupakan sasaran utama PPKD.

c. Membuka akses bagi usaha mikro dan pengusaha mikro yang selama ini tidak mendapatkan akses dan terjangkau oleh pelayanan lembaga keuangan formal yang sudah ada, sebagai upaya untuk menciptakan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat berpenghasilan rendah setempat.

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Sumber data primer pada penelitian ini adalah masyarakat penerima bantuan langsung masyarakat (dana pinjaman bergulir) program PPKD pada

Kelurahan/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu, dengan cara melakukan penelitian lapangan yaitu menyebarkan kuisioner dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur kepada masyarakat peminjam bantuan sebagai objek yang diberikan bantuan langsung masyarakat PPKD.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kantor-kantor yang terkait dengan program PPKD. Kantor-kantor tersebut adalah Kantor Badan Pemberdayaan

(41)

B. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan untuk Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pelaksana kegiatan, yaitu anggota Tim Koordinasi Desa/Pekon Program PPKD, Ketua BKM Adiluih Makmur di Pekon Adiluih serta fasilitator Kelurahan/Pekon.

2. Angket dan Kuisioner

Yaitu teknik yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang alternatif jawabannya telah disediakan (kuisioner tertutup) kemudian responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang menurutnya paling tepat.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang terdapat pada kantor atau lokasi penelitian sebagai pelengkap data yang telah dikumpulkan.

C. Metode Pengambilan Sampel

(42)

Penentuan sampel dilakukan secara pengelompokan strata (Stratified Random Sampling) karena anggota populasi memiliki strata sehingga dengan cara ini homogenitas lebih nyata di dalam masing-masing strata. Dalam Penelitian ini digunakan rumus untuk mengestimasi proporsi yaitu:

n = N ∑ Ni. pi ( 1 - pi ) N2 D + Ni ( 1 – pi ) Keterangan:

n = Besar sampel N = Besar populasi p = Proporsi yang diduga

D = B2 (estimasi terhadap mean) = (0,10)2 = 0,0025 4 4

B = Bound of error, Pada tingkat kepercayaan 90%, maka B = 0,10 atau 10% (Sumber : M. Nazir, 1998:361)

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima Program Bantuan

Langsung Masyarakat (dana pinjaman bergilir) PPKD di Kelurahan/Pekon Adiluih sebanyak 510 orang yang terdiri dari 102 KSM yang terbagi dalam 4 sektor usaha.

Tabel 3. Penyebaran Populasi dalam 4 sektor usaha No Sektor Usaha KSM Populasi

(43)

Nilai P biasanya diketahui dari hasil survey sebelumnya, dan bila tidak diketahui nilainya berapa maka nilai P dianggap 0,5 dan B = 0,1 (M. Nasir, 1998:334). Maka besar sampel yang harus diambil adalah :

n = 510 [510.0,5(1-0,5)] 5102.0,0025+510.0,5(1-0,5) = 65025

777,75

= 83,60 dibulatkan menjadi 84 orang

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang dipelukan sebanyak 84 orang dari keseluruhan populasi penerima BLM (dana pinjaman bergulir) Program PPKD .

Maka besar sampel untuk masing-masing sektor usaha adalah sebagai berikut:

a. Perdagangan = 84 26,35 510

160

dibulatkan menjadi 26 orang b. Perikanan/Tambak = 84 18,94

510 115

dibulatkan menjadi 19 orang c. Pertanian = 84 14,82

510 90

 dibulatkan menjadi 15 orang

d. Industri Rumah Tangga = 84 23,88 510

145 

 dibulatkan menjadi 24 orang

Total = 84 orang

D. Teknik Analisis Data

(44)

Desa (PPKD) digunakan analisis tabel, dimana data yang diperlukan berasal dari hasil jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Pengukuran setiap item pertanyaan menggunakan skala ordinal, dan setiap item pertanyaan pada kuisioner dibuat alternatif. Dimana, alternatif jawaban berjenjang dimulai jenjang tertinggi dengan skor 3 dan jenjang terendah dengan skor 1. Jenjang atau tingkatan nilai yang didasarkan atas kepentingan sebagai berikut:

1. Jawaban (a) memiliki skor nilai 3 yang memiliki kategori tinggi

2. Jawaban (b) memiliki skor nilai 2 yang memiliki kategori sedang

3. Jawaban (c) memiliki skor nilai 1 yang memiliki kategori rendah

(45)

Rumus yang digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata adalah :

Z = nilai uji perbedaan dua rata-rata

1

X = Pendapatan Rata-rata setelah PPKD

2

X = Pendapatan rata-rata sebelum PPKD S1 = Simpangan Baku setelah PPKD S2 = Simpangan Baku sebelum PPKD n = Jumlah Sampel

Hipotesis yang ditetapkan:

Ho = Tidak terjadi peningkatan pendapatan rata-rata usaha antara sesudah dan sebelum PPKD

Ha = Terjadi peningkatan pendapatan rata-rata usaha antara sesudah dan sebelum PPKD

Kriteria pengujian hipotesis:

(46)

Setelah diketahui nilai Z hitung terletak di daerah H0 atau Ha maka langkah yang terakhir adalah mengambil kesimpulan terhadap hipotesis yang telah di tetapkan atau menetapkan menerima atau menolak hipotesis yang diuji.

E. Gambaran Umum Kelurahan/Pekon Adiluih

1. Kondisi Geografis

Kelurahan/Pekon Adiluih yang terletak di Kecamatan Adiluih, Kabupaten Pringsewu memiliki luas 952 Ha. Batas-batas wilayah Kelurahan/Pekon Adiluih mencakup:

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Adi Jaya dan Pekon Bangun Rejo b. Sebelah Barat berbatasan dengan Pekon Wono Rejo

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bandung Baru d. Sebelah Utara berbatasan dengan Pekon Banjarsari

Orbitasi atau jarak dari pusat pemerintahan Kelurahan/Pekon Adiluih ke pusat Pemerintahan Kecamatan sejauh ± 0,5 Km, kepusat pemerintahan Kabupaten

Pringsewu sejauh ± 16,5 Km, dan ke pusat pemerintahan Provinsi Lampung sejauh ± 67 Km.

2. Penduduk

Jumlah penduduk Pekon Adiluih sebanyak 8.171 jiwa yang terdiri dari 2.110 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.116 dan 4.055

perempuan. RT di Pekon Adiluih berjumlah 33 yang kemudian terbagi lagi menjadi 8 lingkungan. Secara rinci jumlah dan komposisi penduduk Pekon Adiluih dapat

(47)

Tabel 4. Jumlah dan Komposisi Penduduk Pekon Adiluih

Sumber : Monografi Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu tahun 2012

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok umur

No Usia Jumlah

Sumber : Monografi Kelurahan/Pekon Adiluih Kabupaten Pringsewu tahun 2012

Tabel 6. Jumlah penduduk Pekon Adiluih berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Belum Sekolah 622 7,62

(48)

Tabel 7. Jumlah penduduk Pekon Adiluih berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 320

2 ABRI / Polisi 115

3 Swasta 428

4 Pedagang 750

5 Petani Penggarap 90

6 Buruh Tani 690

7 Perikanan/Tambak 197

8 Pertukangan 123

9 Pensiunan 89

10 Jasa 354

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara statistik Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) telah memberikan perubahan peningkatan pendapatan rata-rata usaha masyarakat.

Secara keseluruhan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pengentasan Kemiskinan Desa (PPKD) yang berupa dana pinjaman bergulir sebagian besar (56%) digunakan untuk mengembangkan usaha yang dikelola dan meningkatkan pendapatan usaha masyarakat sebesar 14,4% - 21%.

2. Perubahan skala usaha masyarakat setelah menerima bantuan dana pinjaman bergulir dengan jumlah maksimal pinjaman yang diberikan sebesar

(50)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, Penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Besarnya dana bantuan yang diberikan sebaiknya lebih ditingkatkan dan

disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing usaha yang diajukan masyarakat sehingga diharapkan bantuan yang diberikan tepat sasaran dan dapat membantu dalam pengembangan usahanya.

2. Pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dana pinjaman bergulir yang tidak memerlukan adanya suatu jaminan dalam memperoleh bantuan mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menunggak pembayaran pinjaman. Sebaiknya dalam hal ini perlu diberlakukannya suatu jaminan, agar masyarakat mempunyai rasa tanggaung jawab atas dana yang dipinjam sehingga dana yang terkumpul dapat terus digulirkan kepada masyarakat lain yang membutuhkan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

BPS. 2012. Analisis Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 20011. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2005. Pedoman Umum PPKD-3. Jakarta.

Djamin, Zulkarnain. 1994. Pembangunan Ekonomi Indonesia. LPFEUI. Jakarta. Djayasinga, Marselina. 2006. Ekonomi Publik Suatu Pengantar. Penerbit Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Irawan dan Suparmoko. 1990. Ekonomi Pembangunan. BPFE-UGM. Yogyakarta. Kurniawati, Asih. 2004. Analisis Dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

Dalam Meningkatkan Pendapatan Di Desa Tri Mulyo Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Sarjana Universitas Lampung.

Mangkusoebroto, Guritno. 1994. KebijakanEkonomi Publik di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Mangkusoebroto, Guritno. 2002. Ekonomi Publik. BPFE UGM. Yogyakarta. Monografi Pekon Adiluih. 2012. Monografi Desa. Kabupaten Pringsewu

Musgrave, Richard A. 1989. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Penerbit Erlangga. Jakarta

(52)

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. FEUI. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Suparmoko, M. 2003. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi 5, BPFE-UGM. Yogyakarta.

Supranto, J. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Unila. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Unila.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Peminjam Dana Bergulir ( PPKD) di  Kelurahan/Pekon                Adiluih Kecamatan Adiluih Kabupaten Pringsewu Tahun  (2009 –                 2012)
Tabel 2. Keadaan Pendapatan Perbulan dari 25 KK Peminjam Bantuan                 Dana Bergulir ( PPKD) di  Kelurahan/Pekon Adiluih Kecamatan                 Adiluih Kabupaten Pringsewu  Tahun 2012
Tabel 3. Penyebaran Populasi dalam 4 sektor usaha
Tabel 4. Jumlah dan Komposisi Penduduk  Pekon Adiluih
+2

Referensi

Dokumen terkait

sebagai berikut: bagi sekolah, hendaknya lebih memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembelajaran seni tari baik berupa pemenuhan sarana prasarana maupun kesempatan

Dalam studi kasus, hasil numerik yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil aproksimasi distribusi waktu hidup yang akan datang dengan menggunakan hukum

Hasil kajian menunjukkan amalan pengajaran guru KBD di SABK negeri Selangor menggunakan aplikasi VLE Frog mempunyai potensi yang positif berikutan tahap kesediaan guru dan

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah konsentrasi efektif penambahan UHMWPE yang dapat digunakan dalam resin akrilik sehingga dapat

The result of the research shows that there is an influence of Total Service Quality Management to the customer satisfaction of Ramayana’s Bus on the dimensions of physical

Pada laporan kerja praktik ini membahas proses perancangan dan pembuatan Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja Penjualan Produk Pada CV Royalty Natural Indonesia yang dapat

Kajian berbentuk eksperimentalkuasi ini bertujuan untuk menilai perubahan ukuran antropometri, profil lipid, leptin serum dan glukosa darah sebelum dan selepas 12 minggu

Hasil pengujian hipotesis hubungan antara partisipasi kelompok dengan peningkatan produksi kedelai dalam hubungan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu