• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karies Gigi Pada Anak Usia 20-40 Bulan Dengan Kelahiran Prematur Di RSU DR. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karies Gigi Pada Anak Usia 20-40 Bulan Dengan Kelahiran Prematur Di RSU DR. Pirngadi Medan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KARIES GIGI PADA ANAK USIA 20-40 BULAN

DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DI

RSU DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SALMAN SALIM BIN MOHAMAD NIM: 070600134

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2011

Salman Salim Bin Mohamad

Karies gigi pada anak usia 20-40 bulan dengan kelahiran prematur di RSU Dr. Pirngadi Medan

x + 33 halaman.

Anak kelahiran prematur sering mengalami hipoplasia enamel yang terjadi akibat kekurangan sumber nutrisi kalsium dan fosfat pada saat gestasi. Hipoplasia enamel ini mengakibatkan lemahnya komposisi enamel gigi dan permukaan enamel gigi menjadi kasar. Permukaan yang kasar ini seterusnya akan memudahkan penumpukan plak dan menjadi faktor predisposisi kepada pembentukan karies. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan pengalaman karies, serta melihat perbedaan prevalensi dan pengalaman karies pada anak usia 20-40 bulan yang lahir prematur dan normal di RSU Dr. Pirngadi Medan.

(3)

Hasil penelitian menunjukkan 59,5% anak kelahiran prematur mengalami karies dan 52,4% anak kelahiran normal mengalami karies. Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara prevalensi karies pada kedua-dua jenis kelahiran. Sedang pengalaman karies pada anak kelahiran prematur adalah 2,79 dan anak kelahiran normal pula adalah 2,07. Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies pada kedua-dua jenis kelahiran.

(4)

KARIES GIGI PADA ANAK USIA 20-40 BULAN

DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DI

RSU DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SALMAN SALIM BIN MOHAMAD NIM: 070600134

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Maret 2011

Pembimbing: Tanda tangan:

1. Yati Roesnawi, drg.

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 25 Maret 2011

TIM PENGUJI

KETUA : T. Hermina M., drg

ANGGOTA : 1. Taqwa D., drg., Sp.KGA

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun sebagai dalah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mempersembahkan rasa hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Mohamad Bin Awang Junus, Ibunda Wan Safiah Binti Wan Abdullah dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan semangat sejak awal kuliah hingga selesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada:

1. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Kedokteran Gigi Anak, dosen

pembimbing skripsi, serta Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk selama penulis menjalani pendidikan di FKG USU sehingga skripsi ini selesai.

2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Lina Natamiharja, dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes (Pembantu Dekan III FKM) yang telah sudi meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

(8)

5. Untuk Dewi Hartika dan Nur Irmaulina, serta sahabat-sahabat penulis atas dukungan, saran, semangat yang diberikan selama masa kuliah dan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 25 Maret 2011 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ... iii

KATA PENGANTAR . ... iv

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi... 5

2.1.1 Faktor Etiologi dan Patogenesis... ... ... 5

2.1.2 Gambaran Klinis... .... ... 7

2.2 Bayi Prematur... 9

2.2.1 Resiko pada Kelahiran Prematur... 9

(10)

3.6 Alat dan Bahan... 17

3.7 Cara Pengumpulan Data ... 17

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.9 Jadwal Penelitian ... 19

3.10 Anggaran Biaya Penelitian ... 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 21

BAB 5 PEMBAHASAN... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel rata-rata terjadinya karies pada masing-masing gigi insisivus

rahang atas dan rahang bawah... 16 2. Tabel rata-rata terjadinya karies pada masing-masing gigi kaninus

dan molar rahang atas dan rahang bawah ... 16 3. Persentase jumlah sampel anak kelahiran prematur dan normal

berdasarkan kelompok usia... 21 4. Prevalensi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal

pada kelompok usia 20 40 bulan... 22 5. Prevalensi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal

pada kelompok usia 20 29 bulan... 22 6. Prevalensi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal

pada kelompok usia 30 40 bulan... 23 7. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal

kelompok usia 20 40 bulan... 23 8. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal

kelompok usia 20 29 bulan... 24 9. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal

kelompok usia 30 40 bulan... 25 10. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal

(13)

11. Pengalaman karies pada gigi insisivus anak kelahiran prematur

dan normal usia 20-29 bulan... 26 12. Pengalaman karies pada gigi kaninus anak kelahiran prematur

dan normal usia 30-40 bulan... 27 13. Pengalaman karies pada gigi molar anak kelahiran prematur

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2011

Salman Salim Bin Mohamad

Karies gigi pada anak usia 20-40 bulan dengan kelahiran prematur di RSU Dr. Pirngadi Medan

x + 33 halaman.

Anak kelahiran prematur sering mengalami hipoplasia enamel yang terjadi akibat kekurangan sumber nutrisi kalsium dan fosfat pada saat gestasi. Hipoplasia enamel ini mengakibatkan lemahnya komposisi enamel gigi dan permukaan enamel gigi menjadi kasar. Permukaan yang kasar ini seterusnya akan memudahkan penumpukan plak dan menjadi faktor predisposisi kepada pembentukan karies. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan pengalaman karies, serta melihat perbedaan prevalensi dan pengalaman karies pada anak usia 20-40 bulan yang lahir prematur dan normal di RSU Dr. Pirngadi Medan.

(15)

Hasil penelitian menunjukkan 59,5% anak kelahiran prematur mengalami karies dan 52,4% anak kelahiran normal mengalami karies. Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara prevalensi karies pada kedua-dua jenis kelahiran. Sedang pengalaman karies pada anak kelahiran prematur adalah 2,79 dan anak kelahiran normal pula adalah 2,07. Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies pada kedua-dua jenis kelahiran.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

Karies gigi adalah suatu proses di dalam rongga mulut yang melibatkan interaksi antara permukaan gigi dan hasil metabolisme bakteri yang mengakibatkan kehilangan mineral dan kerusakan jaringan keras gigi. Karies merupakan penyakit yang paling sering ditemukan didalam masyarakat, dan dapat ditemukan seawal usia dini anak.1

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, 90% kasus karies ditemukan pada pasien anak yang datang ke klinik Pedodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.2 Di Jakarta pula, 90% anak

mengalami masalah karies.3 Sementara itu, hasil penelitian di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa 56,78% dari 317 anak balita mengalami karies.4 Di Malaysia

pula, prevalensi karies gigi pada anak balita adalah 87,1%.5 American Academy of Paediatrics

menemukan lebih dari 40% anak balita di Amerika Serikat mengalami karies pada saat memasuki TK.6 Sementara itu Di Kota Zagreb, Republik Croatia, 30% anak balita mengalami

karies.1

Anak lahir prematur didefinisikan sebagai anak yang lahir sebelum usia kandungan 37 minggu.7,8,9,10 WHO mendefinisikan anak lahir prematur sebagai anak yang lahir sebelum 37

minggu dari hari pertama menstruasi terakhir.11 Prevalensi bayi prematur berbeda disetiap

(17)

2

daripada kelahiran bayi adalah kelahiran bayi prematur.12 Di Indonesia 9.09% bayi.dilahirkan

prematur setiap tahunnya.13

Banyak anak prematur mengalami masalah kesehatan, pertumbuhan, dan perilaku. Kelainan rongga mulut yang sering dialami oleh anak prematur adalah keterlambatan erupsi gigi dan hipoplasia enamel. Penelitian Seow menemukan bahwa gigi anak prematur mempunyai struktur mikroskopis enamel yang lebih tipis, bergranul, dan kurang termineralisasi dibanding gigi anak normal.14 Tidak seperti permukaan gigi normal, permukaan gigi yang mengalami

hipoplasia enamel adalah kasar dan bergranul. Permukaan yang kasar ini akan mempermudahkan perlekatan plak dan bakteriStreptokokus mutans, sehingga memacu proses pembentukan karies.

Studi epidemiologi pada anak kelahiran prematur pula telah menemukan 82% dari 45 anak kelahiran prematur usia 3 4 tahun di Iran mengalami karies.7 Selain daripada itu, 40%

kasus karies telah ditemukan pada anak kelahiran prematur di Brisbane, Australia.15Sedangkan

12% dari 96 anak yang lahir prematur di RS Umum di Brazil mengalami karies.1Persentase yang

kecil ini ditemukan karena sampel penelitian tersebut mendapat pendidikan kesehatan gigi yang baik daripada tim kesehatan RS.

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk melihat adanya karies pada anak

(18)

3

Sakit Umum yang menjadi rujukan utama dan pasien yang berkunjung terdiri atas masyarakat dari berbagai kelas sosial dan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini meliputi:

1. Berapa prevalensi karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal?

2. Bagaimanakah pengalaman karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal?

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, yaitu:

1. Mengetahui prevalensi karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal.

2. Mengetahui pengalaman karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal berdasarkan elemen gigi.

(19)

4

4. Melihat perbedaan pengalaman karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi:

1. Memperoleh pengalaman melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan referensi untuk Departemen Ilmu kedokteran Gigi Anak. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi adalah kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak. Anak-anak yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat parah, gigi berlubang sangat besar sekali, bahkan disertai pembengkakan.18

2.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu penyakit multi-faktorial, namun penyebab utama bagi penyakit ini adalah bakteri, karbohidrat, dan gigi.1,19Karies gigi merupakan proses demineralisasi akibat proses dinamis penguraian ion-ion kalsium dan phosfat. Proses yang menyebabkan destruksi permukaan gigi ini timbul akibat fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme didalam mulut.10

Pola karies gigi pada anak-anak biasanya menunjukkan destruksi jaringan gigi-geligi desidui yang bersifat rampan, dan menyerang terutama sekali gigi-geligi anterior maksila.

2.1.1 Faktor Etiologi dan Patogenesis

(21)

6

ini akan melekat pada pelikel di permukaan gigi yang disebut sebagai plak gigi. Dengan kata lain plak gigi mengandung sejumlah besar bakteriStreptokokus mutans.20,21

Selain adhesive glucan, senyawa lain yang dihasilkan dari interaksi Streptokokus mutans dan karbohidrat ini adalah asam laktat. Asam laktat ini bersifat asam dengan pH 5,6 dan akan menyebabkan demineralisasi permukaan enamel gigi dan membentuk karies.19 Karies

memerlukan waktu sekitar 18±6 bulan untuk terbentuk.17 Berbeda dengan karies pada gigi

permanen, pola karies pada balita sedikit berbeda dimana penyakit ini bersifat parah dan sering menyerang di bagian anterior maksila dan gigi molar satu desidui.9 Karies pada balita tidak

terlalu berpengaruh terhadap gigi anterior bawah karena gigi-geligi anterior bawah terlindung oleh lidah pada saat anak mengkonsumsi karbohidrat.

Selain daripada empat faktor etiologi (bakteri, karbohidrat, gigi, waktu), karies juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lain seperti oral hygiene, pola diet, dan status sosial ekonomi orang tua.16,22 Pola diet yang buruk seperti konsumsi makanan yang mudah

melekat pada gigi dan manis dapat memudahkan pembentukan plak dan akhirnya mengakibatkan karies. Orang tua berperan didalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi anak. Orang tua seharusnya mula membersihkan gigi anak sejak gigi pertama mereka tumbuh, dan mula mengajarkan anak menyikat giginya sejak usia anak 2 tahun.22 Selain daripada itu status

(22)

7

2.1.2 Gambaran Klinis

Karies sering dimulaipada pit dan fisur, interproksimal gigi, dan bagian servikal gigi. Karies dimulai dari lapisan enamel atau sementum, dan menyebar ke dalam lapisan gigi.22 Perkembangan

karies dimulai dengan tanda-tanda dini seperti bercak putih (white spot), dan demineralisasi opak

pada permukaan gigi. Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma enamel.23Pada keadaan ini permukaan gigi masih terlihat utuh, namun terlihat garis putih

di bagian servikal vestibulum dan palatal gigi insisivus.24 White spot ini ditemukan pada area

yang mudah tertimbun plak seperti permukaan gigi incisivus maksila, area pit dan fissur serta dibawah kontak point diantara gigi geligi. Pada tahapan ini, lesi yang terbentuk masih bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan penjagaan oral hygiene yang baik, aplikasi fluor, dan perubahan diet.9

Tahapan seterusnya turut melibatkan lapisan dentin karena permukaan enamel telah mengalami destruksi. Dentin tersingkap dan kelihatan kekuningan dan lunak apabila diekskavasi.23Pada tahapan ini juga akan menunjukkan molar maksila mengalami lesi permulaan

(23)

8

Gambar 1. Lesi pada dentin berwarna kekuningan pada gigi desidui anak.22

Proses karies yang berkelanjutan akan menunjukkan karakteristik lesi yang besar, dalam dan berwarna cokelat22 pada insisivus maksila, dan iritasi pulpa. Akhir dari proses karies ini

akan menunjukkan fraktur pada seluruh permukaan korona gigi geligi anterior maksila sebagai akibat daripadaamelodentinal destruction(Gambar 2).

(24)

9

2.2 Bayi prematur

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran pada usia kurang dari 37 minggu.9,10,11,25,26 Kelahiran prematur menyebabkan neonatus tidak dapat mengalami

perkembangan dan maturasi dengan sepenuhnya di dalam rahim ibu. Akibatnya, anak prematur akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap masalah kesehatan dan pertumbuhan termasuk pertumbuhan gigi dan mulut.14

2.2.1 Resiko pada Kelahiran Prematur

Resiko yang sering pada rongga mulut anak prematur yang antaranya adalah keterlambatan erupsi dan hipoplasia enamel. Keterlambatan erupsi dan hipoplasia enamel ini terjadi akibat kekurangan sumber nutrisi pada saat gestasi yaitu sumber mineral seperti kalsium dan fosfat.14 Akibat kekurangan sumber mineral ini, benih gigi tidak dapat terbentuk dengan

sempurna sehingga waktu erupsinya terganggu dan sering terjadi hipoplasia pada enamel gigi.

Hipoplasia enamel adalah kerusakan pada enamel gigi yang mengakibatkan berkurangnya komposisi enamel berbanding normal. Kerusakan ini dapat berupa porositi pada permukaan gigi, baik terlokalisir maupun pada seluruh gigi dan dapat juga menyebabkan bentuk gigi yang tidak sempurna.14W. Kim Seow menemukan bahwa 52% daripada gigi anak prematur yang kelihatan

normal jika dilihat dengan mata kasar, namun bila dilihat secara mikroskopis sebenarnya mengalami hipoplasia.14 Defek enamel ini menyebabkan permukaan enamel menjadi kasar dan

memudahkan penumpukan plak. Penumpukan plak pada gigi yang mengalami defek ini akan menjadi faktor predisposisi kepada pembentukan karies.27 Ini menunjukkan bahwa gigi anak

(25)
(26)

11

2.5 Hipotesis Penelitian

1) Terdapat perbedaan antara prevalensi karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal.

2) Terdapat perbedaan antara pengalaman karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi adalah kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak. Anak-anak yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat parah, gigi berlubang sangat besar sekali, bahkan disertai pembengkakan.18

2.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu penyakit multi-faktorial, namun penyebab utama bagi penyakit ini adalah bakteri, karbohidrat, dan gigi.1,19Karies gigi merupakan proses demineralisasi akibat proses dinamis penguraian ion-ion kalsium dan phosfat. Proses yang menyebabkan destruksi permukaan gigi ini timbul akibat fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme didalam mulut.10

Pola karies gigi pada anak-anak biasanya menunjukkan destruksi jaringan gigi-geligi desidui yang bersifat rampan, dan menyerang terutama sekali gigi-geligi anterior maksila.

2.1.1 Faktor Etiologi dan Patogenesis

(28)

6

ini akan melekat pada pelikel di permukaan gigi yang disebut sebagai plak gigi. Dengan kata lain plak gigi mengandung sejumlah besar bakteriStreptokokus mutans.20,21

Selain adhesive glucan, senyawa lain yang dihasilkan dari interaksi Streptokokus mutans dan karbohidrat ini adalah asam laktat. Asam laktat ini bersifat asam dengan pH 5,6 dan akan menyebabkan demineralisasi permukaan enamel gigi dan membentuk karies.19 Karies

memerlukan waktu sekitar 18±6 bulan untuk terbentuk.17 Berbeda dengan karies pada gigi

permanen, pola karies pada balita sedikit berbeda dimana penyakit ini bersifat parah dan sering menyerang di bagian anterior maksila dan gigi molar satu desidui.9 Karies pada balita tidak

terlalu berpengaruh terhadap gigi anterior bawah karena gigi-geligi anterior bawah terlindung oleh lidah pada saat anak mengkonsumsi karbohidrat.

Selain daripada empat faktor etiologi (bakteri, karbohidrat, gigi, waktu), karies juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lain seperti oral hygiene, pola diet, dan status sosial ekonomi orang tua.16,22 Pola diet yang buruk seperti konsumsi makanan yang mudah

melekat pada gigi dan manis dapat memudahkan pembentukan plak dan akhirnya mengakibatkan karies. Orang tua berperan didalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi anak. Orang tua seharusnya mula membersihkan gigi anak sejak gigi pertama mereka tumbuh, dan mula mengajarkan anak menyikat giginya sejak usia anak 2 tahun.22 Selain daripada itu status

(29)

7

2.1.2 Gambaran Klinis

Karies sering dimulaipada pit dan fisur, interproksimal gigi, dan bagian servikal gigi. Karies dimulai dari lapisan enamel atau sementum, dan menyebar ke dalam lapisan gigi.22 Perkembangan

karies dimulai dengan tanda-tanda dini seperti bercak putih (white spot), dan demineralisasi opak

pada permukaan gigi. Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma enamel.23Pada keadaan ini permukaan gigi masih terlihat utuh, namun terlihat garis putih

di bagian servikal vestibulum dan palatal gigi insisivus.24 White spot ini ditemukan pada area

yang mudah tertimbun plak seperti permukaan gigi incisivus maksila, area pit dan fissur serta dibawah kontak point diantara gigi geligi. Pada tahapan ini, lesi yang terbentuk masih bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan penjagaan oral hygiene yang baik, aplikasi fluor, dan perubahan diet.9

Tahapan seterusnya turut melibatkan lapisan dentin karena permukaan enamel telah mengalami destruksi. Dentin tersingkap dan kelihatan kekuningan dan lunak apabila diekskavasi.23Pada tahapan ini juga akan menunjukkan molar maksila mengalami lesi permulaan

(30)

8

Gambar 1. Lesi pada dentin berwarna kekuningan pada gigi desidui anak.22

Proses karies yang berkelanjutan akan menunjukkan karakteristik lesi yang besar, dalam dan berwarna cokelat22 pada insisivus maksila, dan iritasi pulpa. Akhir dari proses karies ini

akan menunjukkan fraktur pada seluruh permukaan korona gigi geligi anterior maksila sebagai akibat daripadaamelodentinal destruction(Gambar 2).

(31)

9

2.2 Bayi prematur

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran pada usia kurang dari 37 minggu.9,10,11,25,26 Kelahiran prematur menyebabkan neonatus tidak dapat mengalami

perkembangan dan maturasi dengan sepenuhnya di dalam rahim ibu. Akibatnya, anak prematur akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap masalah kesehatan dan pertumbuhan termasuk pertumbuhan gigi dan mulut.14

2.2.1 Resiko pada Kelahiran Prematur

Resiko yang sering pada rongga mulut anak prematur yang antaranya adalah keterlambatan erupsi dan hipoplasia enamel. Keterlambatan erupsi dan hipoplasia enamel ini terjadi akibat kekurangan sumber nutrisi pada saat gestasi yaitu sumber mineral seperti kalsium dan fosfat.14 Akibat kekurangan sumber mineral ini, benih gigi tidak dapat terbentuk dengan

sempurna sehingga waktu erupsinya terganggu dan sering terjadi hipoplasia pada enamel gigi.

Hipoplasia enamel adalah kerusakan pada enamel gigi yang mengakibatkan berkurangnya komposisi enamel berbanding normal. Kerusakan ini dapat berupa porositi pada permukaan gigi, baik terlokalisir maupun pada seluruh gigi dan dapat juga menyebabkan bentuk gigi yang tidak sempurna.14W. Kim Seow menemukan bahwa 52% daripada gigi anak prematur yang kelihatan

normal jika dilihat dengan mata kasar, namun bila dilihat secara mikroskopis sebenarnya mengalami hipoplasia.14 Defek enamel ini menyebabkan permukaan enamel menjadi kasar dan

(32)

10

-Prevalensi karies - Prevalensi karies

(33)

11

2.5 Hipotesis Penelitian

1) Terdapat perbedaan antara prevalensi karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir prematur dan normal.

2) Terdapat perbedaan antara pengalaman karies pada anak usia 20 40 bulan yang lahir

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional secaracross-sectional.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua anak yang lahir periode September 2007 sampai dengan Mei 2009 di RSU Dr. Pirngadi Medan. Sampel penelitian ini adalah anak-anak kelahiran prematur dan kelahiran normal. Cara pemilihan sampel adalah sampel dipilih yang alamatnya dekat dengan alamat peneliti.

Kriteria Inklusi :

a) Anak usia 20 40 bulan kelahiran RSU Dr. Pirngadi b) Kesehatan umum baik

c) Bersedia ikut penelitian

d) Disetujui oleh orang tua dengan pengisianInformed Consent

Kriteria Eksklusi :

a) Anak sedang sakit sehingga sulit diperiksa

(35)

13

Besar Sampel :

Penelitian ini menghitung data analitis numerik tidak berpasangan, sehingga rumus yang digunakan adalah: X1 = rata-rata def-t anak lahir prematur = 2,5

X2 = rata-rata def-t anak lahir normal = 2,2

Nilai X1, X2, dan SD diperoleh dari penelitian oleh M. Ghasempour dkk. tahun 2009.7

Maka, didapatkan hasil = 42. Untuk mencegah drop-out, minimal sampel ditambahkan sebanyak 50% dari jumlah sebenar,

(36)

14

Maka,

Total sampel adalah 110 orang, yaitu:- 55 kelompok anak kelahiran prematur - 55 kelompok anak kelahiran normal

3.3 Variabel Penelitian

a) Faktor resiko prakondisi: Kelahiran anak secara prematur b) Faktor resiko perantara: Hipoplasia Enamel

c) Efek: Kemunculan karies gigi pada gigi-geligi anak

3.4 Definisi Operasional

Umur Lahir Anak

Anak lahir prematur didefinisikan sebagai anak yang lahir pada atau sebelum usia kehamilan 36 minggu. Anak lahir normal adalah anak yang lahir pada atau setelah usia kehamilan 37 minggu.

Karies Gigi

(37)

15

Indeks Karies Gigi Sulung (def-t)

Indeks def-t (decayed extracted filled tooth) untuk penelitian ini digunakan menurut kriteria Klein sebagai berikut:28

d:decayed = - Gigi yang mengalami karies indikasi tambalan.

- Lesi pada pit, fisur, atau permukaan licin gigi yang dinding dan dasarnya lunak apabila diekskavasi

- Gigi dengan penambalan sementara

e:extracted = Gigi karies dengan indikasi pencabutan, radiks / akar gigi

f:filled = Gigi yang sudah ditambal karena karies

t:tooth = Merupakan satuan gigi sulung serta kode berikut;

O = Gigi sehat /white spot

X = - Gigi tidak ada

- Gigi hilang akibat trauma

Usia Anak

(38)

16

Elemen Gigi

Tujuan melihat pengalaman karies berdasarkan elemen gigi, elemen-elemen gigi dipisahkan kepada kelompok gigi insisivus, kaninus, dan molar. Penilaian bagi insisivus dilakukan pada sampel kelompok 20-29 bulan, sedangkan kaninus dan molar dinilai pada kelompok usia 30-40 bulan. Pembagian ini dilakukan sesuai waktu erupsi gigi masing-masing elemen gigi serta waktu 18 ±6 bulan yang diperlukan untuk terbentuknya karies (tabel 1, 2).17

Tabel 1. Tabel rata-rata terjadinya karies pada masing-masing gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah

RAHANG ELEMEN

GIGI ERUPSIWAKTU29 USIA TERJADINYAKARIES

Rahang Atas

Insisivus

Sentralis 6 Bulan 18 30 Bulan

Insisivus

Lateralis 7 Bulan 19 31 Bulan

Rahang Bawah

Insisivus

Sentralis 6 Bulan 18 30 Bulan

Insisivus

Lateralis 7 Bulan 19 31 Bulan

Tabel 2. Tabel rata-rata terjadinya karies pada masing-masing gigi kaninus dan molar rahang atas dan rahang bawah

RAHANG ELEMEN

GIGI ERUPSIWAKTU29 USIA TERJADINYAKARIES

Rahang Atas

Kaninus 18 Bulan 30 42 Bulan

Molar Satu 12 Bulan 26 36 Bulan Molar Dua 24 Bulan 36 48 Bulan Rahang

Bawah

Kaninus 18 Bulan 30 42 Bulan

Molar Satu 12 Bulan 24 36 Bulan

(39)

17

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yaitu di rumah sampel sesuai alamat Pada data kelahiran RSU Dr. Pirngadi Medan. Lama penelitian adalah 2 bulan.

3.6 Alat dan Bahan

Setelah mendapatkan Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Seterusnya adalah pengambilan data diri dan kelahiran subjek penelitian di RSU Dr. Pirngadi. Semua 110 data kelahiran prematur dan normal di Bagian Perinatologi RSU Dr. Pirngadi Medan diambil melalui rekam medik dan kartu status. Dari data ini diperoleh alamat, data diri pasien, tanggal kelahiran, usia kehamilan. Lembar pemeriksaan anak lahir prematur dan normal dibedakan dengan warna kartu yaitu warna merah untuk anak lahir prematur dan warna putih untuk anak lahir normal.

(40)

18

Pemeriksaan akan dilakukan secara visual dengan bantuan cahaya matahari dan diekskavasi dengan sonde sekiranya perlu. Apabila setuju orang tua mengisi dan menandatangani surat persetujuan atau Informed Consent. Kemudian peneliti mulai memeriksa gigi dengan mendeteksi tanda klinis karies gigi lalu mencatat indeks def-t subjek ke dalam lembar pemeriksaan sesuai definisi operasional. Dari 110 data subjek, peneliti berhasil memenuhi minimal sampel yaitu sebanyak 84 orang setelah mengalami kendala seperti alamat tidak ditemukan, subjek atau orang tua tidak dijumpai dirumah, subjek meninggal dunia, dan penolakan dari orang tua subjek. Pengumpulan data dilakukan selama 10 hari.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

(41)

19

Jadwal Penelitian

KEGIATAN Okt Nov DisBULANJan Feb Mar

Penyusunan Proposal

2. Antiseptik dan alkohol 96% Rp 23.000,00

Biaya Alat Tulis :

Formulir permohonanEthical Clearance Rp. 100.000,00 Formulir permohonan penelitian di RSU Dr. Pirngadi Rp 75.000,00

(42)

20

Biaya Seminar Proposal dan Laporan Akhir Penelitian :

1. Biaya sewa proyektor 2 kali Rp. 50.000,00 2. Biaya penggandaan makalah (8buah) Rp. 200.000,00

Biaya lain-lain Rp. 95.000,00

Total = Rp. 1.046.000,00

(43)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan berdasarkan data kelahiran anak prematur dan normal pada periode September 2007 sehingga Mei 2009 dari RSU Dr. Pirngadi, Medan. Dari 110 data yang diambil, minimal sampel berhasil dipenuhi yaitu 84 subjek berhasil dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing 42 orang anak kelahiran prematur dan kelahiran normal untuk mencatat pengalaman karies mereka. Hasil sampel tersebut diperoleh data yaitu 42 orang anak usia 20 29 bulan dan 42 orang anak usia 30 40 bulan, masing-masing 21 orang sampel prematur dan normal (tabel 3).

Tabel 3. Persentase jumlah sampel anak kelahiran prematur dan normal berdasarkan kelompok usia

USIA KELAHIRAN JUMLAH

PREMATUR % NORMAL %

20 29 Bulan 21 50 21 50 42

30 40 Bulan 21 50 21 50 42

(44)

22

anak usia 20 40 bulan kelahiran prematur dan normal di dalam penelitian ini (tabel 4). Tabel 4. Prevalensi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal pada

kelompok usia 20 40 bulan

Tidak 17 40,5 20 47,6 0,51

Ya 25 59,5 22 52,4

Tabel 5. Prevalensi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal pada kelompok usia 20 29 bulan

KARIES PREMATURKELAHIRAN NORMAL P

N % N %

Tidak 11 52,4 11 52,4 1,00

Ya 10 47,6 10 47,6

(45)

23

Tabel 6. Distribusi anak bebas karies kelahiran prematur dan normal pada kelompok usia 30 40 bulan

Berdasarkan pengalaman karies pula, didapatkan skor decay (d) rata-rata pada anak prematur adalah 2,36, sedangkan pada anak normal 1,86. Skor extracted(e) rata-rata pada anak prematur adalah 0,38, sedangkan pada anak normal 0,19. Skor filling (f) rata-rata pada anak prematur adalah 0,31, sedangkan pada anak normal 0,02. Tidak ada perbedaan yang singnifikan antara ketiga-tiga skor ini pada anak usia 20 40 bulan kelahiran prematur dan normal di dalam penelitian ini. Def-t rata-rata pada anak kelahiran prematur adalah 2,79, sedangkan def-t rata-rata pada anak kelahiran normal pula adalah 2,07. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor def-t anak usia 20 40 bulan kelahiran prematur dan normal di dalam penelitian ini (tabel 7).

Tabel 7. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal kelompok usia 20 40 bulan

INDEKS PREMATUR (N=42)JENIS KELAHIRAN p

Mean ± SD NORMAL (N=42)Mean ± SD

d 2,36 ± 2,56 1,86 ± 2,27 0,39

e 0,38 ± 1,19 0,19 ± 0,86 0,40

f 0,05 ± 0,31 0,02 ± 0,15 0,98

(46)

24

dan filling (f) rata-rata pula didapatkan masing-masing 0 pada anak kelahiran prematur dan normal. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga-tiga skor ini pada anak usia 20 - 29 bulan kelahiran prematur dan normal di dalam penelitian ini. Def-t rata-rata pada anak kelahiran prematur adalah 1,62, sedangkan def-t rata-rata pada anak kelahiran normal pula adalah 1,24. Tidak ada perbedaan yang signifikan anatara def-t anak usia 20 29 bulan kelahiran prematur dan normal pada penelitian ini (tabel 8).

Tabel 8. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal kelompok usia 20 29 bulan

INDEKS PREMATUR (N=21)JENIS KELAHIRAN P

(47)

25

Tabel 9. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal kelompok usia 30 40 bulan

INDEKS PREMATUR (N=21)JENIS KELAHIRAN p

Mean ± SD NORMAL (N=21)Mean ± SD

D 3,10 ± 2,97 2,48 ± 2,75 0,49

E 0,76 ± 1,61 0,38 ± 1,20 0,38

F 0,10 ± 0,44 0,05 ± 0,22 0,97

def-t 3,95 ± 3,67 2,90 ± 3,30 0,35

Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal berdasarkan elemen gigi adalah seperti tabel 10.

Tabel 10. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan normal kelompok usia 20-40 bulan berdasarkan elemen gigi.

INSISIVUS KANINUS MOLAR

(48)

26

yang signifikan pada def-t anak kelahiran prematur dan normal berdasarkan elemen gigi insisivus di dalam penelitian ini (tabel 11).

Tabel 11. Pengalaman karies pada gigi insisivus anak kelahiran prematur dan normal usia 20-29 bulan

(49)

27

Tabel 12. Pengalaman karies pada gigi kaninus anak kelahiran prematur dan normal usia 30-40 bulan

Berdasarkan elemen gigi molar pula, didapatkan skor decay (d) rata-rata pada anak kelahiran prematur adalah 0,90 sedangkan pada anak kelahiran normal 0,71. Skor extracted (e) rata-rata pula 0 pada masing-masing kelahiran prematur dan normal. Tidak perbedaan yang signifikan pada ketiga-tiga skor ini pada masing-masing anak kelahiran prematur dan normal. Skor filling (f) rata-rata pada anak kelahiran prematur adalah 0,10, sedangkan pada anak kelahiran normal 0,05. Def-t rata-rata pada anak kelahiran prematur adalah 1,00, sedangkan def-t rata-rata pada anak kelahiran normal pula adalah 0,76. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada def-t anak kelahiran prematur dan normal berdasarkan elemen gigi molar di dalam penelitian ini (tabel 13).

(50)

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pada anak usia 20-40 bulan sebanyak 84 orang, ditemukan 59,5% anak mempunyai karies dan 40,5% anak bebas karies pada anak kelahiran premature, sedangkan pada anak kelahiran normal diperoleh 52,4% anak mempunyai karies dan 47,6% anak bebas karies (tabel 4). Perbedaan prevalensi karies ini dapat juga dilihat pada kelompok usia 30-40 bulan yaitu 71,4% dan 57,1% pada masing-masing anak kelahiran prematur dan normal (tabel 6). Ini menunjukkan anak kelahiran prematur lebih banyak mendapat karies dibandingkan dengan anak kelahiran normal. Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh M.Ghasempour dkk di Babol, Iran (2009) pada anak usia 3-4 tahun juga menemukan prevalensi karies yang tinggi pada anak kelahiran prematur dibandingkan dengan anak kelahiran normal.7 Penelitian case control yang dilakukan oleh Agim Begzati dkk di Albania juga

menemukan 17% daripada anak yang menderita karies adalah anak kelahiran prematur, sedangkan daripada anak yang bebas karies pula hanya 8%.30

(51)

29

ketiga-tiga kelompok usia (tabel 4, 5, 6). Hal ini adalah karena sifat karies yang multifaktorial, menyebabkan ianya sukar dibandingkan dengan satu faktor etiologi saja.1,19

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata def-t anak kelahiran prematur adalah 2,79 sedangkan rata-rata def-t anak kelahiran normal pula adalah 2,07 (tabel 7). Berdasarkan dua kelompok usia, ditemukan def-t rata-rata pada masing-masing anak kelahiran prematur dan normal adalah 1,62 dan 1,24 pada kelompok usia 20-29 bulan (tabel 8), sedangkan pada kelompok usia 30-40 bulan, def-t rata-rata pada masing-masing anak kelahiran prematur dan normal adalah 3,95 dan 2,90 (tabel 9). Ini menunjukkan pengalaman karies pada anak kelahiran prematur lebih tinggi daripada anak kelahiran normal. Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh M.Ghasempour dkk di Babol, Iran (2009) pada anak usia 3-4 tahun juga menemukan def-t rata-rata yang lebih tinggi pada anak kelahiran prematur dibanding dengan anak kelahiran normal, yaitu masing-masing 2,50 dan 2,20.7

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies dengan jenis kelahiran anak. Kondisi ini mungkin diakibatkan oleh oral hygiene anak yang umumnya adalah buruk, dari wawancara pada orang tua subjek didapati bahwa mereka tidak melakukan pengawasan oral hygiene pada anak mereka, sedangkan oral hygiene anak sangat berpengaruh terhadap pembentukan karies.16,22

(52)

30

Walau bagaimanapun kelompok sampel bagi penelitian mereka jelas berbeda dengan kelompok sampel di dalam penelitian ini. Kelompok sampel pada penelitian di Brasil ini adalah dikalangan anak batita yang ibu bapanya sering diberikan instruksi mengenai diet dan kebersihan mulut oleh Departemen Neonatologi rumah sakit. Sedangkan ibu bapa kelompok sampel pada penelitian ini tidak semuanya mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi yang sempurna daripada rumah sakit.16

Berdasarkan elemen gigi insisivus, kesemua skor d, e, f, dan def-t menunjukkan nilai yang tinggi pada anak kelahiran prematur dibanding anak kelahiran normal. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies dengan jenis kelahiran anak berdasarkan elemen gigi. Hasil yang sama juga ditemukan pada elemen gigi kaninus dan molar (tabel 11, 12, 13). Namun, jika dibandingkan pada masing-masing gigi, ternyata kejadian karies itu lebih banyak ditemukan pada gigi insisivus, kemudian molar, dan terakhir adalah kaninus (tabel 10). Kemungkinan kejadian karies ini berlaku disebabkan oleh defek enamel karena menurut D Johnsen dkk. (2010), defek enamel paling sering ditemukan di insisivus, diikuti oleh molar, dan terakhir adalah gigi kaninus.31

(53)

31

(54)
(55)
(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi karies pada anak kelahiran prematur lebih tinggi daripada anak kelahiran normal yaitu masing-masing 59,5% dan 52,4%.

2. Pengalaman karies pada anak kelahiran prematur lebih tinggi dibandingkan dengan anak kelahiran normal yaitu masing-masing 2,79 dan 2,07.

3. Pengalaman karies anak kelahiran prematur lebih tinggi dibandingkan dengan anak kelahiran normal berdasarkan elemen gigi yaitu masing 1,62 dan 1,24 pada kelompok gigi insisivus, 0,48 dan 0,33 pada kelompok gigi kaninus, dan 1,00 dan 0,76 pada kelompok gigi molar.

4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi karies pada anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal.

5. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal

6. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengalaman karies pada anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal berdasarkan elemen gigi.

6.2 Saran

(57)

33

2. Diharapkan adanya sarana dan prasarana kesehatan gigi dan mulut yang lebih terjangkau dan murah.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dukic OL, Juric H, Dukic W, Glavina D. Factors predisposing to early childhood caries (ECC) in children of pre-school age in the City of Zagreb, Croatia, School of Dental Medicine, University of Zagreb, 2001 : 1-5

2. D Anggriana, Musyrifah. Faktor pendorong motivasi orang tua merawatkan gigi anak di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Unair. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 12 15

3. M Gultom. Pengetahuan sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya, di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara tahun 2009. Universitas Sumatera Utara: USU Press, 2009 : 13-27

4. E Chemiawan, E Riyanti, SN Tjahyaningrum. Prevalensi nursing mouth caries pada anak usia 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyikatan gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung tahun 2004. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 2004 : 1-9

5. J Rusilawati. Clinical practical guidelines management of severe early childhood caries. Kementerian Kesihatan Malaysia, 2005 : 4

6. Pierce KM et al. Accuracy of pediatric primary care providers screening and referral for early childhood caries. Pediatr 2002: 109 (5): 82

(59)

8. S Brogårdh-Roth, K Stjernqvist, L Matsson, G Klingberg. Parental perspectives on preterm children s oral health behaviour and experience of dental care during preschool and early school years. Int J Paediatr Dent 2009 : 243 250

9. Mayoclinic.com. Premature birth. 2009 < http://www.mayoclinic.com/health/premature-birth/DS00137> (12 September 2010)

10. Kementerian Kesihatan Malaysia. Bayi pramatang. 2010

11. WE Nelson. Nelson ilmu kesehatan anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001 : 561-3 12. R Meadow. Pediatrika. Penerbit Erlangga, 2003 : 69-79

13. Mypotik. Penyelamatan Bayi Prematur. 2010. http://mypotik.blogspot.com

/2010/06/penyelamatan-bayi-prematur.html(12September 2010).

14. WK Seow, WG Young, A Tsang, T Daley. A study of primary dental enamel from preterm and full-term children using light and scanning electron microscopy. Paediatr Dent : Scientific Article. 2005 : 1-5

15. PY Lai, K Seow, DI Tudehope, Y Rogers. Enamel hypoplasia and dental caries in very-low birthweight children: a case-controlled, longitudinal study. Am Academy Pediatr Dent, 1997 : 1-8

16. DB Gravina, V Resende, T Azevedo, O de Toledo, AB Bezerra. Prevalence of dental caries in children born prematurely or at full term. Brazilian Oral Res. 2006 : 1-3

17. E Newbrun. Cariology. Quintessence books, 2001: 246-8

(60)

19. Fujiwara T. Etiology and clinical symptoms of dental caries. Foods Food Ingredients J. 2005 : 210(4)

20. Taubman M. Imagine . . . a world without cavities. Massachusetts Society Med Res. 2007 : 1-3

21. Anne AS. Indeks def-t dan dmf-t masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Universitas Padjadjaran. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad, 2008: 1-4

22. JM Douglass, A Douglass, HJ Silk. A practical guide to infant oral health. Am Family of Family Physician, Connecticut . 2004 : 1-7

23. Ismail Al. Visual and visuo-tactile detection of dental caries. J Dent Res 2004: 83(1): 56-66

24. Ordre des dentistes du Québec. Early childhood caries.ODQ J Suplemen 2006 : 3-7

25. Medline Plus. Premature Infant. National Institute of Health. 2010

26. Y Junina. Memberus gigi. kesihatan anak dan pediatrik, Positive parenting experts. 2010 : 1-2

27. Murdoch Children s Research Institute. Maternal and child oral health - systematic review and analysis. New Zealand , 2008 : 12-22

28. Jyothi LB, Sunayana M. Dental caries prevalence among inhabitants of Ramapuram a house to house survey. SRM University J Dent Sci 2010: 1(2): 166

(61)

30. A Begzati, M Azemi , K Meqa. Premature Birth-Favorising Ethiologic Factor For Occurence Of Early Childhood Caries (Ecc). Online Dent J Apolonia. 2008 : 1-4

Gambar

Gambar 1. Lesi pada dentin berwarna kekuningan pada gigidesidui anak.22
Gambar 1. Lesi pada dentin berwarna kekuningan pada gigidesidui anak.22
Tabel 1. Tabel rata-rata terjadinya karies pada masing-masing gigi insisivusrahang atas dan rahang bawah
Tabel 3. Persentase jumlah sampel anak kelahiran prematur dan normalberdasarkan kelompok usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini telah menghasilkan suatu desain pembelajaran dalam bentuk lintasan belajar ( learning trajectory ) dari bentuk informal ke bentuk formal pada

Bagi guru bimbingan dan konseling, hendaknya memahami kondisi dan memberikan perhatian lebih terhadap siswa yang mengalami kontrol diri rendah, serta mampu

Penelitian ini mengkaji tentang proses hipnoterapi dengan musik di Omah Tentrem dan memahami elemen-elemen dasar musik serta elemen relaksasi yang terdapat dalam musik Diving

4.4.1 Pengaruh Persepsi Merek Mewah Terhadap Niat Membeli Pada Pengguna Blackberry 10 di Surabaya

Untuk meninjau pelaksanaan perjanjian atau akad yang terjadi mengakibatkan dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan tidak sesuai dengan perjanjian menurut

Pada grafik tersebut juga terlihat bahwa semakin tinggi dosis ekstrak yang diberikan, semakin besar pula penurunan kadar neutrofil tikus setelah perlakuan sehingga dapat dikatakan

AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MAHASISWA (Studi Kasus Akomodasi Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Aceh dan Nusa Tenggara Timur Program Pendidikan Profesi

Terkait hal itu, maka dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan daerah agar selaras dengan konsep negara hukum dan demokrasi, juga harus mengakomodir aspirasi