• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR

(Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Suprihati

NIM 21411036

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

1. Kedua Orang tuaku Bapak Sumardiyono (Alm) dan Ibu Siti Mumfangati tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

2. Kakakku Mochamad Razi, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

(6)

vi tiada hingga kami haturkan kepada-Nya yang telah memberikan semua yang kami butuhkan dalam hidup ini. Terima kasih untuk semua limpahan berkah, rezeki rahmat, hidayat, kesehatan yang Engkau titipkan, dan kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul: ZAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di Dusun Bringin).

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat peneliti nantikan di hari pembalasan nanti.

Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Syariah. Kami mengakui bahwa dalam menyusun Laporan Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(7)

vii

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga, dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak Haji Ahmad Mughni, S. H. selaku pengurus Amil Ainul Yaqin, dan Bapak Susamto selaku pengurus KBZ yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin serta memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas

Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

(8)

viii

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada peneliti, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini.

(9)

ix ABSTRAK

Kartika, Indri. 2015. Zakat dan Implikasinya terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di Dusun Bringin). Penelitian. Fakutas Syariah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci : Zakat, Pemberdayaan, Ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan zakat di Dusun Bringin yang dilaksanakan oleh Amil Ainul Yaqin dan KBZ, yaitu mengenai bagaimana upaya sosialisasi dan pentasharufan zakat, bagaimana tingkat pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta bagaimana persepsi umat Muslim Bringin terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di amil Ainul Yaqin dan KBZ dengan mengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Sumber data yang penulis gunakan adalah data primer, yaitu data diperoleh langsung dari pihak amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin, dan sumber data sekunder, yaitu data ini diambil dari hasil penelitian kepustakaan yakni dengan mempergunakan dan mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab bacaan yang ada hubungannya atau ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini, serta mempergunakan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini, misalnya dengan melalui penelitian lapangan yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang menjadi sampel penelitian.

(10)

x

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

HALAMAN MOTO... A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian... 6

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12

2. Kehadiran Peneliti... 13

3. Lokasi Penelitian... 14

(11)

xi

5. Prosedur Pengumpulan Data... 16 6. Analisis Data... 17 B. Tinjauan Umum tentang Pendayagunaan Zakat... C.Problematika Pengumpulan Zakat... D.Lembaga Pengelola Zakat... E. Kepercayaan Masyarakat terhadap Pengelola Dana Zakat... UPAYA AMIL AINUL YAQIN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT... A.Gambaran Umum Tentang Amil Ainul Yaqin... B. Gambaran Umum Tentang KBZ Bringin... C.Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam

Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat... ANALISIS UPAYA AMIL AINUL YAQIN DAN KBZ

BRINGIN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT... A.Analisis Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam

Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat... B. Analisis Tingkat Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq di Amil

(12)

xii BAB V

Ainul Yaqin dan KBZ Bringin... C.Persepsi Umat Muslim Bringin Terhadap Pemberdayaan

Ekonomi Mustahiq di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin... PENUTUP

71

76

A. Kesimpulan... 78 B. Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA... 82

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi pentasharufan dana zakat oleh Amil Ainul Yaqin pada tahun 2014...

Tabel 2.2 Data peningkatan keuntungan sebagian pedagang binaan KBZ... 64

65

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya zaman, banyak kemajuan yang dicapai khususnya dalam bidang ekonomi. Manusia harus berusaha memenuhi kebutuhan sehari- hari tanpa mengenal putus asa. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia juga harus melakukan berbagai interaksi.

Dalam Hukum Islam, Interaksi dibidang ekonomi disebut muamalah. Hukum Islam mengaturnya dalam berbagai aturan hukum yang disebut fikih muamalah. Adapun prinsip-prinsip dalam muamalat sebagai berikut:

1. Muamalat adalah urusan duniawi

Dalam muamalat semua transaksi boleh dilaksanakan kecuali yang dilarang. Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di bidang harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya diserahkan kepada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum dalam Hukum Islam.

2. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak.

(14)

2 3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum

Adat dapat dijadikan dasar hukum dengan syarat diakui dan tidak bertentangan dengan ketentuan umum dalam syara'.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain.

Salah satu produk muamalat yang sering dilakukan adalah gadai (Rahn). Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir yang dikutip oleh Sudarsono (2003: 156) rahn berarti tetap berlangsung menahan suatu barang sebagaimana tanggungan utang.

Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Zainuddin Ali (2008: 3) Gadai syari'ah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun bih) yang diterimanya.

Dasar hukum Rahn adalah Surat Al- Baqarah : 283 yang berbunyi:

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan

yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika sebagian kamu

(15)

3

menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah

Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.

Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah

orang yang berdosa hatinya : dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Menurut Hukum Islam dalam melakukan Gadai (rahn) harus memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun rahn (gadai) yaitu Ar-Rahin (yang menggadaikan), Al-Murtahin (yang Menerima Gadai), Al-Marhun (barang yang digadaikan), Al-Marhun bih (Utang), dan sighat (Ali, 2008: 42).

Apabila salah satu syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, Maka menurut Hukum Islam Gadai yang dilakukan tidak sah. Menurut Hanafiah, murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas jaminan (borg) dengan cara apapun kecuali atas izin dari rahin. Hal tersebut dikarenakan murtahin hanya memiliki hak menahan borg bukan memanfaatkannya. Apabila rahin memberikan izin kepada murtahin untuk memanfaatkan borg, maka menurut sebagian Hanafiah, hal itu dibolehkan secara mutlak. Akan tetapi, sebagian dari mereka melarang secara mutlak, karena hal tersebut termasuk riba atau menyerupai riba. Syafi'yah secara global juga berpendapat bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang digadaikan (Muslich, 2010: 308).

(16)

4

bagaimana seharusnya praktek gadai dalam masyarakat (Sudarsono, 2003: 144).

Produk sistem gadai yang dipraktekkan khususnya masyarakat Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah gadai sepeda motor. Jadi, dari pihak rahin menggadaikan sebuah sepeda motor kepada pihak murtahin dengan diberikan sejumlah pinjaman uang. Pihak rahin dapat meminjam sejumlah uang dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan yang dilakukan dalam perjanjian secara lisan, yang mana pihak rahin mau menggadaikan barang jaminannya (borg) dengan syarat bahwa barang jaminan tersebut tidak boleh diambil manfaatnya tanpa ijin pihak rahin. Dengan demikian kesepakatan itu tentunya dapat mengikat kedua belah pihak. Akan tetapi dengan kesepakatan yang ada, ada salah satu pihak yang melakukan wanprestasi, dengan melakukan yang menurut kesepakatan tidak boleh dilakukan.

Maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul " Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai Sepeda Motor (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ) ."

B. Fokus Penelitian

(17)

5

2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap murtahin yang melakukan wanprestasi dari perjanjian atau kesepakatan yang sudah disepakati kedua belah pihak?

3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pemanfaatan gadai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui praktek gadai sepeda motor yang dilakukan masyarakat Kendal Jetak Kecamatan Getasan selama ini.

2. Memberi pengertian kepada masyarakat yang melakukan gadai sepeda motor supaya tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

3. Untuk memberikan wawasan dan penjelasan praktek gadai sepeda motor agar sesuai dengan syari'at Islam.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penambah wawasan terhadap gadai motor yang sesuai dengan hukum Islam.

2. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam melakukan praktek gadai motor tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan.

(18)

6 E. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman terhadap judul, maka terlebih dahulu dijelaskan maksud istilah dalam judul tersebut.

1. Gadai

Menurut Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Zainuddin Ali (2008:3) Gadai (Rahn) adalah: menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau jaminan (marhun bih) yang diterimanya.

Gadai yang dimaksud dalam skripsi ini adalah gadai motor yang dilakukan khususnya warga Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang, yang dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan memanfaatkan barang gadai.

2. Wanprestasi

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi (Ariyani, 2012: 19).

Menurut Prof. Subekti SH wanprestasi ada empat macam bentuk yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan

b. Melaksanakan apa yang akan dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan

(19)

7

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan (Ariyani, 2012: 20).

F. Telaah pustaka

Penelitian gadai sepeda motor banyak dijumpai dalam bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi. M Abadi Agung F (UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta) meneliti praktek gadai di Desa Krandon Lor Kecamatan Suruh dengan judul "Praktek Gadai Motor Kredit Dalam Tinjauan Sosiologi Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Krajan Krandon Lor Kecamatan

Suruh)". Dia menyimpulkan bahwa menggadaikan barang yang masih

berstatus kredit kepada orang yang menerima gadai. Hal itu sudah sering terjadi, dan perjanjian yang dilakukan secara lisan serta saling percaya. Orang yang menerima gadai biasanya sudah mengetahui status barang yang digadaikan.

Abdul Ghofur (UIN Sunan Ampel Surabaya) meneliti praktek gadai di Desa Gadung Driyorejo dengan judul "Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Gadai Melalui Makelar di Desa Gadung Driyorejo".

(20)

8

memperoleh komisi 10% dari nilai pinjaman, dengan kewajiban menanggung resiko apabila barang gadai hilang atau rusak berat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari kasus yang diteliti dengan menggunakan pendekatan normatif dan sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui bagaimana status Hukum islam tentang akad yang dilakukan dari gadai motor. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui praktek gadai motor yang selama ini dilakukan di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti merupakan hal yang utama karena peneliti secara langsung mengumpulkan data dilapangan. Status peneliti dalam pengumpulan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

3. Lokasi Penelitian

(21)

9

beberapa kali terjadi praktek gadai motor yang salah satu pihak ada yang merasa dirugikan.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) sumber data yan digunakan oleh peneliti yang terdiri dari:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan, dan dari pihak yang terkait dari permasalahan yang diteliti. Termasuk di dalam sumber data ini adalah keterangan pihak rahin dan murtahin, mengenai praktek gadai motor yang dilaksanakan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai pelengkap dari sumber data primer meliputi buku-buku, laporan, arsip dan hasil penelitian lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

(22)

10

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa warga masyarakat Desa Kendal Jetak yang melakukan Gadai Motor mengenai cara Gadai yang dilakukan selama ini. Dan Wawancara kepada pengelola Gadai motor mengenai perjanjian yang dilakukan antara pihak rahin dan murtahin.

b. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengadakan penjajakan tentang perikelakuan manusia atau kelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataannya. Pengamatan adalah melihat, mendengar, merasakan, menghayati, dalam kehidupan yang nyata (Wiyarti,1991:25).

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk megetahui kondisi subyek penelitian.

Obyek yang diteliti adalah lokasi penelitian yaitu Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan keadaan wilayah khususnya masyarakat sebagai pelaku gadai motor.

6. Analisis Data

(23)

11

dapat segera dilengkapi. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dipaparkan berdasarkan klasifikasi secara lebih rinci sehingga tergambar pola dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut di atas.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan suatu data.

Keabsahan suatu data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, menurut Patton berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong,2002:178).

8. Tahap-tahap Penelitian

(24)

12 H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian adalah, sebagai berikut, pada bab pertama berisi pendahuluan, mencakup akan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Pada bab kedua berisi kajian pustaka, yang merupakan konsep atau teori. Disini, akan dituliskan mengenai uraian tentang gadai dalam hukum Islam meliputi: rukun, syarat, dan ketentuan- ketentuan yang berkaitan dengan gadai.

Pada bab ketiga berisi paparan data dan temuan penelitian, yang berkaitan dengan Praktek Gadai Motor yang dilakukan masyarakat Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang.

Pada bab keempat berisi pembahasan, bab ini merupakan inti dari penulisan penelitian, dimana peneliti mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap praktek gadai motor di Desa Kendal Jetak kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

(25)

13 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI (RAHN)

A.Tinjauan Umum tentang Gadai 1. Pengertian Gadai

Gadai atau dalam bahasa arab rahn menurut arti bahasa berasal dari kata rahana- rahnan yang sinonimnya:

a. Tsabata, yang artinya tetap.

b. Dama, yang artinya kekal atau langgeng.

c. Habasa, yang artinya menahan (Muslich, 2010:286).

Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir rahn berarti tetap berlangsung menahan suatu barang sebagaimana tanggungan utang (Sudarsono, 2003:156).

Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Ali (2008: 3) Gadai syari'ah (rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun bih) yang diterimanya.

(26)

14

suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si beriutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang- orang yang berpiutang lainnya , dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya- biaya mana harus didahulukan (Mulyadi, dkk, 2007:74).

Pengertian rahn yang merupakan perjanjian utang piutang antara dua atau beberapa pihak mengenai persoalan benda dan menahan sesuatu barang sebagai jaminan utang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara' sebagai jaminan atau ia bisa mengambil sebagian manfaat barangnya itu. Allah berfirman:

(27)

15 2. Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum rahn adalah Surat Al- Baqarah: 283 yang berbunyi:

kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia

bertaqwa kepada Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya,

maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya: dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S al- Baqarah:283).

3. Rukun gadai

Menurut Hukum Islam dalam melakukan gadai (rahn) harus memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun gadai (rahn ) dapat diuraikan sebagai berikut:

(28)

16

Marhun adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima gadai) atau wakilnya, sebagai jaminan utang.Para ulama menyepakati bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang dapat diperjual belikan (Ali, 2008: 22).

Marhun itu hanya sebagai jaminan atau kepercayaan atas murtahin. Kepemilikan marhun tetap melekat pada rahin. oleh karena itu, manfaat atau hasil dari marhun itu tetap berada pada rahin kecuali manfaat atau hasil dari marhun itu diserahkan kepada murtahin. Selain itu, perlu diungkapkan bahwa manfaat marhun oleh murtahin yang mengakibatkan turun kualitas marhun tidak diperbolehkan kecuali diizinkan oleh rahin (Ali, 2008:42).

d. Al-Marhun bih (Utang)

Utang (Marhun bih ) mempunyai pengertian bahwa:

1) Utang adalah kewajiban bagi pihak berhutang untuk membayar kepada pihak yang memberi piutang.

2) Merupakan barang yang dapat dimanfaatkan.

3) Barang tersebut dapat dihitung jumlahnya (Ali, 2008:22). e. Sighat (akad Gadai)

(29)

17

perbuatan, isyarah, atau kitabah (tulisan). Shigat akad ini dalam istilah lain disebut ijab dan qabul (Muslich, 2010:138).

Dalam al-Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur

ulama) memberikan definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan

qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum

terhadap objeknya” (Dewi dkk, 2006:45-46).

Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35)

Macam macam akad yang sah dapat dibagi atau diuraikan sebagai berikut :

(30)

18 mewakilkan.

2) Akad maukuf ialah akad yang tejadi dari orang yang mempunyai kecakapan, tetapi tidak mempunyai kekuasaan melakukan akad, seperti akad yang dilakukan orang lancang, atau anak tamyiz yang diperlakukan sama apabila yang dilakukan termasuk yang memerlukan pendapat walinya ( Basyir, 1982:117)

Syarat sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang menggadaikan hartanya memperisyaratkan tenggang waktu utang habis dan utang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali jika syarat itu mendukung kelancaran akad maka diperbolehkan. Sebagai contoh, pihak penerima gadai meminta supaya akad itu disaksikan oleh dua orang saksi (Ali, 2008:21).

Pengertian ijab menurut Muhammad Abu Zahra sebagaimana yang dikutip oleh Muslich (2010:130) adalah pernyataan yang timbul pertama dari salah seorang yang melakukan akad. Sedangkan qabul adalah pernyataan kedua yang timbul dari pelaku akad yang kedua.

(31)

19

mensyaratkan tiga hal dalam melakukan ijab dan kabul agar memiliki akibat hukum, yaitu sebagai beikut:

1) Jala'ul ma' na, Yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.

2) Tawafuk yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.

3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa (Dewi dkk, 2006:63)

Ijab dan kabul dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut:

1) Akadsecara lisan

Cara alami untuk menyatakan keinginan bagi seseorang untuk melakukan akad dengan kata- kata. Akad dipandang telah terjadi jika ijab dan kabul dilakukan secara lisan oleh pihak- pihak yang bersangkutan (rahin dan murtahin).

2) Akaddengan tulisan

Jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak berada disatu tempat, maka dapat dilakukan melalui surat yang dibawa oleh seseorang utusan atau melalui pos.

(32)

20

Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ijab dan kabul dengan perkataan karena bisu dan tidak dapat menulis untuk melakukan akad secara tertulis.

4) Akad dengan perbuatan

Dalam jual beli yang seorang pembeli saling menyerahkan dan menerima barang secara bersamaan (Basyir, 2000:70).

Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa gadai bisa sah dengan dipenuhi tiga syarat:

a. Harus berupa barang, karena utang tidak bisa digadaikan.

b. Penetapan kepemilikan gadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang, seperti musyaf.

c. Barang yang digadaikan bisa dijual manakala masa pelunasan hutang gadai (Sudarsono, 2003: 149).

4. Syarat rahn (gadai)

Adapun yang menjadi syarat-syarat dalam rahn, yaitu:

a. Berakal b. Baligh.

c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipun tidak satu jenis.

(33)

21

Orang yang berkuasa untuk menerima borg atau barang gadaian adalah murtahin atau wakilnya. Orang yang mewakili murtahin harus orang selain rahin. Apabila yang mewakili itu rahin maka hukumnya tidak sah, karena tujuan penerimaan (qabdh) adalah untuk menimbulkan rasa aman bagi murtahin atas utang yang ada pada rahin. Dan apabila rahin merasa keberatan borg dipegang oleh murtahin atau murtahin itu sendiri tidak mau memegang dan menyimpannya, maka borg boleh dititipkan kepada seseorang yang dipilih dan disepakati oleh rahin dan murtahin. Orang itu disebut 'adl sebagai seseorang menurut kesepakatan kedua belah pihak untuk menerima gadaian serta menyimpan dan menjaganya (Muslich, 2010:300).

5. Akibat tidak terpenuhinya syarat dan rukun gadai

Adapun beberapa kemungkinan yang terjadi apabila salah satu syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, maka menurut Hukum Islam Gadai yang dilakukan tidak sah. Yaitu adanya salah satu pihak yang melanggar adanya kesepakatan ataupun memberikan kelebihan yang mengandung riba ataupun menyerupai riba.

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:

a. Bertambah (Az Ziadah), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari suatu yang dihutangkan.

(34)

22 orang lain.

c. Berlebihan atau menggembung.

Menurut syara' riba adalah akad atas iwadh (penukaran) tertentu yang tidak diketahui persamaannya dalam ukuran syara' pada waktu akad atau dengan mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya. Dasar hukum riba sebagaimana dalam Q.S Ali Imran ayat 130:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

Dari ayat diatas alangkah baiknya kita juga harus memahami tentang macam- macam riba. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing -masing adalah riba utang piutang dan riba jual- beli. Adapun macam-macam riba tersebut sebagai berikut:

a. Riba qardhl, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqdaridh).

(35)

23

tergolong riba nasi'ah dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadhl.

c. Riba fadhl, yang juga disebut riba buyu yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya, sama kuantitasnya, dan sama waktu penyerahannya. Pertukaran semacam ini mengandung sistem gharar yaitu ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan dhalim dari salah satu pihak, kedua belah pihak dan pihak-pihak yang lain.

d. Riba nasi'ah, yang juga disebut riba duyun yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko dan hasil usaha muncul bersama biaya. Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya waktu. Riba nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya (Sudarsono, 2003: 5).

(36)

24

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi. Menurut Prf.Subekti, SH wanprestasi ada empat macam bentuk yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

b. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan (Ariyani, 2012:20).

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak yang melakukan wanprestasi) dirugikan. Oleh karena pihak yang dirugikan akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan. Tuntutan dapat berupa:

a. Pembatalan perjanjian (disertai atau tidak disertainya ganti rugi). b. Pemenuhan perjanjian (disertai atau tidak disertainya ganti rugi). c. Pemenuhan kontrak saja.

d. Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian.

(37)

25

melakukan perjanjian melakukan wanprestasi, yaitu adanya pembatalan perjanjian maupun pemenuhan perjanjian (Miru, 2012:95).

B.Pemanfaatan Barang Gadai

1. Pemanfaatan Barang Gadai oleh Rahin

Menurut Hanafiah dan Hanabilah, rahin tidak boleh mengambil manfaat atas borg kecuali dengan persetujuan murtahin. Malikiah tidak membolehkan pemanfaatan oleh rahin secara mutlak. Bahkan menurut mereka (Malikiyah) apabila murtahin mengijinkan kepada rahin untuk mengambil manfaat atas borg, maka akad gadai menjadi batal. Sedangkan

Syafi’iyah berbeda pendapat dengan jumhur. Menurut Syafi’iyah, rahin

boleh mengambil manfaat atas borg, asal tidak mengurangi nilai marhun (borg). Misalnya, menggunakan kendaraan yang menjadi borg untuk mengangkut barang. Hal itu karena manfaat barang atau borg dan pertambahannya merupakan hak milik rahin, dan tidak ada kaitannya dengan hutang (Muslich, 2010: 308).

2. Pemanfaatan Borg oleh Murtahin

(38)

26

secara mutlak. Akan tetapi, sebagian dari mereka melarang secara mutlak, karena hal tersebut termasuk riba atau menyerupai riba.

Menurut Malikiyah, apabila rahin mengizinkan kepada murtahin untuk memanfaatkan borg, atau murtahin mensyaratkan boleh mengambil manfaat maka hal itu dibolehkan, apabila utangnya karena jual beli atau semacamnya. Syafi’iyah secara global sama pendapatnya dengan Malikiyah, yaitu bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang digadaikan (Muslich, 2010:308).

Perjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang- piutang, hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Riba akan terjadi dalam memberikan tambahan kepada gadai yang ditentukan. Misalnya rahin harus memberikan tambahan kepada murtahin ketika membayar utangnya atau ketika akad gadai ditentukan syarat- syarat, kemudian syarat tersebut dilaksanakan.

Bila rahin tidak mampu membayar utangnya hingga batas waktu yang telah ditentukan, kemudian rahin menjual marhun dengan tidak memberikan kelebihan harga marhun kepada rahin, maka disini juga telah terjadi riba(Sahrani, dkk, 2012: 60)

C.Rusak dan Berakhirnya Barang Gadai

(39)

27

gadai sebagai pemegang amanah tidak. bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan tanggungan, entah karena tidak sengaja merusaknya, entah karena lalai.

Pendapat lain mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi dalam barang gadai ditanggung oleh penerima gadai (murtahin), karena barang gadai adalah jaminan atau utang, sehingga apabila barang rusak maka kewajiban melunasi utang juga hilang. Akad gadai berakhir dengan hal- hal berikut ini:

1. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya (rahin). 2. Rahin telah membayar utangnya.

3. Pembebasan utang dengan cara apapun.

4. Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin. 5. Rusaknya barang gadai bukan karena tindakan murtahin.

6. Dijual dengan perintah hakim atas permintaan rahin.

(40)

28 BAB III

PRAKTEK GADAI SEPEDA MOTOR DESA KENDAL JETAK

A.Gambaran umum desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

1. Letak Geografis

Wilayah Desa Kendal Jetak merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Tepatnya terletak di wilayah perbatasan langsung dengan kodya salatiga.

Secara administratif batas- batas Desa Kendal Jetak sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kumpul Rejo Kodya Salatiga b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa patemon Kecamatan Tengaran. c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Randuacir Kodya Salatiga. d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa tajuk Kecamatan Getasan

(41)

29 2. Keadaan penduduk

Dengan luas tanah 294 ha desa ini dihuni sebanyak 1554 KK. Adapun berdasarkan sensus penduduk jumlah 3820 Orang, yang terdiri dari 1946 laki- laki dan 1874 perempuan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk desa Kendal Jetak digolongkan sebagai berikut:

No Kelompok Umur Jumlah

1 0-4 Tahun 210

2 5 - 9 Tahun 318

3 10 - 14 Tahun 328

4 15 - 20 Tahun 274

5 20 - 24 Tahun 292

6 25 - 29 Tahun 317

7 30 - 34 Tahun 393

8 35 - 39 Tahun 428

9

10

40 - 44 Tahun

45 - 49 Tahun

360

322

(42)

30 12 55 - 60 Tahun 269

13 61 - 64 Tahun 186

14 65 - 70 Tahun 134

15 >= 70 Tahun 685

Tabel: 2.1 Jumlah penduduk menurut kelompok umur.

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki- Laki 1946

2 Perempuan 1874

Jumlah 3820

Tabel: 2.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin.

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 812

2 Belum tamat SD 295

3 Tamat SD/ sederajat 2068

4 Tamat SLTP 522

(43)

31

6 Deploma I/II 51

7 Deploma III 79

8 Strata II 9

Tabel: 2.3 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.

NO Belum bekerja 781

1 Mengurus rumahtangga 44

2 Pelajar/mahasiswa 517

3 Pensiunan 10

4 PNS 25

5 TNI 1

6 Kepolisian RI 3

7 Pedagang 21

8 Petani 1574

9 Karyawan swasta 605

Tabel: 2.4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian.

(44)

32

yang mendukung aktifitas para petani untuk bercocok tanam. Tanaman yang ditanam seperti cabe, jagung, tembakau dan sayuran. Para petani bercocok tanam dengan mengandalkan adanya musim, sehingga disaat musim paceklik banyak masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kesulitan untuk bercocok tanam. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan air untuk mendukung bercocok tanam, berbeda pada saat musim penghujan petani sangat antusias menjalankan aktifitasnya dengan penuh kerja keras demi mendapatkan penghasilan untuk menunjang memenuhi kebutuhan hidup.

Kenyataan diatas, dapat dilihat berdasarkan data monografi yang menempatkan urutan pertama yang berprofesi sebagai petani. Hal tersebut berpengaruh dengan minimnya masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai negeri.

(45)

33

Rata rata masyarakat Desa Kendal Jetak banyak yang hanya lulus sampai SMP dan SMA saja. Sehingga mereka lebih memilih bekerja sebagai karyawan swasta seperti menjadi salah satu karyawan PT garmen ataupun pabrik kayu lapis. Karena masyarakat percaya hal tersebut sangat dipengaruhi pola pikir dari orangtua untuk tidak melanjutkan ke jenjang perguruan yang lebih tinggi. Mereka masih beranggapan ketika sudah lulus perguruan tinggipun masih banyak penduduk dari masyarakat tersebut yang masih menjadi pengangguran. Jadi hal yang demikian sangat mempengaruhi pola pikir dari anak- anaknya untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Walaupun ketika dilihat dari penghasilan orang tua juga sangat mendukung untuk menyekolahkan anak anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Mereka juga beranggapan jika sekolah ke perguruan tinggipun tidak menjamin akan kesuksesan dari anak- anak mereka.

NO Jenis agama Jumlah

1 Islam 3950

2 Kristen 345

3 Khatolik 45

4 Hindu 61

5 Budha 117

(46)

34

Jumlah 4466

Tabel: 2.5 Jumlah Agama.

No Tempat ibadah Jumlah

1 Masjid 14

2 Mushola 4

3 Gereja 3

4 Pura Tidak ada

5 Wihara 1

6 Klenteng Tidak ada

Tabel: 2.6 Jumlah tempat ibadah.

Kendati demikian dengan melihat data arsip monografi desa KendalJetak, Penulis dapat mengelompokkan keadaan penduduk Desa Kendal Jetak Kabupaten Semarang Dari berbagai bidang antara lain :

3. Kondisi sosial keagamaan masyarakat

(47)

35

ritual kebudayaannya masih membudidaya di tengah- tengah masyarakat desa tersebut. Kebudayaan yang masih ada sampai saat ini adalah adanya ritul budaya sesajen yang masih sering dilakukan. Informasi tersebut Penulis dapatkan dari salah seorang tokoh masyarakat yang sampai saat ini sebagai pemimpin dalam menjalankan budaya sesajen tersebut. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa kebudayaan tersebut sudah ada sebelum penyebaran agama islam di Desa tersebut. Budaya tersebut dilakukan selain Hari- hari besar umat muslim seperti kalau anggapan masyarakat setempat dengan adanya nyadran, rejepan, syawalan, juga pada saat sebelum dilakukannya kesenian Reog Tari Kendalen Wiroyudo yang sampai saat ini juga masih dibudidayakan.Kesenian tersebut berdiri pada tahun 1951 Yang diketuai oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama Bapak Sunoto. Acara sesajen dilakukan sebelum acara pementasan kesenian tersebut. Dengan adanya kebudayaan sesajen terutama masyarakat yang memeluk agama Islam masih kental sekali dengan kebudayaan tersebut. Hal ini sangat mempengaruhi pemikiran dari masyarakat yang berfikir kolot, karena masih mempercayai kebudayaan animisme dan dinamisme.

(48)

36

kebersamaan, saling tolong menolong dan gotong royong yang masih kental sekali antar warga Desa Kendal Jetak yang penuh dengan kekompakan.

Alasan masyarakat masih melakukan kebudayan tersebut karena sudah sangat membudidaya di tengah masyarakat Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan sejak zaman dahulu,sehingga sampai saat ini masih sulit sekali dihilangkan.

Dengan berkembangnya jaman, sedikit demi sedikit kondisi sosial kegamaan masyarakat Kendal jetak sudah ada peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dibuktikan adanya silaturahmi pengajian rutin yang sudah berjalan sampai saat ini. Hal yang demikian juga sangat mendorong demi kemajuan pola pikir masyarakat yang tadinya masih kolot menjadi berfikir secara rasional dan tidak berlebihan.

Dari keadaan tersebut sekarang sudah dibuktikan dengan adanya ajaran TPA/ TPQ, pangajian rutin Ibu- ibu dan pengajian Bapak- bapak yang dapat menunjang masyarakat senantiasa menjalankan perintah Allah dan Menjauh semua laranganNya. Dan upaya sebagai perubahan pemikiran yang kolot, sehingga adanya kemajuan bagi generasi yang berikutnya untuk tidak melakukan hal- hal yang berbau pada kesyirikan. Salah satunya seperti sesajen yang telah dipraktekkan masyarakat Desa Kendal Jetak.

4. Kondisi sosial masyarakat

(49)

37

itu sudah sepantasnya masalah sosial dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kompak dan semarak.salah satu yang masih dipegang teguh dari masyarakat Kendal Jetak sampai saat ini adanya rasa gotong royong yang tinggi membantu masyarakat satu dengan yang lain dalam hal kebahagiaan, kesusahan dan aktifitas keseharian. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain dan senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain.

B.Asal Mula Praktek Gadai Sepeda Motor Wanprestasi Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Terjadinya praktek Gadai sepeda motor Desa Kendal Jetak Pasti mempunyai latar belakang yang berbeda. Letak perbedaan yang terjadi memiliki faktor- faktor tertentu untuk melakukan berbagai aktivitas. Faktor- faktor tersebut antara lain:

1. Karena faktor ekonomi

(50)

38

mereka lebih memilih secara pelan-pelan merintis ternak sapi dengan harapan mereka tidak mau terikat harus bekerja dengan orang lain. Banyak masyarakat yang beranggapan lebih senang apabila menjalankan usaha sendiri tanpa ada suatu ikatan. Ketika masyarakat sudah beranggapan yang demikian, hal yang terpenting untuk melakukan berbagai aktifitas tersebut seperti bercocok tanam dan sebagian mereka yang beternak sapi tidak bisa dipungkiri banyak yang masih kesulitan mengenai modal ataupun cara untuk membeli pupuk pertanian. Dengan adanya pemasalahan tersebut sangat mendorong para petani dan peternak untuk mencari modal dengan melakukan pinjaman ataupun menggadaikan sepeda motor.

2. Karena faktor sosial

Masyarakat Desa Kendal Jetak merasa sangat kesulitan untuk mencari pinjaman di Bank, karena dengan kebutuhan yang mendesak seperti pembelian pupuk pertanian ataupun membeli makanan untuk menunjang kelancaran beternak sapi. Banyak dari masyarakat untuk memilih menggadaikan sepeda motor, karena lebih mudah mendapatkan uang tanpa harus melalui prosedur di suatu Bank yang membutuhkan syarat prosedur yang lebih rumit.

3. Karena adat kebiasaan (urf)

(51)

39

sampai sekarang oleh warga disitu karena mereka lebih percaya dan merasa aman apabila barang gadaian di gadaikan dengan warga yang lebih dekat yang didasarkan rasa percaya dan saling tolong mnolong. Dan mereka merasa aman kalau yang menerima gadai sanak saudara dan tetangga yang dekat dari pihak rahin. Sehingga gadai sepeda motor ini sudah menjadi adat kebiasaan yang sampai sekarang masih dipraktekkan, walaupun dari salah satu pihak melakukan kecurangan dan kerancuan yang mengakibatkan pihak lain merasa dirugikan.

C.Pelaksanaan Pemanfaatan Praktek Gadai Sepeda Motor Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan kabupaten semarang

1. Praktek sistem gadai sepeda motor

Di desa Kendal jetak kecamatan Getasan ini transaksi pemnfaatan gadai sepeda motor tidak hanya sesama warga desa tersebut. Akan tetapi berasal dari warga desa yang lainnya, yaitu desa yang terletak disebelahan Desa kendal jetak. Oleh karena itu penulis mencoba mengamati selanjutnya menganalisa pelaksanaan praktek pemanfaatan gadai ini dari proses berpindahnya motor dari pihak rahin( si pemilik sepeda motor) kepada pihak murtahin( penerima gadai). Sehingga dari pengamatan tersebut bisa diambil kesimpulan pihak mana yang melakukan wanprestasi terhadap pemanfaatan barang gadaian menurut hukum Islam.

(52)

40

dalam pelaksanaan akad merupakan faktor terpenting dalam melakukan transaksi muamalah. Seperti halnya dalam melakukan praktek gadai sepeda motor, dak akad atau perjanjian tersebut dapat diwujudkan dengan ijab dan kabul yang menghasilkan kesepakatan. Karena hal tersebut merupakan salah satu rukun gadai.

(53)

41

sepengetahuan pihak rahin. Disini terjadi kecurangan yang sangat nyata dirasakan dari salah satu pihak.

D.Beberapa Contoh Transaksi Gadai Sepeda Motor di Desa Kendal Jetak

Adapun beberapa contoh transaksi gadai sepeda motor yang terjadi di Desa Kendal Jetak yaitu :

1. Transaksi gadai yang dilakukan oleh Bapak sugiyanto ( rahin) kepada Bapak Abadi( murtahin) transaksi terjadi pada tanggal 25 Desember 2014. Bapak sugiyanto menggadaikan motornya seharga 8.000.000,- untuk mendapatkan uang dari Bapak Abadi sebesar 5.000.000,- selama jangka waktu 3 bulan karena profesi keseharian bapak Sugiyanto bekerja sebagai petani. Bapak abadi membebankan bunga sebesar 2% per bulan, Kemudian sepeda motor tersebut dimanfaatkan oleh bapak abadi. Setelah itu Bapak abadi menyerahkan uang dan bapak sugiyanto menyerahkan motornya kepada bapak abadi. Ini semua didasarkan atas rasa tolong menolong dari keduanya, Namun demikian bapak abadi memanfaatkan sepada motornya untuk usaha pengambilan susu perah sampai jangka waktu habis. Ketika terjadi kerusakan sepeda motor bapak abadi tetap tidak memperbaiki kerusakan sampai jangka waktu habis. Pada saat pengambilan sepeda motor oleh bapak sugianto mersa kecewa karena tanpa adanya tanggung jawab atas kerusakan sepeda motornya.

(54)

42

abidin kesulitan mendapatkan uang untuk kuliah anak permpuannya. Beliau meminjam uang 10.000.000.- dengan menyerahkan sepeda motor seharga 17.000.000,- kepada bapak triyono (pemegang gadai) dalam perjanjian tersebut .Bapak triyono memberi jangka waktu selama 6 bulan dengan bunga 100.000 per bulan. Selama 3 bulan bapak triyono menggadaikan sepeda motor tersebut menggadaikan kepada pihak ke-3 yaitu bapak sularto dengan bunga 1% perbulannya. Transaksi tersebut tidak di ketahui oleh bapak abidin. Terhitung 4 bulan dari gadai yang di lakukan oleh bapak abidin dan bapak triyono, ternyata bapak abidin ingin mengambil sepedanya dengan beban 1% per bulan. Akan tetapi ternyata sepeda motornya masih ditangan pihak ketiga, dan dalam hal ini bapak triono tetap meneruskan gadai kepada pihak ketiga sampai jangka waktu habis. Tetapi bapak abidin berusaha ingin tetap mengambil sepedanya segera kembali ketangannya( rahin). Dengan kejadian tersebut oleh bapak triono(murtahin) boleh diambil sepedanya ketika bapak abidin tetap membayar bunga 1% per bulan kepadanya dan membayar bunga 1% nya lagi terhitung selama tiga bulan kepada pihak ketiga yang menerima gadai.

(55)

43

kesekolah, Tetapi oleh bapak ahmadi justru juga dimanfaatkan untuk mencari rumput ke sawah. Selama 5 bulan bapak ahmadi meminta bunga 100.000 ,- per bulan. Hal ini tanpa diketahui oleh bapak rusmin( rahin) selama jangka waktu telah habis ternyata motornya terjadi kerusakan yang mengakibatkan tidak bisa dikendarai lagi. Oleh bapak ahmadi tetap tidak mau memperbaiki atas kerusakan barang jaminan gadai tersebut.

4. Transaksi gadai yang dilakukan oleh bapak wagimin(rahin) kepada bapak slamet (murtahin) pada tanggal 29 januari 2015. Bapak Wagimin(rahin) meminjam uang kedapa bapak slamet (murtahin)sebesar 12.000.000 ,- dengan harga motornya sebesar 15.000.000,- . Dalam transaksi ini bapak slamet meminta bunga 100.000,- per bulan. Selama jangka waktu 1 tahun. Setelah itu bapak slamet juga menggadaikan motor tesebut kepada pabak sutrimo selama jangka waktu 5 bulan dengan bunga 50.000,- per bulan. Jadi selama proses gadai pihak murtahin mengambil 2 keuntungan dari pihak rahin dan pihak ketiga.

(56)

44

tidak ditanggung oleh murtahin. Namun ini dipandang masih wajar karena berfikir sebagai balas budi tersebut.

E.Pendapat Tokoh Masyarakat tentang Wanprestasi terhadap Praktek Pemanfaatan Gadai Sepeda Motor

Pendapat sebagian ulama (tokoh masyarakat) desa Kendal jetak Kecamatan Getasan menanggapi masalah gadai sepeda motor ini dapat penulis simpulkan bahwa praktek pemanfaatan oleh pihak murtahin yang melanggar dari suatu perjanjian tidak sah menurut Hukum Islam. Karena ada salah satu pihak yang merasa dirugikan mengenai pemanfatan barang gadaian dengan tidak memperhatikan kerusakan barang gadaian, dan tanpa sepengetahuan oleh kedua belah pihak yang merasa dirugikan karena ada salah satu pihak dengan sengaja melanggar perjanjian tersebut.

Dari hasil penelitian praktek tersebut dilakukan karena:

1. Kebutuhan yang mendesak.

2. Prosesnya cepat dan udah mendapatkan uang.

(57)

45

Meskipun pendapat tokoh masyarakat di desa Kendal Jetak Kecamatan getasan mengatakan bahwa praktekgadai sepeda motor adalah tidak sah menurut Hukum Islam. Namun pendapat tersebut belum dipublikasikan secara luas ditengah masyarakat. Sehingga kurang begitu tahu dan mengerti tentang Hukum dari salah satu pihak yang melakukan wanprestasi. Selain itu minimnya SDM dari masyarakat sendiri mengenai gadai sepeda motor. Hal tersebut menjadikan masyarakat terus menerus melakukan praktek gadai tersebut.

Menurut Bapak Jono selaku ustad di Desa Kendal Jetak mengatakan bahwa praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat merupakan utang piutang yang memiliki unsur riba. Bahkan tergolong riba yang berlipat ganda karena murtahin melakukan dua transaksi yang berbeda tetapi masih dengan obyek yang sama sampai jangka waktu telah habis.

(58)

46

(59)

47 BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR STUDI KASUS WANPRESTASI

DESA KENDAL JETAK KECAMATAN GETASAN

A.Analisis Akad atau Perjanjian Gadai Sepeda Motor Menurut Hukum Islam

Untuk meninjau pelaksanaan perjanjian atau akad yang terjadi mengakibatkan dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan tidak sesuai dengan perjanjian menurut hukum Islam, maka dapat dilihat dan dianalisis mengenai praktek yang dilakukan di tengah- tengah masyarakat. Ketentuan tersebut dapat dianalisis yang sesuai dengan Hukum Islam mengenai akad perjanjian yang terjadi. Ketentuan Hukum Islam tersebut dapat dikaji fikih muamalah ataupun lainnya yang membahas tentang akad perjanjian gadai menurut Hukum Islam.

Dalam pelaksanan akad gadai harus memperhatikan rukun dan syarat akad berdasarkan ketentuan menurut Hukum Islam.Adapun rukun dan syarat gadai dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Rukun gadai (rahn):

a. Ar-Rahn (yang menggadaikan).

(60)

48

c. Al-Marhun (barang yang digadaikan)Ar-Rahn (yang menggadaikan) .

d. Al-Marhun bih( utang).

e. Sighot( akad gadai).

2. Sedangkan syarat gadai (Rahn) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Berakal.

b. Baligh.

c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipun tidak satu jenis.

d. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya (Pasaribu, Lubis, 1994:152).

Dari pengertian diatas dapat dipahami rukun dan syarat gadai dalam praktek gadai sepeda motor sama dalam fikih muamalah mengenai ketentuan rukun dan syarat dalam Hukum Islam.

Dapat diketahui para pihak yang melakukan akad gadai sepeda motor meliputi:

1. Pihak rahin (pemilik barang gadai).

2. Pihak murtahin (penerima barang gadai)

(61)

49

dari kesepakatan yang sudah disepakati dan kesepakatan itu sudah inkrah atau sudah harus dilaksanakan.

Dalam al-Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) memberikan

definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh

syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya” (Dewi dkk,

2006:45-46).

Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35)

Ijab dan kabul dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut:

1. Akad secara lisan

(62)

50 2. Akad dengan tulisan

Jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak berada disatu tempat, maka dapat dilakukan melalui surat yang dibawa oleh seseorang utusan atau melalui pos.

3. Akad dengan isyarat

Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ijab dan kabul dengan perkataan karena bisu dan tidak dapat menulis untuk melakukan akad secara tertulis.

4. Akad dengan perbuatan

Dalam jual beli yang seorang pembeli saling menyerahkan dan menerima barang secara bersamaan (Basyir, 2000:70).

Dari pengertian dan macam- macam ijab kabul diatas penulis menganalisis pelaksanaan ijab dan kabul sistem praktek gadai sepeda motor di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan menggunakan akad gadai secara lisan. Jadi Pihak rahin menyatakan ingin menggadaikan barang gadaiannya sesuai dengan ketentuan dalam akad dan murtahin menerima permintaan kehendak rahin dengan menyerahkan sejumlah uang barang gadaian yang disertai ucapan jangka waktu dan besaran bunga yang diinginkan oleh pihak murtahin. Hal ini sudah menggambarkan sistem gadai dalam hukum Islam.

(63)

51

cara menggadaikan jaminan barang yang berada di pihak murtahin untuk digadaikan lagi kepada pihak ketiga. Sangat sulit bagi kedua belah pihak ketika pada akhirnya praktek gadai tersebut ada yang melanggar dari kesepakatan tanda sepengetahuan dari salah satu pihak. Karena akad yang dilakukan hanya secara lisan, dan ketika terjadi hal yang demikian apabila dari salah satu pihak melakukan kesalahan dengan sengaja atau tidak untuk mencoba melanggar dari kesepakatan sangat sulit untuk dibuktikan.

Penulis menyimpulkan dalam praktek pelaksanaan akad gadai sepeda motor di Desa kendal Jetak Kecamatan Getasan tidak sesuai dengan kaidah Hukum Islam karena dari salah satu pihak melakukan wanpresasi.

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi. Menurut Prf.Subekti, SH wanprestasi ada empat macam bentuk yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

(64)

52

Hal ini merujuk dari empat macam bentuk wanprestasi yaitu melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Dan akad yang dilakukan secara hukum Islam.

B.Analisis terhadap Tambahan Bunga dari Praktek Pemanfaatan Gadai Sepeda Motor di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan

Untuk mengetahui unsur tambahan atau kelebihan dari praktek gadai di desa kendal Jeak Kecamatan getasan, Perlu kita ketahui pengertian dari riba, Ayat yang mengharamkan riba, dan jenis- jenis riba.

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:

1. Bertambah (Az Ziadah), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari suatu yang dihutangkan.

2. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah menggunakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.

3. Berlebihan atau menggembung.

(65)

53

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

Dari ayat diatas alangkah baiknya kita juga harus memahami tentang macam- macam riba. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing -masing adalah riba utang piutang dan riba jual- beli. Adapun macam-macam riba tersebut sebagai berikut:

1. Riba qardhl, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqdaridh).

2. Riba jahiliyyah, yaitu utang yang pengembaliannya lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba jahiliyyah dilarang karena setiap mengambil manfaat adalah riba. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyyah tergolong riba nasi'ah dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadhl.

(66)

54 yang lain.

4. Riba nasi'ah, yang juga disebut riba duyun yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko dan hasil usaha muncul bersama biaya. Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya waktu. Riba nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya (Sudarsono, 2003: 5).

(67)

55 BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Setelah penulis mendiskripsikan pembahasan secara keseluruhan mengenai pokok- pokok permasalahan dalam menyusun skripsi ini. Penulis dapat menarik kesimpulan mengenai praktek pemanfaatan gadai sepeda motor (studi kasus wanprestasi Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan) sebagai berikut:

1. Pelaksanaan praktek pemanfaatan gadai di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan ini dari proses berpindahnya motor dari pihak rahin (si pemilik sepeda motor) kepada pihak murtahin (penerima gadai). Dalam melakukan praktek gadai sepeda motor, melalui akad atau perjanjian yang diwujudkan dengan ijab dan kabul yang menghasilkan kesepakatan.

(68)

56

yang sudah selayaknya menjadi wewenang murtahin. Sehingga tidak terjadi dari kedua belah pihak yang merasa sangat dirugikan.

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya praktek Gadai sepeda motor Desa Kendal Jetak. Faktor- faktor tersebut antara lain:

a. Karena faktor ekonomi.

b. Karena faktor sosial.

c. Karena adat kebiasaan (urf)

2. Pendapat sebagian ulama (tokoh masyarakat) desa Kendal jetak Kecamatan Getasan menanggapi masalah gadai sepeda motor ini menyatakan bahwa praktek pemanfaatan oleh pihak murtahin yang melanggar dari suatu perjanjian tidak sah menurut Hukum Islam. Karena ada salah satu pihak yang merasa dirugikan mengenai pemanfatan barang gadaian dengan tidak memperhatikan kerusakan barang gadaian, dan tanpa sepengetahuan oleh kedua belah pihak yang merasa dirugikan karena ada salah satu pihak dengan sengaja melanggar perjanjian tersebut. Dari hasil penelitian praktek tersebut dilakukan karena:

a. Kebutuhan yang mendesak.

(69)

57

c. Satu- satunya barang yang dianggap bisa digadaikan dengan melihat transportasi yang sulit, dan menjadikan murtahin mau menerima gadai sepeda motor.

3. Bahwa gadai sepeda motor yang terjadi di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan sudah sesuai dengan Hukum Islam mengenai rukun dan syaratnya. Hanya saja didalam prakteknya ada dari salah satu pihak yamg melakukan wanprestasi, karena dengan sengaja melanggar dari perjanjian. Yaitu tindakan menggadaikan barang jaminan ke pihak ketiga tanpa ada kesepakatan antara kedua belah pihak.

Kecenderungan murtahin dalam melakukan praktek gadai kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan pihak rahin, menimbulkan sifat dhalim dan melakukan kecurangan yang mengakibatkan sistem gharar karena tidak ada kejelasan dari salah satu pihak mengenai kehalalan dan keharamannya. Besar bunga yang tentukan oleh pihak murtahin mengandung unsur riba, karena pihak murtahin dari awal sudah menentukan besarnya bunga yang dibebankan kepada pihak rahin. Lebih lagi tindakan murtahin yang mencoba mencari keuntungan yang lebih besar lagi dengan menggadaikan barang jaminan kepada pihak ketiga. Hal ini termasuk ,encari keuntungan yang berlipat ganda dan menurut Hukum Islam sama sekali tidak diperbolehkan.

B.SARAN-SARAN

(70)

58

pemenuhan kebutuhan tersebut. Salah satunya dengan jalan atau alternatif menggadaikan barang yang memiliki nilai uang, yaitu salah satunya menggadaikan sepeda motor kepada orang lain. Kendati demikian tidak memperbolehkan bagi seseorang yang melakukan praktek muamalah yang dapat menimbulkan kecurangan dan kerugian dari salah satu pihak. Hal ini sangat tidak mengandung prinsip muamalah yang sesuai hukum Islam, seperti tindakan murtahin dengan sengaja atau tidak melanggar dari kesepakatan yang sudah diucapkan atau belum tetapi termasuk tindakan yang menutut Hukum Islam tidak diperbolehkan.

2. Dari pihak murtahin lebih hati- hatilah dalam mempraktekkan sistem gadai sepeda motor yang sesuai Hukum Islam. Sehingga tidak melakukan hal- hal yang berusaha menentang dan lebih mengetahui cara bermuamalah yang sesuai denga ketentuan- ketentuan dalam hukum Islam. Sehingga terhindar dari sifat dhalim dan melakukan kecurangan.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Ariyani, Evi. 2002. Hukum Perjanjian. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Moleong, Leksi J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fikih Muamalah. Jakarta: Amzah.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonosia Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Wiyarti, Sri. 1991. Metode Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Dewi, Gemala, dkk. 2005. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana

Sahrani, dkk. Tahun. Judul. Kota: Penerbit

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.

Basyir, Ahmad Azhar. 2011. Asas- Asas Hukum Muamalat.Bogor: Ghalia Indonesia.

Ascarya. 2011. Akad & Produk BankSyariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Data Monografi desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Hasil Wawancara Bapak Sugiyanto tanggal 25 Desember 2014

(72)

Hasil Wawancara Bapak Rusmin tanggal 1 Juni 2014

Hasil Wawancara Bapak wagimin 29 agustus 2015

Hasil Wawancara Bapak Sukir( Tokoh Masyarakat) Tanggal 18 agustus 2015

Hasil Wawancara bapak Jono( ustad) Tanggal 20 agustus 2015

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rahma Nurvidiana dkk (2015) “Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Minat Beli Serta Dampaknya Pada

dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus

siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran dengan strategi kooperatif tipe STAD lebih tinggi, dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa tanpa belajar

Oleh karena itu peneliti mengambil judul pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning terhadap motivasi belajar siswa pada kelas IV di SD Muhammadiyah

pertanyaan yang berhubungan dengan pembuatan Karya Tulis ini.

Pengaruh Upah,Nilai Produksi,dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara (Fakultas Ekonomi,Universitas Negeri

Apakah dimensi kualitas pelayanan jasa yang terdiri dari bukti fisik. ( tangible), kehandalan ( reliability), daya tanggap ( responsiveness) ,

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut (Karim 2011). Bank umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah.