• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan pada PT Kamaltex Karangjati T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan pada PT Kamaltex Karangjati T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Hakekat Motivasi

2.1.1. Pengertian dan Teori Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan yang ada dalam diri

seseorang. Menurut Wilson Bangun “motivasi merupakan suatu kondisi yang

mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan yang berlangsung secara sadar.”1 Menurut Susilo Martoyo “motivasi adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melakukan sesuatu.”2

Hasibuan menyatakan “motivasi adalah hal-hal yang mendorong

seseorang untuk bekerja dengan giat sehingga dapat mencapai hasil kerja yang

optimal sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan perusahaan.”3 Sedangkan menurut M. Kadarisman dalam Aida “motivasi adalah penggerak atau pendorong

dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan sesuai

dengan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.”4

Berdasarkan pada konsep pengertian, maka yang dimaksud motivasi

dalam penelitian ini adalah suatu dorongan dari dalam terhadap seseorang untuk

melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan yang berlangsung secara sadar

sehingga dapat mencapai hasil kerja yang optimal dengan ukuran yang telah

ditetapkan perusahaan.

Terdapat beberapa ahli yang berpendapat mengenai teori motivasi. Salah

satunya “Teori Motivasi A.H. Maslow yang tersusun dalam hierarki 5 kebutuhan,

dari kebutuhan yang terendah sampai yang tertinggi. Adapun tingkat kebutuhan

tersebut terdiri dari:

1. Kebutuhan fisiologis

1

Wilson, Bangun, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia.Erlangga, Jakarta. Hal. 312.

2

Susilo, Martoyo, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. Hal. 164.

3

Hasibuan, H. Malayu S.P., 1996, Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Prokduktivitas, Bumi Aksara,Bandung, Hal. 156.

4

(2)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar

yang meliputi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan

jasmani yang lain.

2. Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan mengandung arti bahwa kebutuhan akan rasa aman

dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan merupakan harapan mendapat

perlindungan terhadap bahaya, ancaman, perampasan dan atau juga

proteksi terhadap harta karyawan, kedudukan, dll.

3. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan terhadap hubungan lingkungan

sosial atau bersosialisasi. Kebutuhan ini meliputi hubungan dengan sesama

karyawan dan berhubungan dengan lingkungan.

4. Kebutuhan penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasinya, pengakuan atas kemampuan dan keahliannya,

kebebasan, kemerdekaan, serta kebutuhan akan status.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Aktualisasi diri berkaitan dengan pengembangan akan potensi yang

sesungguhnya dari seseorang yaitu kebutuhan untuk menunjukkan

kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki oleh seseorang.”5

“Teori Motivasi David Mc Clelland mengidentifikasi tiga macam

kebutuhan. Menurut Mc Clelland motivasi dibagi menjadi tiga:

1. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi tercermin pada orientasinya dalam mencapai tujuan

organisasi.

2. Motivasi Berkuasa

Orang-orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berkuasa akan

menaruh perhatian besar untuk dapat mempengaruhi dan mengendalikan

orang lain dalam organisasi.

5

(3)

3. Motivasi Berafiliasi

Motivasi berafiliasi tercermin pada keinginan seseorang untuk

menciptakan, memelihara, dan menghubungkan suasana kebatinan dan

perasaan yang saling menyenangkan antar sesama manusia dalam

organisasi.”6

Berdasarkan uraian mengenai teori motivasi menurut Masslow dan Mc

Clelland tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori motivasi dalam penelitian ini

yaitu adanya beberapa kebutuhan yang diharapkan oleh karyawan, diantara

sebagai berikut:

o Kebutuhan dasar yang meliputi sandang, pangan, dan papan.

o Kebutuhan mendapat perlindungan dalam bekerja yang meliputi asuaransi

kesehatan dan asuransi kecelakaan kerja.

o Kebutuhan bersosialisasi antar sesama karyawan.

o Kebutuhan untuk dihormati dan pengakuan atas prestasi yang telah dicapai.

o Kebutuhan untuk menunjukkan keahlian dan potensi diri.

o Orientasi dalam mencapai tujuan perusahaan.

o Kebutuhan untuk menjadi seseorang yang penting dan mempunyai kekuasaan

untuk mengendalikan orang lain dalam organisasi.

o Keinginan untuk menciptakan suasana bekerja yang menyenangkan antar

sesama orang dalam organisasi.

2.1.2. Sumber Motivasi

Menurut Ibriati “sumber motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

a. Motivasi eksternal

Motivasi eksternal merupakan kekuatan pada diri individu yang

dipengaruhi dan dikendalikan oleh atasan, yang meliputi penghargaan,

promosi jabatan, pemberian gaji atau upah, dan pengakuan atas keahlian

tertentu yang dimiliki oleh karyawan.

b. Motivasi internal

6

(4)

Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri

seseorang, yang meliputi prestasi kerja, tanggung jawab, dan

keberhasilan dalam bekerja.”7

Berdasarkan uraian mengenai sumber motivasi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa terdapat dua sumber motivasi yang ada pada diri karyawan yaitu motivasi

eksternal dan motivasi internal. Motivasi eksternal meliputi penghargaan, promosi

jabatan, pemberian gaji, dan pengakuan atas keahlian karyawan yang dilakukan

oleh perusahaan. Sedangkan motivasi internal meliputi prestasi kerja, tanggung

jawab, dan keberhasilan karyawan dalam bekerja.

2.1.3. Tujuan Pemberian Motivasi

Menurut Danang Sunyoto “diberikannya motivasi kepada karyawan atau

seseorang tentu saja mempunyai tujuan antara lain:

Mendorong semangat karyawan

Meningkatkan kepuasan kerja karyawan

Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan

Meningkatkan kedisiplinan karyawan

Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

Meningkatkan kreatifitas karyawan

Meningkatkan kesejahteraan karyawan

Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya”8

2.2. Hakekat Disiplin Kerja 2.2.1. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja berasal dari dua kata yaitu disiplin dan kerja. Kata disiplin

berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti latihan atau pendidikan

kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Menurut Handoko dalam

Sinambela “disiplin adalah kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran

7

Ibriati, Kartika Alimuddin, 2012. Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT TELKOM INDONESIA, Tbk Cabang Makasar, Skripsi, Universitas Hasanuddin Makasar, Hal. 20.

8

(5)

sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi.”9 Menurut Taliziduhu Ndraha dalam Sinambela “kerja diartikan sebagai proses

penciptakan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber karya,

perubahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan kebutuhan yang ada.”10

Hasibuan menyatakan “disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang untuk menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku.”11Menurut Avin Fadilla Helmi dalam Aida Rahmita Sari “disiplin kerja sebagai suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk menaati segala

peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan

dengan peraturan organisasi.”12

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja adalah suatu sikap atau perilaku untuk menaati peraturan organisasi

dan norma sosial yang berlaku secara sadar.

2.2.2. Manfaat Disiplin Kerja dalam Organisasi

Sinambela mengemukakan bahwa “kegunaan disiplin dalam organisasi

dapat diperlihatkan dalam empat perspektif, yaitu:

1. Retribusi

Disiplin kerja digunakan untuk menghukum para pelanggar aturan.

2. Korektif

Disiplin kerja berguna untuk mengoreksi tindakan karyawan yang tidak

tepat. Sanksi yang diberikan bukan sebagai hukuman, melainkan untuk

mengoreksi perilaku yang salah agar perilaku tersebut tidak dilakukan

kembali.

3. Hak individual

Hak individual berguna untuk melindungi hak individu karyawan.

4. Utilitarian

9

Sinambela, Lijan Poltak, 2012. Kinerja Pegawai. Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 238.

10

Sinambela, Lijan Poltak, 2012. Kinerja Pegawai. Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 239.

11

Hasibuan, H. Malayu S.P., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta, Hal. 193.

12

(6)

Tingkat disiplin diambil tergantung pada bagaimana disiplin itu akan

mempengaruhi produktivitas karyawan.”13

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegunaan disiplin

dapat dilihat dari empat perspektif yaitu retribusi, korektif, hak individual, dan

utilitarian.

2.2.3. Indikator Yang Mempengaruhi Tingkat Kedisiplinan Karyawan

Disiplin kerja perlu diterapkan dan ditingkatkan untuk menunjang

kelancaran penyelesaian pekerjaan karyawan. Hasibuan (2006:194) menyatakan

“pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan suatu organisasi, diantaranya:

1) Tujuan dan kemampuan

2) Teladan pimpinan

3) Balas jasa

4) Keadilan

5) Pengawasan melekat

6) Hubungan kemanusiaan”14

Selanjutnya Sujono dalam Hasibuan menyatakan “ada beberapa indikator

disiplin kerja yang dapat dijadikan sebagai ukuran kedisiplinan yaitu:

1. Ketepatan waktu meliputi ketepatan jam pulang, ketepatan jam masuk,

kepatuhan pada jam kerja.

2. Kesetiaan atau patuh pada peraturan atau tata tertib yang ada, meliputi

kepatuhan untuk memakai seragam dan kepatuhan terhadap peraturan

dan komitmen yang telah disepakati.

3. Mempergunakan dan memelihara peralatan kantor.”15

Berdasarkan dua pendapat yang telah disampaikan, dapat disimpulkan

bahwa disiplin merupakan kunci terwujudnya suatu tujuan. Begitu juga yang

terjadi di perusahaan, dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan

13

Sinambela, Lijan Poltak, 2012. Kinerja Pegawai. Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 243.

14

Hasibuan, H. Malayu S.P., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta, Hal. 194.

15

(7)

bersedia menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Semakin tinggi tingkat disiplin

kerja karyawan, maka diharapkan hasil kerja akan semakin baik.

2.3. Hakekat Kinerja Karyawan 2.3.1. Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja karyawan berasal dari dua kata yaitu kinerja dan karyawan.

Menurut Prawirosentono dan Primasari “kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral maupun etika.”16

Menurut Hasibuan “karyawan adalah orang penjual jasa (pikiran atau

tenaga) dan medapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.

Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan

berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan

dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan

manajerial (pimpinan).”17

Kualitas kinerja sangat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan

dan perkembangan suatu perusahaan. Kualitas kinerja yang baik tidak diperoleh

dengan mudah, namun harus dilakukan dengan kerja keras dan kedisiplinan.

Menurut Sudarmanto “kinerja karyawan merupakan catatan hasil yang

diproduksi atau dhasilkan oleh seorang karyawan atas fungsi pekerjaan tertentu

atau aktivitas selama periode waktu tertentu.”18 Definisi lain dari kinerja karyawan menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo“adalah hasil pekerjaan

yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.”19

16

Suyadi Prawirosentono dan Dewi Primasari, 2015. Kinerja & Motivasi Karyawan. BPFE, Yogyakarta, Hal. 2.

17

Hasibuan, H. Malayu S.P., 1996, Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Prokduktivitas, Bumi Aksara,Bandung, Hal. 13.

18

Sudarmanto, 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Pustaka Belajar, Yogyakarta, Hal. 8.

19

(8)

Berdasarkan pada konsep pengertian, maka yang dimaksud kinerja

karyawan dalam penelitian ini adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang

karyawan dalam periode waktu tertentu sesuai ketentuan dari pihak perusahaan.

2.3.2. Pengukuran Kinerja Karyawan

Pengukuran kinerja diperlukan oleh perusahaan untuk memastikan

bahwa sumber daya manusia efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan

perusahaan. Menurut Moeheriono “pengukuran kinerja karyawan dibagi menjadi

enam:

1. Efektif, mengukur derajat kesesuaian output yang dihasilkan dalam mencapai

sesuatu yang diinginkan.

2. Efisien, mengukur derajat keseuaian proses menghasilkan output dengan

menggunakan biaya serendah mungkin.

3. Kualitas, mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk atau jasa yang

dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen.

4. Ketepatan waktu, mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan secara

benar dan tepat waktu.

5. Produktivitas, mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi.

6. Keselamatan, mengukur kesehatan organisasi secara keseluruhan serta

lingkungan kerja para pegawainya ditinjau dari aspek keselamatan.”20

Menurut Siagian “pengukuran kinerja karyawan ditentukan oleh tiga faktor

yaitu:

1. Motivasinya, ialah daya dorong yang dimiliki, baik secara instrinsik maupun

ekstrinsik, yang membuatnya mau fan rela untuk bekerja sekuat tenaga dengan

mengarahkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan organisasi

dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya.

2. Kemampuan, ada kemampuan yang bersifat fisik dalam pelaksanaan tugasnya

lebih banyak menggunakan otot, kemampuan yang bersifat mental intelektual

yang lebih banyak dituntut oleh penyelesaian tugas pekerjaan dengan

menggunakan otak.

20

(9)

3. Ketepatan Penugasan, penempatan orang yang tepat pada tugas yang tepat

pada waktu yang tepat memperoleh imbalan yang tepat pula.”21

Aspek-aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja karyawan

yaitu:

1. Kualitas kerja: dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapian bekerja,

kecepatan penyelesaian pekerjaan, keterampilan dan kecakapan kerja.

2. Kuantitas kerja: dapat diukur dari kemampuan secara kuantitatif di dalam

mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.

3. Pengetahuan: meninjau kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang

berkaitan dengan tugas yang mereka lakukan.

4. Kehandalan: mengukur kemampuan dan kehandalan dalam melaksanaan

tugasnya dengan baik.

5. Kehadiran: melihat aktivitas pegawai dalam kegiatan-kegiatan rutin

organisasi, rapat-rapat atau kehadiran di tengah-tengah masyarakat atau

lingkungan sekitar yang membutuhkan.

6. Kerjasama: melihat bagaimana pegawai bekerja dengan rekan sekerja dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan pengukuran

kinerja dalam penelitian ini adalah cara untuk mengetahui seberapa besar hasil

kerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan, guna meningkatkan kinerja

karyawan.

2.3.3. Faktor Kinerja Karyawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menurut

Prawirosentono dan Primasari antara lain:

1. “Efektivitas dan efisiensi

Dikatakan efektivitas apabila dapat mencapai tujuan tertentu serta efisien

apabila hal itu memuaskan sebagai pendrong mencapai tujuan.

2. Otoritas dan tanggung jawab

21

(10)

Otoritas merupakan sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu

organisasi formal yang dimiliki oleh seorang peserta organisasi kepada para

anggota organisasi lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja, sesuai dengan

kontribusinya (sumbangan tenaganya).

3. Disiplin

Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat

antara perusahaan dan karyawan.

4. Inisiatif

Inisiatif berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk

merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.”22

2.4. Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aida Rahmita Sari (2013)

yang meneliti hubungan motivasi dan disiplin kerja dengan kinerja guru di SMK

Muhammadiyah 2 Yogyakarta, menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara motivasi dan disiplin kerja dengan kinerja guru di SMK

Muhammadiyah 2 Yogyakarta dengan nilai sebesar r 11,752.

Angke Priatini (2012) meneliti hubungan antara motivasi dengan kinerja

karyawan pada PT Aero Perdana Internusa, menemukan bahwa terdapat hubungan

positif antara motivasi dengan kinerja karyawan dengan nilai sebesar t 4,837.

2.5. Kerangka Berpikir

Motivasi berperan positif bagi kinerja karyawan. Dengan adanya motivasi,

karyawan menjadi lebih bersemangat dalam bekerja. Sebaliknya tanpa pemberian

motivasi, karyawan akan bekerja secara sembarangan tanpa mempedulikan tujuan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Karyawan yang bekerja dengan

sembarangan akan memberikan dampak negatif pada perusahaan. Dampak negatif

yang dialami perusahaan berkaitan dengan tidak adanya motivasi yaitu kinerja

karyawan menurun.

Selain motivasi, disiplin kerja juga dianggap berperan dalam naik/turunnya

kinerja karyawan. Disiplin merupakan kunci utama dalam bekerja. Suatu

22

(11)

perusahaan akan meningkat kinerjanya jika para karyawan disiplin dalam

menyelesaikan setiap pekerjaan. Sedangkan jika karyawan tidak menerapkan

disiplin dalam bekerja, maka kinerja karyawannya juga kurang baik.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan Pada PT Kamaltex Karangjati

2.6. Hipotesis

Berdasarkan judul penelitian “Hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan

Kinerja Karyawan Pada PT Kamaltex Karangjati”, maka dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi dan kinerja

karyawan.

Hipotesis ini berarti semakin tinggi motivasi maka semakin baik kinerja

karyawan atau sebaliknya.

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara disiplin kerja dan kinerja

karyawan.

Hipotesis ini berarti semakin tingi disiplin kerja maka semakin baik

kinerja karyawan atau sebaliknya.

MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN

MOTIVASI

DISIPLIN KERJA

1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan keamanan 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri

1. Ketepatan waktu 2. Kesesuaian aturan kerja

Kinerja Karyawan Sangat Tinggi ‡

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Berpikir Hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 13 tentang perbankan menyatakan apa yang dimaksud dengan prinsip syariah yakni : “Prinsip syariah adalah

Pada kecamatan Rao Selatan ini salah satu nagari yang mendapatkan program PNPM ini adalah Nagari Tanjung Betung dimana yang menjadi kajian salah satu

Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Penetapan Besaran Alokasi Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Contoh : Sebelum semester berjalan mahasiswa dapat menyimpan dananya terlebih dahulu di ITN dengan kode transaksi Deposit, dan saat mahasiswa harus membayar SPP

Jika Kamu belum memiliki produk atau modal untuk stok barang, Kamu dapat menjalankan.

Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Dans cette recherche, la population et l’échantillon est le manuel d’apprentissage du français de l’hôtellerie, et ado ptés sont les apprenants de classe. X à la

kepada meringankan kamu dekat menggondol peluang business apa ang cocok buat kamu kerjakan, berikut di kolong ini yakni 22 kesempatan usaha dengan modal mungil yang mampu anda