FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAWATAN DIRI IBU PASCASALIN
DI RUMAH SAKIT UMUM PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Zakiah Wildani S
081121053
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan
Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S
NIM : 081121053
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2009
Tanggal lulus : 5 Januari 2010
Pembimbing Penguji I
Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep NIP.19750327 200112 2 007 NIP.19710312 200003 2 001
Penguji II
Nur Asiah, S.Kep, Ns
NIP.19780409 200312 2 004
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,
Erniyati, S.Kp, MNS
Prakata
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
kesempatan bagi saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan”. Sholawat beriring salam saya ucapkan kepada
Nabi Muhammad S.A.W, beserta keluarga dan sahabat.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan. Selama proses pembuatan skripsi ini,
saya banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan dan Ibu
Erniyati, S.Kp, MNS selaku PD I.
2. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing
dalam pembuatan skripsi sakaligus dosen Pembimbing Akademik.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku
dosen penguji.
4. Ibu Lasma Sibarani, Amd. Keb selaku Kepala Ruangan V Obgin Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan.
5. Ibu saya Mesrah Harahap dan saudara saya Ihwal Januar S yang selalu
mendo’akan saya dari jauh.
6. Teman saya Lidia, Tika, Eka, kak Fitri serta teman-teman seperjuangan
yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu namun akan selalu
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
peneliti sendiri. Semoga Allah SWT meridhoi kerja keras kita semua, Amin.
Medan, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
1.4.1 Manfaat untuk praktek keperawatan ... 4
1.4.2 Manfaat untuk pendidikan keperawatan ... 4
1.4.3 Manfaat untuk peneliti ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Pascasalin ... 5
2.1.1 Pengertian ... 5
2.1.2 Periode pascasalin ... 5
2.1.3 Perubahan fisiologis pada masa pascasalin ... 6
2.1.4 Kebutuhan dalam masa pascasalin ... 9
2.2 Perawatan diri ... 10
2.2.1 Pengertian ... 10
2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin ... 12
2.2.3Cara melakukan perawatan diri pascasalin ... 12
2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin .... 19
2.3.1 Faktor masa lalu ... 19
2.3.2 Faktor lingkungan... 20
2.3.3 Faktor internal ... 21
2.3.4 Petugas kesehatan ... 21
2.3.5 Pendidikan kesehatan ... 22
4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan etik ... 28
4.5 Instrumen penelitian ... 29
4.5.1 Kuisioner penelitian... 29
4.5.2 Validitas dan reliabilitas instruyen ... 30
4.6 Pengumpulan data ... 31
4.7 Analisa data ... 32
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 Hasil penelitian ... 33
5.1.1 Karakteristik responden ... 33
5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 34
5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin ... 35
5.2 Pembahasan ... 38
5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 38
5.2.2 Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin ... 46
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 50
6.1 Kesimpulan ... 50
6.2 Rekomendasi... 52
6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan ... 51
6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan ... 51
6.2.3 Untuk Penelitian Keperawatan ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lembaran persetujuan responden 2. Kuesioner penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi frekwensi dan presentase data demografi (n=61)
Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)
Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan
Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S
NIM : 081121053
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Tahun : 2009
Abstrak
Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.
Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.
Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan
Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S
NIM : 081121053
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Tahun : 2009
Abstrak
Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.
Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.
Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pascasalin (masa nifas) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008).
Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan pascasalin (masa nifas)
sebenarnya dimulai sejak kala uri dengan menghindari
kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir
atau luka bekas episiotomi dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya
satu jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan pascasalin (Hanafiah, 2004).
Selain oleh perawat, perawatan pascasalin juga dapat dilakukan oleh ibu.
Menurut Huliana (2003), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu
pascasalin antara lain; keadaan umum harus baik (suhu, pernafasan, tekanan
darah, denyut nadi dalam keadaan normal); mobilisasi dilakukan 2 jam setelah
persalinan normal dan 24 jam pertama pada seksio sesar ;makanan atau diet ibu
postpartum harus mengandung cukup kalori, protein, cairan serta buah-buahan;
24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan; sedangkan buang air besar
harus ada dalam 3-4 hari pascasalin; pada keadaan normal demam terjadi 12 jam
pertama pascasalin dan suhu tidak melebihi 38oC yang akan kembali normal
setelah 12 jam; mules-mules akan terjadi 2-3 hari sesudah melahirkan; serta
usahakan menyusui sedini mungkin sesuai kemampuan ibu (Huliana, 2003).
Hal-hal di atas sangat mempengaruhi proses penyembuhan ibu, terutama
pada alat-alat reproduksi ibu baik interna maupun eksterna yang akan
berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusio. Untuk
membantu proses involusi, perawatan pascasalin dilakukan pada alat-alat
reproduksi yang meliputi vulva, perineum, uterus, abdomen, payudara, dan
perawatan tromboflebitis pada kaki, perawatan hemoroid, perawatan kulit, serta
perlu diperhatikan bila terjadi postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan)
(Harnawatiaj, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku rawatan Ruang V Obgin
Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, jumlah pasien selama tahun 2008 sebanyak
794 orang di antaranya 456 kasus persalinan normal dan 338 kasus persalinan
dengan seksio sesar. Hasil wawancara dengan perawat di Ruang V Obgin Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan jumlah pasien pada bulan januari 2009 adalah 62
orang di antara pasien tersebut yang mampu melakukan perawatan diri pascasalin
mandiri sekitar 20% yang sebagian besar adalah multipara. Sedangkan 80%
pasien tidak mampu melakukan perawatan pascasalin mandiri karena kurangnya
pengetahuan tentang perawatan pascasalin. Perawatan diri Ibu pascasalin
dilakukan oleh perawat. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa masih ada Ibu
Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan
kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu komplikasi pascasalin
yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia (Wiludjeng, 2005).
Penelitian sebelumnya memaparkan tentang masyarakat suku Karo di kota yang
masih mempercayai perawatan tradisional sebagai media untuk menjaga
kesehatan ibu nifas (Sari, 2004). Dalam hal ini peneliti sebelumnya hanya
menekankan pada faktor budaya. Namun belum ada literatur yang menjelaskan
faktor yang paling dominan mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa tertarik dan menganggap
penting untuk melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu
pascasalin dalam melakukan perawatan diri.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin di RSU
Pirngadi Medan serta faktor apa yang paling dominan ?
1.3 Tujuan Penelitian
- Mengidentifikasi faktor keadaan masa lalu Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor lingkungan Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor internal Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor petugas kesehatan.
- Mengidentifikasi faktor pendidikan kesehatan.
- Mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk Praktik Keperawatan
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada Ibu pascasalin,
dan membantu meningkatkan derajat praktik keperawatan untuk memotivasi Ibu
pascasalin agar melakukan perawatan diri.
1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan Keperawatan
Mengembangkan pendidikan keperawatan khususnya pada Ibu pascasalin,
dan membantu memberikan informasi tentang apa saja yang termasuk perawatan
diri pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4.3 Manfaat untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang
diperoleh di fakultas, serta mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascasalin
2.1.1 Pengertian
Pascasalin atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pascasalin
berakhir selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008 ).
Menurut WHO pascasalin atau puerperium adalah masa setelah 1 jam
plasenta lahir sampai berakhirnya minggu keenam atau berlangsung selama 42
hari (Manuaba, 2001).
2.1.2 Periode Pascasalin
Pascasalin (puerperium) di bagi dalam 3 periode yaitu puerperium dini,
saat ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh berjalan setelah 40 hari. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu. Puerperium remote,
yaitu waktu yang diperlukan untuk kepulihan dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Harnawatiaj, 2008).
Masa setelah melahirkan ini mendapatkan istilah khusus karena seorang
ibu memerlukan perawatan, bantuan, dan pengawasan demi pulihnya kesehatan
seperti sebelum melahirkan. Dalam perumusan pascasalin, dikatakan bahwa
waktu pascasalin itu tertentu, jadi bukan berarti bahwa setelah ibu melahirkan
akan selalu disebut dalam masa pascasalin dengan tidak terbatas, atau terbatas
sampai kelahiran anak yang berikutnya. Maksud dari waktu tertentu adalah waktu
mengalami perubahan. Waktu ini umumnya dibatasi antara 6 sampai 12 minggu
apabila dalam keadaan normal, dan waktu ini di anggap cukup untuk
mengembalikan keadaan organ seperti pada saat ketika belum hamil. Tentu saja
bila tidak terjadi komplikasi.
Tetapi ada pula yang menentukan bahwa masa nifas itu hanya selama 7-10
hari saja, yaitu sampai ibu selesai di rawat di rumah sakit dan dianggap cukup
sehat dan kuat untuk pulang ke rumah. Batas waktu ini mungkin dapat diterima
bila pulihnya keadaan tersebut hanya bagi kesehatan umum saja, yang dalam
kenyataannya waktu 10 hari sesudah melahirkan (bila keadaan normal) ibu sudah
tampak sehat. Jadi, di sini tidak memperhitungkan kembalinya uterus dan
organ-organ lain ke keadaan normal. Karena uterus dan organ-organ-organ-organ reproduksi yang
lain tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu 10 hari (Ibrahim, 1996).
2.1.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Pascasalin
Perubahan fisiologis pada masa pascasalin terjadi pada sistem reproduksi,
servik, perineum, vulva dan vagina, payudara, sistem perkemihan, sistem
gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal,
dan sistem integumen (Harnawatiaj, 2008).
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil. Pada saat bayi lahir fundus uteri setinggi pusat
dengan berat uterus 1000 gram, pada akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri
teraba 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. Ketika satu minggu
pascasalin tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis pubis dengan
simpisis pubis dengan berat uterus 350 gram, dan enam minggu pascasalin
bertambah kecil dengan berat 50 gram. Servik mengalami involusi bersama-sama
uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua jari tangan,
setelah 6 minggu persalinan servik menutup (Harnawatiaj, 2008).
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina.
Dalam masa postpartum, ada macam-macam lokhea yaitu; lokhea rubra (kruenta)
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium selama dua hari pascasalin; lokhea sangunolenta berwarna
kuning, berisi darah dan lendir, pada hari ketiga sampai ketujuh postpartum;
lokhea serosa yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh
sampai keempat belas pascasalin; lokhea alba berupa cairan putih setelah dua
minggu; lokhea purulenta cairan seperti nanah berbau busuk dan terjadi bila ada
infeksi; serta lokheastasis yaitu lokhea yang tidak lancar keluar (Harnawatiaj,
2008).
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama setelah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
Perubahan pada payudara dapat meliputi penurunan kadar progesteron
secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. Kolostrum
sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga
setelah persalinan dan payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi (Harnawatiaj, 2008).
Pada sistem perkemihan buang air kecil sering sulit selama 24 jam
pertama, kemungkinan terdapat spasme sphincter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini merupakan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo enam minggu. Pada sistem gastrointersinal kerap kali diperlukan
waktu 3-4 hari sampai faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum
dapat menghalangi buang air besar (Harnawatiaj, 2008).
Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Pada sistem
endokrin kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam pascasalin.
Progesteron turun pada hari ketiga pascasalin sedangkan kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang (Harnawatiaj, 2008).
Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam
postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi. Penurunan melanin umumnya terjadi pada sistem
integumen setelah persalinan, menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit
dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan
akan menghilang pada saat estrogen menurun (Harnawatiaj, 2008).
2.1.4 Kebutuhan Dalam Masa pascasalin
Kebutuhan dalam masa pascasalin meliputi kebutuhan fisik, psikologis,
sosial. Dalam beberapa aspek kebutuhan-kebutuhan tersebut saling berkaitan.
Kebutuhan fisik maksudnya adalah keadaan ibu selama hamil umumnya menurun
walaupun tidak sakit. Waktu persalinan, keadaan umum ini lebih menurun lagi
karena kelelahan, kesakitan, perdarahan, dan adanya luka bekas plasenta melekat
dan luka pada vagina atau perineum. Pada periode pascasalin inilah waktunya
berusaha memulihkan keadaan umum kembali seperti sebelum hamil. Untuk itu,
menurut kebutuhan-kebutuhan fisik diperlukan istirahat cukup, makan bergizi,
udara segar, lingkungan bersih (bebas dari ancaman kuman-kuman penyakit).
Dalam pemenuhan kebutuhan ini, diperlukan pengawasan dan perawatan yang
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap-tiap individu,
bahwa manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh dikenal, butuh dihargai,
butuh diperhatikan, butuh hubungan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat
setelah melahirkan keadaan psikis ibu mengalami distress karena adanya
kelelahan dan kekecewaan, keadaan ini disebut postpartum syndrom (depresi
setelah melahirkan). Dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ini perawat dan
semua petugas kesehatan yang berhubungan, serta keluarga harus bersikap dan
bertindak bijaksana. Harus dapat menunjukkan rasa simpatik, mengakui,
menghargai, menghormati ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan
memberikan ucapan selamat misalnya, akan dapat memberikan perasaan senang.
Dengan adanya a good human relationship diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan (Ibrahim, 1980).
2.2 Perawatan Diri 2.2.1 Pengertian
Merawat adalah suatu aktivitas atau kegiatan dengan ruang lingkup yang
luas, yang dapat menyangkut diri kita sendiri, orang lain atau sesuatu yang lain
dapat juga menyangkut lingkungan kita. Jika kita merawat sesuatu, kita
menginginkan agar hasil yang dicapai akan memuaskan, jadi kita akan selalu
berusaha untuk mencapai suatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil
yang akan diperoleh. Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial, dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
Perawatan diri mempunyai arti yang lebih luas dari apa yang sering
diartikan dengan cara merawat diri menurut AKS (aktivitas kehidupan
sehari-hari). Dalam pengertian merawat diri individu, terdapat beberapa hal yang
mendasar yaitu pertama menyangkut sejumlah nilai, norma dan pendapat
sehubungan dengan perbuatan seseorang sesuai dengan tindakannya. Kedua
menyangkut juga pengertian, pandangan pribadi, dan beberapa aspek tertentu.
Seseorang menginginkan suatu perawatan tertentu berdasarkan
pandangan-pandangan pribadinya. Jika seseorang tidak lagi berminat mengambil keputusan
semacam ini, maka ia akan mengalami gangguan merawat diri. Jadi dapat
dikatakan bahwa kegiatan perawatan diri merupakan sikap dan kegiatan yang
dilakukan pada saat perawatan diri itu berlangsung (Stevens dkk, 2000).
Perawatan pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai
bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanafiah, 2004).
2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin
Setelah lahirnya plasenta, organ-organ reproduksi akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan ibu
harus melakukan perawatan diri pascasalin. Ada beberapa jenis perawatan diri
yang dapat dilakukan oleh ibu pascasalin diantaranya: perawatan vulva dan
perineum, perawatan uterus dan abdomen, perawatan payudara, perawatan kaki,
2.2.3 Cara Melakukan Perawatan Diri Post Partum a. Perawatan Vulva dan Perineum
Vulva adalah bentuk lonjong dibatasi oleh klitoris pada bagian depan,
kanan kiri oleh labia minora, dibelakang oleh perineum, terdapat orificium
eksternal (Mochtar,1991). Perawatan vulva dapat dimulai dengan menyiram
genitalia eksterna dan anus dengan air yang bersih kemudian cuci dengan sabun
sampai kotoran-kotoran yang keluar dari vagina bersih. Kemudian bilas dengan
air bersih. Lakukan perawatan vulva ketika mandi dan setiap kali ibu merasa tidak
nyaman (Pritchard,1991).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva
dan anus. Yang perlu diperhatikan dalam perawatan perineum adalah bentuk luka
perineum. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu Ruptur
dan Episiotomi (Danis, 2000 dalam Harnawatiaj, 2008).
Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala dan bahu janin pada saat
proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002). Episiotomi adalah sebuah
irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan
tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja
pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini
dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin,
harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi local, kecuali bila pasien
Menurut Hamilton (1995) lingkup perawatan perineum adalah mencegah
kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Prosedur yang diajurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan perineum yaitu
mencuci tangan, membuang pembalut yang penuh dengan gerakan kebawah
mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik,
berkemih dan BAB ke toilet, siramkan air ke seluruh perineum, keringkan
perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang kemudian setelah
semua selesai cuci kembali tangan (Hamilton, 1995).
Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan
kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk
meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih
dahulu untuk membuang sekresi. Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan
diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum.
Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20
menit (Hamilton, 1995).
b. Perawatan Uterus dan Abdomen
Uterus (rahim) adalah struktur otot yang cukup kuat, dibagian luar ditutupi
peritoneum dan rongga dalam dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil antara kandung kemih dan
dubur. Rahim bentuknya seperti bola lampu pijar atau buah pear dan berongga
terdiri atas 3 bagian besar yaitu badan rahim berbentuk segitiga, leher rahim
Besarnya rahim berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan
anak atau belum, ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara
ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm sedangkan pada multipara 9-9,5 cm x
5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50gr pada nulipara dan 60-70gr pada multipara.
(Mochtar, 1991). Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus
kira-kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus.
Setelah itu tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu
pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan dengan tulang pubis (Hamilton, 1995).
Dengan kontraksi yang baik, uterus bisa diharapkan kembali mengkerut ke
ukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Karena kontraksi pada dasarnya tidak
hanya dibutuhkan untuk mengeluarkan janin saat persalinan. Tapi juga
mengembalikan rahim ke bentuk dan ukuran semula, baik pada persalinan normal
maupun persalinan dengan tindakan seperti vakum, forcep ataupun sesar
(Pritchard,1991). Untuk memaksimalkan involusi uteri dan memulihkan tonus
abdomen dapat dibantu dengan penggunaan korset dan melakukan senam nifas.
Latihan ini dapat dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan
akan meningkat secara berlahan-lahan. Program senam nifas dimulai dari tahap
yang paling sederhana hingga yang sulit. Adapun gerakan-gerakannya sebagai
berikut:
Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian
napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang.
Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan
ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.
pantat kemudian diturunkan kembali. Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk,
kepala diangkat sambil mengangkat pantat. Hari kelima, tidur terlentang, kaki
lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut
kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan
kaki kanan. Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil
diputar ke arah luar secara bergantian. Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus,
kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit
up) (Schemieg, 2009).
c. Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah melakukan perawatan payudara pada ibu
pascasalin atau sesudah melahirkan untuk memperlancar proses laktasi. Perawatan
dengan menggunakan baby oil dan massage di sekitar payudara selama hamil juga
dapat membantu puting yang datar. Sebaiknya dilakukan sebalum atau sewaktu
mandi.
Prosedur parawatan payudara pada Ibu yang menyusui ada lima langkah
masing-masing dilakukan 25-30 kali yaitu; pertama, tempatkan kedua belah
telapak tangan di tengah dada ibu kemudian lakukan gerakan memutar
mengelilingi payudara kearah luar, saat tangan berada di bawah payudara, angkat
atau sanggah payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan kearah depan.
Kedua, tangan kanan membentuk kepalan, tempatkan di pangkal payudara.
Tangan kiri menyanggah payudara, dengan buku-buku jari lakukan pengurutan
dari pangkal payudara ke ujung ke arah puting susu. Lakukan merata ke seluruh
menyanggah payudara, lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung ke arah putting
susu. Keempat, tempatkan masing-masing ibu jari di atas payudara dan jari-jari
lain menopang atau menyanggah payudara, tekan jari-jari ke ujung payudara atau
ke arah puting susu. Kelima, lakukan gerakan memelintir puting susu sampai
puting susu elastis dan kenyal. Kompres payudara menggunakan handuk yang
telah dibasahi dengan air hangat selama 5 menit, ulangi pengompresan
menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin lakukan bergantian dan
akhiri pengompresan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin.
Lakukan 3 kali pada setiap payudara, keluarkan ASI kemudian keringkan
(Kompos, 2008).
Selain itu parawatan payudara juga dilakukan pada Ibu yang tidak
menyusui, misalnya pada ibu yang bayinya meninggal setelah dilahirkan. Pada
Ibu yang tidak menyusui, pemberian obat-obat penghambat laktasi untuk
mengurangi pembengkakan payudara yang terjadi dalam derajat tertentu.
Penggunaan kutang yang dapat menyanggah payudara dengan baik sangat
dianjurkan. Dapat juga dilakukan kompres es tetapi secara periodik harus
dihentikan untuk memungkinkan terjadinya disfungsi refleks saraf dan aliran
darah di antara kulit. Obat-obatan analgetik dapat digunakan untuk mengurangi
rasa tidak nyaman (Hamilton, 1995).
d. Perawatan Kaki
Beratnya bobot tubuh yang bertumpu pada kaki selama kehamilan dapat
menyababkan terjadinya tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan peradangan
kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hyperkoagulabilitas, tanpa disertai
peradangan, maka proses ini awal dari tromboflebitis (Smeltzet, 2003).
Perawatan tromboflebitis dapat dilakukan dengan tirah baring 5-7 hari
setelah terjadinya trombosis vena dalam waktu ini kurang lebih sama dengan
waktu yang diperlukan trombus melekat pada dinding vena, sehingga menghindari
terjadinya emboli. Ketika mulai berjalan harus menggunakan stoking elastis.
Berjalan-jalan akan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan di
tempat tidur seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki juga dianjurkan.
Kompres hangat dan lembab pada ekstrimitas yang terkena dapat mengurangi
ketidak nyamanan sehubungan dengan trombisis vena dalam (Smeltzet, 2003).
e. Perawatan Hemoroid
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi pada bagian kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 tahunan, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan dapat
mengawali atau memperberat hemoroid (Smeltzet, 2003).
Beberapa Ibu mengalami nyeri hemoroid setelah melahirkan. Tindakan
yang dapat membantu menurunkan nyeri tersebut termasuk mandi berendam.
Salep analgetik, supositoria rektal, dan pembalut hazel. Hemoroid dapat
dimasukkan ke dalam rektum dengan menggunakan jari tangan yang bersarung.
Mempertahankan posisi berbaring miring atau terlentang dan menghindari duduk
lama juga sangat membantu. Hemoroid biasanya akan menghilang dalam
beberapa minggu bila Ibu tidak mengalaminya sebelum kehamilan (Hamilton,
f. Perawatan Kulit
Naik turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron saat hamil dan
sesudah bersalin sangat mempengaruhi kulit. Beberapa kulit bereaksi dengan
berjarawat dan ada juga yang lebih mulus dari biasanya. Jika anda berjarawat,
sebisanya tidak menggunakan obat karena unsur kimianya bisa membahayakan si
kecil yang masih menyusu. Lakukan saja perawatan kulit wajah rutin, seperti
membersihkan, menyegarkan, dan melembabkan kulit (Danuatmaja, 2003).
Jika ketika hamil mengalami topeng kehamilan (cloasma gravidarum),
atau perubahan kulit yang menjadi lebih gelap di sekitar mata, tulang hidung,
dahi, dan bibir atas. Setelah melahirkan perubahan ini akan memudar dalam enam
bulan. Beberapa obat-obatan memang dapat mempercepat, tetapi lupakan
pemakaiannya jika sedang menyusui si kecil. Sambil menunggu kulit mulus
kembali hindari paparan sinar matahari secara langsung karena akan memperparah
melasma. Jika ingin keluar rumah gunakan krim tabir surya. Coba periksa leher,
ketiak, dan bagian bawah payudara, apakah mengalami kulit tags atau serpihan
daging tumbuh, jika ya tidak perlu khawatir karena ini bukan masalah medis yang
perlu dikhawatirkan (Danuatmaja, 2003).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri masa pascasalin.
Aktifitas merawat diri masa pascasalin merupakan hal yang sangat
penting. Selain mencegah infeksi nifas, perawatan pascasalin juga bertujuan
mempercepat proses pengembalian keadaan ibu seperti keadaan sebelum hamil,
serta meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi. Ibu harus mengetahui bentuk
sehat. Menurut berbagai sumber aktifitas merawat diri yang dijalankan seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Ada lima faktor yang mempengaruhi
dalam melakukan perawatan pascasalin.
2.3.1 Faktor masa lalu.
Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat
diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan
dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri
pascasalin (Stevens, 2000). Contohnya jika Ibu mengetahui atau pernah
melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku
perawatan diri Ibu pascasalin. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan
payudara. Sedangkan Ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara
akan sulit melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini masa lalu memberikan
pengaruh pada perilaku Ibu untuk melakukan perawatan diri pascasalin.
Menurut Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perawatan diri Ibu pascasalin adalah faktor pengalaman
pascasalin meliputi sifat persalinan/kelahiran, tujuan kelahiran, persiapan
persalinan/kelahiran, peran menjadi orang tua yang mendadak.
2.3.2 Faktor lingkungan ibu pascasalin.
Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu
fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuaian diri dengan
lingkungan. Situasi ini dapat mempengaruhi Ibu dalam melakukan perawatan diri
Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan
mempromosikan perilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas
kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli, dan pekerja sosial harus ada sebagai
usaha dalam membantu pasien mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk
mencapai atau menjaga kesehatan dan kesejahteraannya agar tetap optimal.
Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik
untuk menyebarkan informasi (Gomez & Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002).
Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat
bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan
keluarga. Seperti halnya Ibu pascasalin, maka anggota keluarga yang lain akan
berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula.
Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya
membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi (Bobak, 2004).
2.3.3. Faktor internal ibu pascasalin.
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri
(Marhijanto, 1999). Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal
ini juga dapat dipengaruhi oleh; usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan,
tempat lahir, budi pekerti, kebudayaan, dll. Ada juga faktor tertentu yang melekat
pada pribadi yang tertentu seperti: selera dalam memilih, gaya hidup, dll. Pada Ibu
usia muda perawatan pascasalin yang dilakukan akan berbeda dengan Ibu yang
memiliki usia lebih dewasa. Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi
pendidikan Ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik
2.3.4 Petugas kesehatan
Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam
mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin. Perawat merupakan orang
yang dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu perawat juga
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi
pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu,
kelompok, atau keluarga. Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien. Di rumah sakit perawat
adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus
mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
misalnya mengajarkan pada ibu postpartum bagaimana cara melakukan perawatan
diri. Awalnya perawat dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri
pascasalin, kemudian anjurkan Ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan
bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya Ibu akan mampu melakukan perawatan
diri pascasalin secara mandiri (Hidayat, 2004).
2.3.5 Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses
pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan
kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin (Dermawan,
2008). Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan Ibu tentang
perawatan diri pascasalin, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku perawatan
diri Ibu.
Untuk mempermudah pemahaman Ibu, dalam melakukan pendidikan
kesehatan perawat dapat menggunakan metode demonstrasi. Jika memungkinkan
minta pasien untuk menjadi praktikan, jika tidak memungkinkan dapat
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin dan faktor apa yang
paling dominan. Pascasalin merupakan masa yang dialami oleh seorang wanita
setelah melahirkan. Pada masa pascasalin akan terjadi perubahan baik fisik
maupun psikologis pada Ibu. Perubahan tersebut membutuhkan waktu untuk
kembali pulih seperti keadaan semula. Hal ini berhubungan dengan kemampuan
Ibu merawat diri pada masa pascasalin. Kemampuan tersebut dipengarui oleh
faktor-faktor tertentu.
Skema 1. Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.
3.2 Defenisi Konseptual
Variabel pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
perawatan diri Ibu pascasalin yaitu : Faktor-faktor yang mempe- ngaruhi perawatan diri Ibu pascasalin:
- Faktor masa lalu Ibu - Faktor lingkungan Ibu - Faktor internal Ibu - Petugas kesehatan - Pendidikan kesehatan
Pengaruh kuat
Pengaruh sedang
3.2.1 Masa lalu
Waktu yang sudah berlalu yang pernah dialami. Kejadian masa lalu
merupakan pengalaman-pengalaman yang tejadi di masa lalu, keberhasilan
maupun kesalahan yang pernah dilakukan akan mengajarkan kita cara merawat
diri (Stevens, 2000)
3.2.2 Lingkungan
Kawasan wilayah dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Segala
sesuatu yang ada di sekitar kita (Marhijanto, 1999).
3.2.3 Internal
Adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri (Marhijanto,
1999).
3.2.4 Petugas kesehatan
Adalah orang-orang yang bertugas di bidang kesehatan sesuai dengan
pendidikan formal, wewenang dan tanggung jawabnya (Jumadi, 1999).
3.2.5 Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Dermawan, 2008).
3.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri
Variabel Defenisi Alat ukur Skala Skoring yang bertugas di Ruang
11-16 = pengaruh kuat
1-5 = pengaruh lemah
6-10 = pengaruh sedang
11-16 = pengaruh kuat
1-5 = pengaruh lemah
6-10 = pengaruh sedang
11-16 = pengaruh kuat
1-5 = pengaruh lemah
6-10 = pengaruh sedang
11-16 = pengaruh kuat
penyuluhan tentang
perawatan diri pascasalin yang
diberikan oleh petugas
kesehatan.
pertanyaan 6-10 = pengaruh sedang
11-16 = pengaruh kuat
3.4 Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara faktor-faktor
yang mempengaruhi perawatan Ibu pascasalin dengan perawatan diri Ibu
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dan
korelasi yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan
dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.
4.2 Populasi dan Sampel. 4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah Ibu pascasalin yang dirawat di Ruang
V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Populasi diambil berdasarkan
jumlah pasien Oktober, November, dan Desember 2008 yang diperoleh dari buku
rawatan Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan yaitu sebanyak 158
orang.
4.2.2 Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2002), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti. Pada penelitian ini penentuan jumlah sample dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang
bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
Setiawan (2005) desain deskriptif jumlah sampel minimal 10% dari populasi
dengan menggunakan rumus :
2
e = Persentase kelonggaran (2%, 5%, 10%)
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ibu pascasalin yang melahirkan sesar dan pervaginam tanpa komplikasi.
2. Dapat berorientasi dengan lingkungan.
3. Bersedia menjadi responden penelitian.
4. Di rawat di Ruang Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.
4.3Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum
Pirngadi Medan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2009. Alasan
peneliti memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena merupakan
rumah sakit pendidikan, dan banyak Ibu postpartum selama peneliti melakukan
observasi di Rumah Sakit tersebut.
4.4Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi
responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed
consent), tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak
untuk menolak untuk diteliti dan mengundurkan diri selama pengumpulan data
berlangsung maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk
menjaga kerahasiaan catatan mengenai data responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) tetapi
hanya menulis nomor kode yang digunakan. Kerahasian semua informasi yang
diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk
penelitian.
4.5Instumen Penelitian 4.5.1 Kuisioner Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner
yang sebagian disusun sendiri oleh peneliti yang berpedoman pada tujuan
penelitian dan tinjauan pustaka, sebagian lagi diadopsi dari kuisioner Sitepu
(2006). Instrument ini terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner data demografi dan
kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin.
Kuisioner data demografi responden meliputi usia, agama, suku, dan
pekerjaan. Kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa
pascasalin berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan untuk faktor masa
lalu, 4 pertanyaan untuk faktor lingkungan, 4 pertanyaan untuk faktor internal, 4
pertanyaan untuk faktor pendidikan kesehatan, dan 4 pertanyaan untuk faktor
Penilaian menggunakan skala likert dengan empat pilihan alternatif
jawaban. Masing-masing jawaban diberi kode a, b, c, dan d dengan skor jawaban
a=1, b=2, c=3, dan d=4. Nilai tertinggi pada setiap faktor 16 dan terendah 1.
Berdasarkan rumus Sudjana (1992) maka :
kelas banyak
g ren
p= tan
Panjang kelas p dengan rentang 16 dan banyak kelas 3 (pengaruh kuat,
sedang, lemah) didapatkan panjang kelas sebesar 5. Batas kelas bawah interval
adalah 1, maka faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin dapat
dikategorikan menjadi :
1-5 = pengaruh lemah
6-10 = pengaruh sedang
11-16 = pengaruh kuat
4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas dapat diuraikan sebagai tingkatan ukuran penelitian yang
sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan
nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari
penelitian yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh
ahli dalam penelitian ini.
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur secara konsisten sasaran yang
akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang
sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek (Ritonga, 1997).
menggunakan formula Cronbach Alpha dalam SPSS versi 12.0. Reliabilitas
dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005).
Kuisioner ini telah direliabilitas dengan nilai cronbach alpha untuk faktor masa
lalu 0,82, faktor lingkungan 0,8, faktor internal 0,86, faktor petugas kesehatan
0,78, dan faktor pendidikan kesehatan 0,88 sehingga kuisioner ini layak
digunakan.
4.6Pengumpulan data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat
izin dari instansi pendidikan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian ke Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Setelah mendapat
izin penelitian, kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden
dan bila responden setuju untuk menjadi responden penelitian, maka peneliti
mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk
ditandatangani. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner secara
teliti dan cermat, dan peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya bila ada
yang tidak dimengerti. Waktu yang diberikan pada responden untuk mengisi
kuisioner adalah 30 menit. Beberapa responden meminta bantuan peneliti untuk
mengisikan lembar kuisionernya sesuai denga jawaban yang diberikan responden.
Hal ini dilakukan karena responden merasa kurang nyaman menulis dengan infus
peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada kuisioner yang tidak lengkap
maka diselesaikan pada saat itu juga.
4.7Analisa data
Setelah data terkumpul maka analisa data dapat dilakukan melalui empat
tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali semua kuisioner
tersebut satu persatu, untuk memastikan bahwa setiap kuisioner telah diisi sesuai
petunjuk. Dilanjutkan dengan pemberian kode atau angka tertentu untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian data diproses
memakai program komputerisasi SPSS versi 12.0, dan terakhir data dicleaning
yaitu untuk mengecek kembali data yang telah dientry apakah ada kesalahan atau
tidak.
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan
diri Ibu pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dan disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
Metode statistik yang digunakan untuk menentukan faktor yang paling
dominan mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin adalah metode analisis
korelasi regresi linear ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas
lebih dari dua variabel. Menggunakan komputer dengan program SPSS versi 12.0.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Backward. Awalnya faktor masa
lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor
pendidikan kesehatan diteliti dan dianalisa pengaruhnya terhadap perawatan diri
analisa data, demikian seterusnya hingga didapat faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin (Hastono, 2001).
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan
berdasarkan pengumpulan data primer yang dilakukan pada 13 November-15
Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap
61 orang responden. Penyajian data meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi
perawatan Ibu pascasalin, serta faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
perawatan diri Ibu pascasalin.
5.1 Hasil penelitian
5.1.1 Karakteristik responden
Hasil data demografi pada Ibu pascasalin di Ruang V Obgin Rumah Sakit
Umum Pirngadi Medan. Berdasarkan 61 responden diperoleh 3 rentang usia, 2
pembagian agama, 4 penggolongan suku dan 1 jenis pekerjaan.
Tabel 1 Distribusi frekwensi dan persentase data demografi (n=61)
Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Usia :
17-20 tahun 3 4,9
21-30 tahun 28 45,9
30-43 tahun 30 49,2
Agama :
Islam 48 78,7
Kristen 13 21,3
Batak 25 41,0
Jawa 22 36,1
Melayu 5 8,2
Lainnya 9 14,8
Tabel 1 Lanjutan
Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Pekerjaan :
Ibu rumah tangga 61 100
Keterangan: dari tabel distribusi frekwensi dan persentase diperoleh hasil
yang paling dominan sebanyak 30 responden (49,2%) berusia 30-43 tahun, 48
responden (78,7%) beragama Islam, 25 responden (41,0%) suku Batak, dan 61
responden (100%) bekerja sebagai Ibu rumah tangga.
5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin
Pada penelitian ini 5 faktor yang diteliti dalam mempengaruhi perawatan
diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor
petugas kesehatan, dan faktor pandidikan kesehatan. Hasil penelitian diperoleh
bahwa faktor petugas kesehatan memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perawatan diri Ibu pascasalin dengan frekwensi 46 orang (75,4%) yang dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)
Sedang 14 23,0
Lemah 2 3,3
Tabel 2 Lanjutan
Faktor yang mempengaruhi Frekwensi (n) Persentase (%)
Faktor petugas kesehatan :
Kuat 46 75,4
Sedang 15 24,6
Faktor pendidikan kesehatan :
Kuat 2 3,3
Sedang 39 63,9
Lemah 20 32,8
Keterangan: dari hasil distribusi frekwensi dan persentase diperoleh jawaban
yang paling dominan yaitu 44 responden (72,1%) yang menunjukkan pengaruh
yang kuat pada faktor masa lalu, 40 responden (65,6%) menunjukkan pengaruh
sedang pada faktor lingkungan, 45 responden (73,8%) menunjukkan pengaruh
kuat pada faktor internal, 46 responden (75,4%) menunjukkan pengaruh kuat pada
faktor petugas kesehatan, 39 responden (63,9%) menunjukkan pengaruh sedang
pada faktor pendidikan kesehatan.
5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.
Dari hasil analisa regresi linear ganda menggunakan metode backward
pada faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin diperoleh
nilai F-test pada tabel ANOVA. Berdasarkan Nugroho (2005), hasil F-test ini
menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
ditentukan (0,05) atau F hitung > F tabel. Menurut Sulaiman (2004), metode
backward digunakan untuk mengeluarkan satu per satu variabel independent yang
paling kecil pengaruhnya dari persamaan regresi sehingga diperoleh faktor yang
paling besar pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin seperti pada
tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61).
Variabel yang dikeluarkan F hitung >F tabel p-value < sig Faktor internal 2,168 < 2,38 0,071 > 0,05 Faktor masa lalu 2,745 > 2,51 0,037 < 0,05 Faktor lingkungan 3,680 > 2,78 0,017 < 0,05 Faktor pendidikan kesehatan 5,066 > 3,17 0,009 < 0,05 Faktor petugas kesehatan 8,376 > 4,00 0,005 < 0,05
Keterangan: tabel hasil analisa faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi perawaan diri Ibu pascasalin menunjukkan faktor yang tersisa
pada tahap akhir analisa adalah faktor petugas kesehatan dengan F hitung > F
tabel dan p-value < sig.
Pada tahap awal proses regresi faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor
internal, faktor petugas kesehatan, serta faktor pendidikan kesehatan diteliti secara
bersama-sama pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor
internal dikeluarkan dari analisa regresi dengan nilai F hitung 2,168 sedang F
tabel 2,38, serta nilai p-value 0,071 sedangkan level of significantnya 0,05, yang
berarti 2,168 < 2,38, dan 0,071 > 0,05, sehingga diperoleh bahwa faktor internal
adalah faktor yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor masa lalu, faktor
lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan. Menurut
Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of significant (sig
Pada tahap selanjutnya faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor petugas
kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan yang dianalisa pengaruhnya terhadap
perawatan Ibu pascasalin. Faktor masa lalu dikeluarkan dari analisa regresi
dengan nilai F hitung 2,745 sedangkan F tabel 2,51, dan p-value 0,037, sehingga
artinya 2,745 > 2,51 dan 0,037 < 0,05. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor
masa lalu lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor lingkungan, faktor petugas
kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.
Seperti dikemukakan oleh Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value <
level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel
dependent.
Selanjutnya faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor
pendidikan kesehatan yang dianalisa terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.
Faktor lingkungan dikeluarkan dari analisa regresi dengan F hitung 3,680, F tabel
2,78 dan p-value 0,017. F hitung > F tabel dan p-value < level of significant maka
variabel independen mempengaruhi variabel dependent (Nugroho, 2005). Hasil ini
menunjukkan bahwa faktor lingkungan kecil pengaruhnya dibandingkan faktor
petugas kesehatan dan pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu
pascasalin.
Selanjutnya faktor petugas kesehatan dan faktor pendidikan kesehatan
yang dianalisa. Faktor pendidikan kesehatan dikeluarkan dari analisa regresi
dengan F hitung 5,066 dengan F tabel 3,17 dan p-value 0,009, dimana 5,066 >
3,17 sedangkan 0,009 < 0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F
tabel, dan p-value < level of significant (sig 0,05) maka variabel independent
pendidikan kesehatan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor petugas
kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.
Faktor petugas kesehatan adalah faktor yang tersisa dan dianalisa
pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Diperoleh F hitung 8,376
dengan F tabel 4,00 sedangkan p-value 0,005. Sehingga 8,376 > 4,00 dan 0,005 <
0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of
significant (sig 0,05) maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor petugas kesehatan yang paling dominan
pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perawatan diri Ibu pascasalin serta faktor apa yang paling dominan.
5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin a. Faktor masa lalu
Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan
diri Ibu pascasalin pada 61 orang responden di Rumah Sakit Umum Pirngadi
Medan diperoleh faktor masa lalu mempunyai pengaruh kuat terhadap perawatan
diri Ibu pascasalin sebanyak 72,1% dan pengaruh sedang 21,3%. Hal ini
didukung oleh pendapat Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor
yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu nifas salah satunya adalah faktor
diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan
dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri
pascasalin (Stevens, 2000).
Berdasarkan pertanyaan kuisioner tentang sudah berapa kali Ibu
melahirkan, diparoleh 50 orang (82,0%) responden yang melahirkan lebih dari
satu kali (multipara). Sesuai dengan pernyataan-pernyataan di atas, Ibu multipara
seharusnya lebih mampu dan berpengalaman melakukan perawatan diri pascasalin
dibandingkan dengan Ibu primipara. Namun hal ini tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh pengalaman Ibu multipara, berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 21,3%
yang menunjukkan pengaruh sedang dan 6,6% yang menunjukkan pengaruh
lemah terhadap faktor masa lalu. Menurut responden tersebut mereka tidak
melakukan perawatan diri pascasalin karena tidak ada biaya, dan tidak ada waktu
karena harus mengurus rumah dan bayi. Ada juga yang mengatakan perawatan
pascasalin tidak penting karena semua akan kembali ke keadaan normal dengan
sendirinya. Berdasarkan hal-hal di atas faktor masa lalu memang mempengaruhi
perawatan diri Ibu pascasalin, tetapi harus didukung oleh faktor-faktor lain seperti
ekonomi, dan pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin.
b. Faktor lingkungan
Bukan hanya pengalaman masa lalu yang mempengaruhi, faktor
lingkungan juga ikut mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin walaupun
pengaruhnya tidak terlalu besar (26,2%). Sarana prasarana yang tersedia di dalam
lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan. Organisasi
berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk
lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi, untuk itu keluaga harus membantu dalam mempertahankan
emosi Ibu pascasalin sehingga hal ini dapat membantu perawatan diri Ibu
pascasalin (Admin, 2008). Cara keluarga dalam penggunaan pelayanan kesehatan
dapat mempengaruhi cara pasien dalam menyelenggarakan kesehatannya.
Responden yang menunjukkan pengaruh lingkungan sedang 40 orang
(65,6%) serta yang menunjukkan pengaruh lingkungan lemah sebanyak 5 orang
(8,2%) mengungkapkan bahwa diantara mereka ada yang tinggal dengan keluarga
besar, mendapat dukungan dari keluarga, bertempat tinggal dekat dengan
pelayanan kesehatan, namun kurang melakukan perawatan diri setelah melahirkan
karena tidak mampu dari segi ekonomi sehingga tidak mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini menegaskan bahwa faktor lingkungan
memang memberi pengaruh terhadap perawatan diri Ibu, namun harus
diperhatikan faktor-faktor pendukung yang lain misalnya faktor ekonomi.
c. Faktor internal
Masih ada faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi perawatan diri
Ibu postpartum yaitu faktor internal (91,8%). Seperti diungkapkan Potter (2005)
keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang
terdiri dari pengetahuan fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan,
serta sosial ekonomi juga akan mempengaruhi cara seseorang mendefenisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan responden
yang sebagian besar SMA (77%). Responden yang berpendidikan SD (9,8%) dan
SMP (11,5%) ada yang melakukan perawatan diri setelah melahirkan namun
melekat pada pribadi Ibu seperti selera dalam memilih perawatan yang sangat
mempengaruhi proses pemulihan kesehatan Ibu.
Prawirohardjo (2002) juga menyatakan kemiskinan, kebodohan,
ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan yang baik juga ikut berperan
terhadap kesehatan Ibu. Pendapat ini sesuai hasil penelitian bahwa 57,4%
responden berpenghasilan > Rp.1000.000 dan seharusnya mampu melakukan
perawatan Ibu pascasalin. Namun diantara responden tersebut masih ada yang
menggungkapkan tidak melakukan perawatan Ibu pascasalin karena tidak sempat
dan menurut responden perawatan pascasalin tidak penting. Hal ini dapat dilihat
dari persentase responden yang menunjukkan pengaruh internal sedang sebanyak
23,0% dan lemah sebanyak 3,3% terhadap perawatan Ibu pascasalin. Paritas juga
merupakan bagian dari faktor internal. Sebagian besar responden merupakan
multipara, hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar 73,8% responden
melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung pernyataan Prawirohardjo
(2002), paritas lebih dari 2 (multipara) lebih mampu melakukan perawatan diri
dibandingkan primipara. Sementara itu Indriani (2008) menyatakan fenomena
pada saat ini terutama dikota besar Ibu pascasalin khususnya primipara sering
merasa bigung dengan peran barunya sebagai Ibu terutama dalam melakukan
perawatan diri maupun perawatan bayi. Hal ini dapat didukung dengan
keberadaan keluarga di samping Ibu.
Selain hal-hal di atas, data demografi juga mendukung faktor internal.
Data demografi diantaranya usia, agama, suku, dan pekerjaan. Berdasarkan
Prawirohardjo (2002) usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
yang beresiko terhadap kematian maternal. Usia juga berpengaruh terhadap cara
pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan.
Usia di atas 20 tahun adalah usia dewasa dan usia kematangan psikologis yaitu
periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru, siap menerima peran baru
sebagai suami atau istri, orangtua, dan pencari nafkah. Hal ini mendukung hasil
penelitian sebanyak 45,9% responden berusia 21-30 dan 49,2% responden berusia
31-43 tahun yang mengungkapkan melakukan perawatan diri pascasalin. Sesuai
dengan perkembangan psikologi bahwa usia di atas 20 tahun merupakan usia
kematangan psikologis sehingga Ibu lebih siap menerima dan menyesuaikan diri
dengan perannya sebagai Ibu. Maka usia sangat mempengaruhi kesiapan seorang
Ibu untuk menerima keadaan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhannya setelah
melahirkan.
Agama merupakan salah satu pendukung dalam faktor internal turut
mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Seperti diungkapkan responden
yang beragama Islam (78,7%) bahwa saat kehamilan, persalinan, sampai setelah
melahirkan selalu berdo’a sehingga lebih tenang dalam menjalankan semua proses
tersebut. Demikian juga dengan responden yang beragama Kristen (21,3%)
mengungkapkan dengan mengikuti kegiatan keagamaan akan memberikan rasa
tenang dalam menjalani proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan.
Diharapkan dengan dukungan agama Ibu lebih mempunyai motivasi untuk
melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung oleh penjelasan bahwa
disiplin agama berpotensi meningkatkan keterampilan koping dan dukungan