• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERAWATAN DIRI IBU PASCASALIN

DI RUMAH SAKIT UMUM PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Zakiah Wildani S

081121053

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009

Tanggal lulus : 5 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep NIP.19750327 200112 2 007 NIP.19710312 200003 2 001

Penguji II

Nur Asiah, S.Kep, Ns

NIP.19780409 200312 2 004

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

Prakata

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

kesempatan bagi saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan”. Sholawat beriring salam saya ucapkan kepada

Nabi Muhammad S.A.W, beserta keluarga dan sahabat.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan. Selama proses pembuatan skripsi ini,

saya banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan dan Ibu

Erniyati, S.Kp, MNS selaku PD I.

2. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing

dalam pembuatan skripsi sakaligus dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku

dosen penguji.

4. Ibu Lasma Sibarani, Amd. Keb selaku Kepala Ruangan V Obgin Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan.

5. Ibu saya Mesrah Harahap dan saudara saya Ihwal Januar S yang selalu

mendo’akan saya dari jauh.

6. Teman saya Lidia, Tika, Eka, kak Fitri serta teman-teman seperjuangan

yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu namun akan selalu

(4)

Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

peneliti sendiri. Semoga Allah SWT meridhoi kerja keras kita semua, Amin.

Medan, Januari 2010

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

1.4.1 Manfaat untuk praktek keperawatan ... 4

1.4.2 Manfaat untuk pendidikan keperawatan ... 4

1.4.3 Manfaat untuk peneliti ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pascasalin ... 5

2.1.1 Pengertian ... 5

2.1.2 Periode pascasalin ... 5

2.1.3 Perubahan fisiologis pada masa pascasalin ... 6

2.1.4 Kebutuhan dalam masa pascasalin ... 9

2.2 Perawatan diri ... 10

2.2.1 Pengertian ... 10

2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin ... 12

2.2.3Cara melakukan perawatan diri pascasalin ... 12

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin .... 19

2.3.1 Faktor masa lalu ... 19

2.3.2 Faktor lingkungan... 20

2.3.3 Faktor internal ... 21

2.3.4 Petugas kesehatan ... 21

2.3.5 Pendidikan kesehatan ... 22

(6)

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan etik ... 28

4.5 Instrumen penelitian ... 29

4.5.1 Kuisioner penelitian... 29

4.5.2 Validitas dan reliabilitas instruyen ... 30

4.6 Pengumpulan data ... 31

4.7 Analisa data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Hasil penelitian ... 33

5.1.1 Karakteristik responden ... 33

5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 34

5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin ... 35

5.2 Pembahasan ... 38

5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu Pascasalin ... 38

5.2.2 Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Rekomendasi... 52

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan ... 51

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan ... 51

6.2.3 Untuk Penelitian Keperawatan ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembaran persetujuan responden 2. Kuesioner penelitian

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan presentase data demografi (n=61)

Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)

Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

(9)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2009

Abstrak

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.

Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.

(10)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri Ibu Pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Zakiah Wildani S

NIM : 081121053

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2009

Abstrak

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Penelitian ini dilakukan pada 13 November-15 Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap 61 orang responden.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta menggunakan metode korelasi analisa regresi linear ganda dengan sistem backward untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Hasil penelitian diperoleh 46 responden (75,4%) menunjukkan faktor petugas kesehatan berpengaruh kuat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor yang paling dominan adalah faktor petugas kesehatan dengan nilai F hitung > F tabel (8,376 > 4,00) dan nilai p-value < sig (0,005 < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat hendaknya mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kebutuhan pasien.

Kata kunci : Ibu pascasalin, faktor perawatan diri Ibu pascasalin.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pascasalin (masa nifas) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008).

Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah

selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lamanya kira-kira 6-8 minggu. Seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan pascasalin (masa nifas)

sebenarnya dimulai sejak kala uri dengan menghindari

kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir

atau luka bekas episiotomi dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan

sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya

satu jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

perdarahan pascasalin (Hanafiah, 2004).

Selain oleh perawat, perawatan pascasalin juga dapat dilakukan oleh ibu.

Menurut Huliana (2003), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu

pascasalin antara lain; keadaan umum harus baik (suhu, pernafasan, tekanan

darah, denyut nadi dalam keadaan normal); mobilisasi dilakukan 2 jam setelah

persalinan normal dan 24 jam pertama pada seksio sesar ;makanan atau diet ibu

postpartum harus mengandung cukup kalori, protein, cairan serta buah-buahan;

(12)

24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan; sedangkan buang air besar

harus ada dalam 3-4 hari pascasalin; pada keadaan normal demam terjadi 12 jam

pertama pascasalin dan suhu tidak melebihi 38oC yang akan kembali normal

setelah 12 jam; mules-mules akan terjadi 2-3 hari sesudah melahirkan; serta

usahakan menyusui sedini mungkin sesuai kemampuan ibu (Huliana, 2003).

Hal-hal di atas sangat mempengaruhi proses penyembuhan ibu, terutama

pada alat-alat reproduksi ibu baik interna maupun eksterna yang akan

berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusio. Untuk

membantu proses involusi, perawatan pascasalin dilakukan pada alat-alat

reproduksi yang meliputi vulva, perineum, uterus, abdomen, payudara, dan

perawatan tromboflebitis pada kaki, perawatan hemoroid, perawatan kulit, serta

perlu diperhatikan bila terjadi postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan)

(Harnawatiaj, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku rawatan Ruang V Obgin

Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, jumlah pasien selama tahun 2008 sebanyak

794 orang di antaranya 456 kasus persalinan normal dan 338 kasus persalinan

dengan seksio sesar. Hasil wawancara dengan perawat di Ruang V Obgin Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan jumlah pasien pada bulan januari 2009 adalah 62

orang di antara pasien tersebut yang mampu melakukan perawatan diri pascasalin

mandiri sekitar 20% yang sebagian besar adalah multipara. Sedangkan 80%

pasien tidak mampu melakukan perawatan pascasalin mandiri karena kurangnya

pengetahuan tentang perawatan pascasalin. Perawatan diri Ibu pascasalin

dilakukan oleh perawat. Dari penjelasan tersebut diperoleh bahwa masih ada Ibu

(13)

Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan

kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu komplikasi pascasalin

yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia (Wiludjeng, 2005).

Penelitian sebelumnya memaparkan tentang masyarakat suku Karo di kota yang

masih mempercayai perawatan tradisional sebagai media untuk menjaga

kesehatan ibu nifas (Sari, 2004). Dalam hal ini peneliti sebelumnya hanya

menekankan pada faktor budaya. Namun belum ada literatur yang menjelaskan

faktor yang paling dominan mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa tertarik dan menganggap

penting untuk melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu

pascasalin dalam melakukan perawatan diri.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin di RSU

Pirngadi Medan serta faktor apa yang paling dominan ?

1.3 Tujuan Penelitian

- Mengidentifikasi faktor keadaan masa lalu Ibu pascasalin.

- Mengidentifikasi faktor lingkungan Ibu pascasalin.

- Mengidentifikasi faktor internal Ibu pascasalin.

- Mengidentifikasi faktor petugas kesehatan.

- Mengidentifikasi faktor pendidikan kesehatan.

- Mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Praktik Keperawatan

Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada Ibu pascasalin,

dan membantu meningkatkan derajat praktik keperawatan untuk memotivasi Ibu

pascasalin agar melakukan perawatan diri.

1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan Keperawatan

Mengembangkan pendidikan keperawatan khususnya pada Ibu pascasalin,

dan membantu memberikan informasi tentang apa saja yang termasuk perawatan

diri pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4.3 Manfaat untuk Peneliti

Sebagai sarana untuk pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang

diperoleh di fakultas, serta mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascasalin

2.1.1 Pengertian

Pascasalin atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pascasalin

berakhir selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008 ).

Menurut WHO pascasalin atau puerperium adalah masa setelah 1 jam

plasenta lahir sampai berakhirnya minggu keenam atau berlangsung selama 42

hari (Manuaba, 2001).

2.1.2 Periode Pascasalin

Pascasalin (puerperium) di bagi dalam 3 periode yaitu puerperium dini,

saat ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih

dan boleh berjalan setelah 40 hari. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan

menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu. Puerperium remote,

yaitu waktu yang diperlukan untuk kepulihan dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Harnawatiaj, 2008).

Masa setelah melahirkan ini mendapatkan istilah khusus karena seorang

ibu memerlukan perawatan, bantuan, dan pengawasan demi pulihnya kesehatan

seperti sebelum melahirkan. Dalam perumusan pascasalin, dikatakan bahwa

waktu pascasalin itu tertentu, jadi bukan berarti bahwa setelah ibu melahirkan

akan selalu disebut dalam masa pascasalin dengan tidak terbatas, atau terbatas

sampai kelahiran anak yang berikutnya. Maksud dari waktu tertentu adalah waktu

(16)

mengalami perubahan. Waktu ini umumnya dibatasi antara 6 sampai 12 minggu

apabila dalam keadaan normal, dan waktu ini di anggap cukup untuk

mengembalikan keadaan organ seperti pada saat ketika belum hamil. Tentu saja

bila tidak terjadi komplikasi.

Tetapi ada pula yang menentukan bahwa masa nifas itu hanya selama 7-10

hari saja, yaitu sampai ibu selesai di rawat di rumah sakit dan dianggap cukup

sehat dan kuat untuk pulang ke rumah. Batas waktu ini mungkin dapat diterima

bila pulihnya keadaan tersebut hanya bagi kesehatan umum saja, yang dalam

kenyataannya waktu 10 hari sesudah melahirkan (bila keadaan normal) ibu sudah

tampak sehat. Jadi, di sini tidak memperhitungkan kembalinya uterus dan

organ-organ lain ke keadaan normal. Karena uterus dan organ-organ-organ-organ reproduksi yang

lain tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu 10 hari (Ibrahim, 1996).

2.1.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Pascasalin

Perubahan fisiologis pada masa pascasalin terjadi pada sistem reproduksi,

servik, perineum, vulva dan vagina, payudara, sistem perkemihan, sistem

gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal,

dan sistem integumen (Harnawatiaj, 2008).

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil. Pada saat bayi lahir fundus uteri setinggi pusat

dengan berat uterus 1000 gram, pada akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri

teraba 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. Ketika satu minggu

pascasalin tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis pubis dengan

(17)

simpisis pubis dengan berat uterus 350 gram, dan enam minggu pascasalin

bertambah kecil dengan berat 50 gram. Servik mengalami involusi bersama-sama

uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua jari tangan,

setelah 6 minggu persalinan servik menutup (Harnawatiaj, 2008).

Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina.

Dalam masa postpartum, ada macam-macam lokhea yaitu; lokhea rubra (kruenta)

berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, dan mekonium selama dua hari pascasalin; lokhea sangunolenta berwarna

kuning, berisi darah dan lendir, pada hari ketiga sampai ketujuh postpartum;

lokhea serosa yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh

sampai keempat belas pascasalin; lokhea alba berupa cairan putih setelah dua

minggu; lokhea purulenta cairan seperti nanah berbau busuk dan terjadi bila ada

infeksi; serta lokheastasis yaitu lokhea yang tidak lancar keluar (Harnawatiaj,

2008).

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama setelah

proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi

lebih menonjol. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

(18)

Perubahan pada payudara dapat meliputi penurunan kadar progesteron

secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. Kolostrum

sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga

setelah persalinan dan payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi (Harnawatiaj, 2008).

Pada sistem perkemihan buang air kecil sering sulit selama 24 jam

pertama, kemungkinan terdapat spasme sphincter dan edema leher buli-buli

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis

selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu

12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.

Keadaan ini merupakan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal

dalam tempo enam minggu. Pada sistem gastrointersinal kerap kali diperlukan

waktu 3-4 hari sampai faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron

menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering

kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum

dapat menghalangi buang air besar (Harnawatiaj, 2008).

Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,

volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan

hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 meskipun kadar estrogen mengalami

penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap

lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan

(19)

dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Pada sistem

endokrin kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam pascasalin.

Progesteron turun pada hari ketiga pascasalin sedangkan kadar prolaktin dalam

darah berangsur-angsur hilang (Harnawatiaj, 2008).

Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi. Penurunan melanin umumnya terjadi pada sistem

integumen setelah persalinan, menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit

dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan

akan menghilang pada saat estrogen menurun (Harnawatiaj, 2008).

2.1.4 Kebutuhan Dalam Masa pascasalin

Kebutuhan dalam masa pascasalin meliputi kebutuhan fisik, psikologis,

sosial. Dalam beberapa aspek kebutuhan-kebutuhan tersebut saling berkaitan.

Kebutuhan fisik maksudnya adalah keadaan ibu selama hamil umumnya menurun

walaupun tidak sakit. Waktu persalinan, keadaan umum ini lebih menurun lagi

karena kelelahan, kesakitan, perdarahan, dan adanya luka bekas plasenta melekat

dan luka pada vagina atau perineum. Pada periode pascasalin inilah waktunya

berusaha memulihkan keadaan umum kembali seperti sebelum hamil. Untuk itu,

menurut kebutuhan-kebutuhan fisik diperlukan istirahat cukup, makan bergizi,

udara segar, lingkungan bersih (bebas dari ancaman kuman-kuman penyakit).

Dalam pemenuhan kebutuhan ini, diperlukan pengawasan dan perawatan yang

(20)

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap-tiap individu,

bahwa manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh dikenal, butuh dihargai,

butuh diperhatikan, butuh hubungan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat

setelah melahirkan keadaan psikis ibu mengalami distress karena adanya

kelelahan dan kekecewaan, keadaan ini disebut postpartum syndrom (depresi

setelah melahirkan). Dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ini perawat dan

semua petugas kesehatan yang berhubungan, serta keluarga harus bersikap dan

bertindak bijaksana. Harus dapat menunjukkan rasa simpatik, mengakui,

menghargai, menghormati ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan

memberikan ucapan selamat misalnya, akan dapat memberikan perasaan senang.

Dengan adanya a good human relationship diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan (Ibrahim, 1980).

2.2 Perawatan Diri 2.2.1 Pengertian

Merawat adalah suatu aktivitas atau kegiatan dengan ruang lingkup yang

luas, yang dapat menyangkut diri kita sendiri, orang lain atau sesuatu yang lain

dapat juga menyangkut lingkungan kita. Jika kita merawat sesuatu, kita

menginginkan agar hasil yang dicapai akan memuaskan, jadi kita akan selalu

berusaha untuk mencapai suatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil

yang akan diperoleh. Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar

manusia (biologis, psikologis, sosial, dan spiritual) dalam rentang sakit sampai

(21)

Perawatan diri mempunyai arti yang lebih luas dari apa yang sering

diartikan dengan cara merawat diri menurut AKS (aktivitas kehidupan

sehari-hari). Dalam pengertian merawat diri individu, terdapat beberapa hal yang

mendasar yaitu pertama menyangkut sejumlah nilai, norma dan pendapat

sehubungan dengan perbuatan seseorang sesuai dengan tindakannya. Kedua

menyangkut juga pengertian, pandangan pribadi, dan beberapa aspek tertentu.

Seseorang menginginkan suatu perawatan tertentu berdasarkan

pandangan-pandangan pribadinya. Jika seseorang tidak lagi berminat mengambil keputusan

semacam ini, maka ia akan mengalami gangguan merawat diri. Jadi dapat

dikatakan bahwa kegiatan perawatan diri merupakan sikap dan kegiatan yang

dilakukan pada saat perawatan diri itu berlangsung (Stevens dkk, 2000).

Perawatan pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai

bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya

kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanafiah, 2004).

2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin

Setelah lahirnya plasenta, organ-organ reproduksi akan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan ibu

harus melakukan perawatan diri pascasalin. Ada beberapa jenis perawatan diri

yang dapat dilakukan oleh ibu pascasalin diantaranya: perawatan vulva dan

perineum, perawatan uterus dan abdomen, perawatan payudara, perawatan kaki,

(22)

2.2.3 Cara Melakukan Perawatan Diri Post Partum a. Perawatan Vulva dan Perineum

Vulva adalah bentuk lonjong dibatasi oleh klitoris pada bagian depan,

kanan kiri oleh labia minora, dibelakang oleh perineum, terdapat orificium

eksternal (Mochtar,1991). Perawatan vulva dapat dimulai dengan menyiram

genitalia eksterna dan anus dengan air yang bersih kemudian cuci dengan sabun

sampai kotoran-kotoran yang keluar dari vagina bersih. Kemudian bilas dengan

air bersih. Lakukan perawatan vulva ketika mandi dan setiap kali ibu merasa tidak

nyaman (Pritchard,1991).

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva

dan anus. Yang perlu diperhatikan dalam perawatan perineum adalah bentuk luka

perineum. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu Ruptur

dan Episiotomi (Danis, 2000 dalam Harnawatiaj, 2008).

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala dan bahu janin pada saat

proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang

robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002). Episiotomi adalah sebuah

irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan

tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja

pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini

dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin,

harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi local, kecuali bila pasien

(23)

Menurut Hamilton (1995) lingkup perawatan perineum adalah mencegah

kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena

trauma. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Prosedur yang diajurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan perineum yaitu

mencuci tangan, membuang pembalut yang penuh dengan gerakan kebawah

mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik,

berkemih dan BAB ke toilet, siramkan air ke seluruh perineum, keringkan

perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang kemudian setelah

semua selesai cuci kembali tangan (Hamilton, 1995).

Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan

kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk

meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih

dahulu untuk membuang sekresi. Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan

diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum.

Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20

menit (Hamilton, 1995).

b. Perawatan Uterus dan Abdomen

Uterus (rahim) adalah struktur otot yang cukup kuat, dibagian luar ditutupi

peritoneum dan rongga dalam dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak

hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil antara kandung kemih dan

dubur. Rahim bentuknya seperti bola lampu pijar atau buah pear dan berongga

terdiri atas 3 bagian besar yaitu badan rahim berbentuk segitiga, leher rahim

(24)

Besarnya rahim berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan

anak atau belum, ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara

ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm sedangkan pada multipara 9-9,5 cm x

5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50gr pada nulipara dan 60-70gr pada multipara.

(Mochtar, 1991). Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus

kira-kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus.

Setelah itu tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu

pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan dengan tulang pubis (Hamilton, 1995).

Dengan kontraksi yang baik, uterus bisa diharapkan kembali mengkerut ke

ukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Karena kontraksi pada dasarnya tidak

hanya dibutuhkan untuk mengeluarkan janin saat persalinan. Tapi juga

mengembalikan rahim ke bentuk dan ukuran semula, baik pada persalinan normal

maupun persalinan dengan tindakan seperti vakum, forcep ataupun sesar

(Pritchard,1991). Untuk memaksimalkan involusi uteri dan memulihkan tonus

abdomen dapat dibantu dengan penggunaan korset dan melakukan senam nifas.

Latihan ini dapat dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan

akan meningkat secara berlahan-lahan. Program senam nifas dimulai dari tahap

yang paling sederhana hingga yang sulit. Adapun gerakan-gerakannya sebagai

berikut:

Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian

napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang.

Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan

ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.

(25)

pantat kemudian diturunkan kembali. Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk,

kepala diangkat sambil mengangkat pantat. Hari kelima, tidur terlentang, kaki

lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut

kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus,

kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan

kaki kanan. Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil

diputar ke arah luar secara bergantian. Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus,

kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit

up) (Schemieg, 2009).

c. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah melakukan perawatan payudara pada ibu

pascasalin atau sesudah melahirkan untuk memperlancar proses laktasi. Perawatan

dengan menggunakan baby oil dan massage di sekitar payudara selama hamil juga

dapat membantu puting yang datar. Sebaiknya dilakukan sebalum atau sewaktu

mandi.

Prosedur parawatan payudara pada Ibu yang menyusui ada lima langkah

masing-masing dilakukan 25-30 kali yaitu; pertama, tempatkan kedua belah

telapak tangan di tengah dada ibu kemudian lakukan gerakan memutar

mengelilingi payudara kearah luar, saat tangan berada di bawah payudara, angkat

atau sanggah payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan kearah depan.

Kedua, tangan kanan membentuk kepalan, tempatkan di pangkal payudara.

Tangan kiri menyanggah payudara, dengan buku-buku jari lakukan pengurutan

dari pangkal payudara ke ujung ke arah puting susu. Lakukan merata ke seluruh

(26)

menyanggah payudara, lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung ke arah putting

susu. Keempat, tempatkan masing-masing ibu jari di atas payudara dan jari-jari

lain menopang atau menyanggah payudara, tekan jari-jari ke ujung payudara atau

ke arah puting susu. Kelima, lakukan gerakan memelintir puting susu sampai

puting susu elastis dan kenyal. Kompres payudara menggunakan handuk yang

telah dibasahi dengan air hangat selama 5 menit, ulangi pengompresan

menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin lakukan bergantian dan

akhiri pengompresan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air dingin.

Lakukan 3 kali pada setiap payudara, keluarkan ASI kemudian keringkan

(Kompos, 2008).

Selain itu parawatan payudara juga dilakukan pada Ibu yang tidak

menyusui, misalnya pada ibu yang bayinya meninggal setelah dilahirkan. Pada

Ibu yang tidak menyusui, pemberian obat-obat penghambat laktasi untuk

mengurangi pembengkakan payudara yang terjadi dalam derajat tertentu.

Penggunaan kutang yang dapat menyanggah payudara dengan baik sangat

dianjurkan. Dapat juga dilakukan kompres es tetapi secara periodik harus

dihentikan untuk memungkinkan terjadinya disfungsi refleks saraf dan aliran

darah di antara kulit. Obat-obatan analgetik dapat digunakan untuk mengurangi

rasa tidak nyaman (Hamilton, 1995).

d. Perawatan Kaki

Beratnya bobot tubuh yang bertumpu pada kaki selama kehamilan dapat

menyababkan terjadinya tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan peradangan

(27)

kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hyperkoagulabilitas, tanpa disertai

peradangan, maka proses ini awal dari tromboflebitis (Smeltzet, 2003).

Perawatan tromboflebitis dapat dilakukan dengan tirah baring 5-7 hari

setelah terjadinya trombosis vena dalam waktu ini kurang lebih sama dengan

waktu yang diperlukan trombus melekat pada dinding vena, sehingga menghindari

terjadinya emboli. Ketika mulai berjalan harus menggunakan stoking elastis.

Berjalan-jalan akan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan di

tempat tidur seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki juga dianjurkan.

Kompres hangat dan lembab pada ekstrimitas yang terkena dapat mengurangi

ketidak nyamanan sehubungan dengan trombisis vena dalam (Smeltzet, 2003).

e. Perawatan Hemoroid

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi pada bagian kanal anal.

Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 tahunan, 50% individu mengalami

berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan dapat

mengawali atau memperberat hemoroid (Smeltzet, 2003).

Beberapa Ibu mengalami nyeri hemoroid setelah melahirkan. Tindakan

yang dapat membantu menurunkan nyeri tersebut termasuk mandi berendam.

Salep analgetik, supositoria rektal, dan pembalut hazel. Hemoroid dapat

dimasukkan ke dalam rektum dengan menggunakan jari tangan yang bersarung.

Mempertahankan posisi berbaring miring atau terlentang dan menghindari duduk

lama juga sangat membantu. Hemoroid biasanya akan menghilang dalam

beberapa minggu bila Ibu tidak mengalaminya sebelum kehamilan (Hamilton,

(28)

f. Perawatan Kulit

Naik turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron saat hamil dan

sesudah bersalin sangat mempengaruhi kulit. Beberapa kulit bereaksi dengan

berjarawat dan ada juga yang lebih mulus dari biasanya. Jika anda berjarawat,

sebisanya tidak menggunakan obat karena unsur kimianya bisa membahayakan si

kecil yang masih menyusu. Lakukan saja perawatan kulit wajah rutin, seperti

membersihkan, menyegarkan, dan melembabkan kulit (Danuatmaja, 2003).

Jika ketika hamil mengalami topeng kehamilan (cloasma gravidarum),

atau perubahan kulit yang menjadi lebih gelap di sekitar mata, tulang hidung,

dahi, dan bibir atas. Setelah melahirkan perubahan ini akan memudar dalam enam

bulan. Beberapa obat-obatan memang dapat mempercepat, tetapi lupakan

pemakaiannya jika sedang menyusui si kecil. Sambil menunggu kulit mulus

kembali hindari paparan sinar matahari secara langsung karena akan memperparah

melasma. Jika ingin keluar rumah gunakan krim tabir surya. Coba periksa leher,

ketiak, dan bagian bawah payudara, apakah mengalami kulit tags atau serpihan

daging tumbuh, jika ya tidak perlu khawatir karena ini bukan masalah medis yang

perlu dikhawatirkan (Danuatmaja, 2003).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri masa pascasalin.

Aktifitas merawat diri masa pascasalin merupakan hal yang sangat

penting. Selain mencegah infeksi nifas, perawatan pascasalin juga bertujuan

mempercepat proses pengembalian keadaan ibu seperti keadaan sebelum hamil,

serta meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi. Ibu harus mengetahui bentuk

(29)

sehat. Menurut berbagai sumber aktifitas merawat diri yang dijalankan seseorang

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Ada lima faktor yang mempengaruhi

dalam melakukan perawatan pascasalin.

2.3.1 Faktor masa lalu.

Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat

diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan

dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri

pascasalin (Stevens, 2000). Contohnya jika Ibu mengetahui atau pernah

melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku

perawatan diri Ibu pascasalin. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan

payudara. Sedangkan Ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara

akan sulit melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini masa lalu memberikan

pengaruh pada perilaku Ibu untuk melakukan perawatan diri pascasalin.

Menurut Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor yang

berpengaruh dalam perawatan diri Ibu pascasalin adalah faktor pengalaman

pascasalin meliputi sifat persalinan/kelahiran, tujuan kelahiran, persiapan

persalinan/kelahiran, peran menjadi orang tua yang mendadak.

2.3.2 Faktor lingkungan ibu pascasalin.

Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu

fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuaian diri dengan

lingkungan. Situasi ini dapat mempengaruhi Ibu dalam melakukan perawatan diri

(30)

Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan

mempromosikan perilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas

kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli, dan pekerja sosial harus ada sebagai

usaha dalam membantu pasien mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk

mencapai atau menjaga kesehatan dan kesejahteraannya agar tetap optimal.

Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik

untuk menyebarkan informasi (Gomez & Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002).

Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat

bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan

keluarga. Seperti halnya Ibu pascasalin, maka anggota keluarga yang lain akan

berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula.

Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya

membesarkan anak, nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi (Bobak, 2004).

2.3.3. Faktor internal ibu pascasalin.

Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri

(Marhijanto, 1999). Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal

ini juga dapat dipengaruhi oleh; usia, pendidikan, karakter, keadaan kesehatan,

tempat lahir, budi pekerti, kebudayaan, dll. Ada juga faktor tertentu yang melekat

pada pribadi yang tertentu seperti: selera dalam memilih, gaya hidup, dll. Pada Ibu

usia muda perawatan pascasalin yang dilakukan akan berbeda dengan Ibu yang

memiliki usia lebih dewasa. Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi

pendidikan Ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik

(31)

2.3.4 Petugas kesehatan

Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam

mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pascasalin. Perawat merupakan orang

yang dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta

memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu perawat juga

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi

pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu,

kelompok, atau keluarga. Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien. Di rumah sakit perawat

adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus

mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

misalnya mengajarkan pada ibu postpartum bagaimana cara melakukan perawatan

diri. Awalnya perawat dapat membantu Ibu dalam melakukan perawatan diri

pascasalin, kemudian anjurkan Ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan

bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya Ibu akan mampu melakukan perawatan

diri pascasalin secara mandiri (Hidayat, 2004).

2.3.5 Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses

pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan

(32)

kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin (Dermawan,

2008). Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan Ibu tentang

perawatan diri pascasalin, yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku perawatan

diri Ibu.

Untuk mempermudah pemahaman Ibu, dalam melakukan pendidikan

kesehatan perawat dapat menggunakan metode demonstrasi. Jika memungkinkan

minta pasien untuk menjadi praktikan, jika tidak memungkinkan dapat

(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor

yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin dan faktor apa yang

paling dominan. Pascasalin merupakan masa yang dialami oleh seorang wanita

setelah melahirkan. Pada masa pascasalin akan terjadi perubahan baik fisik

maupun psikologis pada Ibu. Perubahan tersebut membutuhkan waktu untuk

kembali pulih seperti keadaan semula. Hal ini berhubungan dengan kemampuan

Ibu merawat diri pada masa pascasalin. Kemampuan tersebut dipengarui oleh

faktor-faktor tertentu.

Skema 1. Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

3.2 Defenisi Konseptual

Variabel pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

perawatan diri Ibu pascasalin yaitu : Faktor-faktor yang mempe- ngaruhi perawatan diri Ibu pascasalin:

- Faktor masa lalu Ibu - Faktor lingkungan Ibu - Faktor internal Ibu - Petugas kesehatan - Pendidikan kesehatan

Pengaruh kuat

Pengaruh sedang

(34)

3.2.1 Masa lalu

Waktu yang sudah berlalu yang pernah dialami. Kejadian masa lalu

merupakan pengalaman-pengalaman yang tejadi di masa lalu, keberhasilan

maupun kesalahan yang pernah dilakukan akan mengajarkan kita cara merawat

diri (Stevens, 2000)

3.2.2 Lingkungan

Kawasan wilayah dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Segala

sesuatu yang ada di sekitar kita (Marhijanto, 1999).

3.2.3 Internal

Adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri (Marhijanto,

1999).

3.2.4 Petugas kesehatan

Adalah orang-orang yang bertugas di bidang kesehatan sesuai dengan

pendidikan formal, wewenang dan tanggung jawabnya (Jumadi, 1999).

3.2.5 Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Dermawan, 2008).

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri

(35)

Variabel Defenisi Alat ukur Skala Skoring yang bertugas di Ruang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

(36)

penyuluhan tentang

perawatan diri pascasalin yang

diberikan oleh petugas

kesehatan.

pertanyaan 6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

3.4 Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara faktor-faktor

yang mempengaruhi perawatan Ibu pascasalin dengan perawatan diri Ibu

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dan

korelasi yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi

perawatan diri Ibu pascasalin serta mengidentifikasi faktor yang paling dominan

dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin.

4.2 Populasi dan Sampel. 4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah Ibu pascasalin yang dirawat di Ruang

V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Populasi diambil berdasarkan

jumlah pasien Oktober, November, dan Desember 2008 yang diperoleh dari buku

rawatan Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan yaitu sebanyak 158

orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2002), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti. Pada penelitian ini penentuan jumlah sample dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang

bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya

(38)

Setiawan (2005) desain deskriptif jumlah sampel minimal 10% dari populasi

dengan menggunakan rumus :

2

e = Persentase kelonggaran (2%, 5%, 10%)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ibu pascasalin yang melahirkan sesar dan pervaginam tanpa komplikasi.

2. Dapat berorientasi dengan lingkungan.

3. Bersedia menjadi responden penelitian.

4. Di rawat di Ruang Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum

Pirngadi Medan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2009. Alasan

peneliti memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena merupakan

rumah sakit pendidikan, dan banyak Ibu postpartum selama peneliti melakukan

observasi di Rumah Sakit tersebut.

4.4Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi

(39)

responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed

consent), tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak

untuk menolak untuk diteliti dan mengundurkan diri selama pengumpulan data

berlangsung maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk

menjaga kerahasiaan catatan mengenai data responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) tetapi

hanya menulis nomor kode yang digunakan. Kerahasian semua informasi yang

diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk

penelitian.

4.5Instumen Penelitian 4.5.1 Kuisioner Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

yang sebagian disusun sendiri oleh peneliti yang berpedoman pada tujuan

penelitian dan tinjauan pustaka, sebagian lagi diadopsi dari kuisioner Sitepu

(2006). Instrument ini terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner data demografi dan

kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa pascasalin.

Kuisioner data demografi responden meliputi usia, agama, suku, dan

pekerjaan. Kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu masa

pascasalin berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan untuk faktor masa

lalu, 4 pertanyaan untuk faktor lingkungan, 4 pertanyaan untuk faktor internal, 4

pertanyaan untuk faktor pendidikan kesehatan, dan 4 pertanyaan untuk faktor

(40)

Penilaian menggunakan skala likert dengan empat pilihan alternatif

jawaban. Masing-masing jawaban diberi kode a, b, c, dan d dengan skor jawaban

a=1, b=2, c=3, dan d=4. Nilai tertinggi pada setiap faktor 16 dan terendah 1.

Berdasarkan rumus Sudjana (1992) maka :

kelas banyak

g ren

p= tan

Panjang kelas p dengan rentang 16 dan banyak kelas 3 (pengaruh kuat,

sedang, lemah) didapatkan panjang kelas sebesar 5. Batas kelas bawah interval

adalah 1, maka faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin dapat

dikategorikan menjadi :

1-5 = pengaruh lemah

6-10 = pengaruh sedang

11-16 = pengaruh kuat

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dapat diuraikan sebagai tingkatan ukuran penelitian yang

sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan

nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari

penelitian yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh

ahli dalam penelitian ini.

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur secara konsisten sasaran yang

akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang

sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek (Ritonga, 1997).

(41)

menggunakan formula Cronbach Alpha dalam SPSS versi 12.0. Reliabilitas

dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005).

Kuisioner ini telah direliabilitas dengan nilai cronbach alpha untuk faktor masa

lalu 0,82, faktor lingkungan 0,8, faktor internal 0,86, faktor petugas kesehatan

0,78, dan faktor pendidikan kesehatan 0,88 sehingga kuisioner ini layak

digunakan.

4.6Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal

peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat

izin dari instansi pendidikan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian ke Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Setelah mendapat

izin penelitian, kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden

dan bila responden setuju untuk menjadi responden penelitian, maka peneliti

mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk

ditandatangani. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner secara

teliti dan cermat, dan peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya bila ada

yang tidak dimengerti. Waktu yang diberikan pada responden untuk mengisi

kuisioner adalah 30 menit. Beberapa responden meminta bantuan peneliti untuk

mengisikan lembar kuisionernya sesuai denga jawaban yang diberikan responden.

Hal ini dilakukan karena responden merasa kurang nyaman menulis dengan infus

(42)

peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada kuisioner yang tidak lengkap

maka diselesaikan pada saat itu juga.

4.7Analisa data

Setelah data terkumpul maka analisa data dapat dilakukan melalui empat

tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali semua kuisioner

tersebut satu persatu, untuk memastikan bahwa setiap kuisioner telah diisi sesuai

petunjuk. Dilanjutkan dengan pemberian kode atau angka tertentu untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian data diproses

memakai program komputerisasi SPSS versi 12.0, dan terakhir data dicleaning

yaitu untuk mengecek kembali data yang telah dientry apakah ada kesalahan atau

tidak.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

deskriptif untuk melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan

diri Ibu pascasalin di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dan disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Metode statistik yang digunakan untuk menentukan faktor yang paling

dominan mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin adalah metode analisis

korelasi regresi linear ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas

lebih dari dua variabel. Menggunakan komputer dengan program SPSS versi 12.0.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Backward. Awalnya faktor masa

lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor petugas kesehatan, dan faktor

pendidikan kesehatan diteliti dan dianalisa pengaruhnya terhadap perawatan diri

(43)

analisa data, demikian seterusnya hingga didapat faktor yang paling besar

pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin (Hastono, 2001).

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan

berdasarkan pengumpulan data primer yang dilakukan pada 13 November-15

Desember 2009 di Ruang V Obgin Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan terhadap

61 orang responden. Penyajian data meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi

perawatan Ibu pascasalin, serta faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

perawatan diri Ibu pascasalin.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Karakteristik responden

Hasil data demografi pada Ibu pascasalin di Ruang V Obgin Rumah Sakit

Umum Pirngadi Medan. Berdasarkan 61 responden diperoleh 3 rentang usia, 2

pembagian agama, 4 penggolongan suku dan 1 jenis pekerjaan.

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan persentase data demografi (n=61)

Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Usia :

17-20 tahun 3 4,9

21-30 tahun 28 45,9

30-43 tahun 30 49,2

Agama :

Islam 48 78,7

Kristen 13 21,3

(44)

Batak 25 41,0

Jawa 22 36,1

Melayu 5 8,2

Lainnya 9 14,8

Tabel 1 Lanjutan

Data demografi Frekwensi (n) Persentase(%) Pekerjaan :

Ibu rumah tangga 61 100

Keterangan: dari tabel distribusi frekwensi dan persentase diperoleh hasil

yang paling dominan sebanyak 30 responden (49,2%) berusia 30-43 tahun, 48

responden (78,7%) beragama Islam, 25 responden (41,0%) suku Batak, dan 61

responden (100%) bekerja sebagai Ibu rumah tangga.

5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin

Pada penelitian ini 5 faktor yang diteliti dalam mempengaruhi perawatan

diri Ibu pascasalin yaitu faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor internal, faktor

petugas kesehatan, dan faktor pandidikan kesehatan. Hasil penelitian diperoleh

bahwa faktor petugas kesehatan memberikan pengaruh yang kuat terhadap

perawatan diri Ibu pascasalin dengan frekwensi 46 orang (75,4%) yang dapat

dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)

(45)

Sedang 14 23,0

Lemah 2 3,3

Tabel 2 Lanjutan

Faktor yang mempengaruhi Frekwensi (n) Persentase (%)

Faktor petugas kesehatan :

Kuat 46 75,4

Sedang 15 24,6

Faktor pendidikan kesehatan :

Kuat 2 3,3

Sedang 39 63,9

Lemah 20 32,8

Keterangan: dari hasil distribusi frekwensi dan persentase diperoleh jawaban

yang paling dominan yaitu 44 responden (72,1%) yang menunjukkan pengaruh

yang kuat pada faktor masa lalu, 40 responden (65,6%) menunjukkan pengaruh

sedang pada faktor lingkungan, 45 responden (73,8%) menunjukkan pengaruh

kuat pada faktor internal, 46 responden (75,4%) menunjukkan pengaruh kuat pada

faktor petugas kesehatan, 39 responden (63,9%) menunjukkan pengaruh sedang

pada faktor pendidikan kesehatan.

5.1.3 Identifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu pascasalin.

Dari hasil analisa regresi linear ganda menggunakan metode backward

pada faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin diperoleh

nilai F-test pada tabel ANOVA. Berdasarkan Nugroho (2005), hasil F-test ini

menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

(46)

ditentukan (0,05) atau F hitung > F tabel. Menurut Sulaiman (2004), metode

backward digunakan untuk mengeluarkan satu per satu variabel independent yang

paling kecil pengaruhnya dari persamaan regresi sehingga diperoleh faktor yang

paling besar pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin seperti pada

tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61).

Variabel yang dikeluarkan F hitung >F tabel p-value < sig Faktor internal 2,168 < 2,38 0,071 > 0,05 Faktor masa lalu 2,745 > 2,51 0,037 < 0,05 Faktor lingkungan 3,680 > 2,78 0,017 < 0,05 Faktor pendidikan kesehatan 5,066 > 3,17 0,009 < 0,05 Faktor petugas kesehatan 8,376 > 4,00 0,005 < 0,05

Keterangan: tabel hasil analisa faktor yang paling dominan dalam

mempengaruhi perawaan diri Ibu pascasalin menunjukkan faktor yang tersisa

pada tahap akhir analisa adalah faktor petugas kesehatan dengan F hitung > F

tabel dan p-value < sig.

Pada tahap awal proses regresi faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor

internal, faktor petugas kesehatan, serta faktor pendidikan kesehatan diteliti secara

bersama-sama pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Faktor

internal dikeluarkan dari analisa regresi dengan nilai F hitung 2,168 sedang F

tabel 2,38, serta nilai p-value 0,071 sedangkan level of significantnya 0,05, yang

berarti 2,168 < 2,38, dan 0,071 > 0,05, sehingga diperoleh bahwa faktor internal

adalah faktor yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor masa lalu, faktor

lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan. Menurut

Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of significant (sig

(47)

Pada tahap selanjutnya faktor masa lalu, faktor lingkungan, faktor petugas

kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan yang dianalisa pengaruhnya terhadap

perawatan Ibu pascasalin. Faktor masa lalu dikeluarkan dari analisa regresi

dengan nilai F hitung 2,745 sedangkan F tabel 2,51, dan p-value 0,037, sehingga

artinya 2,745 > 2,51 dan 0,037 < 0,05. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor

masa lalu lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor lingkungan, faktor petugas

kesehatan, dan faktor pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Seperti dikemukakan oleh Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value <

level of significant (sig 0,05) maka variabel independent mempengaruhi variabel

dependent.

Selanjutnya faktor lingkungan, faktor petugas kesehatan, dan faktor

pendidikan kesehatan yang dianalisa terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Faktor lingkungan dikeluarkan dari analisa regresi dengan F hitung 3,680, F tabel

2,78 dan p-value 0,017. F hitung > F tabel dan p-value < level of significant maka

variabel independen mempengaruhi variabel dependent (Nugroho, 2005). Hasil ini

menunjukkan bahwa faktor lingkungan kecil pengaruhnya dibandingkan faktor

petugas kesehatan dan pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri Ibu

pascasalin.

Selanjutnya faktor petugas kesehatan dan faktor pendidikan kesehatan

yang dianalisa. Faktor pendidikan kesehatan dikeluarkan dari analisa regresi

dengan F hitung 5,066 dengan F tabel 3,17 dan p-value 0,009, dimana 5,066 >

3,17 sedangkan 0,009 < 0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F

tabel, dan p-value < level of significant (sig 0,05) maka variabel independent

(48)

pendidikan kesehatan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor petugas

kesehatan terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

Faktor petugas kesehatan adalah faktor yang tersisa dan dianalisa

pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin. Diperoleh F hitung 8,376

dengan F tabel 4,00 sedangkan p-value 0,005. Sehingga 8,376 > 4,00 dan 0,005 <

0,05. Berdasarkan Nugroho (2005) bila F hitung > F tabel, dan p-value < level of

significant (sig 0,05) maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor petugas kesehatan yang paling dominan

pengaruhnya terhadap perawatan diri Ibu pascasalin.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

perawatan diri Ibu pascasalin serta faktor apa yang paling dominan.

5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin a. Faktor masa lalu

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan

diri Ibu pascasalin pada 61 orang responden di Rumah Sakit Umum Pirngadi

Medan diperoleh faktor masa lalu mempunyai pengaruh kuat terhadap perawatan

diri Ibu pascasalin sebanyak 72,1% dan pengaruh sedang 21,3%. Hal ini

didukung oleh pendapat Stright (2005) dalam Yuliana (2008) ada faktor-faktor

yang berpengaruh dalam perawatan diri Ibu nifas salah satunya adalah faktor

(49)

diri. Apabila Ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan

dilakukan, maka Ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri

pascasalin (Stevens, 2000).

Berdasarkan pertanyaan kuisioner tentang sudah berapa kali Ibu

melahirkan, diparoleh 50 orang (82,0%) responden yang melahirkan lebih dari

satu kali (multipara). Sesuai dengan pernyataan-pernyataan di atas, Ibu multipara

seharusnya lebih mampu dan berpengalaman melakukan perawatan diri pascasalin

dibandingkan dengan Ibu primipara. Namun hal ini tidak sepenuhnya dipengaruhi

oleh pengalaman Ibu multipara, berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 21,3%

yang menunjukkan pengaruh sedang dan 6,6% yang menunjukkan pengaruh

lemah terhadap faktor masa lalu. Menurut responden tersebut mereka tidak

melakukan perawatan diri pascasalin karena tidak ada biaya, dan tidak ada waktu

karena harus mengurus rumah dan bayi. Ada juga yang mengatakan perawatan

pascasalin tidak penting karena semua akan kembali ke keadaan normal dengan

sendirinya. Berdasarkan hal-hal di atas faktor masa lalu memang mempengaruhi

perawatan diri Ibu pascasalin, tetapi harus didukung oleh faktor-faktor lain seperti

ekonomi, dan pengetahuan Ibu tentang perawatan diri pascasalin.

b. Faktor lingkungan

Bukan hanya pengalaman masa lalu yang mempengaruhi, faktor

lingkungan juga ikut mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin walaupun

pengaruhnya tidak terlalu besar (26,2%). Sarana prasarana yang tersedia di dalam

lingkungan guna mendukung dan mempromosikan perilaku kesehatan. Organisasi

berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik untuk

(50)

lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk

terhadap emosi, untuk itu keluaga harus membantu dalam mempertahankan

emosi Ibu pascasalin sehingga hal ini dapat membantu perawatan diri Ibu

pascasalin (Admin, 2008). Cara keluarga dalam penggunaan pelayanan kesehatan

dapat mempengaruhi cara pasien dalam menyelenggarakan kesehatannya.

Responden yang menunjukkan pengaruh lingkungan sedang 40 orang

(65,6%) serta yang menunjukkan pengaruh lingkungan lemah sebanyak 5 orang

(8,2%) mengungkapkan bahwa diantara mereka ada yang tinggal dengan keluarga

besar, mendapat dukungan dari keluarga, bertempat tinggal dekat dengan

pelayanan kesehatan, namun kurang melakukan perawatan diri setelah melahirkan

karena tidak mampu dari segi ekonomi sehingga tidak mampu memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini menegaskan bahwa faktor lingkungan

memang memberi pengaruh terhadap perawatan diri Ibu, namun harus

diperhatikan faktor-faktor pendukung yang lain misalnya faktor ekonomi.

c. Faktor internal

Masih ada faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi perawatan diri

Ibu postpartum yaitu faktor internal (91,8%). Seperti diungkapkan Potter (2005)

keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang

terdiri dari pengetahuan fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan,

serta sosial ekonomi juga akan mempengaruhi cara seseorang mendefenisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan responden

yang sebagian besar SMA (77%). Responden yang berpendidikan SD (9,8%) dan

SMP (11,5%) ada yang melakukan perawatan diri setelah melahirkan namun

(51)

melekat pada pribadi Ibu seperti selera dalam memilih perawatan yang sangat

mempengaruhi proses pemulihan kesehatan Ibu.

Prawirohardjo (2002) juga menyatakan kemiskinan, kebodohan,

ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan yang baik juga ikut berperan

terhadap kesehatan Ibu. Pendapat ini sesuai hasil penelitian bahwa 57,4%

responden berpenghasilan > Rp.1000.000 dan seharusnya mampu melakukan

perawatan Ibu pascasalin. Namun diantara responden tersebut masih ada yang

menggungkapkan tidak melakukan perawatan Ibu pascasalin karena tidak sempat

dan menurut responden perawatan pascasalin tidak penting. Hal ini dapat dilihat

dari persentase responden yang menunjukkan pengaruh internal sedang sebanyak

23,0% dan lemah sebanyak 3,3% terhadap perawatan Ibu pascasalin. Paritas juga

merupakan bagian dari faktor internal. Sebagian besar responden merupakan

multipara, hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar 73,8% responden

melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung pernyataan Prawirohardjo

(2002), paritas lebih dari 2 (multipara) lebih mampu melakukan perawatan diri

dibandingkan primipara. Sementara itu Indriani (2008) menyatakan fenomena

pada saat ini terutama dikota besar Ibu pascasalin khususnya primipara sering

merasa bigung dengan peran barunya sebagai Ibu terutama dalam melakukan

perawatan diri maupun perawatan bayi. Hal ini dapat didukung dengan

keberadaan keluarga di samping Ibu.

Selain hal-hal di atas, data demografi juga mendukung faktor internal.

Data demografi diantaranya usia, agama, suku, dan pekerjaan. Berdasarkan

Prawirohardjo (2002) usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30

(52)

yang beresiko terhadap kematian maternal. Usia juga berpengaruh terhadap cara

pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan.

Usia di atas 20 tahun adalah usia dewasa dan usia kematangan psikologis yaitu

periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru, siap menerima peran baru

sebagai suami atau istri, orangtua, dan pencari nafkah. Hal ini mendukung hasil

penelitian sebanyak 45,9% responden berusia 21-30 dan 49,2% responden berusia

31-43 tahun yang mengungkapkan melakukan perawatan diri pascasalin. Sesuai

dengan perkembangan psikologi bahwa usia di atas 20 tahun merupakan usia

kematangan psikologis sehingga Ibu lebih siap menerima dan menyesuaikan diri

dengan perannya sebagai Ibu. Maka usia sangat mempengaruhi kesiapan seorang

Ibu untuk menerima keadaan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhannya setelah

melahirkan.

Agama merupakan salah satu pendukung dalam faktor internal turut

mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin. Seperti diungkapkan responden

yang beragama Islam (78,7%) bahwa saat kehamilan, persalinan, sampai setelah

melahirkan selalu berdo’a sehingga lebih tenang dalam menjalankan semua proses

tersebut. Demikian juga dengan responden yang beragama Kristen (21,3%)

mengungkapkan dengan mengikuti kegiatan keagamaan akan memberikan rasa

tenang dalam menjalani proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan.

Diharapkan dengan dukungan agama Ibu lebih mempunyai motivasi untuk

melakukan perawatan diri pascasalin. Hal ini didukung oleh penjelasan bahwa

disiplin agama berpotensi meningkatkan keterampilan koping dan dukungan

Gambar

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan persentase data demografi (n=61)
Tabel 2 Distribusi frekwensi dan persentase berdasarkan faktor-faktor yang     mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)
Tabel 3 Hasil analisa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin (n=61)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret sampai 26 Juni 2012 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu dengan KPD yang terdiri dari usia kehamilan,

mobilisasi dini pada ibu pascasalin di Klinik Bersalin Surya Medan Tahun 2013..

Saya mementingkan perkataan orang yang dituakan dalam keluarga saya ketika melakukan proses perawatan diri maupun bayi saya.. Saya melakukan perawatan diri dan bayi

faktor yang mempengaruhi Kemandirian Ibu Nifas dalam Melakukan Perawatan Tali Pusat Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalo Tahun 2015”...

Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi jenis, cara dan modifikasi perawatan diri yang dilakukan oleh ibu nifas untuk mempercepat pemulihan pasca salin di Wilayah

Dari hasil penelitian ini perawat direkomendasikan untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasca bedah abdomen sehingga dapat memberikan intervensi

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda