• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri dan Bayinya Selama Periode Nifas di RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri dan Bayinya Selama Periode Nifas di RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

70

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Alamat :

Menyatakan kesedian menjadi responden pada penelitian yang dilaksanakan oleh

Nama peneliti : Tajun Mursidah Lubis

Judul penelitian : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian ibu dalam Merawat diri dan Bayinya Selama Priode Nifas Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Saya yakin bahwa penelitian ini tidak mengakibatkan efek samping terhadap fisik dan mental saya dan kerahasiaan indetitasnya saya sangat dijaga oleh peneliti.

Karena itu saya tidak akan menuntut penelii dan hasil penelitiannya dikemudian hari.

Medan, November 2015

Responden

(2)

Instrumen Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian:

a. Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia dilembar kuesioner.

b. Isilah titik-titik untuk melengkapi pertanyan dibawah.

(3)

72

2. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian

Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban

2. Untuk mempercepat kembalinya rahim kebentuk sebelum hamil dapat dilakukan dengan bergerak. 3. Banyak makan ikan dan telur dapat

menyebabkan luka bekas melahirkan lama sembuh dan gatal.

4. Kegiatan-kegiatan ringan setelah melahirkan membantu mempercepat pemulihan tubuh selama masa nifas.

5. Setelah melahirkan ibu harus minum air paling sedikit 8-10 gelas per hari atau minum air minimal 1 gelas setiap sebelum menyusui.

6. Setelah melahirkan ibu harus makan paling sedikit 1 mangkuk sayur atau buah setiap sarapan.

7. Kesulitan buang air besar setelah melahirkan

9. Perawatan payudara setelah melahirkan merupakan suatu hal yang amat penting.

10. Pemasangan gurita/pemakaian gurita setelah melahirkan dapat mempercepat rahim mengecil kembali seperti sebelum melahirkan.

11. Memandikan bayi baru lahir dengan air dingin dapat mempercepat tubuh bayi menjadi kuat 12. Perawatan tali pusat bayi dilakukan 1 hari sekali. 13. Kelamin bayi baru lahir tidak perlu dibersihkan

karena kelaminnya belum berkembang seperti orang dewasa sehingga tidak kotor.

14. Popok bayi tidak perlu diganti setiap kali bayi buang air karena takut mengganggu tidur bayi.

Motivasi

(4)

.

16. Saya terdorong melakukan perawatan diri selama masa nifas demi menjagakesehatan tubuh

17. Kemandirian dalam melakukan perawatan diri dan bayi saya merupakankepuasan jiwa saya.

18. Saya selalu berupaya keras agar mandiri dalam beraktivitas, terutama dalam merawat diri dan bayi saya setelah melahirkan.

19 Saya selalu berusaha keras untuk mencari informasi tentang perawatan diri dan bayi saya dari tenaga kesehatan.

Budaya

20. Saya menjadikan kebiasaan turun temurun keluarga sebagai pedoman dalam melakukan perawatan diri dan bayi saya.

21. Banyak larangan-larangan bagi saya ketika melakukan perawatan diri dan bayi yang berasal dari orang tua saya

22. Saya mementingkan perkataan orang yang dituakan dalam keluarga saya ketika melakukan proses perawatan diri maupun bayi saya.

23. Saya melakukan perawatan diri dan bayi saya menurut keyakinan budaya saya

Pengalaman

24. Saya pernah diberikan informasi tentang teknik-teknik perawatan diri dan bayi oleh tenaga kesehatan

25. Saya mengerti tentang manfaat perawatan diri dan bayi dari membaca buku

26. Saya mendapat informasi tentang tekni-tekni perawatan diri dan bayi dari orang tua

27. Saya mendapat pengalaman tentang perawatan diri dan bayi saya dari perawatan anak yang lalu.

Jenis Persalinan

(5)

74

3. Kuesioner Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri dan Bayinya Selama Periode Nifas Dini (Early Postpartum)

Tuliskanlah tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban

1 Membolakbalikkan badan di tempat tidur 2 Duduk di tempat tidur

3 Menyusui bayi dengan berbaring di tempat tidur

4 Menyusui bayi dengan duduk di tempat tidur 5 Berdiri di sisi tempat tidur

6 Berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi untuk berkemih

7 Makan dan minum di tempat tidur 8 Berjalan di sekitar ruangan

9 BAK/BAB ke kamar mandi 10 Mandi ke kamar mandi

11 Mengganti pakaian setelah mandi 12 Menggosok gigi 2 kali sehari

13 Melakukan keramas/ mencuci rambut

14 Mencuci tangan sebelum memegang payudara

15 Mencuci tangan sebelum menggendong bayi 16 Memotong kuku

19 Mengganti pembalut setelah BAB/BAK 20 Mengganti pembalut setiap penuh

(6)

23 Mengganti posisi menyusui

24 Memompa ASI Apabila bayi tidak mengisap semua ASI

25 Makan 3 kali sehari ditambah selingan 26 Makan dengan gizi seimbang

27 Minum air putih 2-3 liter perhari (8-13 gelas pelastik kecil)

28 Minum susu 1-2 gelas sehari 29 BAK setiap 3-4 jam sekali

30 Mendengarkan suara aliran air agar teransang untuk berkemih jika sulit untuk berkemih

31 Makan buah, sayur dan minum air putih untuk mengatasi susah BAB

32 BAB sekali sehari setelah melahirkan 33 Istirahat/ tidur siang

34 Istirahat/tidur malam

35 Melakukan perawatan tali pusat pada bayi.

36 Memotong kuku bayi yang panjang 37 Mengganti popok yang basah

38 Mengganti pakaian dan membedong bayi dengan rapi

39 Menggendong bayi di ruangan

(7)

76

Kategori Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(8)

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(9)

78

Jumlah anak yang hidup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

kategori motivasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(11)

80

kategori jenis persalinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 8 13.3 14.8 14.8

seksio 46 76.7 85.2 100.0

Total 54 90.0 100.0

Missing System 6 10.0

Total 60 100.0

Kategori Perawatan Mandiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 11 18.3 20.4 20.4

sedang 26 43.3 48.1 68.5

buruk 17 28.3 31.5 100.0

Total 54 90.0 100.0

Missing System 6 10.0

(12)

Kategori

Umur Kategori Ekonomi

kategori

pengetahuan kategori motivasi kategori budaya

kategori

kategori pengetahuan Correlation Coefficient .088 .058 1.000 .144 .454** .103 -.198 -.053

Sig. (2-tailed) .525 .675 . .297 .001 .460 .151 .705

kategori jenis persalinan Correlation Coefficient -.104 -.079 -.198 .082 -.165 .013 1.000 .278*

Sig. (2-tailed) .454 .572 .151 .557 .234 .927 . .042

N 54 54 54 54 54 54 54 54

Kategori Perawatan Mandiri Correlation Coefficient -.155 .133 -.053 .106 -.257 .341* .278* 1.000

Sig. (2-tailed) .262 .339 .705 .446 .061 .012 .042 .

N 54 54 54 54 54 54 54 54

(13)

Case Processing Summary

Cronbach's Alpha N of Items

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

92

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Tajun Mursidah Lubis Tempat,Tanggal Lahir: Singkuang, 22 Januari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl Eka Rasmi Gg. Eka Rosa 2 Medan Johor Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 0813 4968 4317

Riwayat Pendidikan

Tahun 2000 - 2006 : SD Negeri 382 Singkuang Kec. Muara Batang Gadis Kab. Mandailing Natal - SUMUT

Tahun 1997 - 2000 : MTsN Panyabungan Kab. Mandailing Natal - SUMUT

Tahun 2000 - 2003 : SMA Negeri 1 Panyabungan Selatan Kab. Mandailng Natal - SUMUT Tahun 2004 - 2007 : DIII Keperawatan USU

(24)

Daftar Pustaka

Ambarwati, E. R. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi Enam. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: Egc.

Danuatmaja, Bony. (2003). 40 Hari Pasca Persalinan, Masalah Dan Solusinya. Cetakan I. Jakarta : Puspa Swara.

Gupte, S. (2004). Panduan Perawatan Anak. Edisi 1. Jakarta: Sterling Publisher (P) Ltd.

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta: Egc.

Harianti, E (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri Dan Bayinya Selama Periode Nifas Dini Di Klinik

Bersalin Kasih Ibu Sejati Medan. Skripsi, Keperawatan Usu.Medan

Hayati, N. (2014). Penuntun Praktik Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Egc

Hung, C-H. (2004). Predictor Of Pospartum Women Health Status. Jurnal Of Nursing Scolarshipfourt Cauter, 36 (4), 345.

(25)

68

Komariah, L. (2003). Konstrubusi Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Postpartum Primipara Serta Dukungan Perawat Terhadap Kemandirian

Dalam Perawatan Diri Dan Bayi : Studi Di Ruang Rawat Inap Ibu Rsab

Harapan Kita : Depok.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologis. Edisi 2. Jakarta: Egc.

Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media.

Mc Kinney, Aswill, Murray, James, Gorrie & Droske, (2000). Fundation Of Maternal – Newborn Nursing. (4th Ed). Philipines : Elsevier

Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2002). Konsep-Konsep Penerapan Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Of Nursing, Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.

Putinah. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhungan Dengan Kemandirian Ibu Post Sectio Caesaria Di Rumah Saki Islam Siti Khadijah Palembang. Diambil

Pada Tanggal 01 Februari 2016. Jurnal Keperawatan Bina Husada Vol. 10 No. 3 November 2014 Issn :1829-9377.

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rukiyah, Y. L. (2011). Asuhan Kebinan Iii (Nifas). Jakarta: Cv. Trans Info Media. Saiffudin, A. B, Dkk. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono P.

Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta Salemba Medika.

Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(26)

Smith, J. E. (2000). Maternal-Newborn Nursing 3rd Ed. Usa: Elsevier Saunders Shvoong. (2009). Standard Asuhan Keperawatan. Dibuka 24 September 2009,

Darihttp://Id.Shvoong.Com/Medicine-And-Health/Pathology/1916963 Standarasuhankeperawatan-Nifas/.

Simkin, Penny, Janet, Keppler (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, & Bayi. Jakarta: Arcan.

Strigh. (2005). Panduan Belajar Perawatan Ibu Bayi & Balita. Jakarta :Egc. United States Agency International Development. (2007). Family Planning For

Women During The Postpartum Period: A Community Approach.

America: Diambil Tanggal 26 Mei 2015 Dari Http://Www.Esdproj.Org/ Wahyuni, A. S. (2007). Statistika Kedokteran Disertai Aplikasi Dengan Spss.

Jakarta: Bamboedoea Communication.

(27)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

Skema 3.1. Kerangka konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu dalam Merawat Diri dan Bayinya Selama Periode Nifas

Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Umur 2. Pengetahuan 3. Pengalaman ibu 4. Budaya

5. Sosio ekonomi 6. Jenis persalinan 7. Motivasi

(28)

3.2 Defenisi Operasional

Variabel penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil

Ukur Skala

a. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu

(29)

41

n seksios esaria

d. Budaya Segala sesuatu yang diperoleh ibu nifas

e. Sosio Ekonomi Jumlah pendapatan keluarga.

(30)
(31)
(32)

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2007). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

(33)

45

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi atau bagian dari populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik convenience sampling yaitu dengan cara menggambil responden yang ada atau tersedia

yang memenuhi kriteria (Arikunto, 2005). Kriteria sampel penelitian ini yaitu ibu nifas mulai 6 jam setelah melahirkan dengan kondisi ibu sehat dan bayi sehat.

Jumlah sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

n = + NxdN 2

Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan , 52

Dengan menggunakan rumus tersebut maka besar sampel dalam penelitian ini adalah:

n = + x , 52

n = 87 orang

(34)

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Lokasi ini dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan dan melayani ibu-ibu bersalin secara normal dan seksio sesaria dengan jumlah yang memadai dan bisa dijadikan sebagai sampel penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran tentang perawatan mandiri dan selama periode nifas ibu primipara dan multipara. Penelitian akan ini dilakukan mulai bulan 19 Oktober- 24 Desember 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Pertama peneliti mengurus surat rekomendasi penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti menyerahkan surat rekomendasi dari Dekan untuk diserahkan ke tempat penelitian yaitu RSUD. dr. Pirngadi Medan. dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

(35)

47

mencamtukan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kuesioner data demografi calon responden yang berisi identitas calon responden, kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu nifas, dan kuesioner tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, persalinan dan jumlah anak yang lahir hidup. Data demografi calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase demografi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu nifas dan tingkat kemandirian ibu nifas dalam merawat diri dan bayinya.

4.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Ibu Nifas

(36)

pernyataan. Dengan menggunakan skala Gutmen Ya dan Tidak. Untuk pertanyaan positif berikan nilai 1 jika responden menjawab Ya (Y), jika menjawab Tidak (T) di beri nilai 0, yang terdiri dari no 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9,15 16, 17, 18, 19, 24, 25, 26, 27, 28, 29. Dan untuk Pertanyaan negatif jika Responden menjawab Ya (Y) di beri nilai 0, Tidak (T) di beri nilai 1, yang terdiri dari no 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 20, 21, 22, 23.

4.5.3 Kuesioner Tingkat Kemandirian Ibu dalam Merawat Diri dan Bayiny

Kuisioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemandirian ibu primipara dan multipara dalam merawat diri selama periode nifas. Perawatan diri terdiri dari personal hygien, pemenuhan nutrisi, perawatan perineum, mobilitas atau mobilisasi, perawatan payudara, kebutuhan istirahat atau tidur, pemenuhan eliminasi. Kuesioner perawatan mandiri terdiri dari 40 pernyataan. Mobilisasi atau aktivitas terdiri dari 1-10 pernyataan, personal hygien terdiri dari pernyataan 11-16, perawatan perineum terdiri dari

(37)

49

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen (kuesioner) yang digunakan mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Isi kuesioner dilakukan uji validas kepada dua orang staf pengajar di Bagian Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Diah Lestari SST.M.Keb dan Nur Asiah S.Kep.Ns. M. Biomed mengenai kelayakan kuesioner, saat peneliti melakukan uji validas pada kedua dosen validitas peneliti hanya memperbaiki kata-kata yang ada pada kusioner agar lebih mudah dipahami, setelah diperbaiki peneliti sampai kata-kata pada kuisioner lebih mudah dipahami dan validitas selesai kemudian di berikan nilai oleh kedua desen validitas dengan indeks validitasnya 1.

(38)

reliabilitas untuk instrumen dalam bentuk dikotomi dengan pilihan Ya atau Tidak untuk pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayi selama priode nifas, suatu instrumen dikatakan reliable bila nilai Reabilitasnya lebih besar dari 0.632 dengan tingkat kemaknaan 5 % (Arikunto, 2006). Dengan hasil reabilitas 0.75 maka isntrumen ini sudah di katakan reliable dan untuk tingkat kemandirian dengan pilihan jawaban dilakukan sendiri, dilakukan dengan di bantu sebagian, dilakukan dengan di bantu penuh .di uji menggunakan aplikasi komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpha. Untuk istrumen yang baru akan reliabel jika memiliki reliabilitas (r) lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil reliabilitas pada istrumen tingkat kemandirian adalah 0.90 maka instrumen ini sudah di katakan reliable.

4.7 Pengumpulan Data

(39)

51

kelengkapannya jika masih ada yang kurang lengkap, maka dapat langsung di lengkapi. Selanjutnya data yang terkumpul di analisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi.

Pengolahan data demografi yang meliputi nama, usia, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan, persalinan dan jumlah anak yang lahir hidup disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Data yang didapat melalui kuesioner ini tidak dianalisis.

(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selam priode nifas dini di RSUD Dr Pirngadi Medan.

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan mulai 19 november -24 desember 2015 di RSUD Dr Pirngadi Medan. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 54 orang. Bab ini menguraikan karakteristik demografi responden dan distribusi frekuensi serta persentase tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu.

5.2. karakteristik demografi

Deskripsi karakteristik demografi responden dalam penelitian ini terdiri dari usia ibu, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, riwayat persalinan serta jumlah anak yang lahir hidup. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu nifas dengan kondisi ibu nifas dan bayi baru lahir sehat.

(41)

53

Memiliki anak lebih dari satu sebanyak 23 orang (38,3 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1:Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N= 54 Orang)

Karakteristik demografi responden Frekuensi (n) %

(42)

5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri dan Bayinya Selama Periode Nifas

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, motivasi, budaya, pengalaman, usia, sosioekonomi dan jenis persalinan.

Berdasarkan Hasil penelitian diperoleh mayoritas tingkat pengetahuan ibu dalam kategori sedang sebanyak 35 orang (58.3 %), Motivasi dalam kategori tinggi sebanyak 52 orang (86,7%), Budaya dalam kategori sedang sebanyak 27 orang (45,0%), pengalaman dalam kategori sedang sebanyak 25 orang (41,7%), usia dalam kategori sedang sebanyak 44 orang (73,3%), Ekonomi dalam kategori rendah sebanyak 32 orang (53,3%) bersalin secara seksio sesaria (76,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Distribusi frekuensi dan persentase faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas (N=54 Orang)

Faktor-Faktor

Tinggi Sedang Rendah

(43)

55

Tabel 3: Distribusi frekuensi dan persentase faktor usia terhadap tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayi selam periode nifas (N=54 Orang)

Usia Frekuensi Persentase

>35 tahun 8 13.3

Jenis persalinan Frekuensi Persentase

Normal 8 13.3

Seksio 46 76.7

5.4. Tingkat Kemandirian Ibu Nifas Dalam Merawat Diri Dan Bayinya

Selama Periode Nifas.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas mayoritas berada dalam kategori Kemandirian sedang sebanyak 21 orang (38,9%). Dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 5: Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tingkat Kemaandirian Ibu Dalam Merawat Diri Dan Bayi Selama Periode Nifas (N=54 Orang).

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Kemandirian baik

5.5. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

(44)

nilai koefisien korelasi (R)=0,341 dan memiliki nilai signifikan (sig)=0,012 dan jenis persalinan dengan nilai koefisien korelasi (R)=0,278 dan memiliki nilai signifikan (sig)=0,042.dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel : Hasil Uji Bivariat Setiap Variabel

Variable Koefisien kolerasi Signifikan

Pengetahuan -0.053 0.705

Motivasi 0.106 0.446

Budaya -0.257 0.061

Pengalaman 0.341 0.012

Jenis persalinan 0.243 0.042

Usia -0.155 0.262

Sosio ekonomi 0.133 0.339

5.6. Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan mengenai hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas di RSUD Dr Pirngadi Medan.

a. Pengetahuan

(45)

57

secara seksio membutuhkan perawatan yang lebih lama dibandingkan yang bersalin secara normal. Menurut Kasdu (2003) Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit, cepat lambatnya kesembuhan ibu dapat di pengaruhi oleh pembedahan. Biasanya hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi.

Adapun didapatkan hasil bivariat bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian ibu dengan nilai koefisien kolerasi (r) -0.053 dan sig=0.705, hal ini sejalan dengan penelitian Harianti (2011), yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dengan hasil pengetahuan tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian ibu hal ini di karenakan pendidikan ibu nifas berada pada jenjang SMA.

b. Motivasi

(46)

bahwa motivasi tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya dengan nilai korelasi 0.106 dan nilai sig 0.446 hal ini sejalan dengan penelitian harianti (2011) bahwa motivasi tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian ibu dengan nilai korelasi=0.041 dan nilai sig= 0,827. c. Budaya

Hasil penelitian menunjukkan (45,0%) responden selalu menjadikan kebiasaan turun-temurun keluarga sebagai pedoman dalam melakukan perawatan diri dan bayi. Ini menunjukkan bahwa nilai budaya yang dianut individu dijadikan pedoman dalam berperilaku setiap individu dalam kehidupannya. Keanekaragaman dalam kebudayaan baik dalam unsur mata pencaharian, ekologi, kepercayaan/religi, organisasi sosial dan lainnya secara langsung memberikan pengaruh terhadap kesehatan individu. Salah satunya adalah pandangan mengenai kesehatan ibu dan bayi (Dumatubun, 2002). Pengetahuan mengenai cara merawat diri dan bayi selama masa nifas hendaklah didapat dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Kebanyakan ibu muda yang merupakan generasi pertama atau kedua dari keluarganya yang mengikuti adat-istiadat mereka hanya jika ada anggota keluarga yang lebih tua (Bobak, 2004).

(47)

59

dan dibutuhkan untuk kondisi ibu nifas terutama untuk ibu yang menyusui bayi. Sesuai dengan teori Murray & Mc Kinney (2007) menyetakan bahwa ibu postpartum harus sering bergerak dan mengkonsumsi makanan tinggi serat agar terhindar dari konstipasi dan menurut (Bannet & Brown 1999 dalam Aisyah 2010) mobilisasi dini setelah melahirkan perlu dilakukan untuk meningkatkan tonus otot dan aliran darah balik dari bagian kaki dan bagian bawah abdomen.

d. Pengalaman

(48)

ataupun bantuan langsung untuk melakukan perawatan diri, kurangnya informasi tentang perawatan diri dan bayi kemungkinan menyebabkan pengalaman responden dalam kategoti sedang dan berdasarkan hasil di lapangan, sebagian besar responden mengatakan tidak pernah membaca buku tetang perawatan ibu dan bayi, dan informasi yang di dapatkan dari tenaga kesehatan sangat minim.

Hasil ujibivariat yang didapatkan peneliti bahwa pengalaman berpengaruh terhadap tingkat perawatan mandiri ibu nifas dalam merawat diri dan bayinya dengan nilai korelas= 0.341 dan nilai sig 0.012, hal ini sesuai dengan penelitian harianti (2011) bahwa pengalam berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama priode nifas dengan nilai korelasi=0.362 dan nilai sig=0.046 dimana ibu yang multipara mempunyai pengalam yang tinggi di bandingkan ibu yang primipara dimana ibu multipara mempunyai pengalaman dari anak yang lalu.

e. Sosio ekonomi

(49)

61

terhadap perawatan diri dan bayinya. Hasil uji bivariat sosioekonomi didapatkan oleh peneliti tidak ada hubungan sosioekonomi dengan tingkat perawatan mandiri ibu nifas dengan nilai korelasi=0.133 dan sig= 0.339, hal ini berbeda dengan penelitian Hung (2004) meyebutkan bahwa wanita dengan pendapatan yang tinggi memiliki tingkat depresi yang rendah dan skor dukungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendapatan rendah.

f.Usia

Dari hasil penelitian mayoritas ibu berusia 20-35 tahun sebanyak (73.3%) dimana pada usia palin ideal untuk kehamilan dengan beresiko rendah( Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010) umur ibu juga berhubungan langsung dengan tingkat kematangan perkembangan dan pengalaman individu dalam menjalani hidup (Aisyah 2010) Sesuai dengan penelitian harianti (2010) bahwa usia sangat mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

(50)

berhubungan dengan tingakat kemandirian ibu dengan nilai korelasi 0,387 dan nilai sig=g = 0,032).

g. Jenis persalinan

(51)

63

tingkat kemandirian dalam melakukan perawatan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesaria.

5.2.2. Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama

priode nifas

(52)

nifas memiliki pengetahuan rendah dan sedang tentang perawatan mandiri menurut Bobak, 2004 Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik.

(53)

BAB V1

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran Mengenai Foktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Ibu Dalam Merawat Diri Dan Bayinya Selama Periode Nifas di Rumah Sakit dr.Pirngadi Medan.

6.1. Kesimpulan

Karekteristik responden yang menjadi penelitian ini dapat dikatakan mayoritas ibu berusia 20-35 tahun , berpendidikan SMA, dan untuk tingkat pengetahuan ibu dalam kategori sedang (58.3%), motivasi kategori tinggi (86.7%), budaya kategori sedang (45.0%), pengalaman kategori sedang (41.7%), usia kategori sedang (73.3%),dan ekonomi karegori rendah (53.3%). Dan Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas berada pada kategori sedang (38.9%). Ada dua faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian ibu yaitu Pengalaman dengan nilai koefisien korelasi (R)=0,341 dan memiliki nilai signifikan (sig)=0,012 dan jenis persalinan dengan nilai koefisien korelasi (R)=0,278 dan memiliki nilai signifikan (sig)=0,042.

6.2. Saran

6.2.1. Untuk Praktik Keperawatan

(54)

kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya terutama bagi ibu seksiosesaria selama nifas. Informasi yang diberikan diharapkan dapat merubah perilaku ibu menjadi perilaku yang mandiri dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas.

6.2.2.Untuk Pendidikan Keperawatan

Memasukkan program pendidikan kesehatan bagi klien terutama ibu post partum tentang kemandirian perawtan diri nifas sebagai salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh mahasiswa keperawatan, baik DIII keperawatan maupun S1 keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu postpartum.

6.2.3 Penelitian Selanjutnya

(55)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Masa nifas

2.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Bobak, et. al., (2004), periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002: N-23).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Obstetri William). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil . lama masa nifas 6-8 minggu (Sinopsis Obstetri).

(56)

2.1.2 Konsep Kemandirian.

2.1.2.1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) , kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Rahmawati (2005) dikutip dari Lie dan Prasasti (2004) menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegitan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.

Kemandirian mempunyai lima komponen utama yaitu (1). Bebas, artinya bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain (2). Progresif dan ulet, artinya berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana dalam mewujudkan harapannya (3). Inisiatif, yaitu mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif, terkendali dari dalam dimana individu mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan dan atas usahanya sendiri (5). Kemantapan diri (harga diri dan percaya diri ) termasuk dalam hal ini mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya (Masrun dalam Irianti Pergola, 1997) .

(57)

11

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas seperti di jelaskan di atas merupakan rangakaian setelah proses persalinan dilalui seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas, yaitu: 1. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolekan berdiri

dan berjalan.

2. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau persalinan memiliki komplikasi. (Rukiah, dkk, 2011).

2.1.4 Adaptasi Psikologi Ibu Nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama priode nifas pasca natal dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kelehan, pemberian makanan yang sukses, puas dengan peranan sebgai ibu, cemas dengan kesehtannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu. (Rukiyah, 2011).

(58)

gejala psiatrik, terutama depresi ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis traumatic. Biasanya penderita dapat sembuh kembali tampa atau dengan pengobatan. dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu (Ambawati, 2009).

Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu.

1. Taking on: pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnnya. Pengalaman yang berhubungan dangan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan datang.

2. Taking in: priode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya, peningkatan nutrisis ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu mungkin bertambah

3. Taking Hold: priode ini berlangsung pada hari 2-4 hari post partum ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya, Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut.

(59)

13

2.2 Perawatan Nifas

2.2.1 Perawatan Diri Ibu Nifas Selama Masa Nifas

Pasca persalinan biasanya seorang wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Karena hal tersebut, pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi wanita. Wanita diharapkan mampu melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan (Rukiyah, 2011).

Tujuan perawatan masa nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayinya selalu terjaga.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh).

3. Untuk mendateksi masalah-masalah yang terjadi pada ibu dan bayi. 4. Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada

bayinya.

5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat; memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006).

(60)

terdapat luka seperti:bekas inplantasi plasenta, luka jalan lahir, proses pengembalian fungsi tubuh kesebelum hamil sehingga memerlukan asuhan seperti:

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2. Mengajarkan ibu bagaimana membersikan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitas vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah di cuci dengan baik, dan keringkan dibawah matahari atau di setrika.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum atau sesudah membersihkan daerah kelamin.

5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari atau menyentuh daerah luka (Rukiyah, 2011).

2.2.2 Perawatan Vulva atau Perineum pada Post Partum

(61)

15

dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, perineum (masa nifas) atau priode pasca persalinan umumnya berlangsung selama 6-12 minggu (Hutahean, 2009). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta samapi dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. (Rukiyah, dkk, 2011).

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Sedangkan menurut Moorhouse, et. al., (2001). Adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

(62)

Waktu perawatan menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

1. Saat mandi yakni: pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil: pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar: diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran di sekitas anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknnya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Langkah-langkah penatalalsanaan, antara lain: 1. Persiapan

Ibu post partum: perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.

(63)

17

2. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa kidaknyamanan kebersihan, mecegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksaan menurut Hamilton (2002), adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya.

b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat.

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung plastik.

d. Berkemih dan BAB ke toilet.

e. Semprotkan keseluruh perineum dengan air hangat.

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.

g. Pasang pembalut dari depan ke belakang. h. Cuci tangan kembali.

3. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah, perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat ibu merasa nyaman.

2.2.3 Mobilisasi

(64)

diperbolahkan duduk, hari ke 3 berjalan-jalan kecil (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).

Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995).

2.2.4 Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Kehamilan, menyusui dan perubahan status kesehatan seperti pembedahan juga meningkatkan kebutuhan istirahat (Poter dan Ferry, 2005).

Kelelahan dan kurang tidur merupakan tantangan besar bagi pemulihan fisik dan emosi (Simkin, Whalley, & Keppler, 2008). Istirahat dan tidur Ibu postpartum sering terganggu karena harus memenuhi kebutuhan bayi pada malam hari sehingga sering terbangun, waktu tidur lebih sedikit, pola tidur tidak teratur (Hung, 2005). Ibu primipara, sering cemas atau tidak nyaman karena rutinitas di lingkungannya dan juga kemampuan merawat bayi yang masih kurang Sehingga ibu mengalami sulit tidur (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).

(65)

19

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan defresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Eny dan Diah, 2009).

2.2.5 Diet

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena habis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi,semua itu akan meningkat dari kebutuhan biasanya (Ambawati & Wulandari, 2009).

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh dan produksi ASI, menu makanan seimbang yang harus di konsumsi adalah dalam porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna, disamping itu harus mengandung sumber energi, protein, mineral vitamin dan air (Ambawati & Wulandari, 2009).

Menurut Prawirohardjo (2005), diet yang di berikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan dikarenakan mengalami hemokonsentrasi, bagi ibu masa nifas yang menysui dalam hal nutrisi harus:

(66)

2. Makan dan diet berimbang untuk medapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

3. Minum sedikinya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali menyusui).

4. Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

2.2.6 Eliminasi

1. Miksi

Miksi di sebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam, ibu diusahakan dapat membuang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan sebagai berikut:

a. Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. b. Mengkompres air hangat di atas simpisis

Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi. Karena prosedur kateterisasi membuat klien tindak nyaman dan beresiko infeksi saluran kencing tinggi untuk ketetrisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum, douwer keteter diganti setelah 48 jam (Ambawati & Wulandari, 2009).

2. Defekasi

(67)

21

supositoria dan munim air hangat. Agar dapat buang air besar secara teraturdapat dilakukan denga diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makan yang cukup serat dan olah raga.

Setelah kelahiran akan rentan terhadap infeksi oleh karena itu penting sekali agar daerah-daerah tersebut dijaga agar tetap kering dan bersih, untuk membersihkannya dan mencucinyanya dari arah depan ke belakang nasihatkan kepada ibu untuk memberihkan vulva setelah BAK/BAB (Rukiyah, dkk 2011).

2.2.7 Perawatan Payudara

Anatomi dan fisiologi payudara, secara vertikal payudara terletak diantara kosta ke II dan IV, secara hirizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringa sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa lakstasi sekisar 400-600-800 gram (Ambawati & Wulandari, 2009).

Menurut Rukiyah, dkk (2011), payudara terdiri dari beberapa bagian, yakni:

(68)

2. Putting susu: terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang-lubang kecil merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat syaraf, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang memiliki kerja seperti spincter dalam mengendalikan aliran susu.

3. Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus, masing-masing lobus terdiri dari 20-40 mlobus, tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli.

4. Alveoli mengandung sel-sel acini yang menghasilkan susu serta dikelilingi oleh sel-sel miopitel yang berkontraksi mendorong susu ke luardari alveoli.

5. Laktiferus sinus/ampula: bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu, payudara mendapat pasokan dari arteri mammary internal dan ekternal serta bercabang dari arteri-arteri intercostalis, venanya diatur dalam bentuk bundar disekekliling puting susu. Cairan limfa mengalir bebas keluar diantaranya payudara dan terus ke node-node limfa didalam axial dan mediastinum.

JKPKKR (2007), Ibu dapat melakukan perawatan payudara selama menyusui dengan cara sebagi berikut.

1. Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan. 2. Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet dan

retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakean. Lecet dan retak pada puting susu tidak berbahaya 3. Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu

(69)

23

4. Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu di antaranya adalah bintik/bengkak pada payudara, demam (>380C).

Kedua mamae harus sudah di rawat selama kehamilan. Areola mamae dan puting susu di cuci dengan menggunakan sabun dan diberikan minyak atau cream, agar tetap lemas jagan sampai menjadi lecet atau pecah-pecah. Sebelum menyusui mamae harus dalam keadaan lemas (massase) dan juga bersih (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).

Menurut Hamilton (1995), bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada matitis.

Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui, untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu, sehingga mempelancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara teratur, perawatan paudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah, dkk 2011)

(70)

2.3 Perawatan Bayi Baru Lahir

2.3.1 Memandikan bayi

Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008).

Cara memandikan bayi menurut Hayati (2014), yaitu:

1. Siapkan alat dan bahan lalu letakkan ditempat yang mudah di jangkau saat memandikan bayi.

2. Pastikan suhu ruangan normal 20-250C.

3. Tuangkan air hangat kedalam bak madi bayi dan cek terperaturnya. 4. Cuci tangan dan keringkan.

5. Lepaskan pakean bayi, buka satu persatu dan tutup kembali dengan handuk agar bayi tidak kedingan kecuali kepala.

(71)

25

7. Bersihkan muka dan keramasi kepala bayi. Bersihkan muka dengan waslap basah dan gosokkan sampo ketangan, lalu usapkan ke kepala bayi.

8. Basahi badan dan sabuni seluruh tubuh. Menggunakan waslap I, lap leher, dada, perut, ketiak, tangan, punggung (miringkan badan dan kepala terlebih dahulu), paha. Kaki dibersihkan dengan menggunakan waslap dengan terlebih dahulu membuka handuk yang menutupi tubuh lalu bila selesai tutup kembali, sabuni dengan cara yang sama dengan waslap ke II.

9. Pindahkan bayi ke dalam bak mandi bayi. Pegang bayi dengan tangan kiri secara aman, yaitu dengan jari-jari kiri di bawah ketiak bayi dan ibu jari di sekeliling bahu, tangan yang lain menahan bokong dan tungkai kaki.

10. Bersihkan kepala dan badan bagian depan bayi. Sampo dibersihkan dengan mengusapkan air ke kepala secara hati-hati, jangan terkena mata dan masuk telinga, lalu basuh tubuh bagian depan berturut-turut leher, dada, ketiak, lengan, perut, kemaluan, paha dan kaki dengan usapan lembut sampai bersih.

11. Balikkan badan dan bersihkan punggung bayi. Posisi lengan diubah, posisi lengan kanan petugas berada di depan dada bayi dan jari-jari tangan kanan memegang ketiak kiri bayi, lalu baru punggung, bokong, dan anus bayi secara lembut sampai bersih.

(72)

13. Keringkan bayi dan rapika bayi. Letakkan di atas handuk mandi yang sudah di siapkan lalu segera keringkan tubuh bayi sampai benar-benar kering

14. Bersihkan alat-alat

15. Cuci tangan dan keringkan

2.3.2 Merawat Tali Pusat

Tali pusat adalah tali kehidupan bayi sewaktu berada dalam kandungan ibu. Tali pusat ini menghubungkan janin dengan aliran darah ibu melalui plasenta. Tali pusat memberikan oksigen, gizi dan antibodi dan hormon, sehingga janin benar-benar bergantung pada suplai dari tali pusat ini (Williams, 2002).

Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayat, 2008).

(73)

27

Menurut Hayati (2014), cara merawat tali pusat, sebagi berikut: 1. Siapkan alat-alat dan bahan, alat di susun secra ergonomis.

2. Cuci tangan dan keringkan dengan handuk. Mencuci tangan sesuai dengan standar pencegahan infeksi (enam langkah).

3. Ambil kapas dan bersihkan tali pusat.

4. Ambil kassa kemudian bungkus sisa tali pusat. Usahakan tali pusat di bungkus dengan baik.

5. Ikat sisa tali pusat dengan kassa. Pastikan tali pusat di ikat dengan hati-hati tidak terlalu ketat.

6. Kenakan pada pakean bayi lalu rapikan, usahakan bayi merasa nyaman dan rapi.

7. Bersihkan alat-alat.

8. Cuci tangan dan keringkan sesuai dengan standart pencegahan infeksi.

2.3.3 Perawatan Mata, Hidung dan Telinga Bayi

(74)

ibu benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Gupte, 2004).

Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003).

2.3.4 Perawatan Kulit dan Kuku

(75)

29

2.3.5 Mengganti Popok

Menggunakan popok kain atau popok sekali pakai untuk dikenakan pada bayi, Popok kain alami dan sangat lembut untuk kulit bayi dan untuk mengganti popok pada bayi yang harus diperhatikan popok bersih, bola kapas dengan ember berisi air hangat dan lab handuk yang bersih, dan gunakan air hangat untuk membersihkan badan bayi tersebut. Tujuan untuk mengganti popok dan menjaga popok selalu bersih mencegah untuk terjadinya ruam popok pada bayi atau iritasi pada bayi. Untuk mengurangi terkena ruam popok lakukalah tahap-tahap berikut:

1. Gantilah popok dengan segera setelah bayi buang air besar bersihkan area popok dengan kain lembut dan air setelah buang air besar.

2. Sering mengganti popok yang basah untuk mengurangi paparan kulit terhadapkelembapan (Shelov, 2005).

2.3.6 Menggendong dan mengatur posisi bayi

(76)

tempat tidur harus di but penyangga dengan bantal (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

2.3.7 Memberikan Makan dan Minum

Kebutuhan gizi bayi selama priode pertumbuhan yang cepat dari masa bayi adalah lebih besar dari pada priode waktu lainnya dalam hidup. Memberikan makan bayi berarti menyediakan lebih dari sekedar gizi yang baik, sebelum bayi lahir kita harus memutuskan apakah akan menyususi sendiri atau memberikan susu formula. Susu ibu adalah makanan yang paling ideal untuk bayi, ASI juga berisi faktor-faktor yang menyediakan kekebalan tambahan terhadap infeksi, dan kecil sekali menyebabkan reaksi alergi. membrikan air susu ibu membuat jauh lebih mudah untuk kembali ke bentuk semula setelah melahirkan, karena menyusui menghabiskan kira-kira 500 kalori sehari.

2.4 Konsep Kemandirian

2.4.1 Pengertian

(77)

31

sistem bantuan sebagian serta sistem suportif dan edukatif (Orem, 2001 dalam Potter & Perry, 2009).

Sistem bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja (Potter & Perry, 2005).

Jadi tujuan dari teori Orem adalah membantu klien melakukan perawtan diri sendiri. Menurtut Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan, biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial. Perawat menilai mengapa klien tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, apa yang harus di lakukan meningkatkan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhannya dan menilai seberapa jauh klien memenuhi kebutuhannya sendiri (potter & perry 2005).

(78)

tuntutan atau pemerintahan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang di lakukan dalam waktu tertentu untuk perlawanan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat-alat dalam tindakan yang tepat; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang di tujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubung dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktifitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar manusia sifat dari self care selanjutnya adalah untuk perkembangan kepercayaan diri serta di tujukan pada penyimpangan kesehata yang memiliki ciri perawatan yang di berikan dalam kondisi sakit atau dalam proses penyembuhan (Hidayat, 2008).

2.4.2. Tingkat Kemandirian.

Menurut teori sistem keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang di sadari pada Orem yang mengemukakan tentang kebutuhan-kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan sendiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan indentifikasi dalam sistem keperawtan di antaranya: 1. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)

(79)

33

dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas.

2. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)

Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan di tujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperi pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, menggosok gigi, cuci muka, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.

3. Sistem Suportif dan Edukatif

Merupakan sistem bantuan yang di berikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini di lakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah di lakukan pembelajaran. Pemebrian sistem ini dapat di lakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran.

(80)

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Mandiri Ibu Nifas

Tingkat kemandirian terbagi atas mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya selama early post partum, yaitu:

2.5.1 Umur

Umur saat ibu memiliki anak pertama kali mempengaruhui kondisi bayi dan kesehatan ibu. Hal ini terjadi karena ibu yang berusia remaja dan berusia lebih dari 35 tahun dianggap beresiko tinggi dalam hal kesehatan saat hamil dan melahirkan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Umur yang paling ideal untuk kehamilan denga resiko rendah adalah 20-34 tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2005).

2.5.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005).

(81)

35

kebutuhan baik kebutuhan ibu maupun bayi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).

2.5.3 Pengalaman

Melalui pengalaman ibu di masa yang lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri pada priode nifas. Pengalaman ibu dimana ibu yang multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya, apabila ibu sudang mengenal mamfaat perawtan diri atau teknik yang akan dilakukan maka ibu akan lebih mudah melakukan perawatan diri pasca persalinan. Contohnya jika ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri pasca persalinan dan ibu lebih mudah melakukan perawatan tersebut. Dukungan dimana ibu yang mendapat dukungan dapat memperkaya kemampuan menjadi orang tua dan mengasuh anak (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).

(82)

2.5.4 Kondisi Sosio Ekonomi

Kondisi sosio ekonomi menentukan pemenuhan kebutuhan suatu keluarga termasuk kebutuhan untuk melakukan perawatan diri. Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan mengalami peningkatan stress ketika anak lahir karena kebutuhan mereka akan bertambah. Stress dapat mempengaruhi perilaku orang tua dalam melakukan peran barunya termasuk kemampuan ibu untuk melakukan perawatan diri paska melahirkan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Penelitian Hung (2004), menyebutkan bahwa wanita dengan pendapatan yang tinggi memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dan skor dukungan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendapatan rendah (Hung, 2004).

Daftar upah minimum kota (UMK) Sumatra Utara tahun 2015, yang telah ditetapkan Gubernur Sumatra Utara yang paling tertinggi dari yang lainnya, yakni mencapai Rp. 2.037.000, sedangkan untuk tingkat UMK yang paling rendah berada di daerah Kab, Tapanuli Utara dengan nilai nominal Rp. 1.653.00,-.

2.5.5 Motivasi

(83)

37

sebagai contoh, pasangan yang baru menjadi orang tua akan mencari validasi ide dan teknik menjadi orang tua dari pihak lain yang mereka anggap contoh, lingkungan sosial atau pekerjaan layanan kesehatan yang telah menjalin hubungan dengan mereka (Potter & Perry, 2009).

2.5.6 Jenis Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam melalui jalan lahir (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang dapat hidup melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 1998). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).

(84)

melahirkan pervaginam dan seksio sesaria tetap sama (McKinney, Ashwill, Murray, James, Gorrie, & Droske, 2000).

2.5.7 Budaya

Menurut Purnel dan Paulanka (2003), budaya merupakan penyebaran secara sosial dan pengetahuan, untuk tingkah laku dan nilai-nilai kepercayaan, norma dan gaya hidup dari sekelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dan cara pengambilan keputusan (Potter & Perry, 2009).

Setiap budaya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga variasi budaya yang diturunkanpun berbeda-beda pula pada generasi berikutnya. Kebanyakan perilaku ibu selama periode pasca partum sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya tersebut, semua budaya mengembangkan metode pengamanan dan pencapaian kepuasan sendiri dalam perawatan ibu dan bayi (Bobak, 2004).

(85)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah periode yang dimulai dari akhir persalinan sampai dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil. Periodeini berlangsung 6 minggu setelah persalinan (Stright, 2005). Sedangkan masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Mochtar, 1998). Periode ini berlangsung pada minggu pertama pasca persalinan (Widjanarko, 2009).

Masa nifas dapat dibagi menjadi periode pasca persalinan, periode nifas dini, dan periode nifas lanjut. Pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi ibu, sebab pada masa kehamilan dan persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikologis (Ambawati & Wulandari, 2009).

(86)

yang normal biasanya kembali dengan ovulasi, perineum tanpa episiotomi biasanya kemerahan, debit, atau edema, kebanyakan penyembuhan terjadi dalam 2 minggu pertama, laserasi akan mungkin ada tingkat pertama melalui kulit dan truktur yang dangkal ke otot derajat kedua meluas melalui spinter anal dan juga melibatkan dinding rectum anterior (Smith, 2000).

Secara psikologis, setelah melahirkan adaptasi psikologis yang terjadi yaitu fase taking in, dimana pada pase ini fokus perhatian ibu pada dirinya sendiri. fase taking hold yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan dimana ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Fase letting go yaitu menerima tanggung jawab dan ibu mulai menyesuaikan diri dan keinginan merawat bayinya meningkat pada fase ini (Ambawati & Wulandari, 2009).

Perubahan secara psikologis disebabkan oleh kehamilan dan melewati masa persalinan. Menghadapi kondisi saat persalinan sering kali seorang wanita mengalami guncangan kejiwaan atau perubahan perasaan disertai harus menghadapi perubahan peran sebagai ibu (Rukiah, dkk, 2011).

Gambar

Tabel 3.1.  Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1:Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N= 54 Orang)
Tabel 2: mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan
Tabel 4: Distribusi frekuensi dan persentase faktor  jenis persalinan terhadap tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayi  selam periode nifas (N=54 Orang) Jenis persalinan Frekuensi Persentase
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum di RSUP Adam Malik dan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Ibu pascasalin serta

Setelah itu, ibu, suami atau orang terdekat yang mengetahui keadaan pasien akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya yang berhubungan dengan faktor – faktor yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode

faktor yang mempengaruhi Kemandirian Ibu Nifas dalam Melakukan Perawatan Tali Pusat Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalo Tahun 2015”...

Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan perawatan tali pusat pada BBL secara mandiri Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa dari lima

Menurut penelitian Harianti (2011), ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas dini yaitu pengalaman

Penyelesaian tugas akademik ini adalah untuk mendapatkan gelar Doktor Ilmu Kesehatan dengan menyelesaikan sebuah disertasi berjudul, Model kemandirian ibu dalam merawat bayi