TINGKAT KEMANDIRIAN IBU POST SEKSIO SESAREA DALAM
MERAWAT DIRI DAN BAYINYA SELAMA
EARLY POSTPARTUM
DI
RSUP HAJI ADAM MALIK DAN DR. PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
OlehEster D Nababan
061101079
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara
Fakultas Keperawatan
Jl. Prof. Ma’as No. 3 Medan – 20155 Tlpn. (061) 8213318
Nama : Ester D Nababan
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI
Nim : 061101079
Judul Penelitian : Tingkat Kemandirian Ibu Post Seksio Sesarea dalam
Merawat Diri dan Bayinya selama Early Postpartum di
RSUP Adam Malik Medan.
Telah memenuhi persyaratan penulisan skripsi sesuai Pedoman Penulisan
Proposal Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun
2010 dan dapat melakukan ujian sidang skripsi.
Medan, 20 Juni 2010
Pembimbing Penelitian
(Ellyta Aizar, S.Kp)
PRAKATA
Segala puji syukur, hormat, dan pujian penulis ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Tingkat Kemandirian Ibu Post Seksio Sesarea dalam Merawat Diri
dan Bayinya Selama Early Postpartum di RSUP Adam Malik Medan dan
dr.Pirngadi Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Ellyta Aizar S.Kp selaku dosen pembimbing skripsi penelitian
penulis yang penuh kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan,
dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penasehat akademik saya. Ibu
Nur Asiah , S.Kep.Ns selaku dosen penguji I dan Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp,M.Kep,Sp.Mat selaku dosen penguji II yang dengan teliti
memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Nur Afidarti
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang memberikan
ilmu yang berharga kepada penulis dan seluruh staf kepegawaian
Fakultas USU yang memperlancar proses akademik dan administrasi
6. Pemimpin RSUP Adam Malik Medan yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.
7. Teristimewa kepada keluargaku tercinta Ayahanda B.Nababan dan
Ibunda P.Silaban, Bosfer Nababan( Abang), Kriston Nababan (Adik),
Reymon (Adik), Rut (Adik) dan kepada seluruh keluarga yang telah
memberikan cinta, doa, bimbingan serta memotivasi penulis.
8. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan
semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini, sahabatku (Mei,
Heny, Yohana, Yunita, Murni, Isabela, Desyi), teman kelompok
kecilku (K’Marta, Desita, Ernita), saudaraku dalam bimbingan skripsi
(Anna dan Husna) serta semua orang-orang yang kusayangi yang tak
dapat kusebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mencurahkan berkat dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khusunya profesi keperawatan.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Halaman Lembar Pengesahan ... ii
Halaman Lembar Persetujuan... iii
Prakata ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... ix
Abstrak ... x
Bab 1 Pendahuluan ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2.Tujuan ... 4
3. Pertanyaan penelitian... 5
4. Manfaat Penelitian ... 5
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam perawatan nifas……… 31
2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
5.Instrumen Penelitian ... 39
6.Pengumpulan Data ... 41
7.Analisa Data ... 41
Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 42
1. Hasil Penelitian ... 42
1.1 Data Demografi ... 42
1.2 Tingkat Kemandirian Ibu Post Seksio Sesarea dalam Merawat Diri dan Bayinya selama early postpartum ... 44
2. Pembahasan... 47
Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 52
1. Kesimpulan ... 52
2. Saran ... 52
Daftar Pustaka ... 55
Lampiran-lampiran
1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan USU 2. Lembar Surat Izin Penelitian dari RSUP Adam Malik Medan 3. Formulir Persetujuan menjadi Responden
4. Kuesioner Data Demografi
5. Kuesioner Tingkat Kemandirian Ibu dalam Merawat diri dan Bayinya selama Early Postpartum
6. Jadwal Tentatif Penelitian 7. Anggaran Biaya Penelitian 8. Hasil Analisa Data
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Defenisi Operasional ... 35 2. Distribusi Frekwensi dan Persentase berdasarkan
data demografi responden ... 43
3. Distribusi Frekwensi dan Persentase responden dalam
Perawatan Diri dan Bayinya selama early postpartum ... 44
4. Distribusi Frekwensi dan Persentase berdasarkan tingkat kemandirian ibu dalammelakukan perawatan diri dan bayinya
DAFTAR SKEMA
Hal
DAFTAR TABEL
Hal
Judul : Tingkat Kemandirian Ibu Post Seksio Sesarea dalam Mearawat Diri dan Bayinya selama Early Postpartum di RSUP Adam Malik Dan RS dr. Pirngadi Medan.
Medan
Nama : Ester D Nababan Fakultas : Keperawatan Nim : 061101079 Tahun : 2009/2010
Abstrak
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran hasil konsepsi merupakan waktu untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil berlangsung sekitar enam minggu. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin. Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early postpartum dan late postpartum. Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum di RSUP Adam Malik dan dr.Pirngadi Medan dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal Februari- Mei 2010 dengan melibatkan 22 orang ibu post seksio sesarea yang sehat dan memiliki bayi yang sehat dengan metode pengambilan sampel totally sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuesioner tingkat kemandirian ibu tentang perawatan diri dan bayi baru lahir selama early postpartum. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan descriptive analysis dengan hasil menunjukkan tingkat kemandirian ibu dalam perawatan diri dan bayi baru lahir selama early postpartum mayoritas dalam ketergantungan ringan sebanyak 11 orang (50%), ketergantungan sedang 7 orang (31,81%), ketergantungan berat sebanyak 4 orang (18,18%). Jadi dapat disimpulkan bahwa selama early postpartum ibu post seksio sesarea memerlukan bantuan dalam melakukan perawatan diri dan bayinya.
Judul : Tingkat Kemandirian Ibu Post Seksio Sesarea dalam Mearawat Diri dan Bayinya selama Early Postpartum di RSUP Adam Malik Dan RS dr. Pirngadi Medan.
Medan
Nama : Ester D Nababan Fakultas : Keperawatan Nim : 061101079 Tahun : 2009/2010
Abstrak
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran hasil konsepsi merupakan waktu untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil berlangsung sekitar enam minggu. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin. Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early postpartum dan late postpartum. Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum di RSUP Adam Malik dan dr.Pirngadi Medan dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal Februari- Mei 2010 dengan melibatkan 22 orang ibu post seksio sesarea yang sehat dan memiliki bayi yang sehat dengan metode pengambilan sampel totally sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuesioner tingkat kemandirian ibu tentang perawatan diri dan bayi baru lahir selama early postpartum. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan descriptive analysis dengan hasil menunjukkan tingkat kemandirian ibu dalam perawatan diri dan bayi baru lahir selama early postpartum mayoritas dalam ketergantungan ringan sebanyak 11 orang (50%), ketergantungan sedang 7 orang (31,81%), ketergantungan berat sebanyak 4 orang (18,18%). Jadi dapat disimpulkan bahwa selama early postpartum ibu post seksio sesarea memerlukan bantuan dalam melakukan perawatan diri dan bayinya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang
ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,
kelainan letak janin dan besar, persalinan melalui vagina dapat meningkatkan
resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan satu cara alternatif lain
dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut yang disebut seksio sesarea (Mochtar, 1998).
Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Cunningham, 2005). Akan tetapi, persalinan
melalui seksio sesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan
pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya seksio sesarea maupun
perawatan ibu setelah tindakan seksio sesarea, karena tanpa pengawasan yang
baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Tenreng, 2009).
Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah
kelahiran sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan
seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari.
Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai
transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan
pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi (Walsh, 2007).
Perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas yaitu uterus mengalami involusi
mengeluarkan kolostrum, vagina kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hamil, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula (Bobak, 2004).
Adaptasi psikologis, pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Pada hari ketiga sampai akhir minggu
keempat atau kelima, ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang
semua hal-hal baru sedangkan mulai minggu kelima sampai keenam, sistem
keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota barunya (Rubin dalam
Hamilton, 1992 ).
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai
bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil (Hanafiah,
2004). Perawatan postpartum bersifat kritis tetapi sering diabaikan dalam
komponen perawatan ibu dan bayi yang baru lahir. Lebih dari 60 % kematian ibu
terjadi pada periode postpartum pada negara berkembang (Family Health
International, 2009). Morbiditas dan mortalitas maternal lebih sering terjadi
setelah tindakan seksio sesarea daripada setelah tindakan pervaginam. Komplikasi
yang ditimbulkan pada pembedahan seksio sesarea darurat atau yang tidak
direncanakan lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesarea yang telah
direncanakan sebelumnya (Cunningham, 2005).
Lama perawatan setelah persalinan perabdominal lebih lama dibandingkan
dengan dengan persalinan yang dilakukan pervaginam. Seorang ibu yang
atau hari kelima postpartum dengan syarat tidak terdapat komplikasi selama masa
postpartum (Novita, 2006).
Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early
postpartum dan late postpartum. Immediate postpartum yaitu masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan dua puluh empat jam pertama. Periode early
postpartum mulai dari dua puluh empat jam sampai satu minggu dan periode late
postpartum mulai satu minggu pertama sampai lima minggu (Saleha, 2009).
Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat
dirinya dan bayinya. Berdasarkan teori keperawatan Self Care Deficit yang
dikemukakan oleh Dorothea Orem, manusia pada dasarnya mempunyai
kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan self care
(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri
dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori keperawatan
ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan nifas
(Sikhan, 2009 ).
Kemandirian ibu nifas dalam merawat diri dan bayinya dipengaruhi oleh
usia ibu, tipe persalinan, dukungan, pengetahuan ibu, kondisi bayi, jumlah
persalinan, tingkat kelelahan kondisi fisik ibu. Tindakan seksio sesarea
mempengaruhi kesehatan fisik ibu yang akan mempengaruhi kemampuan dan
kemandirian ibu dalam perawatan diri (Bobak, 2004; Saleha, 2009).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, di negara berkembang sekitar 70 % ibu
nifas tidak mendapatkan perawatan nifas (United States Agency International
kesehatan, khususnya pada kemandirian perawatan diri ibu dan bayinya selama
masa nifas sangatlah diperlukan pembentukan strategi yang lebih cepat. Ibu nifas
harus diajarkan dan dimotivasi untuk melakukan perawatan postpartum pada pusat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin dan tempat-tempat
praktek bidan dan pusat pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa ibu nifas
memahami pentingnya layanan postpartum (United States Agency International
Development, 2007).
Dari hasil survey yang dilakukan peneliti di bagian rekam medis bahwa ada
12 orang ibu di Rumah Sakit Adam Malik dan 10 orang ibu di Pirngadi
melahirkan secara seksio sesarea dalam satu bulan dan di rumah sakit ini belum
pernah dilakukan penelitian terkait kemandirian ibu postpartum seksio sesarea
dalam perawatan diri dan bayi selama early postpartum.
Dari latar belakang masalah yang disebutkan di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di RSUP Adam Malik dan dr.Pirngadi Medan untuk
mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri
dan bayinya selama early postpartum.
2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
2.1 Mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam
merawat dirinya selama early postpartum.
2.2 Mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam
3. PERTANYAAN PENELITIAN
3.1 Bagaimana tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat
dirinya selama early postpartum?
3.2 Bagaimana tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat
bayinya selama early postpartum?
4. MANFAAT PENELITIAN
4.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam praktek keperawatan khususnya
keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan perawatan ibu post
seksio sesarea dan bayi selama early postpartum.
4.2 Penelitian Keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP SEKSIO SESAREA
1.1. Pengertian
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya
memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar,
1998).
Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan
pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini
tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau
kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991).
1.2 . Klasifikasi Seksio sesarea
Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal
yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan
bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan
kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio
sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen
bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio
sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti
Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah
seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain,
pada miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak
dapat diatasi dengan jahitan (Manuaba, 1999). Seksio sesarea vaginal yaitu
pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus (Manuaba,
1999). Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke
bawah atau ke garis tengah kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen
bawah (Manuaba, 1999).
1.3. Indikasi Seksio Sesarea
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong.
Apabila terdapat salah satu gangguan pada salah satu faktor tersebut akan
mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin (Mohctar,
1998).
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya
seksio sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi,
disproporsi sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa,
abrupsio plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk,
Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah,
pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah
dilakukan usaha untuk mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih
kuat; malpresentasi atau malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak
menguntungkan untuk melahirkan lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah
posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput
posterior yang persisten atau asinklitisme; disproporsi sefalo-pelvis dimana kepala
bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau kombinasi keduanya;
distress janin dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut jantung janin
dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan jantung ini
dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah teroksigenasi
ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit
kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu
pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan
baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi
mengompensasinya, perlu dilakukan bedah sesar; prolaps tali pusat dimana jika
tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat
menjepit tali pusat tersebut dan secara drastis mengurangi pasokan oksigen
sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan secara bedah sesar segera;
plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim
melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang tidak sakit
pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin. Melahirkan
plasenta akan keluar sebelum si bayi (Duffet, 1995; Kasdu, 2003; Simkin dkk,
2008).
Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi
dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke
janin dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu
dilakukan bedah sesar; penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit
jantung atau kondisi medis lain yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu
menahan stress persalinan dan melahirkan lewat vagina. Adanya luka herpes pada
atau di dekat vagina pada saat persalinan juga merupakan indikasi untuk
melahirkan sesar karena bayi akan tertular infeksi jika dilahirkan melewati jalan
lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat mengurangi risiko penularan virus
ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang sudah direncanakan (Duffet,
1995; Simkin dkk, 2008).
1.4. Komplikasi Seksio Sesarea
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya
(Bobak, 2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan
dengan persalinan pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani
seksio sesarea berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan
tromboemboli dan perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba,
Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5 0
Celcius (Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala
bukan sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius .
Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca
pembedahan seksio seksarea (Rayburn, 2001).
Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan
mencapai homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat
atoni uteri (Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan
hipoksia, depresi pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan
(Mochtar, 1988).
2. KONSEP NIFAS
2.1. Pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih dari enam minggu (Saleha, 2009).
2.2. Perawatan Nifas
Banyak orang beranggapan, bila seorang ibu sudah melahirkan anaknya
dengan selamat, berarti semua urusan sudah selesai. Padahal, masih ada hal
penting yang harus diperhatikan yaitu perawatan nifas (Indah, 2009).
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
2004). Menurut Basford (2006) dikutip dari Dean (1986) menyatakan bahwa
perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk mencapai
kesehatan, mencegah penyakit, mengevaluasi gejala dan memulihkan kesehatan.
Perawatan ibu setelah melahirkan secara sesarea merupakan kombinasi
antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas (Bobak, 2004). Perawatan pasca
bedah sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi pada seksio
sesarea. Perawatan pertama yang harus dilakukan setelah operasi adalah
pembalutan luka dengan baik (Mochtar, 1988).
Ibu yang telah mengalami pembedahan seksio sesarea, mempunyai
kebutuhan perawatan pascapartum yang sama dengan ibu yang melahirkan
pervagina (Ladewig, dkk, 2005). Perawatan nifas meliputi perawatan diri ibu dan
perawatan bayi baru lahir. Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka,
nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum, perawatan payudara, miksi, defekasi.
Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan bayi, perawatan tali pusar,
makanan, imunisasi, mengganti popok, perawatan alat kelamin dan perawatan
mata, hidung dan telinga bayi.
2.2.1 Perawatan Ibu Nifas
Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini,
perawatan perineum, perawatan payudara, miksi dan defekasi.
1. Perawatan Luka Seksio Sesarea
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu
melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui
luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka (Hidayat, 2006).
Luka insisi diperiksa setiap hari. Karena itu bebat yang tipis tanpa plester
yang berlebihan lebih menguntungkan. Biasanya, jahitan kulit dilepas pada hari
keempat setelah operasi (Pritchard dkk, 1991). Pembalut luka berfungsi sebagai
penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan. Penutup
luka dipertahankan selama hari pertama selama pembedahan untuk mencegah
infeksi pada saat proses penyembuhan berlangsung ( Prawihardjo, 2008).
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan ditutup dengan kain penutup
luka. Pembalut luka diganti dan dibersihkan setiap hari dan luka yang mengalami
komplikasi seperti hanya sebagian luka yang sembuh sedangkan sebagian
mengalami infeksi dengan eksudat atau luka terbuka seluruhnya memerlukan
perawatan khusus bahkan memerlukan reinsisi (Novita, 2006).
Pembersihan luka insisi dimulai mencuci tangan sampai bersih kemudian
mengkaji atau mengobservasi status luka apakah luka bersih atau kotor serta
sejenisnya. Kasa steril dipegang dengan pinset lalu dicelupkan ke dalam larutan
savlon dan dilakukan pembersihan pada luka. H2O2 diberikan jika diperlukan
atau diberi larutan Nacl 0,9% kemudian luka dibersihkan sampai bersih dan
dilanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan betadin atau sejenisnya.
2. Nutrisi masa nifas
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan
biasa karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup (Sulistyawati, 2009). Makanan yang
dikonsumsi harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein, banyak cairan
serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami
hemokosentrasi (Hanafiah, 2004).
Ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup, meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari dan ibu sebaiknya minum
setiap kali menyusui, pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, mengkonsumsi kapsul vitamin A
(200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya
(Saifuddin, 2001).
Ibu post seksio sesarea harus menghindari makanan dan minuman yang
menimbulkan gas karena gas perut kadang-kadang menimbulkan masalah sesudah
seksio sesarea. Jika ada gas dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang menusuk.
Gerak fisik dan bangun dari tempat tidur, pernapasan dalam, dan bergoyang di
3. Ambulasi Dini
Sehabis melahirkan ibu merasa lelah karena itu ibu harus istirahat dan tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian ibu boleh miring ke kanan
dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli (Mochtar,
1998).
Menurut Mochtar (1998), manfaat mobilisasi bagi ibu post operasi adalah
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini. Dengan bergerak, otot –
otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa
sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, faal
usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang
peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat
organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi
darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli
dapat dihindarkan.
Setelah persalinan yang normal, jika gerakan ibu tidak terhalang oleh
pemasangan infus atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga baik, biasanya ibu
diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu satu atau dua jam
setelah melahirkan secara normal. Sebelum dua jam, ibu harus diminta untuk
melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan
harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien seksio
menjalani analgesia epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dibuktikan
dahulu sebelum ambulasi dimulai ( Farrer, 2004).
Pada hari pertama dapat dilakukan miring ke kanan dan ke kiri yang dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah ibu sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu
sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar (Mochtar, 1998). Ibu turun
dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit dua kali (Pritchard dkk, 1991).
Hari kedua ibu dapat duduk dan dianjurkan untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia
mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang diuubah menjadi setengah duduk.
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari ibu yang sudah melahirkan
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke 3 sampai 5 hari setelah operasi. Mobilisasi secara teratur dan
bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu
(Mochtar, 1998).
4. Defekasi
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetrik yang tindakannya tidak terlalu
berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam. Buang air besar secara spontan
biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada masa
Bising usus biasanya belum terdengar pada hari pertama setelah operasi,
mulai terdengar pada hari kedua dan menjadi aktif pada hari ketiga. Rasa mulas
akibat gas usus karena aktivitas usus yang tidak terkoordinasi dapat mengganggu
pada hari kedua dan ketiga setelah operasi (Pritchard dkk, 1991).
Untuk dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan diet teratur,
pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat dan olahraga atau ambulasi
dini. Jika pada hari ketiga ibu juga tidak buang air besar maka laksan supositoria
dapat diberikan pada ibu ( Wulandari, 2009); (Hamilton, 1992).
5. Perawatan Perineum
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptur atau laserasi merupakan
daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan
dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh
dengan cepat (Farrer, 2004 ).
Perawatan khusus perineum bagi wanita setelah melahirkan bayi bertujuan
untuk pencegahan terjadinya infeksi, mengurangi rasa tidak nyaman dan
meningkatkan penyembuhan.Walaupun prosedurnya bervariasi dari satu rumah
sakit lainnya, prinsip-prinsip dasarnya bersifat universal yaitu mencegah
kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma dan membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau
(Hamilton, 1992).
Setelah ibu mampu mandi sendiri, biasanya daerah perineum dicuci sendiri
khusus (Farrer, 2004). Perawatan perineum dapat dilakukan dengan cara perineum
dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Cairan sabun atau
sejenisnya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar. Dibersihkan mulai
dari simfisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi (Wulandari, 2009).
6. Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan pengeluaran ASI.
Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil. Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini
mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Perawatan payudara dilakukan 2
kali sehari (Admin, 2009).
Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara (1). Menjaga payudara
tetap bersih dan kering, terutama puting susu (2). Menggunakan BH yang
menyokong payudara (3). Mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar sekitar
puting susu apabila puting susu lecet dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet (4). Mengistirahatkan payudara apabila lecet sangat
berat selama 24 jam (5). Meminum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam untuk
menghilangkan nyeri (6).Melakukan pengompresan dengan menggunakan kain
basah dan hangat selama 5 menit apabila payudara bengkak akibat pembendungan
ASI, mengurut payudara dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting, ASI sebagian
disusui setiap 2-3 jam dan apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI sisanya
dikeluarkan dengan tangan lalu meletakkan kain dingin pada payudara setelah
menyusui (Saifuddin, 2001).
7. Miksi
Berkemih hendaknya dapat dilakukan ibu nifas sendiri dengan secepatnya.
Sensasi kandung kencing mungkin dilumpuhkan dengan analgesia spinal dan
pengosongan kandung kencing terganggu selama beberapa jam setelah persalinan
akibatnya distensi kandung kencing sering merupakan komplikasi masa nifas
(Kasdu, 2003).
Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat melepas
kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan ibu semakin cepat
melakukan mobilisasi (Prawirohardjo, 2009). Kateter pada umumnya dapat
dilepas 12 jam setelah operasi atau lebih nyaman pada pagi hari setelah operasi.
Kemampuan mengosongkan kandung kemih harus dipantau seperti pada kelahiran
sebelum terjadi distensi yang berlebihan (Pritchard dkk, 1991).
8. Kebersihan Diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu (Hamilton, 1992). Mandi di tempat tidur
dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi yang terutama
dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan payudara
Pada hari ketiga setelah operasi, ibu sudah dapat mandi tanpa
membahayakan luka operasi (Pritchard dkk, 1991). Payudara harus diperhatikan
pada saat mandi. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka
yang disediakan secara khusus (Farrer, 2004).
2.2.2. Perawatan Bayi Baru Lahir
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologi mulai terjadi pada bayi
baru lahir. Karena perubahan dramastis ini, bayi memerlukan pemantuan ketat
untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap
kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang
dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil
(Ladewig, 2005).
Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan bayi, perawatan tali pusar,
makanan, imunisasi, popok dan perawatan alat kelamin dan , mata, hidung dan
telinga bayi
1. Memandikan bayi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi.
Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga bayi
jangan sampai kedinginan serta air masuk ke hidung, mulut, atau telinga bayi
yang dapat mengakibatkan aspirasi (Alimul, 2009).
Sesuai dengan umur, ada cara untuk memandikan bayi. Mandi spons,
spons, tidak perlu dimandikan dalam bak mandi. Mandi dengan cara ini dilakukan
sampai bayi berusia empat sampai enam minggu. Saat memandikan bayi, pilihlah
posisi yang paling nyaman. Misalnya duduk sambil memangku bayi atau berdiri
dan bayi diletakkan di atas meja.Selain tubuh, kaki dan tangan, kepala bayi juga
dibersihkan. Seluruh tubuh bayi dengan disabuni dengan spons. Khusus untuk
bagian kepala, selain menggunakan sabun khusus bayi, bisa menggunakan sampo
khusus bayi. Kemudian bayi dibilas, dan dikeringkan dengan handuk lembut
(Musbikin, 2006).
Jika kulit bayi tampak kering, kulit diolesi dengan baby lotion atau bahan
pelembab khusus bayi lainnya. Baby oil kurang baik karena kandungan
minyaknya tidak efektif diserap kulit (Musbikin, 2006).
Mandi dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas, bayi bisa
mulai dimandikan di dalam bak mandi. Bak mandi yang digunakan disesuaikan
ukurannya dengan bayi, jangan terlalu besar dan terlalu kecil. Bak mandi diisi
dengan air hangat atau suhunya 75-890 Celcius (Musbikin, 2006).
Menggosok tubuh bayi dengan waslap atau spons, tetapi hidung dan telinga
dibersihkan dengan menggunakan cotton buds. Sebelum mencuci rambut bayi,
terlebih dahulu membasuh muka bayi dengan air lalu mengeringkan dengan
handuk. Setelah itu, rambut bayi digosok dengan sampo. Pada waktu membilas,
kepala bayi diangkat hingga lebih tinggi dari bak mandi. Tubuh bayi dibersihkan
dengan waslap. Rambut bayi tidak perlu dicuci setiap hari, cukup tiga kali
2. Perawatan tali pusar
Perawatan tali pusar merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan
merawat tali pusar pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya
infeksi (Alimul, 2009).
Tali pusar yang belum lepas perlu dibersihkan paling sedikit dua kali sehari.
Perawatan dilakukan dengan cermat dan hati-hati, apalagi bagi pusar bayi masih
berwarna merah. Sesudah bayi berumur kira-kira dua minggu, tali pusar yang
sudah kering akan terlepas sendirinya. Bila tali pusar yang terlepas tersebut
meninggalkan sedikit darah pada pusar bayi, keadaan tersebut dalam batas normal
(Musbikin, 2006).
Beberapa langkah perawatan yang dapat dilakukan yaitu (1). Sesudah bayi
selesai dimandikan, pusar bayi dibersihkan dengan cotton buds yang sudah
dibubuhi alkohol. Caranya, mengangkat sisa tali pusar agar bagian di sekeliling
tali pusar dapat dibersihkan (2). Melilitkan kasa yang dibubuhi obat khusus dan
mengusahakan agar kasa menutupi seluruh sisa tali pusar (3). Setelah selesai
membalut sisa tali pusar, seluruhnya ditutup dengan kasa steril kemudian plester
dengan menggunakan plester yang tidak kaku dan tidak menyakitkan bila dilepas
(4).Bila tali pusar sudah terlepas, bekas luka dilindungi dengan kasa pembalut
3. Makanan
Makanan yang lebih baik, sehat dan sempurna untuk bayi adalah ASI. ASI
memiliki komposisi protein, karbohidrat, lemak, zat gula dan vitamin benar-benar
proporsional untuk pertumbuhan bayi yang ideal. Di dalam ASI terdapat
immunoglobulin. ASI diberikan minimal sampai anak berusia 2 tahun. Sampai
usia enam bulan, bayi tidak membutuhkan makanan tambahan lain (Musbikin,
2006).
Menyusui dapat dimulai sehari setelah operasi (Pritchard, 1991). Pada saat
pertama kali menuyusui bayi mungkin ibu masih berbaring dan memerlukan
bantuan. Salah satu posisi yang paling nyaman untuk menyusui bayi pada
hari-hari-hari awal adalah dengan berbaring miring dan bayi berbaring pada sisi tubuh
ibu dengan wajah menghadap ibu. Kepala bayi dipeluk dengan lengan yang
bertumpu di tempat tidur, sedangkan lengan yang lain bebas. Ibu bisa
menempatkan sebuah bantal untuk menyangga pinggang serta sebuah bantal atau
selimut di atas perut untuk melindungi luka insisi dari tendangan bayi (Duffet,
1995).
Posisi menyusui yang tepat untuk melindungi luka sayatan dari tekanan
berat dan gerak bayi adalah posisi pegangan bola atau mengapit, berbaring
menyamping atau meletakkan sebuah bantal di atas luka sayatan sebelum
4. Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit terutama polio, cacar, gondok, rubella, pertusis, difteri, tetanus,
infeksi Haemophilus dan Hepatitis B dengan memberikan vaksin pada bayi
(Musbikin, 2006).
Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dimulai dari umur 0 bulan..
Imunisasi DPT dilakukan tiga kali. DPT pertama diberikan saat bayi berusia dua
bulan, DPT kedua saat bayi berusia empat bulan dan DPT ketiga pada saat bayi
berusia enam bulan. Imunisasi polio untuk menghindari anak dari penyakit
kelumpuhan, diberikan tiga kali pada saat bayi berusia dua bulan, empat bulan dan
enam bulan. Imunisasi campak diberikan setelah bayi berusia sembilan bulan.
Imunisasi hepatitis B diberikan dua kali pada saat bayi baru lahir dan usia satu
bulan (Surya, 2004).
Imunisasi harus diberikan pada bayi yang kondisi tubuhnya sehat, tidak
dibenarkan diberikan pada bayi yang sedang menderita penyakit ataupun bayi
sedang menderita panas tinggi. Batas aman suhu badan anak yang akan mendapat
imunisasi harus berkisar 370 Celsius (Musbikin, 2006).
5. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata , hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Untuk
merawat telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan
benda apapun ke lubang telinga, termasuk cotton buds atau jari. Bagian dalam
kotoran keluar, hanya bagian luarnya yang dibersihkan dengan menggunakan
cotton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari maka jari
benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan banyak lendir sangat banyak karena
pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung atau bayi diletakkan dalam posisi
tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Danuatmaja, 2003).
Mata dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat.
Kapas yang digunakan harus lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di
mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, mata bayi dipastikan bersih dari sisa kapas
(Danuatmaja, 2003).
6. Popok
Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang
satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin
berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih
peka (Danuatmaja, 2003).
Ada dua jenis popok bayi yaitu popok kain dan popok sekali pakai atau
diapers. Popok kain murah, terbuat dari bahan alami seperti katun, flannel,
dapat digunakan berkali-kali. Popok sekali pakai lebih mahal daripada popok kain
tetapi mudah digunakan, memiliki banyak fitur, seperti bahan penyerap super,
elastis pada kaki dan pinggang dan tetap kering (Tender Baby Care, 2009). Popok
bayi diganti minimal setiap kali bayi selesai buang air. Jika menggunakan popok
sekali pakai atau diapers, basahnya diapers jangan digunakan sebagai ukuran
Diapers yang bermutu biasanya memberi tanda jika tiba saat mengganti
popok, misalnya perubahan warna gambar diapers. Ibu tidak perlu
membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti popoknya, kecuali jika
terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi buang air besar.
Adapun cara mengganti popok bayi yaitu sebelum mengganti popok, semua
alat yang dibutuhkan disiapkan dan diusahakan mudah dijangkau. Alat-alat yang
dibutuhkan adalah popok bersih, gumpalan kapas dan air hangat (untuk bayi di
bawah satu bulan atau bayi yang mengalami gatal-gatal dan kulit merah), handuk
kecil untuk mengeringkan, baju ganti (jika popok bocor dan mengotori baju), serta
salep untuk gatal jika perlu. Setelah semua alat yang dibutuhkan disiapkan, ibu
mencuci tangan dan mengeringkan tangan. Saat mengganti popok, bayi diajak
bercakap-cakap atau diberi mainan agar tidak rewel. Jangan menggunakan alat
atau kosmetik bayi sebagai mainannya karena bayi yang agak besar dapat
memasukkan benda-benda tersebut ke dalam mulutnya. Isi popok diperhatikan,
apakah bayi sudah selesai buang air. Setelah beres, baru popok ditarik keluar.
Kedua kaki bayi diangkat lalu kelamin dan bokongnya dibersihkan dengan
seksama. Sesudah bayi bersih, lalu bayi dipakaikan popok bersih dan popok atau
diapers harus berukuran tepat agar tidak bocor dan jangan terlalu ketat karena bisa
membuat kulit bayi lecet. Popok kotor disimpan di tempat tertutup sampai tiiba
waktu dicuci, tinja padat dibuang ke toilet dan diapers dibungkus dengan kertas
7. Perawatan Alat Kelamin Bayi
Setiap kali mengganti popok laki-laki, alat kelamin dan pantat bayi harus
dibersihkan. Air seni bayi menyemprot kemana-mana, jadi perut dan tungkainya
harus dibersihkan. Bila tidak dibersihkan, sisa air seni dapat menyebabkan iritasi
(William, 2003)
Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi laki-laki yaitu alat kelamin
dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan penis dan
lipatan-lipatannya digunakan kapas basah, tidak boleh memaksa menarik kulit
luar dan membersihkan bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena
sangat berbahaya, kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali ibu bisa
menarik dan membersihkan bagian bawahnya. Dengan kapas baru, anus dan
bagian bokong dari arah anus ke luar dibersihkan lalu dikeringkan dengan tisu
lembut, jangan buru-buru memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak
dan lipatan kulit dan bokong diolesi krim (Danuatmaja, 2003).
Sewaktu mengganti popok bayi perempuan, pantatnya dibersihkan dengan
baik. Bagian dalam alat kelaminnya tidak perlu dibersihkan karena di daerah ini
tidak terdapat banyak kotoran dan jika dibuka dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi. Membersihkan selalu dari depan ke belakang sehingga tidak
menyebabkan bakteri masuk dari anus ke vagina (Williams, 2003).
Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi perempuan yaitu alat kelamin
dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan bagian
bawah kelamin digunakan gulungan kapas dan dilakukan dari arah depan ke
anus dan bagian bokong dibersihkan dari arah anus ke luar. Lalu dikeringkan
dengan tisue lembut dan tetapi dibiarkan terkena udara sejenak sebelum memakai
popok dan lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003).
3. KONSEP KEMANDIRIAN
3.1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) , kemandirian adalah hal
atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut
Rahmawati (2005) dikutip dari Lie dan Prasasti (2004) menyatakan bahwa
kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegitan atau tugas sehari-hari
atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kapasitasnya.
Kemandirian mempunyai lima komponen utama yaitu (1). Bebas, artinya
bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung
pada orang lain (2). Progresif dan ulet, artinya berusaha untuk mengejar prestasi,
tekun dan terencana dalam mewujudkan harapannya (3). Inisiatif, yaitu mampu
berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif, terkendali dari
dalam dimana individu mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu
mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan dan atas
usahanya sendiri (5). Kemantapan diri (harga diri dan percaya diri ) termasuk
dalam hal ini mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri,
menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya (Masrun dalam Irianti
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa kemandirian adalah
kemampuan seseorang untuk mengontrol perilakunya dan menyelesaikan
masalahnya secara bebas, bertanggung jawab, percaya diri dan penuh inisiatif
serta dapat memperkecil ketergantungannya pada orang lain.
3.2. Kemandirian Ibu dalam Perawatan Diri dan Bayinya
Berdasarkan teori keperawatan Self Care Deficit yang dikemukakan oleh
Dorothea Orem, manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat
dirinya sendiri. Konsep Orem dibedakan menjadi 3 teori utama yaitu self care, self
care deficit dan nursing system.
1. Self care
Orem memandang individu sebagai agen yang mempunyai kekuatan dan
kecenderungan memenuhi kebutuhan dirinya secara mandiri. Teori self care ini
didasarkan pada empat konsep yaitu self care, self care agency, self care
requisites dan theraupetic self care demand. Self care menunjukkan aktivitas
menyeluruh dari individu secara mandiri dalam meningkatkan dan
mempertahankan kehidupan serta kesejahteraan.
Self care agency adalah kemampuan yang kompleks dari individu untuk
melakukan tindakan self care atau kemampuan untuk menjumpai seseorang untuk
melanjutkan keperluan perawatan sesuai proses kehidupan,mempertahankan dan
meningkatkan integritas struktur dan fungsi tubuh serta perkembangan dan
Self care agency meliputi kemampuan seseorang untuk mengenal
kebutuhannya, merencanakan sesuatu dan melakukan sendiri self carenya. Self
care agency dijabarkan oleh Orem pada tiga tipe sikap yaitu fundasional
(fundational), kemampuan (enabling) dan operasional (operational). Sikap
fundasional termasuk kemampuan seseorang dalam memperhatikan sensasi
persepsi memori dan orientasi. Sikap mampu adalah kekuatan self care agency,
yaitu kemampuan self care seseorang seperti pengetahuan, keterampilan self care,
menilai status kesehatan, mobilitas, motivasi, membuat keputusan, kemampuan
interpersonal, ketegaran, tujuan hidup. Sikap operasional adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat orang lain dan kondisi lingkungan serta faktor-faktor
penting dalam melakukan self care, pembuatan keputusan tentang apa yang dapat
dan harus dilakukan serta tindakan nyata dalam penampilan self care.
Self care agency dipengaruhi oleh faktor kondisi dasar yaitu umur, jenis
kelamin, tingkat perkembangan, status kesehatan, sosial kultural, system
pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola hidup, faktor lingkungan dan
ketersediaan sumber pendukung.
Self care requistes ( kebutuhan self care) adalah tindakan-tindakan yang
diambil atau yang dilakukan dalam memenuhi self care. Ada tiga self care
requistes yaitu universal requistes yaitu berlaku umum untuk semua orang
termasuk didalamnya eliminasi, udara, air, makanan, keseimbangan kebutuhan
istirahat, solitut, interaksi social, pencegahan budaya, dan meningkatkan fungsi
normal tubuh manusia, development requistes adalah hasil pematangan atau
demamd adalah menunjukkan semua aktivitas self care atau dengan kata lain
merupakan semua tindakan yang dilakukan dalam mempertahankan keadaan sehat
dan sejahtera.
2. Self Care deficit
Self care deficit timbul ketika self care agency yang tidak adekuat dalam
memenuhi kebutuhan selfcare. Keterbatasan individu dapat diakibatkan oleh sakit,
kecelakaaan, ataupun efek dari tindakan pengobatan/perawatan. Perawat dapat
menbantu pasien melalui metode (helping method) yaitu melakukan atau
membantu langsung, membimbing, pendidikan, member dukungan dan
menyediakan lingkungan yang mendukung serta meningkatkan kemampuan
pasien memenuhi self carenya.
3. Nursing system
Orem melihat bahwa perawatan adalah pelayanan untuk menolong
seseorang dalam memenuhi self carenya. Pada system keperawatan ini perawat
menggunakan kelima cara helping metode. Setiap cara tersebut digunakan pada
tiga tipe system pelayanan keperawatan yaitu
(1). Perawatan total (wholly compensatory), individu belum mampu mengontrol
dan memonitor lingkungan dan informasi dalam melakukan self carenya.
(2). Perawatan sebagian (partial compensatory), individu belum mampu
melakukan beberapa atau sebagian dari aktivitas self carenya.
(3).Pendidikan dan dukungan (educative ssupportif), individu hanya
membutuhkan pendidikan dan dukungan lebih lanjut dalam melakukan self care
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam perawatan
diri dan bayinya selama early postpartum
Tingkat kemandirian terbagi atas mandiri, ketergantungan ringan,
ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan
diri dan bayinya selama early postpartum yaitu
a. Faktor masa lalu ibu
Melalui pengalaman di masa lalu sesorang dapat belajar cara merawat diri.
Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan
dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri
pascabersalin. Contohnya jika ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan
payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri ibu
pascabersalin. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan tersebut. Dalam
hal ini pengalaman memberikan pengaruh pada perilaku ibu untuk melakukan
perawatan diri pascabersalin. Pengalaman ibu dimana ibu yang multipara akan
lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah
beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya, dukungan dimana ibu yang
mendapat dukungan dapat memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan
mengasuh anak (Bobak, 2004)
b. Faktor internal ibu pascabersalin
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri.
Aktivitas merawat diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini juga dapat
usia ibu muda perawatan pascabersalin yang dilakukan akan berbeda dengan ibu
yang memiliki usia lebih dewasa dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun
merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik (Bobak, 2004).
Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan ibu, maka
kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik (Bobak, 2004). Kondisi fisik
ibu setelah melahirkan dimana semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah
melahirkan, semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan ibu semakin
yakin akan kemampuannya untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan
(Saleha, 2009).
c. Faktor lingkungan ibu pascabersalin
Lingkungan akan terus berubah, jika memasuki suatu fase kehidupan yang
baru akan selalu terjadi penyesuaian diri dengan lingkungan. Situasi ini dapat
mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan diri pascabersalin. Keluarga
berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya,
khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Seperti halnya ibu
pascabersalin, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu
memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam
masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi,
pemeliharaan kesehatan , rekreasi dan memberi dukungan dimana ibu yang
mendapat dukungan dapat memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan
mengasuh anak (Bobak, 2004).
d. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan, khususnya perawat sangat berperan penting dalam
mempengaruhi perilaku perawatan diri ibu pascasalin. Perawat merupakan orang
yang dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu perawat juga
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi
pada pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu,
kelompok, atau keluarga. Pemberian asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien. Di rumah sakit perawat
adalah orang yang paling dekat dengan pasien, oleh sebab itu perawat harus
mengetahui kebutuhan pasiennya. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
misalnya mengajarkan pada ibu postpartum bagaimana cara melakukan perawatan
diri. Awalnya perawat dapat membantu ibu dalam melakukan perawatan diri
pascasalin, kemudian anjurkan ibu untuk mengulanginya secara rutin dengan
bantuan suami atau keluarga selanjutnya ibu akan mampu melakukan perawatan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat
kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early
postpartum. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan dalam skema
berikut :
Skema 1. Kerangka penelitian tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum
Keterangan :
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti 2. DEFENISI OPERASIONAL
Perawatan Diri dan Bayi Baru Lahir (BBL) selama Early Postpartum Perawatan Ibu :
1. Luka insisi post seksio sesarea
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1.DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah wadah menjawab pertanyaan penelitian atau
menguji kebenaran hipotesis. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain deskriptif karena peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang
kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early
postpartum.
2. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
2.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu nifas post seksio sesarea yang
telah bersalin di Rumah Sakit Adam Malik Medan dan Rumah Sakit dr.Pirngadi
Medan. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 15 Desember
2009, jumlah ibu yang melahirkan secara seksio sesarea di Rumah Sakit Adam
Malik Medan rata-rata 36 orang dan hasil survey tanggal 20 April 2010 jumlah
ibu yang melahirkan secara seksio sesarea di Rumah Sakit dr.Pirngadi rata-rata 10
2.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan tehnik Convenience
sampling yaitu dengan cara mengambil responden yang ada atau tersedia yang
memenuhi kriteria (Arikunto,2005).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ibu nifas post seksio sesarea hari ke lima postpartum
b. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat atau tanpa komplikasi
c. Dapat berbahasa Indonesia dengan baik
d. Bersedia menjadi responden.
3. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Adam Malik Medan dan
dr.Pirngadi Medan. Lokasi ini dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah
sakit pendidikan dan melayani ibu-ibu yang bersalin secara seksio sesarea
sehingga dapat diperoleh gambaran tentang tingkat kemandirian ibu nifas post
seksio sesarea dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari-Mei 2010.
4. PERTIMBANGAN ETIK
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas
Keperawatan dan rekomendasi dari Rumah Sakit Adam Malik Medan dan Rumah
Sakit dr.Pirngadi Medan. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
dilakukan kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika calon responden
menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak memaksa
dan menghormati hak-hak subjek. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti
tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
responden, tetapi hanya membuat kode pada lembar kuesioner.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi
responden. Kerahasiaan catatan menengenai data responden dijaga dan data-data
yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
5. INSTRUMEN PENELITIAN
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada konsep dan tinjauan teoritis. Kuesioner penelitian terdiri dari 2
bagian yaitu yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner tingkat kemandirian
ibu dalam merawat diri dan bayinya selama early postpartum.
5.1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi meliputi usia, agama, suku, pekerjaan,
pendidikan, alasan seksio sesarea, jumlah persalinan. Data demografi ini berguna
untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang
5.2. Kuesioner tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya
Kuesioner aktivitas perawatan diri dan bayi terdiri dari perawatan diri ibu
meliputi perawatan perineum, perawatan payudara, nutrisi, ambulasi dini, miksi,
defekasi. Perawatan bayi meliputi mengganti popok, perawatan alat kelamin,
makanan, perawatan mata, hidung, telinga. Kuesioner tingkat kemandirian terdiri
dari dari 11 butir pernyataan dimana 7 pernyataan untuk perawatan diri ibu dan 4
pernyataan untuk perawatan bayi selama early postpartum dengan ketentuan
untuk jawaban melakukan sendiri tanpa dibantu orang lain diberi skor 2,
memerlukan bantuan orang lain diberi skor 1 dan tidak mampu diberi skor 0.
Berdasarkan rumusan statistik Hidayat (2007),
p =rentang/banyak kelas
Dimana p merupakan panjang kelas dengan dan r merupakan rentang kelas
(selisih nilai tertinggi dan terendah) sebesar 22 dan 4 kategori kelas sebesar maka
didapatkan panjang kelas sebesar 5. Menggunakan p= 5 dan nilai terendah 0
sebagai batas bawah kelas interval pertama dan nilai tertinggi 22 maka tingkat
kemandirian dikategorikan dengan kelas interval sebagai berikut, mandiri bila
skor 18-22, ketergantungan ringan bila skor 12-17, ketergantungan sedang bila
skor 6-11 dan ketergantungan total skor 0-5
5.3. Uji validitas dan Reliabilitas
Uji validitas instrumen bertujuan untuk menegtahui kemampuan instrumen
untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan
dengan apa yang diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji validitas dilakukan
memberikan konsep yang digunakan dan instrumen yang telah disusun oleh ahli
dalam bidangnya. Ahli yang diminta untuk melakukan uji validitas adalah satu
orang dosen keperawatan maternitas yaitu Ibu Nur Afidarti dan satu dokter
obstetri dan ginekologi yaitu Bapak Dr. Syamsul Arifin SpOG.
Proses validasi diberikan dengan memberikan keterangan mengenai tujuan
penelitian, selanjutnya Ibu Nur Afidarti dan Bapak Syamsul Arifin SpOG
menelaah lebih lanjut isi proposal untuk proses validasi. Kemudian instrumen
dikatakan valid oleh Ibu Nur Afidarti dan Bapak Syamsul Arifin, SpOG.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga
dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama
(Notoatmodjo, 2005). Uji dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 10
orang responden. Uji tes ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi
komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpha. Untuk istrumen yang baru akan
reliabel jika memiliki reliabilitas (r) lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995).
6. PENGUMPULAN DATA
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan permohonan izin
pelaksanaan pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan kemudian peneliti
mengajukan permohonan izin pada Rumah Sakit Adam Malik Medan. Setelah
mendapat persetujuan dari pihak rumah sakit, maka peneliti melaksanakan
pengumpulan data penelitian.
Setelah dua bulan melakukan penelitian di RSUP Adam Malik Medan,
permohonan izin pelaksanaan pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan
kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pada Rumah Sakit dr.Pirngadi
Medan. Setelah mendapat persetujuan dari pihak rumah sakit maka peneliti
melaksanakan pengumpulan data.
Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada
calon responden. Pasien yang sesuai kriteria dan bersedia menjadi responden
diberikan informed consent. Setelah mendapat persetujuan dari responden
pengumpulan data dimulai. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
observasi langsung kepada responden. Kemudian lembar kuesioner diisi oleh
peneliti sendiri yang terdiri dari sebanyak 11 pernyataan.
Untuk item perawatan luka yang dinilai adalah kemampuan ibu mengganti
balutan, menilai ada tidaknya tanda-tanda infeksi dan membersihkan luka. Adanya
prosedur tetap di Rumah Sakit Adam Malik dan Rumah Sakit dr. Pirngadi tentang
perawatan luka post seksio sesarea bahwa penggantian balutan dilakukan pada
hari kelima atau menjelang pulang ke rumah oleh dokter maka kemandirian ibu
untuk perawatan luka tidak dilakukan peneliti karena perawatan luka semua ibu
hari kelima post seksio sesarea dilakukan oleh dokter bedahnya.
Untuk item kemandirian ibu memandikan dan merawat tali pusar bayi juga
tidak dinilai peneliti dalam penelitian ini karena adanya prosedur di Rumah Sakit
Adam Malik dan Rumah Sakit dr. Pirngadi bahwa memandikan dan merawat tali
pusar dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Setelah tiga bulan melakukan penelitian di Rumah Sakit Adam Malik
responden sebanyak 16 orang dari Rumah Sakit Adam Malik dan 6 orang dari
Rumah Sakit dr.Pirngadi Medan. Setelah kuesioner terkumpul secara lengkap,
peneliti kemudian menganalisa data.
7. ANALISA DATA
Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data melalui
beberapa tahap yaitu editing, mengecek nama dan kelengkapan identitas dan data
responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk,
dilanjutkan dengan koding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner
untuk memudahkan dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan
persentasi jawaban dari setiap responden. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan tehnik komputerisasi. Hasil analisa data baik data demografi dan
kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya dalam bentuk statistik deskriptif