PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh
JENNY PERMASIH
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
JENNY PERMASIH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) proses pengambilan keputusan penggunaan benih jagung hibrida, (2) hubungan antara karakteristik petani dan keputusan penggunaan benih jagung hibrida, dan (3) faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. Penelitian ini dilakukan di dua desa, kedua desa tersebut adalah Desa Sri Katon dan Waringin Sari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. Ada 80 (delapan puluh) responden dalam penelitian ini yang diperoleh dengan teknik disproporsional stratified random sampling. Data di analisis dengan
menggunakan analisis faktor (Analisis Komponen Utama). Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani dalam keputusan penggunaan benih jagung hibrida melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Pendapatan dan pengalaman petani berhubungan positif terhadap keputusan penggunaan benih jagung hibrida. Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi keputusan penggunaan benih jagung hibrida, komponen pertama adalah perbedaan individu yang terdiri dari persepsi petani tentang kecukupan benih jagung hibrida, tingkat pemahaman petani terhadap benih jagung hibrida, dan persepsi petani terhadap tingkat kedekatan tempat tinggal dengan kios saprodi. Komponen kedua adalah persepsi petani terhadap produk yang terdiri dari persepsi tentang ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, produksi, dan output. Komponen ketiga adalah persepsi petani tentang harga benih jagung hibrida.
ABSTRACT
DECISION MAKING PROCESS AND FACTORS AFFECTING THE USE OF HYBRID CORN SEEDS BY FARMERS IN ADILUWIH
SUB-DISTRICT OF PRINGSEWU REGENCY By
JENNY PERMASIH
The study aims to determine: (1) the decision making process of using hybrid corn seeds, (2) the relationship between the farmer’s characteristics and the decision on hybrid corn seeds, and (3) the factors that influence farmer’s decision to use hybrid corn seeds. This research is conducted in two villages, Sri Katon Village and Waringin Sari Timur Village of Adiluwih Subdistrict of Pringsewu Regency. There are 80 respondents determined by using disproportionate
stratified random sampling. Data were analyzed using factor analysis of Principal Component Analysis (PCA). The results showed that farmers in their decision in using hybrid corn seeds are through stages as the following: introduction needs, information searching, alternative evaluation, purchase decision, and post-purchase evaluation. Income and experience of farmers are positively related to decision of using hybrid corn seeds. There are three dominant factors that influence the decision of using hybrid corn seeds. The first component is
individual differences which consists of farmer’s perceptions of the adequacy of hybrid corn seeds, level in understanding the hybrid corn seeds, and farmer’s perception on distance of their house and agricultural kiosk. The second component is farmer’s perception of the product which consists of perception about plant resistance on pests and diseases, production, and output. The third
component is farmer’s perception on hybrid corn seeds price.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BENIH JAGUNG HIBRIDA OLEH
PETANI DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
JENNY PERMASIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
yang diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Pajaresuk,
Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 2004, (3) Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 3 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2007,
dan (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Gading Rejo yang diselesaikan
pada tahun 2010.
Tahun 2010 penulis diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Selama di bangku
kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-Dasar
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Asisten Dosen mata kuliah Sosiologi
Pertanian, Asisten Dosen mata kuliah Kewirausahaan, dan Asisten Dosen pada
mata kuliah Usahatani .
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Penulis dilahirkan di Pringsewu, pada tanggal 14
Januari 1992, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara, buah hati dari Bapak Gunadi (Alm) dan
Ibu Ponirah. Pendidikan formal yang ditempuh
penulis adalah: (1) Taman Kanak-Kanak (TK) Budi
Terbanggi Besar Lampung Tengah dengan judul penelitian “Efektifitas Jam Kerja Tenaga Perawatan dan Pengamatan Bagian Agronomi Research And DevelopmentPT. Great Giant Pineapple” di Terbanggi Besar Lampung
Tengah. Penulis juga pernah menjadi surveyor dalam kegiatan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan penelitian untuk skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan
dengan judul “Proses Pengambilan Keputusan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Benih Jagung Hibrida oleh Petani di
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat,
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Benih Jagung Hibrida Oleh Petani di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu “. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Orang tua, kakak, semua kerabat tercinta atas dukungan moral, motivasi, dan do’a yang selalu diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Sudarma Widjaya M.S., selaku pembimbing pertama dan pembimbing
akademik yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis
selama duduk di bangku kuliah dan menyelesaikan penelitian ini.
3. Ir. Umi Kalsum M. S., selaku pembimbing kedua atas bantuan, saran, dan
kritik, serta pengarahan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M. Si., selaku pembahas atas saran dan kritik yang
bantuan yang telah diberikan.
6. Bapak Camat wilayah Adiluwih beserta staf, Bapak Kepala Desa beserta
perangkat Desa Sri Katon dan Waringin Sari Timur, Ibu Tri Wahyuningsih
beserta Bapak Endro Heru Saptono, S.P, selaku penyuluh pertanian Desa Sri
Katon dan Waringin Sari Timur atas bantuan informasi yang diberikan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
7. Ketua kelompok tani Adikaton, Cahaya Tani, Makmur 1, dan Lestari beserta
para anggotanya atas bantuan informasi yang diberikan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
8. Terimakasih Z. Arifin yang selalu memberikan semangat di setiap langkah
penulis, serta sahabat terbaikku Tyas Sekartiara, Huda Nur Aini, Nita Oktami,
Meita Sari, Vanessa dan Vega terimakasih atas bantuan, dukungan, dan
kebersamaannya selama ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010 Novita, Vina, Wida, Neno, Septa,
Hani, Dwi Rizky, Tania, Ita, Sinta, Fitri, Asih, Yoan, Kasogi, Ludi,
Dani I, Dani P, Dimash, Reza, Seta, Ka Deby, Adel, Eli, Aya, Marcel,
Tunjung, Ova, Wayan, Jale, Mamat, Hasni, Edo, terimakasih atas pengalaman
dan kebersamaannya selama ini. Semoga kelak kesuksesan menyertai kita
semua, Amiiiin.
10. Atu dan kiyai Agribisnis 2007, 2008 dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun ada sedikit harapan semoga
skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Amiin.
Bandar Lampung, 29 September 2014 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Tinjauan Pustaka... ... 9
1. Konsep Usahatani ... 9
2. Pendapatan Usahatani ... 11
3. Agronomi Jagung ... 14
2. Benih ... ... 16
3. Adopsi Inovasi ... 19
4. Teori Permintan ... 20
5. Teori Prilaku Konsumen... ... 24
a. Konsumen... ... 24
b. Karakteristik Konsumen... ... 25
c. Perilaku Konsumen ... 26
d. Pengambilan Keputusan... ... 26
e. Tipe Pengambilan Keputusan ... 29
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ... 31
g. Bauran Pemasaran ... 35
h. Persepsi dan sikap pelanggan ... 36
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 38
C. Kerangka Pemikiran ... 40
D. Hipotesis ... 44
III. METODE PENELITIAN... ... 46
A.Batasan Operasional Variabel... ... 46
B.Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian... ... 55
C.Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel... ... 56
C. Desa Waringin Sari Timur... ... 83
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 95
A. Karakteristik Responden... ... 95
1. Usia... ... 96
2. Pendidikan... ... 98
3. Pengalaman... ... 98
4. Penguasaan Lahan... ... 100
5. Pendapatan... ... 101
B. Hubungan Karakteristik Petani dengan Keputusan Penggunaan Benih Jagung Hibrida ... 110
C. Proses Keputusan Pembelian Benih Jagung Hibrida... ... 114
1. Pengenalan kebutuhan... ... 114
2. Pencarian informasi... ... 117
3. Evaluasi alternatif... ... 120
4. Keputusan pembelian... ... 121
5. Evaluasi pasca pembelian... ... 126
D. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Benih Jagung Hibrida di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu ... 130
1. Uji validitas dan realibilitas... ... 130
2. KMO, Bartlett’s Test, dan MSA... ... 135
3. Communallities... ... 136
4. Gambaran Perbedaan Total... ... 138
5. Scree Plot... ... 140
6. Komponen Acuan... ... 140
7. Rotasi Komponen Acuan... ... 142
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 155
A. Kesimpulan... ... 155
B. Saran... ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 157
LAMPIRAN ... 161
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung
per Kabupaten/kota tahun 2010-2012 ... 2
2. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi Lampung
tahun 2013 ... 3 3. Luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman jagung di Kabupaten
Pringsewu per Kecamatan tahun 2011-2013. ... 5
4. Sebaran penguasaan lahan petani di Desa Sri Katon dan Waringin
Sari Timur Kecamatan Adiluwih ... 58
5. Variabel-variabel yang diduga menentukan keputusan penggunaan
benih jagung hibrida oleh petani ... 63
6. Curah hujan di Desa Sri Katon, Kecamatan Adiluwih ... 73
7. Jenis dan luas lahan di Desa Sri Katon berdasarkan penggunaan ... 73
8. Jenis, luas lahan, dan produksi komoditas tanaman pangan unggulan
di Desa Sri Katon tahun 2013 ... 74
9. Jenis dan jumlah pengusahaan ternak di Desa Sri Katon ... 74
10. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat usia di Desa Sri Katon,
Kecamatan Adiluwih ... 75
11. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sri Katon,
Kecamatan Adiluwih ... 76
12. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencahariannya di Desa Sri Katon,
14. Sebaran penduduk berdasarkan agama di Desa Sri Katon, Kecamatan
Adiluwih ... 77
15. Perilaku Pelaku Usaha Desa Sri Katon ... 80
16. Jenis dan Luas lahan menurut penggunaannya di Desa Waringin Sari
Timur ... 84
17. Jenis, luas lahan, dan produksi komoditas tanaman pangan unggulan di
Desa Sri Katon tahun 2013 ... 84
18. Jenis dan jumlah ternak di Desa Waringin Sari Timur ... 85
19. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat usia di Desa Waringin Sari
Timur ... 86
20. Sebaran penduduk berdasarkan pada mata pencaharian di Desa
Waringin Sari Timur, Kecamatan Adiluwih ... 87
21. Sebaran responden berdasarkan perilaku pelaku usaha di Desa
Waringin Sari Timur ... 90
22. Sebaran responden berdasarkan usia di Kecamatan Adiluwih, 2014 ... 95
23. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 97
24. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berusahatani di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 100
25. Sebaran responden berdasarkan penguasaan lahan di Kecamatan
Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 100
26. Rata-rata penerimaan, biaya, dan keuntungan petani di
Kecamatan Adiluwih MT 1 per Ha ... 102
27. Rata-rata penerimaan, biaya, dan keuntungan petani
di Kecamatan Adiluwih pada MT 2 per Ha ... 104
28. Sebaran karakteristik responden berdasarkan pendapatan per tahun di
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 110
31. Sebaran responden berdasarkan tahap pencarian informasi dalam
membeli benih jagung hibrida, 2014 ... 118
32. Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif dalam pembelian
benih hibrida, 2014 ... 120
33. Sebaran responden berdasarkan keputusan pembelian benih
Jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ... 122
34. Jenis, jumlah, dan harga benih hibrida yang dibeli oleh
konsumen, 2013 ... 125
35. Sebaran responden berdasarkan evaluasi pasca pembelian benih
hibrida di Kecamatan Adiluwih ... 127
36. Hasil uji validitas variabel faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian benih hibrida oleh petani di Kecamatan Adiluwih,
Kabupaten Pringsewu ... 131
37. Sebaran responden berdasarkan variabel dan skor yang diduga
mempengaruhi keputusan penggunaan petani ... 134
38. Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy
dan Bartlett's Test ... 135
39. Nilai initial dan Extraction ... 137
40. Nilai Total Variance Explained (Initial Eigenvalues) analisis faktor ... 138
41. Component Matrix tingkat keeratan variabel independen pada
analisis faktor ... 141
42. Nilai Rotated Component Matrix analisis faktor yang
mempengaruhi keputusan penggunaan benih hibrida oleh petani di
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Luas tanam jagung hibrida dan non hibrida di Kecamatan Adiluwih
tahun 2011-2013 ... 8
2. Proses pengambilan keputusan pembelian... ... 31
3. Tahap-tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian ... 33
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ... 35
5. Kerangka pemikiran penelitian pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida, 2014 ... 48
6. Pola tanam di lahan sawah desa Sri Katon ... 86
7. Pola tanam di lahan kering desa Sri Katon ... 82
8. Pola tanam di lahan sawah desa Waringin Sari Timur ... 91
9. Pola tanam di lahan kering desa Waringin Sari Timur... 92
10. Scree plot (pembentukan faktor) ... 142
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari
beberapa subsektor. Tanaman pangan merupakan subsektor yang paling
penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan
pangan untuk kelangsungan hidup. Pembangunan pertanian dalam
subsektor tanaman pangan diarahkan untuk meningkatkan produksi
pangan, sehingga tercipta swasembada pangan.
Salah satu komoditas tanaman pangan yang terus ditingkatkan
produksinya untuk menunjang kebutuhan pangan nasional adalah jagung.
Jagung merupakan komoditas pangan yang menduduki posisi kedua
setelah padi di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung merupakan salah
satu sentra penghasil jagung. Produksi jagung di Provinsi Lampung
adalah penyumbang nomor tiga nasional setelah Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Di Provinsi Lampung sendiri tanaman jagung sudah tersebar di
Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung per Kabupaten/kota tahun 2010-2012.
Nama Kabupaten Luas Panen (Ha) Pro duksi (ton) Pro duktivi tas Luas Panen (Ha) Pro duksi (ton) Pro duk tivit as Luas Pa Nen (Ha) Pro duksi (ton) Prdk tvts
2010 2011 2012
Lam. Barat 3.316 13.459 4,059 5.015 20.092 4,00 3.987 16.040 4,02 Tanggamus 13.920 65.294 4,691 4.813 2.393 4,65 4.329 20.226 4,67 LamSel 106.126 55.4447 5,224 115.810 518.667 4,47 111.627 539.522 4,83 Lam. Tim 126.413 621.254 4,914 133.186 644.243 4,83 90.202 442.579 4,91 Lam. Teng 105.078 516.183 4,912 104.246 5.994 4,94 95.975 476.112 4,96 Lam.Utara 34.944 140.744 4,028 36.496 149.554 4,09 35.681 146.834 4,12 Way Kanan 14.698 61.196 4,164 14.834 62.988 4,24 16.953 72.286 4,26 T. Bawang 14.080 52.116 3,701 2.991 11.557 3,86 1.674 6.495 3,88 Pesawaran 14.915 74.455 4,992 161.637 81.268 0,50 11.450 56.169 4,91 Pringsewu - - - 8.746 42.243 4,83 5.790 21.134 4,85 Mesuji - - - 1296 5.414 4,17 2.267 9.510 4,19 T. B. Barat - - - 2613 10.748 4,11 694 2.866 4,13 B. Lampung 148 713 4,818 114 545 4,78 56 268 4,79 Metro 904 3.629 4,014 709 3.088 4,35 426 1.865 4,38 Total 434.542 2. 067.710 49,517 447.509 2.126.571 57,83 380.917 1.817.904 62,9 Rata-rata
produktivitas
4.75 4.75 4.77
Sumber: Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung, 2013.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman jagung tersebar di 14
kabupaten/kota yang ada di Lampung. Total produksi jagung di Provinsi
Lampung pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan dari 2.067.710 ton
pada tahun 2010 menjadi 2.126.571 ton pada tahun 2011. Namun, pada tahun
2012 justru mengalami penurunan menjadi 1.817.904. Apabila dilihat dari
rata-rata produktivitasnya, pada tahun 2010 mencapai 4,75 sedangkan pada
tahun 2012 rata-rata produktivitas jagung tidak mengalami penurunan
ataupun peningkatan. Pada tahun 2012 produktivitas jagung sedikit
meningkat menjadi 4,77. Peningkatan produktivitas jagung yang terjadi
masih belum maksimal sehingga masih perlu dilakukan upaya peningkatan
Seiring perkembangan ekonomi, disamping sebagai bahan makanan olahan,
jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan pokok industri baik industri RT
(Rumah Tangga) ataupun industri pakan ternak. Proporsi penggunaan jagung
sebagai bahan baku industri pakan ternak pada tiga tahun terahir terus
mengalami peningkatan yang menyebabkan jumlah permintaan jagung juga
semakin meningkat. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi
Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ketersediaan dan penggunaan jagung di Provinsi Lampung tahun 2012.
Sumber : Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi penggunaan jagung lebih
banyak untuk kepentingan industri pabrik pakan ternak yaitu sebanyak
470.400,00 ton jagung pipilan kering, sedangkan untuk konsumsi total hanya
mencapai 129.838,00 dan sisanya digunakan untuk benih, industri makanan
olahan dan industri rumah tangga.
Semakin banyaknya pabrik pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung yaitu
sebanyak 6 (enam) pabrik pakan ternak besar, menyebabkan semakin
meningkatnya jumlah permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak.
Dinas Pertanian Provinsi Lampung (2013) menyatakan Provinsi Lampung
No Keterangan Ketersediaan dan Penggunaan (ton)
1. Produksi 1.817.904,00
2. Benih 199.969,44
4. Ketersediaan 1.617.935,00
5. Tot. Konsumsi 129.838,00
6. Industri bahan makanan/olahan 748.897,00
7. Industri kecil/RT 268.800,00
dalam keadaan surplus jagung pada tahun 2012 sebesar 1.488.097 ton.
Namun, surplus jagung di Provinsi Lampung hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan saja sedangkan untuk kebutuhan industri seperti industri
pakan ternak masih belum mencukupi bahkan mengalami defisit sebesar
268.800 ton per tahun.
Upaya peningkatan produksi jagung pada tingkat daerah perlu dilakukan
untuk menurunkan defisit jagung yang terjadi di Provinsi Lampung. Hal ini
disebabkan karena kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan
jagung sangat dipengaruhi oleh produksi jagung di daerah tersebut sehingga
tingginya tingkat konsumsi dan penggunaan jagung harus diimbangi dengan
peningkatan produksi agar tidak mengalami defisit.
Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi jagung di
Provinsi Lampung, walaupun bukan sebagai produsen utama namun jagung
merupakan komoditi unggulan di daerah tersebut. Tanaman jagung di
Kabupaten Pringsewu tersebar di setiap wilayah kecamatan yang ada seperti
Tabel 3. Luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman jagung di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan tahun 2011-2013.
No Nama
Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton) Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton) Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Pro duksi (ton)
2011 2012 2013
1 Adiluwih 5.390 3.780 13.797 4.032 3.882 14.169 4.392 3.892 14.206
2 Ambarawa 85 35 128 50 50 183 15 0 0
3 Banyumas 190 230 840 185 145 529 130 115 420
4 Gading Rejo 304 240 876 243 239 872 99 93 339
5 Pagelaran 430 375 1.369 435 370 1.351 635 110 402
6 Pardasuka 295 295 1.077 30 30 110 23 20 73
7 Pringsewu 100 100 365 135 135 493 81 81 296
8 Sukoharjo 775 735 2.683 556 541 1.975 578 395 1.442
Total 7.569 5.790 21.134 5.666 5.392 19.681 5.953 4.706 17.177
Rata-rata produktivitas
3.65 3.65 3.65
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu, 2013.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Adiluwih merupakan sentra
produksi jagung di Kabupaten Pringsewu, hal ini ditunjukkan pada luas
tanam, panen dan produksi jagung yang ada di Kecamatan Adiluwih lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten
Pringsewu.
Apabila dilihat dari produktivitasnya, rata-rata produktivitas jagung hanya
mencapai 3,65 yang berarti masih berada dibawah rata-rata produktivitas
jagung yang terjadi di Provinsi Lampung. Produktivitas sangat ditentukan
oleh faktor produksi benih dan sarana produksi lainnya, dengan demikian
produktivitas lahan tanaman jagung di Kecamatan Adiluwih masih dapat
ditingkatkan melalui perbaikan kombinasi faktor produksi.
Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
ekstensifikasi dan intensifikasi. Dalam kegiatan ekstensifikasi peningkatan
sulit untuk dilakukan dengan semakin sempitnya lahan pertanian yang ada.
Selain itu, perluasan lahan pertanian jagung dapat menyebabkan penyempitan
terhadap komoditi pertanian yang lainnya.
Kegiatan intensifikasi dimaksudkan untuk peningkatan produksi jagung
melalui peningkatan produktivitas lahan dengan penggunaan kombinasi
faktor produksi . Faktor produksi tersebut antara lain adalah benih, pupuk,
tenaga kerja, dan pestisida dan pengolahan lahan. Diantara faktor produksi
tersebut, benih sangat berperan penting karena benih mempengaruhi indeks
produksi yang dihasilkan.
Dewasa ini banyak benih jagung yang beredar di pasaran diantaranya terdiri
dari 2 macam varietas yaitu bersari bebas dan hibrida yang memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Benih jagung varietas hibrida
lebih tahan terhadap hama penyakit tanaman dengan tingkat produksi yang
tinggi, sangat responsif terhadap pemupukan sehingga biaya produksi yang
dikeluarkan lebih banyak dibandingkan dengan benih varietas lainnya.
Bermacam-macam merek benih jagung yang beredar dikalangan petani baik
bersari bebas ataupun hibrida membuat petani sulit untuk melakukan
pengambilan keputusan dari berbagai alternatif varietas benih jagung yang
tersedia di pasaran.
Keputusan petani dalam menentukan suatu pilihan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu hal-hal yang melekat pada diri
individu itu sendiri seperti kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografik,
individu. Sedangkan faktor ektsernal berasal dari lingkungan sosial
konsumen itu sendiri seperti keluarga, dan kelompok acuan, serta pengaruh
pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi). Penelitian mengenai proses
pengambilan keputusan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih belum pernah dilakukan, oleh
sebab itu perlu dilakukan penelitian ini.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu:
1) Bagaimana tahap pengambilan keputusan petani dalam penggunaan
benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu?
2) Apakah terdapat hubungan karakteristik petani dengan keputusan
penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten
Pringsewu?
3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan
Adiluwih, Kabupaten Pringsewu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui:
1) Keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida di
2) Hubungan karakteristik petani dengan proses pengambilan keputusan
penggunaan benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten
Pringsewu.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan
benih jagung hibrida di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:
1) Bahan informasi dan pertimbangan bagi produsen benih jagung
hibrida dalam perencanaan dan pengembangan poduk.
2) Bahan masukan bagi pihak pemasar dalam mengembangkan strategi
pemasaran benih jagung hibrida.
3) Bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor
produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga
meberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif
dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan
pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).
Usahatani dapat dikelompokkan berdasarkan corak, sifat,
organisasi, pola, serta tipe usahatani. Berdasarkan corak dan
sifatnya, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani subsisten dan
usahatani komersial. Usahatani komersial merupakan usahatani
yang menggunakan keseluruhan hasil panennya secara komersial
dan telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk,
dari kegiatan usahataninya untuk memenuhi kebutuhan petani atau
keluarganya sendiri. Usahatani berdasarkan organisasinya, dibagi
menjadi tiga yaitu usaha individual, usaha kolektif dan usaha
kooperatif.
a) Usaha individual
Usaha individual merupakan kegiatan usahatani yang seluruh
proses usahataninya dikerjakan oleh petani sendiri beserta
keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga
pemasaran, sehingga faktor produksi yang digunakan dalam
kegiatan usahatani dapat ditentukan sendiri dan dimiliki secara
perorangan (individu).
b) Usaha kolektif
Usaha kolektif merupakan kegiatan usahatani yang seluruh
proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok
kemudian hasilnya dibagi .
c) Usaha koorperatif
Usahatani kooperatif ialah usahatani yang tiap proses
produksinya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa
kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok,
misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola,
yaitu pola khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani
khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu
cabang usahatani, pola usahatani tidak khusus merupakan
usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha
bersama-sama tetapi tetapi dengan batas yang tegas, sedangkan pola
usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan
beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan
tanpa batas yang tegas.
Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan
pengelompokkan usahatani berdasarkan jenis komoditas
pertanian yang diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan kehutanan
(Suratiyah, 2008).
2. Pendapatan Bersih Usahatani
Tujuan seorang petani melakukan kegiatan usahatani adalah untuk
memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berhasilnya kegiatan usahatani dapat diketahui dari
besarnya pendapatan yang diperoleh. Usaha untuk meningkatkan
pendapatan petani adalah dengan meningkatkan produksi.
Produksi yang maksimum dari usahatani dapat diperoleh, melalui
usaha memadukan faktor-fakor produksi dengan keterampilan
petani dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani mengelola
usahataninya dari sumber produksi yang tersedia (Ibramsyah,
2006).
Soekartawi, dkk (1986) menjelaskan bahwa pendapatan bersih
usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran
total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai
nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik
yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani
adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan
dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor
produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal
pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.
Menurut Suratiyah (2008), biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal eksternal dan faktor manajemen.
Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama
mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi
umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga
kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari
input yang meliputi ketersediaan dan harga, serta output yang
meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan
dengan bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam kegiatan
pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan
pendapatan yang maksimal.
Biaya total adalah semua nilai dari korbanan ekonomis yang
digunakan untuk kegiatan usahatani nilainya dinyatakan dengan
uang, semua yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani
yang mencakup biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tetap adalah
biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan,
sedangkan biaya tidak tetap (variabel) adalah biaya yang
dikeluarkan yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi yang
dihasilkan (Soekartawi, 1993).
Secara matematis rumus pendapatan bersih yaitu :
π = Y. Py –ΣXi.Pxi – BTT
Keterangan :
π = pendapatan (Rp)
Y = hasil produksi (Kg)
Py = harga hasil produksi (Rp)
Xi = faktor produksi
Pxi = harga faktor produksi (Rp) BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi,
1995) :
= TR-TC
Keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
3. Agronomi Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi pangan dunia
terpenting selain gandum. Di Amerika Tengah dan Amerika
Selatan jagung menjadi sumber karbohidrat utama, selain itu
jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Beberapa penduduk di negara Indonesia seperti Madura dan Nusa
Tenggara menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan bahan baku industri.
Tongkol jagung kaya akan pentosa dan dipakai sebagai bahan
baku prembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika
juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
(Adhisarwanto, 2007).
Di Indonesia golongan jagung dibedakan menjadai empat macam,
yaitu:
a. Zea mays indentata Sturt (jagung gigi kuda).
Tidak banyak ditanam di Indonesia, kurang tahan terhadap hama
bubuk, tetapi banyak ditanam di Amerika dan Eropa.
b. Zea mays indurata Sturt (jagung mutiara)
Banyak ditanam di Indonesia, agak tahan terhadap hama bubuk,
umumnya berupa varietas lokal.
c. Zea mays saccaharata Sturt (jagung manis)
Memiliki kadar gula dalam biji yang lebih tinggi dibanding jenis
d. Zea mays everta Sturt (jagung berondong)
Biji jagung dapat mengembang 15-30 kali ukuran semula, biasa
dibuat makanan ringan pop corn (Suprapto, 2005).
Najiyati (2000) menyatakan bahwa tanaman jagung memiliki
persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi untuk dapat tumbuh
secara optimal antara lain adalah sebagai berikut.
a. Penyinaran matahari yang penuh
b. Suhu optimum 21-340C. DI Indonesia, suhu semacam ini
terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl.
c. Tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan Ph tanah
yang berstruktur berat, harus diolah sehingga aerasi dan
drainasenya baik.
d. Membutuhkan air yang cukup, terutama pada saat awal
pertumbuhannya, yaitu stadia pembungaan dan stadia pengisian
biji.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidup
jagung diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
jagung merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
adalah tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung memiliki
tinggi batang 60-300 cm. Batangnya berbentuk bulat atau agak
pipih, beruas-ruas, dan umumnya tidak bercabang. Sistem
perakaran terdiri dari akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan
tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga. Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersususn
dalam tongkol. Tongkol jagung tumbuh dari buku, diantara batang
dan pelepah daun (Adhisarwanto, 2007).
Lebih lanjut Adhisarwanto (2007) menyatakan bahwa pada
umumnya satu tanaman jagung dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul jagung dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya. Bunga betina berupa “tongkol” yang terbungkus
oleh semacam pelepah dengan “rambut”. Rambut yang sebenarnya
adalah tangkai putik.
4. Benih.
Benih merupakan biji tumbuhan atau biji botani yang terstruktur
dalam anatomi sebagai bakal biji yang dibuahi. Benih itu tidak
cukup memiliki kemampuan berproduksi normal pada kondisi
yang maksimum akan tetapi juga tumbuh pada kondisi sub
optimum. Benih memiliki vigor kekuatan tumbuh dan akan
mencapai produksi maksimum pada kondisi yang optimum
Adisarwanto (2007) menyatakan bahwa benih merupakan salah
satu bagian yang sangat menentukan produktivaitas suatu tanaman.
Benih memberi andil besar dalam usaha peningkatan produksi
tanaman, disamping faktor-faktor produksi lainnya. Penggunaan
benih varietas unggul akan lebih menentukan tingkat produksi
yang akan dicapai.
Suprapto (2005) menyatakan benih jagung diantaranya terdiri dari
varietas bersari bebas dan hibrida. Golongan bersari bebas
diperoleh dengan seleksi masa yang panjang sehingga diperoleh
varietas unggul yang diinginkan. Benih hibrida dibuat dengan
menyilangkan biji galur murni (FO) dari dua induk yang sudah
diseleksi sifat unggulnya.
Lebih lanjut Suprapto (2005) menyatakan bahwa faktor produksi
yang berperan dalam meningkatkan produktivitas adalah benih
unggul. Benih jagung yang termasuk benih unggul adalah benih
varietas hibrida. Keunggulan benih jagung hibrida antara lain
tahan terhadap jenis penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat,
dan kualitas serta kuantitasnya produksinya lebih baik. Benih
jagung hibrida juga dapat menghasilkan tongkol jagung kembar
sehingga hasil panen berlipat ganda. Akan tetapi, benih jagung
hibrida hanya bisa ditanam satu musim tanam karena turunannya
sudah tidak lagi memiliki sifat unggul dari sang induk (Agromedia,
Beberapa jenis dan keunggulan varietas jagung unggul adalah
(Purwono, 2007) :
a. Varietas jagung bersari bebas (komposit), terdiri dari :
(1). Sukmaraga : masak fisiologis 105-110 hari, produksi 8,5
ton/ha, akar dalam serta kuat, dan agak tahan rebah. (2).
Srikandi : umur panen 97 hari, produksi 7,5 ton/ha pipilan
kering, tahan rebah, tahan bulai, tahan karat daun, tahan busuk
tongkol, dan toleran kering. (3). Kalingga : umur panen 96 hari,
produksi 5,4-7 ton/ha, dan tahan bulai. (4). Palakka : masak
fisiologis 95-100 hari, produksi 8 ton/ha, akar dalam serta kuat,
agak tahan rebah, tahan karat daun, dan tahan bercak daun.
b. Varietas jagung hibrida, terdiri dari :
(1). Pioneer 2 : umur panen 100 hari, produksi 6,3-10 ton/ha dan
dan agak tahan bulai. (2). Bisi 18 : umur masak 100 hari (pada
dataran rendah) serta 125 hari (pada dataran tinggi), potensi
hasil 12 ton/ha, tahan karat daun, tahan hawar daun, seragam,
tahan rebah, akar baik, dan batang besar, kokoh dan tegak. (3).
P8 : umur 118 hari (pada dataran tinggi) dan 100 hari (pada
dataran rendah), produksi 10-11,7 ton/ha, tahan karat daun . (4).
Bisi 16 : umur genjah, bisa panen 99 hari, tongkolnya besar dan
muput, rendemen tinggi, tahan terhadap penyakit bulai, karat
daun, hawar daun, tahan roboh (5). Pioneer 21 : potensi hasil
13,3 ton/ha, klobot menutup sempurna hingga akan menjamin
saat panen (sehingga ongkos panen tidak membengkak) tipe biji
mutiara, tongkol berisi penuh, dan janggel kecil sehingga
rendemen tinggi, tidak memerlukan banyak air, tahan terhadap
kekeringan, memiliki perakaran yang kukuh dan ketahanan yang
baik terhadap beberapa penyakit tanaman jagung.
4. Adopsi Inovasi
Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan
dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi
sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pengambilan
keputusan untuk melakukan adopsi inovasi yaitu “…the mental
process of an innovation to a decision to adopt or toreject and
to confirmation of this decision…”. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan
dalam proses adopsi inovasi, yaitu: (a) adanya sikap mental
untuk melakukan adopsi inovasi, dan (b) adanya konfirmasi dari
keputusan yang telah di ambil (Soekartawi, 1988).
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang
hasil produksi saja, tetapi mencakup: ideologi, kepercayaan,
sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju
kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan
masyarakat atau dapat diperluas menjadi sesuatu ide, perilaku,
produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak
masyarakat tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan
masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu
hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan (Mardikanto,1996).
Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan
(psyco-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi
yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.
Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi
sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya
dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan
usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain,
sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan,
dan atau keterampilannya (Mardikanto, 1996).
5. Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Teori
permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu
dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta.
antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang
yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada tingkat
harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga
ini menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum
permintaan menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu
barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut,
begitupun sebaliknya (Sugiarto, 2000).
Menurut Sukirno (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan, yaitu :
a. Pendapatan konsumen
Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan
atas permintaan berbagai jenis barang.
b. Jumlah penduduk
Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya
menyebabkan bertambahnya permintaan, akan tetapi
biasanya pertambahan penduduk akan diikuti oleh
perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian
akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan,
sehingga menambah daya beli masyarakat. Penambahan ini
akan menambah jumlah permintaan.
c. Harga barang yang lain
harga barang lain berkaitan dengan hubungan antara suatu
tiga golongan barang, yaitu : (1). Barang substitusi
(pengganti), yaitu barang yang menggantikan barang lainnya,
jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya. Harga
barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang
yang dapat digantikannya. Ketika harga barang pengganti
bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan
mengalami pengurangan dalam permintaan. (2) Barang
komplementer (pelengkap), yaitu barang yang dikonsumsi
bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan
permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan
perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. Jika
permintaan barang yang dilengkapi naik, maka permintaan
barang pelengkap juga naik. Barang netral (barang yang
tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak memiliki kaitan
yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang tidak
akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.
d. Selera konsumen
Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang,
semakin banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat
dinyatakan dalam indeks preferensi konsumen. Indeks ini
dapat diperbaharui setiap saat dengan dasar survei mengenai
e. Ramalan mengenai masa datang
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan
di masa yang akan datang dapat mempengaruhi
permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan
menjadi bertambah tinggi di masa yang akan datang
sehingga mendorong untuk lebih banyak membeli suatu
barang tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat
di masa mendatang.
Teori permintaan diturunkan dari perilaku konsumen dalam
mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan
kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini
tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva
yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari
barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif
pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu
orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana
hanya jumlah tersebut yang dapat diperolehnya.
Permintaan suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen
terjadi karena pengambilan keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen. Komoditi yang dikonsumsi
mempunyai sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam
faktor produksi. Semakin banyak komoditi tersebut
berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak
membeli komoditi tersebut jika harga satuannya menjadi
lebih rendah (Sugiarto, 2000).
4. Teori Perilaku Konsumen
a. Konsumen
Sumarwan (2003) membagi dua jenis konsumen, yaitu
konsumen individual dan konsumen organisasi. Konsumen
individu meliputi konsumen yang membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri, digunakan oleh anggota keluarga
yang lain, atau untuk diberikan kepada orang lain sebagai
hadiah atau pemberian. Jenis konsumen organisasi meliputi
organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah,
dan lembaga lainnya. Organisasi ini membeli produk peralatan
dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya.
b. Karakteristik Konsumen
Menurut Sumarwan (2003) karakteristik konsumen meliputi
pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian
konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari
informasikarena ia sudah merasa cukup dengan pengetahuan
memiliki kepribadian senang mencari informasi, akan
meluangkan waktu untuk mencari informasi yang banyak.
Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang
penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih
senang untuk mencari informasi yang banyak mengenai suatu
produk sebelum ia memutuskan untuk membeli.
Lebih lanjut Sumarwan (2003) menyatakan beberapa
karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami
konsumen. Karakteristik yang mempengaruri konsumen
adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi
geografi dan kelas sosial.
c. Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan perilaku konsumen
adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan (mengkonsumsi), mengevaluasi, dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka.
The American Marketing Association juga mendefinisikan
bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara
afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita, di
mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Interaksi antara afeksi
dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar berarti bahwa
untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi
pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka
pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (afeksi), apa yang
mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di
sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang
dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Setiadi, 2010).
d. Pengambilan Keputusan Konsumen
Simamora (2003) menyatakan keputusan merupakan pemilihan
suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif yang
tersedia dengan berbagai pertimbangan yang mendasari.
Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan suatu keputusan
sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif
pilihan. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk
tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui
tahapan tertentu.
Lebih lanjut Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan ada
empat prespektif dari model manusia (model tingkah laku
keputusan individu) yaitu: manusia ekonomi (economic man),
manusia pasif (passive man), manusia kognitif (cognitive
Kotler (2000) menyatakan terdapat lima tahap proses
keputusan pembelian konsumen yang sangat relevan terhadap
keputusan pembelian yang kompleks (Gambar 1).
[image:44.595.203.548.173.220.2]
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian
Sumber : Kotler, 2000
Tahap awal dalam pengambilan keputusan adalah pengenalan
kebutuhan. Tahap ini terjadi pada saat individu menyadari
adanya perbedaan situasi yang ada (realita) dengan situasi yang
diharapkan. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan
internal maupun eksternal diantaranya dari kebutuhan normal
seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks meningkat
hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan.
Tahap kedua adalah pencarian informasi, konsumen yang
mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi dapat
didefinisikan sebagai kegiatan yang termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian
internal) dan pengumpulan informasi dari pasar (pencarian
eksternal).
Sumber-sumber informasi konsumen dikelompokkan menjadi
empat, yaitu : (i) sumber pribadi yang diperoleh dengan
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
sendirinya, (ii) sumber komersial yang diperoleh dari promosi
yang dilakukan pihak pemasar atau produsen, (iii) sumber
umum, dan (iv) sumber pengalaman yang berasal dari
pengalaman baik individu atau orang lain. Informasi yang
diperoleh konsumen pada umumnya banyak berasal dari
sumber komersial, tetapi informasi paling efektif berasal dari
sumber pribadi (Setiadi,2010).
Tahap ketiga yaitu konsumen mengevaluasi berbagai alternatif
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini
individu akan mengambil pilihan dari berbagai alternatif yang
ada. Proses ini akan melibatkan kriteria evaluasi yakni standar
atau spesifikasi yang digunakan individu untuk
membandingkan merek yang berbeda. Komponen dasar
proses evaluasi yaitu menentukan kriteria evaluasi,
memutuskan alternatif, menilai kinerja alternatif dan
menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan
akhir (Kotler,2000).
Tahap terakhir dalam proses keputusan pembelian adalah
tindakan pembelian. Pada tahap ini konsumen harus
mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan
bagaimana membayar. Ada dua faktor yang mempengaruhi
maksud pembelian dan keputusan pembelian, seperti terlihat
Gambar 2. Tahap-tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian
Menurut Kotler (2004) setelah proses pembelian, maka
konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang
dilakukannya. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang
dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan sesudah digunakan.
Pada tahap ini konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu.
e. Tipe Pengambilan Keputusan
Konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, sebagian
melakukan lima langkah keputusan pembelian, sebagian hanya
melakukan beberapa langkah saja dan yang lain hanya
melakukan langkah pembelian saja.
Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003) menyebutkan
ada 3 (tiga) tipe pengambilan keputusan konsumen, yaitu
sebagai berikut.
a. Pemecahan Masalah Diperluas (Extensive Problem Solving)
Pemecahan masalah diperluas merupakan pemecahan
masalah yang jarang digunakan oleh konsumen. Pemecahan
Evaluasi Alternatif
Niat Pembelian
Situasi yang tidak terantisipasi Pendirian Orang
Lain
masalah diperluas hanya digunakan saat konsumen akan
melakukan keputusan pembelian yang rumit yaitu pembelian
produk-produk yang mahal dan bernilai tinggi sehingga
dibutuhkan informasi yang lengkap dengan berbagai
pertimbangan dalam alternatif pilihan.
b. Pemecahan Masalah Terbatas (Limited Problem Solving)
Sebagian besar keputusan konsumen menggunakan
pemecahan masalah terbatas karena pada tipe pengambilan
keputusan ini, konsumen telah memiliki sejumlah besar
informasi produk dan kriteria dasar untuk mengevaluasi
kategori produk yang berasal dari pengalaman. Konsumen
hanya membutuhkan tambahan informasi untuk dapat
membedakan merek dan memutuskan membeli produk
tersebut. Pada pemecahan masalah ini, konsumen
menyederhanakan proses pengambilan keputusan sebagai
akibat waktu dan sumber daya yang dimiliki konsumen
terbatas.
c. Pemecahan Masalah Rutin (Routinized Problem Solving)
Pada tipe pemecahan masalah rutin, konsumen telah memiliki
banyak pengalaman terhadap produk yang dibelinya. Pada
pemecahan masalah ini, konsumen telah memiliki standar
yang telah diketahui. Konsumen hanya membutuhkan sedikit
informasi tambahan.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
Menurut Engel, et al. (1994) pengaruh dasar perilaku konsumen
dalam pengambilan keputusan terdiri dari pengaruh lingkungan,
[image:48.595.180.543.289.512.2]perbedaan individu, dan poses psikologis, seperti disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3 : Faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
Sumber : Engel, et al. 1994.
Budaya, mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol
lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi,
melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat.
Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu
(i) budaya yang mempengaruhi struktur konsumsi, (ii) budaya yang
mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, (iii)
Pengaruh Lingkungan
- Budaya - Kelas sosial - Pengaruh pribadi - Keluarga - Situasi
Proses Psikologis
- Pengolahan informasi - Pembelajaran - Perubahan Sikap
dan perilaku
Proses Keputusan
- Pengenalan kebutuhan - Pencarian
informasi
budaya adalah peubah utama dalam penciptaan dan komunikasi
makna dari sebuah produk.
Kelas sosial merupakan pembagian individu di dalam masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas sosial dapat menunjukkan preferensi
produk dan pemilihan merek yang berbeda-beda dalam berbagai
kategori produk (Engel etal., 1994).
Pengaruh pribadi, faktor ini memiliki peranan penting dalam
pengambilan keputusan konsumen, khususnya jika ada keterlibatan
yang tinggi dan risiko yang dirasakan dari suatu produk atau
produk pilihan. Pengaruh ini berasal dari kelompok acuan dan
pemimpin opini. Kelompok acuan adalah orang-orang yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang. Sedangkan pemimpin opini adalah
orang dapat dipercaya dan berpengaruh, serta dianggap sebagai
sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk
tertentu.
Keluarga, dalam sebuah keluarga anggota keluarga saling
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian dan
konsumsi suatu produk. Masing-masing anggota keluarga
memiliki peranan penting mencakup pemberi pengaruh,
Situasi, pengaruh situasi dalam proses pengambilan keputusan
dapat timbul dari lingkungan fisik (lokasi, tata ruang, suara,
warna), lingkungan sosial (orang lain), waktu (momen), tugas
(tujuan dan sasaran pembelian) dan keadaan emosional (suasana
hati dan kondisi situasional konsumen) (Engel etal., 1994).
Sumber daya konsumen, terdiri dari sumber daya ekonomi
(pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan
sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk
menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi) (Engel etal.,
1994).
Motivasi dan keterlibatan,kebutuhan adalah peubah utama dalam
motivasi. Bila kebutuhan dipenuhi akan menimbulkan adanya
motivasi, yaitu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya yang diarahkan pada tujuan
memperoleh kepuasan. Keterlibatan mengacu pada tingkat
relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi
(Engel etal., 1994).
Pengetahuan, mencakup semua informasi yang dimiliki konsumen
mengenai bermacam produk dan jasa, pengetahuan yang terkait
dengan produk dan jasa tersebut, serta informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan individu
konsumen dapat dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu
merek, pengetahuan tentang proses pembelian (dimana membeli
dan kapan membeli) dan pengetahuan tentang penggunaan (dari
ingatan konsumen dan iklan) (Engel etal., 1994).
Sikap seseorang adalah tanggapan yang dibentuk terhadap
rangsangan lingkungan yang mempengaruhinya. Sikap
memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam
memutuskan merek apa yang akan dibeli, toko mana untuk
dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau
toko yang dievaluasi secara paling menguntungkan menurutnya.
Sikap dibentuk berdasarkan pandangan konsumen terhadap produk
dan proses belajar yang diperolehnya dari pengalamannya sendiri
dan pengalaman orang lain (Simamora, 2003).
Kepribadian, gaya hidup dan demografi, merupakan
peubah-peubah yang menyebabkan perbedaan dalam konsumsi produk dan
preferensi merek. Kepribadian didefinisikan sebagai respons yang
konsisten terhadap stimulus lingkungan. Sedangkan gaya hidup
didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan
waktu, serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen
dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan peubah
lainnya. Faktor demografi yang mempengaruhi prilaku konsumen
seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain
Menurut Engel, et al (1994), proses psikologis juga mempunyai
pengaruh cukup besar dalam membentuk motivasi dan perilaku
konsumen. Ada tiga cara yang membentuk semua aspek motivasi
dan perilaku konsumen, diantaranya: pemrosesan informasi,
pembelajaran, serta perubahan sikap dan perilaku (Engel, et al.,
1994).
g. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam
dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan
sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk,
harga, tempat dan promosi yang dapat dikendalikan dan dipadukan
oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan
perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler 2000).
Lebih lanjut Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran berbeda
dengan strategi pemasaran. Strategi pemasaran mencakup
keseluruhan dalam pengambilan keputusan-keputusan tentang
biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam
hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi
persaingan. Sedangkan, bauran pemasaran hanya bagian dari
strategi pemasaran yang merupakan kombinasi dari empat variabel
yang merupakan inti dari sistem pemasaran suatu perusahaan dan
Kotler dan Keller (2009) juga menyatakan bahwa bauran
pemasaran sering disebut 4P (empat ). Komponen-komponen 4P
tersebut antara lain: produk (product) , harga (price),
distribusi/tempat (place), dan promosi (promotion).
h. Persepsi dan Sikap Pelanggan
Persepsi pelanggan mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan
menyeluruh memiliki beberapa indikator atau petunjuk yang bias
dilihat. Pelanggan mungkin tersenyum ketika mereka berbicara
mengenai barang atau jasa. Mereka mungkin mengatakan hal-hal
yang bagus tentang barang atau jasa. Senyum merupakan suatu
bukti bahwa pelanggan puas, sebaliknya cemberut mencerminkan
kekecewaan. Istilah kepuasan pelanggan dan persepsi mutu
merupakan label yang kita pergunakan untuk meringkas suatu
himpunan aksi atau tindakan yang terlihat, terkait dengan produk
atau jasa (Supranto, 2001).
Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap adalah
ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang senang
atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak
terhadap suatu obyek. Obyek yang dimaksud dapat berupa merek,
layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain. Sikap
diperlakukan sebagai evaluasi yang diciptakan oleh sistem kognitif.
Model pemrosesan kognitif dari pengambilan keputusan
konsumen mengintegrasikan pengetahuan, arti, atau kepercayaan
tentang konsep sikap. Tujuan proses integrasi adalah untuk
menganalisis relevansi pribadi dari konsep tersebut dan
menentukan apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Evaluasi yang dihasilkan oleh proses pembentukan sikap dapat
disimpan dalam ingatan. Pada saat sikap terbentuk dan disimpan
dalam ingatan, konsumen tidak perlu terlibat dalam proses integrasi
lainnya untuk membentuk sikap lain ketika mereka harus
mengevaluasi konsep tersebut sekali lagi. Sikap yang telah ada
dapat diaktifkan dari ingatan dan digunakan sebagai dasar untuk
menerjemahkan informasi baru.
Kotler (2000) menyatakan kepuasan pelanggan didefinisikan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
yang dirasakan dengan harapannya. Dalam konsep kepuasan
pelanggan terdapat dua hal yang mempengaruhinya yaitu kinerja
dan harapan. Kinerja adalah persepsi konsumen terhadap apa yang
diterima setelah mengkonsumsi produk. Harapan adalah perkiraan
konsumen tentang apa yang diterimanya apabila mengkonsumsi
produk. Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation)
yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kenyataan yang
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen yang dirujuk dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hasil penelitian Nurjannah (2013), menyimpulkan variabel yang
diikutsertakan dalam analisis komponen utama yang mempengaruhi
petani menggunakan benih inhibrida, yaitu variabel umur tanaman,
tinggi tanaman, banyaknya anakan produktif, banyaknya buah
tiap-tiap malai, kerontokan dan kerebahan, tekstur nasi, bobot, potensi
hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, harga benih, desain
kemasan, pengaruh orang lain, dan promosi. Tiga belas faktor yang
dianalisis terbentuk ke dalam empat komponen utama.
Hasil penelitian Subekti (2009), menyimpulkan motivasi petani dalam
pembelian benih jagung hibrida varietas P12 jika diurutkan yaitu
produksi yang tinggi, pentingnya penggunaan benih P12, dan para
petani mengetahui informasi benih varietas P12 dengan sumber
informasi para kelompok tani. Atribut yang menjadi fokus perhatian
adalah produktivitas . Petani secara keseluruhan menyatakan kinerja
PT Pioneer Seed telah memenuhi harapan. Atribut harga dan
ketersediaan benih menjadi prioritas utama bagi perusahaan untuk
memperbaiki kinerjanya.
Hasil penelitian Irawati (2009), menyimpulkan petani di Kota Solok
memiliki motivasi bertani untuk memperoleh keuntungan dengan
lebih menyukai varietas Cisokan dan Anak Daro dibanding varietas
Batang Piaman dan Batang Lembang. Atribut yang memiliki tingkat
kepentingan tertinggi adalah harga jual gabah sedangkan yang
terendah adalah harga beli benih. Atribut-atribut yang memiliki
tingkat kinerja tinggi dan kepentingan tinggi lebih banyak terdapat
padavarietas Anak Daro dan Cisakon, tingkat kepuasan konsumen
terhadap keempat benih varietas unggul berada pada kategori puas.
Hasil penelitian Bahua (2008), menyimpulkan struktur biaya
usahatani jagung di lahan kering terdiri dari nilai produksi, biaya
produksi, pendapatan, pemakaian tenaga kerja, produktivitas lahan,
dan produktivitas tenaga kerja. Produksi jagung hibrida di lahan
kering 5,4 ton/ha dan jagung komposit 3,4 ton/ha dan pendapatan
petani dari usahatani jagung hibrida lebih besar, dibandingkan dengan
pendapatan petani dari usahatani jagung komposit
Berdasarkan pada kajian penelitian perilaku konsumen yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, saya tertarik untuk melakukan
penelitian sejenis yang mengkaji pengambilan keputusan petani dalam
penggunaan benih jagung hibrida. Penelitian ini saya lakukan
mengingat pentingnya penggunaan varietas benih unggul bagi petani
dalam upaya peningkatan produksi untuk mengimbangi jumlah
permintaan yang semakin meningkat seiring perkembangan teknologi
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu komoditas pangan yang penting di Lampung dan perlu
ditingkatkan produktivitasnya adalah jagung. Seiring perkembangan
jaman jumlah permintaan jagung untuk kebutuhan pakan ternak
semakin meningkat. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
peningkatan produksi jagung di Provinsi Lampung adalah
intensifikasi. Intensifikasi dapat dilakukan salah satunya dengan
penggunaan benih unggul (varietas hibrida).
Hukum permintaan menjelaskan perilaku konsumen dalam memilih
dan menentukan suatu barang pada tingkat harga, pendapatan dalam
periode waktu tertentu. Permintaan konsumen terhadap suatu barang
dipeng