• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH BERDASARKAN KURIKULUM SD 2013 PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH BERDASARKAN KURIKULUM SD 2013 PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH BERDASARKAN

KURIKULUM SD 2013 PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Tanti Taryanti

Penelitian ini berfokus pada penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah meliputi kegiatan mengamati, kegiatan menanya, kegiatan mengumpulkan dan mengasosiasikan serta kegiatan mengkomunikasikan hasil. Penelitian ini dilaksanakan di empat Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung yang sudah menerapkan kurikulum 2013 yang terdiri dari SD Negeri 2 Labuhan Ratu, SD Negeri 1 Pengajaran, SD Negeri 1 Surabaya dan SD Negeri 3 Sawah Lama. Penelitian ini dianalisa menggunakan teknik analisis data campuran Kuantitatif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan yang dibuat guru umumnya sudah baik, meski hanya sekedar tuntutan administrasi karena perencanaan pembelajaran yang dibuat guru hanya mengutip dari buku panduan guru, namun implementasi pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah belum dilaksanakan sebagaimana yang dituntut dalam kurikulum 2013 terutama dalam pelaksanaan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan hasil.

(2)
(3)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah... 10

B. Pendekatan Ilmiah dalam pembelajaran ... ... 14

1. Kegiatan Pendahuluan ... 15

2. Kegiatan Inti ... 16

a. Mengamati ... ... 16

b. Menanya .. ... 17

c. Mengumpulkan dan Mengasosiasikan ... ... 18

d. Mengkomunikasikan Hasil ... ... 19

3. Kegiatan Penutup ... 20

C. Langkah-langkah Pengembangan RPP Kurikulum 2013 ... 21

D. Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 25

E. Kompetensi Guru ... ... 26

F. Kerangka Pikir ... ... 27

G. Pertanyaan Penelitian ... ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 32

(4)

xiii

1. Observasi ... 34

2. Wawancara ... 35

3. Dokumentasi ... 35

G. Analisis Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 39

2. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 43

B. Pembahasan ... ... 48

1. Analisis Data tentang Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 48

2. Analisis Data tentang Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Kisi-kisi Instrumen Penerapan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 76

2. Instrumen Pelaksanakan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 77

3. Instrumen Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 79

4. Hasil Studi Dokumentasi Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan ilmiah ... 81

5. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah ... 83

(5)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 33 4.1 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Perumusan Tujuan dalam

Perencanaan Pembelajaran ... 39 4.2 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Penentuan Tema Kegiatan dalam

Perencanaan Pembelajaran ... 39 4.3 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Kegiatan Pendahuluan dalam

Perencanaan Pembelajaran ... 40 4.4 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Kegiatan Inti dalam

Perencanaan Pembelajaran ... 41 4.5 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Penutup dalam Perencanaan

Pembelajaran ... 42 4.6 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Penentuan Sumber, Media,

Bahan dan Alat Kegiatan dalam Perencanaan Pembelajaran ... 42 4.7 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Perancangan Penilaian dalam

Perencanaan Pembelajaran ... 42 4.8 Persentase Hasil Studi Dokumentasi Alokasi Waktu dalam

Perencanaan Pembelajaran ...43 4.9 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses

Prapembelajaran ... 43 4.10 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses Berkaitan

dengan Tema ... 44 4.11 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses

Pengamatan ... 44 4.12 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses

Menanya ... 45 4.13 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses

Mengumpulkan dan Mengasosiasikan ... 46 4.14 Persentase Hasil Penerapan Pembelajaran dalam Proses

Mengkomunikasikan Hasil ... 46 4.15 Persentase Hasil Implementasi Pembelajaran dalam Proses Penilaian

(6)
(7)
(8)

vii MOTO

Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar

(HR. Al Hakim)

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini

Hanya satu tabir yang mampu mengubahnya dengan harapan, yang dibalut dengan cinta yang diiringi dengan doa dan usaha

(Andi Arsyil Rahman Putra)

Ketika Tuhan memberikan sebuah ujian dalam hidupmu, maka percayalah engkau adalah hamba yang sangat dicintai-Nya.

(9)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, dan dengan segala ketulusan serta kerendahan hati,

Sebentuk karya kecil ini ku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Supriyatna dan Ibunda Hawati yang

selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan keikhlasan.

Adikku tercinta Rifki Sumitra dan keluarga besarku, yang selalu mendo’akan

dan memberikan dukungan untuk keberhasilanku

Orang-orang yang ku sayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberi motivasi dan membantu ku hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

(10)
(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah:

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sirnagalih Kec. Ulu Belu Kab. Tanggamus diselesaikan pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 1 Sumber Jaya Kec. Sumber Jaya Kab. Lampung Barat diselesaikan pada tahun 2007.

3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 (Model) Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(12)

ix

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif tentang Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah Berdasarkan Kurikulum SD 2013 pada Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung.” Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(13)

x

4. Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.

5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.

6. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., Penguji yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

7. Bapak dan Ibu Dosen Staf Karyawan Jurusan Ilmu Pendidian, yang telah membantu sampai skripsi ini selsai.

8. Seluruh warga sekolah tempat penelitian di SD Negeri 1 Pengajaran, SD Negeri 2 Labuhan Ratu, SD Negeri 3 Perumnas Way Halim, SD Negeri 3 Sawah Lama dan SD Negeri 1 Surabaya yang telah membantu kelancaran selama penelitian.

9. Kedua orang tuaku, adikku, dan keluarga besarku yang telah memberikan do’a, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

(14)

xi

11. Sahabat dan adik-adik di Istiqomah: Bibeeh Een, Rita Catur, Miss Elya, Cantek Tari, Dek Sinta, Wiwik, Anak Kecil Isti, Petri, Putri, Chida, Fadel, Mahya, dan Tiara terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan.

12. Keluarga besar IKBA PMR MAN 1 (Model) BANDAR LAMPUNG terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,

(15)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan membuat seorang individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda di masa yang akan datang. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(16)

2

dikembangkan Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 2006. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

“...proses pembelajaran Kurikulum 2013 dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain)” (Gultom, 2013:84).

Memperhatikan pendapat di atas bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan pada kemampuan peserta didik untuk melakukan kegiatan mengamati, mengumpulkan dan mengasosiasikan (menganalis), dan mengkomunikasikan hasil dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebisaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.

(17)

3

Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) seharusnya berpusat pada siswa, kenyataannya masih menggunakan prinsip pembelajaran yang berpusat pada guru. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru sebatas pada pengetahuan, belum mengarahkan siswa aktif dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasi, serta mengkomunikasikan hasil sesuai dengan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah. Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya dari guru kepada siswa).

Berdasarkan kenyataan di atas, sebaiknya peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran, dialah yang memiliki peran utama dalam proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pengarah proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori pendidikan progresif dalam Sukmadinata (2004:10) bahwa,

Teori pendidikan progresif menurut John Dewey menerapkan prinsip pembelajaran sambil melakukan (learning by doing). Dalam pendidikan progresif, isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri yang sesuai dengan minat dan keutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksi itu ia memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Guru lebih merupakan ahli dalam metodologi daripada dalam bahan ajar.

(18)

4

pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sebelum guru melaksanakan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru harus memahami proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yang telah ditetapkan pada kurikulum 2013.

“...dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „mengapa‟. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa‟. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan” (Gultom, 2013:208).

Sesuai dengan pendapat di atas, proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan informasi kepada peserta didik tentang mengapa mereka harus memahami materi yang mereka pelajari (sikap), tentang bagaimana pelaksanaan proses pembelajarannya (keterampilan), dan tentang apa yang telah mereka pelajari (pengetahuan). Pelaksaanaan proses pembelajaran juga harus dilaksanakan sesuai dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan, serta mengkomunikasikan hasil.

(19)

5

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada beberapa Sekolah Dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung terutama di kelas IV, seluruh guru sudah mengikuti sosialisasi dan workshop mengenai kurikulum 2013. Namun meski semua guru sudah mengikuti sosialisasi dan workshop, kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru. Ini terlihat pada saat pembelajaran guru belum melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Guru masih menjadi pusat kegiatan pembelajaran, yang berarti bahwa guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran (guru menjelaskan dan siswa mendengarkan). Guru cenderung lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran masih dipandang dari segi hasil (produk) yang didapatkan bukan dari proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini tidak sesuai dengan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013 yang mengharuskan peserta didik berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hal lain yang menjadi permasalahan guru dalam penerapan kuikulum 2013 adalah guru dituntut untuk memadukan mata pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran secara terpadu, namun kenyataannya guru masih memisahkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya.

(20)

6

tahun 2013. Sehingga tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013 dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin mengkaji penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif tentang Penerapan Pembelajaran Berbasis Pendekatan

Ilmiah Berdasarkan Kurikulum SD 2013 pada Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung.”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Guru belum menerapkan kurikulum 2013.

2. Guru belum melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013. 3. Dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah.

4. Guru belum melaksanakan pembelajaran secara terpadu.

5. Guru masih berorientasi pada produk bukan pada proses belajar. 6. Siswa belum dilibatkan dalam proses pembelajaran.

C.Pembatasan Masalah

(21)

7

dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan hasil berdasarkan kurikulum SD 2013 pada kelas IV Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung.

D.Rumusan Masalah

Berkaitan dengan pembatasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di Kota Bandar Lampung yang meliputi:

a. Pelaksanaan kegiatan mengamati b. Pelaksanaan kegiatan menanya

c. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan dan mengasosiasikan d. Pelaksanaan kegiatan mengkomunikasikan hasil

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(22)

8

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di Kota Bandar Lampung yang meliputi:

a. Pelaksanaan kegiatan mengamati b. Pelaksanaan kegiatan menanya

c. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan dan mengasosiasikan d. Pelaksanaan kegiatan mengkomunikasikan hasil

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain: a. Bagi sekolah

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dasar yang terdapat di Kota Bandar Lampung, terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah. b. Bagi guru

Sebagai bahan evaluasi diri, refleksi dan masukan bagi guru, dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

c. Bagi peneliti

(23)

9

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di kota bandar lampung.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru sekolah dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung

4. Waktu Penelitian

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Teori Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah

Konsep pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini berkembang dari pendidikan humanistik ke arah teori belajar kontruktivisme dan kemudian ke arah teori pendidikan progresif. Pendidikan humanistik memandang bahwa pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.

Konsep dasar pendidikan humanistik lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan (Sukmadinata, 2004:86).

(25)

11

luar sekolah (kontruktivisme). Konsep dasar belajar menurut teori belajar kontruktivisme adalah pengetahuan baru dikontruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (Sukmadinata, 2004:10). Hal ini diperkuat oleh pendapat Tasker bahwa,

“...mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkontruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi yang baru diterima” (Lapono, 2010:28)

Sesuai dengan pendapat di atas, pendekatan kontruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu harus memiliki kemampuan untuk mengkontruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif membangun pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik diharapkan dapat mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang di terima atau mengaitkan gagasan dengan informasi baru yang diterima. Hal ini sesuai dengan teori pendidikan progresfi oleh John Dewey yang menerapkan pembelajaran sambil melakukan.

(26)

12

Pembelajaran sambil melakukan (learning by doing), dapat berarti bahwa peserta didik memperoleh pengetahuan dengan melakukan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dapat berupa pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dari pengalaman adalah bagaimana siswa dapat menghubungkan pengalaman masa lalu dan masa yang akan datang. Belajar dari pengalaman berarti mempergunakan daya pikir reflektif (reflektif thinking) dalam pengalaman siswa.

Pengalaman yang efektif adalah pengalaman reflektif. Terdapat lima langkah berpikir reflektif menurut John Dewey yaitu:

1. Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah

2. Mangadakan interpretasi tentatif (merumuskan hipotesis) 3. Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat 4. Memperoleh hasil dari pengujian hipotesis

5. Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat (Sukmadinata, 2004:43).

(27)

13

masalah tersebut. Terkait langkah-langkah berpikir reflektif, dapat diartikan bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus aktif untuk mencari informasi dan memecahkan masalah oleh dirinya sendiri. Langkah-langkah berpikir refletif oleh John Dewey sesuai dengan tahap perkembangan kognitif versi Piaget.

Teori belajar kognitif oleh Jean Piaget terdiri dari beberapa tahapan perkembangan yaitu:

1. Sensorimotor Intelegensi (lahir s.d usia 2 tahun) 2. Preoperation thought (2-7 tahun)

3. Concrete Operation (7-11 tahun) 4. Formal Operation (11- 15 tahun) (Lapono, 2010:19)

(28)

14

B.Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

Istilah pendekatan biasa digunakan dalam pembelajaran. Secara harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pendekatan berarti “proses, perbuatan, cara mendekati” (Abimanyu, 2008:4).

Sedangkan menurut T. Raka Joni dinyatakan bahwa pendekatan dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian (Abimanyu, 2008:4).

Sesuai dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah cara pandang seseorang terhadap proses pembelajaran secara umum. Pendekatan dalam pembelajaran terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran lebih menekankan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, pada dasarnya menggunakan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa, harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dalam kurikulum 2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(29)

15

(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan” (Gultom, 2013:208).

Proses pembelajaran yang menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan diharapkan dapat memberikan informasi kepada peserta didik mengapa mereka harus memahami materi pelajaran yang mereka pelajari (sikap), bagaimana pelaksanaan proses pembelajarannya (keterampilan), dan apa yang telah mereka pelajari (pengetahuan). Pelaksaanaan proses pembelajaran juga harus dilaksanakan sesuai dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan, serta mengkomunikasikan hasil. Pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup disajikan berikut ini:

1. Kegiatan Pendahuluan

Pelaksanaan pembelajaran biasa diawali dengan kegiatan awal/pendahuluan.

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mangaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

c) Mengantarkan peserta didik kepada sesuatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

(30)

16

Sesuai dengan pendapat di atas, kegiatan pendahuluan dalam pelaksanaan pembelajaran dimulai dari persiapan peserta didik yang dilakukan oleh guru baik secara fisik maupun psikis. Setelah persiapan peserta didik, guru melakukan apersepsi untuk memulai pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan atau mengantarkan peserta didik pada permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada hari itu dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Langkah terakhir dalam kegiatan pendahuluan adalah guru menyampaikan garis besar materi dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosisikan serta mengkomunikasikan hasil. Kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati

Langkah pertama penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran adalah proses mengamati.

(31)

17

Proses mengamati dalam pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dilakukan melalui membaca, mendengar, menyimak, melihat. Kegiatan ini mengarahkan peserta didik untuk membaca, mendengar, menyimak dan melihat hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran berupa media pembelajaran yang meliputi media visual, audio dan audio-visual serta sumber belajar yang meliputi buku pelajaran, buku-buku lainnya, dan lingkungan.

b. Menanya

Langkah kedua penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran adalah proses menanya.

Dalam kegiatan mengamati guru memberikan, kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam (Notodiputro, 2013:64).

(32)

18

dilaksanakan dalam kegiatan berdiskusi, mempertanyakan, memberi alasan dan mengungkapkan gagasan.

Fungsi bertanya dalam hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran, mendorong peserta didik untuk aktif dan dapat membuat pertanyaan sendiri, mengetahui kesulitan peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran, meningkatkan keterampilan berbicara (mengajukan dan menjawab pertanyaan) dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mendorong peserta didik untuk berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik kesimpulan, serta menumbuhkan sikap saling menerima dan menghargai pendapat orang lain dalam kegiatan diskusi.

c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Langkah ketiga penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran adalah proses Mengumpulkan dan mengasosiasikan.

Tindak lanjut dari bertanya adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mangambil berbagai kumpulan dari pola yang ditemukan (Notodiputro, 2013:65).

(33)

19

menentukan data, menentukan sumber data, melakukan kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber, dapat menghubungkan data dari sumber yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan arahan guru, dapat menganalisis data dan dapat menyimpulkan hasil dari analisis data tersebut. Kemampuan mengumpulkan dan mengasosiasikan ini harus sesuai dengan tingkat berfikir reflektif menurut John Dewey.

Pengalaman yang efektif adalah pengalaman reflektif. Terdapat lima langkah berpikir reflektif menurut John Dewey yaitu:

1. Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah

2. Mangadakan interpretasi tentatif (merumuskan hipotesis) 3. Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat 4. Memperoleh hasil dari pengujian hipotesis

5. Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat (Sukmadinata, 2004:43).

Langkah-langkah berpikir reflektif di atas, dimulai dari mengenali masalah yang berasal dari luar diri siswa sendiri, menyelidiki kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapi, mengumpulkan dan menghubungkan berbagai cara yang didapat untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian membuat jawaban sementara mengenai cara memecahkan masalah yang dihadapinya, yang terakhir adalah mempraktekkan salah satu cara pemecahan masalah sehingga dapat menentukan hasil benar atau tidak cara pemecahan masalah tersebut.

d. Mengkomunikasikan Hasil

(34)

20

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses (Gultom, 2013:241).

Kegiatan terakhir dalam langkah-langkah pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yaitu mengkomunikasikan hasil yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok maupun individu sesuai dengan arahan dari guru. Kegiatan mengkomunikasikan hasil ini yaitu proses menyampaikan hasil pengamatan.

3. Kegiatan penutup

Kegiatan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara: a. Peserta didik bersama guru menyimpulkan konsep yang telah

dipelajarinya. b. Refleksi.

Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan:  Apa yang sudah/belum dikuasai/dipahami

 Perasaan mereka sewaktu belajar

 Cara mereka belajar berkaitan dengan keberhasilan/kegagalan dalam suatu menguasi suatu kemampuan/pemahaman

 Keterkaitan sikap spiritual dan sosial dengan materi yang telah dipelajari

c. Guru memberikan tugas lanjutan berkaitan dengan materi yang diajarkan

d. Guru memberikan test tertulis dan lisan serta penilaian otentik selama pembelajaran berlangsung

(35)

21

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa kegiatan penutup dalam pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah di awali dengan guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan, guru melakukan kegiatan refleksi setelah pembelajaran, guru memberikan tugas lanjutan berkaiatan dengan tema yang diajarkan pada hari itu, guru memberikan test tertulis dan lisan serta penilaian otentik selama pembelajaran berlangsung

C.Langkah-langkah Pengembangan RPP Kurikulum 2013

Langkah-langkah pengembangan RPP berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji silabus pada Kurnas

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulum 2013 adalah mengkaji silabus sesuai dengan kurikulum nasional. Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap disri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan siswa secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati (observing), menanya (questioning), mengolah (associating) dan menyajikan (Notodiputro, 2013: 78).

(36)

22

(observing), menanya (questioning), mengolah (associating) dan menyajikan agar kompetensi dasar (KD) dapat tercapai dengan baik.

2. Menentukan tujuan

Langkah kedua yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulum 2013 adalah menentukan tujuan. Menurut

Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: audience (peserta didik) dan behavior (aspek kemampuan), (Notodiputro, 2013:79).

Sesuai dengan pendapat di atas, bahwa menentukan tujuan pembelajaran dalam RPP paling tidak mengandung dua aspek yaitu peserta didik dan kemampuan. Aspek peserta didik dan kemampuan ini berarti bahwa dalam tujuan pembelajaran peserta didik yang akan aktif melakukan berbagai hal dalam pembelajaran dan peserta didik harus mampu untuk mencapai tujuan yang akan dicapai sesuai dengan indikator dan KD.

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Langkah ketiga yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013 adalah mengkaji mengembangkan kegiatan pembelajaran. Hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelejaran adalah sebagai berikut:

(37)

23

menanya (questioning), mengasosiasikan (associating) dan menyajikan” (Notodiputro, 2013: 80).

Sesuai dengan pendapat di atas, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan inti pembelajaran dirancang untuk membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Cara yang dilakukan agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman dalam kegiatan pembelajaran, maka guru harus dapat menyusun kegiatan pembelajaran sesuai dengan kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mengasosiasikan (associating) dan menyajikan.

4. Penjabaran jenis penilaian

Langkah keempat yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013 adalah penjabaran jenis penilaian.

Penilaian dilakukan menggunkan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, penggematan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri (Notodiputro, 2013: 81).

(38)

24

apabila hasil penilaian tidak sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, maka akan dilakukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran seperti remidi dan pengayaan bagi peserta didik yang nilainya tidak mencapai KKM dan yang telah mencapai KKM.

5. Menentukan alokasi waktu

Langkah kelima yang dilakukan dalam pengembangan RPP sesuai dengan kurikulu 2013 adalah menentukan alokasi waktu.

Penentuan alokasi waktu pada setiap konpetensi dasar didasarkan pada mingggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tigkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar (Notodiputro, 2013: 81).

Penentuan alokasi waktu dalam RPP harus sesuai dengan tingkat kesulitan kompetensi dasar yang akan di capai, sehingga dapat menentukan perkiraan waktu untuk mencapai kompetensi dasar tersebut dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik yang beragam.

6. Menentukan sumber belajar

(39)

25

Sesuai dengan pendapat di atas, sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan tujuan, indikator dan kompetensi dasar yang akan di capai. Sumber belajar yang digunakan tidak hanya buku pelajaran saja, akan tetapi sumber belajar yanng digunakan dalam pembelajaran dapat berupa majalah, media elektronik, lingkungan belajar, lingkungan tempat tinggal, wawancara dengan nara sumber dan lain sebagainya.

D.Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebisaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.

“...kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang; (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bemuatan nilai, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam” (Notodiputro, 2013:56).

(40)

26

masalah tersebut harus didukung dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

“...proses pembelajaran Kurikulum 2013 dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain)” (Gultom, 2013:84).

Sesuai dengan pendapat di atas, proses pembelajaran pada kurikulum 2013 diawali kegiatan mengamati oleh siswa dengan cara melihat, membaca, mendengar dan menyimak tentang masalah yang berkaiatan dengan materi pelajaran. Setelah siswa mengamati, siswa dapat bertanya tentang apa yang dilihat, dibaca, didengar dan disimak baik secara lisan maupun tulisan. Langkah selanjutnya kegiatan menganalisis dengan cara mengumpulkan informasi, menghubungkan informasi yang didapat oleh siswa, dan menentukan keterkaitan antara informasi yang satu dengan lainnya (mengolah informasi). Kegiatan akhir yang dilakukan oleh siswa adalah mengomunikasikan hasil pengamatan yang telah dibuat oleh siswa.

E.Kompetensi Guru

Kompetensi yang harus dimiliki guru sesuai dengan UUD no 14 tahun 2005 yaitu kometensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

(41)

27

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. (Djumiran, :12-13)

Sesuai dengan pendapat di atas, kemampuan pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, di dalamnya termasuk kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan kepribadian menekankan pada kemampuan memahami tujuan pendidikan dan pembelajaran, menunjukkan sikap demokratis, toleran, tenggang rasa, jujur, adil, tanggung jawab, disiplin, santun,

bijaksana dan kreatif. Kemampuan sosial, menekankan kemampuan guru untuk

berinteraksi dengan peserta didik, guru, orang tua peserta didik dan masyarakat. Kemampuan profesional menekanakan pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara mendalam, menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar, mengembangkan materi secara kreatif, serta kemampuan memanfaatkan teknologi dan informasi.

F. Kerangka Pikir

(42)

28

2013 dianggap sebagai kurikulum baru sehingga membuat guru merasa kesulitan untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Kesulitan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 dapat dilihat dari guru masih menjadi pusat kegiatan pembelajaran, yang berarti bahwa guru yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (guru menjelaskan dan siswa mendengarkan). Guru masih sering menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran masih dipandang dari segi hasil (produk) yang didapatkan bukan dari proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dalam kurikulum 2013 lebih menekankan pada proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan, serta mengkomunikasikan hasil. Supaya pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013, maka sebaiknya kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik, tidak lagi menggunakan metode ceramah, dan keberhasilan pembelajaran tidak dipandang dari segi hasil (produk) yang didapatkan tetapi dari proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

(43)

29

G.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah berdasarkan kurikulum SD 2013 pada sekolah dasar di Kota Bandar Lampung yang meliputi:

a. Pelaksanaan kegiatan mengamati b. Pelaksanaan kegiatan menanya

c. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan dan mengasosiasikan d. Pelaksanaan kegiatan mengkomunikasikan hasil

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Mengkomunikasikan Penerapan

Pembelajaran

(44)

III. METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan alat pengungkap data yang utama adalah observasi (sumber data primer), teknik penunjang studi wawancara dan dokumentasi (sumber data sekunder). Menurut Arikunto (2010:3) dinyatakan bahwa, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memaparkan atau menggambarkan masalah yang sedang dihadapi yakni mengenai penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah beradasarkan kurikulum SD 2013 pada Sekolah Dasar di Kota Bandar Lampung.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

(45)

31

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dapat diatikan sebagai keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas IV pada sekolah dasar yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 di wilayah Kota Bandar Lampung, dalam hal ini hanya 18 sekolah dasar di Kota Bandar Lampung yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 (data terlampir).

2. Sampel Penelitian

Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, miisalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2013:81).

Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut (Suharsimi Arikunto, 2010: 183).

(46)

32

misalnya: alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Berdasarkan teknik sampel di atas maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 9 guru, dari 18 Sekolah Dasar (SD) dan yang terambil sebagai sampel adalah 4 Sekolah Dasar (SD).

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam kegiatan penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:38). Penelitian ini memiliki satu variabel atau bersifat tunggal yaitu Penerapan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah.

E.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual

(47)

33

2. Definisi Operasional Variabel

Penerapan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah adalah pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yang pelaksanaannya terdiri dari proses mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan hasil.

[image:47.595.142.517.531.751.2]

Definisi operasional variabel digunakan untuk memudahkan pengumpulan data agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan objek penelitian, maka variabel yang diuji dalam penelitian ini perlu dioperasionalkan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan hasil. Cara mengoperasionalkan variabel tersebut sehingga menjadi item yang terukur dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Item

Penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah

Mengamati Guru Memfasilitasi peserta didik untuk membaca buku.

Guru Memfasilitasi peserta didik membaca sumber lainnya. Guru memfasilitasi Peserta didik mengamati objek

Guru memfasilitasi Peserta didik mengamati lingkungan

Menanya Guru memfasilitasi peserta didik untuk mengajukan berdiskusi, Guru memfasilitasi peserta didik untuk bertanya,

(48)

34

Variabel Indikator Item

untuk mempertanyakan

Guru memfasilitasi peserta didik untuk memberi alasan

Guru memfasilitasi peserta didik untuk mengungkapkan gagasan Mengumpulkan dan

mengasosiasi

Guru memfasilitasi peserta didik untuk menentukan data yang akan dicari sesuai tema

Guru memfasilitasi peserta didik untuk menentukan sumber data Guru memfasilitasi peserta didik untuk mengumpulkan data Guru memfasilitasi peserta didik untuk menentukan hubungan Guru memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis data

Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil analisis data

Mengkomunikasikan Hasil

Guru memfasilitasi peserta didik untuk Menyampaikan hasil pengamatan

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

(49)

35

digunakan untuk mendesekripsikan penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh guru .

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk menunjang teknik observasi dalam penelitian ini adalah wawancara (sumber data sekunder).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2013:137).

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan kelabihan dan kesulitan dalam penerapan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

3. Dokumentasi

(50)

36

F. Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data, untuk menganalisis dua jenis data kuantitatif dan kualitatif maka digunakan analisis data campuran kuan-kual maksudnya analisis data kuantiatif dijadikan sebagai metode utama sedangkan analisis data kualitatif menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif.

Analisis data Kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk menghitung jumlah ceklis yang terdapat pada lembar observasi dan menggunakan persentase untuk menghitung item pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dalam lembar observasi. Sedangkan analisis data kualitatif digunakan untuk melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat secara sistematis.

Cara yang dilaksanakan untuk menganalisis data kuantitatif melalui observasi dan studi dokumentasi yaitu menghitung jumlah ceklis yang terdapat pada lembar observasi dan menggunakan persentase untuk menghitung item pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dalam lembar observasi.

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menganalisis data kualitatif melalui studi wawancara yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

(51)

37

subjek penelitian yaitu guru kelas empat mengenai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

2. Pemilihan data

Pemilihan data dalam penelitian ini dengan cara menentukan menentukan sejumlah data dari hasil wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

3. Pengkategorian

Pengkategorian data dalam penelitian ini sesuai dengan aspek perencanaan pembelajaran meliputi aspek perumusan tujuan, penentuan tema kegiatan, penyusunan langkah pembelajaran, penentuan sumber, media, bahan dan alat kegiatan, perancangan penilaian, dan alokasi waktu serta aspek pelaksanaan pembelajaran meliputi aspek prapembelajaran, kegiatan inti (mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan, mengkomunikasikan hasil) dan penutup yang akan digunakan lebih lanjut untuk menganalisis data kuantitatif.

4. Pembandingan

Pembandingan data dalam penelitian ini dengan cara membandingkan hasil dengan konsep atau teori yang menjadi acauan dalam kurikulum 2013. 5. Penyatuan

(52)

38

6. Penafsiran data

Penafsiran hasil analisis ini bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan.

Desain analisis data campuran Kuan-kual secara lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

((

(Creswell dalam Sugiyono, 2011:409)

Bagan penelitian di atas dinamakan model sequential explanatory.

Explanatory Strategy in mixed methods research is characterized by the collection and analysis of quantitative data in a first phase followed by the collection and analysis of qualitative data in a sacond phase that build on the result of initial quantitative. (Creswell dalam Sugiyono, 2011:409)

Model penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian melakukan pengumpulan data dan menganalisis data kualitatif pada tahap kedua, selanjutnya menganilis data secara keseluruhan untuk kemudian di ambil kesimpulan dari analisis data tersebut.

Ukuran Penafsiran data menurut Arikunto (2010:269)

No Persentase Kategori

1 81% - 100% Sangat Baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup Baik

4 21% - 40% Kurang Baik

5 0 – 20% Tidak baik

KUAN kual

(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru sudah baik, tetapi hanya tuntutan administrasi, karena perencanaan pembelajaran yang dibuat guru hanya mengutip dari buku panduan guru, dengan kata lain guru belum kompeten dalam merancang pembelajaran.

2. Implementasi pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah belum nampak dilaksanakan sebagaimana tuntutan dalam kurikulum 2013, guru masih melaksanakan pembelajaran secara konvensional, guru belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan kegaitan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan serta mengkomunikasikan hasil secara merata. Secara khusus penelitian ini menemukan bahwa:

(54)

72

b. Pelaksanaan kegiatan menanya, guru sudah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, namun pelaksanaannya guru belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi, tanya jawab, saling memberi alasan, dan mengungkapkan gagasan. Guru tidak mendorong peserta didik untuk berdiskusi, berani bertanya dan mengungkapkan gagasan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan dan mengasosiasikan, guru belum melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik. Guru belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan data, menentukan sumber data, mengumpulkan data, menentukan hubungan berbagai data dan menyimpulkan hasil analisis data, serta guru tidak baik dalam melaksanakan aspek pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk menganalisis data. Guru hanya menjelaskan materi pelajaran dan tidak mengarahkan peserta didik untuk aktif melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(55)

73

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru hendaknya selalu melakukan inovasi dengan banyak membaca buku, mengikuti sosialisasi dan workshop kurikulum 2013 agar dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berbasis pendektan ilmiah, serta lebih mengintensifkan penggunaan media pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013.

2. Bagi sekolah

a. Sekolah hendaknya memfasilitasi guru mengikuti kegiatan pelatihan baik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

b. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah.

c. Kepala sekolah hendaknya menggiatkan penggunaan media pembelajaran oleh guru sesuai dengan kurikulum 2013.

3. Bagi Dinas Pendidikan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2013. Instrumen Observasi Implementasi Kurikulum tentang Pembelajaran dan Penilaian (SD, SMP, SMA, dan SMK). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta. EPIK. Sekolah Sasaran Kurikulum 2013.

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school. Diunduh pada tanggal 14

Maret 2013

Gultom, Syawal. 2013. Modul pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Lapono, Nabisi dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.

Notodiputro, Khairil Anwar. 2013. Pedoman Implementasi Kurikulum. Badan Penelitian Dan perkembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Notodiputro, Khairil Anwar. 2013. Dokumen Kurikulum 2013 Kompetensi dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Badan Penelitian Dan perkembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(57)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Afabeta. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih: 2004. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kemendikbud. Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Calculator dalam Aspen dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sesuai dengan keinginan kita, misalnya mengubah satuan atau menghitung besaran- besaran yang belum

Penyusunan Kamus Bahasa Kutai - Bahasa Indonesia ini se­ bagian besar sudah dilengkapi dengan contoh kalimat, ungkapan atau peribahasa, meskipun beberapa contoh belum dapat dikata­

Dari penggunaan informasi akuntansi diferensial tersebut, ternyata perusahaan Bobo Bakery mendapati bahwa dengan membeli dari pihak luar akan dapat mengurangi biaya

Creambath digunakan untuk perawatan rambut secara basah, kosmetik yang digunakan dapat menutrisi kulit kepala dan rambut. Tujuan penelitian 1) untuk mengetahui pengaruh

55 (Revisi 2006) diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi yaitu pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi

Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau perintah positif

Pokok bahasan yang dimuat dalam Matematika Untuk SMA/MA Jilid I ini adalah: Eksponen (pangkat) dan Bentuk Akar, Logaritma, Persamaan dan Fungsi Kuadrat, Logika

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas mengarang II. Adapun data hasil