• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKHLAK TERPUJI DAN TERCELA Artikel ini d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKHLAK TERPUJI DAN TERCELA Artikel ini d"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

AKHLAK TERPUJI DAN

TERCELA

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas

Nama : Akhmad Rizal Gunawan

Nomor :1280

Kelas: X TMO 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridho Allah swt.

Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang dapat dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari futrahnya sebagai manusia.

(2)

karena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga pergaulan. Sehingga menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak terpuji dan akhlak tercela. Maka kami dalam makalah ini membahas tentang “materia akhlak (akhlak baik dan akhlak buruk”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka rumusan masalah yang kami ambil :

1. Apa pengertian dari akhlak terpuji dan akhlak tercela?

2. Apa saja yang termasuk akhlak terpuji dan akhlak tercela?

3. Bagaimana penerapannya dalam kehidupan?

C. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :

1. Bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran aqidah akhlak

2. Menjelaskan akhlak terpuji dan macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela dengan

macam-macam akhlak tercela.

3. Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat penulisan

Kami berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak dari “khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,dan

perangai.

Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut: a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.

b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.

(3)

d. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).

Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.

B.

Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela

Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an da al-hadis. Jika kita perhatikan al-al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.

Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:

“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab, ‘hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut” (H.R Al-baihaqi)

Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara melakukannya dengan cara tidak baik.

(4)

Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.

1. Rasulullah saw.bersabda:

“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”

2. Rasulullah saw bersabda:

“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.

C.

Macam- Macam Akhlak Terpuji

1)

HUSNUZAN

Pengertian

Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti.

Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

(5)

2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta inisiatif

3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.

Macam-macam husnuzan

1. Husnuzan Kepada Allah

Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada Allah. Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :

ءءييشش للشكك تيعشسسوش يتسمشحيرشوش

“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)

Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam segala hal dan keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, ketika kita senang dan suka karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah Swt., sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :

“Selalu menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan leburukan” (H.R.at-Tabrani dan Ibnu Hiban).

2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri

(6)

merasa rendah diri di hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena tidak punya kemampuan di bidang itu.

3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia

Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan dan disegani lawan.Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya.

Contoh Perilaku Husnuzan

1.

Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya

Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar yang diberikan Allah adalah hal yang terbaik untuk Nya, karena Allah Swt. bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-hamba-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada hamba-Nya.

Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah : a. Senantiasa taat kepada Allah.

b. Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.

c. Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan. d.Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.

2. Husnuzan kepada Diri Sendiri.

Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan positif dalam segala hal.

Manfaat sikap gigih adalah :

1. Membentuk pribadi yang tangguh

2. Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh 3. Menjadikan seseorang kreatif.

4. Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah terhadap keadaan

(7)

3. Husnuzan kepada Sesama Manusia

Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif dan sikap saling menghormati antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.

Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan manfaat sebagai berikut :

a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik. b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama. c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.

Hikmah Husnuzan

Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan Rasul

serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena Allah.

2. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar

dan tawakal.

3. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah

.

4. Mendorong manusia mencapai kemajuan.

5. Menimbulkan ketentraman.

6. Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.

7. Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.

2)

TOBAT

Hakekat Tobat

Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya,kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya yang kembali taat setelah

melanggar larangan-Nya. :namrifreb hallA

…..

Artinya :

(8)

Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak

berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:“Setiap anak

Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.

Hukum bertaubat

Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang telah dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:

ننوححللففتح مفكحللنعنلن ننونحملؤفمحلفا اهنيلحأن اععيملجن هلللنلا ىلنإل اوبحوتحون

“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”.

Penggolongan taubat

Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Tobat Awam (tobat manusia umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah

bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa. 2. Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkastnya

makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang mekruh. Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah, tobat semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah Khuldi.

3. Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan tobat yang paling tinggi adalah tobat ini. Tobat rasulullah

manakala dia berkata, “sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari”. Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah bristigfar kepada Allah.

Tata cara untuk bertobat

Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan :

1. Menyadari kesalahan

2. Menyesali kesalahan

3. Memohon ampun kepada Allah(istigfar )dengan keyakinan atau husnuzhzhan bahwa Allah swt.

Akan mengampuninya

4. Berjanji tidak akan mengulanginya

5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan bahwa dia benar-benar

bertobat.firman Allah swt. :

(9)

“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”(Q.S.Taha/20:82)

Jenis dosa dan cara tobatnya

Secara umum perbuatan dosa dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu :

a. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Seperti berkata dusta, meninggalkan sholat lima waktu,

berbuat syirik,meminum khamar, berjudi, main perempuan, menyaksikan film-film yang mengundang syahwat, semua diatas adalah termasuk dosa besar. Caranya seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya.

b. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada, seperti

orang yang tidak mengerjakan puasa caranya apabila dia meninggalkan satu hari saja puasa maka dia harus berpusa selama enam puluh hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau dia memberi makan enam orang miskin.

c. Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti, seperti

perbuatan gibah mengumpat, mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjing. Caranya dengan tidak mengumpat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.

d. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Seperti

memakan harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir gandum. Caranya mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, kemudian menyesali apa yang telah terjadi dan tidak memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh seperti seekor

lintah yang menghisap darah manusia.

D.

Macam-Macam Akhlak Tercela

1)

RIYA

Riya berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya memperlihatkan. Kata

ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah/2: 264)

Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau

(10)

didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan

karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau

penghargaan dari orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan tentang ibadah

dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar).

Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat

atau ingin dipuji orang lain.

Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya

haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :

ىلشاسشكك ايومكاقش ةسلشصلشلا ىلشإس ايومكاقش اذشإسوش ميهكعكدساخش وشهكوش هشلللا نشوعكدساخشيك نشيقسفسانشمكليا نلشإس

ل

ل يلسقش للشإس هشلللا نشوركككذييش لشوش سشانلشلا نشوؤكآرشيك

Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang

yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan

protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu,

mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang.

Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai

pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan

dari perjuanganmu’.”

Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah

SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun

akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air

hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :

الروثكنملش ءابشهش هكانشليعشجشفش لءمشعش نيمس اولكمسعش امش ىلشإس انشميدسقشوش

Artinya : ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan

amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)

Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :

”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”

Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya

kepada Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu

Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah

menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan

(11)

Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh

penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas

beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam

masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara

satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.

Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.”

Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?”

Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah

memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian

memperoleh imbalan pahala dari mereka’

Perbedaan amal perbuatan yang diridhai allah dengan amal perbuatan riya’

Antara amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan

riya’ dapat dibedakan sebagai berikut : Amal perbuatan yang diridhai Allah : a. Niat karena Allah

b. Ikhlas

c. Sesuai dengan kemampuan d. Tidak pilih kasih

e. Rahmat bagi seluruh alam

Amal perbuatan riya’ a. Niat bukan karena Allah b. Tidak ikhlas

c. Mengada-ada d. Pilih kasih e. Ingin dipuji

f. Mengharap imbalan

Macam-macam riya’

Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu : a. Ria dalam niat

Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas

sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT

dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau

tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :

مشعكتكعيمسسش

اﺑسﻝكامشعيلشﺍيامشﱠﻧﺇسﻝسكسويقكيشﻉﺹﻝشويسكﺭشتكعيمسسشربشنيمسليﭐىلشعشﻝشاقشﺏاﱠﻄخشليﭐنشﺑيﭐرش

(12)

(

هيلع قفتم

)

Artinya : “aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda :

“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)

b. Ria dalam perbuatan

Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang

banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang

lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar

dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus.

Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin

mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.

Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :

a). Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah

SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. an

dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :

نشيللسصشمكليللس للييوشفش

.

.

نشوؤكارشيك ميهك نشيذسللشا نشوهكاسش ميهستسالشصش نعش ميهك نشيذسللشا

Artinya : “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)

orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.

b). Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih.

c). Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi

(orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam

Q.S. Al Anfaal : 47 :

هكلللاوش هسلللا لسيبسسش نعش نشودلكصكيشوش سسانلشلا ءائشرسوش الرﻄشﺑش مهسرسايشدس نمس ايوجكرشخش نشيذسللشاكش ايوﻧكوﻜكتش لشوش

طليحسمك نشولكمشعييش امشﺑس

Artinya : Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari

kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria)

serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang

mereka kerjakan.

Ciri orang yang berbuat riya’

(13)

a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya

b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.

c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji

orang.

d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan

paling mampu.

Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya’

a. Terhadap diri sendiri :

1). Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah

berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan mengambil hak

orang lain

2). Selalu ingin dipuji dan dihormati

3). Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak dihargai. 4). Sombong dan membanggakan diri

5). Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

6). Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang melihatnya atau tidak ada imbalannya

7). Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti

8). Perbuatan riya’ termasuk syirik kecil

:

ملسو هيلع هللا ىلص هسللشلاش لكوسكرش لشاقش لشاقش هنع هللا يضر دءيبسلش نسﺑي دسومكحيمش نيعشوش

)

نءسشحش دءنشسشﺑس دكمشحيأش هكجشرشخيأش

)

ءكايشرلسلاش ركغشصيأشلياش ككريشلسلاش ميﻜكييلشعش فكاخشأش امش فشوشخيأش نلشإس

Artinya : Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa

Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik

kecil: yaitu riya." (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan).

9). Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatan riya' 10). Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.

b. Terhadap orang lain

1). Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya

kepada orang lain.

2). Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak senang terhadapnya

3). Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan

akhirnya menimbulkan pengrusakan

(14)

Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat

beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya

dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”

Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya

a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT

b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja

d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh dan meminta imbalan

e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau kesenangan

f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain

h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah

i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah dari Allah dan akan kembali kepada-Nya

j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT Allah SWT berfirman :

دليدسششلش يﺑساذشعش نلشإس ميتكريفشكش نئسلشوش ميﻜكﻧلشدشيزسلش ميتكريﻜششش نئسلش ميﻜكﺑلكرش نشذلشأشتش ذيإسوش

Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)

2)

ANIAYA (DZALIM)

Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal

dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim dan

perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu meletakkan

sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang harus ditinggalkan.

Karena tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Tindakan aniaya digolongkan sebagai perbuatan yang menyesatkan dan menyengsarakan.

Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan

bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya

(15)

Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :

a. Dzalim adalah orang yang paling banyak kesalahannya,

b. Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,

c. Dzalim adalah orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya

d. Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar

e. Dzalim adlah orang yang membaca al-qur-an dengan tidak mau mempelajari isinya, apalagi

mengamalkannya

f. Dzalim adalah orang yang jahil

g. Dzalim adalah orang yang masy’amah (berputu asa)

h. Dzalim adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka

i. Dzalim adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat

j. Dzalim adalah orang yang mengambil al-qur’an, tetapi tidak mengamalkannya

Macam-macam sifat aniaya:

1. Aniaya kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah yang wajib,

dan meninggalkan larangan Allah yang haram.

2. Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.

3. Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak. 4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.

Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:

1. Dibenci masyarakat.

2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.

3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya. 4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.

5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.

Keburukan-keburukan bagi orang lain:

1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa. 2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.

3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.

4. Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak

mustahil Allah swt akan menimpakan azab.

Artinya

:

(16)

'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang

demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.( QS Yunus 10:3)

3)

DISKRIMINASI

Pengertian

Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang

berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal dengan Al-Muhabbah

yang artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata

discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi”

yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.

Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan

memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan

diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika

kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau

tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.

Jenis Perbuatan Diskriminasi

Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual

menurut kadar penyimpangan nya adalah sbb :

a. Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak

sesuai dengan nilai islam.

b. Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang

c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.

d. Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat dan

berlagak membela,disebut munafik.

Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi) dalam masyarakat

diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu cirri-ciri fisik, social, dan budaya.

a. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan

cirri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung, rambut, muka, dan tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri fisik sangat dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik diskriminasi social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum Presiden Nelson Mandela.

b. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat dalam

kehidupan sosial.

(17)

Dengan adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita katakana bahwa

diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap

diskriminasi.

Dampak Negatif Diskriminasi

a. Memicu munculnya sektarianisme b. Memunculkan antar kelompok

c. Mengundang masalah social yang baru

d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan e. Menghambat kesejahteraan kehidupan

f. Menghalangi tegak nya keadilan h .Mempersulit penyelesaian masalah.

Cara Menghindari DIskriminasi

Untuk menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim harus

mengedepankan sikap musawah.Sikap Musawah (persamaan) cukup urgen dalam

kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa kesejajaran,persamaan

dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.

Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :

a. Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas

belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita serta problem kehidupan yang dihadapi

b. Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan

masing-masing,sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari

c. Ta’awun adalah, saling tolong menolong

d. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.

Hikmah Menghindari Diskriminasi

1. Mengutamakan orang lain 2. Meringankan beban orang lain 3. Tidak menjadi beban orang lain

4. Ramah tamah terhadap sesama manusia 5. Berperilaku sesuai ajaran islam

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.

B. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembahasan-akhlak-terpuji/

http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-terpuji.html http://ahmadfauzani.wordpress.com/materi-akhlak-tercela/

http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-tercela-riya.html

http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-tercela.html Buku modul Al-Hikmah akidah akhlak kelas x semester I & II

Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung.

Pustaka Setia

Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia

Referensi

Dokumen terkait

Percaya diri adalah yakin terhadap ……… yang dimiliki.. Lawan kata dari sikap rajin

Pandangan ke Depan Penalaran Moral Pengambilan Keputusan Pengetahuan Diri PERILAKU MORAL: Kemampuan Kemauan Kebiasaan SIKAP MORAL: Kata Hati Rasa Percaya Diri. Empati Cinta

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah percaya pada dirinya sendiri, percaya akan kemampuan yang dimilikinya, tanpa membanding-bandingkan dengan orang lain

Rintangan internal ini datang dan ada da- lam diri perempuan itu sendiri, contohnya kurang percaya diri, pengaturan waktu yang tidak baik dan lain-lain, sementara

Anak yang ragu terhadap kemampuan diri sendiri biasanya kurang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain karena salah satu faktor penyebab tidak percaya diri datang dari

kemampuan bawaan.. Percaya diri memiliki ciri-ciri antara lain: 1) Percaya akan kemampuan sendiri sehingga tidak membutuhkan pujian,pengakuan,penerimaan atau rasa hormat dengan

Menurut Wahyuni, 2014 tentang kepercayaan diri menggunakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu : a Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap

Lebih lengkap Fatimah 2006 menyebutkan bahwa karakteristik individu yang percaya diri yaitu 1 percaya akan kemampuan diri sendiri, 2 menunjukkan diri yang baik dengan keyakinan dalam