• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFORMATION SYSTEM OF RIVER WATER QUALITY ON RIVER BASIN AT LAMPUNG PROVINCE SISTEM INFORMASI KUALITAS AIR SUNGAI DI WILAYAH SUNGAI (WS) PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INFORMATION SYSTEM OF RIVER WATER QUALITY ON RIVER BASIN AT LAMPUNG PROVINCE SISTEM INFORMASI KUALITAS AIR SUNGAI DI WILAYAH SUNGAI (WS) PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INFORMATION SYSTEM OF RIVER WATER QUALITY ON RIVER BASIN AT LAMPUNG PROVINCE

BY

EKA DESMAWATI

Information technology is a effective and efficient media for communication between the management water resources agency and communities in water quality monitoring activities. Lampung Province is divided into 3 River Basin according to Presidential Decree No 12, 2012. They are: Seputih – Sekampung River Basin, Mesuji - Tulang Bawang River Basin, and Semangka River Basin.

In this research, analysis have been conducted using Water Quality Index (WQI) of WQI – DOE Malaysia method, and Water Pollutant Index (WPI) of Storet method and Pollution Index (PI) method on Seputih Sekampung River Basin (33 locations) and Mesuji - Tulang Bawang River Basin (19 locations) inside. The results of the research will be managed using Website Information System to give interactive information for all stakeholder and communities on water resources management process.

(2)

Sekampung River Basin and Mesuji - Tulang Bawang River Basin can be accessed at the address http://kualitas-air.bl.ee/kualitas-air/home .

The results of the research showed that water quality conditions in general are influenced by land use. Seputih Sekampung River Basin has large agricultural areas and some swamp land. The decline trend in water quality in this area occurs in the wet season. Swamp land have the opposite condition, the water quality will improve in the wet season due to decreased levels of the acid by rain water. Mesuji Tulang Bawang River Basin consist of cultivation land and some swamp land. Decrease trend of water quality conditions for the cultivation of land has the same condition as Seputih Sekampung River Basin.

(3)

ABSTRAK

SISTEM INFORMASI KUALITAS AIR SUNGAI DI WILAYAH SUNGAI (WS) PROVINSI LAMPUNG

Oleh

EKA DESMAWATI

Teknologi informasi dapat digunakan sebagai media komunikasi efektif dan efisien antara pengelola sumber daya air dan masyarakat dalam kegiatan pemantauan kualitas air sungai. Wilayah Sungai di Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2012 yaitu WS Seputih – Sekampung, WS Mesuji - Tulang Bawang dan WS Semangka.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa indeks kualitas air dan indeks polutan air untuk menentukan status kualitas air Metode WQI -DOE Malaysia, Storet dan Indeks Pencemaran (IP) pada sungai di WS Seputih – Sekampung (33 lokasi) dan WS Mesuji - Tulang Bawang (19 lokasi). Penelitian ini menggunakan teknologi Sistem Informasi berbasis website sebagai alat memberikan informasi kualitas air sungai kepada masyarakat dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air.

(4)

Provinsi Lampung yang terkoneksi internet dan dapat diakses pada alamat http://kualitas-air.bl.ee/kualitas/kualitas-air.com.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi kualitas air dipengaruhi oleh tata guna lahan. WS Seputih Sekampung dengan sebagian besar daerah pertanian dan sebagian lagi lahan rawa. Pola penurunan kualitas air lahan budidaya terjadi pada musim basah. Lahan rawa mempunyai kecenderungan sebaliknya, kualitas air akan meningkat disaat musim basah akibat penurunan kadar asam oleh air hujan. WS Mesuji Tulang Bawang mempunyai tata guna lahan sebagian besar lahan budidaya dan sebagian merupakan tanah rawa. Kondisi penurunan kualitas air untuk lahan budidaya mempunyai pola yang sama dengan WS Seputih Sekampung.

(5)

SISTEM INFORMASI KUALITAS AIR SUNGAI DI WILAYAH

SUNGAI (WS) PROVINSI LAMPUNG

Oleh

EKA DESMAWATI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNIK

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, pada tanggal 22 Desember 1976, anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Kartubi dan Ibu Martini.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Xaverius Teluk Betung pada tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di SMPN 2 Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 1995, Diploma 3 (D3) di D3 Teknik Sipil Universitas Lampung diselesaikan pada tahun 1998, Strata 1 (S1) di S1 Teknik Sipil Universitas Lampung diselesaikan pada tahun 2001.

(10)

SANWACANA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho, dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul “Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai (WS) Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknik di Universitas Lampung.

Banyak kendala selama proses penulisan tesis ini sehingga sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini, tanpa bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari semua pihak dari proses perkuliahan sampai pada saat penulisan tesis ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M. Sc selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung;

2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesempatan untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaian tesis ini;

3. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyelesaian tesis ini;

(11)

tesis ini;

6. Tri Sandhika Jaya, S. Kom, M. Kom. beserta keluarga yang memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, terimakasih telah memberikan izin belajar di luar jam kerja;

8. Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, terimakasih telah memberikan dukungan untuk mengikuti Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Lampung;

9. Suami tercinta Suwawi Budi Raharja serta anakku-anakku Muhamad Daris Arya Baja dan Al Farizi Arya Baja yang memberikan motivasi dan kasih sayang selama ini;

10. Kedua orang tua bapak dan mamak serta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberi doa restu, kasih sayang, dukungan baik materi dan moral; 11. Seluruh teman-teman Magister Teknik Sipil Universitas Lampung yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini; 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi khalayak secara umum dan mahasiswa jurusan Teknik Sipil pada khususnya.

Bandar Lampung, 22 Maret 2014

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

B. Wilayah Sungai (WS) Seputih Sekampung ... 9

1. Kondisi Topografi ... 11

2. Kondisi Geologi ... 12

3. Kondisi Iklim dan Klimatologi ... 14

4. Kependudukan ... 14

5. Tata Guna Lahan ... 14

C. Wilayah Sungai (WS) Mesuji Tulang Bawang ... 15

(13)

6. Total Solid (TS) ... 27

1. Komponen Dasar Sistem Informasi Berbasis Web ... 48

I. Penelitian Kualitas Air Berbasis Water Quality Index (WQI) ... 49

1. Kajian Status Mutu Air di Sungai Gajahwong dengan Berbagai Indeks Kualitas Air ... 49

2. Case Study of Water Management Processes Serbian Water Quality Index ... 50

1. Wilayah Sungi Seputih Sekampung ... 67

2. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang ... 70

B. Analisa Indeks Kualitas Air / Water Quality Index (WQI) ... 74

1. WQI – DOE Malaysia ... 74

2. Storet ... 80

(14)

b. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang... 99

c. Penelitian dengan Metode WQI ... 102

2. Storet ... 105

a. Wilayah Sungai Seputih Sekampung ... 105

b. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang... 111

c. Penelitian dengan Metode Storet ... 114

3. Indeks Pencemaran (IP) ... 115

a. Wilayah Sungai Seputih Sekampung ... 115

b. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang... 121

c. Penelitian dengan Metode Indeks Pencemaran (IP)... 124

4. Analisa Status Kualitas Air ... 124

D. Implementasi Sistem Informasi Kualitas Air ... 127

1. Tampilan Interface ... 127

2. Uji Tampilan Data Hasil Analisis ... 141

a. Wilayah Sungai Seputih Sekampung ... 141

1. WQI – DOE ... 142

2. Storet ... 143

3. Indeks Pencemaran (IP) ... 144

b. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang... 145

1. WQI – DOE ... 146

2. Storet ... 147

3. IP (Indeks Pencemaran) ... 148

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Sungai di DAS Sekampung ... 10

2. Sungai di DAS Seputih ... 11

3. Gunung di WS Seputih Sekampung ... 11

4. Hubungan temperatur dan oksigen terlarut jenuh (mg/liter) pada suhu tertentu dengan tekanan 760 mmHg ... 25

5. Kelas kelayakan air berdasarkan WQI-DOE... . 38

6. Kebutuhan Pemakaian Umum ... 38

7. Suplai Kebutuhan Umum ... 38

8. Kebutuhan Rekreasi ... 38

9. Kebutuhan Perikanan dan Hewan lain ... 39

10. Kebutuhan Pelayaran ... 39

11. Kebutuhan Transportasi Air ... 39

12. Intreprestasi Seluruh Hasil Hitungan WQI ... 40

13. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu ... 43

14. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ... 43

15. Penentuan status mutu air metode IP ... 45

16. Sungai di WS Seputih Sekampung ... 51

17. Sungai di WS Mesuji Tulang Bawang ... 52

18. Parameter hasil uji laboratorium 19 parameter dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung ... 54

(16)

20. Lokasi pengambilan sampel di WS Mesuji Tulang Bawang

dari BBWS Mesuji Sekampung ... 56

21. Lokasi pengambilan sampel Amonia Nitrat di WS Seputih Sekampung dari BPLHD Provinsi Lampung ... 56

22. Lokasi pengambilan sampel Amonia Nitrat di WS Mesuji Tulang Bawang dari BPLHD Provinsi Lampung ... 57

23. Titik pengambilan sampel tahun 2011 dan 2012 di WS Seputih Sekampung ... 68

24. Titik pengambilan sampel tahun 2013 WS Seputih Sekampung .. 69

25. Amonia Nitrat Sungai Way Seputih dan Way Sekampung ... 69

26. Titik pengambilan sampel tahun 2011 dan 2012 di WS Mesuji

32. Hasil analisa WQI-DOE WS Seputih Sekampung ... 79

33. Hasil analisa WQI-DOE WS Mesuji Tulang Bawang ... 79

34. Parameter Baku Mutu Kelas II ... 80

35. Hasil uji parameter Way Bulok –PDA 147 tahun 2011 ... 81

36. Analisa Storet Way Bulok – PDA 147 tahun 2011 ... 81

37. Hasil analisa Storet Sungai WS Seputih Sekampung ... 83

38. Hasil analisa Storet Sungai WS Mesuji Tulang Bawang ... 83

39. Hasil uji laboratorium Way Sekampung – PDA 143 tanggal 10/10/2011 ... 86

(17)

Bawang ... 91 43. Nilai WQI Cekungan Gotvand ... 103 44. Daftar sungai di WS Seputih Sekampung yang terindikasi

mengalami penurunan kualitas air ... 109 45. Daftar sungai di WS Seputih Sekampung dengan nilai Storet

berfluktuasi ... 110 46. Daftar sungai di WS Seputih Sekampung yang terindikasi

mengalami penurunan kualitas air Metode IP ... 120 47. Daftar sungai di WS Seputih Sekampung yang terindikasi

mengalami kenaikan kualitas air Metode IP ... 121 48. Hasil analisa Manual WQI-DOE Sungai Way Sekampung –

PDA 143 ... 143 49. Hasil analisa Manual Indeks Pencemaran (IP) Sungai Way

Sekampung – PDA 145 ... 145 50. Hasil analisa Manual WQI-DOE Sungai Way Besai – PDA 168 146 51. Hasil analisa Indeks Pencemaran Sungai Way Umpu Kanan –

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Peta Topografi WS Seputih Sekampung ... 12

2. Peta Geologi WS Seputih Sekampung ... 13

3. Peta Tata Guna Lahan WS Seputih Sekampung ... 15

4. Peta Geologi WS Mesuji Tulang Bawang ... . 17

5. Peta Klimatologi WS Mesuji Tulang Bawang ... 18

6. Peta Tata Guna Lahan WS Mesuji Tulang Bawang ... 19

7. WS Seputih Sekampung ... 20

8. WS Mesuji Tulang Bawang ... 21

9. Grafik hubungan SS dan SISS ... 36

10. Grafik hubungan pH dan SIpH ... 36

11. Grafik hubungan DO dan SIDO ... 37

12. Grafik hubungan BOD dan SIBOD ... 37

13. Grafik hubungan COD dan SICOD ... 37

14. Grafik hubungan AN dan SIAN ... 37

15. Bagan alir Penelitian ... 53

16. Tampilan Umum Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung ... 66

17. Titik pengambilan sampel kualitas air WS Seputih Sekampung .. 73

18. Titik pengambilan sampel kualitas air WS Mesuji Tulang Bawang ... 74

(19)

21. Grafik WQI-DOE WS Mesuji Tulang Bawang ... 100

22. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 1 ... 107

23. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 2 ... 107

24. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 3 ... 107

25. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 4 ... 108

26. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 5 ... 108

27. Grafik Storet WS Seputih Sekampung 6 ... 108

28. Grafik Storet WS Mesuji Tulang Bawang 1 ... 112

29. Grafik Storet WS Mesuji Tulang Bawang 2 ... 112

30. Grafik Storet WS Mesuji Tulang Bawang 3 ... 113

31. Grafik Storet WS Mesuji Tulang Bawang 4 ... 113

32. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 1 ... 116

33. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 2 ... 117

34. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 3 ... 117

35. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 4 ... 118

36. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 5 ... 118

37. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 6 ... 119

38. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Seputih Sekampung 7 ... 119

39. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Mesuji Tulang Bawang 1 ... 122

40. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Mesuji Tulang Bawang 2 ... 122

41. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Mesuji Tulang Bawang 3 ... 123

42. Grafik Indeks Pencemaran (IP) WS Mesuji Tulang Bawang 4 ... 123

43. Tampilan Menu Sistem Kualitas Air WS di Provinsi Lampung ... 128

(20)

46. Tampilan Storet Sistem Kualitas Air WS di Provinsi Lampung ... 131 47. Tampilan hasil Storet Way Umpu Kanan- PDA 161 tahun 2011 . 132 48. Tampilan hasil Storet Way Sekampung- PDA 143 tahun 2011 ... 132 49. Tampilan IP Sistem Kualitas Air WS di Provinsi Lampung ... 133 50. Tampilan hasil IP Way Umpu Kanan- PDA 161 bulan Oktober

tahun 2011 ... 134 51. Tampilan hasil IP Way Sekampung- PDA 145 bulan Oktober

tahun 2011 ... 135 52. Tampilan Artikel Sistem Kualitas Air WS di Provinsi Lampung . 136 53. Tampilan Artikel WS Mesuji Tulang Bawang ... 137 54. Tampilan Buku Tamu Sistem Kualitas Air WS di Provinsi

Lampung ... 138 55. Tampilan Peta WS Sistem Kualitas Air WS di Provinsi

Lampung ... 139 56. Tampilan Detil Peta WS Seputih Sekampung ... 140 57. Tampilan Data kualitas air PDA – 136 WS Seputih Sekampung 141 58. Tampilan hasil WQI- DOE Way Sekampung- PDA 143 Bulan

Oktober 2011 ... 142 59. Tampilan hasil Storet Way Sekampung- PDA 143 tahun 2011 ... 144 60. Tampilan hasil IP Way Sekampung- PDA 145 bulan Oktober

tahun 2011 ... 146 61. Tampilan hasil Storet Way Umpu Kanan- PDA 161 tahun 2011 . 147 62. Tampilan hasil Storet Way Umpu Kanan- PDA 161 Bulan

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan keberadaannya digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap. Jumlah air di mana diperkirakan 96,5% berupa air laut dan air tawar dengan jumlah 1,7% es di kutub, 1,7% air tanah dan 0,1 % air permukaan dan di udara (Chow dkk., 1988). Air yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia sekitar 31,1% dari seluruh jumlah air tawar di bumi yang berada di sungai, danau dan penampungan di alam (Shiklomanov, 1998).

(22)

Kebutuhan akan air sebagai kebutuhan dasar merupakan hak setiap manusia dimana hak atas air merupakan hak dasar yang dimiliki setiap manusia (Scalon dkk., 2004) dan keberlanjutan kehidupan manusia dipengaruhi oleh ketersediaan air (International Atomic Energy Agency Information Series 2/03/E). Kelestarian air diupayakan untuk mempertahankan keberadaannya dengan pengelolaan yang terpadu dilaksanakan berbasis wilayah sungai yang mengelola dari hulu hingga hilir.

Kemajuan teknologi informasi dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam pengelolaan sumber daya air terpadu sebagai salah satu pilar sesuai amanat UU nomor 7 tahun 2004. Teknologi informasi yang cukup dikenal masyarakat adalah internet berbasis website sebagai media efektif dan efisien dalam memberikan informasi sumber daya air dengan cepat.

Globalisasi sebagai pemicu perkembangan kemajuan dapat digunakan masyarakat sebagai penerima manfaat sumber daya air untuk ikut aktif dalam pengelolaan SDA. Kesenjangan informasi pengelolaan sumber daya air merupakan bukti belum terbangun koordinasi harmonis antara pemerintah dan masyarakat sehingga kinerja pemerintah dianggap tidak berhasil.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Pengelolaan wilayah sungai di Indonesia dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2004 dan dijelaskan secara rinci dalam Keputusan Presiden nomor 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai dengan menetapkan status wilayah sungai di seluruh Republik Indonesia. Wilayah sungai merupakan basis pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh banyak instansi pemerintah sesuai kewenangannya. Kurangnya koordinasi antar instansi sebagai penggerak dari pengelolaan sumber daya air menyebabkan tumpang tindih kegiatan dengan hasil yang kurang signifikan.

Upaya pengelolaan SDA menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang SDA terdiri dari konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak dengan didukung oleh data dan informasi sumber daya air dan peran serta masyarakat. Data dan informasi merupakan pilar penunjang upaya pengelolaan yang diperkokoh peranan masyarakat sebagai pelaku dan penerima manfaat pengelolaan SDA. Sebuah langkah penting dalam sistem pemantauan kualitas air sebagai bagian dari pengelolaan SDA adalah identifikasi informasi yang diinginkan.

(24)

Data yang berhubungan dengan sumber daya air adalah: 1. Data hidrologi;

2. Data iklim; 3. Data kualitas air;

4. Data cekungan air tanah; dan 5. Data sumber air.

Data tersebut tersebar di banyak instansi pemerintah sebagai contoh:

1. Data iklim dikelola oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Kementerian Pekerjaan Umum;

2. Data hidrologi dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kabupaten/Kota;

3. Data kualitas air dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) di Provinsi/Kabupaten/Kota; dan

4. Data cekungan air tanah dikelola oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

(25)

Data kualitas air yang disajikan dalam bentuk sistem informasi seharusnya dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan untuk memberikan informasi kualitas air sungai yang dipantau. Informasi yang cepat dan akurat dapat membantu pemerintah dalam mengendalikan pemantauan kualitas air untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan seperti:

1. Penurunan kualitas air pada sumber air karena pencemaran sebagai akibat meningkatnya lahan kritis disertai laju deforestasi;

2. Degradasi dasar sungai dampak dari aktivitas penambangan tidak terkendali;

3. Meningkatnya laju sedimentasi, sampah dan pemanfaatan lahan yang menyebabkan bencana banjir saat musim penghujan; dan

4. Konflik pemanfaatan air saat kekeringan.

(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi eksisting terkait data kualitas air di Wilayah Sungai Provinsi Lampung;

2. Bagaimana cara menentukan Indeks Kualitas Air / Water Quality Index (WQI), Storet dan Indeks Pencemaran (IP) di Wilayah Sungai Provinsi Lampung;

3. Bagaimana cara menyusun hasil analisa Indeks Kualitas Air / Water Quality Index (WQI), Storet dan Indeks Pencemaran (IP) tersebut dalam suatu sistem informasi kualitas air yang informatif dan efektif.

D. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini menyusun suatu sistem informasi kualitas air sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data kualitas air di wilayah sungai Provinsi Lampung; 2. Menghitung Indeks Kualitas Air / Water Quality Index(WQI), Storet dan

Indeks Pencemaran (IP) sungai di wilayah sungai Provinsi Lampung; 3. Menyusun sistem informasi mengenai kualitas air di wilayah sungai

(27)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat dari penelitian ini menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang kualitas air sungai di Provinsi Lampung;

2. Memberikan masukan kepada pemerintah tentang pengelolaan sumber daya air berkaitan dengan kualitas air sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung;

3. Memberikan masukan kepada Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian (UPT) Pekerjaan Umum untuk mengelola wilayah sungai di Provinsi Lampung.

F. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Wilayah sungai yang diteliti adalah Wilayah Sungai Seputih Sekampung dan Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang;

2. Metode perhitungan Indeks Kualitas Air yang digunakan formula DOE (Departement of Environmental) Malaysia dan Indeks Polusi Air menggunakan Storet dan Indeks Pencemaran (IP);

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sungai yang tersebar di WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Sungai di WS Seputih Sekampung

No Nama Sungai Kabupaten/Kota

1 Way Belau Kuripan Bandar Lampung

2 Way Kandis Lampung Selatan

3 Way Galih Lampung Selatan

4 Way Semah Pesawaran

5 Way Ketibung Lampung Selatan

6 Way Sukadana Lampung Timur

7 Way Raman Lampung Tengah

8 Way Batang Hari Lampung Tengah

9 Way Sekampung Lampung Timur, Lampung Tengah

dan Pesawaran

10 Way Curup Lampung Timur

11 Way Manggarawan Lampung Timur

12 Way Kresno Widodo Pesawaran

13 Way Pubian Lampung Tengah

14 Way Tipo Lampung Tengah

15 Way Wawah Lampung Tengah

16 Way Tatayan Lampung Tengah

17 Way Wawah Srikaton Lampung Tengah

18 Way Terusan Lampung Tengah

19 Way Bulok Pringsewu

20 Way Seputih Lampung Tengah

(29)

Tabel 17. Sungai di WS Seputih Sekampung

No Nama Sungai Kabupaten/Kota

1 Way Abung Lampung Utara

2 Way Rarem II Lampung Utara

3 Way Sabuk Lampung Utara

4 Way Melan Lampung Utara

5 Way Tulung Mas Lampung Utara

6 Way Tulung Tambak Lampung Utara

7 Way Neki Way Kanan

8 Way Pidada Tulang Bawang

9 Way Bujuk Tulang Bawang

10 Way Umpu Kiri Tulang Bawang Barat

11 Way Tulung Mas Lampung Utara

12 Way Umpu Way Kanan

13 Way Tahmi Way Kanan

14 Way Giham Way Kanan

15 Way Umpu Kanan Way Kanan

16 Way Besai Lampung Barat dan Way Kanan

17 Way Tangkas Way Kanan

B. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data uji parameter laboratorium dari BBWS Mesuji Sekampung dan BPLHD Provinsi Lampung dengan perincian sebagai berikut:

1. Data kualitas air kurun waktu 2011 – 2013 dari BBWS Mesuji Sekampung dan BPLHD Provinsi Lampung;

(30)

C. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Persiapan dan pengumpulan Data kualitas air dan Peta WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang

Analisa data kualitas air menggunakan metode WQI-DOE Malaysia,

Stroret dan IP

Hasil analisis kualitas air WS Seputih Sekampung dan WS

Mesuji Tulang Bawang

Pembuatan data base

kualitas air di MySQL versi 5

(31)

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan dalam pelaksanaan penelitian Indeks Kualitas Air / Water Quality Index (WQI) – DOE Malaysia, Storet dan Indeks Pencemaran (IP) sungai di Provinsi Lampung adalah:

1. Persiapan data sekunder

Data sekunder berupa parameter uji laboratorium sebagai data untuk melakukan analisis menentukan status kualitas air sungai. Tahapan dalam persiapan data sekunder adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data hasil analisa laboratorium.

Data uji laboratorium yang digunakan diperoleh dari BBWS Mesuji Sekampung terdiri dari 21 parameter dan Amonia Nitrat dari BPLHD Provinsi Lampung yang disajikan dalam tabel 18.

1. Tabel 18. Parameter hasil uji laboratorium 21 parameter dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung

No Parameter

1 Temperatur / Suhu

2 DHL (Daya Hantar Listrik) / Conductivity

3 Kekeruhan (Turbudity)

4 Zat Terlarut / TDS (Total Dissolved Solid)

5 pH

6 Oksigen Terlarut / DO (Dissolved Oxygen)

7 BOD (Biochemical Oxygen Demand)

8 COD (Chemical Oxygen Demand)

9 Natrium (Na)

18 Total Coliform

19 Escherichia Coli

20 Pathogen (Vibro)

(32)

2. Parameter hasil uji laboratorium Amoniak Nitrat dari BPLHD Provinsi Lampung untuk WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang

b. Data lokasi titik pengambilan

Lokasi pengambilan titik sampel yang tersebar di WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang pada ruas sungai yang terpasang Pos Duga Air (PDA) yang disajikan dalam tabel 19 dan tabel 20.

Tabel 19. Lokasi pengambilan sampel di WS Seputih Sekampung dari BBWS Mesuji Sekampung

(33)

Tabel 20. Lokasi pengambilan sampel di WS Mesuji Tulang Bawang dari BBWS Seputih Sekampung

No Nama Sungai Nama PDA

Lokasi pengambilan titik sampel Amonia Nitrat yang tersebar di WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang pada sungai yang di pantau oleh BPLHD Provinsi Lampung yang disajikan pada tabel 21 dan tabel 22.

Tabel 21. Lokasi pengambilan sampel Amonia Nitrat di WS Seputih Sekampung dari BPLHD Provinsi Lampung

No Nama Sungai Nama Lokasi

1 Way Seputih

Desa Haduyang Ratu, Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah

Desa Gunung Sugih, Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

Desa Teluk Dalem, Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah

2

Way Sekampung

Desa Sukoharjo II, Kecamatan Sujoharjo Kabupaten Pringsewu

Desa Madah, Kecamatan Natar Kabupaten Lmapung Selatan

(34)

Tabel 22. Lokasi pengambilan sampel Amonia Nitrat di WS Mesuji Tulang Bawang dari BPLHD Provinsi Lampung

No Nama Sungai

Nama Lokasi

1 Way Besai

Desa Sukajaya, Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Way Kanan

Desa Banjar Masin, Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan

Desa Negeri Agung, Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan

a. Pengumpulan peta WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang untuk tampilan dalam Sistem informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung.

2. Analisa data kualitas air:

Data sekunder yang telah dikumpulkan akan dianalisa untuk menentukan status kualitas air dengan menggunakan metode WQI-DOE Malaysia, Storet dan Indeks Pencemaran (IP) yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

A. Metode WQI-DOE Malaysia

1. Mengumpulkan data parameter berupa data pH, DO, BOD, COD, SS dan AN;

2. Melakukan konversi data parameter DO dengan satuan mg/l menjadi persen (%) dengan persamaan 2.1 :

% = �100%

(2.1) dimana :

(35)

DOt : Konsentrasi oksigen jenuh (mg/liter) pada suhu

tertentu dengan tekanan 760 mmHg(mg/liter) Data oksigen jenuh dapat diperoleh dari tabel 4 yang menyajikan hubungan antara suhu dan oksigen terlarut jenuh teoritis.

3. Menghitung parameter SS (Suspended Solid) atau TSS (Total Suspended Solid) dilakukan estimasi dengan menggunakan rumus:

TSS (mg/lt) = 0,625 x DHL Dimana:

DHL : Daya Hantar Listrik / Conductivity ( µmhos/cm atau µS) 4. Mencari data pengujian AN (Amonia Nitrat) terdekat terhadap

lokasi pengambilan sampel dari BPLHD Provinsi Lampung; 5. Menghitung Nilai Sub Indeks dari setiap parameter dengan

persamaa 2.5 sampai 2.21 yaitu:

1. Sub Index DO

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index DO (SIDO) adalah:

� = 0 8 (2.5)

� = 100 92 (2.6)

� = 0,395 + 0,003 2−0,0002 3

(36)

2. Sub Index BOD

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index BOD (SIBOD) adalah

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index COD (SICOD) adalah:

(37)

� ��= 97,5∗ �� −0,00676�� + 5∗0,05��

Untuk SS ≤ 100

(2.15)

� ��= 71∗exp −0,0061� −0,015∗0,05�

Untuk 100 < x <1000

(2.16)

� �� = 0 �� 1000 (2.17)

6. Sub Index pH

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index pH (SIpH) adalah

� = 17,2−17,2 + 5,02 2 < 5,5 (2.18)

� = 242 + 95,5 −6,67 2 5,5 < 7 (2.19)

� = 181 + 82,4 −6,05 2 7 < 8,75 (2.20)

� = 536−77 + 2,7 2 8,75 (2.21)

7. Menghitunng nilai WQI-DOE dengan persamaan 2.4 sebagai berikut:

�� = 0,22�� + 0,19� + 0,16�

+ 0,15� + 0,16� ��+ 0,12� (2.4) 8. Menentukan status mutu air dan mendeskripsikan kualitas air

sungai menggunakan Tabel 5. B. Metode Storet

Langkah perhitungan Metode Stroret adalah sebagai berikut:

(38)

data) minimal 2 seri data dan untuk data tunggal tidak dapat dihitung dengan metode ini;

2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu sesuai dengan kelas air; 3. Apabila hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil

pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Apabila hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor berdasarkan tabel 13.

5. Menghitung total jumlah dari seluruh parameter dan menentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan tabel 14.

C. Metode Indeks Pencemaran (IP)

1. Mengumpulkan data kualitas air untuk setiap titik pengambilan setiap tahunnya;

2. Menghitung nilai perbandingan parameter dan baku mutu baru sesuai kelas perutukan air untuk menggantikan nilai perbandingan terhadap hasil uji dengan formula :

a. Parameter dengan baku mutu dimana konsentrasi menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat contohnya DO (Dissolved Oxygen). Untuk menetukan Ci/Lij perlu

(39)

menggantikan Ci/Lij hasil uji menggunakan persamaan 2.23

Ci uji : Konsentrasi hasil uji parameter

Cim : Konsentrasi teoritik

Lij : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu

(40)

Lij rata-rata : Nilai rentang rata-rata

Ci : Konsentrasi hasil uji parameter Lij rata-rata : Nilai rentang rata-rata

Lij maksimum : Nilai rentang maksimum

(41)

3. Menghitung total nilai (Ci/Lij)baru dari seluruh parameter dan

menentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan tabel 15.

3. Membuat Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menyiapkan kebutuhan masukan berupa data uji kualitas air dari lokasi penelitian di WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang kurun waktu 2011 – 2013 dan data parameter Amoniak Nitrat dari BPLHD Provinsi Lampung;

b. Mempersiapkan kebutuhan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membuat sistem ini adalah sebagai berikut:

1. PHP versi 5

PHP merupakan bahasa pemrograman script yang dipakai untuk membuat program situs web dinamis. PHP versi awal PHP Form Interpreter, namun sejak tahun 1998 berubah menjadi PHP Hypertext Preprocessing. Kelebihan bahasa pemrograman PHP versi 5 adalah fitur berorientasi objek (Gutmans dkk, 2004).

2. MySQL versi 5

(42)

c. Desain Basis Data

Basis data merupakan komponen penting yang berfungsi sebagai penyedia informasi bagi pemakainya. Perancangan basis data berbasis web adalah tabel admin, tabel buku tamu.

d. Rancangan Antarmuka (Interface)

Tujuan perancangan Interface adalah menggambarkan tampilan dari sistem yang akan diaplikasikan. Perancangan basis data berbasis web adalah halaman interafktif merupakan menu yang digunakan untuk menampilkan informasi kualitas air berupa: 1. Informasi nama sungai;

2. Informasi tahun pengambilan sampel;

3. Informasi hasil analisis dengan Metode WQI-DOE Malaysia, Stotret dan Indeks Pencemaran; dan

Tampilan dari sistem informasi yang di bangun secara garis besar terdiri dari :

1. Header;

2. Halaman interaktif;

3. Menu utama yang terdiri dari menu Home, hasil analisa WQI-DOE Malaysia, Storet dan IP ;

(43)

Gambar 16, Tampilan Umum Sistem Informasi Kualitas Air Sungai di Wilayah Sungai Provinsi Lampung

e. Pengujian Aplikasi Web

Tahapan dalam pengujian aplikasi web adalah :

1. Menampilkan menu pada tampilan sistem informasi dan setiap menu dapat diproses. Melakukan koreksi di bahasa PHP versi 5 jika menu tersebut tidak tampil;

2. Melakukan proses pada menu WQI-DOE, Storet dan IP (Indeks Pencemaran);

3. Menampilan di halaman interaktif dengan hasil hitungan Metode WQI-DOE Malaysia, Storet dan IP jika tidak sama dengan hitungan perlu dikoreksi data di MySQL;

4. Menampilkan kembali pada menu tampilan sistem informasi dan proses tersebut hingga hasil sesuai analisis manual.

(44)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Wilayah Sungai

(45)

2. Wilayah Sungai Strategis Nasional; 3. Wilayah Sungai Lintas Provinsi;

4. Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota; dan

5. Wilayah Sungai Lintas dalam satu Kabupaten/Kota.

Dalam perkembangannya untuk menyamakan definisi dari DAS dan Wilayah Sungai (WS) terbit Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai. Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 (tiga) WS yaitu:

1. Wilayah Sungai Seputih Sekampung sebagai WS Strategis Nasional; 2. Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang sebagai WS Lintas Provinsi; 3. Wilayah Sungai Semangka sebagai WS Lintas Kabupaten.

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung Nomor 3 tahun 2004 wilayah sungai Provinsi Lampung seluas ± 3.528.835 ha terbagi dalam 10 (sepuluh) wilayah kabupaten/kota dan terbagi menjadi 2 (dua) kewenangan yaitu:

1. Pemerintah pusat untuk Wilayah Sungai Seputih Sekampung sebagai Wilayah Sungai Startegis Nasional dan Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang sebagai Wilayah Sungai Lintas Provinsi; dan

2. Pemerintah Provinsi Lampung untuk Wilayah Sungai Semangka sebagai Wilayah Sungai Provinsi.

B. Wilayah Sungai (WS) Seputih Sekampung

(46)

14.560,574 km2 terbagi menjadi 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) (BBWS Mesuji Sekampung, 2010) yaitu :

1. DAS Seputih luas 7.083,747 km2; 2. DAS Sekampung luas 4.999,172 km2;

3. DAS Jepara-Kambas luas 1.665,013 km2; dan 4. DAS Bandar Lampung-Kalianda 812,642 km2.

Dalam pengelolaannya WS Seputih Sekampung sebagai Wilayah Sungai Srategis Nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian PU di Provinsi Lampung yang bertanggung jawab adalah Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11.A/PRT/M/2006 yang mulai berdiri sejak tahun 2007. Berikut disajikan nama-nama sungai yang termasuk dalam DAS Sekampung dan DAS Seputih.

Tabel 1. Sungai di DAS Sekampung

No Nama

1 Way Sekampung – Batutegi

2 Merabung, Ilahan, Sukoharjo

3 Way Sekampung Anak

(47)

Tabel 2. Sungai di DAS Seputih

No Nama

1 Way Terusan Hulu

2 Way Terusan Hilir

3 Seputih Surabaya

4 Way Pegadungan

5 Way Sukadana

6 Way Batanghari Hulu

7 Way Raman

13 Way Seputih Segalamider

14 Way Pengubuan Hulu

15 Way Pengubuan Tengah

16 Way Pengubuan Hilir

17 Seputih Raman

18 Way Batanghari Hilir

19 Way Seputih Hulu

20 Way Komering

Sumber : Hatmoko, 2011

1. Kondisi Topografi

Daerah Hulu Sungai Seputih dan Sekampung berada di Pegunungan Barisan Barat dengan elevasi sekitar 2.000 meter. Kondisi topografi WS Seputih Sekampung adalah gunung-gunung berapi (BBWS Mesuji Sekampung, 2010) yaitu:

Tabel 3. Gunung di WS Seputih Sekampung

(48)

Luas wilayah sungai WS Seputih Sekampung 80% merupakan dataran rendah dengan garis kontur di bawah 100 meter dan memiliki kemiringan 0-4%.

Gambar 1. Peta Topografi WS Seputih Sekampung (BBWS Mesuji Sekampung, 2010)

2. Kondisi Geologi

Kondisi Geologi WS Seputih Sekampung secara umum (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1993 dalam BBWS Mesuji Sekampung, 2010) meliputi:

(49)

Terdaunkan, Granodiorit Seputih, Granit Kalimangan, Granodorit Branti, dan Granit Kapur;

2. Batuan Tersier terdiri dari batuan sedimen dan batuan gunung api, meliputi: Formasi Kikim, Formasi Sabu, Formasi Campang, Formasi Tarahan, Formasi Hulu Simpang, Sumbat Basal, Granit Jati Baru, Batuan Granit Tak Terpisahkan, Formasi Gading, Formasi Talang Akar, Formasi Gumai, Formasi Surung Batang, dan Satuan Andesit;

3. Batuan Kuarter terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api, dan endapan permukaan meliputi: Formasi Lampung, Formasi Kasai, Batuan Gunung api Muda, Formasi Terbanggi, Basal Sukadana, Aluvium Tua, Aluvium, dan Endapan Rawa.

(50)

3. Kondisi Iklim dan Klimatologi

WS Seputih Sekampung memiliki iklim tropis sepanjang tahun, bertemperatur relatif seragam dengan suhu rata-rata bulanan berkisar 26o C - 27o C, memiliki kelembaban tinggi dan bercurah hujan lebat (BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

4. Kependudukan

Luas WS Seputih Sekampung 41,5% dari seluruh luas Provinsi Lampung dan diperkirakan 68% penduduk tinggal di daerah wilayah sungai. Sekitar 20% dari jumlah penduduk tersebut berada di Kota Metro dan Bandar Lampung dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1,07% per tahun. Berdasarkan data kependudukan tahun 2006 diketahui kepadatan penduduk di DAS Sekampung relatif tinggi sekitar 512 orang/km2 dan kepadatan penduduk di DAS Seputih relatif rendah 198 orang/km2 (BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

5. Tata Guna Lahan

Lahan di WS Seputih Sekampung terbagi (BBWS Mesuji Sekampung, 2010) menjadi:

a. Hutan di daerah perbukitan sekitar 8% dari luas wilayah sungai atau seluas 7.300 ha;

(51)

Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan WS Seputih Sekampung (BBWS Mesuji Sekampung, 2010)

C. Wilayah Sungai (WS) Mesuji Tulang Bawang

Wilayah Sungai (WS) Mesuji Tulang Bawang dengan luas ± 16.625 km2 merupakan WS lintas provinsi yaitu Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan (BBWS Mesuji Sekampung, 2013). Wilayah administrasi yang terletak dalam WS Mesuji Tulang Bawang:

A. Provinsi Lampung :

1. Kabupaten Lampung Barat; 2. Kabupaten Lampung Tengah; 3. Kabupaten Lampung Utara; 4. Kabupaten Mesuji;

(52)

7. Kabupaten Way Kanan. B. Provinsi Sumatera Selatan :

1. Kabupaten Komering Ilir;

2. Kabupaten Komering Ulu Selatan; 3. Kabupaten Komering Ulu Timur.

1. Kondisi Topografi

Keadaan topografi di WS Mesuji Tulang Bawang merupakan daerah berbukit sampai bergunung, daerah dataran alluvial dan daerah pasang surut yang terbagi dalam (BBWS Mesuji Sekampung, 2013):

1. Dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 50m; 2. Daerah perbukitan dengan ketinggian 50-500m; dan 3. Daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500m.

2. Kondisi Geologi

Keadaan geologi di WS Mesuji Tulang Bawang terbagi dalam (BBWS Mesuji Sekampung, 2013):

1. Middle and Upper Palembang Beds merupakan daerah dataran rendah di DAS Mesuji Tulang Bawang;

2. Andesit dan Tuffs berada di hulu DAS Tulang Bawang berupa pegunungan dan perbukitan;

(53)

4. Lacrustrin Deposit of Way Lima Basin and Aludepo merupakan dataran rendah di DAS Mesuji Tulang Bawang.

Gambar 4. Peta Geologi WS Mesuji Tulang Bawang (BBWS Mesuji Sekampung, 2013)

3. Kondisi Iklim dan Klimatologi

Iklim di WS Mesuji Tulang Bawang mempunyai ciri suhu yang tinggi, kelembaban tinggi berkisar 64% - 82%, kecepatan angin rendah berkisar 1,02 m/dt – 2,05 m/dt dan suhu udara berkisar 23°C - 33°C (BBWS Mesuji Sekampung, 2013).

KETERANGAN :

Sungai Kabupaten

0 10 20 30 Kilometers

(54)

Gambar 5. Peta Klimatologi WS Mesuji Tulang Bawang (BBWS Mesuji Sekampung, 2013)

4. Kependudukan

Pertumbuhan penduduk tercatat sebesar 2,66% dengan jumlah penduduk di tahun 2012 2.851.330 jiwa dengan 889.838 KK. Kepadatan penduduk terendah di OKU Timur sebesar 30 jiwa/km2 dan tertinggi di Lampung Utara 205 jiwa/km2 (BBWS Mesuji Sekampung, 2013).

5. Tata Guna Lahan

Lahan di WS Mesuji Tulang Bawang sebagian besar tegalan/perkebunan seluas 1.025.806,28 ha (62,08%) dan lahan tidur dengan kawasan lindung seluas 13%. Dari luas total kawasan lindung hanya 5,45% saja berfungsi sebagai hutan atau seluas 90,15 ha (BBWS Mesuji Sekampung, 2013).

0 10 20 30 40 Kilometers

(55)

Gambar 6. Peta Tata Guna Lahan WS Mesuji Tulang Bawang (BBWS

0 10 20 30 40 Kilometers

(56)
(57)

Gambar 8. WS Seputih Sekampung (BBWS Mesuji Sekampung, 2013)

0 10 20 30 40 Kilometers

(58)

D. Kualitas Air Sungai

Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil (PP Nomor 82 tahun 2001) dalam penggunaanya disesuaikan untuk peruntukannya seperti air baku, irigasi atau industri. Umumnya air yang digunakan berasal dari air permukaan yang bersumber dari sungai, waduk, embung atau tampungan air permukaan lainnya, sumur dangkal dan sumur dalam. Ketersediaan air yang terbatas dibandingkan kebutuhannya memerlukan upaya pengelolaan yang baik sehingga dapat digunakan secara adil oleh semua orang.

Pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk menjaga kelestarian air sungai tetap terjaga. Upaya pemanfaatan air dilakukan dengan prinsip penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan dan penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan (Permen PU Nomor 06/PRT/M/2011, 2011). Kebutuhan air bukan semata-mata dalam jumlah yang banyak saja tetapi juga harus memenuhi secara kualitas sehingga air dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

(59)

E. Karakteristik Air

Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD dan kadar logam), dan parameter biologi (keberadaan plankton dan bakteri) (Effendi, 2003).

Parameter air sungai yang digunakan dalam menentukan status kualitas air pada penelitian ini adalah:

1. pH

(60)

2. Temperatur

Temperatur merupakan parameter fisika yang sangat penting bagi proses metabolisme organisme di daerah perairan. Temperatur dapat bervariasi dipengaruhi oleh musim, letak berdasarkan lintang dan garis edar matahari, waktu pengukuran, kedalaman air serta tinggi terhadap permukaan laut. Perubahan temperatur mempengaruhi proses fisika, kimia dan biologi pada badan air. Kenaikan suhu menyebabkan metabolise organisme meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Naiknya temperatur 1°C menyebabkan konsumsi oksigen meningkat 10% (Brown, 1987 dalam Efendi, 2003).

3. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen merupakan zat penting yang dibutuhkan semua mahluk hidup begitu pula untuk mahluk hidup di dalam air dalam bentuk oksigen terlarut dalam air.

(61)

Tabel 4. Hubungan temperatur dan oksigen terlarut jenuh (mg/liter) pada suhu tertentu dengan tekanan 760 mmHg

Suhu

Sumber : Cole (1983) dalam Efendi (2003)

Kadar oksigen jenuh tercapai jika kadar oksigen terlarut sama dengan jumlah kadar oksigen teoritis (Efendi, 2003). Kadar oksigen tidak jenuh ketika kadar oksigen lebih kecil dari kadar oksigen teoritis dan persen saturasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% = �100%

(2.1) Dimana :

DOi : DO hasil uji

DOt : Konsentrasi oksigen jenuh (mg/liter) pada suhu tertentu dengan

tekanan 760 mmHg(mg/liter)

(62)

4. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang digunakan bakteri untuk proses oksidasi bahan organik seperti karbohidrat, protein, bahan organik dari sumber alami dan polusi dan dinyatakan dalam mg/L atau (ppm) (Hacth dkk., 1997). Bahan organik mengandung karbon dan hidrogen dari hasil oksidasi menghasilkan karbon dioksida dan air.

Nilai BOD digunakan untuk menetukan tingkat pencemaran di suatu perairan hal ini sebagai indikasi bahwa terjadi proses oksidasi oleh bakteri. Air yang bersih dan dapat digunakan adalah memiliki kadar oksigen yang cukup dan tidak mengandung banyak bakteri yang dapat membahayakan jika dikonsumsi.

5. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang digunakan proses oksidasi bahan organik seperti karbohidrat, protein, bahan organik dari sumber alami dan polusi dan dinyatakan dalam mg/L atau (ppm) (Hacth dkk., 1997). Bahan organik mengandung karbon dan hidrogen dari hasil oksidasi menghasilkan karbon dioksida dan air.

Bahan organik berasal dari tiga sumber utama (Sawyer dkk., 1978 dalam Effendi, 2003) yaitu

(63)

2. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia;

3. Fermentasi yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, dan asam.

Nilai parameter COD seharusnya lebih besar dari nilai BOD, hal ini disebabkan COD menghitung semua kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi sedangkan BOD hanya memperhitungkan oksigen yang dibuhuhkan oleh bakteri saja.

6. Total Solid (TS)

Total padatan (Total Solid) yang terkandung dalam air terdiri dari dua jenis yaitu TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid). Secara matematis hubungan TSS, TDS dan TS dirumuskan :

�= ��+ � (2.2)

Dimana:

TSS : Total Suspended Solid (mg/lt) TDS : Total Dissolved Solid (mg/lt)

a. TSS (Total Suspended Solid)

(64)

(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik (Tarigan dkk., 2003). Ada tiga cara utama pengukuran sedimen di badan air dengan parameter kekeruhan (turbidity), total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid), dan kejernihan air (Brash dkk., 2001). Konsentrasi dari TSS dapat mempengaruhi kondisi perairan karena konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu kehidupan di perairan tersebut yang menghalangi sinar matahari yang membantu tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Daya Hantar Listrik (DHL) air juga dipengaruhi oleh TSS karena partikel akan menghalangi kemampuan air menghantarkan listrik. Secara matematis hubungan antara DHL dengan TSS disajikan dengan rumus (2.3) berikut:

TSS (mg/L) = k x DHL (2.3)

Dimana:

k : koefisien dengan nilai 0,55 – 0,70 DHL : Daya Hantar Listrik ( µmhos/cm atau µS)

Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien 0,625 yang dianggap sebagai nilai rata-rata.

b. TDS (Total Dissolved Solid)

(65)

Sumber TDS adalah aliran permukaan dari daerah pertanian, perkotaan, air limbah industri, dan sumber-sumber alami seperti daun, lumpur, plankton, dan batu.

7. Ammonia Nitrogen (AN)

Ammonia merupakan zat kimia yang sangat berbahaya dan umumnya digunakan untuk industri plastik, pupuk dan bahan peledak dalam bentuk amonia anhidrat dan amonium hidroksida. Amonia anhidrat diartikan "tanpa air” dan ammonium hidroksida terbentuk ketika gas amonia

dilarutkan dalam air (EPA, 2006). Ammonia yang berada di air sungai merupakan zat sisa yang berasal dari industri dan pupuk yang terbawa ke dalam sungai. Ammonia memiliki 2 (dua) bentuk yaitu NH3-N (amonia

tak terionisasi) dan NH4+ (amonia terionisasi) dan faktor yang

mempengaruhi pH dan suhu dimana NH3-N bersifat racun dengan pH

yang tinggi (Sallenave, 2012). Pembuangan limbah ammonia di Indonesia diatur oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 mengatur kadar NH3-N dalam air limbah

(66)

8. Unsur Logam

a. Fluorida (F)

Fluorida merupakan elemen dengan reaktivitas tinggi sehingga mudah bereaksi dan ada di alam dalam bentuk mineral seperti flourspar, cryolite and fluorapatite (WHO, 2004). Kadar unsur Fluoride di air permukaan memiliki konsentrasi kurang dari 0.1 mg/liter (Lennon dkk., 2004). Sumber unsur Fluoride berasal dari limbah industri dan di alam dipengaruhi oleh jenis batuan yang mengandung mineral Fluoride (Fawell dkk., 2006)

b. Arsen (As)

Arsen (As) adalah elemen dengan sifat mineral dan senyawa arsen berbeda antara senyawa organik dan anorganik dan sangat kompleks. Senyawa anorganik terpenting adalah Arsen Trioksida (AS2O3 atau

AS4O6) dan senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal (Sukar,

2003). Kadar arsen di air sungai terlarut dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973 dan Crecelius, 1974 dalam Sukar, 2003). Sumber Arsen yang terlarut dalam air sungai berasal dari kegiatan pertambangan, pertanian dan industri.

c. Selenium (Se)

(67)

selenides (Se2-), amorf (Se0), Selenites (Se4+) dan Selenates (Se6+) (IPCS, 1987, UK EGVM, 2002 dalam WHO, 2011).

Tingkat selenium dalam air tanah dan air permukaan dari 0,06 mg/ltr untuk sekitar 400 mg / ltr (Smith dan Westfall,1937 , Scott dan Voegeli, 1961, Lindberg, 1968 dalam WHO, 2011).

Sumber selenium berasal dari kegiatan pertambangan dan tanah. Tanaman menggunakan selenium dalam alkali tanah untuk proses penyerapan.

9. Minyak

(68)

10. Total Coliform

Lingkungan perairan dapat tercemari oleh bakteri berbahaya yang berasal dari limbah domestik daerah pemukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri Escherichia Coli salah satu jenis utama Bakteri Coliform umum digunakan sebagai indikator kualitas air yang hidup di kotoran manusia dan hewan (Efendi, 2003). Bakteri Coliform sebagai indikasi lingkungan air tekontaminasi bakteri pathogen karena menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker dan zat yang bersifat racun seperti indol dan skatol jika jumlahnya berlebih dalam tubuh manusia (Randa, 2012). Bakteri Coliform total merupakan bakteri aerobik dan anaerobic fakultatif dan bakteri batang (Rod Shape) yang bisa memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam dengan suhu 38°C. Bakteri yang dominan hidup 97% di kotoran manusia dan hewan adalah Fecal Coliform dan jenis Bakteri Coliform total lain adalah Citrobacter, Escherichia Coli, Klebsiella dan Enterobacter (Efendi, 2003).

F. Indek Kualitas Air / Water Quality Index (WQI)

(69)

Hasil WQI disajikan dalam angka dengan istilah numerik tunggal seperti tercemar, sedikit tercemar atau baik (Ibrahim dkk.).

Metode WQI dikenalkan pertama kali oleh Horton tahun 1965 di Amerika Serikat dengan 10 parameter (Tyagi dkk., 2013) selanjutnya dikenal dengan metode NSF-WQI tahun 1970. Pada perkambangannya kemudian dikenal dengan banyak metode yaitu Oregon-WQI tahun 1978, DOE-WQI tahun 1981, DOE-WQI Revisi tahun 2008, Smith’s Index tahun 1990 dan Viatnam-WQI tahun 2010 (Ibrahim dkk.).

Air mempunyai sifat yang berbeda-beda dari satu sungai dengan sungai lainnya dipengaruhi tempat dan waktu sehingga kualitas air yang dihasilkan juga berbeda. Kondisi kualitas air yang dinilai berdasarkan parameter yang dinyatakan dalam satuan angka akan dianalisa sesuai standar kualitas air. Sungai yang berada di WS Provinsi Lampung direkomendasikan untuk kelas air mutu B atau Kelas II (BBWS Mesuji Sekampung, 2010).

a. Water Quality Index DOE (Departement Of Environmental) Malaysia

Metode perhitungan WQI DOE Malaysia mengunakan parameter pH, DO, TSS atau SS, BOD, COD dan AN yang dianggap menyebabkan efek utama seperti perubahan habitat akibat polutan, tercemarnya air tanah, biomagnifikasi, bioakumulasi dan perubahan ekosistem (Environment Agency, 2002).

(70)

�� = 0,22�� + 0,19� + 0,16� + 0,15�

+ 0,16� ��+ 0,12� (2.4)

Dimana :

WQI = Water Quality Index SIDO = Sub-Index DO SIBOD = Sub-Index BOD SICOD = Sub-Index COD SIAN = Sub-Index NH3-N

SISS = Sub-Index SS SIpH = Sub-Index pH

Formula untuk memperoleh nilai Sub-IndexDO, Sub Index BOD, Sub Index COD, Sub Index AN, Sub Index pH dan Sub Index SS untuk menghitung nilai WQI-DOE Malaysia adalah sebagai berikut:

1. Sub Index DO

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index DO (SIDO) adalah

� = 0 8 (2.5)

� = 100 92 (2.6)

� = 0,395 + 0,003 2−0,0002 3

Untuk 8 < DO <92 (2.7)

2. Sub Index BOD

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index BOD (SIBOD) adalah

(71)

Untuk BOD ≤ 5

� = 108∗ �� −0,055 −0,1

Untuk BOD > 5

(2.9)

3. Sub Index COD

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index COD (SICOD) adalah:

� =−1,33 + 99,1 20 (2.10)

� = 103∗ �� −0,0157 −0,04

Untuk COD > 20

(2.11)

4. Sub Index AN

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index AN (SIAN) adalah:

� = 100,5 −105 0,3 (2.12)

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index pH (SS) adalah:

(72)

6. Sub Index pH

Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index pH (SIpH) adalah

� = 17,2−17,2 + 5,02 2 < 5,5 (2.18)

� = 242 + 95,5 −6,67 2 5,5 < 7 (2.19)

� = 181 + 82,4 −6,05 2 7 < 8,75 (2.20)

� = 536−77 + 2,7 2 8,75 (2.21)

Nilai Sub-Index juga dapat diperoleh dari hubungan grafik untuk mempermudah dalam perhitungan (Susilo dan Febrina, 2011).

Berikut ditampilkan grafik hubungan antara parameter dan Sub-Index untuk perhitungan Metode WQI – DOE grafik di bawah ini.

Gambar 9. Grafik hubungan SS dan SISS (Susilo dan Febrina, 2011)

(73)

Gambar 11. Grafik hubungan DO dan SIDO (Susilo dan Febrina, 2011)

Gambar 12. Grafik hubungan BOD dan SIBOD (Susilo dan Febrina, 2011)

Gambar 13. Grafik hubungan COD dan SICOD (Susilo dan Febrina, 2011)

Gambar 14. Grafik hubungan AN dan SIAN (Susilo dan Febrina, 2011)

(74)

Tabel 5. Kelas kelayakan air berdasarkan WQI-DOE

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

Intreprestasi hasil hitungan WQI-DOE Malaysia sesuai peruntukan air adalah sebagai berikut:

I. Tabel 6. Kebutuhan Pemakaian Umum

No Skor Deskripsi

1 0 ≤ x < 60 Sangat tercemar

2 60 ≤ x < 80 Sedikit tercemar

3 x > 80 Bersih

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

II. Tabel 7. Suplai Kebutuhan Umum

No Skor Deskripsi

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

III. Tabel 8. Kebutuhan Rekreasi

No Skor Deskripsi

(75)

IV. Tabel 9. Kebutuhan Perikanan dan Hewan lain

No Skor Deskripsi

1 0 ≤ x < 30 Tidak diijinkan

2 30 ≤ x < 40 Mengkhawatirkan

3 40 ≤ x < 50 Hanya ikan tertentu

4 50 ≤ x < 60 Meragukan

5 60 ≤ x < 70 Agak Meragukan

6 x > 70 Aman bagi semua jenis ikan

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

V. Tabel 10. Kebutuhan Pelayaran

No Skor Deskripsi

1 0 ≤ x < 30 Tidak diijinkan

2 30 ≤ x < 40 Masih tampak pencemaran

3 x > 50 Diijinkan

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

VI. Tabel 11. Kebutuhan Transportasi Air

No Skor Deskripsi

1 0 ≤ x < 10 Tidak diijinkan

2 x > 10 Diijinkan

(76)

WQI 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Deskripsi Sangat Tercemar Sedikit Tercemar Bersih

Kelas V IV II I

Suplai Kebutuhan

Umum Tidak diijinkan Meragukan Perlu pengolahan

Membutuhkan sedikit pemurnian

Tidak perlu pemurnian

Rekreasi Tidak diijinkan Tampak ada

pencemaran

Masih tercemar dan perlu

pemurnian bakteri Layak untuk semua olah raga

Perikanan dan

meragukan Aman bagi semua jenis ikan

Pelayaran Tidak diijinkan Masih tampak

pencemaran Diijinkan

III I

Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

(77)

Kelebihan Metode WQI – DOE Malaysia adalah:

a. Penggunaan jumlah parameter yang sedikit dapat digunakan untuk menentukan status kualitas air sungai sehingga dapat digunakan jika dana yang tersedia terbatas dan areal pemantauan yang luas untuk menghemat waktu dan biaya;

b. Metode ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam penentuan kualitas air sungai di Indonesia dengan pertimbangan kondisi alam yang hampir sama dengan Malaysia;

c. Ketersediaan data yang sedikit tetap dapat digunakan dalam menentukan status kualitas air sungai yang dipantau sehingga dapat menentukan keputusan penting dalam kondisi yang darurat.

d. Format yang sederhana dan dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kualitas air secara nyata dalam skala besar (Tyagi dkk., 2013) Kelemahan pada metode WQI –DOE Malaysia adalah

a. Penentuan status mutu air tidak memperhitungkan unsur logam yang mungkin sangat berpengaruh dalam mencemari sungai;

b. Hasil status kualitas air tidak dapat menggambarkan secara detil kondisi kualitas air karena parameter yang digunakan hanya parameter biologi, fisika dan kimia tanpa melibatkan unsur logam.

G. Indek Polutan Air / Water Pollutan Index (WPI)

(78)

berupa parameter kimia, fisika yang memberikan indikasi kontaminasi (Ramirez dkk., 1999)

a. Storet

Metoda Storet digunakan untuk mengetahui status mutu air berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003. Pada prinsipnya metode ini membandingkan parameter hasil uji dengan baku mutu sesuai kelas air dan memberikan skor nilai untuk setiap parameter. Kelebihan Metode Storet adalah dapat menyimpulkan status kualitas air sungai pada rentang tahun tertentu dengan kondisi tunggal tidak menggunakan rentang sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Kelemahan analisa menggunakan metode Storet adalah

1. Perlunya seri data yang cukup dalam penentuan kualitas air sungai yang memerlukan biaya dan waktu;

2. Penilaian sama untuk setiap kondisi yang melebihi baku mutu membuat keterbatasan penggunaan sungai yang masih mungkin masih dapat untuk dimanfaatkan masyarakat.

Prosedur perhitungan Metode Stroret adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data kualitas air dan debit air secara periodik untuk mendapat data dari waktu ke waktu (time series data) minimal 2 seri data;

(79)

3. Apabila hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Apabila hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran lebih besar dari baku mutu), maka diberi skor :

Tabel 13. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu

Jumlah contoh(1) Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

Catatan (1): jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air.

5. Menghitung jumlah negatif dari seluruh parameter dan menentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) yaitu :

Tabel 14. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air

Kelas Air Deskripsi Skor Keterangan

A Baik Sekali 0 Memenuhi Baku Mutu

B Baik -1 > x > -10 Cemar Ringan

C Sedang -11 > x > -30 Cemar Sedang

D Buruk x ≥ -31 Cemar Berat

Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003

b. Indeks Pencemaran

(80)

Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Kepmen LH Nomor 115 tahun 2003 mengusulkan indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan.

Indeks Pencemaran (IP) ini dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar.

Kelebihan Metode IP adalah :

1. Ketersediaan data yang sedikit dapat menentukan status mutu air sungai yang dipantau;

2. Penilaian yang diberikan dapat memberikan informasi kondisi sungai yang berbeda tergantung kondisi hasil pengukuran parameter sehingga memunginkan adanya usulan pemanfaatan sungai bagi masyarakat.

Kelemahan pada Metode IP adalah

1. Perlunya parameter yang cukup banyak dalam penentuan kualitas air sungai yang cukup represetatif sehingga memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang relatif lama;

2. Penilaian dalam kurun waktu 1 (satu) tahun menggunakan rentang membuat informasi status kualitas air rancu bagi masyarakat awam. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Pencemaran (IP) :

= �

(81)

Ci : Konsentrasi hasil uji parameter

Lij : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j

(Ci/Lij)M : Nilai Ci/Lij maksimum

(Ci/Lij)R : Nilai Ci/Lij rata rata

Status mutu air berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran disajikan sebagai berikut:

Tabel 15. Penentuan status mutu air metode IP

No Skor IP Deskripsi

Parameter dalam baku mutu memiliki tipe batas yang berbeda-beda sehingga dalam menentukan nilai Ci/Lij dibagi menjadi:

1. Parameter dengan baku mutu dimana terjadi kondisi konsentrasinya menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat contohnya DO (Dissolved Oxygen). Untuk menetukan

Ci uji : Konsentrasi hasil uji parameter

(82)

Lij : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j

2. Parameter dengan baku mutu dalam nilai rentang perlu ditentukan nilai Lij rata-rata dengan rumus :

Ci : Konsentrasi hasil uji parameter

Lij rata-rata : Nilai rentang rata-rata

Ci : Konsentrasi hasil uji parameter

(83)

Lij maksimum : Nilai rentang maksimum

Lij maksimum : Nilai rentang minimum

3. Untuk parameter yang lain digunakan rumus:

a. Jika nilai Ci/ Lij uji < 1 digunakan Ci/ Lij uji

b. Jika nilai Ci/ Lij uji > 1 digunakan rumus sebagai berikut:

� = 1 + 5 � �

(2.27)

dimana:

(Ci/Lij)baru : Nilai Ci/Lij baru

(Ci/Lij)uji : Nilai Ci/Lij hasil uji

Ci : Konsentrasi hasil uji parameter

Lij : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j

H. Sistem Informasi Website

Sistem Informasi merupakan sistem yang menyediakan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan sebuah organisasi dikenal dengan banyak istilah seperti Sistem Informasi Manajemen, Sistem Pemrosesan Informasi atau Sistem Informasi dan Pengambil Keputusan (Davis dkk.,1984 dalam Ibrahim, 2008). Ciri khas sistem informasi menurut Davis, 2000 dalam Ibrahim, 2008 adalah :

a. Proses Manajemen, seperti perencanaan strategis dan pengelolaan fungsi sistem informasi;

Gambar

Tabel…………. .........................................................................................
Tabel
Gambar
Grafik WQI-DOE WS Seputih Sekampung ..................................
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, menyebutkan bahwa setiap alat dan

Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan atau subjek penelitian yaitu mahasiswa komunikasi Penyiaran Islam IAIN Palangka Raya tentang kemampuan

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah kinerja keuangan dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada

Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya hipertrigliseridemia. Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi sintesis kolesterol dan glukosa akan

f A yang memetakan setiap titik di X dengan bilangan riil pada interval [0, 1]. Berikut adalah definisi formal fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy [4]. Dalam

Maka untuk itulah penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji seperti apa pola pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat dan seberapa besar kontribusi yang diberikan