MENGURANGI PERILAKU MEROKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA METRO TAHUN AJARAN 2014-2015
Oleh
HASNAN RAHMAN
Masalah penelitian ini adalah perilaku merokok siswa. Permasalahannya adalah apakah perilaku merokok dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Tujuan penelitian untuk mengurangi perilaku merokok dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat metode eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek penelitian ini sebanyak 10 siswa yang memiliki perilaku merokok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan Observasi perilaku merokok
Hasil analisis data dari pretest dan posttest tentang kebiasan merokok menggunakan uji bedaWilcoxon, diperoleh z hitung=-2,913 < z tabel=1,645 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun ajaran 2014/2015.
Saran yang diberikan adalah (1) Siswa yang memiliki masalah khususnya perilaku merokok, hendaknya mau mengikuti kegiatan konseling kelompok dan menghilangkan perilaku merokok. (2) Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan layanan konseling kelompok untuk membantu mengurangi perilaku merokok siswa. (3) Kepada para peneliti hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah yang sama tetapi dengan jumlah subyek yang lebih banyak.
Oleh
Hasnan Rahman
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Hasnan Rahman
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Alur Kerangka Pikir ... 14
2.1 Tahap Pembentukan dalam Konseling Kelompok ... 35
2.2 Tahap Peralihan dalam Konseling Kelompok ... 36
2.3 Tahap Kegiatan dalam Konseling Kelompok... 37
2.4 Tahap Pengakhiran dalam Konseling Kelompok ... 38
3.1 One Group Pretest-Posttest Design... 43
4.1 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan pertama ... 57
4.2 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan kedua... 61
4.3 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan ketiga ... 64
4.4 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan keempat... 67
4.5 Grafik penurunan perilaku merokok... 68
4.6 Grafik Penurunan Perilaku Merokok AMP ... 84
4.7 Grafik Penurunan Perilaku Merokok DHS... 86
4.8 Grafik Penurunan Perilaku Merokok FE ... 88
4.9 Grafik Penurunan Perilaku Merokok IM ... 90
4.10 Grafik Penurunan Perilaku Merokok LBP... 92
4.11 Grafik Penurunan Perilaku Merokok MDS ... 94
4.12 Grafik Penurunan Perilaku MerokokRAG ... 96
4.13 Grafik Penurunan Perilaku Merokok YI... 99
4.14 Grafik Penurunan Perilaku Merokok YSJ ... 101
DAFTAR ISI A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 9
3. Pembatasan Masalah ... 9
4. Rumusan Masalah ... 10
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10
1. Tujuan Penelitan... 10
2. Kegunaan Penelitian... 10
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
D. Kerangka Pikir... 12
E. Hipotesis... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Pribadi-Sosial dan Perilaku Merokok... 15
1. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial ... 15
2. Pengertian Perilaku Merokok... 16
3. Tipe-Tipe Merokok ... 17
4. Penyebab Remaja Merokok ... 19
5. Dampak Merokok... 22
6. Aspek-Aspek Perilaku Merokok ... 27
B. Layanan Konseling Kelompok... 29
1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok... 29
2. Tujuan Konseliing Kelompok ... 30
3. Teknik Konseling Kelompok ... 32
4. Komponen Konseling Kelompok... 32
a. Pemimpin Kelompok... 33
b. Anggota Kelompok ... 33
c. Dinamika Kelompok ... 33
5. Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok ... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 42
B. Metode Penelitian ... 42
C. Subjek Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data... 45
3. Deskripsi Data Perilaku Merokok Siswa Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan... 55
B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 67
C. Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 70
1. Tahapan-tahapan pelaksanaan konseling kelompok... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kisi-Kisi Observasi Kebiasaan Merokok Siswa ... 116
2. Lembar Observasi Kebiasan Merokok Siswa ... 117
3. Hasil Penilaian Para Ahli Terhadap Indikator Dan Deskriptor Dari Kisi-Kisi Instrument ... 118
4. Uji Coba Reliabilitas Observasi ... 120
5. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 124
6. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 125
7. Subjek HasilPretest... 141
8. Subjek HasilPosttest ... 142
9. UjiWilcoxon ... 146
10. Tabel Z ... 147
11. Foto Kegiatan Konseling ... 149
12. Narasi Konseling ... 151
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria penilaian observasi ... 47
3.2 Kisi-kisi observasi perilaku merokok ... 47
4.1 Data siswa yang memiliki kebiasaan merokok di sekolah ... 53
4.2 Kriteria merokok siswa berdasarkan observasi ... 54
4.3 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan pertama ... 55
4.4 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan pertama ... 56
4.5 Hasilpretestdanposttestpertemuan pertama ... 57
4.6 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan kedua... 58
4.7 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan kedua... 59
4.8 Hasilpretestdanposttestpertemuan kedua... 60
4.9 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan ketiga... 61
4.10 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan ketiga... 62
4.11 Hasilpretestdanposttestpertemuan ketiga ... 63
4.12 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan keempat... 64
4.13 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan keempat... 65
4.14 Hasilpretestdanposttestpertemuan keempat... 66
4.15 Data hasil observasi kebiasaan merokok sebelum dan sesudah kegiatan konseling kelompok... 68
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap
Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh Swt atas terselesaikannya penulisan
skripsi ini, dengan kerendahan hati, aku persembahkan Skripsi ini kepada:
Bapak dan ibuku tercinta, Ainim Rasyid dan Maryatun yang selalu
mendoakanku dalam setiap sujudnya, terima kasih telah membesarkanku dan
mendidikku dengan penuh rasa kasih sayang, kesabaran dan ketulusan, serta
tak pernah putus berhenti memberikan doa dan dukungan yang luar biasa kau
Hasnan Rahman lahir di Kota Metro tanggal 01 Mei 1992, sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara, dari Bapak Ainim Rasyid dan Ibu Maryatun.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Kabupaten Lampung
Tengah, diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Banjarsari
Kecamatan Metro Utara, diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 3 Metro Pusat, diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Metro, diselesaikan tahun
2010.
Pada tahun 2010, Hasnan Rahman terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1
Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Penggunaan layanan konseling kelompok dalam mengurangi kebiasaaan
merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi
penulis untuk mengadakan penelitian.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan
Konseling sekaligus selaku dosen penguji pada penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang
5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi selaku Pembimbing pembantu yang
telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas
pendidikannya selama kurang lebih lima tahun perkuliahan. Semoga apa yang
bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa
depan.
7. Bapak Suwarlan selaku Kepala SMA Negeri 4 Kota Metro yang telah
berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Dwi dan Ibu Marni selaku guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri
4 Kota Metro, serta siswa-siswi SMA Negeri 4 Kota Metro terima kasih atas
kesediannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,
memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.
10. Adik-adikku tersayang Isnalia dan Zaldi. Sepupuku Bang Sendy, Kanjeng
Selly, Paras. Keponakanku Hamimah, dan keluarga besarku Papah Toni, Papi
Nadir, Mamah Sukma, Uncu Erna, Om Heri, dan Om Bambang, terima kasih
atas doa dan motivasi yang diberikan kepadaku.
11. Sahabatku Boy, Irsan, Sespita, Galuh, Dewi, Wella, dan Novita yang tak
henti-henti memberikan saran, dukungan, semangat, motivasi, dan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
13. Kakak tingkat Bimbingan dan Konseling Kak Boy, Kak Widi, Kak Irfan, Kak
Ikhwan, Kak Awan, Mbak Marlinda, Mbak Meity, Mbak Citra, Mbak Syufi,
dan Mbak Turina terima kasih atas canda tawa dan kebersamaan yang sangat
berharga selama ini.
14. Adik Tingkat bimbingan dan konseling Fiqri, Iman, Leo, Nur, Ines, Siska,
Irma, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan,
dukungan, do’a dan motivasinya.
15. Teman-teman KKN dan PLBK, Bang Imron, Randi, Farhan, Lia, Fatimah,
Eka, dan Ginda terimakasih atas canda tawa kalian, dan kebersamaan yang
tak terlupakan selama tiga bulan.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit
kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Bandarlampung, 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Pada zaman modern ini, rokok bukanlah ha lasing lagi. Bagi mereka yang
hidup di kota maupun di desa umumnya mereka sudah mengenal benda yang
bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi
kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa alasan yang jelas seseorang akan merokok baik di rumah,
tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.
Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah
menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Data Biro Pusat Statistik menunjukkan jumlah
perokok pemula usia 5-9 tahun meningkat tajam 0,4% pada 2001 menjadi
2,8% pada 2004. Trend perokok pemula pada usia 10-14 tahun pun meningkat
tajam, dari 9,5% (Hamzah, 2013: 1) menjadi 17,5%. Data The Global Youth
Tobacco Survey tahun 2006 di Indonesia 64,2% anak-anak sekolah yang
disurvei melaporkan, terpapar asap rokok selama mereka di rumah atau
tinggal dengan perokok di rumah. Global Youth Tobacco Survey tahun 2006
melaporkan 89% anak-anak usia 13-15 tahun terpapar SHS di tempat-tempat
umum. Anak-anak yang terpapar SHS mengalami penurunan pertumbuhan
paru, mudah terinfeksi saluran pernafasan dan telinga, serta asma. Menurut
data hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, persentase perokok
aktif di Indonesia mencapai 67% (laki-laki) dan 2,7% (perempuan) dari
jumlah penduduk, terjadi kenaikan enam tahun sebelumnya perokok laki-laki
sebesar 53%.
Wismanto dan Sarwo (2007: 2) menyatakan perilaku merokok menyebabkan
beberapa gangguan. Dalam jangka pendek, merokok dapat menyebabkan
warna kuning pada gigi, kuku dan jari tangan, mulut dan keringat berbau tidak
sedap, sehingga secara psikologis mengurangi rasa percaya diri, mengurangi
hubungan dengan orang lain dan tidak tenang. Akibat jangka panjang adalah
timbulnya beberapa penyakit seperti jantung koroner, paru-paru, bronchitis,
kanker mulut, kanker tenggorokan dan gangguan janin di dalam kandungan.
Pada tahun 2000, terjadi sekitar 4,8 juta kasus kematian premature di seluruh
dunia yang diakibatkan kebiasaan merokok, angka rata-rata itu diambil dari
sedikitnya 3,9 juta sampai tertinggi 5,9 juta kasus kematian akibat rokok. Dari
4,8 juta kasus kematian 2,4 juta terjadi di Negara-negara yang sedang
berkembang dan 24 juta lainnya di sejumlah Negara industry maju.
Penyakit-penyakit kordiovaskuler tercatat sebagai penyebab 1,7 juta kasus kematian itu,
970.000 kasus penyempitan pernafasan akut dan 850.000 lainnya karena
kanker paru-paru. Gangguan kesehatan akibat merokok akan semakin
perilaku merokok di semua lapisan masyarakat terutama di Negara-negara
yang sedang berkembang (Jaya, 2009: 23-24).
Merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama,
bahkan mungkin sebelumnya. Bahkan banyak dijumpai di jalan atau tempat
yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul anak-anak tingkat
sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di
sekolah menengah, kebanyakan para siswa laki-laki di sekolah melakukan
kegiatan merokok karena merokok merupakan sesuatu yang menjadi kegiatan
sosialnya, para siswa mengatakan bahwa merokok merupakan salah satu
lambang pergaulan bagi mereka.
Sekilas permasalahan bangsa di atas, ternyata membawa dampak besar dalam
perkembangan perilaku remaja di sekolah. Remaja yang memiliki peran
sebagai pelajar dalam kehidupan sehari-hari juga tidak bebas dari
permasalahan kemerosotan moral dan etika. Perilaku-perilaku yang
seharusnya tidak terjadi di kalangan terpelajar ternyata tak bisa dielakkan.
Khusus menyoroti para siswa di tingkat sekolah menengah, ternyata perilaku
merokok juga telah meraja. Pertanyaannya adalah, apa yang memotivasi
mereka hingga berperilaku seperti itu. Apakah orang tua mereka juga
mengetahui hal ini. Apakah mereka tidak memikirkan dampak panjangnya,
dan apakah ada keinginan dalam diri mereka untuk menghentikan perilaku itu.
Fakta bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh
orang orang lain. Siswa mulai merokok akibat pengaruh lingkungan sosial,
perilaku merokok. Lingkungan keluarga juga mempengaruhi siswa untuk
berprilaku merokok. Para siswa juga ada yang merokok karena melihat orang
tua atau saudara yang merokok, dan dikarenakan pula siswa merasa bosan,
stress, dan kecemasan, serta perilaku teman sebaya merupakan faktor yang
menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja.
Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
saling mendukung dalam perilaku merokok remaja. Usia remaja memang
sangat rawan dipengaruhi dengan hal-hal baru dan menyenangkan. Salah
satunya adalah merokok. Diawali dengan rasa ingin tahu yang tinggi, akhirnya
banyak remaja yang memulai mencicipi rokok. Salah satu temuan tentang
remaja perokok adalah remaja yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, yang orang tuanya tidak begitu memperhatikan mereka dan tidak
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok
dibanding remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia,
(Bear & Corado dalam Fatimah, 2006: 245).
Setelah remaja itu mencoba merokok untuk kali pertama, ada beberapa faktor
lagi yang membuat remaja nyaman dan mempertahankan perilakunya.
Perasaan nyaman saat bersama-sama dengan teman sebaya, dan agar remaja
itu bisa diterima oleh teman-temannya yang sama-sama merokok.
Konformitas dengan teman sebaya yang sangat kuat, menjadi salah satu tanda
perkembangan secara sosial pada diri remaja. Sehingga sedikit banyak teman
sebaya dari remaja itu akan mempengaruhi diri remaja itu sendiri.
Konformitas ini akan sangat bermanfaat bagi remaja, jika kegiatan-kegitan
Pengaruh nikotin dalam merokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu
atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok
pada umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk tidak merokok, mereka
cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin. Efek nikotin yang terkandung
dalam rokok ternyata menimbulkan efek kecanduan dalam diri remaja, dan
jika sudah kecanduan maka ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat
remaja sulit untuk menahan perilaku merokoknya.
Kurang tepat jika penanganan mengenai permasalahan remaja yang bernilai
negatif hanya ditangani dengan hanya memberikan hukuman atau punishment
saja. Hukuman hanya tepat bagi mereka yang bersalah, bersalah artinya
mereka tahu yang seharusnya. Tetapi remaja, mereka masih butuh bimbingan
dan pengarahan yang tepat dari seorang yang memiliki wewenang untuk
membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahannya. Pembimbing di sini
bisa jadi guru, orang tua dan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan argumen
penulis di atas, maka muncullah inisiatif penulis untuk memberikan konseling
kelompok terhadap perokok pada tingkat siswa pelajar SMA. Suatu konseling
kelompok yang diprediksi dapat mengurangi bahkan menghilangkan perilaku
merokok.
Sukardi (2008:52) menjelaskan secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan
pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa
menemukan pribadinya, dalam hal mengenai kekuatan dan kelemahan dirinya,
serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal
bimbingan mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.
Peneliti mengambil bidang bimbingan pribadi untuk membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan percaya diri, serta membantu siswa
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi
pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan. Karena dalam agama semua
siswa diajarkan bahwa kedudukan setiap orang adalah sama di mata Tuhan
yang menciptakan setiap siswa dengan kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Rasa percaya diri akan meningkat lebih pesat ketika seseorang terlibat
secara langsung di dalam suatu kegiatan sosial bermasyarakat (Hakim, 2002).
Perilaku merokok memang dipengaruhi oleh banyak hal yang secara umum
dibagi atas faktor internal dan eksternal. Konseling kelompok diberikan untuk
mengubah perilaku siswa yang merokok dengan memberikan
pengarahan-pengarahan tentang akibat-akibat yang ditimbulkan dari perilaku merokok.
Mengurangi kebiasaan merokok pada siswa merupakan fungsi pengentasan,
karena layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi sebagai pengentasan
atau perbaikan artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan siswa (Sukardi, 2008: 43).
Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan
konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
Penanggulangan kebiasaan merokok pada siswa merupakan bidang bimbingan
pribadi-sosial, karena bidang bimbingan ini menyangkut hal-hal yang
menyangkut keadaan batin dan kejasmaniannya sendiri, serta menyangkut
hubungan dengan orang lain.
Mencermati perilaku merokok yang dilakukan oleh pelajar sekolah menengah,
guru pembimbing diharapkan mampu untuk membantu mengatasi kebiasaan
tersebut yang banyak dilakukan oleh para pelajar di sekolah menengah dengan
memberikan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu layanan bimbingan
dan konseling yang dapat diberikan untuk membantu mencegah perilaku
merokok yaitu dengan layanan konseling kelompok.
Layanan Konseling kelompok yang merupakan salah satu layanan dalam
bimbingan konseling yang memungkinkan siswa dalam memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana
yang terbentuk di dalam layanan konseling kelompok, yang ditandai dengan
adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Menurut Prayitno (dalam
Vitalis, 2008), konseling kelompok merupakan langkah efektif bagi guru
bimbingan konseling disekolah agar mampu membantu setiap permasalahan
yang dialami oleh siswa terlebih permasalahan pada tingkah lakunya.
Menurut Tohirin (2007) layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah
peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan
untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan
pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.
Melalui layanan konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengatasi
masalah yang dihadapi siswa serta dapat menjalin hubungan konseling
kelompok yang hangat, terbuka dan penuh keakraban. Pembicaraan pemberian
layanan konseling kelompok juga diharapkan memberikan pemahaman
kepada siswa tentang bahaya kebiasaan merokok yang dilakukan siswa
sehingga siswa-siswa yang telah mengikuti layanan konseling kelompok dapat
pemahaman bahaya merokok serta dapat menghentikan kebiasaan merokok
siswa-siswa. Dalam hal ini layanan konseling kelompok lebih siap diterima
siswa karena dilakukan bersam teman-temannya melalui dinamika kelompok.
Melalui konseling kelompok memudahkan layanan konseling individual dan
konselor untuk dapat memahami kebutuhan siswa serta lebih efisien waktu
tenaga dan biaya.
Dari hasil pengamatan di SMA Negeri 4 Kota Metro menunjukkan bahwa
permasalahan siswa yang kecanduan merokok masih menjadi salah satu
masalah yang cukup berat disekolah tersebut. Semua hukuman yang diberikan
kepada siswa merokok di SMA Negeri 4 Kota Metro ini tidak kunjung
menimbulkan efek jera. Sedang sekolah tetap menekan para siswa yang
merokok untuk tidak merokok tetapi juga tidak memiliki solusi alternatif bagi
para siswa. Melihat masalah yang ada, maka peneliti melihat bahwa penelitian
untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku merokok layak untuk
kelompok ini, dapat membantu para siswa yang memiliki perilaku merokok
untuk mengurangi dan menghilangkan perilakunya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengangkat judul “Penggunaan layanan konseling kelompok
dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota
Metro Tahun Pelajaran 2014-2015“.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Terdapat siswa yang tidak mengikuti pelajaran namun siswa tersebut ada
di luar sambil merokok.
2. Ada beberapa siswa yang sering merokok di dalam toilet sekolah.
3. Ada beberapa siswa yang merokok saat jam istirahat di kantin sekoloah.
4. Terdapat siswa yang merokok pada jam kosong.
5. Adanya siswa yang merokok secara sembunyi-sembunyi.
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka untuk lebih
efektif peneliti membatasi masalah yaitu “Penggunaan Layanan Konseling
Kelompok Dalam Mengurangi Perilaku Merokok Siswa Kelas X SMA
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah pada penelitian
ini adalah “siswa yang memiliki Perilakumerokok”. Maka permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah “Apakah penggunaan layanan konseling kelompok
dapat mengurangi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro
Tahun Pelajaran 2014-2015?”.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
mengetahui bahwa layanan konseling kelompok dapat mengurangi perilaku
merokok siswa.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai penggunaan layanan
konseling kelompok dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas X
SMA Negeri 4 Kota Metro Tahun Pelajaran 2014-2015.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep bimbingan
konseling, khususnya penggunaan layanan konseling kelompok dalam
2. Secara Praktis
a. Bahan masukan guru bimbingan konseling dalam memberikan
penanganan yang tepat terhadap siswa yang memiliki perilaku
merokok.
b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru
pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya
dalam upaya mengurangi perilaku merokok siswa di sekloah
menggunakan layanan konseling kelompok.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitan ini adalah :
1. Objek Penelitian
Bagaimana penggunaan layanan konseling kelompok dalam menurunkan
perilaku merokok pada siswa.
2. Subjek Penelitian
Siswa kelas X yang memiliki perilaku merokok.
3. Tempat Penelitian
D. Kerangka Pikir
Merokok adalah suatu perilaku yang telah umum dilakukan oleh banyak
orang, tidak terkecuali siswa remaja. Perilaku tersebut dilakukan di mana saja
dan kapan saja. Dalam pengamatan penulis perilaku merokok tampak
dijumpai ketika para siswa berangkat ke sekolah, bermain, selesai sekolah,
saat berada di kantin dan lain-lain. Perilaku merokok tersebut sudah menjadi
kebiasaan sehingga pelaku tidak memperhatikan tempat dan waktu. Selain
itu, para siswa mengaku tidak mengetahui bahaya akan rokok itu sendiri.
Sering kali ditemui siswa yang merokok di lingkungan sekolah dengan alasan
yang bermacam-macam, ada yang mengaku telah kecanduan rokok, ada pula
yang mengatakan stress terhadap masalah yang tengah dihadpinya.
Kessler dkk. (dalam Nevid dkk., 2005: 19), mengemukakan bahwa:
“kebiasaan merokok bukan hanya kebiasaan yang buruk, tetapi juga
merupakan bentuk adiksi fisik terhadap obat stimulus, nikotin, yang ditemukan dalam produk tembakau termasuk rokok, cerutu, dan tembakau
tanpa rokok. Merokok merupakan sarana memasukkan obat ke tubuh”. Dampak rokok bagi kesehatan sangat fatal. Rokok mengandung lebih 4.000
zat. Sebanyak 43 zat bersifat karsinogenik yang memicu sel kanker. Rokok
merupakan penyumbang utama faktor risiko penyakit tak menular namun
mematikan seperti jantung koroner, kanker, sakit pernafasan dan stroke.
Berdasarkan uraian di atas, maka perilaku merokok siswa perlu mendapat
perhatian. Perilaku tersebut harus segera dikurangi dan dihilangkan karena
rokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Penelitian ini mencoba
memperkenalkan alternatif untuk mengurangi perilaku merokok dikalangan
Meninjau dari beberapa layanan bimbingan dan konseling dalam
permasalahan yang akan dipecahkan ini, maka peneliti memilih untuk
menggunakan layanan konseling kelompok. Menurut Warner & Smith
(Wibowo, 2005), konseling kelompok merupakan cara yang baik untuk
menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu dalam
pengembangan kemampuan pribadi mereka. Pandangan tersebut dipertegas
oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa:
“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya”.
Menurut Corey (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: masalah-masalah yang
dibahas dalam konseling kelompok lebih berpusat pada pendidikan,
pekerjaan, sosial dan pribadi. Berdasarkan pendapat di atas dalam penelitian
ini, perilaku merokok yang harus di sembuhkan karena merupakan masalah
yang berpusat pada pribadi siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan konseling kelompok
yang bertujuan untuk mengurangi perilaku merokok siswa, karena konseling
kelompok itu merupakan proses pemberian bantuan dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi pada siswa. Siswa dapat dengan bebas, leluasa dan
terbuka dalam mengungkapkan permasalahannya secara kelompok.
Dengan menggunakan layanan konseling kelompok diharapkan perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 4 Kota Metro dapat berkurang dan
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat melalui gambar kerangka pikir
berikut
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahann penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010:10). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu
dasar yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat meskipun
kebenarannya masih harus dibuktikan. Adapun hipotesis dari penelitian ini
adalah :
Ha: Layanan konseling kelompok dapat mengurangi perilaku merokok
siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun pelajaran
2014-2015.
Ho: Layanan konseling kelompok tidak dapat mengurangi perilaku
merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun
pelajaran 2014-2015.
Perilaku Merokok Tinggi
Konseling Kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan Pribadi dan Perilaku Merokok 1. Bidang Bimbingan Pribadi
Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat
bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan
karir. Penelitian ini membahas perilaku merokok siswa yang mencakup
pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan pribadi.
Bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada
siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga
menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan
potensi yang dimiliki.
Rahman (2003:39) menjelaskan materi pokok bimbingan pribadi antara
lain:
a. Pemantapan sikap dan kepribadian yang agamis melalui peningkatan kualitas iman dan taqwa.
b. Pemahaman tentang kemampuan dan potensi diri serta pengembangannya secara optimal.
c. Pemahaman tentang bakat dan minat yang dimiliki serta penyalurannya.
d. Pemahaman tentang kelebihan yang dimiliki serta cara mengembangkannya.
e. Pemahaman tentang kelemahan dan kekurangannya serta cara mengatasinya.
f. Kemampuan mengambil keputusan serta mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil.
Jadi, materi pokok dalam bimbingan pribadi diatas adalah materi yang
harus dicapai dalam rangka memahami kelebihan diri serta cara
mengembangkannya dan memahami kelemahan juga kekurangannya serta
cara mengatasi hal tersebut. Perilaku merokok dalam diri siswa harus
dikurangi atau dihilangkan agar dapat menjadi siswa yang mampu
mengarahkan diri ke arah positif serta menjadi siswa yang kreatif dan
produktif.
2. Pengertian Perilaku Merokok
Wismanto dan Sarwo (2007: 13) mengungkapkan perilaku merokok
adalah perilaku yang kompleks, yang diawali dan berlanjut yang
disebabkan oleh beberapa variabel yang berbeda artinya bahwa perilaku
merokok merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor dari dalam individu maupun luar individu.
Sigmund Freud (dalam Zulkifli, 2010) mengungkapkan merokok adalah
kesenangan yang paling hebat dan paling murah dalam hidup. Dikatakan
hebat karena dengan merokok, individu merasa gagah dan dewasa,
sedangkan dikatakan murah karena hanya dengan seribu rupiah seseorang
sudah mendapatkan sebatang rokok yang berisi banyak bahan kimia.
Sedangkan merokok menurut Sitepoe (2000) adalah membakar tembakau
yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
menimbulkan perilaku atau perbuatan. Perilaku tersebut kemudian
dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap asap rokok yang
menjadikan orang tersebut merasa senang, merasa gagah, dan merasa
dewasa.
3. Tipe-tipe merokok
Secara umum, tipe perokok dibagi menjadi dua, yaitu perokok aktif dan
perokok pasif.
1. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan
merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya
tidak enak jika sehari saja tidak menghisap rokok.
2. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang
dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan merokok di dekatnya.
Perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok aktif dalam
hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.
Sitepoe (2000: 22) menyebutkan macam perokok menjadi 3, yaitu :
1. Perokok ringan, yaitu merokok 1-10 batang sehari.
2. Perokok sedang, yaitu merokok 10-20 batang sehari.
Sedangkan tipe merokok menurut Wismanto dan Sarwo (2007:15) antara
lain sebagai berikut :
a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31
batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
b. Perokok berat merokok 21-30 batang sehari dengan selang waktu
sejak bangun pagi berkisar antara enam sampai tiga puluh menit.
c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 dengan selang waktu tiga
puluh satu sampai enam puluh menit setelah bangun pagi.
d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang
waktu enam puluh menit dari bangu pagi.
Pendapat yang hamper sama juga diungkapkan oleh Triswanto (2007:
40-41) membagi tipe merokok menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Golongan perokok berat, yaitu apabila mereka mampu merokok dari
21-30 batang perhari atau lebih, dan selang waktu sejak bangun pagi
berkisar antara 6-30 menit.
b. Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan 11-21 batang dengan
selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
c. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang
waktu 60 menit dari bangun pagi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan ada beberapa tipe perokok
yaitu perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat
berat. Dan dalam menentukan tipe seseorang dapat di lihat dari jumlah batang
yang dihisap dalam sehari. Serta dapat juga dilihat melalui intensitas berapa
4. Penyebab Remaja Merokok
Banyak remaja memmiliki kebiasaan merokok, hal ini dipengaruhi
berbagai faktor, baik faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
individu sendiri, misalnya dari kepribadian individu maupun faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua,
teman, masyarakat maupun pengaruh iklan dan media massa. Hal ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1. Faktor kepribadian
Menurut Trim (2006: 11), orang mencoba merokok karena alas an
ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari kebosanan. Disamping itu
orang-orang yang memiliki tingkat kompromi social tinggi juga lebih
cenderung mudah untuk terjebak dalam rokok. Sedangkan menurut
Sitepoe (Wismanto, 2007: 14) menyatakan individu merokok untuk
mendapatkan kesenangan, nyaman, merasa lepas dari kegelisahan dan
juga mendapatkan rasa percaya diri.
Sedangkan menurut Widharto (2007: 15-16) masa remaja seringkali
dipenuhi rasa ingin tahu dan mecoba segala sesuatu, faktor inilah yang
mendorong generasi muda untuk mengenal rokok pada awalnya remaja
mencoba rokok karena rasa ingin tahu kemudian menyebabkan
b. Faktor Eksternal
1. Pengaruh Orangtua
Menurut Trim (2006:9), salah satu temuan tentang remaja perokok
adalah bahwa anak-anak muda berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya
dan senang memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk
menjadi perokok dibandingkan anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Ketidak harmonisan dalam
keluarga dapat membuat anak memiliki kebiasaan merokok, dimana
anak tidak memiliki ruang untuk berbagi pada kedua orang tua mereka.
Pengaruh paling kuat menyebabkan seorang remaja merokok adalah
jika orang tuanya sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok
berat. Dengan kata lain, apabila orangtuanya seorang perokok sangat
besar kemungkinan anak-anaknya menjadi seorang perokok. Perilaku
merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu
orangtua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini
juga akan lebih terlihat pada remaja putri. Sedangkan menurut
Prabandari (Prawitasari, 2012 :211) beberapa orang tua yang merokok
ternyata tidak melarang anaknya merokok, mereka mengatakan
kebebasan untuk merokok adalah hak anak, dan orang tua tidak berhak
2. Pengaruh Teman
Menurut Triswanto (2007 : 50 ) tidak dapat dipungkiri lagi banyak
fakta membuktikan bahwa semakin banyak remaja yang merokok
maka kemungkinan besar teman-temannya adalah perokok. Sedangkan
menurut Widharto (2007 : 15) rasa keinginan agar diterima dalam
kelompok adalah salah satu pemicu remaja memiliki kebiasaan
merokok karena pada umumnya para remaja suka membentuk
kelompok. Pembentukan kelompok didasari kesamaan-kesamaan
tertentu, misalnya hobi, status sosial dan kebiasaan, dan setiap orang
ingin diakui dan diterima dalam kelompoknya, berdasarkan alasan
inilah remaja mengikuti apa yang dilakukan remaja lain dalam
kelompoknya yang menunjukkan bukti solidaritasnya.
3. Pengaruh Iklan dan Media Massa
Menurut Trim (2006 : 12) melihat iklan dan media massa yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau maskulin membuat remaja kerapkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Remaja seringkali
mengkonsumsi rokok dari merek yang paling sering diiklankan.
Sedangkan menurut (Prawitasari, 2012 : 211) banyaknya iklan rokok
sebagai pemicu remaja memiliki kebiasaan merokok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok. Faktor internal yaitu faktor dari individu sendiri yaitu
keadaan keluarga yang tidak harmonis. Faktor eksternal yaitu faktor dari
pengaruh iklan. Pengaruh orang tua, teman serta iklan ini sangat besar atas
ketertarikan remaja memiliki kebiasaan merokok.
5. Dampak Merokok
Kebiasaan merokok memiliki dampak negatif dari pada positif, dampak
negatif tidak hanya menyerang diri sendiri namun bagi orang lain. Pada
diri sendiri diantaranya status kesehatan yang terganggu dengan
munculnya berbagai macam penyakit, hal ini diakibatkan karena pengaruh
dari zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Sedangkan bagi orang
lain diakibatkan dari asap rokok yang dikeluarkan perokok aktif. Dampak
negatif dari kebiasaan merokok antara lain :
Dampak Negatif Bagi diri Sendiri
Kebiasaan merokok memiliki dampak negatif bagi diri sendiri. Hal ini
diakibatkan karena unsure zat berbahaya dalam rokok yang masuk ke
dalam tubuh manusia, sehingga dapat mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Menurut Trim (2006 : 16-17) ada beberapa zat berbahaya yang
terkandung dalam rokok diantaranya :
1. Tar
Tar merupakan zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dengan
kimia beracun yang merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker
dan bersifat lengket lalu menempel pada paru-paru.
2. Karbomonoksida (CO)
Karbonmonoksida merupakan zat berbahaya dalam rokok yang
kemampuan darah membawa oksigen dan mengikat hemoglobin dalam
darah sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
3. Nikotin
Nikotin merupakan zat berbahaya dalam rokok yang mengandung zat
kimia perangsang sehingga dapat merusak jantung dan sirkulasi darah
serta membuat pemakainya menjadi kecanduan. Zat ini bersifat
karsinogen (merusak sel tubuh), dan mampu memicu kanker paru-paru
yang mematikan.
Dengan adanya zat berbahaya yang terkandung dalam rokok sehingga
menimbulkan berbagai macam penyakit pada tubuh manusia.
Sedangkan menurut Nashr (2009: 57-87) dampak negatif rokok
terhadap fungsi-fungsi organ tubuh manusia dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Dampak negatif rokok terhadap sistem peredaran darah antara lain:
1. Hipertensi/ Tekanan Darah Tinggi
Para dokter penyakit jantung mengatakan kandungan nikotin yang
terdapat dalam tembakau dapat menyebabkan terjadinya hipertensi,
didapti bahwa tekanan pembuluh nadi meningkat selama beberapa
detik, tekanan tersebut mencapai dua kali lipat dari tekanan
semula. Diketahui tekenan tersebut terjadi karena aktivitas nikotin
yang dapat menyempitkan saluran darah dengan efek langsung,
efek nikotin pula berdampak pada dua kelenjar adrenal yang
mengeluarkan hormone adrenalin dengan kadar yang cukup
2. Penyempitan atau Pengerasan Arteri (Arteriosklerosis)
Faktor utama membantu terjadinya arteriosklerosis adalah minuman keras dan rokok, keduanya merupakan faktor yang paling
berbahaya terhadap terjadinya pengerasan pembuluh nadi. Nikotin
sangat berbahaya bagi saluran darah karena dapat menyebabkan
penyempitan dan meningkatkan daya serap dinding-dindingnya
sehingga dapat berakibat meletaknya butiran-butiran kecil pada
dinding pembuluh nadi dan pada permukaannya terdapat
endapan-endapan sel-sel darah merah yang sudah tua sehingga dapat
mempersempit lubang pada pembuluh dan mengeraskannya.
Merokok juga dapat membantu terjadinya pembekuan darah,
sehingga darah semakin kental, dan terjadinya pembekuan dalam
pembuluh darah koroner pada jantung, pembekuan pada otak dan
pembekuan pada betis. Di antara penyakit akibat rokok yang paling
utama adalah penyakit berger disease terhambatnya peredaran darah pada betis dengan menyempitnya pembuluh darah sehingga
timbul luka pada betis. Di Amerika telah diadakan studi kasus
terhadap 250 pasien penyakit arteriosklerosis pada kaki, dan didapati bahwa 11,4% di antara mereka harus diamputasi betisnya
dalam masa lima tahun, hal ini terjadi dari kebiasaan merokok.
Menurut penelitan antara aktivitas merokok dengan
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kematian memiliki prosentase
terjadinya pengendapan darah di dalam pembuluh jantung koroner,
b. Dampak negatif rokok terhadap sistem syaraf
Dampak penjelasan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa
rokok berdampak negatif terhadap jantung dan pembuluh darah,
terutama pembuluh darah pada jantung sehingga meningkatkan
tekanan dan menyebabkan kontraksi pada syarafnya sehingga
timbul sesak dada, sedangkan dampak negatif nikotin terhadap
kelenjar syaraf yang mengontrol kandung kemih karena
pengosongan kandung kemih menjadi sangat sulit. Selain itu
nikotin juga dapat mengganggu kelenjar di bawah otak, karena
mengurangi kuantitas air kencing dan kemungkinan dapat
berakibat timbulnya kanker ginjal, tumor, kandung kemih.
c. Dampak negatif rokok terhadap sistem pernapasan
1. Bronchitis kronis
Zat-zat beracun yang terkandung dalam asap rokok masuk ke
dalam tubuh melalui hidung kemudian farinks, larinks, trakea, bronkus dan alveolus menyebabkan meningkatnya jumlah dahak kental yang tidak normal dan pada gilirannya
menimbulkan bronchitis kronis ketika menjadi proses kerusakan sel-sel utama yang terletak di tempat bercabangnya
trakea menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan kiri yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan negatif pada system
kekebalan dan ketahanan sel-sel tersebut. Di sisi lain zat-zat
berbahaya yang terkandung dalam tembakau dapat mengotori
hidung, dan membuka peluang terjangkitnya. flu dan larinks
dantrakeasehingga timbullah batuk-batuk. 2. Kanker Paru-Paru
Merokok merupakan faktor utama terjadinya kanker paru-paru.
Senyawa kimia masuk di dalam tembakau dan industrina
berjumlah lebih dari empat ribu diantaranya 300 faktor
penyebab kanker, dan faktor lainnya merupakan iritasi karena
keracunan. Para dokter telah membuktikan bahwa besar
kemungkinan terserang kanker paru-paru bagi orang yang
mengkonsumsi rokok sebanyak 40 batang setiap hari
meningkat 20 kali lipat dibandingkan dengan bukan perokok.
Studi yang diadakan oleh para peneliti di University of Birningham menyebutkan bahwa hingga angka 15% dari kanker yang diderita oleh anak-anak kemungkinan disebabkan
dari ayah mereka yang merokok. John Severin ketua sebuah
yayasan kanker menyebutkan bahwa tembakau merupakan
satu-satunya senjata pemusnah missal bagi manusia bahwa
setiap menit, delapan orang di selurng dunia meninggal karena
rokok, dan tembakau bertanggung jawab penuh atas 87%
seorang terkena kanker paru-paru dan sepertiga dari tumor
ganas.
Berdasarkan penjelasan di atas terdapat zat yang berbahaya yang
terkandung dalam sebatang rokok. Zat-zat tersebut memiliki dampak
dalam waktu yang lama. Hal ini bisa berdampak buruk dan memicu
penyakit yang mengganggu sistem peredaran darah, sistem syaraf dan
sistem pernapasan.
6. Aspek-aspek Perilaku Merokok
Menurut Lavental & Cleary (Ellisabet, 2010: 64), perilaku merokok dapat
dilihat dari empat aspek perilaku merokok, yaitu fungsi merokok, tempat
merokok, intensitas merokok dan waktu merokok. Berikut penjelasannya:
a. Fungsi merokok, individu yang menjadikan merokok sebagai penghibur
bagi berbagai keperluan menunjukkan bahwa memiliki fungsi yang begitu
penting bagi kehidupannya. Tomkins (Ellisabet, 2010: 65) fungsi merokok
ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan
positif maupun perasaan negatif.
b. Tempat merokok, individu yang melakukan aktivitas merokok di mana
saja, bahkan di ruangan yang dilarang untuk merokok menunjukkan bahwa
perilaku merokoknya sangat tinggi. Tipe perokok berdasarkan tempat ada
dua, (Ellisabet, 2010: 66) yaitu :
1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik
a) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
b) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a) Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat
seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu
yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
c. Intensitas merokok, seseorang yang merokok dengan jumlah batang
rokok yang banyak menunjukkan perilaku merokoknya sangat tinggi.
Menurut Mu’tadin (Ellizabet, 2010: 52), jika ditinjau dari banyaknya
jumlah rokok yang dihisap setiap hari, tipe perokok dibagi menjadi tiga.
Pertama, perokok sangat berat yakni perokok yang menghabiskan lebih
dari 31 batang rokok tiap hari dengan selang merokok lima menit setelah
bangun tidur pada pagi hari. Kedua, perokok berat yaitu perokok yang
menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu
merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pada pagi hari. Ketiga,
perokok sedang yakni perokok yang menghabiskan sekitar 10 batang
rokok setiap hari dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun
tidur pada pagi hari.
d. Waktu merokok, seseorang yang merokok di segala waktu (pagi, siang,
sore, malam) menunjukkan perilaku merokok yang tinggi. Seseorang yang
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca dingin, setelah
dimarahi orang tua, dll.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas perilaku merokok dapat dilihat dari
empat aspek yaitu, fungsi merokok, tempat merokok, intensitas merokok dan
waktu merokok. Fungsi merokok dalam hal ini dapat diartikan seberapa
penting rokok bagi kehidupan seseorang. Tempat merokok dibagi menjadi dua
yakni, tempat-tempat umum dan tempat-tempat yang bersifat pribadi.
Sedangkan untuk intensitas merokok ditentukan berdasarkan banyaknya
jumlah rokok yang dihisap dalam sehari dengan selang waktu tertentu.
Sedangkan untuk waktu merokok dibagi menjadi empat waktu(pagi, siang,
sore, dan malam)
B. Layanan Konseling Kelompok
1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu
individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan interaksinya
dengan orang lain. Blocher (Wibowo, 2005) mendefinisikan konseling adalah
intervensi yang direncanakan sistematis yang ditunjukkan untuk membantu
menjadi lebih sadar atas dirinya sendiri, memaksimalkan kebebasan dan
efektivitas manusia.
Menurut, Warner & Smith (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: konseling
kelompok merupakan cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar
mereka. Pandangan tersebut dipertegas oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005)
menyatakan bahwa:
“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan
pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya”.
Menurut Sukardi (2008), layanan konseling kelompok yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok
merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan kepada
sekelompok individu yang membutuhkan agar individu mampu menyusun
rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan
lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.
2. Tujuan Konseling kelompok
Prayitno (1995) menjelaskan tujuan konseling kelompok, adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Tujuan umum kegiatan konseling kelompok adalah berkembangnya
kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta
topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan
menjadi perhatian peserta.
Sedangkan menurut Bennett (Romlah, 2006) tujuan konseling kelompok
yaitu:
1. Memberikan kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan sosial.
2. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan:
a) Mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya.
b) Menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai
dinamika kepribadian, dan mengarahkan kembali energi yang terpakai untuk
memecahkan kembali energi yang terpakai untuk memecahkan masalah
tersebut dalam suasana yang pemisif.
c) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif
daripada melalui kegiatan bimbingan individual.
d) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.
Konseling kelompok juga bertujuan untuk membantu individu menemukan
dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Secara singkat tujuan kegiatan konseling kelompok merupakan proses belajar
yang baik bagi petugas bimbingan maupun bagi individu yang dibimbing.
dirinya sendiri, mengarahkan dirinya sendiri dan dapat berfikir kreatif, dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Teknik Konseling Kelompok
Pendekatan dalam konseling kelompok ini dengan pendekatan Behavioral,
karena yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok
atau tingkah laku. Menurut Rosjidan (1994), konseling behavioral adalah
salah satu pendekatan konseling yang bertujuan untuk pengubahan tingkah
laku. Menurut Krumboltz dan Thoresen (Edi, 2013) penekanan pendekatan ini
terhadap upaya melatih atau mengajar konseli tentang pengelolaan diri yang
dapat digunakan untuk mengendalikan kehidupannya, untuk menangani
masalah masa kini dan masa datang, dan mampu berfungsi dengan memadai
tanpa terapi yang terus menerus. Natawidjaja (2009) menyebutkan bahwa
asumsi pokok dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku, kognisi, perasaan
bermasalah itu semuanya terbentuk karena dipelajari, dan oleh karena itu.
Semua dapat diubah dengan proses belajar yang baru atau belajar kembali.
Asumsi lain adalah perilaku yang dinyatakan oleh konseli adalah masalah itu
sendiri, jadi bukan semata-mata gejala dari masalahnya.
4. Komponen Konseling kelompok
Prayitno (1995) menjelaskan bahwa dalam konseling kelompok terdapat tiga
kelompok dan dinamika kelompok. Peran dalam bimbingan dan konseling
seperti tercantum di bawah ini:
a. Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok adalah komponen yang penting dalam konseling
kelompok Dalam hal ini pemimpin bukan saja mengarahkan prilaku anggota
sesuai dengan kebutuhan melainkan juga harus tanggap terhadap segala
perubahan yang berkembang dalam kelompok tersebut. Dalam hal ini
menyangkut adanya peranan pemimpin konseling kelompok, serta fungsi
pemimpin kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Prayitno (1995),
menjelaskan pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan
suasana sehingga anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi
masalah mereka sendiri.
b. Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam kehidupan kelompok.
Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Tidak semua kumpulan orang
atau individu dapat dijadikan anggota konseling kelompok. Untuk
terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu membentuk
kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan
sebagaimana seharusnya. Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok),
dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi
kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan
c. Dinamika kelompok
Selain pemimpin kelompok dan anggota kelompok, komponen konseling
kelompok yang tak kalah penting adalah dinamika kelompok. Dalam kegiatan
konseling kelompok dinamika konseling kelompok sengaja
ditumbuhkembangkan, karena dinamika kelompok adalah interaksi
interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan
kelompok. Interaksi yang interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota kelompok, menyatukan
kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung
dan cenderung untuk membentuk interaksi yang berarti dan bermakna di
dalam kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas dalam komponen dalam konseling kelompok
ada tiga yaitu, pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan dinamika
kelompok. Pemimpin kelompok memiliki peran untuk mengarahkan perilaku
anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan agar anggota kelompok dapat
tanggap dengan perubahan yang terjadi dalam konseling kelompok. Untuk
terselenggaranya konseling kelompok, seorang konselor perlu membentuk
kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan
sebagaimana seharusnya.
5. Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok
Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan yang
tahapan penyelenggaraan konseling kelompok menjadi 4 tahap, yaitu tahap
pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.
Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini
pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh
masing-masing, sebagian, maupun keseluruhan anggota.
Berikut ini adalah bagan yang mngemukakan secar ringkas empat (4) tahap perkembangan kegiatan kelompok dalam konseling kelompok.
Tahap 1: Pembentukan
Gambar 2.1. Tahap Pembentukan dalam Konseling Kelompok
TAHAP 1 2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b)
asas-asas kegiatan kelompok.
1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.
2. Tumbuhnya suasana kelompok.
3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.
4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota.
5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. 6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah
laku dan perasaan dalam kelompok
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka
2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati
Tahap peralihan ini merupakan “ jembatan” antara tahap pertama dan tahap
ketiga. Tahap Pada tahap ini tugas konselor adalah membantu para anggota
untuk mengenali dan mengatasi halangan, kegelisahan, keengganan, sikap
mempertahankan diri dan sikap ketidaksabaran yang timbul pada saat ini
Gladding (Prayitno, 1995).
Pola keseluruhan tahap kedua tersebut disimpulkan ke dalam bagan berikut:
Tahap II: Peralihan
Gambar 2.2. Tahap Peralihan dalam Konseling Kelompok
Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan konseling kelompok
dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasanya secara tuntas
permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana
untuk mengembangkan diri, baik yang menyangkut pengembangan
TAHAP II PERALIHAN
Tema: Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga
Tujuan:
1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.
2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.
3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan:
1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota.
5. Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. 3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut pendapat yang dikemukakan
oleh kelompok. Tahap ini disimpulkan berhasil jika semua solusi yang
mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat
diwujudkan. Solusi-solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan dan
pilihan akhir harus dibuat setelah melakukan pertimbangan dan diskusi yang
tepat.
Pola keseluruhan tahap ketiga tersebut disimpulkan ke dalam bangan berikut:
Tahap III: Kegiatan
Gambar 2.3. Tahap Kegiatan dalam Konseling Kelompok
Pada tahap pengakhiran terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi) dan
tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari serangkaian kegiatan konseling kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang
dibahas oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada
pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok untuk
menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan konseling kelompok
TAHAP III
2. Menetapkan masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.
1. Terungkapnya secara bebas masalah/ topik dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.
2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.
3. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka
2. Aktif tetapi tidak banyak bicara
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan
untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Pola keseluruhan tahap keempat tersebut
disimpulkan ke dalam bangan berikut:
Tahap IV: Pengakhiran
Gambar 2.4. Tahap Pengakhiran dalam Konseling Kelompok
Berdasarkan tahap-tahap konseling yang telah dikemukakan di atas, kiranya
konseling haruslah dilakukan dengan sistematis, sesuai dengan yang telah
diuraikan agar tujuan dari konseling kelompok yang telah dirumuskan dapat
terlaksana dengan baik dan efektif.
2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.
3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut. 4. Tetap dirasakannya interaksi kelompok dan
rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.
Kegiatan:
1. Pemimpin kelompok mengemukanan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan
harapan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.
C. Pengunaan Layanan Konseling Kelompok dalam Mengurangi Perilaku Merokok
Banyak siswa siswa yang tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif
yang menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain, dan lain
sebagainya. Padahal bahaya konsumsi merokok telah banyak disampaikan
dengan sangat jelas pada setiap bungkus rokok. Mereka sadar bila mereka
telah merasa jenuh mereka akan berhenti merokok. Namun tetap dibutuhkan
suatu layanan untuk mengurangi kebiasaan merokok.
Begitu besarnya masalah merokok di kalangan siswa, terutama SMA. Mereka
hanya melihat merokok sebagai kesenangan. Mereka tidak pernah melihat
dampak negatif merokok. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai
guru Bimbingan dan Konseling adalah dengan memberikan layanan
konseling kelompok.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak-pihak sekolah untuk mengurangi
perilaku merokok dengan memberlakukan pemberian point kepada siswa yang kedapatan merokok di sekolah, pemberian hukuman, dan pemanggilan
orang tua. Tetapi cara tersebut kurang efektif karena masih banyak siswa
yang memiliki perilaku merokok.
Meninjau dari beberapa layanan bimbingan dan konseling dalam
permasalahan yang akan dipecahkan ini, maka peneliti memilih untuk
menggunakan layanan konseling kelompok Menurut, Warner & Smith
(Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: konseling kelompok merupakan cara