• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PERILAKUMEROKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA METROTAHUN AJARAN 2014-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PERILAKUMEROKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA METROTAHUN AJARAN 2014-2015"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MENGURANGI PERILAKU MEROKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA METRO TAHUN AJARAN 2014-2015

Oleh

HASNAN RAHMAN

Masalah penelitian ini adalah perilaku merokok siswa. Permasalahannya adalah apakah perilaku merokok dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Tujuan penelitian untuk mengurangi perilaku merokok dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat metode eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek penelitian ini sebanyak 10 siswa yang memiliki perilaku merokok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan Observasi perilaku merokok

Hasil analisis data dari pretest dan posttest tentang kebiasan merokok menggunakan uji bedaWilcoxon, diperoleh z hitung=-2,913 < z tabel=1,645 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun ajaran 2014/2015.

Saran yang diberikan adalah (1) Siswa yang memiliki masalah khususnya perilaku merokok, hendaknya mau mengikuti kegiatan konseling kelompok dan menghilangkan perilaku merokok. (2) Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan layanan konseling kelompok untuk membantu mengurangi perilaku merokok siswa. (3) Kepada para peneliti hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah yang sama tetapi dengan jumlah subyek yang lebih banyak.

(2)

Oleh

Hasnan Rahman

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

(Skripsi)

Oleh

Hasnan Rahman

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Alur Kerangka Pikir ... 14

2.1 Tahap Pembentukan dalam Konseling Kelompok ... 35

2.2 Tahap Peralihan dalam Konseling Kelompok ... 36

2.3 Tahap Kegiatan dalam Konseling Kelompok... 37

2.4 Tahap Pengakhiran dalam Konseling Kelompok ... 38

3.1 One Group Pretest-Posttest Design... 43

4.1 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan pertama ... 57

4.2 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan kedua... 61

4.3 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan ketiga ... 64

4.4 Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan keempat... 67

4.5 Grafik penurunan perilaku merokok... 68

4.6 Grafik Penurunan Perilaku Merokok AMP ... 84

4.7 Grafik Penurunan Perilaku Merokok DHS... 86

4.8 Grafik Penurunan Perilaku Merokok FE ... 88

4.9 Grafik Penurunan Perilaku Merokok IM ... 90

4.10 Grafik Penurunan Perilaku Merokok LBP... 92

4.11 Grafik Penurunan Perilaku Merokok MDS ... 94

4.12 Grafik Penurunan Perilaku MerokokRAG ... 96

4.13 Grafik Penurunan Perilaku Merokok YI... 99

4.14 Grafik Penurunan Perilaku Merokok YSJ ... 101

(5)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 9

3. Pembatasan Masalah ... 9

4. Rumusan Masalah ... 10

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitan... 10

2. Kegunaan Penelitian... 10

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

D. Kerangka Pikir... 12

E. Hipotesis... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Pribadi-Sosial dan Perilaku Merokok... 15

1. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial ... 15

2. Pengertian Perilaku Merokok... 16

3. Tipe-Tipe Merokok ... 17

4. Penyebab Remaja Merokok ... 19

5. Dampak Merokok... 22

6. Aspek-Aspek Perilaku Merokok ... 27

B. Layanan Konseling Kelompok... 29

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok... 29

2. Tujuan Konseliing Kelompok ... 30

3. Teknik Konseling Kelompok ... 32

4. Komponen Konseling Kelompok... 32

a. Pemimpin Kelompok... 33

b. Anggota Kelompok ... 33

c. Dinamika Kelompok ... 33

5. Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok ... 35

(6)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data... 45

3. Deskripsi Data Perilaku Merokok Siswa Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan... 55

B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 67

C. Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 70

1. Tahapan-tahapan pelaksanaan konseling kelompok... 71

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-Kisi Observasi Kebiasaan Merokok Siswa ... 116

2. Lembar Observasi Kebiasan Merokok Siswa ... 117

3. Hasil Penilaian Para Ahli Terhadap Indikator Dan Deskriptor Dari Kisi-Kisi Instrument ... 118

4. Uji Coba Reliabilitas Observasi ... 120

5. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 124

6. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 125

7. Subjek HasilPretest... 141

8. Subjek HasilPosttest ... 142

9. UjiWilcoxon ... 146

10. Tabel Z ... 147

11. Foto Kegiatan Konseling ... 149

12. Narasi Konseling ... 151

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria penilaian observasi ... 47

3.2 Kisi-kisi observasi perilaku merokok ... 47

4.1 Data siswa yang memiliki kebiasaan merokok di sekolah ... 53

4.2 Kriteria merokok siswa berdasarkan observasi ... 54

4.3 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan pertama ... 55

4.4 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan pertama ... 56

4.5 Hasilpretestdanposttestpertemuan pertama ... 57

4.6 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan kedua... 58

4.7 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan kedua... 59

4.8 Hasilpretestdanposttestpertemuan kedua... 60

4.9 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan ketiga... 61

4.10 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan ketiga... 62

4.11 Hasilpretestdanposttestpertemuan ketiga ... 63

4.12 Data observasi sebelum pemberian konseling kelompok pertemuan keempat... 64

4.13 Data hasil observasi sesudah konseling kelompok petemuan keempat... 65

4.14 Hasilpretestdanposttestpertemuan keempat... 66

4.15 Data hasil observasi kebiasaan merokok sebelum dan sesudah kegiatan konseling kelompok... 68

(9)
(10)
(11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap

(12)

Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh Swt atas terselesaikannya penulisan

skripsi ini, dengan kerendahan hati, aku persembahkan Skripsi ini kepada:

Bapak dan ibuku tercinta, Ainim Rasyid dan Maryatun yang selalu

mendoakanku dalam setiap sujudnya, terima kasih telah membesarkanku dan

mendidikku dengan penuh rasa kasih sayang, kesabaran dan ketulusan, serta

tak pernah putus berhenti memberikan doa dan dukungan yang luar biasa kau

(13)

Hasnan Rahman lahir di Kota Metro tanggal 01 Mei 1992, sebagai anak pertama

dari tiga bersaudara, dari Bapak Ainim Rasyid dan Ibu Maryatun.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Kabupaten Lampung

Tengah, diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Banjarsari

Kecamatan Metro Utara, diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 3 Metro Pusat, diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Metro, diselesaikan tahun

2010.

Pada tahun 2010, Hasnan Rahman terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1

Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(14)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Penggunaan layanan konseling kelompok dalam mengurangi kebiasaaan

merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan

Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi

penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan

Konseling sekaligus selaku dosen penguji pada penulisan skripsi ini. Terima

kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang

(15)

5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi selaku Pembimbing pembantu yang

telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi

ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas

pendidikannya selama kurang lebih lima tahun perkuliahan. Semoga apa yang

bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa

depan.

7. Bapak Suwarlan selaku Kepala SMA Negeri 4 Kota Metro yang telah

berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dwi dan Ibu Marni selaku guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri

4 Kota Metro, serta siswa-siswi SMA Negeri 4 Kota Metro terima kasih atas

kesediannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,

memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

10. Adik-adikku tersayang Isnalia dan Zaldi. Sepupuku Bang Sendy, Kanjeng

Selly, Paras. Keponakanku Hamimah, dan keluarga besarku Papah Toni, Papi

Nadir, Mamah Sukma, Uncu Erna, Om Heri, dan Om Bambang, terima kasih

atas doa dan motivasi yang diberikan kepadaku.

11. Sahabatku Boy, Irsan, Sespita, Galuh, Dewi, Wella, dan Novita yang tak

henti-henti memberikan saran, dukungan, semangat, motivasi, dan

(16)

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

13. Kakak tingkat Bimbingan dan Konseling Kak Boy, Kak Widi, Kak Irfan, Kak

Ikhwan, Kak Awan, Mbak Marlinda, Mbak Meity, Mbak Citra, Mbak Syufi,

dan Mbak Turina terima kasih atas canda tawa dan kebersamaan yang sangat

berharga selama ini.

14. Adik Tingkat bimbingan dan konseling Fiqri, Iman, Leo, Nur, Ines, Siska,

Irma, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan,

dukungan, do’a dan motivasinya.

15. Teman-teman KKN dan PLBK, Bang Imron, Randi, Farhan, Lia, Fatimah,

Eka, dan Ginda terimakasih atas canda tawa kalian, dan kebersamaan yang

tak terlupakan selama tiga bulan.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit

kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2015

Penulis

(17)
(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Pada zaman modern ini, rokok bukanlah ha lasing lagi. Bagi mereka yang

hidup di kota maupun di desa umumnya mereka sudah mengenal benda yang

bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi

kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan

sehari-hari. Tanpa alasan yang jelas seseorang akan merokok baik di rumah,

tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah

menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Menurut Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, Data Biro Pusat Statistik menunjukkan jumlah

perokok pemula usia 5-9 tahun meningkat tajam 0,4% pada 2001 menjadi

2,8% pada 2004. Trend perokok pemula pada usia 10-14 tahun pun meningkat

tajam, dari 9,5% (Hamzah, 2013: 1) menjadi 17,5%. Data The Global Youth

Tobacco Survey tahun 2006 di Indonesia 64,2% anak-anak sekolah yang

disurvei melaporkan, terpapar asap rokok selama mereka di rumah atau

(19)

tinggal dengan perokok di rumah. Global Youth Tobacco Survey tahun 2006

melaporkan 89% anak-anak usia 13-15 tahun terpapar SHS di tempat-tempat

umum. Anak-anak yang terpapar SHS mengalami penurunan pertumbuhan

paru, mudah terinfeksi saluran pernafasan dan telinga, serta asma. Menurut

data hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, persentase perokok

aktif di Indonesia mencapai 67% (laki-laki) dan 2,7% (perempuan) dari

jumlah penduduk, terjadi kenaikan enam tahun sebelumnya perokok laki-laki

sebesar 53%.

Wismanto dan Sarwo (2007: 2) menyatakan perilaku merokok menyebabkan

beberapa gangguan. Dalam jangka pendek, merokok dapat menyebabkan

warna kuning pada gigi, kuku dan jari tangan, mulut dan keringat berbau tidak

sedap, sehingga secara psikologis mengurangi rasa percaya diri, mengurangi

hubungan dengan orang lain dan tidak tenang. Akibat jangka panjang adalah

timbulnya beberapa penyakit seperti jantung koroner, paru-paru, bronchitis,

kanker mulut, kanker tenggorokan dan gangguan janin di dalam kandungan.

Pada tahun 2000, terjadi sekitar 4,8 juta kasus kematian premature di seluruh

dunia yang diakibatkan kebiasaan merokok, angka rata-rata itu diambil dari

sedikitnya 3,9 juta sampai tertinggi 5,9 juta kasus kematian akibat rokok. Dari

4,8 juta kasus kematian 2,4 juta terjadi di Negara-negara yang sedang

berkembang dan 24 juta lainnya di sejumlah Negara industry maju.

Penyakit-penyakit kordiovaskuler tercatat sebagai penyebab 1,7 juta kasus kematian itu,

970.000 kasus penyempitan pernafasan akut dan 850.000 lainnya karena

kanker paru-paru. Gangguan kesehatan akibat merokok akan semakin

(20)

perilaku merokok di semua lapisan masyarakat terutama di Negara-negara

yang sedang berkembang (Jaya, 2009: 23-24).

Merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama,

bahkan mungkin sebelumnya. Bahkan banyak dijumpai di jalan atau tempat

yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul anak-anak tingkat

sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di

sekolah menengah, kebanyakan para siswa laki-laki di sekolah melakukan

kegiatan merokok karena merokok merupakan sesuatu yang menjadi kegiatan

sosialnya, para siswa mengatakan bahwa merokok merupakan salah satu

lambang pergaulan bagi mereka.

Sekilas permasalahan bangsa di atas, ternyata membawa dampak besar dalam

perkembangan perilaku remaja di sekolah. Remaja yang memiliki peran

sebagai pelajar dalam kehidupan sehari-hari juga tidak bebas dari

permasalahan kemerosotan moral dan etika. Perilaku-perilaku yang

seharusnya tidak terjadi di kalangan terpelajar ternyata tak bisa dielakkan.

Khusus menyoroti para siswa di tingkat sekolah menengah, ternyata perilaku

merokok juga telah meraja. Pertanyaannya adalah, apa yang memotivasi

mereka hingga berperilaku seperti itu. Apakah orang tua mereka juga

mengetahui hal ini. Apakah mereka tidak memikirkan dampak panjangnya,

dan apakah ada keinginan dalam diri mereka untuk menghentikan perilaku itu.

Fakta bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh

orang orang lain. Siswa mulai merokok akibat pengaruh lingkungan sosial,

(21)

perilaku merokok. Lingkungan keluarga juga mempengaruhi siswa untuk

berprilaku merokok. Para siswa juga ada yang merokok karena melihat orang

tua atau saudara yang merokok, dan dikarenakan pula siswa merasa bosan,

stress, dan kecemasan, serta perilaku teman sebaya merupakan faktor yang

menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja.

Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang

saling mendukung dalam perilaku merokok remaja. Usia remaja memang

sangat rawan dipengaruhi dengan hal-hal baru dan menyenangkan. Salah

satunya adalah merokok. Diawali dengan rasa ingin tahu yang tinggi, akhirnya

banyak remaja yang memulai mencicipi rokok. Salah satu temuan tentang

remaja perokok adalah remaja yang berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia, yang orang tuanya tidak begitu memperhatikan mereka dan tidak

memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok

dibanding remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia,

(Bear & Corado dalam Fatimah, 2006: 245).

Setelah remaja itu mencoba merokok untuk kali pertama, ada beberapa faktor

lagi yang membuat remaja nyaman dan mempertahankan perilakunya.

Perasaan nyaman saat bersama-sama dengan teman sebaya, dan agar remaja

itu bisa diterima oleh teman-temannya yang sama-sama merokok.

Konformitas dengan teman sebaya yang sangat kuat, menjadi salah satu tanda

perkembangan secara sosial pada diri remaja. Sehingga sedikit banyak teman

sebaya dari remaja itu akan mempengaruhi diri remaja itu sendiri.

Konformitas ini akan sangat bermanfaat bagi remaja, jika kegiatan-kegitan

(22)

Pengaruh nikotin dalam merokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu

atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok

pada umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk tidak merokok, mereka

cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin. Efek nikotin yang terkandung

dalam rokok ternyata menimbulkan efek kecanduan dalam diri remaja, dan

jika sudah kecanduan maka ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat

remaja sulit untuk menahan perilaku merokoknya.

Kurang tepat jika penanganan mengenai permasalahan remaja yang bernilai

negatif hanya ditangani dengan hanya memberikan hukuman atau punishment

saja. Hukuman hanya tepat bagi mereka yang bersalah, bersalah artinya

mereka tahu yang seharusnya. Tetapi remaja, mereka masih butuh bimbingan

dan pengarahan yang tepat dari seorang yang memiliki wewenang untuk

membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahannya. Pembimbing di sini

bisa jadi guru, orang tua dan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan argumen

penulis di atas, maka muncullah inisiatif penulis untuk memberikan konseling

kelompok terhadap perokok pada tingkat siswa pelajar SMA. Suatu konseling

kelompok yang diprediksi dapat mengurangi bahkan menghilangkan perilaku

merokok.

Sukardi (2008:52) menjelaskan secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan

pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa

menemukan pribadinya, dalam hal mengenai kekuatan dan kelemahan dirinya,

serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal

(23)

bimbingan mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan

pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.

Peneliti mengambil bidang bimbingan pribadi untuk membantu siswa

menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan percaya diri, serta membantu siswa

mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi

pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan. Karena dalam agama semua

siswa diajarkan bahwa kedudukan setiap orang adalah sama di mata Tuhan

yang menciptakan setiap siswa dengan kelebihan dan kelemahan

masing-masing. Rasa percaya diri akan meningkat lebih pesat ketika seseorang terlibat

secara langsung di dalam suatu kegiatan sosial bermasyarakat (Hakim, 2002).

Perilaku merokok memang dipengaruhi oleh banyak hal yang secara umum

dibagi atas faktor internal dan eksternal. Konseling kelompok diberikan untuk

mengubah perilaku siswa yang merokok dengan memberikan

pengarahan-pengarahan tentang akibat-akibat yang ditimbulkan dari perilaku merokok.

Mengurangi kebiasaan merokok pada siswa merupakan fungsi pengentasan,

karena layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi sebagai pengentasan

atau perbaikan artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

kepentingan siswa (Sukardi, 2008: 43).

Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan

konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam

(24)

positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

Penanggulangan kebiasaan merokok pada siswa merupakan bidang bimbingan

pribadi-sosial, karena bidang bimbingan ini menyangkut hal-hal yang

menyangkut keadaan batin dan kejasmaniannya sendiri, serta menyangkut

hubungan dengan orang lain.

Mencermati perilaku merokok yang dilakukan oleh pelajar sekolah menengah,

guru pembimbing diharapkan mampu untuk membantu mengatasi kebiasaan

tersebut yang banyak dilakukan oleh para pelajar di sekolah menengah dengan

memberikan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu layanan bimbingan

dan konseling yang dapat diberikan untuk membantu mencegah perilaku

merokok yaitu dengan layanan konseling kelompok.

Layanan Konseling kelompok yang merupakan salah satu layanan dalam

bimbingan konseling yang memungkinkan siswa dalam memperoleh

kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang

dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana

yang terbentuk di dalam layanan konseling kelompok, yang ditandai dengan

adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Menurut Prayitno (dalam

Vitalis, 2008), konseling kelompok merupakan langkah efektif bagi guru

bimbingan konseling disekolah agar mampu membantu setiap permasalahan

yang dialami oleh siswa terlebih permasalahan pada tingkah lakunya.

Menurut Tohirin (2007) layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah

peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan

(25)

untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan

pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.

Melalui layanan konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengatasi

masalah yang dihadapi siswa serta dapat menjalin hubungan konseling

kelompok yang hangat, terbuka dan penuh keakraban. Pembicaraan pemberian

layanan konseling kelompok juga diharapkan memberikan pemahaman

kepada siswa tentang bahaya kebiasaan merokok yang dilakukan siswa

sehingga siswa-siswa yang telah mengikuti layanan konseling kelompok dapat

pemahaman bahaya merokok serta dapat menghentikan kebiasaan merokok

siswa-siswa. Dalam hal ini layanan konseling kelompok lebih siap diterima

siswa karena dilakukan bersam teman-temannya melalui dinamika kelompok.

Melalui konseling kelompok memudahkan layanan konseling individual dan

konselor untuk dapat memahami kebutuhan siswa serta lebih efisien waktu

tenaga dan biaya.

Dari hasil pengamatan di SMA Negeri 4 Kota Metro menunjukkan bahwa

permasalahan siswa yang kecanduan merokok masih menjadi salah satu

masalah yang cukup berat disekolah tersebut. Semua hukuman yang diberikan

kepada siswa merokok di SMA Negeri 4 Kota Metro ini tidak kunjung

menimbulkan efek jera. Sedang sekolah tetap menekan para siswa yang

merokok untuk tidak merokok tetapi juga tidak memiliki solusi alternatif bagi

para siswa. Melihat masalah yang ada, maka peneliti melihat bahwa penelitian

untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku merokok layak untuk

(26)

kelompok ini, dapat membantu para siswa yang memiliki perilaku merokok

untuk mengurangi dan menghilangkan perilakunya. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk mengangkat judul “Penggunaan layanan konseling kelompok

dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota

Metro Tahun Pelajaran 2014-2015“.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Terdapat siswa yang tidak mengikuti pelajaran namun siswa tersebut ada

di luar sambil merokok.

2. Ada beberapa siswa yang sering merokok di dalam toilet sekolah.

3. Ada beberapa siswa yang merokok saat jam istirahat di kantin sekoloah.

4. Terdapat siswa yang merokok pada jam kosong.

5. Adanya siswa yang merokok secara sembunyi-sembunyi.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka untuk lebih

efektif peneliti membatasi masalah yaitu “Penggunaan Layanan Konseling

Kelompok Dalam Mengurangi Perilaku Merokok Siswa Kelas X SMA

(27)

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah pada penelitian

ini adalah “siswa yang memiliki Perilakumerokok”. Maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah “Apakah penggunaan layanan konseling kelompok

dapat mengurangi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro

Tahun Pelajaran 2014-2015?”.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

mengetahui bahwa layanan konseling kelompok dapat mengurangi perilaku

merokok siswa.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai penggunaan layanan

konseling kelompok dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas X

SMA Negeri 4 Kota Metro Tahun Pelajaran 2014-2015.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep bimbingan

konseling, khususnya penggunaan layanan konseling kelompok dalam

(28)

2. Secara Praktis

a. Bahan masukan guru bimbingan konseling dalam memberikan

penanganan yang tepat terhadap siswa yang memiliki perilaku

merokok.

b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru

pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya

dalam upaya mengurangi perilaku merokok siswa di sekloah

menggunakan layanan konseling kelompok.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitan ini adalah :

1. Objek Penelitian

Bagaimana penggunaan layanan konseling kelompok dalam menurunkan

perilaku merokok pada siswa.

2. Subjek Penelitian

Siswa kelas X yang memiliki perilaku merokok.

3. Tempat Penelitian

(29)

D. Kerangka Pikir

Merokok adalah suatu perilaku yang telah umum dilakukan oleh banyak

orang, tidak terkecuali siswa remaja. Perilaku tersebut dilakukan di mana saja

dan kapan saja. Dalam pengamatan penulis perilaku merokok tampak

dijumpai ketika para siswa berangkat ke sekolah, bermain, selesai sekolah,

saat berada di kantin dan lain-lain. Perilaku merokok tersebut sudah menjadi

kebiasaan sehingga pelaku tidak memperhatikan tempat dan waktu. Selain

itu, para siswa mengaku tidak mengetahui bahaya akan rokok itu sendiri.

Sering kali ditemui siswa yang merokok di lingkungan sekolah dengan alasan

yang bermacam-macam, ada yang mengaku telah kecanduan rokok, ada pula

yang mengatakan stress terhadap masalah yang tengah dihadpinya.

Kessler dkk. (dalam Nevid dkk., 2005: 19), mengemukakan bahwa:

“kebiasaan merokok bukan hanya kebiasaan yang buruk, tetapi juga

merupakan bentuk adiksi fisik terhadap obat stimulus, nikotin, yang ditemukan dalam produk tembakau termasuk rokok, cerutu, dan tembakau

tanpa rokok. Merokok merupakan sarana memasukkan obat ke tubuh”. Dampak rokok bagi kesehatan sangat fatal. Rokok mengandung lebih 4.000

zat. Sebanyak 43 zat bersifat karsinogenik yang memicu sel kanker. Rokok

merupakan penyumbang utama faktor risiko penyakit tak menular namun

mematikan seperti jantung koroner, kanker, sakit pernafasan dan stroke.

Berdasarkan uraian di atas, maka perilaku merokok siswa perlu mendapat

perhatian. Perilaku tersebut harus segera dikurangi dan dihilangkan karena

rokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Penelitian ini mencoba

memperkenalkan alternatif untuk mengurangi perilaku merokok dikalangan

(30)

Meninjau dari beberapa layanan bimbingan dan konseling dalam

permasalahan yang akan dipecahkan ini, maka peneliti memilih untuk

menggunakan layanan konseling kelompok. Menurut Warner & Smith

(Wibowo, 2005), konseling kelompok merupakan cara yang baik untuk

menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu dalam

pengembangan kemampuan pribadi mereka. Pandangan tersebut dipertegas

oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa:

“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan

pertumbuhannya”.

Menurut Corey (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: masalah-masalah yang

dibahas dalam konseling kelompok lebih berpusat pada pendidikan,

pekerjaan, sosial dan pribadi. Berdasarkan pendapat di atas dalam penelitian

ini, perilaku merokok yang harus di sembuhkan karena merupakan masalah

yang berpusat pada pribadi siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan konseling kelompok

yang bertujuan untuk mengurangi perilaku merokok siswa, karena konseling

kelompok itu merupakan proses pemberian bantuan dalam memecahkan

permasalahan yang terjadi pada siswa. Siswa dapat dengan bebas, leluasa dan

terbuka dalam mengungkapkan permasalahannya secara kelompok.

Dengan menggunakan layanan konseling kelompok diharapkan perilaku

merokok pada siswa SMA Negeri 4 Kota Metro dapat berkurang dan

(31)

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat melalui gambar kerangka pikir

berikut

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahann penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010:10). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu

dasar yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat meskipun

kebenarannya masih harus dibuktikan. Adapun hipotesis dari penelitian ini

adalah :

Ha: Layanan konseling kelompok dapat mengurangi perilaku merokok

siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun pelajaran

2014-2015.

Ho: Layanan konseling kelompok tidak dapat mengurangi perilaku

merokok siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Metro tahun

pelajaran 2014-2015.

Perilaku Merokok Tinggi

Konseling Kelompok

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan Pribadi dan Perilaku Merokok 1. Bidang Bimbingan Pribadi

Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat

bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan

karir. Penelitian ini membahas perilaku merokok siswa yang mencakup

pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan pribadi.

Bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada

siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga

menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan

potensi yang dimiliki.

Rahman (2003:39) menjelaskan materi pokok bimbingan pribadi antara

lain:

a. Pemantapan sikap dan kepribadian yang agamis melalui peningkatan kualitas iman dan taqwa.

b. Pemahaman tentang kemampuan dan potensi diri serta pengembangannya secara optimal.

c. Pemahaman tentang bakat dan minat yang dimiliki serta penyalurannya.

d. Pemahaman tentang kelebihan yang dimiliki serta cara mengembangkannya.

e. Pemahaman tentang kelemahan dan kekurangannya serta cara mengatasinya.

f. Kemampuan mengambil keputusan serta mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil.

(33)

Jadi, materi pokok dalam bimbingan pribadi diatas adalah materi yang

harus dicapai dalam rangka memahami kelebihan diri serta cara

mengembangkannya dan memahami kelemahan juga kekurangannya serta

cara mengatasi hal tersebut. Perilaku merokok dalam diri siswa harus

dikurangi atau dihilangkan agar dapat menjadi siswa yang mampu

mengarahkan diri ke arah positif serta menjadi siswa yang kreatif dan

produktif.

2. Pengertian Perilaku Merokok

Wismanto dan Sarwo (2007: 13) mengungkapkan perilaku merokok

adalah perilaku yang kompleks, yang diawali dan berlanjut yang

disebabkan oleh beberapa variabel yang berbeda artinya bahwa perilaku

merokok merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik

faktor dari dalam individu maupun luar individu.

Sigmund Freud (dalam Zulkifli, 2010) mengungkapkan merokok adalah

kesenangan yang paling hebat dan paling murah dalam hidup. Dikatakan

hebat karena dengan merokok, individu merasa gagah dan dewasa,

sedangkan dikatakan murah karena hanya dengan seribu rupiah seseorang

sudah mendapatkan sebatang rokok yang berisi banyak bahan kimia.

Sedangkan merokok menurut Sitepoe (2000) adalah membakar tembakau

yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun

menggunakan pipa.

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

(34)

menimbulkan perilaku atau perbuatan. Perilaku tersebut kemudian

dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap asap rokok yang

menjadikan orang tersebut merasa senang, merasa gagah, dan merasa

dewasa.

3. Tipe-tipe merokok

Secara umum, tipe perokok dibagi menjadi dua, yaitu perokok aktif dan

perokok pasif.

1. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan

merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya

tidak enak jika sehari saja tidak menghisap rokok.

2. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang

dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan merokok di dekatnya.

Perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok aktif dalam

hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Sitepoe (2000: 22) menyebutkan macam perokok menjadi 3, yaitu :

1. Perokok ringan, yaitu merokok 1-10 batang sehari.

2. Perokok sedang, yaitu merokok 10-20 batang sehari.

(35)

Sedangkan tipe merokok menurut Wismanto dan Sarwo (2007:15) antara

lain sebagai berikut :

a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31

batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.

b. Perokok berat merokok 21-30 batang sehari dengan selang waktu

sejak bangun pagi berkisar antara enam sampai tiga puluh menit.

c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 dengan selang waktu tiga

puluh satu sampai enam puluh menit setelah bangun pagi.

d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang

waktu enam puluh menit dari bangu pagi.

Pendapat yang hamper sama juga diungkapkan oleh Triswanto (2007:

40-41) membagi tipe merokok menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Golongan perokok berat, yaitu apabila mereka mampu merokok dari

21-30 batang perhari atau lebih, dan selang waktu sejak bangun pagi

berkisar antara 6-30 menit.

b. Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan 11-21 batang dengan

selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

c. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang

waktu 60 menit dari bangun pagi.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan ada beberapa tipe perokok

yaitu perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat

berat. Dan dalam menentukan tipe seseorang dapat di lihat dari jumlah batang

yang dihisap dalam sehari. Serta dapat juga dilihat melalui intensitas berapa

(36)

4. Penyebab Remaja Merokok

Banyak remaja memmiliki kebiasaan merokok, hal ini dipengaruhi

berbagai faktor, baik faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam

individu sendiri, misalnya dari kepribadian individu maupun faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua,

teman, masyarakat maupun pengaruh iklan dan media massa. Hal ini dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Faktor Internal

1. Faktor kepribadian

Menurut Trim (2006: 11), orang mencoba merokok karena alas an

ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari kebosanan. Disamping itu

orang-orang yang memiliki tingkat kompromi social tinggi juga lebih

cenderung mudah untuk terjebak dalam rokok. Sedangkan menurut

Sitepoe (Wismanto, 2007: 14) menyatakan individu merokok untuk

mendapatkan kesenangan, nyaman, merasa lepas dari kegelisahan dan

juga mendapatkan rasa percaya diri.

Sedangkan menurut Widharto (2007: 15-16) masa remaja seringkali

dipenuhi rasa ingin tahu dan mecoba segala sesuatu, faktor inilah yang

mendorong generasi muda untuk mengenal rokok pada awalnya remaja

mencoba rokok karena rasa ingin tahu kemudian menyebabkan

(37)

b. Faktor Eksternal

1. Pengaruh Orangtua

Menurut Trim (2006:9), salah satu temuan tentang remaja perokok

adalah bahwa anak-anak muda berasal dari rumah tangga yang tidak

bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya

dan senang memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk

menjadi perokok dibandingkan anak muda yang berasal dari

lingkungan rumah tangga yang bahagia. Ketidak harmonisan dalam

keluarga dapat membuat anak memiliki kebiasaan merokok, dimana

anak tidak memiliki ruang untuk berbagi pada kedua orang tua mereka.

Pengaruh paling kuat menyebabkan seorang remaja merokok adalah

jika orang tuanya sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok

berat. Dengan kata lain, apabila orangtuanya seorang perokok sangat

besar kemungkinan anak-anaknya menjadi seorang perokok. Perilaku

merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu

orangtua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini

juga akan lebih terlihat pada remaja putri. Sedangkan menurut

Prabandari (Prawitasari, 2012 :211) beberapa orang tua yang merokok

ternyata tidak melarang anaknya merokok, mereka mengatakan

kebebasan untuk merokok adalah hak anak, dan orang tua tidak berhak

(38)

2. Pengaruh Teman

Menurut Triswanto (2007 : 50 ) tidak dapat dipungkiri lagi banyak

fakta membuktikan bahwa semakin banyak remaja yang merokok

maka kemungkinan besar teman-temannya adalah perokok. Sedangkan

menurut Widharto (2007 : 15) rasa keinginan agar diterima dalam

kelompok adalah salah satu pemicu remaja memiliki kebiasaan

merokok karena pada umumnya para remaja suka membentuk

kelompok. Pembentukan kelompok didasari kesamaan-kesamaan

tertentu, misalnya hobi, status sosial dan kebiasaan, dan setiap orang

ingin diakui dan diterima dalam kelompoknya, berdasarkan alasan

inilah remaja mengikuti apa yang dilakukan remaja lain dalam

kelompoknya yang menunjukkan bukti solidaritasnya.

3. Pengaruh Iklan dan Media Massa

Menurut Trim (2006 : 12) melihat iklan dan media massa yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan

atau maskulin membuat remaja kerapkali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Remaja seringkali

mengkonsumsi rokok dari merek yang paling sering diiklankan.

Sedangkan menurut (Prawitasari, 2012 : 211) banyaknya iklan rokok

sebagai pemicu remaja memiliki kebiasaan merokok.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua faktor yang mempengaruhi

kebiasaan merokok. Faktor internal yaitu faktor dari individu sendiri yaitu

keadaan keluarga yang tidak harmonis. Faktor eksternal yaitu faktor dari

(39)

pengaruh iklan. Pengaruh orang tua, teman serta iklan ini sangat besar atas

ketertarikan remaja memiliki kebiasaan merokok.

5. Dampak Merokok

Kebiasaan merokok memiliki dampak negatif dari pada positif, dampak

negatif tidak hanya menyerang diri sendiri namun bagi orang lain. Pada

diri sendiri diantaranya status kesehatan yang terganggu dengan

munculnya berbagai macam penyakit, hal ini diakibatkan karena pengaruh

dari zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Sedangkan bagi orang

lain diakibatkan dari asap rokok yang dikeluarkan perokok aktif. Dampak

negatif dari kebiasaan merokok antara lain :

Dampak Negatif Bagi diri Sendiri

Kebiasaan merokok memiliki dampak negatif bagi diri sendiri. Hal ini

diakibatkan karena unsure zat berbahaya dalam rokok yang masuk ke

dalam tubuh manusia, sehingga dapat mengakibatkan berbagai macam

penyakit. Menurut Trim (2006 : 16-17) ada beberapa zat berbahaya yang

terkandung dalam rokok diantaranya :

1. Tar

Tar merupakan zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dengan

kimia beracun yang merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker

dan bersifat lengket lalu menempel pada paru-paru.

2. Karbomonoksida (CO)

Karbonmonoksida merupakan zat berbahaya dalam rokok yang

(40)

kemampuan darah membawa oksigen dan mengikat hemoglobin dalam

darah sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

3. Nikotin

Nikotin merupakan zat berbahaya dalam rokok yang mengandung zat

kimia perangsang sehingga dapat merusak jantung dan sirkulasi darah

serta membuat pemakainya menjadi kecanduan. Zat ini bersifat

karsinogen (merusak sel tubuh), dan mampu memicu kanker paru-paru

yang mematikan.

Dengan adanya zat berbahaya yang terkandung dalam rokok sehingga

menimbulkan berbagai macam penyakit pada tubuh manusia.

Sedangkan menurut Nashr (2009: 57-87) dampak negatif rokok

terhadap fungsi-fungsi organ tubuh manusia dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Dampak negatif rokok terhadap sistem peredaran darah antara lain:

1. Hipertensi/ Tekanan Darah Tinggi

Para dokter penyakit jantung mengatakan kandungan nikotin yang

terdapat dalam tembakau dapat menyebabkan terjadinya hipertensi,

didapti bahwa tekanan pembuluh nadi meningkat selama beberapa

detik, tekanan tersebut mencapai dua kali lipat dari tekanan

semula. Diketahui tekenan tersebut terjadi karena aktivitas nikotin

yang dapat menyempitkan saluran darah dengan efek langsung,

efek nikotin pula berdampak pada dua kelenjar adrenal yang

mengeluarkan hormone adrenalin dengan kadar yang cukup

(41)

2. Penyempitan atau Pengerasan Arteri (Arteriosklerosis)

Faktor utama membantu terjadinya arteriosklerosis adalah minuman keras dan rokok, keduanya merupakan faktor yang paling

berbahaya terhadap terjadinya pengerasan pembuluh nadi. Nikotin

sangat berbahaya bagi saluran darah karena dapat menyebabkan

penyempitan dan meningkatkan daya serap dinding-dindingnya

sehingga dapat berakibat meletaknya butiran-butiran kecil pada

dinding pembuluh nadi dan pada permukaannya terdapat

endapan-endapan sel-sel darah merah yang sudah tua sehingga dapat

mempersempit lubang pada pembuluh dan mengeraskannya.

Merokok juga dapat membantu terjadinya pembekuan darah,

sehingga darah semakin kental, dan terjadinya pembekuan dalam

pembuluh darah koroner pada jantung, pembekuan pada otak dan

pembekuan pada betis. Di antara penyakit akibat rokok yang paling

utama adalah penyakit berger disease terhambatnya peredaran darah pada betis dengan menyempitnya pembuluh darah sehingga

timbul luka pada betis. Di Amerika telah diadakan studi kasus

terhadap 250 pasien penyakit arteriosklerosis pada kaki, dan didapati bahwa 11,4% di antara mereka harus diamputasi betisnya

dalam masa lima tahun, hal ini terjadi dari kebiasaan merokok.

Menurut penelitan antara aktivitas merokok dengan

penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kematian memiliki prosentase

terjadinya pengendapan darah di dalam pembuluh jantung koroner,

(42)

b. Dampak negatif rokok terhadap sistem syaraf

Dampak penjelasan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa

rokok berdampak negatif terhadap jantung dan pembuluh darah,

terutama pembuluh darah pada jantung sehingga meningkatkan

tekanan dan menyebabkan kontraksi pada syarafnya sehingga

timbul sesak dada, sedangkan dampak negatif nikotin terhadap

kelenjar syaraf yang mengontrol kandung kemih karena

pengosongan kandung kemih menjadi sangat sulit. Selain itu

nikotin juga dapat mengganggu kelenjar di bawah otak, karena

mengurangi kuantitas air kencing dan kemungkinan dapat

berakibat timbulnya kanker ginjal, tumor, kandung kemih.

c. Dampak negatif rokok terhadap sistem pernapasan

1. Bronchitis kronis

Zat-zat beracun yang terkandung dalam asap rokok masuk ke

dalam tubuh melalui hidung kemudian farinks, larinks, trakea, bronkus dan alveolus menyebabkan meningkatnya jumlah dahak kental yang tidak normal dan pada gilirannya

menimbulkan bronchitis kronis ketika menjadi proses kerusakan sel-sel utama yang terletak di tempat bercabangnya

trakea menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan kiri yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan negatif pada system

kekebalan dan ketahanan sel-sel tersebut. Di sisi lain zat-zat

berbahaya yang terkandung dalam tembakau dapat mengotori

(43)

hidung, dan membuka peluang terjangkitnya. flu dan larinks

dantrakeasehingga timbullah batuk-batuk. 2. Kanker Paru-Paru

Merokok merupakan faktor utama terjadinya kanker paru-paru.

Senyawa kimia masuk di dalam tembakau dan industrina

berjumlah lebih dari empat ribu diantaranya 300 faktor

penyebab kanker, dan faktor lainnya merupakan iritasi karena

keracunan. Para dokter telah membuktikan bahwa besar

kemungkinan terserang kanker paru-paru bagi orang yang

mengkonsumsi rokok sebanyak 40 batang setiap hari

meningkat 20 kali lipat dibandingkan dengan bukan perokok.

Studi yang diadakan oleh para peneliti di University of Birningham menyebutkan bahwa hingga angka 15% dari kanker yang diderita oleh anak-anak kemungkinan disebabkan

dari ayah mereka yang merokok. John Severin ketua sebuah

yayasan kanker menyebutkan bahwa tembakau merupakan

satu-satunya senjata pemusnah missal bagi manusia bahwa

setiap menit, delapan orang di selurng dunia meninggal karena

rokok, dan tembakau bertanggung jawab penuh atas 87%

seorang terkena kanker paru-paru dan sepertiga dari tumor

ganas.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat zat yang berbahaya yang

terkandung dalam sebatang rokok. Zat-zat tersebut memiliki dampak

(44)

dalam waktu yang lama. Hal ini bisa berdampak buruk dan memicu

penyakit yang mengganggu sistem peredaran darah, sistem syaraf dan

sistem pernapasan.

6. Aspek-aspek Perilaku Merokok

Menurut Lavental & Cleary (Ellisabet, 2010: 64), perilaku merokok dapat

dilihat dari empat aspek perilaku merokok, yaitu fungsi merokok, tempat

merokok, intensitas merokok dan waktu merokok. Berikut penjelasannya:

a. Fungsi merokok, individu yang menjadikan merokok sebagai penghibur

bagi berbagai keperluan menunjukkan bahwa memiliki fungsi yang begitu

penting bagi kehidupannya. Tomkins (Ellisabet, 2010: 65) fungsi merokok

ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan

positif maupun perasaan negatif.

b. Tempat merokok, individu yang melakukan aktivitas merokok di mana

saja, bahkan di ruangan yang dilarang untuk merokok menunjukkan bahwa

perilaku merokoknya sangat tinggi. Tipe perokok berdasarkan tempat ada

dua, (Ellisabet, 2010: 66) yaitu :

1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik

a) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

(45)

b) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang

tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi

a) Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat

seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu

yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.

c. Intensitas merokok, seseorang yang merokok dengan jumlah batang

rokok yang banyak menunjukkan perilaku merokoknya sangat tinggi.

Menurut Mu’tadin (Ellizabet, 2010: 52), jika ditinjau dari banyaknya

jumlah rokok yang dihisap setiap hari, tipe perokok dibagi menjadi tiga.

Pertama, perokok sangat berat yakni perokok yang menghabiskan lebih

dari 31 batang rokok tiap hari dengan selang merokok lima menit setelah

bangun tidur pada pagi hari. Kedua, perokok berat yaitu perokok yang

menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu

merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pada pagi hari. Ketiga,

perokok sedang yakni perokok yang menghabiskan sekitar 10 batang

rokok setiap hari dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun

tidur pada pagi hari.

d. Waktu merokok, seseorang yang merokok di segala waktu (pagi, siang,

sore, malam) menunjukkan perilaku merokok yang tinggi. Seseorang yang

(46)

misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca dingin, setelah

dimarahi orang tua, dll.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas perilaku merokok dapat dilihat dari

empat aspek yaitu, fungsi merokok, tempat merokok, intensitas merokok dan

waktu merokok. Fungsi merokok dalam hal ini dapat diartikan seberapa

penting rokok bagi kehidupan seseorang. Tempat merokok dibagi menjadi dua

yakni, tempat-tempat umum dan tempat-tempat yang bersifat pribadi.

Sedangkan untuk intensitas merokok ditentukan berdasarkan banyaknya

jumlah rokok yang dihisap dalam sehari dengan selang waktu tertentu.

Sedangkan untuk waktu merokok dibagi menjadi empat waktu(pagi, siang,

sore, dan malam)

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu

individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan interaksinya

dengan orang lain. Blocher (Wibowo, 2005) mendefinisikan konseling adalah

intervensi yang direncanakan sistematis yang ditunjukkan untuk membantu

menjadi lebih sadar atas dirinya sendiri, memaksimalkan kebebasan dan

efektivitas manusia.

Menurut, Warner & Smith (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: konseling

kelompok merupakan cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar

(47)

mereka. Pandangan tersebut dipertegas oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005)

menyatakan bahwa:

“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan

pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan

pertumbuhannya”.

Menurut Sukardi (2008), layanan konseling kelompok yaitu layanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh

kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya

melalui dinamika kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok

merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan kepada

sekelompok individu yang membutuhkan agar individu mampu menyusun

rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan

lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.

2. Tujuan Konseling kelompok

Prayitno (1995) menjelaskan tujuan konseling kelompok, adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

b. Tujuan Khusus

Tujuan umum kegiatan konseling kelompok adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta

(48)

topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan

menjadi perhatian peserta.

Sedangkan menurut Bennett (Romlah, 2006) tujuan konseling kelompok

yaitu:

1. Memberikan kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan,

pekerjaan, pribadi, dan sosial.

2. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan:

a) Mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya.

b) Menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai

dinamika kepribadian, dan mengarahkan kembali energi yang terpakai untuk

memecahkan kembali energi yang terpakai untuk memecahkan masalah

tersebut dalam suasana yang pemisif.

c) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif

daripada melalui kegiatan bimbingan individual.

d) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

Konseling kelompok juga bertujuan untuk membantu individu menemukan

dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Secara singkat tujuan kegiatan konseling kelompok merupakan proses belajar

yang baik bagi petugas bimbingan maupun bagi individu yang dibimbing.

(49)

dirinya sendiri, mengarahkan dirinya sendiri dan dapat berfikir kreatif, dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3. Teknik Konseling Kelompok

Pendekatan dalam konseling kelompok ini dengan pendekatan Behavioral,

karena yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok

atau tingkah laku. Menurut Rosjidan (1994), konseling behavioral adalah

salah satu pendekatan konseling yang bertujuan untuk pengubahan tingkah

laku. Menurut Krumboltz dan Thoresen (Edi, 2013) penekanan pendekatan ini

terhadap upaya melatih atau mengajar konseli tentang pengelolaan diri yang

dapat digunakan untuk mengendalikan kehidupannya, untuk menangani

masalah masa kini dan masa datang, dan mampu berfungsi dengan memadai

tanpa terapi yang terus menerus. Natawidjaja (2009) menyebutkan bahwa

asumsi pokok dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku, kognisi, perasaan

bermasalah itu semuanya terbentuk karena dipelajari, dan oleh karena itu.

Semua dapat diubah dengan proses belajar yang baru atau belajar kembali.

Asumsi lain adalah perilaku yang dinyatakan oleh konseli adalah masalah itu

sendiri, jadi bukan semata-mata gejala dari masalahnya.

4. Komponen Konseling kelompok

Prayitno (1995) menjelaskan bahwa dalam konseling kelompok terdapat tiga

(50)

kelompok dan dinamika kelompok. Peran dalam bimbingan dan konseling

seperti tercantum di bawah ini:

a. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah komponen yang penting dalam konseling

kelompok Dalam hal ini pemimpin bukan saja mengarahkan prilaku anggota

sesuai dengan kebutuhan melainkan juga harus tanggap terhadap segala

perubahan yang berkembang dalam kelompok tersebut. Dalam hal ini

menyangkut adanya peranan pemimpin konseling kelompok, serta fungsi

pemimpin kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Prayitno (1995),

menjelaskan pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan

suasana sehingga anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi

masalah mereka sendiri.

b. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam kehidupan kelompok.

Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Tidak semua kumpulan orang

atau individu dapat dijadikan anggota konseling kelompok. Untuk

terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu membentuk

kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan

sebagaimana seharusnya. Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok),

dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi

kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan

(51)

c. Dinamika kelompok

Selain pemimpin kelompok dan anggota kelompok, komponen konseling

kelompok yang tak kalah penting adalah dinamika kelompok. Dalam kegiatan

konseling kelompok dinamika konseling kelompok sengaja

ditumbuhkembangkan, karena dinamika kelompok adalah interaksi

interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan

kelompok. Interaksi yang interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota kelompok, menyatukan

kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung

dan cenderung untuk membentuk interaksi yang berarti dan bermakna di

dalam kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas dalam komponen dalam konseling kelompok

ada tiga yaitu, pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan dinamika

kelompok. Pemimpin kelompok memiliki peran untuk mengarahkan perilaku

anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan agar anggota kelompok dapat

tanggap dengan perubahan yang terjadi dalam konseling kelompok. Untuk

terselenggaranya konseling kelompok, seorang konselor perlu membentuk

kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan

sebagaimana seharusnya.

5. Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok

Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan yang

(52)

tahapan penyelenggaraan konseling kelompok menjadi 4 tahap, yaitu tahap

pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau

tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini

pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh

masing-masing, sebagian, maupun keseluruhan anggota.

Berikut ini adalah bagan yang mngemukakan secar ringkas empat (4) tahap perkembangan kegiatan kelompok dalam konseling kelompok.

Tahap 1: Pembentukan

Gambar 2.1. Tahap Pembentukan dalam Konseling Kelompok

TAHAP 1 2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b)

asas-asas kegiatan kelompok.

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.

2. Tumbuhnya suasana kelompok.

3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.

4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota.

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. 6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah

laku dan perasaan dalam kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati

(53)

Tahap peralihan ini merupakan “ jembatan” antara tahap pertama dan tahap

ketiga. Tahap Pada tahap ini tugas konselor adalah membantu para anggota

untuk mengenali dan mengatasi halangan, kegelisahan, keengganan, sikap

mempertahankan diri dan sikap ketidaksabaran yang timbul pada saat ini

Gladding (Prayitno, 1995).

Pola keseluruhan tahap kedua tersebut disimpulkan ke dalam bagan berikut:

Tahap II: Peralihan

Gambar 2.2. Tahap Peralihan dalam Konseling Kelompok

Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan konseling kelompok

dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasanya secara tuntas

permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana

untuk mengembangkan diri, baik yang menyangkut pengembangan

TAHAP II PERALIHAN

Tema: Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan:

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.

3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan:

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.

2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).

3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan

anggota.

5. Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. 3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

(54)

kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut pendapat yang dikemukakan

oleh kelompok. Tahap ini disimpulkan berhasil jika semua solusi yang

mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat

diwujudkan. Solusi-solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan dan

pilihan akhir harus dibuat setelah melakukan pertimbangan dan diskusi yang

tepat.

Pola keseluruhan tahap ketiga tersebut disimpulkan ke dalam bangan berikut:

Tahap III: Kegiatan

Gambar 2.3. Tahap Kegiatan dalam Konseling Kelompok

Pada tahap pengakhiran terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi) dan

tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari serangkaian kegiatan konseling kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang

dibahas oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada

pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok untuk

menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan konseling kelompok

TAHAP III

2. Menetapkan masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.

1. Terungkapnya secara bebas masalah/ topik dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.

2. Terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.

3. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka

2. Aktif tetapi tidak banyak bicara

(55)

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan

untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Pola keseluruhan tahap keempat tersebut

disimpulkan ke dalam bangan berikut:

Tahap IV: Pengakhiran

Gambar 2.4. Tahap Pengakhiran dalam Konseling Kelompok

Berdasarkan tahap-tahap konseling yang telah dikemukakan di atas, kiranya

konseling haruslah dilakukan dengan sistematis, sesuai dengan yang telah

diuraikan agar tujuan dari konseling kelompok yang telah dirumuskan dapat

terlaksana dengan baik dan efektif.

2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.

3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut. 4. Tetap dirasakannya interaksi kelompok dan

rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok mengemukanan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan

harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.

(56)

C. Pengunaan Layanan Konseling Kelompok dalam Mengurangi Perilaku Merokok

Banyak siswa siswa yang tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif

yang menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain, dan lain

sebagainya. Padahal bahaya konsumsi merokok telah banyak disampaikan

dengan sangat jelas pada setiap bungkus rokok. Mereka sadar bila mereka

telah merasa jenuh mereka akan berhenti merokok. Namun tetap dibutuhkan

suatu layanan untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Begitu besarnya masalah merokok di kalangan siswa, terutama SMA. Mereka

hanya melihat merokok sebagai kesenangan. Mereka tidak pernah melihat

dampak negatif merokok. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai

guru Bimbingan dan Konseling adalah dengan memberikan layanan

konseling kelompok.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak-pihak sekolah untuk mengurangi

perilaku merokok dengan memberlakukan pemberian point kepada siswa yang kedapatan merokok di sekolah, pemberian hukuman, dan pemanggilan

orang tua. Tetapi cara tersebut kurang efektif karena masih banyak siswa

yang memiliki perilaku merokok.

Meninjau dari beberapa layanan bimbingan dan konseling dalam

permasalahan yang akan dipecahkan ini, maka peneliti memilih untuk

menggunakan layanan konseling kelompok Menurut, Warner & Smith

(Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: konseling kelompok merupakan cara

Gambar

Grafik penurunan perilaku merokok siswa pertemuan pertama ....................... 57
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Tahap Pembentukan dalam Konseling Kelompok
Gambar 2.2. Tahap Peralihan dalam Konseling Kelompok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan secara partisipatori dan kolaborasi dengan guru yang proses.. pelaksanaannnya dilakukan secara bersiklus (cycle), siklus ini tidak

a) KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132, mengenai segala kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak.. bergerak, baik yang telah ada maupun

tiap bagian dari sistem atau tiap tampilan yang dibutuhkan untuk memberikan pemakai pengetahuan yang cukup dari apa yang dilakukan untuk meraih suatu keberhasilan. 

Tampilan Kwitansi Rumah Sakit Budi Lestari...L1 Tampilan Slip Pembayaran MCU Rumah Sakit Budi Lestari...L2 Tampilan Bukti Pembayaran Obat Rumah Sakit Budi Lestari ...L3 Tampilan

Pengukuran capaian kinerja Pusat Diklat SDM Lingkungan Hidup danKehutananTahun 2020 memberi kesimpulan bahwa capaian kinerja Pusat DiklatSDM Lingkungan Hidup

kelelahan dalam kegiatan repetitif dalam kurun waktu tertentu (Caputo et al. Evaluasi terakhir berupa perbandingan dimensi hasil rancangan dengan postur tubuh

untuk memban gun kemampuan, pengetahuan, dan pembetukan karakter yang penting bagi akti vitas kewirausahaan. Dengan demikian pendidikan kewirausahaaan seharus nya mampu

Wewenang khusus penyidik untuk melakukan penyidikan perkara tindak pidana teknologi informasi dilaksanakan oleh selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,