• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN

MEDAN BELAWAN KOTA MEDANTAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000081 ELA HANDAYANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAAN DIARE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN

MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000081 ELA HANDAYANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2008, dilaporkan terjadinya wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 8.433 orang dan jumlah kematiaan sebanyak 209 orang. Provinsi Sumatera Utara termasuk dari 15 provinsi yang terkena wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah penderita sebanyak 636 orang dan jumlah kematiaan sebanyak 12 orang. Di Kecamatan Medan Belawan kejadiaan diare berada pada peringkat keempat dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, menempati peringkat keenam dengan 465 kasus pada tahun 2011.

Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuaan ibu, dan sikap ibu) dan sanitasi dasar dengan kejadiaan diare di Keluahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012.

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh rumah yang ada di wilayah Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yaitu sebanyak 3030 rumah dan sampel yang diteliti sebanyak 100 rumah yang diambil dengan menggunakan metode systematic sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-squaredan uji exact fisherpada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadiaan diare adalah variabel pendidikan (p=0,004), variabel pekerjaan (p=0,003), variabel pengetahuan (p=0,001), dan variabel sanitasi dasar (p=0,048). Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadiaan diare adalah variabel umur dan variabel sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada pihak puskesmas, khususnya petugas kesehatan penanggung jawab program pencegahan dan pemberantasan diare agar lebih mensosialisasikan lagi mengenai penyakit diare dan cara penanganannya dengan meningkatkan penyuluhan mengenai diare sehingga menimbulkan kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan lebih meningkatkan pengetahuaan mengenai diare agar merubah kebiasaan buruk dan bertentangan dengan kesehatan dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.

(5)

ABSTRACT

Diarrhea disease is a health problem in Indonesia. In 2008, reported the occurrence of outbreak diarrhea in Indonesia with the victims around 8433 people and morbidity ratewere 209 people. The Province of North Sumatera was one of the provinces was affected of the outbreak with the victims around 636 people and morbidity rate were 12 people. In the Medan Belawan Sub Distric, diarrhea was ranked forth and the Village Bagan Deli, diarrhea was ranked sixth with 465 cases in 2011.

The purpose of this research was to analyze the relationship characteristics of mothers (age of mothers, education of mothers, income of mothers, knowledge, andattitude) and basic sanitation and the incident of diarrheain the Village Bagan Deli Medan Belawan Sub Distric Medan City in 2012.

This type of research was observational analytic by using cross sectional design. The population in this research were all the houses in the Village Bagan Deli Medan Belawan Sub Distric. The number of population were 3030 houses and 100 were selected to be sample by using systematic sampling technique.Data were analized by using chi-square at α=5%.

The results showed that the variables related to the incident of diarrhea areeducation (p = 0.004), income (p = 0.003), Knowledge (p = 0.001), and basic sanitation variables (p = 0.048). Variables that are not associated with the incident of diarrhea are age and attitude.

Based on the results of the research, it is expected to the health center, especially health care workers responsible for diarrhea prevention and eradication program to better socialize more about diarrheal diseases by improving health promotion about diarrhea so the society will keep clean the environment and also increasing knowledge about diarrhea and also change bad habits about health which will cause diarrhea.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ela Handayani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 13 Maret 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Karya No. 86 Medan RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. TK Swasta Pertiwi : Tahun 1993-1995

1. SD Swasta Pertiwi : Tahun 1995-2001

2. SMP Negeri 7 Medan : Tahun 2001-2004

3. SMA Negeri 4Medan : Tahun 2004-2007

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesarnya kepada Ir. Indra Chahaya, Msi selaku dosen pembimbing I dan Dr.dr.

Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan FKM USU

2. Ir. Evi Naria, Mkes selaku dosen penguji II dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji III

3. Bapak/Ibu Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU 4. Dr. Adi Raja Brando Lubis selaku Kepala Puskesmas Medan Belawan

(8)

dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.

6. Adiku tersayang Sari Ulfah yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril dan do’a.

7. Keluarga Karya yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril dan do’a yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.

8. Ererayang telah memberikan motivasi dan semangat hingga skripsi ini selesai 9. Teman-teman seperjuanganku yang luar biasa semenjak masuk FKM yaitu Ririn

Rahmala Febri, Fitri Yusnita, Merry Irasanti yang telah memberikan motivasi dan semangat, teman berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

10.Teman-teman di Peminatan Kesling yang banyak memberikan bantuaan sehingga skripsi ini selesai.

11.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap

semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya

dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Juli 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Dasar ... 7

2.1.1 Penyediaan Air Bersih ... 7

2.1.2 Tempat PembuangTinja ... 14

2.1.3 Pembuangan Sampah ... 17

2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 19

2.2 Karakteristik Penduduk ... 21

2.3 Diare ... 25

2.3.1Penyebab Diare ... 25

2.3.2Penularan Diare ... 26

2.3.3 Jenis Diare ... 26

2.3.4 Gejala dan Tanda Diare ... 27

2.3.5 Upaya Pencegahan Diare ... 29

2.3.6 Pengobatan Diare ... 29

2.4 Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

(10)

3.4.2 Data Sekunder ... 37

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 37

3.5.1 Variabel Independen ... 37

3.5.2 Variabel Dependen ... 37

3.5.3 Definisi Operasional ... 37

3.6 Aspek Pengukuran ... 38

3.7 Analisa Data ... 43

3.7.1 Analisa Univariat ... 43

3.7.2 Analisa Bivariat ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.1.1. Geografi ... 44

4.1.2. Demografi ... 44

4.2. Analisis Univariat ... 46

4.3. Analisis Bivariat ... 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Karakteristik Umur Ibu dengan Kejadiaan Diare ... 54

5.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadiaan Diare ... 54

5.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadiaan Diare ... 55

5.4. Hubungan Pengetahuaan Ibu dengan Kejadiaan Diare ... 56

5.5. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadiaan Diare ... 57

5.6. Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Penyakit Bawaan Air dan Penyebabnya ... 13 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 45 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 45 Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Responden di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 . 46 Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Kelurahan Bagan

Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Komponen Sanitasi Dasar di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun

2012 ... 49 Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Sanitasi Dasar di Kelurahan Bagan Deli

Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 ... 50 Tabel 4.7. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Diare di Kelurahan Bagan

Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012... 50 Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012 ... 51 Tabel 4.9. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012 ... 51 Tabel 4.10. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012 ... 52 Tabel 4.11. Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare di Kelurahn

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 63

Lampiran II Lembar Observasi ... 66

Lampiran III Master Data ... 68

(13)

ABSTRAK

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2008, dilaporkan terjadinya wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 8.433 orang dan jumlah kematiaan sebanyak 209 orang. Provinsi Sumatera Utara termasuk dari 15 provinsi yang terkena wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah penderita sebanyak 636 orang dan jumlah kematiaan sebanyak 12 orang. Di Kecamatan Medan Belawan kejadiaan diare berada pada peringkat keempat dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, menempati peringkat keenam dengan 465 kasus pada tahun 2011.

Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuaan ibu, dan sikap ibu) dan sanitasi dasar dengan kejadiaan diare di Keluahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012.

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh rumah yang ada di wilayah Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yaitu sebanyak 3030 rumah dan sampel yang diteliti sebanyak 100 rumah yang diambil dengan menggunakan metode systematic sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-squaredan uji exact fisherpada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadiaan diare adalah variabel pendidikan (p=0,004), variabel pekerjaan (p=0,003), variabel pengetahuan (p=0,001), dan variabel sanitasi dasar (p=0,048). Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadiaan diare adalah variabel umur dan variabel sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada pihak puskesmas, khususnya petugas kesehatan penanggung jawab program pencegahan dan pemberantasan diare agar lebih mensosialisasikan lagi mengenai penyakit diare dan cara penanganannya dengan meningkatkan penyuluhan mengenai diare sehingga menimbulkan kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan lebih meningkatkan pengetahuaan mengenai diare agar merubah kebiasaan buruk dan bertentangan dengan kesehatan dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.

(14)

ABSTRACT

Diarrhea disease is a health problem in Indonesia. In 2008, reported the occurrence of outbreak diarrhea in Indonesia with the victims around 8433 people and morbidity ratewere 209 people. The Province of North Sumatera was one of the provinces was affected of the outbreak with the victims around 636 people and morbidity rate were 12 people. In the Medan Belawan Sub Distric, diarrhea was ranked forth and the Village Bagan Deli, diarrhea was ranked sixth with 465 cases in 2011.

The purpose of this research was to analyze the relationship characteristics of mothers (age of mothers, education of mothers, income of mothers, knowledge, andattitude) and basic sanitation and the incident of diarrheain the Village Bagan Deli Medan Belawan Sub Distric Medan City in 2012.

This type of research was observational analytic by using cross sectional design. The population in this research were all the houses in the Village Bagan Deli Medan Belawan Sub Distric. The number of population were 3030 houses and 100 were selected to be sample by using systematic sampling technique.Data were analized by using chi-square at α=5%.

The results showed that the variables related to the incident of diarrhea areeducation (p = 0.004), income (p = 0.003), Knowledge (p = 0.001), and basic sanitation variables (p = 0.048). Variables that are not associated with the incident of diarrhea are age and attitude.

Based on the results of the research, it is expected to the health center, especially health care workers responsible for diarrhea prevention and eradication program to better socialize more about diarrheal diseases by improving health promotion about diarrhea so the society will keep clean the environment and also increasing knowledge about diarrhea and also change bad habits about health which will cause diarrhea.

(15)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare di

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare di

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare di

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 5. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare di

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 6. Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi dasar dengan kejadian diare di

Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Medan Belawan dalam menentukan kebijakan dalam program penanggulangan penyakit diare.

2. Bagi peneliti kegiatan ini merupakan sarana belajar dalam menerapkan pengetahuan penulis yang telah didapat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Sarana sanitasi dasar terdiri dari sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah (Dirjen PPM & PL 2002)

2.1.1. Penyediaan Air bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra, 2005).

(17)

air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005).

2.1.1.1. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (air hujan), air permukaan, dan air tanah.

1. Air Angkasa

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah

(18)

2.1.1.2. Persyaratan Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomi. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water-borne diseases) (Slamet, 2009).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menetapkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter radioaktivitas.

1. Parameter Fisika

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat padat terlarut (TDS).

Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak menarik dipandang dari sudut setetika. Selain itu juga, bau busuk bisa disebabkan oleh proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air.

(19)

air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut (Slamet, 2002).

Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang tidak tawar mengindikasinya ada zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air tersebut, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit disebabkan adanya basa di dalam air tersebut.

Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minimum idealnya ±3º C dari suhu udara air yang secara mencolok mempunyai suhu di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu, misalnya fenol yang terlarut atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air (Kusnaedi, 2002).

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid) adalah bahan terlarut (diameter < 10-6) dan koloid (diameter 10-6 – 103 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.

2. Parameter Kimiawi

(20)

chemical (zat kimia organic yang mudah menguap) zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen.

Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa-pipa penyaluran air minum dapat juga menyebabkan kehadiran logam dalam air minum.

Arsen, barium, kadmium, kromium, merkuri, dan selenium merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia. Timbal merusak sel darah merah, sistem saraf, dan ginjal manusia. Tembaga merupakan indikator terjadinya perkaratan. Konsentrasi Fluor yang terlalu tinggi dalam air minum dapat menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum akan bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit blue babies pada bayi.

Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carsinogen bagi manusia. Kategori kedua bahan kimia yang tidak bersifat carsinogen bagi manusia. Kategori ketiga adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carsinogen.

3. Parameter Mikrobiologi

(21)

mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum.

4. Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel-sel dapat dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi.

Sinar Alpha, Beta, dan Gammaberbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan Sinar Gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Mulia, 2005).

1. Pengelolahan Air Minum

Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengelolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standart mutu air. Proses pengelolahan air minum merupakan proses perubahan fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.

(22)

2.1.1.3. Pengaruh Air terhadap Kesehatan

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh mahluk hidup; sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh mahluk hidup (Mulia, 2005).

Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat disebut penyakit bawaan air (water borne disease). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Tabel 2.1 penyakit bawaan air dan penyebabnya

Penyebab Penyakit

Virus:

1. Rota virus 2. Virus hepatitis A

3. Virus poliomyelitis

Diare, terutama pada anak-anak

Hepatitis A Poliomyelitis

Bakteri:

1. Vibrio Cholerae 2. Escherichia coli 3. Salmonella typhi 4. Salmonella paratyphi

5. Shigella dysentriae

Cholera

Diare/ dysentri Typhus abdominale Paratyphus

Dysentri

Protozoa:

1. Entamoeba histolytica 2. Balantidia coli

3. Giardia lambilia

Dysentri amoeba Balantidiasis Giardiasis

Metazoa:

1. Ascaris lumbricoides 2. Clonorchis sinensis 3. Diphyllobotrhium latum 4. Taenia saginata/solium

5. Schistosoma Ascaris Clonorchiasis Dyphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis

(23)

2.1.2. Tempat Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).

Apabila persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga–serangga dan binatang–binatang lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya.

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.

(24)

2.1.2.1. Jenis-jenis Jamban

Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain:

1. Jamban cemplung (Pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2. Jamban air (Water latrine)

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.

3. Jamban leher angsa (Angsa latrine)

Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.

4. Jamban bor (Bored hole latrine)

(25)

5. Jamban keranjang (Bucket latrine)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau.

6. Jamban parit (Trench latrine)

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.

7. Jamban empang / gantung (Overhung latrine)

Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan wabah.

8. Jamban kimia (Chemical toilet)

(26)

2.1.3.Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2.1.3.1. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah: 1. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolahan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial dan ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang.

3. Kemajuaan teknologi. Kemajuaan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karna pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Slamet, 2009). 2.1.3.2. Cara-cara pengelolahan sampah:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

(27)

Kemudian dari masing–masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

2. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Pemusnahan dan atau pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah, b) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah dengan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator) dan c) Dijadikan pupuk (composting) Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya untuk sampah organik daun–daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3.3. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat di kelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

(28)

adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pest (Slamet, 2009).

2.1.4. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah (sewage) adalah excreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, dari W.C., dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Sewage ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Domestic sewage, yaitu sewage yang berasal dari rumah-rumah.

2. Industrial sewage, yaitu sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri. Maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah:

1. Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga.

2. Menjaga makanan kita , misalnya: sayuran yang dicuci dengan air permukaan. 3. Perlindungan terhadap ikan yang hidup di dalam kolam ataupun di kali. 4. Menghindari pengotoran tanah permukaan.

5. Perlindungan air untuk ternak.

6. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit-bibit penyakit (cacing dan sebagainya) dan vektor penyebab penyakit (nyamuk, lalat, dan sebagainya).

7. Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak sedap. 2.1.4.1. Cara-cara pembuangan air limbah:

1. Dengan Pengeceran (Disposal by Dilution)

(29)

permukaan oleh bakteri patogen, larva, dan telur cacing serta bibit penyakit lainnya yang berasal dari feces penderita maka diisyaratkan:

a. Sungai atau danau itu airnya tidak boleh digunakan untuk keperluaan lain. b. Airnya harus cukup banyak sehingga pengecerannya paling sedikit 30-40 kali. c. Airnya harus cukup mengandung O2, artinya harus mengalir sehingga tidak bau. 2. Cesspool

Cesspool ini menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang poreus (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atasnya ditembok agar tak tembus air. Bila sudah penuh (± 6 bulan) lumpurnya diisap keluar atau sejak semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, airnya akan mengalir ke cesspool berikutnya.

3. Seepage Pit (sumur resapan)

Sepage pit merupakansumur tempat menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistim lain, misalnya aqua-privy atau septic-tank. Di dalam seepage pit ini airnya tinggal mengalami peresapan saja di dalam tanah. Lama pemakaiannya adalah 6-10 tahun.

4. Septik Tank

Merupakan cara yang terbaik yang di anjurkan WHO tapi biayanya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas.

5. Sistim Riool (Sewerage)

(30)

menampung pula kotoran dari lingkungan yang dialirkan air hujan. Bila sistim riool ini dipakai pula untuk menampung air hujan disebut combined system; bila untuk menampung air hujan dipisahkan disebut separated system. Di ujung kota, agar tidak merugikan keperluan lain di bawahnya alirannya, misalnya: daerah peternakan, pertaniaan ataupun perikanan darat maka sewage yang dibuang ini masih perlu pengolahan (Enjang, 2000).

Bila tanpa pengelolahan terlebih dahulu, air limbah dapat menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan antara lain (Azwar, 1990):

1. Dapat menimbulkan bahaya kontaminasi dan pencemaran air permukaan dan badan-badan air lainnya termasuk manusia yang menggunakannya untuk keperluan sehari-hari mereka seperti mandi, mencuci, gosok gigi dan tidak jarang menggunakannya sebagai sumber air minum.

2. Dapat mengganggu kehidupan dalam air yaitu mematikan binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan dalam air.

3. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak.

Pengolahan air limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang disebut dengan water borne disease.

2.2. Karakteristik Penduduk 1. Umur

Umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate

(31)

golongan umur (Budiarto, 2001). Umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi (Prayoga, 2007).

2. Pendidikan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru (Notoatmodjo, 2007).

3. Pekerjaan

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari keadaan sebelumnya. Anderson menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu diantaranya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

(32)

ditemukan pada masyarakat. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas masyarakat untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, dan miskin pendidikan.

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuna yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

(33)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluasion)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

5. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima (receiving)

(34)

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Diare

Diare adala defekasi encer lebih dari tiga kalisehari dengan/tanpa darah dan/lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000). Menurut Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 1986).

2.3.1. Penyebab diare

Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi, alergi, dan immunodefisiensi (Widoyono, 2008).

2.3.2. Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut. a. Melalui air yang merupakan media penularan utama diare. Diare dapat terjadi bila

(35)

sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare kepada orang yang memakannya(Widoyono, 2008).

2.3.3 Jenis Diare

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti: demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

(36)

a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

2. Gejala Spesifik

a. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. b. Dysenteriform tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan : 1. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang, atau berat. Derajat dehidrasi akibat diare dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

(37)

2. Gangguan Sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien akan mengalami syok atau presyok yang disebabkan karena berkurangnya volume darah (hipovolemia). 3. Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan PH arteri.

4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma. 5. Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat apabila pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) (Widoyono, 2008).

2.3.5. Upaya Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain: 1. Menggunakan air bersih

(38)

oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan, atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB).

4. Memberikan ASI kepada anak sampai berusia dua tahun. Memberikan ASI gunanya adalah agar daya tahan tubuh anak meningkat yang akan melindungi anak terhadap penyakit diare.

5. Menggunakan jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar (Widoyono, 2008).

7. Sampah dibuang secara baik sehingga lalat tidak dapat hidup dan berkembang biak (Jelliffe, 1994)

2.3.6. Pengobatan Diare

1. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

(39)

a. Memberikan anak lebih banyak cairan. b. Memberikan makanan terus-menerus.

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. 2. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan.

Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut:

Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1200 ml Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret:

Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun

Jumlah Oralit 100 ml 200 ml 400

3. Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% beratbadan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di Puskesmas atau di rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat).

4. Teruskan pemberian makan

(40)

bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.

5. Antibiotik bila perlu

(41)

2.4Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Sanitasi Dasar

Kejadian Diare Karakteristik Ibu

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yaitu ingin melihat hubungan karakteristik ibu dan sanitasi dasar dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang terdiri dari 15 lingkungan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena lokasi ini merupakan slum area dimana keadaan sanitasi dasarnya masih banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga berperan dalam kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan April - Juni 2012. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang berada di Kelurahan Bagan Deli berdasarkan data Maret 2012 sampai pada saat pengumpulan data yang berjumlah 3030 rumah dengan perincian sebagai berikut:

(43)

3. LK III = 338 rumah 4. LK IV = 317 rumah 5. LK V = 338 rumah 6. LK VI = 204 rumah 7. LK VII = 210 rumah 8. LKVIII = 32 rumah 9. LK IX = 103 rumah 10.LK X = 196 rumah 11.LK XI = 17 rumah 12.LK XII = 317 rumah 13.LK XIII = 101 rumah 14.LK XIV = 159 rumah 15.LK V = 267 rumah 3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian rumah yang berada di Kelurahan Bagan Deli berdasarkan data Maret 2012 sampai pada saat pengumpulan data. Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel minimal di bawah ini (Stanley dkk, 2002) :

� =

�2 1−�

2�

(1− �)�

�2(� −1) + 2 1−�

2�

(1− �)

(44)

n = besar sampel N = populasi

Z = tingkat kepercayaan (95%)

P = perkiraan proporsi suatu peristiwa (0,5)

d = tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka besar sampel adalah :

n = (1,96)

2(0,5)(10,5)(3030 )

(0,1)2(3030−1)+(1,96)2(0,5)(1−0,5)

= 93,12 ≈ 93

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel adalah sebesar 93,12 dan dibulatkan menjadi 100 rumah. Selanjutnya, untuk mendapatkan proporsi yang seimbang dari setiap linkungan maka digunakan teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling yang diperoleh melalui perbandingan antara jumlah sampel dengan populasi yang disebut sampel fraction (Nazir, 2003).

Sampel fraction =�

�x 100%

= 100

3030 x100%

= 3,3%

(45)

5. LK V = 338 x 3,3% = 11,15 ≈ 11 rumah 6. LK VI = 204 x 3,3% = 6,73 ≈ 7 rumah 7. LK VII = 210 x 3,3% = 6,93 ≈ 7 rumah 8. LKVIII = 32 x 3,3% = 1,05 ≈ 1 rumah 9. LK IX = 103 x 3,3% = 3,39 ≈ 3 rumah 10.LK X = 196 x 3,3% =6,46 ≈ 6 rumah 11.LK XI = 17 x 3,3% =0,56 ≈ 1 rumah 12.LK XII = 317 x 3,3% = 10,46 ≈ 10 rumah 13.LK XIII = 101 x 3,3% = 3,33 ≈ 3 rumah 14.LK XIV = 159 x 3,3% = 5,24 ≈ 5 rumah 15.LK V = 267 x 3,3% = 8,81 ≈ 9 rumah

Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengann cara systematic sampling. Caranya adalah membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan (Notoadmodjo, 2005). Acak populasi di setiap lingkungan, kemudian pilih satu rumah yang akan dijadikan sampel pertama di setiap lingkungan. Selanjutnya, hasil pembagian jumlah anggota populasi dan jumlah sampel ditambahkan ke sampel pertama dan hasilnya merupakan sampel kedua dan seterusnya sampai terpenuhi proporsi sampel yang telah ditentukan di setiap lingkungan.

(46)

3.4.1 Data Primer

Data primer berupa data yang diperoleh dengan jalan melakukan observasi dan wawancara kepada responden (ibu) dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder berupa data yang diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti Pustu Bagan Deli, Puskesmas Medan Belawan serta kantor Kelurahan Bagan Deli yang terkait dengan kejadian diare.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) dan sanitasi dasar.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare. 3.5.3. Definisi Operasional

1. Karakteristik ibu adalah gambaran keadaan/ ciri khasibu yang terdiri atas umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap.

2. Umur ibu adalah usia yang dihitung sejak lahir sampai dilakukan penelitian (sesuai ulang tahun terakhir).

3. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu pada saat penelitian berlangsung.

(47)

5. Pengetahuan penduduk adalah pengetahuan ibu tentang diare berdasarkan jawaban kuesioner.

6. Sikap penduduk adalah sikap ibu tentang diare.

7. Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.

8. Kejadian diare adalah suatu keadaan dimana terjadi buang air besar cair atau mencret dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari yang dialami oleh ibu di Kelurahan Bagan Deli yang terpilih sebagai sampel selama tiga bulan terakhir. 3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Umur

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ukur ordinal. Untuk analisa statistik umur ibu dikategorikan berdasarkan hasil penelitian.

3.6.2. Pendidikan

Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ukur ordinal yang dikategorikan berdasarkan:

1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA

(48)

Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala ukur nominal yang dikategorikan berdasarkan:

1. Bekerja 2. Tidak bekerja 3.6.4. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan/kuesioner sebanyak 8 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

1. Jawaban benar = 3 2. Jawaban salah = 2 3. Tidak tahu = 1

Maka di dapat total skor tertinggi 24 dan skor terendah 8. Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan (Nursalam, 2000):

1. Tinggi, Jika skor yang diperoleh responden 76-100 % atau 18,24 - 24 2. Rendah, jika skor yang diperoleh responden ≤75 % atau ≤18

3.6.5. Sikap

Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan/kuesioner sebanyak 7 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:

(49)

Maka di dapat total skor tertinggi 21 dan skor terendah 7. Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan (Nursalam, 2000):

1. Baik, Jika skor yang diperoleh responden 76-100% atau ≥ 15,96 - 21 2. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤75 % atau ≤15,75

3.6.6. Sanitasi Dasar

Penilaian sanitasi dasar dengan mempergunakan Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “memenuhi syarat” apabila skor ≥ 334 dan “tidak memenuhi syarat” apabila skor < 334. Adapun komponen yang dinilai pada lembar observasi dihitung berdasarkan nilai x bobot (bobot = 25) dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sarana Air Bersih

a. Tidak memiliki sumber air bersih = 0

b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 1 c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 2

d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau tidak berwarna, dan tidak berasa = 3

e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa = 4 Maka di dapat total skor :

a. Tidak memiliki sumber air bersih = 0

(50)

d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa = 75

e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa = 100 2. Sarana Pembuangan Kotoran

a. Tidak memiliki sarana pembuangan kotoran = 0

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam = 1 c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam = 2 d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank = 3

e. Ada, leher angsa, septik tank = 4 Maka di dapat total skor :

a. Tidak memiliki sarana pembuangan kotoran = 0

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam = 25 c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam = 50 d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank = 75

e. Ada, leher angsa, septik tank = 100 3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah = 0

b. Ada, diresapkan mencemari sumber air (jarak dengan sumber air < 10 m) = 1

c. Ada dialirkan ke selokan terbuka = 2

(51)

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut = 4

Maka di dapat total skor :

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah = 0

b. Ada, diresapkan mencemari sumber air (jarak dengan sumber air < 10 m) = 25

c. Ada dialirkan ke selokan terbuka = 50

d. Ada, diresapkan dan tidak mencemarkan sumber air (jarak dengan sumber air

≥10 m) = 75

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut = 100

4. Sarana Pembuangan Sampah

a. Tidak ada sarana pembuangan sampah = 0 b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup = 1 c. Ada, kedap air dan tidak tertutup = 2

d. Ada, kedap air dan tertutup = 3 Maka di dapat total skor :

a. Tidak ada sarana pembuangan sampah = 0

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup = 25 c. Ada, kedap air dan tidak tertutup = 50

(52)

3.6.7. Kejadian Diare

Pengukuran variabel kejadian diare didasarkan pada hasil kuesioner yang menggunakan skala ukur nominal dari 1 pertanyaan, kemudiaan dikategorikan berdasarkan kategori sebagai berikut:

a) Menderita b) Tidak menderita 3.7. Analisa Data 3.5.1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) dan variabel sanitasi dasar.

3.5.2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu karakteristik ibu dan sanitasi dasar dengan variabel dependen (kejadian diare). Uji analisis yang digunakan adalah uji chi-squaredan uji

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi

Kelurahan Bagan Deli berada di wilayah Kecamatan Medan Belawan yang memiliki luas 230 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:

-Sebelah Utara berbatasan dengan Belawan I

-Sebalah Selatan berbatasan dengan Muara Sungai Deli -Sebelah Barat berbatasan dengan Belawan II

-Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka 4.1.2. Demografi

Wilayah kerja Pustu Bagan Deli seluruh wilayah Kelurahan Bagan Deli yang terdiri dari 15 lingkungan.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Pustu Bagan Deli sebanyak 15.525 jiwa yang terdiri atas 8.537 laki-laki dan 6.988 perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.565 KK.

(54)
[image:54.612.107.534.86.338.2]

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariaan

No Jenis Mata Pencahariaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Buruh 1.177 31.17

2 Nelayan 1.496 39.62

3 Pegawai Negeri Sipil 82 2.17

4 TNI/POLRI 12 0.32

5 Pegawai Swasta 111 2.94

6 Karyawan Perusahaan Pemerintah 14 0.37

7 Karyawan Perusahaan Swasta 234 6.20

8 Dokter 2 0.05

9 Bidan 8 0.21

10 Pedagang Keliling 68 1.80

11 Pengusaha Kecil, Menengah, Besar 430 11.39

12 Tukang cuci 67 1.77

13 Tukang Batu 54 1.43

14 Pembantu Rumah Tangga 21 0.56

Jumlah 3.776 100

Sumber: Data Potensi Kelurahan Bagan Deli Kec. Medan Belawan Tahun 2011.

Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Bagan Deli paling banyak adalah tidak tamat SD, dengan jumlah 5.034 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel.4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 4.585 29.54

2 SLTP 4.078 26.27

3 SLTA 730 4.70

4 D1 21 0.14

5 D2 7 0.05

6 D3 4 0.03

7 S1 28 0.18

8 S2 2 0.01

9 Tidak Tamat SD 5.034 32.40

10 Belum Sekolah 1.036 6.68

Jumlah 15.525 100

[image:54.612.107.536.446.613.2]
(55)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen (kejadian diare) dan

variabel independen (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, sanitasi dasar).

[image:55.612.112.536.292.347.2]

4.2.1. Kejadian Diare

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012

No Kejadiaan Diare Jumlah %

1 Menderita 39 39

2 Tidak Menderita 61 61

Jumlah 100 100

(56)
[image:56.612.114.531.150.552.2]

4.2.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota MedanTahun 2012

No Karakteristik Responden Jumlah %

1 Umur Ibu (tahun) 1. < 33 tahun 2. ≥ 33 tahun

49 51

49 51

Total 100 100

2 Pendidikan Ibu

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

7 38 23 32 0 7 38 23 32 0

Total 100 100

3 Pekerjaan Ibu 1. Petani 2. Wiraswasta 3. PNS

4. Karyawan/buruh 5. Ibu rumah tangga

0 12 0 4 84 0 12 0 4 84

Total 100 100

5 Pengetahuan Ibu 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah 71 22 7 71 22 7

Total 100 100

6 Sikap Ibu 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 100 0 0 100 0 0

Total 100 100

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur responden tertinggi pada kelompok umur ≥ 33 tahun yaitu 51%, sedangkan kelompok umur < 30

(57)

0%, karyawan/buruh 4% dan ibu rumah tangga 84%. Berdasarkan pengetahuan ibu, proporsi tertinggi yaitu responden dengan pengetahuan tinggi 71%, pengetahuan sedang 22%, sedangkan pengetahuan rendah 7%. Berdasarkan sikap ibu, proporsi tertinggi yaitu responden dengan sikap baik 100%, responden dengan sikap sedang 0%, sedangkan sikap buruk 0%.

4.2.3. Sanitasi Dasar

(58)
[image:58.612.111.532.125.439.2]

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Komponen Sanitasi Dasar di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota MedanTahun 2012

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi responden sebagiaan besar menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih yaitu sebanyak 87 % dan sebagiaan kecil responden menggunakan air PAM sebesar 13 %. Berdasarkan sarana pembuangan kotoran, proposi tertinggi adalah yang tidak memiliki sarana pembuangan kotoran yaitu sebesar 38%, leher angsa 35%, dan jamban empang/gantung 27%. Berdasarkan sarana pembuangan air limbah (SPAL), proporsi tertinggi adalah yang tidak memiliki sarana pembuangan air limbah (SPAL) sebesar 69%, memiliki sarana pembuangan air limbah dan dialirkan ke selokan terbuka sebesar 21%, dan diresapkan dan tidak menecemari sumber air bersih (jarak dengan

No Komponen Sanitasi Dasar Jumlah %

1. Sarana Air Bersih - Sumur bor - Air PAM

87 13

87 13

Total 100 100

2. Jamban - Tidak ada

- Jamban empang/gantung - Leher Angsa

38 27 35 38 27 35

Total 100 100

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) - Tidak ada

- Ada, dialirkan ke selokan terbuka

- Ada, diresapkan dan tidak mencemarkan sumber air (jarak dengan sumber air ≥10 m)

69 21 10 69 21 10

Total 100 100

4. Sarana Pembuangan Sampah - Tidak ada

- Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup - Ada, kedap air dan tidak ada tutup

- Ada, kedap air dan tertutup

79 2 10 9 79 2 10 9

(59)
[image:59.612.112.533.235.293.2]

sumber air bersih ≥10 meter) sebesar 10%. Berdasarkan sarana pembuangan sampah, proporsi tertinggi adalah tidak memiliki sarana pembuangan sampah sebesar 79%, Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup sebesar 2%, Ada, kedap air dan tidak ada tutup sebesar 10%, dan Ada, kedap air dan tertutup sebesar 9%.

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Sanitasi Dasar di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota MedanTahun 2012

No Sanitasi Dasar Jumlah %

1 Tidak Memenuhi Syarat 92 92

2 Memenuhi syarat 8 8

Total 100 100

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa rumah yang mempunyai sanitasi dasar yang memenuhi syarat 8% sedangkan rumah yang sanitasi dasarnya tidak memenuhi syarat 92%.

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kejadian Diare

Tabel 4.7.Hubungan Umur Ibu dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012

No Umur Ibu (tahun)

Kejadiaan Diare Jumlah

p menderita Tidak

Menderita

f % f % f %

1 < 33 tahun 17 17 32 32 49 49 0,387

2 ≥ 33 tahun 22 22 29 29 51 51

[image:59.612.116.533.485.569.2]
(60)

diare, didapat nilai p> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadiaan diare.

[image:60.612.114.533.209.297.2]

4.3.2. Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Kejadiaan Diare

Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi yang menderita diare pada responden berpendidikan tinggi adalah 6%, sedangkan pada yang berpendidikan rendah33%. Proporsi yang tidak menderita diare pada responden berpendidikan tinggi adalah 26%, sedangkan pada yang berpendidikan rendah35%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pendidikan ibu dengan variabel kejadiaan diare, didapat nilai p< 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidkan ibu dengan kejadiaan diare.

4.3.3. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Kejadiaan Diare

Tabel 4.9. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 No Pekerjaan Ibu Kejadiaan Diare Jumlah

p Menderita Tidak

Menderita

f % f % f %

1 Tidak Bekerja 38 38 46 46 84 84 0,003

2 Bekerja 1 1 15 15 16 16

No Pendidikan Ibu Kejadiaan Diare Jumlah

p Menderita Tidak

menderita

f % f % f %

[image:60.612.116.534.570.659.2]
(61)

Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi menderita diare pada ibu yang bekerja adalah 1%, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja 38%. Proporsi tidak menderita diare pada ibu yang bekerja adalah 15%, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja 46%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pekerjaan ibudengan variabel imunisasi campak, didapat nilai p< 0,05, artinya ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadiaan diare.

[image:61.612.117.532.320.408.2]

4.3.4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare

Tabel 4.10.Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 No Pengetahuaan Ibu Kejadiaan Diare Jumlah

p Menderita Tidak

Menderita

f % f % f %

1 Rendah 17 17 12 12 29 29

0,000

2 Tinggi 22 22 49 49 71 71

Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi menderita diare pada pengetahuan tinggi 22%, sedangkan pada pengetahuan rendah 17%.. Proporsi tidak menderita diare pada pengetahuan tinggi49%, sedangkan pengetahuan rendah 12%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pengetahuan ibudengan variabel kejadiaan diare, didapat nilai p< 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadiaan diare.

(62)
[image:62.612.114.536.155.257.2]

4.3.6. Hubungan Antara Sanitasi Dasar Dengan Kejadiaan Diare

Tabel 4.11.Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 No Sanitasi Dasar Kejadiaan Diare Jumlah

p Menderita Tidak

Menderita

f % f % f %

1 Tidak Memenuhi Syarat

39 39 53 53 92 92

0,021 2 Memenuhi Syarat 0 0 8 8 8 8

Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi menderita diare pada sanitasi dasar yang memenuhi syarat 0%, sedangkan pada sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat 39%. Proporsi tidak menderita diare pada sanitasi dasar yang

(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karakteristik Umur Ibu dengan Kejadiaan Diare

Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur ibu dengan kejadiaan diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 dengan nilai p = 0,387 (p > 0,05).

Variabel umur merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian diare. Hal ini disebabkan karena diare dapat meyerang semua kelompok umur.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh kejadiaan diare merata pada semua kelompok umur di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, hal ini didukung oleh data yang didapat dari Pustu Bagan Deli. Data tersebut menunjukkan bahwa angka kejadiaan diare merata di semua kelompok umur.

Menurut Widoyono (2008), umur bukan merupakan faktor resiko terhadap penyakit diare. Penyakit diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi.

5.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadiaan Diare

(64)

Variabel pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengn kejadiaan diare. Hal ini disebabkan karena orang dengan pendi

Gambar

Tabel 2.1 penyakit bawaan air dan penyebabnya
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariaan
Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012
Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota MedanTahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selanjutnya Pokja ULP akan melakukan tahapan evaluasi administrasi dan teknis terhadap Peserta lelang yang dokumennya telah memenuhi syarat/lengkap pada saat

[r]

Mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan prosedur/langkah – langkah kerja terkait proses kerja mesin.. Mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan prosedur kerja terkait

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat Homepage informasi tentang klub Chelsea, yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas secara cepat, tepat dan akurat

Batugamping pejal lempungan sampai terhablur halus; sedikit batugamping kapuran dan sisipan batulempung gampingan; setempat batugamping dolomitan. 72 Temm

Kesimpulan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran sederhana tentang cara pembuatan suatu website sebagai sarana informasi, Dengan HTML yang dirancang khusus

[r]