• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DIVERSITY OF BIRDS

OF FOREST PRODUCTION IN GUNUNG SANGKARAN VILLAGE KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

By

ANGGI HANDARI

Forest production is one of the habitat forp many species of birds as a place of refuge, rest and feed providers. However, the disruption of human activity in the presence of settlements, permanent roads in the region as well as decreasing the existing structure of the composition stands in the region led to the decline in bird species that exist within the production forest area non Giham Tahmi registers. The purpose of this study is to determine the diversity of bird species in the forest production of Gunung Sangkaran village, Kecamatan Blambangan Umpu,

Kabupaten Way Kanan in May – June 2011 on two different types of habitat that is expected to be a scientific basis for the protection and conservation of birds.

This research was conducted by the concentrated method. This method is done by direct observation at one point in the two types of habitat, in habitat type I

(Acacia mangium stands), and habitat type II (Hevea braziliensis stands). The data obtained are used to calculate indices of diversity and equality. Observations were made during the three repetitions. Based on the results described that the diversity of bird species in the forest production of Gunung Sangkaran village in 2011 had been consisted of 29 species from 14 families (2642 individuals). In type II habitat had been the highest shannon index diversity (H '= 3.000) at the age of two years of rubber, whereas type I habitat H' = 2,807. For the equality index was classified as stable community.

(2)

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG

DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

ANGGI HANDARI

Hutan produksi merupakan salah satu habitat berbagai jenis burung sebagai tempat berlindung, istirahat dan penyedia pakan. Namun adanya gangguan dari aktivitas manusia dengan adanya pemukiman, jalan permanen di dalam kawasan maupun menurunnya struktur komposisi tegakan yang ada dalam kawasan menyebabkan semakin menurunnya spesies burung yang ada didalam kawasan hutan produksi non register Giham Tahmi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan Mei – Juni 2011di dua tipe habitat yang berbeda yang diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagi perlindungan dan pelestarian burung.

Penelitian ini dilakukan dengan metode terkonsentrasi. Metode ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada satu titik di dua tipe habitat, yaitu tipe habitat I (tegakan Acacia mangium), dan tipe habitat II (tegakan Karet). Data yang didapat digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman dan kesamarataan. Pengamatan dilakukan selama tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran pada tahun 2011 terdiri dari 29 jenis dari 14 famili (2642 individu). Pada tipe habitat II memiliki indeks keanekaragaman shannon tertinggi yaitu (H’= 3,000) pada karet umur dua tahun, sedangkan tipe habitat I hanya memiliki indeks keanekaragaman shannon sedang yaitu (H’= 2,807). Untuk indeks kesamarataan seluruhnya tergolong stabil.

(3)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

ANGGI HANDARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU

KABUPATEN WAY KANAN

(Skripsi)

Oleh

ANGGI HANDARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ... 6 2. Peta lokasi hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan

Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan ... 21 3. Lokasi titik pengamatan burung dengan keterangan

warna kuning adalah hutan produksi desa Gunung Sangkaran

di Kabupaten Way Kanan ... 22 4. Grafik keanekaragaman jenis burung pada dua tipe habitat di hutan p

roduksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,

Kabupaten Way Kanan ... 32 5. Grafik perbedaan jumlah jenis pada dua tipe habitat di hutan

produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,

Kabupaten Way Kanan ... 34 6. Grafik indeks kesamarataan burung pada dua tipe habitat di hutan

Produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu

Kabupaten Way Kanan ... 36 7. Burung Bondol Jawa (Lonchura aurigester) ditemukan Bodogol,

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Januari 2009, pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan jugaditemukan selama Mei – Juni 2011

(Foto : Baskoro, 2009)... 39 8. Burung Bondol Haji (Lonchura maja) ditemukan pada tanggal 14 Juni

2008 oleh Lincoln, terdapat pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten

Way Kanan selama Mei-Juni 2011 (Foto : Issa, 2008)………... 40 9. Burung Bondol Perut Putih (Lonchura leucogastra) berada di Taman

Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi 17 Juli 2011, terdapat pula pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanam

selama Mei-Juni 2011(Foto : Arifin, 2011) ... 41 10. Burung Bondol Peking (Lonchura punctulata) sedang hinggap

di hutan mangrove Desa Sungai Teladas, yang juga ditemukan pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei-Juni 2011 (Foto : Utama, 2011)... 42 11. Burung Pipit Benggala (Amandava amandava) sedang bermain

(7)

Mei – Juni 2011 (Foto : Maruly, 2011) ... 43 12. Burung Manyar Emas (Ploceus hypoxanthus) sedang bertengger di

kawasan pantai Jatimalang, Purworejo 03 April 2008, terdapat juga pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 (Foto : Setiawan, 2008) ... 44 13. Burung Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigester) ditemukan di Tembalang,

Semarang, Jawa Tengah tahun 2009, juga ditemukan pada penelitian di Desa Gunung Sangkaran, Keamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2009). ... 45 14. Burung Cucak Kuning (Pygnonotus melanicterus) ditemukan

di Semarang tahun 2009, juga ditemukan pada penelitian di Desa Gunung Sangkaran, Keamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Baskoro, 2009) ... 46 15. Burung Cucak Bersisik (Pygnonotus squamatus) sedang berada

di Tone Nga Chang Waterfall, Songkla, Thailand tanggal 5 Desem ber 2002, juga terdapat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Jearwattanakonak, 2002) ... 47 16. Burung Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) berada di Kendal

pada tahun 2009, jenis ini terdapat pula pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Baskoro, 2009……….. 48 17. Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis) yang ada di hutan

mangrove Desa Sungai Burung, Kabupaten Tulang Bawang sedang menghisap madu jenis ini juga ada pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Utama, 2011) ... 49 18. Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis) ditemukan di Tembalang,

Semarang jenis betina pada tahun 2009, juga ditemukan di Desa Gunung Sangakaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Baskoro, 2009) ... 50 19. Burung Tekukur Biasa (Streptopelia bitorquata) sedang berjalan di

permukaan tanah di Watomohai, Sulawesi Utara tanggal 19 Agustus 2010, burung ini juga ditemukan di areal penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(8)

pada sebuah pohon kering di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur 2009, juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Baskoro, 2009) ... 52 21. Burung Walet Sarang Hitam (Collocalia maxima) sedang terbang

di langit Singapura tanggal 7 September 2008, burung ini juga terlihat pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 (Foto: Wikipedia, 2012) ... 53 22. Burung Kadalan Kembang (Phaenicophaeus javanicus) sedang

mencari – cari mangsanya dengan bertengger di pohon Akasia mangium (Acacia mangium) di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Handari, 2011) ... …… 54 23. Burung Bubut Alang – alang (Centropus bengalensis) sedang bertengger

di pohon petai cina (Leucaena glauca) di daerah Gedawang, Jawa Tengah tanggal 02 Desember 2010, burung ini juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan

Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan

Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2010)……….. 55 24. Burung Sikatan Bubik (Musciapa dauurica) di Taman Geneca, Bandung,

20 Juni 2008, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Anonimous, 2008)... 56 25. Burung Kipasan Mutiara (Rhipidura perlata) di Jambi, Sumatera, 05

Februari 2011, juga terdapat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei

– Juni Foto : Fitriawan, ……… 57

26. Burung Elang Tiram (Pandion haliaetus) sedang hinggap di daerah Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah tahun 2008, jenis ini terdapat pula pada

penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan

Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2009) ... …….. 58 27. Burung Kicuit Kerbau (Motacilla flava) sedang berada di

permukaan tanah di Situbondo, Jawa Timur tanggal 09 Agustus 2010, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Winnasis, 2011)... 59 28. Burung Murai Batu (Monticola solitaries) sedang bertengger di

(9)

di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan

Mei – Juni 2011 (Foto : Adsense, 2011) ... 60 29. Burung Bentet Kelabu (Centropus bengalensis) sedang hinggap

di pohon Acacia mangium di Kampus Universitas Indonesia, Depok, 13 Desember 2009, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Dimar, 2009) ... 61 30. Burung Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) sedang hinggap pula

di dahan pohon di Cibubur 23 Januari 2011, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011(Foto : Minoritaskiri, 2011) ... 62 31. Burung Cabai Merah (Dicaeum cruentatum) sedang hinggap pada

buah sebuah tanaman di Singapura tanggal 10 Agustus 2009, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan

Mei – Juni 2011 (Foto : Tie, 2009) ... 63 32. Burung Cabai Polos (Dicaeum concolor) sedang hinggap di

dahan yang berbunga pada tanggal 25 Oktober 2005, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2005) ... 64 33. Burung Cabai Tunggir Coklat (Dicaeum everetti) sedang terlihat

mencari makan pada daerah Borneo tanggal 3 Juni 2010, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011(Foto : Shi, 2010) ... 65 34. Burung Alap – alap Kawah (Falco foregirus) sedang terbang,

burung ini juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Ibo, 2011)... 66 35. Burung Alap – alap Macan (Falco severus) ditemukan pada tahun

2007, yang juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011

(Foto : Suvarna, 2007) ... 67 36. Grafik perjumpaan burung perhari di hutan produksi Desa Gunung

Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten

(10)

37. Burung kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus) bertengger di atas tegakan Acacia mangium pada penelitian di Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 ... 73 38. Burung madu sriganti (Nectarina jugularis) bermain dan hinggap

di bawah tegakan Hevea braziliensis pada penelitian di Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

selama bulan Mei – Juni 2011 ... 73 39. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)

umur 7 tahun di titik pengamatan 1, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 ... .... 103 40. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)

umur 7 tahun di titik pengamatan 2, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 ... .... 103 41. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)

umur 7 tahun di titik pengamatan 3, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama

bulan Mei – Juni 2011 ... 104 42. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)

umur 1 tahun, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan

Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011 ... .... 104 43. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2

tahun di titik pengamatan 1, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan

Mei – Juni 2011. ... 105 44. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2

tahun di titik pengamatan 2, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan

Mei – Juni 2011. ... 105 45. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2

tahun di titik pengamatan 3, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 ... 106

46. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6 tahun di titik pengamatan 4, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 ... 106 47. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6

(11)

Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 ... 107 48. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6

tahun di titik pengamatan 6, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 ... 107 49. Hutan produksi yang bersampingan dengan jalan permanen

di kawasan hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni

2011 ... 108 50. Plang lokasi kawasan hutan produksi giham tahmi di Desa Gunung

Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Pemikiran ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Burung ... 8

1. Pergerakan Burung ... 9

2. Peranan Burung ... 10

3. Keanekaragaman Jenis Burung ... 11

4. Nilai Penting Burung ... 11

B. Keanekaragaman Hayati ... 12

C. Keanekaragaman Jenis ... 13

D. Hutan Produksi ... 14

E. Pengertian Habitat ... 15

F. Hutan Produksi sebagai Habitat Burung ... 17

G. Upaya Konservasi ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B. Alat dan Bahan ... 21

C. Batasan Penelitian ... 21

D. Jenis Data ... 21

E. Metode dan Cara Kerja ... 22

F. Analisis Data ... 22

1. Analisis Keanekaragaman Jenis Burung ... 25

2. Analisis Dskriptif ... 26

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 27

(13)

B. Topografi, Jenis Tanah dan Iklim ... 27

C. Keadaan Sosial Ekonomi Mayarakat dan Tingkat Pendidikan ... 29

D. Vegetasi Hutan Produksi desa Gunung Sangkaran ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Jenis Burung di Hutan produksi desa Gunung Sangkaran ... 30

2. Tingkat Keanekaragaman Jenis... 32

a. Indeks Keanekaragaman... 32

b. Indeks Kemerataan ... 35

c. Tingkat Indeks Kesamaan ... 36

B. Pembahasan ... 38

1. Deskripsi Jenis Burung ... 38

2. Peranan Habitat ... 71

3. Status Lindung ... 75

3. Gangguan dan Ancaman ... 77

4. Upaya Konservasi ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H.S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar : Dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 367 Halaman.

Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 661 Halaman.

Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Salinan Kepala Biro Hukum dan Organisasi. Dephutbun. Jakarta.

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Way Kanan. 2011. Hutan Produksi Way Giham Tahmi non Register. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Way Kanan. Blambangan Umpu. 3 Halaman.

Ewusie, J.Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit ITB. Bandung. 369 halaman.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Forest Watch Indonesia. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor , Indonesia:

Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch Harianto, S. P. dan Setiawan, A. 1999. Konservasi Sumber Daya Hutan. Suatu

Pengantar. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan. Bandar Lampung. 128 Halaman.

Indryanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Jaya, Y.P. 2009. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Rawa Universitas Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. Tidak dipublikasikan.

Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 137 halaman. Tidak dipublikasikan.

(15)

Mustari, A. H. 1992. Jenis-Jenis Burung Air di Hutan Mangrove Desa Sungai Cimanuk, Indramayu-Jawa Barat. Media Konservasi Vol. 14 (1), Oktober 1992 : 39-46. Bogor.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B Sounders Co. Philadelpia.

Odum, E. P. 1994. Dasar – Dasar Ekologi, edisi tiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 697 Halaman.

Pangesti, M. H. T. 2009. Monitoring dan Inventarisasi Burung. Pusat Diklat Departemen Kehutanan. Bogor. Hal 17-21.

Peraturan Perundang-Undangan. 1999. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7 tahun 1999. Biro Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta.

Rohadi, D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Rawa Universitas Lampung. (Skripsi). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Thomas, J.W., C. Maser, J.E Rodiek. 1979. Riparian Zona. In “Wildlife Habitat in Managed Forest” (J.W Thomas, ed). Agriculture Handook 553: 40-47. U.S. Dept. of Agriculture, Washington, D.C.

Utama, M. T. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Desa Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Wibowo, R. B. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Desa Pulau Pahawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

(16)

Sumber Internet

Adnense. 2011. Murai Batu. http://burung-mania.blogspot.com/2011/05/bakalan-murai-batu.html. Diakses 12 Januari 2012.

Akhiarif. 2011. Definisi Keanekaragaman Spesies. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2121955-definisi-keanekaragaman-spesies/. Diakses 2 April 2011

Anonimous. 2008. Sikatan Bubik.

http/dasarburungwordpress.com/2008/06/20/Sikatan-bubuik/. Diakses 10 Januari 2012.

Anonimous. 2010. Burung Indonesia. http://www.burung

org/detail_text.php?op=articledanid=93. Diakses 3 Januari 2010. Arifin, M. 2011. Bondol Perut Putih.

http://www.fobi.web.id/key/Jambi?g2_itemId=66275.. Diakses 10 Januari 2012.

Baskoro. 2005. Cabai Polos.

http://www.fobi.web.id/key/Dicaeidae,typespec?g2_itemId=27202. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro. 2009. Bondol Jawa.

http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_bondol_jawa.htm. Diakses 16 Januari 2012.

Baskoro. 2009. Cucak Kutilang. http://teksdi.blogspot.com/2011/04/informasi-mengenai-burung-kutilang.html. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro, 2009. Cucak Kuning.

http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_cucak_kuning.htm. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro. 2009 Elang Hitam. http://kendalnationalpark.web.id/gallery/burung-burung kendal -09/. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro, 2009. Madu Sriganti.

http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_burung_madu_sriganti.htm. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro, 2009. Perkutut Jawa. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-col/geo-str/Perkutut-Jawa_Baluran_17.jpg.html. Diakse 12 Januari 2012

Baskoro. 2009. Elang Tiram.

(17)

Baskoro. 2010 Tekukur Biasa.

http://www.fobi.web.id/key/Sulawesi+Tenggara?g2_itemId=25684. Diakses 12 Januari 2012

Baskoro. 2010 Bubut Alang – alang.

http://www.fobi.web.id/key/Cuculidae?g2_itemId=11976. Diakses 12 Januari 2012

Daget. 1976. Kreteria Kesamarataan.

http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/. Diakses 29 Desember 2011.

Dimar. 2009. Bentet Kelabu. http://www.bio.undip.ac.id/search burung/Si Bentet yang Kepepet « Indonesian Hotspot.htm. Diakses 16 Januari 2012. Direktorat Inventarisasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan, Direktorat

Jenderal Planologi Kehutanan. 2009. Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Lampung.

http://www.dephut.go.id/informasi/umum/hl_lampung.htm. Diakses 22 Januari 2011.

Efendi. 1992. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati.

http://www.members.tripod.com/biodiv/klasifik.htm. Diakses 2 April 2011.

Fitriawan, F. 2011. Kipasan Mutiara.

http//orientalbirdimages.org/birdimages?Php?action=GirdspesiesdanBird-ID-2255. Diakses 12 Januari 2012.

Hernowo, J. B. 1989. Suatu Tinjauan Terhadap keanekaragaman Jenis Burung dan Peranannya di Hutan Lindung Bukit Soeharto Kalimantan Timur.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/JawardiBudiS uatuTinjauanTerhadap.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Hernowo, J. B., dan Prasetyo, L.B. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Sebagai Pendukung Pelestarian Burung.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/Jawardidan Prasetyo Konsepsi Ruang Terbuka Hijau.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Ibo, C. 2009. Alap – alap Kawah.

http://cepsibo.wordpress.com/2011/03/14/peregrine-falcon-atau-alap-alap-kawah-falco-peregrinus//. Diakses 12 Januari 2012.

(18)

http://www.koransindojakarta.com/ pembangunan118-spesies-burung-terancam /html. Diakses 2 April 2011.

Issa. 2008. Bondol Haji. http/www.avifaunafree.com/ Diakses 10 Januari 2012. Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca

Bencana Alam Gunung Meletus. http://irwantoshut.com/saasharefile/ perencanaan perbaikan habitat satwa liar burung pasca bencana alam gunung meletus.pdf. Diakses 29 Maret 2010.

Jearwattanakonak, A. 2002. Cucak Bersisik.

http://orientalbirdimages.org/search.php?action=searchresult&Bird_ID=1 677. Diakses 12 Januari 2012.

Tie, J. 2009. Cabai Merah. http://naturespies.blogspot.com/2009/08/scarlet-backed-flowerpecker-dicaeum.html. Diakses 12 Januari 2012.

Marully, A. 2011. Pipit Benggala.

http://www.kutilang.or.id/burung/konservasi/pipit-benggala/ (bird education, 16 sep 2011. Diakses 12 Januari 2012.

Minoritaskiri. 2011. Cabai Jawa. http://ruangkiri.blogspot.com/2011/01/temu-kenal-dengan-si-burung-di-cibubur.html. Diakses 16 Januari 2012.

Narisa, C. 2010. Konsep Keanekaragaman Hayati.

http://www.scribd.com/doc/9680540/Konsep-Keanekaragaman-Hayati. Diakses 2 April 2011.

Ontario, J., Hernowo, J. B., Haryanto dan Ekarelawan. 1990. Pola Pembinaan Habitat Burung di Kawasan Pemukiman Terutama Perkotaan.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/28105/Jojo_Ontario_ Isye.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Paterson.1980. Buru g Pustaka Ala Life Tira Pustaka.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/JawardiBudi_ SuatuTinjauanTerhadap.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia. 2011. Gambaran Umum Program Burung Indonesia.

http://www.burung.org/index_cont.phpop=proverview&mn=pr. Diakses 2 April 2011.

Ramdhani. 2008. Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching.

(19)

Santoso, N. 2008. Tinjauan Aspek Konservasi Dalam Pembinaan Hutan Tanaman

Industri.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24583/tinjau an_aspek_konservasi_dalam_pembangunan_hutan.pdf. Diakses 11

Februari2011.

Setiawan, B. 2008. Manyar Emas. http://kabarburungkibc.wordpress.com/edisi-april-2009/burung-burung-manyar-3-april-2008-jatimalang/. Diakses 10 Januari 2012.

Suvarna, R. 2007. Alap-alap Macan.

http//sangperegrine.wordpress.com/category/info/thechroniclesofsaxory. Diakses 12 Januari 2012

Utari, W.D. 2000. Keanekaragaman Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Areal Hutan Tanaman Industri PT Riau Andalan Pulp dan Paper dan Perkebunan Kelapa Sawit PT Duta Palma Nusantara Group Provinsi Dati Riau. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/E00wdu.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Shi, W.T. 2010. Cabai Tunggir Coklat. http;//

ofnorthborneobirdsandothers//search burung/plain-flowerpecker.html. Diakses tanggal 16 Januari 2012Winnasis. 2010. Sikatan Bubik. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-str. Diakses 16 Januari 20112.

Winnasis. 2011. Kicuit kerbau. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-str. Diakses 16 Januari 2012.

Wikipedia. 2012. Walet Sarang Hitam. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses 12 Januari 2012.

(20)
(21)
(22)
(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Burung

Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari keberadaan dan penyebarannya dapat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal dapat diamati dari tipe habitat yang dihuni oleh burung, sedangkan secara vertikal dari stratifikasi profil hutan yang dimanfaatkan. Keberadaan jenis burung dapat dibedakan menurut perbedaan strata, yaitu semak, strata antara semak dan pohon, dan strata tajuk. Setiap jenis strata mempunyai kemampuan untuk mendukung kehidupan jenis-jenis burung. Penyebaran vertikal terbagi dalam kelompok burung penghuni atas tajuk dan kelompok burung pemakan buah (Fachrul, 2007).

(24)

A. 1. Pergerakan Burung

Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal. Pergerakan individu yang menyebar dari tempat tinggalnya , biasanya secara perlahan-lahan dan mencangkup wilayah yang tidak begitu luas disebut dispersal.

Salah satu bentuk pergerakan satwa liar terutama burung adalah migrasi (Alikodra, 1990). Menurut Mackinnon (1998), migrasi adalah gerakan pindah secara musiman di antar dua wilayah geografis.

Migrasi dapat dibedakan menjadi tiga (Alikodra, 1990), yaitu : a. Migrasi musiman adalah migrasi yang terjadi karena perubahan

iklim dengan cara menurut garis lintang dan ketinggian tempat maupun secara lokal.

b. Migrasi harian biasanya disebut juga dengan pergerakan harian yang disebabkan oleh berbagai jenis satwa liar termasuk burung dalam jangka waktu 24 jam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai tempat-tempat yang jelas untuk tempat tidur, berlindung, mencari makan dan air, dan tempat berkembang biak.

(25)

Pola pergerakan lainnya adalah nomad, yaitu pergerakan individu ataupun populasi yang tidak tetap dan sulit dikenali secara pasti. Hal ini berbeda dengan kegiatan migrasi, dimana migrasi merupakan pergerakan yang dilakukan dengan arah dan rute yang tetap

mengikuti kondisi lingkungan dan akan kembali ke wilayah asalnya (Alikodra, 1990).

A.2. Peranan Burung

Kehadiran burung merupakan sebagai penyeimbang lingkungan. Jika ditinjau dari banyak jenis burung yang memakan serangga dan besarnya porsi makan burung maka fungsi pengontrol utama

serangga di hutan tropika adalah burung. Dalam membantu regerasi hutan tropika terutama pada proses penyebaran biji dan penyerbuan bunga, burung memiliki andil yang cukup besar. Telah dijumpai 12 jenis burung yang secara potensial memiliki kemampuan membantu proses penyerbukan, sehingga kehadiran burung mutlak diperlukan dalam ekosistem hutan tropika (Hernowo,1989).

(26)

A. 3. Keanekaragaman Jenis Burung

Menurut Pangesti (2009) Indonesia memliki keanekaragaman 1530 spesies jenis burung tersebar di 7 (tujuh) wilayah zoogeografi. Wilayah tersebut ialah Sumatera (6000 spesies), Jawa (498 spesies), Sulawesi (380 spesies), Kalimantan (479 spesies), Maluku (344 spesies), Nusa Tenggara (398 spesies), dan Irian Jaya (647 spesies). Pengelompokkan jenis burung didasarkan pada tipe habitat yang diakui terbagi menjadi tiga kelompok (Mackinnon, 1998) yaitu burung merandai, burung pantai dan burung terestial.

A. 5. Nilai Penting Burung

Ramdhani (2008) mengatakan bahwa burung memiliki nilai penting di dalam ekosistem antara lain:

1. Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem).

2. Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik. 3. Sebagai predator hama (serangga, tikus, dan sebagainya). 4. Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam

mendistribusikan bijinya.

(27)

1. Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism).

2. Sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya. 3. Memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah,

suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi.

4. Memiliki nilai ekonomi, diantaranya sarang, telur, daging, bulu, kotoran, binatang awetan, industri pembuatan sangkar, pakan, dan sebagainya.

B. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan (Narisa, 2010).

(28)

tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri (Narisa, 2010).

Indonesia memiliki kekayaan spesies hidupan liar dan ekosistem yang tidak dijumpai di lokasi lain di dunia ini. Memiliki 27,500 spesies tumbuhan berbunga (10% dari total jumlah spesies tumbuhan berbunga dunia), 515 spesies satwa mamalia (12% dari total jumlah spesies satwa mamalia dunia), 511 spesies reptilia , 270 spesies amfibia (16% dari total jumlah spesies amfibia dunia) dan 1,598 spesies burung (17% dari total jumlah spesies burung dunia) memberikan gambaran betapa Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan keanekaragaman hayati dunia (Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, 2011).

C. Keanekaragaman Jenis

Menurut Ewusie (1990) dalam Fachrul (2007) keanekaragaman jenis burung akan tinggi jika keanekaragaman jenis tumbuhan (vegetasi) tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh setiap jenis satwa hidupnya bergantung pada sekelompok jenis tumbuhan tertentu.

(29)

mempertimbangkan hubungan antar spesies dalam suatu daerah (Efendi, 1992).

Indeks keanekaragaman hayati telah dikembangkan terutama untuk

menunjukan keanekaragaman spesies, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah spesies yang ditemukan dalam komunitas (Akhiarif, 2011).

D. Hutan Produksi

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia. Dalam hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (Forest Watch Indonesia, 2001). Namun demikian kerusakan hutan tropis di Indonesia terus meningkat secara tajam. Menurut data Forest Watch Indonesia (2001) lebih dari 20 juta hektar hutan sudah ditebang habis sejak tahun 1985 tetapi sebagian besar dari lahan ini belum pernah diolah menjadi alternatif penggunaan lahan yang produktif.

(30)

Dalam menjamin asas keadilan, pemerataan, dan lestari, maka izin usaha pemanfaatan hutan dibatasi dengan mempertimbangkan aspek kelestarian hutan dan aspek kepastian usaha. Pemegang izin usaha berkewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan hutan tempat usahanya. Usaha pemanfaatan hasil hutan meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan. Sedangkan pemanenan dan pengolahan hasil hutan tidak boleh melebihi daya dukung hutan secara lestari (Departemen Kehutanan, 1999).

Hutan produksi dapat juga disebut dengan Hutan Tanaman (HT). Pada umumnya hutan tanaman berawal dari kawasan hutan sekunder atau bekas tebangan yang tidak produktif dan semak belukar. Walaupun demikian pada kawasan hutan sekunder masih terdapat beberapa keanekaragaman hayati yang tergolong unik, khas, langka, dilindungi atau endemik. Oleh karena itu sangat penting dalam proses perencanaan pembangunan hutan tanaman dan pihak pengelola mempertimbangkan keberadaan keanekaragaman jenis hayati yang ada didalamnya untuk dapat dipertahankan (Santoso, 2008).

Santoso (2008) menyatakan pemahaman aspek konservasi dalam

pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), perlu dikaji dan diperjelas sehingga pelaksaan lapangan sesuai dengan apa yang diharapkan.

(31)

merupakan habitat bagi satwaliar maupun merupakan tempat mencari sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar (langsung atau tidak langsung).

E. Pengertian Habitat

Menurut Irwanto (2006), satwa liar membutuhkan pakan, air dan tempat berlindung dalam hidupnya dari teriknya panas matahari dan pemangsa serta tempat untuk bersarang, beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh kebutuhan tersebut diperolehnya dari lingkungan atau habitat dimana satwa liar hidup dan berkembangbiak. Suatu habitat yang baik akan menyediakan seluruh kebutuhan satwa liar untuk hidup dan berkembang-biak secara normal, sehingga menjamin kelestariannya dalam jangka panjang.

Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu (Irwanto, 2006) :

a. Komponen biotik, meliputi : vegetasi (masyarakat tumbuhan), satwa liar lain dan organisme mikro.

b. Komponen fisik, meliputi : air, tanah, iklim, topografi dan tata guna lahan yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

c. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik di atas.

(32)

Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat (Irwanto, 2006).

Berdasarkan stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun

penyebaran secara horizontal pada beberapa tipe habitat menunjukkan adanya kaitan erat antara burung dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi dalam mendapatkan sumberdaya. Setiap jenis burung akan menempati habitat tertentu sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan memainkan peranan tertentu pula dalam lingkungannya. Keberhasilan burung untuk hidup disuatu habitat sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam memilih dan menciptakan relung khusus baginya (Paterson, 1980 yang dikutip oleh Hernowo, 1989).

F. Hutan Produksi sebagai Habitat Burung

Menurut Alikodra (2010) pengelolaan habitat satwa dihutan produksi dapat dibedakan menurut tujuan pengelolaannya, yaitu:

a. Pengendalian gangguan satwaliar.

b. Pengelolaan satwaliar untuk diambil hasilnya. c. Meningkatkan suatu populasi satwaliar yang langka.

(33)

ruang, pengaturan kondisi tegakan, luas petak, tipe tanah, dan kelestarian satwaliar (jenis pergerakan, perilaku, dan sistem produksi).

Faktor yang berperan dalam sistem pengelolaan hutan terpadu untuk menghasilkan kayu dan satwa liar dari suatu hutan produksi adalah dengan mempertahankan zona riparian yang terletak ditepi-tepi sungai. Zona riparian ni ditandai dengan adanya jenis tumbuhan yang memerlukan air dan

kelembapan untuk pertumbuhan yang normal, memiliki tipe tumbuhan yang memerlukan air. Satwa liar sangat menyukai daerah riparian dibandingkan dengan daerah lainnya (Alikodra 2010).

Hasil penelitian di Hutan Blue Mountain menunjukkan bahwa dari 378 spesies satwaliar yang hidup didarat, 25 diantaranya sangat tergantung pada zona riparian yang menggunakannya sebagai habitat. Beberapa alasan mengapa zona riparian menjadi sangat penting bagi satwa liar (Thomas dkk, 1979 dalam Alikodra, 2010):

a) Adanya sumber air yang diperlukan satwa liar sebagai komponen habitat. b) Daerah riparian memberikan beranekaragam daerah pertemuan diantara

beberapa habitat yang sangat disukai oleh satwaliar.

c) Dapat memberikan iklim mikro lebih baik dari daerah lainnya.

d) Zona riparian sepanjang sungai dapat berfungsi sebagai hutan yang dapat menghubungkan berbagai kondisi habitat.

e) Tersedianya air yang cukup bagi tumbuhan.

(34)

G. Upaya Konservasi

Konservasi adalah manajemen penggunaan biospher oleh manusia sehingga memungkinkan diperolehnya keuntungan terbesar secara lestari untuk generasi sekarang dengan tetap terpeliharanya potensi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi yang akan datang. Konservasi sumber daya hayati mempunyai tiga tujuan, yaitu memelihara proses-proses ekologi

penting dan sistem pendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati dan yang terakhir menjamin pemanfaatan spesies dan ekosistem secara lestari (Harianto dan Setiawan, 1999).

Menurut Alikodra (1990), konservasi sumberdaya alam adalah kegiatan yang meliputi perlindungan, pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi, dan pengembangan. Tujuan konservasi adalah dapat menjamin kelangsungan hidup satwaliar, dan terjaminnya masyarakat untuk memanfaatkannya baik langsung ataupun tidak langsung berdasarkan prinsip kelestarian.

Upaya-upaya untuk dapat mecapai tujuan konservasi meliputi, melakukan pembatasan terhadap perbururan liar, melakukan pengendalian persaingan dan pemangsaan, pembinaan wilayah (suaka) tempat berlindung, tidur, dan

(35)

obyek wisata alam ataupun penangkaran, dan yang terakhir adalah pengembangan penelitian (Alikodra, 1990).

Upaya konservasi satwa liar meliputi dua hal penting yang harus mendapat perhatian yaitu: pemanfaatan yang hati-hati dan pemanfaatan yang harmonis. Pemanfaatan yang hati-hati bearti mencegah terjadinya penurunan

(36)

Kata-Kata Mutiara

”Kita berdoa ketika kita kesusahan dan membutuhkan sesuatu. Mestinya kita berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rejeki melimpah.” (Khalil Gibran)

”Segala sesuatu tidak akan terselesaikan jika hanya mengeluh dan berdiam diri seolah diri tidak mampu”

”Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, kesantunan itu diperoleh

dengan keindahan hati, sedangkan kesabaran itu diperoleh dengan keteguhan

(37)
(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 30 hari pada bulan Mei - Juni 2011 di

Kawasan Hutan Produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis-jenis burung yang ada didalam kawasan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan meliputi; kertas kerja, binokuller 7 x 50 mm, jam tangan, kamera, peta lokasi, dan “Buku Panduan Lapangan Indentifikasi Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan” oleh MacKinnon (1998).

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Waktu penelitian selama 30 hari merupakan waktu efektif selama pengamatan.

2. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung.

(39)

D. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer meliputi jenis-jenis burung yang dijumpai di kawasan pengamatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian, seperti: a. Karakteristik lokasi penelitian yang berupa keadaan fisik lokasi

penelitian.

b. Penelitian-penelitian burung yang telah dilakukan sebelumnya sebagai data penunjang yang sesuai dengan topik penelitian

.

E. Metode dan Cara Kerja

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan bertujuan untuk menentukan lokasi penelitian yang representatif berdasarkan karakteristik habitat dengan frekuensi perjumpaan berbagai jenis burung.

2. Penentuan Lokasi Pengamatan

(40)

(Hevea brasilliensis) sebagai habitat II, kedua lokasi pengamatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda (Gambar 2).

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan, Direktorat Planalogi Kehutanan 2009

[image:40.595.144.518.169.448.2]

(Skala 1: 1250.000)

Gambar 2. Peta lokasi hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan.

Keterangan:

: Petak lokasi hutan produksi di Way Kanan

: Lokasi Hutan Produksi non Register Giham tahmi Desa Gunung Sangkaran

(41)

Gambar 3. Lokasi titik pengamatan burung dengan keterangan

warna kuning adalah hutan produksi desa Gunung Sangkaran di Kabupaten Way Kanan.

Tipe habitat I dibagi dalam dua titik pengamatan yaitu pada Acacia

Mangium umur 7 tahun, dan umur 1 tahun (fase pancang). Tipe habitat II juga dibagi dalam dua titik pengamatan yaitu tegakan Karet umur 6 tahun, dan umur 2 tahun. Pembagian lokasi titik pengamatan berdasarkan pada perjumpaan keberadaan burung dan pergerakan burung.

3. Pengamatan burung

Pengamatan burung dilakukan dengan metode pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode terkonsentrasi dengan cara menetapkan lokasi-lokasi yang sesuai dengan pergerakan dan kondisi lingkungan (Alikodra, 1990). Metode ini digunakan dalam menghitung populasi burung pada saat burung beristirahat dipohon, mencari makan ataupun bersarang.

Perhitungan dapat dilakukan pada saat akan tidur (menjelang malam hari) dan pada saat burung meningggalakan tempat tidurnya untuk mencari makanan (pagi hari). Metode terkonsentrasi dilakukan dengan berada tetap pada tempat tertentu tanpa bergerak ke titik yang lain selama waktu yang ditentukan lalu mencatat jenis burung dan jumlah burung yang ditemukan.

Areal penelitian pada habitat I

(42)

Setiap jenis burung yang dapat dilihat dan didengar oleh pengamat dari setiap lokasi pengamatan dicatat jenisnya dan dihitung jumlah jenisnya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 – 09.00 dan pada sore hari pada pukul 15.00 – 18.00, pengamatan dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali pengulangan pada 10 titik pengamatan. Perhitungan populasi dengan menghitung langsung jumlah burung yang dapat diamati dengan data populasi tertinggi yang digunakan untuk penghitungan indeks

keanekaragaman.

F. Analisis Data

1. Analisis Keanekaragaman Burung

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon -Wienner (Odum, 1971 dalam Fachrul, 2007), dengan rumus sebagai berikut :

H’= -∑ Pi ln(Pi), dimana Pi = (ni/N)

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu seluruh jenis

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon – Wiener (H’) adalah sebagai berikut (Odum, 1994 dalam Wibowo, 2005) :

(43)

Indeks kemerataan diperoleh dengan mengunakan rumus sebagai berikut : J = H’/ H max atau J = -∑Pi ln (Pi)/ ln(S)

Keterangan :

J = Indeks kemerataan S = Jumlah jenis

Kriteria indeks kemerataan (J) menurut Daget (1976) dalam Solahudin (2003) adalah sebagai berikut :

0 < J ≤ 0,5 : Komunitas tertekan 0,5 < J ≤ 0,75 : Komunitas labil 0,75 < J ≤ 1 : Komunitas stabil

Indeks kesamaan komunitas (Similarity index) dihitung dengan

menggunakan rumus (Odum, 1993 dalam Indriyanto, 2006). Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan komposisi spesies burung berdasarkan kedua tipe hutan produksi yang diteliti.

IS = 2C/(A+B)

Keterangan : C = jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas

A = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 1 B = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 2

2. Analisis Deskriptif

(44)
(45)

I. PENDAHALUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Lampung dengan luas ± 3.528.835 ha, memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai 1.004.735 ha atau sekitar 30,43 % dari luas wilayah provinsi, salah satunya yaitu hutan produksi. Hutan produksi terbagi menjadi dua tipe yaitu hutan produksi terbatas dengan luas 33.358 ha dan hutan produksi tetap 191.732 ha (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Kawasan hutan produksi di Provinsi Lampung salah satunya Hutan Produksi non Register Giham Tahmi yang berada di Desa Gunung Sangkaran

(46)

Hutan produksi merupakan salah satu habitat penting bagi burung. Hutan produksi ini bisa membentuk salah satu dari beberapa komponen ekosistem bagi habitat burung yang tinggal di tajuk pohon atau di batang pohon. Selain bisa menyediakan perlindungan dan pakan bagi burung yang menetap ataupun bermigrasi juga memiliki peranan penting sebagai tempat berkembang biak bagi burung.

Spesies burung di Indonesia menurut Anonimous (2010), adalah 1539 spesies (17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia), 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia. Keanekaragaman jenis burung yang tinggi tersebut disebabkan karena Indonesia berada di hutan hujan tropis yang dikenal dengan keanekaragaman habitat yang cukup beragam (Utari, 2000).

Burung mempunyai manfaat yang cukup besar bagi masyarakat, antara lain membantu mengendalikan serangga hama, membantu proses penyerbukan bunga, mempunyai nilai ekonomi, memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan. Burung dapat dipergunakan sebagai sumber plasma nuftah, sebagai obyek penelitian, pendidikan dan rekreasi, burung juga mempunyai manfaat yang besar dalam menjaga

keseimbangan ekosistem karena perannya di dalam rantai makanan (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Kehadiran burung merupakan suatu indikator dalam pengkajian mutu ekosistem hutan dan produktivitas pada kawasan hutan.

(47)

dalam kawasan maupun menurunnya struktur komposisi tegakan yang ada dalam kawasan seperti diketahui bahwa hutan prduksi memiliki jenis tanaman homogen. Gangguan – gangguan ini berpotensi menyebabkan menurunnya spesies burung yang ada didalam kawasan hutan produksi non register Giham Tahmi.

Perubahan kondisi vegetasi yang berbeda dengan hutan akan mengakibatkan perubahan komunitas dan penurunan jenis burung (Utari, 2000). Menurut data dari Indonesia Ornithologist Union (2008) 118 spesies burung di Indonesia terancam punah akibat dari perambahan hutan dan pembangunan. Gambaran ini juga merupakan suatu peringatan yang penting untuk melakukan upaya melindungi dan melestarikan burung secara cepat dan tepat.

Meskipun telah diuraikan tentang penurunan jenis burung akibat perubahan habitat dan gangguan aktivitas manusia, namun untuk keberadaan dan tingkat keanekaragaman burung di hutan produksi non register Giham Tahmi yang berada di desa Gunung Sangkaran belum diketahui secara rinci. Selain itu mengingat pentingnya peranan ekologis burung di dalam suatu ekosistem hutan termasuk hutan produksi, maka diperlukan upaya perlindungan dan pelestarian burung sebagai bentuk upaya konservasi keanekaragaman hayati.

(48)

sehingga diperoleh data keanekaragaman jenis burung yang diperlukan bagi upaya perlindungan dan pelestarian.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana jumlah spesies burung, jumlah famili, jumlah total spesies individu dan spesies burung yang dilindungi menurut Peraturan

Perundangan No.7 tahun 1999 pada habitat mangium dan habitat karet di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran.

2. Bagaimana tingkat keanekaragaman jenis burung berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner, Indeks Kesamarataan, dan Indeks Kesamaan (Similarity index) pada habitat mangium dan habitat karet.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah spesies burung, jumlah famili, jumlah total spesis individu dan spesies burung yang dilindungi menurut Peraturan

Perundangan No. 7 tahun 1999 pada habitat mangium dan habitat karet di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran.

2. Mengetahui tingkat keanekaragaman jenis burung berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner, Indeks Kesamarataan, dan Indeks Kesamaan (Similarity index) pada habitat mangium dan habitat karet.

(49)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang keanekaragaman burung dan dasar ilmiah bagi pelestarian dan perlindungan burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan.

E. Kerangka Pemikiran

Hutan Produksi merupakan salah satu habitat penting bagi burung. Hutan produksi ini bisa membentuk salah satu dari beberapa komponen ekosistem bagi habitat burung yang tinggal di tajuk pohon atau di batang pohon. Selain bisa menyediakan perlindungan dan pakan bagi burung yang menetap ataupun bermigrasi juga memiliki peranan penting sebagai tempat

berkembang biak bagi burung. Kehadiran burung merupakan suatu indikator penting dalam suatu ekosistem juga produktivitas pada kawasan hutan produksi.

Upaya konservasi perlu dilakukan di areal yang diperkirakan mendukung baik kehidupan dan kehadiran burung. Hutan Produksi desa Gunung Sangkaran merupakan salah satu contoh areal hutan silvikultur yang merupakan habitat dari berbagai jenis burung. Langkah awal upaya konservasi yang harus dilakukan dengan melakukan penelitian tentang keberadaan burung dan tingkat keanekaragmannya di Hutan Produksi desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan.

(50)

tegakan Mangium (Acacia mangium) dan habitat pada tegakan Karet (Hevea brazilliensis). Titik pengamatan pada habitat I dibagi menjadi empat titik, terdiri dari tiga titik di mangium umur 7 tahun dan satu titik di mangium umur 1 tahun dengan pengulangan 3 kali pada masing-masing titik, sehingga pengamatan pada habitat I adalah 12 titik hari pengamatan. Pada habitat II menjadi enam titik pengamatan burung, terdiri dari tiga titik di tegakan Karet umur 2 tahun dan tiga titik di tegakan Karet umur 6 tahun dengan

pengulangan 3 kali pada masing-masing titik, sehingga penelitian dilakukan selam 18 titik hari pengamatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi keanekaragamn jenis burung dan dasar ilmiah dalam upaya perlindungan dan pelestariannya.

Hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Perubahan lahan

dan aktivitas manusia

Keanekaragaman jenis burung Gangguan

habitat

(51)
(52)

Judul Skripsi : KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN

KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

Nama Mahasiswa : Anggi Handari

NPM : 0714081030

Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P Dr.Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. NIP. 19731012 199903 2001 NIP. 19790701 200801 1009

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kehutanan

(53)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blambangan Umpu pada tanggal 26 Januari 1990,

merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Hopni Yanto dan Ibu Mala Sari.

Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri 1

Blambangan Umpu, kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Blambangan Umpu dan selesai pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Blambangan Umpu. Lalu pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

(54)

SANWACANA

Asslamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul

”Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Produksi Desa Gunung Sangkaran,

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan" skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut, M.P. sebagai pembimbing pertama dan

Bapak Dr. Arief Darmawan, S. Hut, M. Sc. Sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan. 2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

(55)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Way Kanan yang telah memberikan ruang untuk penulis melakukan penelitian.

5. Bapak Kepala Desa Gunung Sangkaran, Bapak Margono dan sekeluarga yang memberikan arahan saat penelitian dan membantu dalam pengumpulan data skripsi penulis.

6. Teruntuk kedua orang tua penulis Emak dan Bapak (Mala Sari dan Hopni Yanto) atas tetes keringat dan perjuangan serta yang selalu berdoa untuk keberhasilan penulis serta kakak tercinta (Angga Aria Saputra). Terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan teguran kepada penulis serta kasih sayang yang selalu membuat penulis bersemangat.

7. Keluarga besar penulis di Blambangan Umpu yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini dan turut

membantu penyelesaian skripsi.

8. Seseorang yang selalu mengisi hari – hari penulis dan memberikan semangat

serta do’anya (Rizky Rian Tiarno).

9. Saudara-saudaraku Forestry Seven, Nisa, Westi, Valen, Merry, Icha, wo Fera, Rani, Lisda, Ando, Deni, Oben, Daus, Baim, Eko, Rita, Desni, Echa, Elsa, Etu, Andri, Sondri, Agus, Moses, Daniel, Ribai, Nove, Nanda, Edwin, Fajar, Adi, penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan selama ini dari awal kuliah sampai sekarang yang juga banyak memberikan semangat serta

(56)

10.My Second Brother Apriyadi, S.Hut., yang selalu menjadi panutan bagi penulis dan juga menjadi motivasi bagi penulis selama ini.

11.The Best Friend penulis, Fatma, Erna, Ririn, Dwi, Sri, Abang Rohya, dan Mba Lena. Terima kasih untuk ketulusan dan persahabatan kita serta selalu siap mendengar isi hati, keluh kesah penulis.

12.Mas Sutikno dan Pakde Tasman yang banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.

13.Saudara dan sahabat Himasylva FP Unila yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu atas kebersamaannya yang selama ini terbina, semoga akan tetap selalu bersama.

14.Teman-teman Kost Aisyah, Mb uyun, Nisa, Sari, Nani, Fitri, Risma, Ayu, dan Ila. Terima kasih telah berbagi susah dan senang serta dan telah menghiasi hari – hari bersama selama ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(57)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran

[image:57.595.115.526.354.760.2]

Jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran ditemukan sebanyak 29 spesies yang terdiri dari 14 famili dan total individu keseluruahan 2642 individu. Jenis-jenis burung tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

No Nama Jenis

Burung Nama ilmiah Family Jumlah

1 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster Chloropseidae 412 2 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Ploceidae 241

3 Bondol Haji Lonchura maja Ploceidae 177

4 Elang Hitam* Ictinaetus malayensis Accipitridae 6 5 Madu Kelapa* Anthreptes malacensis Nectariniidae 44 6 Bondol Perut Putih Lonchura leucogastra Ploceidae 175 7 Pipit Penggala Amandava amandava Ploceidae 29 8 Tekukur biasa Streptopelia bitorquata Columbidae 55 9 Perkutut jawa Geopelia striata Columbidae 87 10 Walet Sarang

Hitam Collocalia maxima Apodidae 168

11 Kadalan Kembang Phaenicophaeus javanicus Cuculidae 17 12 Sikatan Bubik Muscicapa dauurica Muscicapidae 59 13 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae 19 14 Kicuit Kerbau Motacilla flava Motacilidae 54

15 Murai Batu Monticola solitarius Turdidae 2

16 Madu Sriganti* Nectarinia jugularis Nectariniidae 39

Lanjutan Tabel 2. No Nama Jenis

Burung Nama Ilmiah Famili Jumlah

17 Bentet Kelabu Lanius schach Laniidae 21

(58)

19 Cabai Tunggir

Coklat Dicaeum everetti Dicaeidae 45

20 Bondol Peking Lonchura punctulata Ploceidae 178 21 Alap-alap kawah* Falco peregrinus Falconidae 1 22 Cucak Bersisik Pycnonotus squamatus Chloropseidae 135 23 Manyar Emas Ploceus hypoxanthus Ploceidae 21 24 Cabai Merah Dicaeum cruentatum Dicaeidae 125

25 Cabai Jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae 110

26 Alap-alap Macan* Falco severus Falconidae 10 27 Elang Tiram Pandion haliaetus Pandionidae 8

28 Cabai Polos Dicaeum concolor Dicaeidae 176

29 Cucak Kuning Pycnonotus melanicterus Chloropseidae 205 * : Jenis burung yang dilindungi Peraturan Perundang – undangann No.7

[image:58.595.118.520.85.294.2]

tahun 1999

Tabel 3. Jenis vegetasi di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

No Nama Jenis Nama Ilmiah Family

1 Mangium Acacia mangium Mimosaceae

2 Karet Hevea braziliensis Euphorbiaciae 3 Petai Cina Leucaena glauca Mimosaceae 4 Mentru/Puspa Schima wallichi Theaceae

Tabel 4. Jenis tumbuhan bawah di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

No Nama Jenis Nama Ilmiah

1 Krisan Carex baccans

2 Pakis liar Diplazium esculatum 3

4 5 6 7

Alang – alang Rumput berduri Bebandotan Kirinyuh Sintrong Imperata cylindrica Mimosa invisa Ageratum conyzoides Eupatarium pallessens Erechtites valerianifolia

Tabel 5. Nilai indeks kesamaan jenis spesies antar habitat

Mangium 7 th

Mangium 1 th

Karet 6 th Karet 2 th

(59)

Tabel 6. Indeks keanekaragaman dan indeks kesamarataan burung di dua tipe habitat hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

Lahan Jumlah Indeks Indeks

Hutan Produksi Spesies Keanekaragaman Kesamarataan

Mangium 7 tahun 22 2, 807* 0,908***

Mangium 1 tahun 13 2,236* 0,872***

Karet 6 tahun 26 3,000** 0,921***

Karet 2 tahun 24 2,853* 0,898***

Ket : * = Indeks keanekaragaman sedang ** = Indeks keanekaragaman tinggi

*** = Indeks kesamarataan menunjukkan komunitas stabil

2. Tingkat Keanekaragaman Jenis a. Indeks Keanekaragaman

Gambar 4. Grafik indeks keanekaragaman (H’) burung pada dua tipe habitat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, bulan Mei – Juni 2011.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Akasia 7 th Akasia 1 th Karet 6 th Karet 1 th 2,807 2,236 3 2,853 H' Tipe Habitat

Mangium 1th - 0,667 0,703

Karet 6th - 0,920

(60)

Menurut Efendi (1992), keanekaragaman spesies atau keanekaragaman jenis menunjukkan jumlah keragaman spesies dalam suatu daerah. Keragaman ini dapat diukur dengan banyak cara. Jumlah spesies dalam suatu daerah sering digunakan sebagai tolok ukur keanekaragaman jenis.

Berdasarkan hasil penelitian burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran diperoleh keanekaragaman jenis burung yang berbeda antara dua habitat (Tabel 6). Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener, tipe habitat II lebih tinggi dari pada di habitat I, terlihat pada Gambar 4.

Berdasarkan dari perhitungan indeks keanekaragaman dihasilkan hutan produksi Desa Gunung Sangkaran pada tegakan karet umur 6 tahun memiliki keanekaragamn dengan nilai 3,000, maka di umur 6 tahun tergolong dalam keanekaragaman yang tinggi (H’>3). Sedangkan karet

umur 2 tahun, mangium umur 7 dan 1 tahun, ketiga lokasi ini tergolong keanekaragaman sedang dengan nilai indeks H’ 2,853; 2,807; 2,236.

Hal ini dikarenakan pada habitat karet umur 6 tahun ini cukup jauh dari jalan permanen yang dilewati kendaraan yang ada di lokasi hutan produksi sehingga kemungkinan burung lebih menyukai tegakan karet umur 6 tahun untuk bersarang dan berkembang biak.

(61)

tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Soegianto, 1994 dalam Indriyanto, 2006). Hutan produksi memiliki keanekaragaman spesies burung yang tinggi karena memiliki spesies yang banyak. Seperti pernyataan Indriyanto (2006), suatu komunitas memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika tersusun oleh banyak spesies.

Nilai keanekaragaman habitat di karet umur 6 tahun dengan karet 2 tahun, mangium 7 tahun dan mangium 1 tahun memiliki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini dikarenakan ketiga lokasi tersebut kurang memberikan ruang bagi burung untuk dapat tinggal, hanya burung-burung tertentu saja, hanya dijadikan sebagai tempat mencari makan dan tempat persinggahan bagi burung-burung.

Perbedaan jumlah jenis burung yang ditemukan pada habitat I dan habitat II terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik perbedaan jumlah jenis burung pada dua tipe habitat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, bulan Mei – Juni 2011. 0 5 10 15 20 25 30

(62)

Total jenis dan total individu burung pada tipe habitat II (tegakan Hevea braziliensis) adalah yang terbesar, terdapat 26 jenis dengan total

individu 304 individu untuk tegakan umur 6 tahun dan umur 2 tahun terdapat 24 jenis dengan total individu sebesar 283 individu.

Sedangkan pada tipe habitat I (tegakan Acacia mangium) hanya ditemui 22 jenis dengan jumlah individu sebanyak 238 untuk umur 7 tahun dan umur 1 tahun ditemui 13 jenis dengan jumlah individu 217.

Tingginya jumlah spesies burung pada habitat hutan produksi diduga berkaitan dengan ketersediaan pakan yang cukup melimpah.

b. Indeks Kesamarataan

Nilai indeks kesamarataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan diatas 0,75 maka dikatakan komunitas stabil. Bila semakin kecil nilai indeks

kesamarataan spesies maka penyebaran spesies tidak merata. Artinya dalam komunitas ini tidak ada spesies yang mendominasi sehingga kemungkinan tidak adanya persaingan dalam mencari kebutuhan untuk hidup.

(63)

terhadap jumlah spesies, jika kelimpahan spesies tersebar secara merata maka kekayaan spesiesnya dianggap tinggi.

Nilai indeks kesamarataan pada hutan produksi yang berisi tegakan karet 2 tahun merupakan nilai indeks kesamarataan yang tidak berbeda jauh dengan mangium umur 1 tahun, walaupun pada tegakan karet 2 tahun ini memiliki jumlah spesies penyusunnya lebih banyak

dibandingkan mangium 1 tahun. Hal ini dikarenakan masih ada spesies yang mendominasi di hutan hutan produksi pada tegakan karet umur 2 tahun yaitu cucak kuning dengan jumlah 118 individu dan bondol jawa dengan jumlah 71 individu.

Gambar 6. Grafik indeks kesamarataan pada dua tipe habitat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, bulan Mei – Juni 2011.

c. Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index)

Kesamaan spesies burung antar habitat di Desa Gunung Sangkaran terlampr pada Tabel 5. Nilai indeks kesamaan pada beberapa habitat di

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Akasia 7 th Akasia 1 th Karet 6 th Karet 2 th 0,908 0.872 0,921 0,898

J

Tipe habitat

(64)

hutan produksi memiliki nilai mendekati angka 1. Indeks kesamaan yang sangat mendekati angka 1 adalah indeks kesamaan dari habitat hutan produksi pada tegakan karet 6 tahun dan hutan produksi pada tegakan karet umur 2 tahun, yaitu dengan nilai 0,920 yang artinya dalam kedua habitat ini banyak terdapat spesies yang sama dengan kata lain 92% sepeis burung di karet 2 tahun ada di karet 6 tahun. Nilai indeks kesamaan yang tinggi dikarenakan spesies tumbuhan pada karet 6 tahun dan karet 2 tahun adalah tegakan yang sama yaitu tegakan Hevea brazilensis, kemungkinan lainnya karena jarak kedua hutan tersebut yang berdekatan dan daya jelajah burung yang cukup luas sehingga burung mampu hidup di berbagai habitat dan penggunaan ruang dalam habitat hutan produksi yang keduanya sama.

Untuk nilai indeks kesamaan yang paling rendah adalah nilai indeks kesamaan dari tegakan karet umur 6 tahun dan hutan produksi pada tegakan mangium umur 1 tahun dengan nilai 0,667. Nilai indek

similaritynya rendah karena dua habitat tersebut berbeda, yaitu tegakan mangium dan tegakan karet. Pada mangium umur 1 tahun

(65)

B.Pembahasan

1. Deskripsi Jenis Burung di Hutan Produksi Desa Gunung Sangkaran Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 29 jenis burung yang berasal dari 14 famili. Famili Chloropseidae terdiri dari berbagai macam cucak yaitu cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), dan cucak bers

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan
Tabel 2.  Jenis-jenis burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
Tabel 3. Jenis vegetasi di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
Gambar 12.  Burung Manyar Emas (Ploceus hypoxanthus)7. Cucak Kutilang ( sedang bertengger di kawasan pantai Jatimalang, Purworejo 03 April 2008, terdapat juga pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang terdapat di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi

Berdasarkan hasil pengamatan burung di Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus diperoleh keanekaragaman jenis burung yang berbeda antara tiga

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Keanekaragaman Jenis reptil ordo Squamata di kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung termasuk rendah, dan untuk nilai

Selain itu penelitian bertujuan untuk membandingkan keanekaragaman jenis burung antara lahan basah yang alami dengan lahan basah persawahan berdasarkan indeks keanekaragaman

Selain itu penelitian bertujuan untuk membandingkan keanekaragaman jenis burung antara lahan basah yang alami dengan lahan basah persawahan berdasarkan indeks keanekaragaman

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai

untuk mendata keanekaragaman jenis vegetasi yang terdapat di hutan rawa gambut pada kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya2.

Dari analisis yang dilakukan pada tabel 4.2, 4.3, dan 4.4 dapat dilihat nilai indeks keanekaragaman serangga malam di Hutan Desa Sungai Magelang Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman