ABSTRACT
POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OFREGENCY’S HEADCANDIDATE
OF PESAWARAN By
AFRIAN SIAGA SR
Campaign in Local Election was some activities done by Regency’s Head
Candidate in introducing themselves and their program to the public, with some
methods or phase that was established before and has a purpose for searching
supports and get vote at Election Day. Political opinion according to definition of
Sjamsudin (1993:7), is a view or reference of someone or people toward political
objet that related with some values of people.
The main issue of this research: “How is the positive influence of Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of people at
Lempasing Village?”The objective of this research is to describe the influence of
Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of
by questionnaire and documentation technique, than analyzed by using percentage
and interval formula.
Based on the result of the research can concluded that political opinion of people
at Lempasing Village toward campaign of Regency’s Head Candidate of
Pesawaran is positive political opinion. It presented from 98 responder: counted
53 (54,08%) responder had positive political opinion, counted 45 (45,92%)
responder had neutral political opinion and no one (0,00%) of responder that had
ABSTRAK
OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN
Oleh
AFRIAN SIAGA SR
Kampanye pada Pemilihan Umum Kepala Daerah merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh calon Bupati dan Wakil Bupati dalam
menyosialisasikan diri atau program kepada masyarakat, dengan berbagai metode
atau langkah yang telah ditetapkan sebelumnya dan bertujuan untuk mendapatkan
dukungan serta memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada pelaksanaan
pemungutan suara. Opini politik menurut Sjamsudin (1993: 7), adalah cara
pandang yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek
politik yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat.
Perumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon Bupati
Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?” Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon Bupati Pesawaran terhadap
opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Data dikumpulkan dengan teknik
kuesioner dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan
rumus persentase dan interval.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diketahui bahwa opini politik
masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran termasuk dalam opini politik
positif. Hal ini diketahui dari 98 responden: sebanyak 53 (54,08%) responden
memiliki opini politik yang positif terhadap kampanye calon-calon Bupati
Pesawaran, sebanyak 45 (45,92%) responden memiliki opini politik yang netral
terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dan tidak ada (0,00%)
responden memiliki opini politik yang negatif terhadap kampanye calon-calon
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bergulirnya era reformasi berdampak pada sistem ketatanegaraan di Indonesia,
yaitu terjadi pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik
(local democracy) yang bertumpu pada pemerintahan daerah. Otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran
serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan dan
keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah otonomi
masing-masing. Implikasinya adalah rakyat yang ada pada suatu daerah otonomi
memiliki kesempatan untuk memilih calon kepala daerahnya secara langsung
melalui mekanisme yang disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah.
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilu
merupakan mekanisme politik untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan
rakyat untuk menentukan format masa depan demokratisasi Indonesia. Melalui
pelibatan langsung warga negara dalam kancah politik praktis inilah, secara
esensial suara rakyat adalah suara Tuhan yang mengamanatkan terbentuknya
Pemilihan Kepala Daerah memiliki beberapa fungsi sebagaimana halnya
pemilihan umum. Menutrut Muhammad A.S. Hikam (2002: 21-23), fungsi-fungsi
tersebut adalah legitimasi (pengakuan) politik, terciptanya perwakilan politik,
sirkulasi elit politik dan pendidikan politik. Legitimasi politik dalam pemilu
bermakna bahwa legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena
pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki
kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku pembuat
keputusan (decission maker) akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan
pemaksaan.
Terciptanya perwakilan politik dalam pemilu bermakna bahwa seleksi
kepemimpinan dan perwakilan dapat dilakukan secara lebih adil karena
keterlibatan warga negara. Praktek demokrasi modern, yaitu melalui perwakilan
dapat dilakukan. Sirkulasi elit politik dalam Pemilu menunjukkan adanya sirkulasi
atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah
yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai
elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan
bahwa Pemilu memiliki fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.
Fungsi Pemilu lainnya adalah sebagai pendidikan politik bagi warga negara agar
dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Melalui keterlibatan dalam proses
pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung
tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi.
3
adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta
perjalanan bangsa dan negara.
Pemilihan Kepala Daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan
mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar
mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih. Pemilihan
kepala daerah secara langsung ini memiliki arti bahwa suara rakyat sangat penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik. Terlebih lagi bagi
partai politik, karena mau tidak mau partai politik berkewajiban mendengar dan
merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih tetap eksis dan berperan
dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya secara alamiah untuk
memberdayakan partai politik menjadi penting untuk membentuk partai menjadi
lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan partai yang berorientasi
kerakyatan.
Hal tersebut yang akan lebih mendorong partai politik untuk memperluas
kemampuan organisasi dan dalam mengembangkan pranata kelembagaan yang
demokratis yang akan berdampak secara luas dan mendorong partisipasi rakyat.
Partai politik merupakan sarana yang penting sebagai perwujudan kemerdekaan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dalam mengembangkan
kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Pada sistem
demokrasi modern, keberadaan partai politik merupakan keniscayaan. Partai
politik merupakan institusi kunci bagi demokrasi dan akan tetap menjadi
Sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah, setiap calon kepala daerah, partai
politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan
sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut
dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memilii
kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar
bagi mereka dalam menentukan pilihan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa
masyarakat merupakan sasaran kampanye yang dilakukan oleh para calon kepala
daerah dan partai politik, yang menjanjikan berbagai program dan perubahan bagi
masyarakat, seperti sembako murah, pendidikan murah, pengobatan murah dan
sebagainya.
Kampanye dalam konteks ini merupakan serangkaian langkah yang ditempuh oleh
partai politik dan calon kepala daerah dalam menyosialisasikan diri dan progam
mereka kepada masyarakat luas. Aktivitas kampanye pada dasarnya merupakan
sosialisasi politik, karena pada prakteknya partai politik dan calon kepala daerah
berkampanye menyosialisasikan diri mereka sebagai pelaku politik dan program
mereka sebagai program politik pada masyarakat untuk diketahui, dikenal dan
dipilih pada saat pemungutan suara. Hal ini selaras dengan pendapat Almond
(dalam Miriam Budiardjo, 2000: 115), bahwa sosialisasi politik adalah suatu
proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat.
Sosialisasi politik menyangkut dua hal yaitu berlangsung secara terus menerus
selama hidup seseorang dan dapat mengambil bentuk pembelajaran secara
5
Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai
pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya
diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka
pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap
pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan
mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang
yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye.
Tanggapan atau opini tersebut dapat ditujukan pada aktivitas kampanye langsung
yang dilakukan oleh calon-calon bupati, meliputi metode kampanye, materi
kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam
kampanye. Opini pada dasarnya merupakan proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu
indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Berdasarkan
pengertian tersebut, informasi yang terdapat dalam kampanye calon kepala daerah
masuk ke dalam otak dan memori masyarakat yang terus berinteraksi dalam
kehidupannnya, sehingga muncul pendapat atau tanggapan yang beragam
mengenai proses kampanye tersebut.
Berdasarkan prasurvey pada pertimbangan-pertimbangan tertentu maka penulis
akan melakukan penelitian di Desa Lempasing, sebagai salah satu desa yang ada
di Wilayah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Adapun
pertimbangan-pertimbangan pemilihan sebagai lokasi penelitian ini adalah sebagai
1. Desa Lempasing merupakan salah satu desa yang berlokasi di pesisir laut,
keadaan geografis demikian menyebabkan banyak masyarakat bekerja sebagai
nelayan atau mengusahakan pertambakan udang air payau. Kondisi inilah
yang menyebabkan calon-calon Bupati Pesawaran menjadikan masyarakat
Desa Lempasing sebagai salah satu segmen sasaran kampanye untuk
menawarkan beberapa program yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
pesisir seperti pemberdayaan masyarakat pesisir, pengobatan, pendidikan,
kesehatan dan peningkatan ekonomi kaum nelayan.
2. Hasil prariset dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan kampanye
salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati (Pattimura dan Johan
Sulaiman) di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin pada bulan Juni
2010 menunjukkan bahwa masyarakat pada umumnya terlihat antusias
mengikuti kampanye. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang
menghadiri kampanye calon bupati dan wakil bupati tersebut.
3. Masyarakat Desa Lempasing cenderung masih tradisional dalam berpolitik,
sehingga opini mereka tentang kampanye calon bupati dan wakil bupati dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kekerabatan dalam masyarakat desa.
4. Terdapat data dan sumber data yang penulis butuhkan di Desa Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, sehingga sangat
mendukung pelaksanaan penelitian ini.
(Sumber: Prariset pada Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Juni 2010)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai opini
politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
7
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon
Bupati Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa
Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon
Bupati Pesawaran terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya cakrawala
pengetahuan dan wawasan dalam kajian ilmu pemerintahan pada khususnya
dan khazanah ilmu-ilmu sosial politik pada umumnya.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi
dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan
kajian mengenai opini politik masyarakat dalam kaitannya dengan Pemilihan
2.1 Opini Politik
2.1.1 Pengertian Opini
Menurut Slamento (2001: 20), opini adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu
indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Opini atau
tanggapan seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda, yaitu positif (baik),
netral (biasa saja) dan negatif (buruk).
Pengertian di atas menekankan bahwa opini bukan hanya sebatas pada
pengindraan terhadap obyek atau lingkungan saja, akan tetapi lebih luas seseorang
yang mengalami atau mengamati terhadap obyek atau lingkungan yang
memberikan tanggapan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu
penilaian pandangan atau pendapat.
Menurut Mar’at (1999: 73), opini merupakan proses pengamatan seseorang yang
berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak
perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan
kemauan untuk berbuat. Jadi komponen kognisi akan berpengaruh terhadap
9
obyek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau
diopinikan tentang obyek tersebut.
Pengertian di atas menekankan bahwa opini merupakan suatu proses pengamatan
terhadap sesuatu objek yang didalamnya menyangkut tanggapan kebenaran
langsung, keyakinan terhadap objek tersebut yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak
senang yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang diopinikan tentang
suatu objek tersebut. Secara umum dan keseluruhan, opini dapat diartikan sebagai
kesan-kesan, penafsiran seseorang terhadap objek tertentu yang didapat melalui
panca inderanya.
Menurut Slamento (2001: 26), opini seseorang terhadap suatu objek dapat
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Kebutuhan
Kebutuhan terhadap sesuatu akan mempengaruhi opini seseorang terhadap
objek. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga opini
yang diberikan terhadap suatu objek juga akan berbeda. Ketika memberikan
tanggapan terhadap sesuatu biasanya hanya memperhatikan bagian-bagian
tertentu dari suatu objek atau orang tertentu berdasarkan atas sikap, nilai dan
keyakinan dalam diri individu yang bersangkutan dan mengabaikan
karakteristik yang tidak relevan atau berlainan dengan nilai dan keayakinan.
2. Penilaian
Penilaian seseorang terhadap suatu objek akan berkaitan erat dengan opini
penilaian oleh seseorang pada umumnya didasarkan pada pengalaman, nilai
dan keyakinan pribadi sehingga dalam memberikan tanggapan terhadap suatu
objek perlu di lihat baik atau buruknya. Adalah sangat langka jika dapat
memberikan tanggapan terhadap sesuatu secara sepenuhnya netral.
3. Penyimpulan
Opini dalam hal ini adalah proses psikologis yang mencakup proses penarikan
kesimpulan terhadap suatu objek yang ditangkan oleh panca indera seseorang.
Interpretasi yang di hasilkan melalui opini pada dasarnya adalah penyimpulan
atas informasi yang tidak lengkap. Memberikan tanggapan terhadap makna
adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan
atas data yang di tangkap oleh indra.
Menurut Slamento (2001: 23), yang mempengaruhi opini seseorang adalah
sebagai berikut:
1. Relation. Seseorang biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu
atau dua objek sama. Dengan adanya memfokuskan perhatian tersebut, akan
terjadi opini antara mereka.
2. Set. Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seorang pelari
yang siap digaris start terdapat set bahwa akan terdengar pistol.
3. Sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula
11
2.1.2 Pengertian Opini Politik
Menurut Sjamsudin (1993: 7), pengertian opini politik pada dasarnya dapat
dinyatakan sebagai orientasi politik, yaitu merupakan cara pandang yang dimiliki
oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek politik yang berhubungan
erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Opini politik setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Selanjutnya menurut Sjamsudin (1993: 8), opini atau orientasi politik seseorang
bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang
dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat
membentuk, keseluruhan sikap masyarakat terhadap objek politik. Itulah yang
muncul atau terpolakan ke atas permukaan sebagai opini politik masyarakat
Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor
eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar individu, yang dapat berupa
informasi, pengetahuan, lingkungan, teman sepermainan dan sebagainya.
Sedangkan faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu,
berupa pendidikan, keluarga dan sebagainya.
Menurut Goeltom dalam Mediastutie (2006: 15), opini atau orientasi politik
adalah suatu cara pandang masyarakat baik yang homogen maupun heterogen
dalam struktur masyarakat tersebut, yang dilatar belakangi oleh nilai-nilai dalam
masyarakat maupun yang berada diluar masyarakat. Sehingga dapat membentuk
Menurut Almond (1990: 35), opini politik seseorang dapat dilihat secara
sistematis jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengetahuan apa yang dimiliki seorang tentang negara dan sistem politikya
dalam pengertian umum, sejarah, ukuran lokasi, kekuasaan, sifat-sifat
konstitusional dan lain-lain. Bagaimana perasaan-perasaannya terhadap
karakteristik sistemik ini, dan bagaimana pendapatnya tentang kelebihan atau
kekurangan serta penilainnya terhadap karakteristik yang sistemik tersebut?
2. Bagaimana pemahaman seorang tentang struktur dan peranan, kaum elit
politik dan pengajuan-pengajuan kebijaksanaan yang diperkenalkan di dalam
arus pembuatan kebijaksanaan yang bersifat ”upward”? bagaimana perasaan dan pendapatnya tentang segala struktur, dan individu-individu,
keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana
perasaan dan pendapatnya terhadap hal-hal tersebut?
3. Bagaimana pemahaman yang dimiliki tentang arus pengokohan kebijaksanaan
yang ”downward” struktur-struktur, individu-individu, keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana perasaan dan
pendapatnya terhadap hal-hal itu?
4. Bagaimana perasaan pribadinya sebagai anggota sistem politik tersebut?
Bagaimana pemahamannya tentang haknya, kekusaannya, kewajibannya dan
strategi untuk dapat memasuki kelompok orang-orang yang berpengaruh?
Bagaimana penilaiannya terhadap kemampuan norma-norma partisipasi dan
penampilan apa yang diketahui dan dipergunakannya dalam membuat
13
Menurut Almond (1990: 36-37), opini politik seseorang atau masyarakat
berhubungan dengan empat macam obyek politik, yaitu:
1. Sistem politik secara keseluruhan
Meliputi antara lain: intenistas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai
oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan,
karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya.
2. Proses input
Meliputi anatara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses
penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh masyarakat,
termasuk prakara untuk menerjemahkan atau mengkonversi tuntutan-tuntutan
tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya dengan
demikian proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik,
kelompok kepentingan, dan alat komunikasi massa yang berpengaruh dalam
kehidupan politik sebagai sarana penampung berbagai tuntutan.
3. Proses output
Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses
aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenan dengan penerapan dan
pemaksaan keputusan otoritatif. Singkatnya berkenaan dengan fungsi
pembuatan peraturan/perundang-undangan oleh lembaga legislatif, fungsi
pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan.
4. Diri sendiri
Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang
dalam mengambil peranan di arena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang
memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau
bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri.
Kemudian lebih lanjut dipersoalkan kriteria apakah yang dipakai dalam
membentuk pendapat dalam masyarakat atau sebagai seluruh sistem politik.
2.2 Masyarakat Desa
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Menurut Soleman B. Taneko dalam Soerjono Soekanto (2002: 125), masyarakat
merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama.
Masyarakat merupakan sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya.
Dengan kata lain bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari
kehidupan bersama manusia atau kemasyarakatan.
Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002: 24), masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Masyarakat merupakan sistem dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan
kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah
laku serta kebebasan manusia, keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan
masyarakat sebagai jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah
Menurut Ralp Linton dalam Soerjono Soekanto (2002: 25), masyarakat adalah
setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga
dapat mengatur diri mereka dan menganggap sebagai satu kesatuan sosial dengan
15
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah
sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu wilayah tertentu
dan menjalankan hubungan diantaranya dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi
tertentu yang saling menentukan satu sama lain.
2.2.2 Pengertian Desa
Menurut Beratha (1982: 17), secara umum desa dapat diartikan sebagai tempat di
mana bermukim penduduk dengan “peradaban” yang lebih terbelakang
dibandingkan dengan kota. Biasanya, dicirikan dengan bahasa Ibu yang kental,
tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka pencarian yang umumnya dari sektor
pertanian. Terdapat kesan kuat, pemahaman umum memandang desa sebagai
tempat bermukim para petani.
Pengertian di atas menekankan bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman di
luar kota (bukan kota), desa adalah suatu komunitas kesatuan yang homogen dan
desa merupakan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang berada
di pedalaman (terbelakang). Dalam pengertian ini terkandung unsur sosiologis,
selain bias kota yang sangat kentara dan posisi marginal orang desa dalam
wacana, merupakan konstruksi orang kota.
Selanjutnya menurut Beratha (1982: 18-19), beberapa ciri desa adalah:
1. Desa umumnya terletak di dekat dengan pusat wilayah usaha tani (sudut
pandang ekonomi) dan dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan
ekonomi dominan.
3. Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang penduduknya sebagian
merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat ‘terganti dari
dirinya sendiri’
4. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih
bersifat personal dalam bentuk tatap muka, dan
5. Mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi dan ikatan sosial yang relatif
lebih ketat dari pada kota
Sementara itu Roucek dan Warren (1962) dalam Raharjo (1999), menyebutkan
karakteristik desa sebagai berikut:
1. Besarnya peranan kelompok primer
2. Faktor geografik yang menentukan dasar pembentukan kelompok/asosiasi
3. Hubungan lebih bersifat intim dan awet
4. Homogen
5. Mobilitas sosial rendah
6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi
7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar
2.2.3 Pengertian Masyarakat Desa
Menurut Beratha (1982: 19), secara etimologis pengertian masyarakat desa dapat
disamakan dengan rural community, yaitu suatu kelompok manusia yang secara nyata ada maupun fiktif bertempat di wilayah rural (desa) di mana anggota-anggotanya memiliki kepentingan tertentu, mempunyai suatu kesamaan perasaan
bahwa hanya dengan hidup demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk
17
Menurut Taliziduhu Ndraha (1991: 22), masyarakat desa (penduduk suatu desa)
adalah setiap orang yang terdaftar sebagai suatu penduduk atau bertempat atau
berkedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal di mana ia
mencari nafkah. Masyarakat desa sinonim dengan gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan, di mana hubungan antar manusia bersifat
pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai
saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan
keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat desa yaitu sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal
maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka
memenuhi kebutuhannya, serta memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus dan
khas yang membedakannya dengan masyarakat lain.
2.2.4 Karakteristik Masyarakat Desa
Masyarakat desa selalu memiliki karakteristik dalam hidup bermasyarakat, yang
biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan
masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial
religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
Menurut Beratha (1982: 22-24), beberapa karakteristik masyarakat desa yang
terkait dengan etika dan budaya adalah sebagai berikut:
a. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Pada umumnya
kesederhanaan ini terjadi karena secara ekonomi memang tidak mampu dan
secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
b. Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada hal-hal baru di luar
dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang/sekelompok yang bagi
komunitas mereka dianggap “asing”
c. Menjunjung tinggi“unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
“unggah-ungguh”apabila: 1) Bertemu dengan tetangga
2) Berhadapan dengan pejabat
3) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
4) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
d. Lugas
Lugas atau berbicara apa adanya adalah ciri khas yang dimiliki masyarakat
desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi
19
e. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati mereka
f. Perasaan“minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masyarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah
perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk
diam/tidak banyak bicara.
g. Menghargai orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang
pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial.
h. Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan
mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini mereka
alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di
daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi
“luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya.
i. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh
Indonesia adalah gotong royong, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta
punya hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang
dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka “lebih baik
kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara”.
j. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah mufakat. Peran BPD (Badan Perwakilan Desa)
sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.
k. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga
mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
Misalnya: Tahlilan, Rajaban dan Jum’at Kliwonan.
2.3 Kampanye
Menurut Firmanzah (2008), kampanye merupakan bagian dari pemasaran politik,
di mana para peserta Pemilu melakukan berbagai kegiatan untuk meyakinkan para
pemilih dengan menawarkan program-programnya. Kampanye merupakan salah
satu rangkaian kegiatan pemilu dalam rangka memperkenalkan dan
menyosialisasikan diri dan program-program yang mereka tawarkan kepada
masyarakat calon pemilih.
Sesuai dengan pengertian kampanye sebagai kegiatan peserta Pemilu untuk
meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya, maka
21
Pernyataan tersebut didasarkan karena pada praktiknya peserta menyosialisasikan
diri mereka sebagai pelaku politik dan program mereka sebagai program politik
kepada masyarakat calon pemilih, untuk diketahui, dikenal dan dipilih pada saat
pemungutan suara.
Menurut Miriam Budiardjo (2000: 115), sosialisasi politik adalah suatu proses
untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat. Almond
juga menyatakan bahwa sosialisasi politik menyangkut dua hal. Pertama, bahwa
sosialisasi politik berlangsung secara terus menerus selama hidup seseorang, dan
yang ke dua bahwa sosialisasi politik dapat mengambil bentuk transmisi atau
pengajaran yang langsung atau tidak langsung
Menurut Dawson dalam Miriam Budiardjo (2000: 116), sosialisai politik itu
mengambil bentuk yang langsung maupun yang tidak langsung. Bentuk sosialisai
politik yang langsung adalah menunjukan kepada proses di mana hal-hal yang
ditransmisikan atau disampaikan kepada generasi berikutnya, sedangkan dalam
sosialisasi politik secara tidak langsung, seorang individu untuk pertama kalinya
akan memperoleh atau mewarisi hal-hal yang bersifat non politis, dan pada
gilirannya hal-hal yang diperolehnya tadi akan mempengaruhi
pandangan-pandangannya, sikap-sikapnya, keyakinan-keyakinannya di bidang politik
Gabriel A. Almond dalam Miriam Budiardjo (2000: 118-120) menyatakan bahwa
sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik
suatu bangsa dan memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk
penyampaian ke budayaan dari generasi tua kepada generasi muda, serta dapat
Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo (2000: 118-120), ada enam macam sarana
atau agen sosialisasi politik, yaitu:
1. Keluarga
Merupakan lembaga yang pertama kalinya dijumpai oleh seorang individu.
Sebab begitu manusia itu lahir maka manusia tersebut akan langsung
berhadapan dengan keluarganya. Yang mana manusia itu akan dibentuk watak
atau sikapnya untuk pertama kalinya.
2. Sekolah
Lembaga ini memegang peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap
aturan permainan politik, dengan kata lain sekolah memegang peranan penting
dalam membentuk sikap warga negara.
3. Kelompok bergaul atau bermain
Kelompok bergaul dapat membentuk sikap-sikap politik seseorang.
Contohnya seseorang akan tertarik pada masalah politik apabila teman-teman
didalam kelompoknya tertarik kepada masalah politik. Jadi dapat dinyatakan
bahwa kelompok bergaul atau bermain dalam mendorong mereka untuk
menyesuaikan diri pada kelompoknya.
4. Pekerjaan
Organisasi yang yang dibentuk atas dasar pekerjaan dapat berfungsi sebagai
saluran informasi tentang yang menyangkut masalah politik. Pekerjaan
berfungsi juga sebagai penyuluh bagi anggotanya di bidang politik. Karena itu
dinyatakan bahwa pekerjaan merupakan sarana sosialisasi bagi individu yang
23
5. Media Massa
Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi
politik. Baik secara langsung dan maupun tidak langsung media massa
merupakan sarana yang kuat untuk membentuk sikap dan keyakinan politik.
Melalui media massa ideologi negara dapat ditanamkan kepada masyarakat
dan dapat pula kebijaksanaanpolitik negara dapat diketahui oleh masyarakat.
6. Kontak-Kontak Politik Langsung
Merupakan suatu sarana sosialisasi politik. Partai politik, kampanye pemilihan
umum, krisis politik luar negeri,dan tanggapan agen-agen atau badan
pemerintah terhadap tuntutan individu dan kelompok-kelompok dapat
mempengaruhi kesetiaan dan kesediaannya untuk patuh pada hukum
2.4 Pemilihan Kepala Daerah
2.4.1 Pengertian Pemilihan Kepala Daerah
Menurut Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon
yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil.
Pasal 58 menyebutkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga
negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik lndonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan
3. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau
sederajat;
4. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;
5. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari tim dokter;
6. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;
7. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
8. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;
9. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;
10. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan negara.
11. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
12. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
13. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum
14. Mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;
15. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat
pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;
16. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; dan
25
Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung memiliki beberapa
kelebihan atau keunggulan, sebagaimana dikemukakan Amirudin (2003:
184-186), yaitu:
1. Kongkritisasi Demokrasi, dengan memberikan perspektif baru bahwa proses
Pemilihan Kepala Daerah akan memenuhi kaidah proses demokrasi di dua
level struktural dan kultural. Di level struktural, proes Pemilihan Kepala
Daerah diduga akan lebih beradab karena melibatkan unsur Partisipasi publik
yang makin meluas dari bawah sesuai aspirasi masyarakat lokal. Di level
kultural, proses Pemilihan Kepala Daerah memberi keleluasaan bagi
merembesnya nilai-nilai transparansi, independensi dan kejujuran.
2. Adanya kemungkinan kekerasan terhadap proses dan kekerasan terhadap data,
sedikit terkurangi.
3. Berkurangnya praktek premanisme politik uang. Jika Pemilihan Kepala
Daerah dilakukan secara langsung, kemungkinan politik uang dapat
diminimalisasi
Sementara itu kelemahan dari Pemilu sistem langsung adalah sebagai berikut:
1. Makin terpolarisasinya politik uang. Sistem Pemilu Langsung bukan berarti
menjadi satu-satunya cara yang sanggup mengatasi pekatnya politik uang.
2. Kerawanan sosial politik. Jika politik uang tetap berjalan didukung dengan
pengendalian diri dari bakal calon maupun massa pendukung yang rendah,
sempurnalah kerawanan sosial potensial terlahir dalam sistem Pemilu secara
3. Problem kelembagaan politik yang baru. Pemilu langsung bukanlah harus
dipahami sebatas bahwa ia merupakan mekanisme demokrasi yang paling
otentik.
2.4.2 Fungsi Pemilihan Kepala Daerah
Muhammad A.S. Hikam (2002), menyebutkan setidaknya ada empat fungsi
terpenting Pemilu, yaitu sebagai berikut:
1. Legitimasi politik
Melalui Pemilu, legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena
pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki
kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku
decission maker akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan pemaksaan.
2. Sirkulasi elit politik
Dengan Pemilu, terjadinya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan
secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa
yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang
tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki
fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.
3. Pendidikan politik
Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga
negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan
keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan
27
berkiprah dalam sistem demokrasi. Sehingga pada tataran selanjutnya akan
mengakar pemahaman bahwa warga negara adalah pemegang kedaulatan
tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.
2.5 Kerangka Pikir
Pemilihan kepala daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan
mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar
mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih.
Pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut memiliki arti bahwa suara
rakyat sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan
politik. Hal ini penting bagi partai politik, karena mau tidak mau partai politik
berkewajiban mendengar dan merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih
tetap eksis dan berperan dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya
secara alamiah untuk memberdayakan partai politik menjadi penting untuk
membentuk partai menjadi lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan
partai yang berorientasi kerakyatan.
Sebelum pelaksanaan pemilihan kepala daerah, setiap calon kepala daerah, partai
politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan
sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut
dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memiliki
kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar
Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai
pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya
diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka
pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap
pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan
mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang
yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye. Tanggapan atau opini tersebut
dapat ditujukan pada aktivitas kampanye yang meliputi metode kampanye, materi
kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam
kampanye.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menggambarkan opini politik masyarakat Desa
Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye
calon-calon Bupati Pesawaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan
29
2.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2001: 112), hipotesis berasal dari Bahasa Latin yaitu hypo yang berarti dugaan dan thesis yang berarti dalil. Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah dan bersifat sementara, sehingga harus diuji
kebenaranya melalui penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Terdapat pengaruh positif antara kampanye calon-calon Bupati Pesawaran
terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian deskriftif
adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-apa yang saat
ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau ada. Pendekatan kuantitatif
adalah analisis data hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
perhitungan rumus dan angka-angka atau analisis statistik.
Menurut Nazir (2003: 54), metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode
penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena,
metode penelitian deskriptif juga ingin mempelajari berbagai norma atau standar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan
opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
3.2 Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi konsep
adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti
untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konsep mengenai opini politik
masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran adalah suatu
tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap fenomena politik berupa
kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam rangkaian Pemilihan Kepala
Daerah. Opini politik tersebut dapat bernilai positif (memberikan tanggapan yang
baik), netral (memberikan tanggapan yang biasa saja) atau negatif (memberikan
tanggapan yang tidak baik).
3.3 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau
operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur,
dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik
buruknya variabel tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka definisi operasional opini politik masyarakat
Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap
33
1. Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam
berkampanye, dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap
kemampuan calon bupati dalam menyampaikan materi kampanye, memahami
kebutuhan masyarakat dan berintraksi dengan masyarakat
2. Opini masyarakat desa terhadap metode (strategi), dengan indikator yaitu
tanggapan masyarakat terhadap berbagai metode (strategi) yang digunakan
calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye seperti pertemuan akbar,
pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat.
3. Opini masyarakat desa terhadap materi (program) kampanye, dengan indikator
yaitu tanggapan masyarakat terhadap berbagai materi atau program yang
ditawarkan calon bupati dalam berkampanye, seperti masalah pendidikan,
kesehatan dan ekonomi kerakyatan.
4. Opini masyarakat desa terhadap media kampanye, dengan indikator yaitu
tanggapan masyarakat terhadap berbagai media yang digunakan calon bupati
dalam berkampanye, seperti spanduk, selebaran, sticker, kaos dan kalender.
3.4 Populasi dan Sampel
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 108), populasi adalah jumlah
keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan definisi
tersebut, maka populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 5.859 warga.
Untuk kepentingan penelitian ini populasi dibatasi pada masyarakat yang telah
berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Pertimbangannya adalah mereka
masyarakat yang sesuai dengan criteria tersebut adalah 3.983 orang (Sumber:
Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2010)
Menurut Masri Singarimbun dan Effendy (2002: 82), sampel adalah sebagian dari
populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari populasi dan dijadikan sebagai
perwakilan atau represtasi dalam penelitian.
Menurut Sugiyono (2005: 154), penentuan besarnya sampel dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel adalah :
1
Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 97.55,
dibulatkan menjadi 98 orang.
Selanjutnya teknik yang digunakan dalam mengambil sampel untuk dijadikan
responden dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling (mengambil sampel pada saat penelitian dilaksanakan). Menurut Sugiyono (2005: 162),
dengan menggunakan teknik ini, peneliti dapat memilih sampel secara acak di
35
3.5 Jenis Data
Jenis data penelitian ini meliputi:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau lokasi
penelitian, berupa opini politik masyarakat Desa Lempasing Kabupaten
Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber
yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur, dokumentasi
berupa monografi desa dan sebagainya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, yaitu turun langsung ke lokasi penelitian atau lapangan untuk
memperoleh berbagai data dan informasi yang dibutuhkan.
2. Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan
menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda, untuk mempermudah
responden dalam menjawab soal dan untuk mempermudah analisis.
3. Dokumentasi, yaitu melakukan studi dokumentasi dari berbagai sumber yang
3.7 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai
kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.
2. Koding, yaitu memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan
untuk memudahkan pengolahan data.
3. Tabulasi, yaitu merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan
berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.
3.8 Skala Data dan Penentuan Skor
Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 112), skala interval adalah skala
yang jarak antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya adalah:
1. Jawaban A diberi skor 3 (tiga)
2. Jawaban B diberi skor 2 (dua)
3. Jawaban C diberi skor 1 (satu)
3.9 Teknik Analisa Data
Analisa data kuantitatif yang digunakan adalah dengan model tabulasi tunggal,
yaitu membagi kategori-kategori yang telah ditentukan pada tabel frekuensi, untuk
37
F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N = Jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2000: 123)
Untuk mengkategorikan opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati
Pesawaran ke dalam opini positif, netral dan negatif, digunakan rumus:
I =
Penentuan kategori opini politik masyarakat dilakukan dengan dasar banyaknya
butir soal yang diajukan yaitu 20 soal dan teknik penentuan skor yang digunakan,
sehingga diperoleh dasar perhitungan interval adalah sebagai berikut:
a. Nilai Tertinggi (NT) adalah 3 (skor tertinggi) x 20 (banyaknya soal) = 60
b. Nilai Terendah (NR) adalah 1 (skor terendah) x 20 (banyaknya soal) = 20
c. Kategori (K) yang dicari adalah 3 (positif, netral dan negatif)
Perhitungan nilai intervalnya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan nilai interval sebesar 13 maka kategori opini politik masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Positif, apabila total jawaban responden berada pada interval 48 - 60
2. Netral, apabila total jawaban responden berada pada interval 34 - 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Responden penelitian ini adalah masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Selanjutnya untuk
mengetahui secara lebih jelas tentang responden, berikut akan dideskripsikan
identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.
5.1.1 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Frekuensi Persentase
1 47 tahun atau lebih 14 14.29
2 37-46 tahun 37 37.76
3 27-36 tahun 35 35.71
4 17-26 tahun 12 12.24
Jumlah 98 100,00
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak
14 (14,14%) responden berusia 47 tahun atau lebih, sebanyak 38 (38,38%)
responden berusia antara 37-46 tahun, sebanyak 35 (35,35%) responden berusia
antara 27-36 tahun dan sebanyak 12 (12,12%) responden berusia antara 17-26
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 37-46
tahun, yang bermakna bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok
usia yang masih produktif dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.
5.1.2 Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Lulusan SD/sederajat 16 16.33
2 Lulusan SMP/sederajat 31 31.63
3 Lulusan SMA/sederajat 45 45.92
4 Lulusan perguruan tinggi 6 6.12
Jumlah 98 100,00
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak
16 (16,33%) responden adalah lulusan SD/sederajat, sebanyak 31 (31,63%)
responden adalah lulusan SMP/sederajat, sebanyak 45 (45,92%) responden adalah
lulusan SMA/sederajat dan sebanyak 6 (6,12%) responden adalah lulusan
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
46
atas. Banyaknya responden yang berpendidikan menengah atas tersebut
menunjukkan bahwa meskipun berpredikat sebagai masyarakat desa, namun
masyarakat Desa Lempasing menyadari pentingnya arti pendidikan dalam hidup
mereka, selain itu kondisi geografis desa yang berdekatan dengan wilayah Kota
Bandar Lampung menyebabkan banyak warga Desa Lempasing yang
menyekolahkan anak-anak mereka di Bandar Lampung.
5.1.3 Identitas Responden Menurut Pekerjaan
Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pekerjaan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak
12 (12,24%) responden bekerja sebagai petani, sebanyak 17 (17,35%) responden
bekerja sebagai buruh, sebanyak 22 (22,45%) responden bekerja sebagai
pedagang, sebanyak 31 (31,63%) responden bekerja sebagai nelayan, sebanyak 13
(13,27%) responden bekerja sebagai wiraswasta dan 3 (3,06%) responden bekerja
bekerja sebagai nelayan, karena sesuai dengan karakteritik masyarakat di daerah
pesisir pantai yang umumnya bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan di
laut kemudian menjual ikan hasil tangkapan secara langsung kepada masyarakat
atau dijual kepada para penampung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing
5.2 Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing Terhadap Kampanye Calon-Calon Bupati Pesawaran
Opini politik masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran
adalah suatu tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap
fenomena politik berupa kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam
rangkaian Pemilihan Kepala Daerah.
5.2.1 Opini Terhadap Kemampuan Calon Bupati dalam Berkampanye
Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam berkampanye,
terdiri dari tanggapan masyarakat terhadap kemampuan calon bupati dalam
menyampaikan materi kampanye, memahami kebutuhan masyarakat dan
berintraksi dengan masyarakat
5.2.1.1 Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010
Tanggapan responden terhadap pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil
Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010,
48
Tabel 8. Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 70
(71.43%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil
Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010
adalah baik, sebanyak 22 (22.45%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye
Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten
Pesawaran Tahun 2010 adalah cukup baik dan sebanyak 6 (6.12%) responden
pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum
Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah tidak baik. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada
Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah baik.
Kampanye yang dilaksanakan dengan baik maksudnya Calon Bupati dan Wakil
Bupati berkampanye sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, tidak
melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sementara itu adanya
responden yang menyatakan kampanye dilaksanakan dengan tidak baik
ditetapkan oleh KPU, melakukan kampanye hitam atau kampanye yang
menyudutkan calon lain serta tidak memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. Kampanye jenis ini hanya menjadikan masyarakat sebagai objek
politik, yaitu memanfaatkan suara rakyat demi kepentingan pribadi calin bupati
untuk memperoleh kekuasaan sebagai bupati.
5.2.1.2 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye
Tanggapan responden terhadap kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati
Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase
1 Baik 49 50,00
2 Cukup Baik 38 38,78
3 Tidak Baik 11 11,22
Jumlah 98 100,00
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 49
(50,00%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil
Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah baik, sebanyak
38 (38,37%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil
Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah cukup baik dan
sebanyak 11 (11,22%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati
50
baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa
kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan
materi kampanye adalah baik.
Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan
materi kampanye secara baik tersebut ditandai dengan adanya kecakapan calon
dalam berpidato atau berkampanye, penguasaan materi kampanye dan
ketanggapan dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang mengajukan
pertanyaan. Sementara itu kemampuan calon dalam menyampaikan materi
kampanye secara tidak baik ditandai dengan ketidakcakapan calon dalam
berpidato atau berkampanye, tidak ada penguasaan materi kampanye dan tidak
tanggapnya calon dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang
mengajukan pertanyaan. Adanya kemampuan dalam menguasai materi tersebut
tentunya akan mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, sebab
masyarakat bisa menilai salah satu calon yang dianggapnya dapat memimpin
Kabupaten Pesawaran. Pentingnya kemampuan dalam menguasai materi ini
menunjukkan bahwa calon memiliki konsep kepemimpinan yang jelas dalam
memimpin Kabupaten Pesawaran.
5.2.1.3 Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye
Tanggapan responden terhadap visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati
Tabel 10. Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 66
(67,35%) responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati
Pesawaran dalam kampanye adalah baik, sebanyak 22 (22,45%) responden
menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam
kampanye adalah cukup baik dan sebanyak 10 (10,20%) responden menyatakan
visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah
tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan visi
dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah baik.
Visi misi calon yang baik maksudnya adalah calon memiliki pandangan dan
strategi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, seperti masalah
pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan pengentasan kemiskinan. Sementara
itu masyarakat yang menyatakan tidak baik disebabkan karena visi misi calon
tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan mereka. Visi misi calon ini
merupakan salah satu aspek yang akan dinilai oleh masyarakat, sebab dengan
adanya visi misi yang jelas maka setidaknya calon bupati akan mendapatkan
52
5.2.1.4 Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye adalah Program yang Realistis Tanggapan responden bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil
Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 11. Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye Adalah Program yang Realistis
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase
1 Realistis 37 37,76
2 Cukup Realistis 43 43,88
3 Tidak Realistis 18 18,37
Jumlah 98 100,00
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 37
(37,76%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati
dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis,
sebanyak 43 (43,88%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan
Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang
cukup realistis dan sebanyak 18 (18,37%) responden menyatakan bahwa program
yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye
adalah program yang tidak realistis. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil
Program calon yang cukup realistis tersebut maksudnya adalah masyarakat
menilai bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap cukup mampu untuk
melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan pada saat kampanye.
Sementara itu program yang tidak realistis maksudnya adalah masyarakat menilai
bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap hanya mengumbar janji tetapi
dinilai tidak mampu untuk melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan
pada saat kampanye. Masyarakat pada umumnya bisa memberikan penilaian
secara tepat tentang program yang dianggap masuk akal atau tidak masuk akal
serta dapat dilaksanakan atau tidak, hal ini berkaitan dengan pengalaman
masyarakay terhadap kampanye politik pada pemilihan kepala daerah
sebelumnya.
5.2.1.5 Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye
Tanggapan responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu
memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 12. Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye