• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OF REGENCY’S HEAD CANDIDATE OF PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OF REGENCY’S HEAD CANDIDATE OF PESAWARAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

POLITICAL OPINION OF PEOPLE AT LEMPASING VILLAGE TOWARD CAMPAIGN OFREGENCY’S HEADCANDIDATE

OF PESAWARAN By

AFRIAN SIAGA SR

Campaign in Local Election was some activities done by Regency’s Head

Candidate in introducing themselves and their program to the public, with some

methods or phase that was established before and has a purpose for searching

supports and get vote at Election Day. Political opinion according to definition of

Sjamsudin (1993:7), is a view or reference of someone or people toward political

objet that related with some values of people.

The main issue of this research: “How is the positive influence of Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of people at

Lempasing Village?”The objective of this research is to describe the influence of

Pesawaran Regency Head Candidate’s campaign toward political opinion of

(2)

by questionnaire and documentation technique, than analyzed by using percentage

and interval formula.

Based on the result of the research can concluded that political opinion of people

at Lempasing Village toward campaign of Regency’s Head Candidate of

Pesawaran is positive political opinion. It presented from 98 responder: counted

53 (54,08%) responder had positive political opinion, counted 45 (45,92%)

responder had neutral political opinion and no one (0,00%) of responder that had

(3)

ABSTRAK

OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN

Oleh

AFRIAN SIAGA SR

Kampanye pada Pemilihan Umum Kepala Daerah merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh calon Bupati dan Wakil Bupati dalam

menyosialisasikan diri atau program kepada masyarakat, dengan berbagai metode

atau langkah yang telah ditetapkan sebelumnya dan bertujuan untuk mendapatkan

dukungan serta memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada pelaksanaan

pemungutan suara. Opini politik menurut Sjamsudin (1993: 7), adalah cara

pandang yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek

politik yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat.

Perumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon Bupati

Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?” Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon Bupati Pesawaran terhadap

opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

(4)

Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Data dikumpulkan dengan teknik

kuesioner dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan

rumus persentase dan interval.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diketahui bahwa opini politik

masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran termasuk dalam opini politik

positif. Hal ini diketahui dari 98 responden: sebanyak 53 (54,08%) responden

memiliki opini politik yang positif terhadap kampanye calon-calon Bupati

Pesawaran, sebanyak 45 (45,92%) responden memiliki opini politik yang netral

terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dan tidak ada (0,00%)

responden memiliki opini politik yang negatif terhadap kampanye calon-calon

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bergulirnya era reformasi berdampak pada sistem ketatanegaraan di Indonesia,

yaitu terjadi pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik

(local democracy) yang bertumpu pada pemerintahan daerah. Otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran

serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan dan

keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah otonomi

masing-masing. Implikasinya adalah rakyat yang ada pada suatu daerah otonomi

memiliki kesempatan untuk memilih calon kepala daerahnya secara langsung

melalui mekanisme yang disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah.

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilu

merupakan mekanisme politik untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan

rakyat untuk menentukan format masa depan demokratisasi Indonesia. Melalui

pelibatan langsung warga negara dalam kancah politik praktis inilah, secara

esensial suara rakyat adalah suara Tuhan yang mengamanatkan terbentuknya

(6)

Pemilihan Kepala Daerah memiliki beberapa fungsi sebagaimana halnya

pemilihan umum. Menutrut Muhammad A.S. Hikam (2002: 21-23), fungsi-fungsi

tersebut adalah legitimasi (pengakuan) politik, terciptanya perwakilan politik,

sirkulasi elit politik dan pendidikan politik. Legitimasi politik dalam pemilu

bermakna bahwa legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena

pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki

kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku pembuat

keputusan (decission maker) akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan

pemaksaan.

Terciptanya perwakilan politik dalam pemilu bermakna bahwa seleksi

kepemimpinan dan perwakilan dapat dilakukan secara lebih adil karena

keterlibatan warga negara. Praktek demokrasi modern, yaitu melalui perwakilan

dapat dilakukan. Sirkulasi elit politik dalam Pemilu menunjukkan adanya sirkulasi

atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah

yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai

elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan

bahwa Pemilu memiliki fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.

Fungsi Pemilu lainnya adalah sebagai pendidikan politik bagi warga negara agar

dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Melalui keterlibatan dalam proses

pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung

tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi.

(7)

3

adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta

perjalanan bangsa dan negara.

Pemilihan Kepala Daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan

mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar

mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih. Pemilihan

kepala daerah secara langsung ini memiliki arti bahwa suara rakyat sangat penting

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik. Terlebih lagi bagi

partai politik, karena mau tidak mau partai politik berkewajiban mendengar dan

merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih tetap eksis dan berperan

dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya secara alamiah untuk

memberdayakan partai politik menjadi penting untuk membentuk partai menjadi

lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan partai yang berorientasi

kerakyatan.

Hal tersebut yang akan lebih mendorong partai politik untuk memperluas

kemampuan organisasi dan dalam mengembangkan pranata kelembagaan yang

demokratis yang akan berdampak secara luas dan mendorong partisipasi rakyat.

Partai politik merupakan sarana yang penting sebagai perwujudan kemerdekaan

berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dalam mengembangkan

kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Pada sistem

demokrasi modern, keberadaan partai politik merupakan keniscayaan. Partai

politik merupakan institusi kunci bagi demokrasi dan akan tetap menjadi

(8)

Sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah, setiap calon kepala daerah, partai

politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan

sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut

dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memilii

kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar

bagi mereka dalam menentukan pilihan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa

masyarakat merupakan sasaran kampanye yang dilakukan oleh para calon kepala

daerah dan partai politik, yang menjanjikan berbagai program dan perubahan bagi

masyarakat, seperti sembako murah, pendidikan murah, pengobatan murah dan

sebagainya.

Kampanye dalam konteks ini merupakan serangkaian langkah yang ditempuh oleh

partai politik dan calon kepala daerah dalam menyosialisasikan diri dan progam

mereka kepada masyarakat luas. Aktivitas kampanye pada dasarnya merupakan

sosialisasi politik, karena pada prakteknya partai politik dan calon kepala daerah

berkampanye menyosialisasikan diri mereka sebagai pelaku politik dan program

mereka sebagai program politik pada masyarakat untuk diketahui, dikenal dan

dipilih pada saat pemungutan suara. Hal ini selaras dengan pendapat Almond

(dalam Miriam Budiardjo, 2000: 115), bahwa sosialisasi politik adalah suatu

proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat.

Sosialisasi politik menyangkut dua hal yaitu berlangsung secara terus menerus

selama hidup seseorang dan dapat mengambil bentuk pembelajaran secara

(9)

5

Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai

pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya

diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka

pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap

pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan

mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang

yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye.

Tanggapan atau opini tersebut dapat ditujukan pada aktivitas kampanye langsung

yang dilakukan oleh calon-calon bupati, meliputi metode kampanye, materi

kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam

kampanye. Opini pada dasarnya merupakan proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu

indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Berdasarkan

pengertian tersebut, informasi yang terdapat dalam kampanye calon kepala daerah

masuk ke dalam otak dan memori masyarakat yang terus berinteraksi dalam

kehidupannnya, sehingga muncul pendapat atau tanggapan yang beragam

mengenai proses kampanye tersebut.

Berdasarkan prasurvey pada pertimbangan-pertimbangan tertentu maka penulis

akan melakukan penelitian di Desa Lempasing, sebagai salah satu desa yang ada

di Wilayah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Adapun

pertimbangan-pertimbangan pemilihan sebagai lokasi penelitian ini adalah sebagai

(10)

1. Desa Lempasing merupakan salah satu desa yang berlokasi di pesisir laut,

keadaan geografis demikian menyebabkan banyak masyarakat bekerja sebagai

nelayan atau mengusahakan pertambakan udang air payau. Kondisi inilah

yang menyebabkan calon-calon Bupati Pesawaran menjadikan masyarakat

Desa Lempasing sebagai salah satu segmen sasaran kampanye untuk

menawarkan beberapa program yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

pesisir seperti pemberdayaan masyarakat pesisir, pengobatan, pendidikan,

kesehatan dan peningkatan ekonomi kaum nelayan.

2. Hasil prariset dengan melakukan observasi terhadap pelaksanaan kampanye

salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati (Pattimura dan Johan

Sulaiman) di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin pada bulan Juni

2010 menunjukkan bahwa masyarakat pada umumnya terlihat antusias

mengikuti kampanye. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang

menghadiri kampanye calon bupati dan wakil bupati tersebut.

3. Masyarakat Desa Lempasing cenderung masih tradisional dalam berpolitik,

sehingga opini mereka tentang kampanye calon bupati dan wakil bupati dapat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kekerabatan dalam masyarakat desa.

4. Terdapat data dan sumber data yang penulis butuhkan di Desa Lempasing

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, sehingga sangat

mendukung pelaksanaan penelitian ini.

(Sumber: Prariset pada Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Juni 2010)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai opini

politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

(11)

7

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah kampanye calon-calon

Bupati Pesawaran berpengaruh positif terhadap opini politik masyarakat Desa

Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kampanye calon-calon

Bupati Pesawaran terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya cakrawala

pengetahuan dan wawasan dalam kajian ilmu pemerintahan pada khususnya

dan khazanah ilmu-ilmu sosial politik pada umumnya.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi

dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian dengan

kajian mengenai opini politik masyarakat dalam kaitannya dengan Pemilihan

(12)

2.1 Opini Politik

2.1.1 Pengertian Opini

Menurut Slamento (2001: 20), opini adalah proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu

indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Opini atau

tanggapan seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda, yaitu positif (baik),

netral (biasa saja) dan negatif (buruk).

Pengertian di atas menekankan bahwa opini bukan hanya sebatas pada

pengindraan terhadap obyek atau lingkungan saja, akan tetapi lebih luas seseorang

yang mengalami atau mengamati terhadap obyek atau lingkungan yang

memberikan tanggapan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu

penilaian pandangan atau pendapat.

Menurut Mar’at (1999: 73), opini merupakan proses pengamatan seseorang yang

berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak

perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan

kemauan untuk berbuat. Jadi komponen kognisi akan berpengaruh terhadap

(13)

9

obyek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau

diopinikan tentang obyek tersebut.

Pengertian di atas menekankan bahwa opini merupakan suatu proses pengamatan

terhadap sesuatu objek yang didalamnya menyangkut tanggapan kebenaran

langsung, keyakinan terhadap objek tersebut yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak

senang yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang diopinikan tentang

suatu objek tersebut. Secara umum dan keseluruhan, opini dapat diartikan sebagai

kesan-kesan, penafsiran seseorang terhadap objek tertentu yang didapat melalui

panca inderanya.

Menurut Slamento (2001: 26), opini seseorang terhadap suatu objek dapat

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Kebutuhan

Kebutuhan terhadap sesuatu akan mempengaruhi opini seseorang terhadap

objek. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga opini

yang diberikan terhadap suatu objek juga akan berbeda. Ketika memberikan

tanggapan terhadap sesuatu biasanya hanya memperhatikan bagian-bagian

tertentu dari suatu objek atau orang tertentu berdasarkan atas sikap, nilai dan

keyakinan dalam diri individu yang bersangkutan dan mengabaikan

karakteristik yang tidak relevan atau berlainan dengan nilai dan keayakinan.

2. Penilaian

Penilaian seseorang terhadap suatu objek akan berkaitan erat dengan opini

(14)

penilaian oleh seseorang pada umumnya didasarkan pada pengalaman, nilai

dan keyakinan pribadi sehingga dalam memberikan tanggapan terhadap suatu

objek perlu di lihat baik atau buruknya. Adalah sangat langka jika dapat

memberikan tanggapan terhadap sesuatu secara sepenuhnya netral.

3. Penyimpulan

Opini dalam hal ini adalah proses psikologis yang mencakup proses penarikan

kesimpulan terhadap suatu objek yang ditangkan oleh panca indera seseorang.

Interpretasi yang di hasilkan melalui opini pada dasarnya adalah penyimpulan

atas informasi yang tidak lengkap. Memberikan tanggapan terhadap makna

adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan

atas data yang di tangkap oleh indra.

Menurut Slamento (2001: 23), yang mempengaruhi opini seseorang adalah

sebagai berikut:

1. Relation. Seseorang biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu

atau dua objek sama. Dengan adanya memfokuskan perhatian tersebut, akan

terjadi opini antara mereka.

2. Set. Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seorang pelari

yang siap digaris start terdapat set bahwa akan terdengar pistol.

3. Sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula

(15)

11

2.1.2 Pengertian Opini Politik

Menurut Sjamsudin (1993: 7), pengertian opini politik pada dasarnya dapat

dinyatakan sebagai orientasi politik, yaitu merupakan cara pandang yang dimiliki

oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap objek politik yang berhubungan

erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Opini politik setiap orang

berbeda-beda sesuai dengan dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.

Selanjutnya menurut Sjamsudin (1993: 8), opini atau orientasi politik seseorang

bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang

dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat

membentuk, keseluruhan sikap masyarakat terhadap objek politik. Itulah yang

muncul atau terpolakan ke atas permukaan sebagai opini politik masyarakat

Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor

eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar individu, yang dapat berupa

informasi, pengetahuan, lingkungan, teman sepermainan dan sebagainya.

Sedangkan faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu,

berupa pendidikan, keluarga dan sebagainya.

Menurut Goeltom dalam Mediastutie (2006: 15), opini atau orientasi politik

adalah suatu cara pandang masyarakat baik yang homogen maupun heterogen

dalam struktur masyarakat tersebut, yang dilatar belakangi oleh nilai-nilai dalam

masyarakat maupun yang berada diluar masyarakat. Sehingga dapat membentuk

(16)

Menurut Almond (1990: 35), opini politik seseorang dapat dilihat secara

sistematis jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengetahuan apa yang dimiliki seorang tentang negara dan sistem politikya

dalam pengertian umum, sejarah, ukuran lokasi, kekuasaan, sifat-sifat

konstitusional dan lain-lain. Bagaimana perasaan-perasaannya terhadap

karakteristik sistemik ini, dan bagaimana pendapatnya tentang kelebihan atau

kekurangan serta penilainnya terhadap karakteristik yang sistemik tersebut?

2. Bagaimana pemahaman seorang tentang struktur dan peranan, kaum elit

politik dan pengajuan-pengajuan kebijaksanaan yang diperkenalkan di dalam

arus pembuatan kebijaksanaan yang bersifat ”upward”? bagaimana perasaan dan pendapatnya tentang segala struktur, dan individu-individu,

keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana

perasaan dan pendapatnya terhadap hal-hal tersebut?

3. Bagaimana pemahaman yang dimiliki tentang arus pengokohan kebijaksanaan

yang ”downward” struktur-struktur, individu-individu, keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana perasaan dan

pendapatnya terhadap hal-hal itu?

4. Bagaimana perasaan pribadinya sebagai anggota sistem politik tersebut?

Bagaimana pemahamannya tentang haknya, kekusaannya, kewajibannya dan

strategi untuk dapat memasuki kelompok orang-orang yang berpengaruh?

Bagaimana penilaiannya terhadap kemampuan norma-norma partisipasi dan

penampilan apa yang diketahui dan dipergunakannya dalam membuat

(17)

13

Menurut Almond (1990: 36-37), opini politik seseorang atau masyarakat

berhubungan dengan empat macam obyek politik, yaitu:

1. Sistem politik secara keseluruhan

Meliputi antara lain: intenistas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai

oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan,

karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya.

2. Proses input

Meliputi anatara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses

penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh masyarakat,

termasuk prakara untuk menerjemahkan atau mengkonversi tuntutan-tuntutan

tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya dengan

demikian proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik,

kelompok kepentingan, dan alat komunikasi massa yang berpengaruh dalam

kehidupan politik sebagai sarana penampung berbagai tuntutan.

3. Proses output

Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses

aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenan dengan penerapan dan

pemaksaan keputusan otoritatif. Singkatnya berkenaan dengan fungsi

pembuatan peraturan/perundang-undangan oleh lembaga legislatif, fungsi

pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan.

4. Diri sendiri

Meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang

dalam mengambil peranan di arena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang

(18)

memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau

bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri.

Kemudian lebih lanjut dipersoalkan kriteria apakah yang dipakai dalam

membentuk pendapat dalam masyarakat atau sebagai seluruh sistem politik.

2.2 Masyarakat Desa

2.2.1 Pengertian Masyarakat

Menurut Soleman B. Taneko dalam Soerjono Soekanto (2002: 125), masyarakat

merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama.

Masyarakat merupakan sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya.

Dengan kata lain bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari

kehidupan bersama manusia atau kemasyarakatan.

Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002: 24), masyarakat

adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

Masyarakat merupakan sistem dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan

kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah

laku serta kebebasan manusia, keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan

masyarakat sebagai jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah

Menurut Ralp Linton dalam Soerjono Soekanto (2002: 25), masyarakat adalah

setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga

dapat mengatur diri mereka dan menganggap sebagai satu kesatuan sosial dengan

(19)

15

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu wilayah tertentu

dan menjalankan hubungan diantaranya dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi

tertentu yang saling menentukan satu sama lain.

2.2.2 Pengertian Desa

Menurut Beratha (1982: 17), secara umum desa dapat diartikan sebagai tempat di

mana bermukim penduduk dengan “peradaban” yang lebih terbelakang

dibandingkan dengan kota. Biasanya, dicirikan dengan bahasa Ibu yang kental,

tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka pencarian yang umumnya dari sektor

pertanian. Terdapat kesan kuat, pemahaman umum memandang desa sebagai

tempat bermukim para petani.

Pengertian di atas menekankan bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman di

luar kota (bukan kota), desa adalah suatu komunitas kesatuan yang homogen dan

desa merupakan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang berada

di pedalaman (terbelakang). Dalam pengertian ini terkandung unsur sosiologis,

selain bias kota yang sangat kentara dan posisi marginal orang desa dalam

wacana, merupakan konstruksi orang kota.

Selanjutnya menurut Beratha (1982: 18-19), beberapa ciri desa adalah:

1. Desa umumnya terletak di dekat dengan pusat wilayah usaha tani (sudut

pandang ekonomi) dan dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan

ekonomi dominan.

(20)

3. Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang penduduknya sebagian

merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat ‘terganti dari

dirinya sendiri’

4. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih

bersifat personal dalam bentuk tatap muka, dan

5. Mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi dan ikatan sosial yang relatif

lebih ketat dari pada kota

Sementara itu Roucek dan Warren (1962) dalam Raharjo (1999), menyebutkan

karakteristik desa sebagai berikut:

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan dasar pembentukan kelompok/asosiasi

3. Hubungan lebih bersifat intim dan awet

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

2.2.3 Pengertian Masyarakat Desa

Menurut Beratha (1982: 19), secara etimologis pengertian masyarakat desa dapat

disamakan dengan rural community, yaitu suatu kelompok manusia yang secara nyata ada maupun fiktif bertempat di wilayah rural (desa) di mana anggota-anggotanya memiliki kepentingan tertentu, mempunyai suatu kesamaan perasaan

bahwa hanya dengan hidup demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk

(21)

17

Menurut Taliziduhu Ndraha (1991: 22), masyarakat desa (penduduk suatu desa)

adalah setiap orang yang terdaftar sebagai suatu penduduk atau bertempat atau

berkedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal di mana ia

mencari nafkah. Masyarakat desa sinonim dengan gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan, di mana hubungan antar manusia bersifat

pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai

saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan

keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak

terpisahkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

masyarakat desa yaitu sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah

tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal

maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki

wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka

memenuhi kebutuhannya, serta memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus dan

khas yang membedakannya dengan masyarakat lain.

2.2.4 Karakteristik Masyarakat Desa

Masyarakat desa selalu memiliki karakteristik dalam hidup bermasyarakat, yang

biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi

tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan

masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial

religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian

(22)

Menurut Beratha (1982: 22-24), beberapa karakteristik masyarakat desa yang

terkait dengan etika dan budaya adalah sebagai berikut:

a. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Pada umumnya

kesederhanaan ini terjadi karena secara ekonomi memang tidak mampu dan

secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

b. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada hal-hal baru di luar

dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang/sekelompok yang bagi

komunitas mereka dianggap “asing”

c. Menjunjung tinggi“unggah-ungguh”

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau

“unggah-ungguh”apabila: 1) Bertemu dengan tetangga

2) Berhadapan dengan pejabat

3) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

4) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi

5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

d. Lugas

Lugas atau berbicara apa adanya adalah ciri khas yang dimiliki masyarakat

desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi

(23)

19

e. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana

kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati mereka

f. Perasaan“minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masyarakat desa, baik secara langsung

ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah

perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk

diam/tidak banyak bicara.

g. Menghargai orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang

pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya.

Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk

penghargaan sosial.

h. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas

tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan

mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini mereka

alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di

daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi

“luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya.

i. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh

Indonesia adalah gotong royong, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta

(24)

punya hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang

dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka “lebih baik

kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara”.

j. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan

keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui

mekanisme musyawarah mufakat. Peran BPD (Badan Perwakilan Desa)

sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

k. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian

mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga

mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.

Misalnya: Tahlilan, Rajaban dan Jum’at Kliwonan.

2.3 Kampanye

Menurut Firmanzah (2008), kampanye merupakan bagian dari pemasaran politik,

di mana para peserta Pemilu melakukan berbagai kegiatan untuk meyakinkan para

pemilih dengan menawarkan program-programnya. Kampanye merupakan salah

satu rangkaian kegiatan pemilu dalam rangka memperkenalkan dan

menyosialisasikan diri dan program-program yang mereka tawarkan kepada

masyarakat calon pemilih.

Sesuai dengan pengertian kampanye sebagai kegiatan peserta Pemilu untuk

meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya, maka

(25)

21

Pernyataan tersebut didasarkan karena pada praktiknya peserta menyosialisasikan

diri mereka sebagai pelaku politik dan program mereka sebagai program politik

kepada masyarakat calon pemilih, untuk diketahui, dikenal dan dipilih pada saat

pemungutan suara.

Menurut Miriam Budiardjo (2000: 115), sosialisasi politik adalah suatu proses

untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat. Almond

juga menyatakan bahwa sosialisasi politik menyangkut dua hal. Pertama, bahwa

sosialisasi politik berlangsung secara terus menerus selama hidup seseorang, dan

yang ke dua bahwa sosialisasi politik dapat mengambil bentuk transmisi atau

pengajaran yang langsung atau tidak langsung

Menurut Dawson dalam Miriam Budiardjo (2000: 116), sosialisai politik itu

mengambil bentuk yang langsung maupun yang tidak langsung. Bentuk sosialisai

politik yang langsung adalah menunjukan kepada proses di mana hal-hal yang

ditransmisikan atau disampaikan kepada generasi berikutnya, sedangkan dalam

sosialisasi politik secara tidak langsung, seorang individu untuk pertama kalinya

akan memperoleh atau mewarisi hal-hal yang bersifat non politis, dan pada

gilirannya hal-hal yang diperolehnya tadi akan mempengaruhi

pandangan-pandangannya, sikap-sikapnya, keyakinan-keyakinannya di bidang politik

Gabriel A. Almond dalam Miriam Budiardjo (2000: 118-120) menyatakan bahwa

sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik

suatu bangsa dan memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk

penyampaian ke budayaan dari generasi tua kepada generasi muda, serta dapat

(26)

Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo (2000: 118-120), ada enam macam sarana

atau agen sosialisasi politik, yaitu:

1. Keluarga

Merupakan lembaga yang pertama kalinya dijumpai oleh seorang individu.

Sebab begitu manusia itu lahir maka manusia tersebut akan langsung

berhadapan dengan keluarganya. Yang mana manusia itu akan dibentuk watak

atau sikapnya untuk pertama kalinya.

2. Sekolah

Lembaga ini memegang peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap

aturan permainan politik, dengan kata lain sekolah memegang peranan penting

dalam membentuk sikap warga negara.

3. Kelompok bergaul atau bermain

Kelompok bergaul dapat membentuk sikap-sikap politik seseorang.

Contohnya seseorang akan tertarik pada masalah politik apabila teman-teman

didalam kelompoknya tertarik kepada masalah politik. Jadi dapat dinyatakan

bahwa kelompok bergaul atau bermain dalam mendorong mereka untuk

menyesuaikan diri pada kelompoknya.

4. Pekerjaan

Organisasi yang yang dibentuk atas dasar pekerjaan dapat berfungsi sebagai

saluran informasi tentang yang menyangkut masalah politik. Pekerjaan

berfungsi juga sebagai penyuluh bagi anggotanya di bidang politik. Karena itu

dinyatakan bahwa pekerjaan merupakan sarana sosialisasi bagi individu yang

(27)

23

5. Media Massa

Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi

politik. Baik secara langsung dan maupun tidak langsung media massa

merupakan sarana yang kuat untuk membentuk sikap dan keyakinan politik.

Melalui media massa ideologi negara dapat ditanamkan kepada masyarakat

dan dapat pula kebijaksanaanpolitik negara dapat diketahui oleh masyarakat.

6. Kontak-Kontak Politik Langsung

Merupakan suatu sarana sosialisasi politik. Partai politik, kampanye pemilihan

umum, krisis politik luar negeri,dan tanggapan agen-agen atau badan

pemerintah terhadap tuntutan individu dan kelompok-kelompok dapat

mempengaruhi kesetiaan dan kesediaannya untuk patuh pada hukum

2.4 Pemilihan Kepala Daerah

2.4.1 Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon

yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil.

Pasal 58 menyebutkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga

negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara

Republik lndonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan

(28)

3. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau

sederajat;

4. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;

5. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan

menyeluruh dari tim dokter;

6. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;

7. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

8. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;

9. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;

10. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara

badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan negara.

11. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

12. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

13. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum

14. Mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;

15. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat

pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;

16. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah

selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; dan

(29)

25

Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung memiliki beberapa

kelebihan atau keunggulan, sebagaimana dikemukakan Amirudin (2003:

184-186), yaitu:

1. Kongkritisasi Demokrasi, dengan memberikan perspektif baru bahwa proses

Pemilihan Kepala Daerah akan memenuhi kaidah proses demokrasi di dua

level struktural dan kultural. Di level struktural, proes Pemilihan Kepala

Daerah diduga akan lebih beradab karena melibatkan unsur Partisipasi publik

yang makin meluas dari bawah sesuai aspirasi masyarakat lokal. Di level

kultural, proses Pemilihan Kepala Daerah memberi keleluasaan bagi

merembesnya nilai-nilai transparansi, independensi dan kejujuran.

2. Adanya kemungkinan kekerasan terhadap proses dan kekerasan terhadap data,

sedikit terkurangi.

3. Berkurangnya praktek premanisme politik uang. Jika Pemilihan Kepala

Daerah dilakukan secara langsung, kemungkinan politik uang dapat

diminimalisasi

Sementara itu kelemahan dari Pemilu sistem langsung adalah sebagai berikut:

1. Makin terpolarisasinya politik uang. Sistem Pemilu Langsung bukan berarti

menjadi satu-satunya cara yang sanggup mengatasi pekatnya politik uang.

2. Kerawanan sosial politik. Jika politik uang tetap berjalan didukung dengan

pengendalian diri dari bakal calon maupun massa pendukung yang rendah,

sempurnalah kerawanan sosial potensial terlahir dalam sistem Pemilu secara

(30)

3. Problem kelembagaan politik yang baru. Pemilu langsung bukanlah harus

dipahami sebatas bahwa ia merupakan mekanisme demokrasi yang paling

otentik.

2.4.2 Fungsi Pemilihan Kepala Daerah

Muhammad A.S. Hikam (2002), menyebutkan setidaknya ada empat fungsi

terpenting Pemilu, yaitu sebagai berikut:

1. Legitimasi politik

Melalui Pemilu, legitimasi pemerintah atau penguasa dikukuhkan karena

pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki

kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku

decission maker akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan pemaksaan.

2. Sirkulasi elit politik

Dengan Pemilu, terjadinya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan

secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa

yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang

tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki

fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.

3. Pendidikan politik

Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga

negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan

keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan

(31)

27

berkiprah dalam sistem demokrasi. Sehingga pada tataran selanjutnya akan

mengakar pemahaman bahwa warga negara adalah pemegang kedaulatan

tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.

2.5 Kerangka Pikir

Pemilihan kepala daerah diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil, yang pada hari pemungutan suara dilakukan dengan

mencoblos tanda gambar calon kepala daerah, agar para pemilih benar-benar

mengetahui dan mengenal calon dan partai yang akan mereka pilih.

Pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut memiliki arti bahwa suara

rakyat sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan

politik. Hal ini penting bagi partai politik, karena mau tidak mau partai politik

berkewajiban mendengar dan merespon dengan tepat suara rakyat jika ingin masih

tetap eksis dan berperan dalam percaturan kepemerintahan dan politik. Upaya

secara alamiah untuk memberdayakan partai politik menjadi penting untuk

membentuk partai menjadi lebih kuat dan mandiri, sehingga melahirkan kebijakan

partai yang berorientasi kerakyatan.

Sebelum pelaksanaan pemilihan kepala daerah, setiap calon kepala daerah, partai

politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan

sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan atau lazim disebut

dengan kampanye. Melalui proses kampanye, masyarakat calon pemilih memiliki

kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar

(32)

Pelaksanaan kampanye memiliki tujuan tertentu, yakni agar masyarakat sebagai

pemilih memiliki pengetahuan, kesadaran dan pemahaman sampai pada akhirnya

diharapkan mereka akan menjatuhkan pilihan dengan memberikan suara mereka

pada calon kepala daerah dan partai politik tertentu. Sebelum sampai pada tahap

pemberian, kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah ini tentunya akan

mendapat tanggapan secara beragam dari masyarakat dari berbagai latar belakang

yang berbeda-beda sebagai sasaran kampanye. Tanggapan atau opini tersebut

dapat ditujukan pada aktivitas kampanye yang meliputi metode kampanye, materi

kampanye, waktu kampanye dan program-program politik yang ditawarkan dalam

kampanye.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menggambarkan opini politik masyarakat Desa

Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye

calon-calon Bupati Pesawaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan

(33)

29

(34)

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2001: 112), hipotesis berasal dari Bahasa Latin yaitu hypo yang berarti dugaan dan thesis yang berarti dalil. Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah dan bersifat sementara, sehingga harus diuji

kebenaranya melalui penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Terdapat pengaruh positif antara kampanye calon-calon Bupati Pesawaran

terhadap opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian deskriftif

adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-apa yang saat

ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau ada. Pendekatan kuantitatif

adalah analisis data hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

perhitungan rumus dan angka-angka atau analisis statistik.

Menurut Nazir (2003: 54), metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode

penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara

yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena,

metode penelitian deskriptif juga ingin mempelajari berbagai norma atau standar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan

opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

(36)

3.2 Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi konsep

adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti

untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konsep mengenai opini politik

masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran adalah suatu

tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap fenomena politik berupa

kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam rangkaian Pemilihan Kepala

Daerah. Opini politik tersebut dapat bernilai positif (memberikan tanggapan yang

baik), netral (memberikan tanggapan yang biasa saja) atau negatif (memberikan

tanggapan yang tidak baik).

3.3 Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau

operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur,

dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik

buruknya variabel tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka definisi operasional opini politik masyarakat

Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap

(37)

33

1. Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam

berkampanye, dengan indikator yaitu tanggapan masyarakat terhadap

kemampuan calon bupati dalam menyampaikan materi kampanye, memahami

kebutuhan masyarakat dan berintraksi dengan masyarakat

2. Opini masyarakat desa terhadap metode (strategi), dengan indikator yaitu

tanggapan masyarakat terhadap berbagai metode (strategi) yang digunakan

calon-calon Bupati Pesawaran dalam berkampanye seperti pertemuan akbar,

pengajian, pembagian sembako dan bantuan pada masyarakat.

3. Opini masyarakat desa terhadap materi (program) kampanye, dengan indikator

yaitu tanggapan masyarakat terhadap berbagai materi atau program yang

ditawarkan calon bupati dalam berkampanye, seperti masalah pendidikan,

kesehatan dan ekonomi kerakyatan.

4. Opini masyarakat desa terhadap media kampanye, dengan indikator yaitu

tanggapan masyarakat terhadap berbagai media yang digunakan calon bupati

dalam berkampanye, seperti spanduk, selebaran, sticker, kaos dan kalender.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 108), populasi adalah jumlah

keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan definisi

tersebut, maka populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Lempasing

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 5.859 warga.

Untuk kepentingan penelitian ini populasi dibatasi pada masyarakat yang telah

berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Pertimbangannya adalah mereka

(38)

masyarakat yang sesuai dengan criteria tersebut adalah 3.983 orang (Sumber:

Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2010)

Menurut Masri Singarimbun dan Effendy (2002: 82), sampel adalah sebagian dari

populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari populasi dan dijadikan sebagai

perwakilan atau represtasi dalam penelitian.

Menurut Sugiyono (2005: 154), penentuan besarnya sampel dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel adalah :

1

Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 97.55,

dibulatkan menjadi 98 orang.

Selanjutnya teknik yang digunakan dalam mengambil sampel untuk dijadikan

responden dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling (mengambil sampel pada saat penelitian dilaksanakan). Menurut Sugiyono (2005: 162),

dengan menggunakan teknik ini, peneliti dapat memilih sampel secara acak di

(39)

35

3.5 Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau lokasi

penelitian, berupa opini politik masyarakat Desa Lempasing Kabupaten

Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber

yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur, dokumentasi

berupa monografi desa dan sebagainya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, yaitu turun langsung ke lokasi penelitian atau lapangan untuk

memperoleh berbagai data dan informasi yang dibutuhkan.

2. Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan

menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda, untuk mempermudah

responden dalam menjawab soal dan untuk mempermudah analisis.

3. Dokumentasi, yaitu melakukan studi dokumentasi dari berbagai sumber yang

(40)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai

kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

2. Koding, yaitu memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan

untuk memudahkan pengolahan data.

3. Tabulasi, yaitu merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan

berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.

3.8 Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 112), skala interval adalah skala

yang jarak antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya adalah:

1. Jawaban A diberi skor 3 (tiga)

2. Jawaban B diberi skor 2 (dua)

3. Jawaban C diberi skor 1 (satu)

3.9 Teknik Analisa Data

Analisa data kuantitatif yang digunakan adalah dengan model tabulasi tunggal,

yaitu membagi kategori-kategori yang telah ditentukan pada tabel frekuensi, untuk

(41)

37

F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item

N = Jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2000: 123)

Untuk mengkategorikan opini politik masyarakat Desa Lempasing Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran terhadap kampanye calon-calon Bupati

Pesawaran ke dalam opini positif, netral dan negatif, digunakan rumus:

I =

Penentuan kategori opini politik masyarakat dilakukan dengan dasar banyaknya

butir soal yang diajukan yaitu 20 soal dan teknik penentuan skor yang digunakan,

sehingga diperoleh dasar perhitungan interval adalah sebagai berikut:

a. Nilai Tertinggi (NT) adalah 3 (skor tertinggi) x 20 (banyaknya soal) = 60

b. Nilai Terendah (NR) adalah 1 (skor terendah) x 20 (banyaknya soal) = 20

c. Kategori (K) yang dicari adalah 3 (positif, netral dan negatif)

Perhitungan nilai intervalnya adalah sebagai berikut:

(42)

Berdasarkan nilai interval sebesar 13 maka kategori opini politik masyarakat

adalah sebagai berikut:

1. Positif, apabila total jawaban responden berada pada interval 48 - 60

2. Netral, apabila total jawaban responden berada pada interval 34 - 47

(43)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 98 orang. Selanjutnya untuk

mengetahui secara lebih jelas tentang responden, berikut akan dideskripsikan

identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.

5.1.1 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 47 tahun atau lebih 14 14.29

2 37-46 tahun 37 37.76

3 27-36 tahun 35 35.71

4 17-26 tahun 12 12.24

Jumlah 98 100,00

(44)

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak

14 (14,14%) responden berusia 47 tahun atau lebih, sebanyak 38 (38,38%)

responden berusia antara 37-46 tahun, sebanyak 35 (35,35%) responden berusia

antara 27-36 tahun dan sebanyak 12 (12,12%) responden berusia antara 17-26

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 37-46

tahun, yang bermakna bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok

usia yang masih produktif dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.

5.1.2 Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Lulusan SD/sederajat 16 16.33

2 Lulusan SMP/sederajat 31 31.63

3 Lulusan SMA/sederajat 45 45.92

4 Lulusan perguruan tinggi 6 6.12

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak

16 (16,33%) responden adalah lulusan SD/sederajat, sebanyak 31 (31,63%)

responden adalah lulusan SMP/sederajat, sebanyak 45 (45,92%) responden adalah

lulusan SMA/sederajat dan sebanyak 6 (6,12%) responden adalah lulusan

perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

(45)

46

atas. Banyaknya responden yang berpendidikan menengah atas tersebut

menunjukkan bahwa meskipun berpredikat sebagai masyarakat desa, namun

masyarakat Desa Lempasing menyadari pentingnya arti pendidikan dalam hidup

mereka, selain itu kondisi geografis desa yang berdekatan dengan wilayah Kota

Bandar Lampung menyebabkan banyak warga Desa Lempasing yang

menyekolahkan anak-anak mereka di Bandar Lampung.

5.1.3 Identitas Responden Menurut Pekerjaan

Identitas responden masyarakat Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak

12 (12,24%) responden bekerja sebagai petani, sebanyak 17 (17,35%) responden

bekerja sebagai buruh, sebanyak 22 (22,45%) responden bekerja sebagai

pedagang, sebanyak 31 (31,63%) responden bekerja sebagai nelayan, sebanyak 13

(13,27%) responden bekerja sebagai wiraswasta dan 3 (3,06%) responden bekerja

(46)

bekerja sebagai nelayan, karena sesuai dengan karakteritik masyarakat di daerah

pesisir pantai yang umumnya bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan di

laut kemudian menjual ikan hasil tangkapan secara langsung kepada masyarakat

atau dijual kepada para penampung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing

5.2 Opini Politik Masyarakat Desa Lempasing Terhadap Kampanye Calon-Calon Bupati Pesawaran

Opini politik masyarakat desa terhadap kampanye calon-calon Bupati Pesawaran

adalah suatu tanggapan, pandangan atau penilaian masyarakat Lempasing

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang ditujukan terhadap

fenomena politik berupa kampanye calon-calon Bupati Pesawaran dalam

rangkaian Pemilihan Kepala Daerah.

5.2.1 Opini Terhadap Kemampuan Calon Bupati dalam Berkampanye

Opini masyarakat desa terhadap kemampuan calon bupati dalam berkampanye,

terdiri dari tanggapan masyarakat terhadap kemampuan calon bupati dalam

menyampaikan materi kampanye, memahami kebutuhan masyarakat dan

berintraksi dengan masyarakat

5.2.1.1 Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010

Tanggapan responden terhadap pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil

Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010,

(47)

48

Tabel 8. Tanggapan Responden terhadap Pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 70

(71.43%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil

Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010

adalah baik, sebanyak 22 (22.45%) responden menyatakan pelaksanaan kampanye

Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten

Pesawaran Tahun 2010 adalah cukup baik dan sebanyak 6 (6.12%) responden

pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Umum

Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah tidak baik. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati pada

Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 adalah baik.

Kampanye yang dilaksanakan dengan baik maksudnya Calon Bupati dan Wakil

Bupati berkampanye sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, tidak

melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta

memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sementara itu adanya

responden yang menyatakan kampanye dilaksanakan dengan tidak baik

(48)

ditetapkan oleh KPU, melakukan kampanye hitam atau kampanye yang

menyudutkan calon lain serta tidak memberikan pendidikan politik kepada

masyarakat. Kampanye jenis ini hanya menjadikan masyarakat sebagai objek

politik, yaitu memanfaatkan suara rakyat demi kepentingan pribadi calin bupati

untuk memperoleh kekuasaan sebagai bupati.

5.2.1.2 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye

Tanggapan responden terhadap kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati

Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9. Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Menyampaikan Materi Kampanye

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Baik 49 50,00

2 Cukup Baik 38 38,78

3 Tidak Baik 11 11,22

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 49

(50,00%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil

Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah baik, sebanyak

38 (38,37%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati dan Wakil

Bupati Pesawaran dalam menyampaikan materi kampanye adalah cukup baik dan

sebanyak 11 (11,22%) responden menyatakan bahwa kemampuan Calon Bupati

(49)

50

baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa

kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan

materi kampanye adalah baik.

Kemampuan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam menyampaikan

materi kampanye secara baik tersebut ditandai dengan adanya kecakapan calon

dalam berpidato atau berkampanye, penguasaan materi kampanye dan

ketanggapan dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang mengajukan

pertanyaan. Sementara itu kemampuan calon dalam menyampaikan materi

kampanye secara tidak baik ditandai dengan ketidakcakapan calon dalam

berpidato atau berkampanye, tidak ada penguasaan materi kampanye dan tidak

tanggapnya calon dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang

mengajukan pertanyaan. Adanya kemampuan dalam menguasai materi tersebut

tentunya akan mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, sebab

masyarakat bisa menilai salah satu calon yang dianggapnya dapat memimpin

Kabupaten Pesawaran. Pentingnya kemampuan dalam menguasai materi ini

menunjukkan bahwa calon memiliki konsep kepemimpinan yang jelas dalam

memimpin Kabupaten Pesawaran.

5.2.1.3 Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye

Tanggapan responden terhadap visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati

(50)

Tabel 10. Tanggapan Responden terhadap Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 66

(67,35%) responden menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati

Pesawaran dalam kampanye adalah baik, sebanyak 22 (22,45%) responden

menyatakan visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam

kampanye adalah cukup baik dan sebanyak 10 (10,20%) responden menyatakan

visi dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah

tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan visi

dan misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah baik.

Visi misi calon yang baik maksudnya adalah calon memiliki pandangan dan

strategi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, seperti masalah

pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan pengentasan kemiskinan. Sementara

itu masyarakat yang menyatakan tidak baik disebabkan karena visi misi calon

tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan mereka. Visi misi calon ini

merupakan salah satu aspek yang akan dinilai oleh masyarakat, sebab dengan

adanya visi misi yang jelas maka setidaknya calon bupati akan mendapatkan

(51)

52

5.2.1.4 Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye adalah Program yang Realistis Tanggapan responden bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil

Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis, dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 11. Tanggapan Responden bahwa Program Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam Kampanye Adalah Program yang Realistis

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Realistis 37 37,76

2 Cukup Realistis 43 43,88

3 Tidak Realistis 18 18,37

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 37

(37,76%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati

dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang realistis,

sebanyak 43 (43,88%) responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan

Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye adalah program yang

cukup realistis dan sebanyak 18 (18,37%) responden menyatakan bahwa program

yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran dalam kampanye

adalah program yang tidak realistis. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menyatakan bahwa program yang ditawarkan Calon Bupati dan Wakil

(52)

Program calon yang cukup realistis tersebut maksudnya adalah masyarakat

menilai bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap cukup mampu untuk

melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan pada saat kampanye.

Sementara itu program yang tidak realistis maksudnya adalah masyarakat menilai

bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati dianggap hanya mengumbar janji tetapi

dinilai tidak mampu untuk melaksanakan berbagai program yang mereka janjikan

pada saat kampanye. Masyarakat pada umumnya bisa memberikan penilaian

secara tepat tentang program yang dianggap masuk akal atau tidak masuk akal

serta dapat dilaksanakan atau tidak, hal ini berkaitan dengan pengalaman

masyarakay terhadap kampanye politik pada pemilihan kepala daerah

sebelumnya.

5.2.1.5 Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye

Tanggapan responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran mampu

memahami kebutuhan masyarakat dalam berkampanye, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 12. Tanggapan Responden bahwa Calon Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran Mampu Memahami Kebutuhan Masyarakat dalam Berkampanye

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini dilihat berdasarkan kebutuhan dari permasalahan yang terjadi dimana sistem ini dapat membantu dalam melakukan pendataan spasial dan pendataan non

Menanggapi berbagai kritik dan gugatan yang muncul di masyarakat Bupati Tatang Farhanul Hakim, yang sebelumnya adalah Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya, menyatakan

14 Tinggi pagar Tinggi pagar pada ruang pada ruang kerja listrik di kerja listrik di udara terbuka udara terbuka sudah sudah sesuai.. sesuai 15 Grounding 15

Penelitian ini ingin melihat bagaimana latar belakang budaya yang ada di masing-masing kelompok masyarakat Muslim dan Hindu dapat mempengaruhi pemahaman nilai budaya antar

Pengontrolan Kualitas Kaca Automotive Tipe Laminated Menggunakan Diagram Kontrol Fuzzy U Diagram kontrol fuzzy u digunakan ketika dalam proses pengontrolan kualitas

Presentase kerusakan produk digunakan untuk melihat presentase kerusakan produk pada tiap sub-group (tanggal).. Dari diagram diatas terdapat tiga titik yang berada diluar