• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Surveilans dan Klb (2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Data Surveilans dan Klb (2013)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

616.9

Ind

d

(2)
(3)

Data Surveilans dan KLB 2013

DATA SURVEllANS DAN KlB 2013

EDISI TAHUN 2014

Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014 Nomor ISBN:

978-602-235-675-2

Pembina

dr. H.M. Subuh, MPPM ; Direktur Jenderal

PP

dan

PL

Pengarah

dr. Wiendra Waworuntu, MKes ; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra

Penanggungjawab

Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Koordinator

Tulus Riyanto, SKM, M.Sc; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Irawati; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Penulis

Abdurrahman, SKM, M .Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Edy Purwanto, SKM, M .Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Cornelia Kelyombar; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Vivi Voronika, SKMi Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Editor

Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Keuangan dan Distribusi

Vivi Yanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

(4)

rr!l

セ@ Data Surveilans dan

KLB 2013

KAlA PENGANlAR

Data dan informasi pada sebuah program kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam menetapkan peta jalan program sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Data dan informasi yang tepat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat. Pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan nasional, telah menetapkan perlunya pengembangan sistem informasi kesehatan dan secara khusus diperlukan peningkatan surveilans kesehatan sebagai salah satu kegiatan pokok pada upaya program pencegahan dan pengendalian penyakit.

Sebagai upaya untuk mendukung peningkatan surveilans epidemiologi penyakit dan upaya kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa, diperlukan data yang diolah dan dianalisis menjadi informasi yang bermanfaat bagi program. Data dan informasi surveilans epidemiologi penyakit serta kejadian luar biasa penyakit terhimpun dalam buku Data Surveilans dan KLB tahun 2013. Buku ini memuat data kelengkapan laporan STP berbasis rumah sakit dan puskesmas, data dan analisis PD31, data penyakit menular langsung, data penyakit bersumber binatang, data penyakit tidak menular dan data KLB selama tahun 201 3.

Beberapa capaian kinerja surveilans tertuang dalam buku ini, seperti Non Polio AFP Rate yang di atas target, penanggulangan KLB kurang dari 24 jam sebagai indikator kinerja surveilans yang ditetapkan dalam Renstranas Kemenkes mencapai lebih dari 80% serta SKDR yang sampai tahun 2013 sudah diimplementasikan di 24 provinsi.

Kami menyadari bahwa buku Data Surveilans dan KLB 2013 ini tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Walau demikian, keberadaan buku ini merupakan hasil kerja maksimal dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh unit terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan maupun unit lain yang membutuhkan.

Akhirnya, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian buku Data Surveilans dan KLB 2013 ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

セ@ Jakarta, November 2014

V't-

Direktur Surveilans, Imunisasi,

Karantina dan Kesehatan Matra,

f

dr. Wiendra Waworuntu, MKes

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014

(5)

-Data Surveilans dan KLB 2013

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LlNGKUNGAN

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., dengan kasih sayang dan karunia-Nya, kita diberikan kekuatan dan kemampuan untuk konsisten dalam menjalankan amanah, sehingga penyusunan buku Data Surveilans dan KLB tahun 2013 ini dapat diselesaikan.

Saat ini tuntutan akan informasi yang cepat dan akurat sang at besar sebagai kebutuhan dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan. Surveilans kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam manajemen kesehatan, untuk memberikan dukungan data dan informasi agar pengelolaan program kesehatan dapat berdaya guna secara optimal. Data dan informasi yang berkualitas, cepat dan akurat merupakan

evidence

atau bukti untuk digunakan dalam proses pengambilan kebijakan yang tepat dalam pembangunan kesehatan.

Buku Data Surveilans dan KLB tahun 2013 ini merupakan salah satu media penyebarluasan data dan informasi hasil kinerja surveilans penyakit termasuk sistem kewaspadaan dini dan KLB. Capaian-capaian indikator kinerja surveilans, informasi epidemiologi penyakit, pengembangan kapasitas sumber daya manusia kesehatan yang tertuang didalamnya, menjadi salah satu sub sistem dalam program kesehatan yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan maupun dalam upaya pengembangan program.

Akhirnya semoga keberadaan buku ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau rujukan informasi oleh semua pihak terkait yang membutuhkan sehingga dapat memperkuat peran surveilans kesehatan di masa yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku data ini, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta,

November 2014

t

Direktur Jenderal PP dan PL,

dr. H.M. Subuh, MPPM

(6)

セ@

Data Surveilan, dan KlB 201 3

DAFTAR lSI

Halaman

DATA SURVEILANS DAN KLB 2013 ... ...

i

KATA PENGANTAR ...ii

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LlNGKUNGAN ... iii

DAFTAR lSi ...iv

DAFTAR SINGKATAN ...vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 1

C. RUANG LlNGKUP ... 1

D. METODE ... 2

BAB II KELENGKAPAN LAPORAN SURVEILANS TERPADU PENYAKIT (STP) ... 3

A. KELENGKAPAN LAPORAN STP PUSKESMAS ... 3

B. KELENGKAPAN LAPORAN STP RUMAH SAKIT ... 3

BAB III PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD31) ... 5

A. AFP (ACUTE FLACCID PARALYSIS

=

LUMPUH LA YUH AKUT) ... 5

B. CAMPAK ... 1 1 C. DIFTERI ...14

D. HEPATITIS B (HBSAG POSITIF)... 17

E. PERTUSIS ... ... 18

F. TETANUS NEONATORUM (TN) ... 19

BAB IV PENYAKIT MENULAR LANGSUNG ... 24

A. D I A R E ... 24

B. DIARE BERDARAH ... ... 25

C. ENSEFALITIS ... 27

D. FRAMBUSIA ... 28

E. GONORE ... ... 29

F. HEPATITIS KLiNIS ... 31

G. INFLUENZA KLiNIS ... ... 32

H. KOLERA ... 34

I. KUSTA ... 35

J. MENINGITiS... 37

K. PNEUMONIA ...38

L. SIFILlS ...40

M. TB PARU KLiNIS DAN TB PARU BTA POSITIF... .41

N. TIFUS PERUT KLiNIS DAN KULTUR ... 42

(7)

Data Su,veHans dan KlB 2013

,

BAB V PENYAKIT BERSUMBER BINATANG ...45

A. DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE ...45

B. FILARIASiS ...46

C. FLU BURUNG ...48

D. III (INFLUENZA LIKE ILLNESS}... 52

E. MALARIA ... 54

BAB VI PENYAKIT TIDAK MENULAR ...57

A. DIABETES MElITUS...57

B. HIPERTENSI ... 58

C. INFARK JANTUNG AKUT ...60

D. KANKER GANAS LEHER RAHIM ...61

E. KANKER GANAS PAYUDARA...63

F. KECELAKAAN LALU LINTAS ...64

G. PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN ...66

BAB VII KEJADIAN LUAR BIASA PENYAKIT ...68

A. KELENGKAPAN DATA STP KLB ...68

B. TARGET PENANGGULANGAN KLB ...69

C.

SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB ...70

BAB VIII SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON KLB DENGAN APLIKASI ...75

A. CAPAIAN ...76

B. KINERJA ... 77

C. TANTANGAN DAN HAMBATAN ...78

D. UPAYA MENGATASI TANTANGAN DAN HAMBATAN ...79

E. DISEMINASIINFORMASI LlNTAS PROGRAM DAN LlNTAS SEKTOR ...79

F. RENCANA PENGUATAN SKD DAN RESPON TAHUN 2013 ...79

G. PELATIHAN SKDR ... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...81

(8)

III

セ@

Data Surveil an' dan KlB 201 3

DAFT AR SINGKATAN

AFP / llA

Balitbangkes

CBMS

CBS

CDC

CFR

DD / DBD

Dinkes

Dit. Simkar Kesma

Ditjen PPPl

EBS

EWARS / SKDR

IHR

KlB

PD31

PIN

Puskesmas

RRT / TGC

RS

SDM

SKD

SMS

STP

TN

WHO

Acute Flaccid Paralysis

/

lumpuh layuh Akut

Badan PeneJitian dan Pengembangan Kesehatan

Case Based Measles Surveillance

Case Based Surveillance

Centre for Disease Control and Prevention

Case

Fatality Rate

(Angka Kematian Kasus)

Demam Dengue / Demam Berdarah Dengue

Dinas Kesehatan

Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan

Event Based Surveillance

Early Warning, Alert and Response System

/

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

International Health Regulation

/

Peraturan Kesehatan Internasional

Influenza Like Illness

/

Penyakit Serupa Influenza

Kejadian luar Biasa

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Pekan Imunisasi Nasional

Pusat Kesehatan Masyarakat

Rapid Response Team / Tim Gerak Cepat

Rumah Sakit

Sumber Daya Manusia

Sistem Kewaspadaan Dini

Short Message Service

/

layanan Pesan Singkat

Surveilans Terpadu Penyakit

Tetanus Neonatorum

World Health Organization

(Organisasi Kesehatan Dunia)
(9)

Data Surveilons dan

KLB 2013

DAFT AR GRAFI K

Halaman

Grafik 1. Kelengkapan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun 2013 ... .. ... 3

Grafik 2. Kelengkapan STP RS Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun 2013 ... ... ... .. ... . 4

Grafik 3. Non Polio AFP Rate dan Presentasi Spesimen Adekuat Berdasarkan Bulan .. ... ... ... ... .. .... ... .... ... . 6

Grafik 4. Distribusi Kasus Campak di Indonesia Tahun 2007 - 2013 ... .. ... .. ... ... ... .. .. .. ... .. .. 12

Grafik 5. Distribusi kasus campak klinis berdasarkan bulan tahun 2007-2013 ... .... ... ... .. ... .. ... ... ... 12

Grafik 6. Kelengkapan dan Ketepatan Laporan C1 Menurut Provinsi Tahun 2013 ... .. ... .... .. ... .. ... .... .. .. .... ... 12

Grafik 7. Distribusi kasus campak berdasarkan golongan umur tahun 2007 - 2013 ... .. ... ... .... 14

Grafik 8. Trend Kasus dan Kematian Kasus Difteri di Indonesia Tahun 2008-2013 ... .. ... ... ... .. ... 15

Grafik 9 . Distribusi Kasus Difteri Berdasarkan Golongan umur di Indonesia Tahun 2008-2013 .... .. ... .. .. .. .... 16

Grafik 10. Status Imunisasi Kasus Difteri di Indonesia Tahun 2008-2013 ... .. ... .. .... .. ... .... ... .. ... . 16

Grafik 11. Distribusi Kasus Hepatitis B (HBsAg Positif) ... .. ... .... .... .... ... ... .. ... ... .. ... .... 18

Grafik 12. Proporsi Kasus Hepatitis B (HbsAg Pos itif) Di RS Sentinel Berdasarkan Jenis Kelamin .... .. ... .... ... 18

Grafik 13 . Distribusi Kasus Pertusis di Indonesia ... .... ... .. ... .. ... .. ... .... .. .... ... ... ... .. .. ... .. 19

Grafik 14. Proporsi Kasus Pertusis di Indonesia .... .. ... .. ... .. ... ... .. ... ... .. ... .. ... ... 19

Grafik 15. Cakupan Imunisasi TI2 Ibu Hamil dan Kasus Tetanus Neonatorum di Indonesia, ... .. ... .. .... ... 20

Grafik 16. Pemeriksaan Selama Kehamilan Ibu Pada Kasus TN di Indonesia tahun 2008-2013 ... .. ... ... 21

Grafik 17. Status Imunisasi TI Ibu Pada Kasus TN di Indonesia tahun 2008 - 2013 ... .. ... .. .... .... ... 21

Grafik 18. Penolong Persalinan terhadap Kasus TN di Indonesia tahun 2008-2013 .. ... .. ... ... ... .. .. ... ... 22

Grafik 19. Perawatan Tali Pusat pada Kasus TN di Indonesia tahun 2008 - 2013 ... .. ... .. .... ... ... ... 22

Grafik 20. Alat Pemotong Tali Pusat pada Kasus TN di Indonesia tahun 2008 - 2013 ... .... ... . 23

Grafik 21. Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2013 .... .. ... .... ... .. ... ... ... .. .. .. ... 25

Grafik 22. Proporsi Kasus Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .. ... .... .... .... ... ... .. .. ... .... ... 25

Grafik 23. Distribusi Kasus Diare Berdarah di Indonesia Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 ... ... 26

Grafik 24. Proporsi Kasus Diare Berdarah di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .. .. ... ... ... 26

Grafik 25. Distribusi Kasus Ensefalitis di Indonesia ... .. .. .. .... ... ... ... .. .. .. ... .. ... ... ... .. .... .... .... ... ... 28

Grafik 26 . Proporsi Kasus Ensefalitis di Indonesia .. .... .. ... .. ... ... .. .. .. ... ... ... ... . .... ... ... 28

Grafik 27. Distribusi Kasus Frambusia di Indonesia .. ... .... ... ... ... .. ... .. ... .. ... .. .. 29

Grafik 28. Proporsi Kasus Frambusia di Indonesia ... .... ... .. .... ... .... ... .. .... ... ... .. ... ... .. .. .. ... .... .... .. . 29

Grafik 29 . Distribusi Kasus Gonore di Indonesia .... ... .... ... .. ... .. ... ... ... .. ... .. ... ... ... 30

Grafik 30. Proporsi Kasus Gonore di Indonesia ... .... .. ... ... .. ... .... ... .... .... ... ... .. ... .. .... ... ... ... . 30

Grafik 31. Distribusi Kasus Hepatitis Klinis di Puskesmas Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 .. .. .. ... .. . 32

Grafik 32 . Proporsi Kasus Hepatitis Klinis di Puskesmas Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... ... ... . 32

Grafik 33 . Distribusi Kasus Influenza klinis .. .... .. .... .. ... ... .... ... .. .. .. .. .... ... .. .. .. .... ... .... ... .... ... ... ... .... .. 33

Grafik 34. Proporsi Kasus Influenza klinis di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .... ... .. ... 33

Grafik 35 . Distribusi Kasus Kolera di Indonesia ... .. .. .. ... .. ... .... ... ... .. .. ... .. ... .. ... .... .. 35

Grafik 36. Proporsi Kasus Kolera di Indonesia ... .... ... .. .. ... ... ... ... ... .. ... ... ... .... 35

Grafik 37. Distribusi Kasus Kusta Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 .... .. .... .... ... ... ... ... .... ... .. ... 36

Grafik 38. Proporsi Kasus Kusta di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. ... ... ... .. ... .... ... ... 37

Grafik 39. Distribusi Kasus Meningitis Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 .... .. ... ... .... ... 38

Grafik 40 . Distribusi Kasus Meningitis Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 .. ... .... ... ... .. ... ... .. .. 38

Grafik 41. Distribusi Kasus Pneumonia Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 ... ... ... .. .... .. ... 39

Grafik 42. Distribusi Kasus Pneumonia Berdasarkan Golongan umur Tahun 2013 ... ... .. .. .. ... .. ... .... ... 39

Grafik 43. Distribusi Kasus Sifilis ... .... ... .... ... .... .. .. ... ... ... .. .. ... ... .... .. ... ... ... ... 41

Grafik 44. Proporsi Kasus Sifilis di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... ... .. ... ... ... ... ... .. 41 Grafik 45 . Jumlah Kasus TB Paru Klinis dan TB Paru BTA Positif di Puskesmas Berdasarkan Golongan umur 42 Grafik 46. Proporsi Kasus TB Paru Klinis dan TB Paru BTA Positif di Puskesmas Berdasarkan Jenis Kelamin . 42

(10)

-Data Surveilans dan KLB 2013

Grafik

47.

Distribusi Kasus Tifus Perut Klinis di Indonesia Berdasarkan Golongan Umur Tahun

2013 .. ... .. .... 43

Grafik

48.

Distribusi Kasus Tifus Perut Kultur di Indonesia Berdasarkan Golongan Umur Tahun

2013 ... 44

Grafik

49 .

Proporsi Kasus Tifus Perut Klinis di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 ... ... ... 44

Grafik

50 .

Proporsi Kasus Tifus Perut Kultur di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 .... ... ... 44

Grafik

51 .

Distribusi Kasus Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue di Indonesia ... .. ...

46

Grafik

52.

Proporsi Kasus Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue di Indonesia ... ... ...

46

Grafik

53.

Distribusi Kasus Filariasis di Indonesia Berdasarkan Golongan umur Tahun

2013 .... ... .... 47

Grafik

54.

Proporsi Kasus Filariasis di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 ... ... ... ... ... .. 48

Grafik

55 .

Distribusi Kasus FB Berdasarkan Kabupaten/Kota sampai dari tahun

2005

s.d tahun

2013 ... ... .. 49

Grafik

56.

Distribusi Kasus Flu Burung, Kematian dan CFR dari Tahun

2005

s.d

2013 ... .... .. ... ... 49

Grafik

57.

Distribusi Kasus FB Menurut bulan dari tahun

2005

s.d

2013 ... .. ... ... .... ... 50

Grafik

58.

Kumulatif Kasus FB Berdasarkan Jenis Kelamin sampai tahun

2013 ... .. ... ... ... .. ... 50

Grafik

59.

Distribusi Kasus FB berdasarkan Golongan umur dari tahun

2005

s.d

2013 ... 50

Grafik

60.

Kumulatif Kasus FB Berdasarkan jumlah hari dari waktu onset sampai dengan masuk RS ...

51

Grafik

61.

Proporsi Kasus FB Berdasarkan Jumlah hari dari onset sampai masuk RS hingga

2013 ... .... .... 51

Grafik

62.

Persentase kasus FB berdasarkan pelihara dan tidak pelihara unggas sampai tahun

2013 .. ... .. 52

Grafik

63.

Proporsi Kasus FB menurut Faktor Risiko ... .. ... .... ... .... ... .. ...

52

Grafik

64.

Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Surveilans III Berdasarkan Minggu Tahun

2013 .... .. .. .. ... .. .. 53

Grafik

65.

Proporsi Kasus III Terhadap Jumlah Kunjungan Setiap Minggu Tahun

2013 ... . 53

Grafik

66.

Proporsi Kasus III Berdasarkan Jenis Kelamin pada tahun

2013 ... .. .... 54

Grafik

67 .

Distribusi Kasus III berdasarkan Golongan Umur Pada Tahun

2013 ... .... .... ... .... ... 54

Grafik

68.

Distribusi Kasus Malaria di Indonesia Berdasarkan Golongan umur tahun

2013 ... .. ... 55

Grafik

69.

Proporsi Kasus Malaria di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 .... ... ... 56

Grafik

70.

Distribusi Kasus Diabetes Melitus di Indonesia Berdasarkan Golongan umur Tahun

2013 ... 58

Grafik 71. Proporsi Kasus Diabetes Melitus Menurut Jenis Kelamin Tahun

2013 .... ... 58

Grafik 72. Distribusi Kasus Hipertensi di Indonesia Berdasarkan Golongan umur Tahun

2013 .... ... ... ... 59

Grafik

73.

Proporsi Kasus Hipertensi Menurut Jenis Kelamin Tahun

2013 .. .... ... 60

Grafik

74.

Distribusi Kasus Infark Jantung Akut di Indonesia Berdasarkan Golongan umur .... .... ... ...

61

Grafik

75 .

Distribusi Kasus Infark Jantung Akut di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin ...

61

Grafik

76.

Distribusi Kasus Kanker Ganas Leher Rahim di Indonesia Berdasarkan Golongan umur ...

62

Grafik 77 . Distribusi Kasus Kanker Ganas Payudara di Indonesia Berdasarkan Golongan umur ... .. ....

64

Grafik

78.

Proporsi Kasus Kanker Ganas Payudara di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 .... . 64

Grafik

79 .

Distribusi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Berdasarkan Golongan umur Tahun

2013 .. 65

Grafik

80.

Proporsi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013 .. ... 66

Grafik

81.

Distribusi Kasus Penyakit Paru Obstruksi Menahun di Indonesia Berdasarkan Golongan umur ...

67

Grafik

82.

Proporsi Kasus Penyakit Paru Obstruksi Menahun di Indonesia ... .. ...

67

Grafik

83.

Kelengkapan Data STP KLB Menurut Tahun .... .. ...

68

Grafik

84.

Kelengkapan Data STP KLB Menurut Provinsi Tahun

2013 ... .. ... .. ... ... 69

Grafik

85.

Target dan Pencapaian Indikator Penanggulangan KLB

<

24

Jam Tahun

2009 - 2014 .... ... .... .. 69

Grafik

86.

Frekuensi KLB Berdasarkan Provinsi Tahun

2013 ... .. ... ... ... .. ... .... ... .... .... .... ... 70

Grafik

87.

Trend Frekuensi KLB Berdasarkan Bulan Tahun

2012

dan

2013 ... .. ... .... ... .. ... 71

Grafik

88.

Trend

5

Besar Penyakit/Kejadian Penyebab KLB berdasarkan Bulan Tahun

2013 .... .. .. ... .. ... 71

Grafik

89.

Frekuensi KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Pada Tahun

2013 .. .... ... .... ... ... ... .. ... .. ..

72

Grafik

90.

Persentase Lama Waktu KLB ditanggulangi selama Tahun

2013 ... ... ...

72

Grafik

91.

Persentase Respon KLB Berdasarkan Provinsi Tahun

2013 .... ... .... ... .. ... .... .. .... 73

Grafik

92.

Persentase Respon KLB Berdasarkan Jenis Penyakit Tahun

2013 ... .... ... .. .... .... ... .. .. 73

Grafik

93.

Persentase Respon KLB Berdasarkan Bulan Tahun

2013 ... .... ... .. ... 74

Grafik

94 .

Kelengkapan Laporan SKDR Nasional tahun

2013 ... .. ... .. ... .... ... ... ... .... ... ..

77

Grafik

95 .

Trend Penyakit Potensial KLB Diare dan III Tahun

2013 ... .. ... 78

Kernenteria n Kesehatan Repu b lik Indones ia Ta hun 2014

(11)

Data Surveilans dan

KLB 201

3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Distribusi Pencapaian Spesimen Adekuat AFP Tahun 2013 ... ... ... ... ... ... ... .. 7

Gambar 2. Peta Kelengkapan Laporan Mingguan Puskesmas Tahun 2013 ... ... ... ... ... .... ... ... ... ... 8

Gambar 3. Peta Kelengkapan Laporan Mingguan Rumah Sa kit (Surveilans Aktif) Tahun 2013 ... ... .... .. ... .... 10

Gambar 4. Distribusi kasus campak klinis berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2013 ... ... .. ... .. ... .... 13

Gambar 5. Sebaran Kasus Difteri di Indonesia Tahun 2012-2013 .. ... ... ... .. .. .. ... ... 15

Gambar 6. Distribusi Kasus Tetanus Neonatorum di Indonesia Tahun 2013 .. ... .... .. ... ... .... .. . 20

Gambar 7. Distribusi Kasus Tetanus Neonatorum di Indonesia Tahun 2012 ... ... ... ... ... .. .... ... 20

Gambar 8. Distribusi Kasus Flu Burung di Indonesia, Juni 2005 s.d Desember 2013 ... .... .. .. .... .. ... ... 48

DAFT AR TABEL

Halaman

Tabel 1. Non Polio AFP Rate Berdasarkan Provinsi Tahun 2009-2013 .. ... ... ... .. ... ... ... .... ... 6

Tabel 2. Persentase Spesimen Adekuat Berdasarkan Provinsi Tahun 2009 - 2013 .. .. .. ... .... ... ... 7

Tabel 3. Kelengkapan Laporan Puskesmas Berdasarkan Provinsi Tahun 2009-2013 ... .... .. .... .. .. ... .. .. .... . 9

Tabel 4. Kelengkapan Laporan Mingguan Rumah Sa kit (Surveilans Aktif) Berdasarkan Provinsi ... ... 10

Tabel 5. CBMS Campak di Indonesia tahun 2008 - 2013 ... .... ... ... .. .. .. ... .... ... .. .... .. .. .... ... .. .. 14

Tabel 7. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Hepatitis B (HBsAg Positif) ... .... 17

Tabel 6. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Pertusis ... .... ... .... .. .. .. ... .. ... 18

Tabel 8. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Diare ... .... ... .. .... ... .. ... .. 24

Tabel 7. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Diare Berdarah ... .. .... .... ... 25

Tabel10. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Ensefalitis .. ... .... ... .. .. ... .. .. 27

Tabel11. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Frambusia ... .. .. ... ... .. .. .. .. . 28

Tabel12 . Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Gonore ... .. .... ... ... 30

Tabel13. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Hepatitis Klinis ... ... .... .... ... 31

Tabel 14. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Influenza Klinis .... .... .... .... .. ... 32

Tabel15. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Kolera ... ... .. .. .. ... ... .... .... 34

Tabel16. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Kusta ... ... ... ... ... ... 35

Tabel17. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Meningitis ... .. .. ... ... ... . 37

Tabel 18. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Pneumonia .... .... ... ... ... 38

Tabel19. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Sifilis ... .. .. ... .. .. ... ... ... .... 40

Tabel 20. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) ... .. ... ... ... .... ... ... .... ... 41

Tabel 21. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Tifus Perut Klinis dan Kultur .. .. 42

Tabel 22 . Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Demam Dengue ... ... ... .. 45

Tabel 24. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Filariasis .. .... ... ... .... 46

Tabel 24. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Malaria Berdasarkan Provinsi .. 55

Tabel 25. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Diabetes Melitus ... ... .... .... 57

Tabel27. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Hipertensi .. ... ... .. ... 58

Tabel 27 . Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Infark Jantung Akut ... ... ... .. .. 60

Tabel 28 . Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Kanker Ganas Leher Rahim ... ... 62

Tabel 29. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Kanker Ganas Payudara .... ... 63

Tabel 30. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Kecelakaan Lalu Lintas .... ... ... 64

(12)

Data Surveilans dan KLB 201 3

Tabel 32. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) Kasus Penyakit Paru Obstruksi. ... ... 66

Tabel 33. Jumlah Provinsi yang Telah melaksanakan SKDR Sampai Dengan Tahun 2013 ... ... .... ... 76

Tabel 34. Jumlah Peringatan Dini di Puskesmas di 22 Provinsi Tahun 2013 ... ... ... .. ... .. ... .. ... ... 77

Tabel 34. Kinerja Surveilans AFP Tahun 2013 .... ... ... ... .... .... .. ... ... ... .... .... .. .. .... 81

Tabel 35. Kasus Difteri Berdasarkan Golongan umur, Status Imunisasi, dan Kasus Meninggal. .. ... .. .. ... .. .. 82

Tabel 36. Distribusi Kasus Dan Kematian Tetanus Il..Jeonatorum Tahun 2013 .. .. .. .. .. ... ... ... ... .... .. .. .... 83

Tabel 37. Daftar Puskesmas Sentinel III di Indonesia tahun 2013 ... .. ... ... .... .. .. .. .. .... ... ... 84

Tabel 38. Distribusi Kasus Campak Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .... ... 85

Tabel 39 . Distribusi Kasus Demam Berdarah Dengue Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin .. ... .. 86

Tabel 40. Distribusi Kasus Demam Dengue Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... ... 87

Tabel41. Distribusi Kasus Diabetes Melitus Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .... ... 88

Tabel42. Distribusi Kasus Diare Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .... ... .... ... 89

Tabel43. Distribusi Kasus Diare Berdarah Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... ... 90

Tabel44 . Distribusi Kasus Difteri Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .. .. ... ... .. 91

Tabel45. Distribusi Kasus Ensefalitis Menurut Golongan umur, Jenis Kelamin, dan Kasus Meninggal .... .. .. . 92

Tabel46. Distribusi Kasus Filariasis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... ... .. .... 93

Tabel47 . Distribusi Kasus Frambusia Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .. ... ... ... 94

Tabel48 . Distribusi Kasus Gonore Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... ... ... 95

Tabel49. Distribusi Kasus Hepatitis B (HBsAg) Positif Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin ... 96

Tabel 50. Distribusi Kasus Hepatitis Klinis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .... .... 97

Tabel 51. Distribusi Kasus Hipertensi Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .. .. ... 98

Tabel 52 . Distribusi Kasus Infark Jantung Akut Menurut Golongan umur, Jenis Kelamin, ... ... .. .... .. .... .. 99

Tabel 53 . Distribusi Kasus Influenza Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... ... ... 100

Tabel54. Distribusi Kasus Kanker Ganas Leher Rahim Menurut Golongan umur dan Kasus Meninggal .. .. . 101

Tabel 55 . Distribusi Kasus Kanker Ganas Payudara Menurut Golongan umur, Jenis Kelamin, .... ... ... 102

Tabel 56. Distribusi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Golongan umur, Jenis Kelamin, ... .. .... .. ... . 103

Tabel 57. Distribusi Kasus Kolera Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .. .... ... .... .. 104

Tabel 58. Distribusi Kasus Kusta MB Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .... .. ... .... 105

Tabel 59. Distribusi Kasus Kusta PB Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .... .... .. .. 106

Tabel 60 . Distribusi Kasus Malaria Campuran Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... 107

Tabel61. Distribusi Kasus Malaria Falsifarum Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .. 108

Tabel 62. Distribusi Kasus Malaria Klinis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .... 109

Tabel63 . Distribusi Kasus Malaria Vivax Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .. .... 110

Tabel64. Distribusi Kasus Meningitis lVlenurut Golongan umur, Jenis Kelamin, dan Kasus Meninggal ... 111

Tabel 65. Distribusi Kasus Penyakit Paru Obstruksi Menahun Menurut Golongan umur, Jenis Kelamin ... 112

Tabel 66. Distribusi Kasus Pertusis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... ... ... 113

Tabel 67. Distribusi Kasus Pneumonia Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .. .. .... .. . 114

Tabel68 . Distribusi Kasus Sifilis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .... .. ... .. .... .. 115

Tabel 69. Distribusi Kasus TB Paru BTA Positif Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 116

Tabel70. Distribusi Kasus TB Paru Klinis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .. .... ... 117

Tabel 71 . Distribusi Kasus Tetanus Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... .. ... 118

Tabel 72 . Di stribusi Kasus Tifus Perut Klinis Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... .. . 119

Tabel 73 . Distribusi Kasus Tifus Perut Kultur Menurut Golongan umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 120

menterian Kesehatan Republik Indonesia Tahun

(13)

Data Surveilans dan KLB 2013

BAB I

PENDAHUlUAN

A.

LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu negara anggota World Health Organization (WHO) yang merupakan unit teknis dari organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia mendukung kebijakan organisasi tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan nasional dan masyarakat internasional. Dalam upaya pemberantasan penyakit wa bah seperti tersurat di dalam IH R (2005), Indonesia pada tahun 2014 menerapkan implementasi secara penuh IHR (2005) yang merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah dalam hubungan masyarakat dunia untuk memberikan kontribusi dalam memelihara kesehatan .

Sejalan dengan komitmen global dan regional, Indonesia juga mendukung eradikasi polio, eliminasi TN, reduksi maupun eliminasi campak, eliminasi malaria, pengendalian HIV/ AIDS maupun TB Paru. Salah satu keberhasilan Indonesia antara lain telah berhasil mengeliminasi Tetanus Neonatal dan Maternal di Indonesia bagian Barat dan Tengah tahun 2012. Tahun 2014, Indonesia menerima sertifikat bebas polio bersama-sama dengan Negara di wilayah WHO SEARO, dan eliminasi malaria di 213 kabupaten/kota .

Ancaman kesehatan masya rakat baik global, regional, maupun lokal yang terjadi akhir-akhir ini, diketahui tidak hanya berasal dari penyakit -penyakit infeksi, namun juga berasal dari antara lain perubahan-perubahan alam raya, ekosistem, demografi, dan gaya hidup, yang penyebarannya ke daerah/wilayah lain sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan komunikasi dimana mobilisasi manusia maupun barang sang at tinggi dan cepat.

Pada IHR (2005) Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa suatu Negara harus mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan melaporkan kejadian kesehatan serta melakukan pengendalian di sumber kejadian sedini mungkin sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang Surveilans Dan Respons Yang Harus Dipenuhi).

Indonesia secara geografis sangat strategis, saat ini masih terus berjuang menghadapi tantangan yang berasal dari berbagai penyakit infeksi baik yang klasik (malaria, DBD, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak, pertusis), maupun yang baru berkembang ,seperti Flu Burung pada manusia. Perkembangan penyakit-penyakit tersebut apabila tidak dipantau dan dikendalikan, melalui kegiatan surveilans yang baik, maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya .

B.

TUJUAN

Tersedianya data dan hasil analisis beberapa penyakit menular dan penyakit tidak menular tertentu pada tahun 2013.

C.

RUANG LlNGKUP

Data Surveilans dan KLB tahun 2013 ini merupakan hasil pengolahan dan analisis data penyakit yang bersumber dari Laporan STP, baik sentinel maupun non sentinel di pelayanan kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas), laporan KLB penyakit bersumber STP KLB, sur veilans khusus yang meliputi surveilans integrasi PD31 termasuk AFP, surveilans campak, Surveilans III dan Flu Burung. Selain itu buku ini memuat juga hasil kinerja sistem kewaspadaan dini menggunakan SKDR di beberapa provinsi. Data yang dianalisis adalah data dari periode Januari - Desember 2013, kecuali untuk beberapa penyakit disertakan pula data beberapa tahun sebelumnya sebagai pembanding .

(14)

i

Data Su<veHans dan KlB 2013

Data dan analisis hasil surveilans ini disusun menjadi 6 kelompok bahasan yaitu Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31), Penyakit Menular Langsung, Penyakit Bersumber Binatang, Penyakit Tidak Menular, Kejadian Luar Biasa (KlB), dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).

D.

MElODE

1. Data yang diolah dan dianalisis berasal dari laporan mingguan dan laporan bulanan yang dikirim dari daerah ke Subdit Surveilans dan Respon KLB, data yang disajikan sudah diverifikasi oleh pengelola program masing-masing.

2. Cara perhitungan persentase angka denominator yang digunakan bersumber dari Biro Pusat Statistik dan Pusat Data Informasi Kemenkes.

(15)

Data Surveilans dan

KLB

201 3

BAB II

KELENGKAPAN lAPORAN SURVEILANS TERPADU PENYAKIT (STP)

A.

KElENGKAPAN lAPORAN STP PUSKESMAS

[image:15.595.38.531.248.580.2]

Kelengkapan laporan STP berbasis puskesmas non-sentine l yang dilaporkan selama tahun 2013 secara nasional sebesar 65% , sedangkan kelengkapan STP puskesmas sentinel 26%. Kelengkapan laporan STP puskesmas ini diperhitungkan berdasarkan STP yang dilaporkan tiap provinsi tiap bulan. Pada grafik di bawah didapatkan provinsi yang memiliki kelengkapan laporan STP puskesmas non sentinel セ@ 90% yaitu Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Papua. Sedangkan kelengkapan laporan STP puskesmas sentinel セ@ 90% yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan Bali.

Grafik

1.

Kelengkapan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun

2013

100% 90% 80%

70% ..{).5%

60% 1-

-

-5 0%

40%

'

-30%

26%

20%

-10%

0%

I

_ STPP US I( r·r o r·r SHIT _ STPPUSKSEHT - - TAF.G ET

B.

KElENGKAPAN lAPORAN STP RUMAH SAKIT

Kelengkapan laporan STP berbasis rumah sakit non-sentinel yang dilaporkan selama tahun 201 3 secara nasional sebesar 45 % , sedangkan kelengkapan STP rumah sakit sentinel 20% . Kelengkapan laporan STP RS ini diperhitungkan berdasarkan STP yang dilaporkan tiap provinsi tiap bulan. Pada grafik di bawah didapatkan provinsi yang memiliki kelengkapan laporan STP rumah sakit non sentinel セ@ 90% yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua . Sedangkan kelengkapan laporan STP rumah sakit sentinel セ@ 90% yaitu Jambi, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

(16)

Data Surveilans dan

KLB

2013

Grafik 2. Kelengkapan STP RS Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun 2013

100%

90%

80%

60%

50%

45%

30%

20% 1 0%

10%

0%

[image:16.595.63.523.67.429.2]
(17)

Data Surveilans dan KLB 2013

BAB III

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD31)

A.

AFP

(A (UTE fLA(OO PAKALYSIS

=

lUMPUH lAYUH AKUT)

Penyakit poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio dan ditandai dengan lumpuh pad a kaki atau kaki & tangan, kelumpuhan dapat menetap seumur hidup dan terjadi pengecilan otot. Virus polio hidup di ling kung an, masuk dan berkembangbiak pada usus manusia melalui makanan dan atau minuman. Sifat virus ini hanya dapat berkembangbiak pada usus manusia, waktu hidup di lingkungan maksimal 3 bulan dan dengan adanya vaksin yang efektif mencegah penyakit polio maka penyakit ini dapat dieradikasi/dibasmi dari muka bumi. Oleh karena itu pada sidang 'The World Health Assembly'

(badan tertinggi kesehatan dunia) ke 42 tahun 1988, dicanangkan pemberantasan penyakit ini secara total.

Indonesia menetapkan beberapa strategi dalam pemberantasan penyakit ini, antara lain : imunisasi rutin, imunisasi tambahan, surveilans AFP dan laboratory containment. Dalam pelaksanaan strategi diatas Pemerintah Indonesia melalui Kementerian kesehatan menetapkan tim Eradikasi Polio Nasional yang diketuai oleh Direktur Jenderal PP dan PL, terdiri dari Tim Sertifikasi Nasional, Komisi Ahli Surveilans AFP, Jaringan Laboratorium Polio, Kelompok Pengamanan virus polio liar di Laboratorium, Petugas khusus Surveilans AFP di setiap provinsi dan Petugas Imunisasi di seluruh wilayah dengan melibatkan lintas sektor dan program terkait pad a saat kegiatan PIN/Sub PIN.

Pengamatan penyakit terhadap polio telah masuk dalam sistem pelaporan pen yak it di Indonesia. Pada awalnya pengamatan penyakit ini didasarkan pada gejala klinis yang dilaporkan dari semua fasilitas kesehatan tanpa pemeriksaan laboratorium. Antara tahun 1984 - 1988, rata-rata jumlah kasus polio klinis di Indonesia adalah 800 kasus setiap tahunnya. Kemudian pada tahun 1988-1995, terjadi penurunan kasus polio menjadi 24 kasus pada tahun 1994 dan 1 kasus pada tahun 1995.

Pada tahun 1995 Indonesia mulai melaksanakan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP), yaitu menemukan semua kasus lumpuh layuh mendadak, yang mirip kelumpuhan pada polio dan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. Dengan sistem ini, pada tanggal 23 Juni 1995 ditemukan suspek polio pada seorang anak berumur 27 bulan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa spesimen tinja anak tersebut mengandung virus polio liar tipe 1. Tanggal 15 Oktober 1995 di Medon, Sumatera Utara, hasil pemeriksaan spesimen tinja seorang anak yang berkontak dengan penderita polio mengandung virus polio liar tipe 3. Kedua kejadian ini merupakan virus polio liar asli

(indigenous) Indonesia yang terakhir dilaporkan.

Dengan adanya KLB polio ini, surveilans AFP diperkuat. Sejalan dengan rekomendasi dari TeG tahun 2005, sistem ini ditingkatkan agar jadi lebih sensitive. Target penemuan kasus lumpuh non polio seta hun (non-polio AFP rate) ditingkatkan dari 1/100,000 menjadi minimal 2/100,000 anak kurang dari 15 tahun. Target ini berhasil dicapai dimana pada to hun 2006 angka ini mencapai 2.45. dan bisa terus dipertahankan hingga soot ini.

Saat ini, Indonesia bersama negara anggota WHO-South East Asia Region (SEAR) lain telah bebas virus polio liar lebih dari 3 to hun sehingga memperoleh sertifikasi be bas polio dari WHO tanggal 27 Maret 2014. Namun demikian kewaspadaan harus tetap dipertahankan mengingat masih adanya kasus polio di regional lain. Selanjutnya Indonesia akan lebih mengintensifkan penemuan kasus lumpuh layuh akut sebagai bentuk kewaspadaan serta mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata.

Beberapa capaian yang dalam pelaksanaan surveilans AFP tergambar dalam pencapaian indikator utama, terdapat 4 indikator utama surveilans AFP yang meliputi :

1. Non Polio AFP rate anak usia di bawah 15 th: 2/100.000

2. Persentase Spesimen Adekuat: 80%

3. Persentase kelengkapan laporan nihil (zero report) Puskesmas: 90% 4. Persentase kelengkapan Surveilans Aktif Rumah Sakit: 90%

(18)

セ@

Data Su,velian, dan KLB 2013

Capaian indikator surveilans AFP tahun 2013 dapat dilihat sebagai berikut :

1)

Non Polio AFP rate

dan Spesimen Adekuat

Pencapaian indikator

Non Polio AFP rate

dan Spesimen adekuat hampir selalu memenuhi target min ima ! yang ditetapkan setiap bulannya (grafik 3). Peningkatan persentase spesimen adekuat semakin tingg i tahun 2011 dan 2012. Tahun 2013 walaupun pada bulan agustus terjadi penurunan tetapi masih dalam batas target dan pencapaian nasional tahun 2013 adalah 87.7% melampaui target yang d itetap (80%). Hal ini merupakan hasil dari beberapa upaya yang dilakukan oleh Subdit Surveilans dan Respon KLB dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kasus di puskesmas melalui Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa di beberapa provinsi dan laporan rutin AFP tiap minggunya dari provinsi. Hal lain yang dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi terhadap klinisi (dokter spesialis anak dan spesialis syaraf) di tingkat pusat dan beberapa provinsi.

Grafik 3. Non Polio AFP Rate dan Presentasi Spesimen Adekuat Berdasarkan Bulan (Januari 2009 - 2013)

8 .0 100

CD

""

7 .0

"'

0 r!

>-I/) 6.0

セ@

80

v

.,

c: c:

II! 5. 0

j

:J;! 60 u

:c

u セ@

0 <n

0 4 .0

cO .!!

..

0

"

セ@(I)

II> 3.0

..

U

D-Uo.

c( 2 .0

.2

"0

D-c: c 1 .0

Z 0 .0 4 0 rr セ@ セ@ 20 o

セセセセヲ

Uセ セャs

セセ セセセ

セヲ ウ セ セ ゥXセセ

セセ セ ャヲUセ

セゥXセセセセ

セ セヲ U セ セゥ sセセセセセセ

ヲセ セ セ ゥ sセ セ@

セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@ セ@

- NPAFP - Adeq .S pe c I

Capaian indikator non polio AFP rate berdasarkan provinsi sejak tahun 2009 sampai dengan 2013

ditunjukkan pad a tabel 1, tampak bahwa secara umum Indonesia selalu bisa melampaui target minimal untuk Non Polio AFP rate, namun di tingkat provinsi masih terdapat beberapa provinsi yang belum mencapai target minimal. Tahun 2013 provinsi yang belum mencapai target minimal adalah Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Papua Barat.

Ta be l 1. N on Polio AFP Rate Berdasarkan Provinsi Tahun 2009-2013

(19)

0

. 1,..,

セ セ セ セ@

.... ..

セ NNN@ .; .. .... ..

,... . -

,

..

;

セ GMMセ G@

Data Surveilons dan KLB 201 3

2) Persentase Spesimen Adekuat

No 」。ウ・Oイ・セ ッイエ@

Adeq . Spe c <60<)('

セNセ[Z[

Adeq . Spec 60-79%

0

Adeq . Spec >-=so,*,

Gambar 1. Peta Distribusi Pencapaian Spesimen Adekuat AFP Tahun 2013

Salah satu indikator penting surveilans AFP adalah persentase spesimen adekuat. Di daerah sui it Indonesia, indikator ini sulit dicapai karena adanya hambatan geografis dan transportasi dalam pengiriman spesimen. Tahun 2013, secara Nasional persentase spesimen adekuat mencapai target 87.7% tetapi masih ada empat provinsi yang tidak mencapai target adalah Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

(20)

セ@

Data Su<veHans dan KlB 2013

Target minimal spesimen adekuat adalah セ@ 80%, masih ada beberapa provinsi yang belum mencapai target tersebut selama 5 tahun berturut-turut, yaitu Papua . Pada tahun 2013 ada 8 provinsi yang belum mencapai target minimal yaitu Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua.

3) Persentase Kelengkapan Laporan Nihil (zero report) Puskesmas

Legend:

_ <60'70

i=::I 60 - 80 '70

_ 81-9''70 _ 100'70

Gambar 2. Peta Kelengkapan Laporan Mingguan Puskesmas Tahun 2013

Secara Nasional capaian target kelengkapan laporan nihil (zero report) puskesmas Pada tahun 2013 hanya 75 .3%, belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90%. Hal ini disebabkan karena masih adanya beberapa provinsi yang masih memiliki capaian kelengkapan laporan nihil di bawah target, provinsi tersebut meliputi provinsi dengan capaian kurang dari 60%, yaitu Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Sedangkan provinsi yang memiliki capaian antara 60 - 80

%

adalah Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
(21)

Data Surveilans dan KLB 201 3

Tabel 3. Kelengkapan Laporan Pu ske smas Be rdasarkan Provinsi Tahun 2009 - 2013

PROVINSI 2009 2010 2011 2012 2013

-1 Aceh 68 .5 73.5 70.1 74 .0 81.6

2 Sum otero Utoro 61.3 68 .0 82 .6 86.2 5.4

3 Sumatera Barat 92.7 85.9 91.9 96.6 95.7

4 Riau 91.1 82.3 70.6 29.8 19.9

5 Kepulauan Riau 80.2 72.9 84.0 87.6 98 .0

6 Jambi 88.3 89.1 89.2 88.8 91.3

7 Bengkulu 69.3 77.6 82.1 63 .6 55 .3

8 Sumatera Selatan 93.3 84.4 83.2 86.7 67.3 9 Kep. Bangka Belitung 82.7 96.3 94.1 92.3 100.0

10 Lampung 86.9 87.5 93.1 99.2 96.2

11 DKI Jakarta 63.2 98.8 98.2 61.1 91.7

12 Banten 90.3 88.8 93 .5 88.2 91.2

13 Jawo Barat 66.5 75.5 82.6 75 .1 95 .3

14 Jawa Tengah 63 .6 73.3 97.8 99.0 99.9

15 DI Yogyokarta 91.3 92.6 91.4 97.6 96.4

16 Jawa Timur 22 .2 80.1 100.0 99.9 99.7

17 Kalimantan Barat 80.7 76.3 80.9 85.5 88.9

18 Kalimantan Tengah 45.9 43.9 59.1 70.4 28.7

19 Kalimantan Selatan 77.8 93.9 94.7 88.2 76.2

20 Kalimantan Timur 83.7 72.7 79.3 74.1 2.6

21 Sulawesi Utara 93 .6 93.2 93.4 95.1 92.3

22 Gorontalo 100.0 100.0 100.0 98.8 100.0

23 Sulawesi Tengah 89.8 93.3 95 .9 93.9 93.2

24 Sulawesi Selotan 62 .1 72.7 62.2 80.2 7 5.1

25 Sula wesi Barcit 22.4 85.0 72.2 97.7 67.3

26 Sula w esi Tenggara 57.6 40.6 68 .7 73.2 72.5

27 Bali 99.8 98.4 85. 1 98.9 96.5

28 Nusa Tenggara Barat 25 .6 78.6 73.5 95.7 9 5.8

29 Nusa Tenggara Timur 76.5 66.0 82.3 87.9 92.6

30 Maluku 50.0 0.0 1.1 48 .5 57.6

31 Maluku Utara 64.8 9.0 76.0 42.2 84.2

32 Papua 14.0 28 .3 21.8 24.9 13.2

33 Papua Barat 41.7 26.3 27.0 37.5 21.2

INDONESIA 64.8 74.0 81.5 82.3 75 .3

Tahun 2013 dari 33 provinsi yang melaporkan kelengkapan laporan hanya 17 provinsi (52% ) yang mencapai target kelengkapan laporan nihil (zero report) puskesmas 90%. Sementara masih adanya provinsi yang pencapaiannya masih jauh dari target yaitu Sumatera Utara (5.4%) dan Kalimantan Timur (2.6%) .

4) Persentase Kelengkapan Surveilans Aktif Rumah Sakit

Rumah Sakit yang merupakan sumber utama penemuan kasus AFP memiliki peranan penting dalam kegiatan surveilans AFP . Di Rumah Sakit, surveilans dilakukan secara aktif dengan mendatangi setiap rumah sakit yang berpotensi ditemukan kasus AFP setiap minggunya oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota. Secara Nasional capaian target kelengkapan laporan surveilans aktif Rumah Sakit Pada tahun 2013 hanya 72.4%, belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90%. Terdapat tiga provinsi yang melaporkan surveilans aktif rumah sakit dengan kelengkapan 100%, yaitu Bengkulu, Bangka Belitung dan Kalimatan Barat. Sedangkan beberapa provinsi yang memiliki kelengkapan laporan kurang dari 60% adalah Sumatera Utara, Riau, DKI Jakarta, Kalimantan tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Papua dan Papua Barat.

(22)

Data Surveilans dan KLB 2013

Legend :

-

<60%

60 - 80 %

-

c::::J

-

81 - 99 %

100%

Gambar 3 . Peta Kelengkapan Laporan Mingguan Rumah Sakit (Surveilans Aktif) Tahun 201 3

Tabel 4. Kelengkapan Laporan Mingguan Rumah Sakit (Surveilans Aktif) Berdasarkan Provinsi Tahun 2009-2013

Dari tahun 2009 sampai 2013, Indonesia tidak mencapai target minimal kelengkapan laporan surveilans aktif RS (90%). Sementara Provinsi Maluku selama 5 tahun capaiannya

<

60% .
(23)

Data Surveilans dan KLB 2013

B. CAMPAK

Sidang World Health Assembly (WHA) pad a bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 dan berdasarkan konsensus SEARO bulan Februari 2013 disepakati bahwa Indonesia akan mencapai eliminasi campak pada tahun 2018.

Pemerintah Indonesia mengadopsi dan melaksanakan strategi eliminasi campak melalui kegiatan surveilans campak, yaitu: memastikan terputusnya transmisi campak di suatu wilayah endemis tertentu dalam waktu ;::: 1 2 bulan yang dibuktikan dengan sistem surveilans yang baik. Pada tahun 2018 Indonesia akan:

Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama lebih dari 95% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota.

Menurunkan angka insiden campak menjadi kurang dari 5 per 1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya.

Menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000.

Melakukan konfirmasi laboratorium campak 100% terhadap kasus-kasus klinis dari seluruh

ka bupaten/kota.

Untuk mencapai tujuan pengendalian penyakit campak terse but dilakukan 3 strategi:

1) Imunisasi:

a. Memberikan imunisasi campak rutin pada bayi, anak usia 2 tahun serta anak klas 1 sekolah dasar masing-masing 1 (satu) dosis dengan cakupan minimal 95 %.

b. Imunisasi tambahan, berupa:

Sweeping

Merupakan upaya aktif melengkapi imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0- 11 bulan.

Backlog fighting

Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Crash program

Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah:

1) Angka kematian bayi akibat PD31 tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarona, dana) kurang.

3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Catch up Campaign campok

Merupakan suatu upaya untuk memutus transmisi penularan virus camp ok pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia 6

-1 2 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.

2) Penyelidikan dan manajemen kasus pada semua KLB campak.

3) Melaksanakan surveilans campak berbasis kasus individu (Case

Based Measles Surveillance)

dengan pemeriksaan serologi terhadap semua kasus tersangka campak (suspek).

Distribusi kasus campak dari tahun 2007-2013 (grafik 4) tampak makin menu run walaupun pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus. Bila dilihat menurut bulan (grafik 5), terjadi penurunan kasus sepanjang tahun 2013 tiap bulannya dengan diawali tingginya kasus campak di awol to hun. Sepanjang tahun 201 3 telah terjadi 1 28 kejadian luar biasa campak dengan jumlah kasus 1677 dan 1 kematian. Jumlah terse but lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, cakupan imunisasi campak di Indonesia adalah 80%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, cakupan imunisasi campak di Indonesia adalah 82,1%. Hal ini menyebabkan masih banyak kelompok bolita renton karena tidak diimunisasi dan bolita yang tidak terbentuk antibodi setelah imunisasi karena efikasi vaksin hanya 85%. Dengan semakin

(24)

セ@

OJ 3

'"

(J)

(J) (J)

-, ... :J 0

o

セ@

§

セ@

§

セ@

§

セ@

:J

... "'W.bIJ1O'l-...JCOIDO

§

セ i@

n セN@

a

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Q :;;

-

a

s.

セ@ J01 n.Q7

セN@ :J

I'<:b

Q

;0;;--< Ul

rot"

Q..

aceh

セ@

Apr Q Q c

..,

Q

SUMATERA_UTARA "

I

I

I I I

I

I I

G)

'''''''

lun c

Q -, I u J

'" '"

ij; . (J) <

:::T' SUMAT ERA BARAT Q AUI!

'"

c

ro

Scp

...

0

-

r iau@ Nセ@

I セ@ No yO c t 3 セ

Q..

...

.... セ@ セ@ w 3 V>

DoY- U1 U1 o

;0;;- KEPULAUAN RI AU - I J J 0- I, n-C8 o

8

o o

IS

8

o

セ@

I

G) Q 0- '" c

a..

Q I'<:b o o o -,Q :::T' ..,

a

JAMBI A Mlr o o

8

8

o o

8

o ...

o

• J . (J) Q セ@ セ

..,

Apr

セ@ :J - .

セ@ MセM

BENGKUlU I セエ@

a..

0

A

'"

c .t.. _. :J

r-..,

SUMATERA SELAT AN to lui

8

-.J IV

8

\/) セ A UI!

< - : I

.g

"'"

o

Q

'"

OJ

セN@ Q.. IV

Q BANGKA_BELlTUNG セセ

I J • I "U

No ... ..., Q Q 0

LAMPUNG Q

Sop

ャ セZZ[Z]Z

Oct

r40v

0""

Jil ョMセセ@

P.-\)r Apr

MI.,.

Jun e lu\l AUI!

SOr.

Noy [) ""

1;) n-1 2

Feb Gセイ Apr Miy Jun o JII\I

GBセ セ@

G) Q ;0;;-Q

'"

c

'"

D""

:J :J

iY

:J

0

JOlnZ6 to

w

'"

c 3

n DKUAKART A I Q.. rot" セ N@ Q

?

Q

I I Q Apr

BANTEN I :J M.".

3 A 3 (J)

Jil no Q

:;::: "U A :J

J u\l

JAWA BARAT

;><;

Q (J) AUI!

(l) - I I .

'"

c (J)

(1) Scp

?: ii) JAWA TENGAH

ro

Oct

'"

3

:3

:J

-g

Noy

n

c

(l) Otl DI -

yoセ

AI<ART A -f 1 I D"" Q ;0;;-Q

I I ...

::l

,...,. (U

'"

Jil ョヲAセ 3 :J

"0 JAWA_TIMUR ' I I

rt)

g

rot" "U

(U Q

;0;;-Apr

:!. :J KAliMANTAN BARAT

-

..J..

r-Q Mil ". ;0;;- Q

til Juntt

Q..

'"

c

0 o AUI!

I<ALlMANTAN_TENGAH . •,...

::l "U lu \I

IV ..'"

t:: o

A ;><; KALIMANTAN SELATAN

0

.... :J

(1)

CLl :J セ@n> o Q..

'"

Vl (0 セ@

"0

i\G alimantaセ⦅timur@

.

I

.

I

I

(l)

n

llI- o :J

If

;:0

(U (J)

::r

... KAlIMANTAN_UTARA

I

I

I

"

o

n>

til (U

'"

"U

IV

SULAWESI_UTARA __

III ·

:J

,.,

;0;;-;J

;:l o Q

-I

....

::l GORONTAlO . .

...

Q

'"

c

:::T'

;;0

SULAWESUENGAH . .

""""

C

'"

(l)

s.

:J

;0;;--0 SULAWESI SELATAN -0 tV

IV

C

o

o

o

sulaweセi⦅barat@

II

...

£:

< IV o 'J

'"

Q

r, SULAWESUENGGARA _ J . I

I

;0;;-'"

Q

tV :J

-I

0-::l BALI I ,

Q IV

o

NUSA_TENGGARA_BARAT :::T' o

a..

o

C .... w

....

::l NUSA_TENGGARA_T IMUR

I

I ' , ,

:J w

D tV

a..

til MALUI<U

.p

I

I

Q

o

til Mlr

;0;;-MAlU KU _UTARA w Apr

-3 Mi.,.

o

til lun :J

PAPUA "

I

lui

::r

c

PAPUA_BARAT セ@ セ[ ーG@

セZ

::l INDONESIA O r: t

Noy Q..

N De<:

(J)

o

:J

..t..

:J

(25)

Data Surveilans dan KLB

2013

1) Surveilans rutin

Rate

kasus bukan campak secara nasional ::::

2/100.000

populasi

Persentase kabupaten/kota yang melaporkan

rate

kasus bukan campak ::::

2/ 100.000

populasi :

80%

Kasus tersangka campak yang diperiksa IgM :

80%

Kelengkapan laporan puskesmas

(C-

1 ) :

90%

Ketepatan Laporan Puskesmas

(C1) : 80%

Kelengkapan Laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit :

80%

Spesimen adekuat untuk pemeriksaan IgM :

80%

Spesimen adekuat untuk pemeriksaan virology:

80%

2) Kejadian Luar Biasa (KLB)

• Kelengkapan Laporan C-KLB : 90%

• KLB Dilakukan "Fully Investigated" : 100% • KLB Campak Pasti yang diperiksa virologi : 80%

Berdasarkan grafik 6, pencapaian secara nasional masih dibawah target untuk kelengkapan

(70,63%)

dan ketepatan

(60,22%).

Provinsi yang dapat mencapai target kelengkapan yaitu provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Bali dan NTB. Provinsi yang dapat mencapai target ketepatan adalah Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Gorontalo, Bali dan NTB.

Distribusi kasus campak klinis lebih banyak terjadi di pulau Jawa (gambar 4) terutama DKI Jakarta, Banten dan Jawa Timur. Kasus campak juga menyebar merata di Sumatera, terutama di Aceh, sedikit di Sulawesi dan Kalimantan. Selama tahun

2013

terdapat

7

provinsi yang melaporkan kasus kurang dari

50

kasus, yaitu Provinsi Bangka Belitung

(34

kasus), Sulawesi Utara

(38

kasus), Gorontalo

(13

kasus), Sulawesi Barat

(14

kasusl, Sulawesi Tenggara

(40

kasusl, NTB

(5

kasus), NTT

(1

kasus), Maluku

(28

kasus), Papua

(44

kasus), dan Papua Barat (6 kasus).

: 50

kasus

Gombar

4.

Distribusi kasus campak klinis berdasarkan provinsi di Indonesia tahun

201 3

Dari grafik 7 terlihat bahwa kecenderungan kasus campak klinis berdasarkan golongan umur hampir soma jumlahnya pad a golongan umur 1 -4 tahun dan golongan umur

5-9

tahun.
(26)

セ@

Data SurveHa" dan KLB 2013

Grafik 7. Distribusi kasus campak berdasarkan golongan umur tahun 2007 - 2013

2010

2007 2008 2009

N= 19111 cases

N= 29524 cases N= 24338 cases N= 18055 cases

lOS

''''

2loi

r-

-'

I8II

I'"

''''''

\

B セ@

32'"

2011 2012 2013

N= 23282 cases N= 18798 cases N= 11521 cases

.<

1 y r

l

1-4 yr

5-9 y r

. 10- 14 y r

14"

• > 14 yr

Dalam rangka mencapai eliminasi campak tahun 2018 Indonesia telah menetapkan strategi surveilans campak berbasis individu

(Case Based Measles Surveillance/ CBMS),

dimana setiap kasus klinis campak harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Sampai tahun 2013 kasus klinis yang telah berhasil di konfirmasi berdasarkan laboratorium baru mencapai 44,74% dari target 80%.

Tabel 5. CBMS Campak di Indonesia tahun 2008 - 2013

2289

12

654

3101

31

2002

4694

31

4694

3558

31

3558

2920

32

2768

Campak Rubella

Campuran (Campak

& Rubella)

Negatif Pending/ lunda

174

219

0

247

939

2

1001

0

668

756

4

1673

0

1175

1808

0

1711

0

429

1565

0

1561

0

723

714

0

1311

168

Dari tabel 5 terlihat bahwa kecenderungan hasil pemeriksaan serologi terhadap kasus campak cenderung lebih banyak positif rubella, walaupun pada tahun 201 3 hasil laboratorium positif campak hampir sam a dengan positif rubella.

C.

DIFTERI

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang sang at mudah menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Gejala klinis Difteri bervariasi mulai dari tak bergejala hingga fatal. Umumnya menyerang saluran nafas atas (Iaring, faring, tonsil) walaupun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit dan mukosa, serta mata.

Kelompok risiko terserang difteri adalah anak-anak dan orang lanjut usia, tapi saat ini terjadi perubahan epidemiologi dimana difteri juga sering terjadi pada orang dewasa. Sebelum umur 1 tahun, anak-anak masih mendapat perlindungan pasif dari antibodi ibunya . Terjadinya epidemi atau peningkatan kasus pada suatu daerah yang sudah lama be bas dari penyakit ini biasanya karena adanya penderita atau karier yang datang dari daerah endemik, penurunan cakupan imunisasi dan terjadinya perubahan virulensi bakteri.

(27)

1200

+---1000

800 KM MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM セセ MMMMM

600 400 200

o

2008 2009 2010 2011 2012 2013

70 60 50 40

30

20 10

o

QRPQRZQWQQYRQQ。ウ・ウセ@

1%

< 1 yr . 1-4 yr

.f

Nセセ N@

, ,' . ... .

i

I <)

Q@ RPQS Z@QQQWXiャ。ウ・ウセ

:, :. f,'

セBセ@

-0 '.' . qセ • . .

• , , . """T (>

Nセセ

•.:-:.. •

2%

, • セ@

GGGG@ GGGGG@

0

G@

'\ "

29%

5-9 yr

N@ QP NQTᄋ セ@

Data Surveilans dan KLB 201 3

Secara nasional, dalam kurun waktu 2008 - 2012 jumlah kasus difteri mengalami peningkatan yang bermakna, dan diikuti dengan peningkatan jumlah kematian yang juga sangat bermakna dengan CFR

berkisar antara 3-10%, sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kasus yang sangat bermakna yaitu dengan jumlah kasus 778 (65%) dibandingkan tahun 2012 dengan jumlah kasus 1192. Yang diikuti dengan penurunan jumlah kematian yang juga sangat bermakna dengan CFR berkisar antara 0.48% (grafik 8).

Grafik 8. Trend Kasus dan Kematian Kasus Difteri di Indonesia Tahun 2008-2013

80 1400 LMMM MMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMセMM MMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMML@

Death _ Cases

T ahun 201 3 kasus difteri dilaporkan di 19 provinsi dengan jumlah kasus 778. Jumlah kasus terbanyak ada di Provinsi Jawa Timur (610 kasus atau 78,4%), diikuti oleh Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 29 kasus (3,7%) dan Provinsi Banten sebanyak 20 kasus (2,6%). Dibandingkan dengan tahun 2012, kasus terbanyak masih berada di Provinsi Jawa Timur (954 kasus atau 79,5%), diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 61 kasus (5,6%) dan Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 49 kasus (4,5%). Gambaran sebaran kasus berdasarkan provinsi pada tahun 2012 - 2013 dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

_.""§

セ セp_MBG^G@

セ セケ@

Sou ree Zセョ tegra tedlYP DllIu rveilla ョ・・セ a talll Dala as of 30 Nov 2013-www.survellans.org

• :llllDiphtheriallasel1l

ᄋdッエ。イ、。ョ、ッュivャャ^ャ。」・、ュカゥエィャセイッカャョ」・ヲAj@

28%

Gambar 5. Sebaran Kasus Difteri di Indonesia Tahun 2012-2013

(28)

__

セ@

Data SueY. lion, dan

KlB 2013

Sejak tahun 2008 - 2013, sebagian besar kasus ditemukan pada golongan umur 1 -4 tahun dan 5-9 tahun (grafik 6). Pada tahun 2013, kasus difteri lebih banyak ditemukan pada golongan umur di atas 14 tahun (21.3%) dan 5-9 tahun (18.1 %). Ini menunjukkan adanya perubahan pola penularan penyakit difteri dibandingkan tahun 2012 lebih banyak pada umur 5-9 tahun (29.7%). Hal ini akibat tidak terpaparnya imunisasi pada sa at bayi (0-1 1 bin) dan Sekolah Dasar (SD) sehingga tidak mempunyai respons immunotoxigenic yang cukup kuat, penderita atau carier yang datang dari daerah endemik dan penurunan cakupan imunisasi sehingga risiko tertular difteri menjadi lebih besar.

Grafik 9. Distribusi Kasus Difteri Berdasarkan Golongan umur di Indonesia Tahun 2008-2013

100% 90% 80%

70% • 14 >

60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pada grafik 9, dari tahun 2008-2013 masih besarnya anak-anak yang tidak imunisasi pada kasus difteri yang ditemukan. 48% kasus di tahun 2013 ditemukan tidak mendapat imunisasi difteri, angka yang cukup besar ini tentu memberikan andil yang cukup besar terhadap lonjakan penularan kasus difteri pada tahun 2013. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk menemukan jawaban, mengapa

Gambar

Grafik 1. Kelengkapan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun 2013
Grafik 2. Kelengkapan STP RS Sentinel dan Non Sentinel Menurut Provinsi Tahun 2013
Tabel 11. Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Frambusia
Tabel 10_ Distribusi Kasus Baru dan Insiden Kumulatif (per 100.000) kasus Ensefalitis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Exchange Act Rules 13a-15(f) dan 15d-15(f), Pengendalian Internal atas pelaporan keuangan didefinisi sebagai suatu proses yang dirancang oleh,

Estimasi dalam arti luas pada hake- Estimasi dalam arti luas pada hake- katnya adalah upaya untuk menilai katnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai..

Penelitian ini dirancang dengan melakukan dua kegiatan pembelajaran yang berbeda dengan kemampuan akademis kedua kelas yang sama dengan tujuan untuk melihat efektifitas

Pendekatan penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini sering digunakan oleh peneliti untuk mengkaji sebuah karya satra.

Anak mampu membuat kolase gambar jeruk menggunakan kulit jeruk dengan sangat baik tanpa bantuan..

Sementara itu, aspek sakral tersebut dapat pula dianggap sebagai profan, misalnya orang yang menjalani percaraian yang dibahas dalam tradisi fiqh dengan berbagai

hitam, mata tidak anemis, mata kiri kabur, telinga bersih, hidung bersih dan tidak ada polip, bibir lembab dan tidak ada stomatitis. R mengeluh kakinya kesemutan, dan berat

untuk ineksi &#34;.ay, 5aharda&amp;, 0#, maka sediaan dibuat dalam bentuk ineksi&amp; Sediaan ineksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi