ISOLASI SENYAWA LUTEIN DARI EKSTRAK BUNGA
BROKOLI SEBAGAI ANTIOKSIDAN
FITRI YULIANI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
FITRI YULIANI. Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak Bunga Brokoli sebagai
Antioksidan. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan KUSMIATI.
Aktivitas antioksidan penting untuk melindungi tubuh kita dari radikal bebas.
Jenis sayuran hijau seperti brokoli mempunyai kandungan lutein yang tinggi, serta
dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini ialah mengisolasi dan
mencirikan ekstrak lutein dari bunga brokoli, dan mengevaluasi lebih lanjut
aktivitas antioksidan dengan menggunakan
α
,
α
-difenil-
β
-pikrilhidrazil (DPPH).
Ekstraksi menggunakan
n
-heksana sebagai pelarut dan KOH/etanol untuk proses
saponifikasi. Ekstrak lutein dicirikan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
preparatif. Empat fraksi diperoleh dari KLT preparatif dan fraksi 3 memiliki
R
fyang sama dibandingkan dengan standar lutein. Fraksi ini selanjutnya dianalisis
dengan spektrofotometer transformasi inframerah Fourier (FTIR) dan memiliki
gugus fungsi yang sama dibandingkan dengan standar lutein. Berdasarkan hasil
ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga brokoli memiliki senyawa lutein dan
memiliki potensi sebagai antioksidan, dengan nilai IC
5099.321
µg/mL.
Kata kunci: Antioksidan, Brokoli, Lutein.
ABSTRACT
FITRI YULIANI. Isolation of Lutein Compound from Extract of Broccoli Flower
as Antioxidant. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and KUSMIATI.
Antioxidant activity is important to protect our body from free radicals. Green
vegetables such as broccoli has high content of lutein which can act as an
antioxidant. The objective of this study was to isolate and characterize lutein
extract of broccoli flowers, and then further evaluated its antioxidant activity by
using
α
,
α
-diphenyl-
β
-picrylhydrazyl (DPPH). The extraction used
n
-hexane as
solvent and KOH/ethanol for saponification process. Extracted lutein was
characterized with preparative thin layer chromatography (TLC). Four fractions
were obtained from preparative TLC and fraction 3 had the same
R
fcompared
with lutein standard. This fraction was further analyzed with Fourier transform
infrared (FTIR) spectrophotometer and had similar functional groups with lutein
standard. Based on this result, it can be concluded that broccoli flower extract has
lutein compound and potential as an antioxidant with 99.321
µg/mL IC
50value.
ISOLASI SENYAWA LUTEIN DARI EKSTRAK BUNGA
BROKOLI SEBAGAI ANTIOKSIDAN
FITRI YULIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi :
Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak Bunga Brokoli sebagai
Antioksidan
Nama
:
Fitri Yuliani
NIM :
G44086002
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr dr Irma Herawati Suparto, MS
Dra Kusmiati, MSi
NIP 195811231986032002
NIP 196312261990032003
Diketahui
Ketua Departemen Kimia
Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah
ini merupakan hasil penelitian dengan judul “Isolasi Senyawa Lutein dari Ekstrak
Bunga Brokoli sebagai Antioksidan”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr dr Irma Herawati Suparto,
MS dan Dra Kusmiati, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan
Adik yang selalu memberikan semangat, cinta, kasih sayang, dan doa. Ucapan
terima kasih juga kepada teman-teman seangkatan Ekstensi Kimia 2008 atas
semangat, doa, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Bogor, Juli 2012
Fitri Yuliani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Juli 1984 dari pasangan
Syamsul Bahri dan Suharti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor pada tahun
2003 dan melanjutkan pendidikan di Akademi Kimia Analisis Bogor. Penulis
lulus tahun 2006 dengan melakukan praktik kerja lapangan di Pusat Sarana
Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dengan judul
“Pemantauan Kadar Partikulat Tersuspensi Total dan Pb dalam Udara Ambien di
Bogor dan Jakarta”. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan S1
Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... vii
PENDAHULUAN ... 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ... 1
Persiapan Sampel ... 1
Penentuan Kadar Air ... 1
Isolasi Lutein ... 1
Penentuan
R
fdengan KLT KT ... 2
Identifikasi Ekstrak Lutein ... 2
Identifikasi Senyawa Lutein dengan Spektrofotometer FTIR ... 2
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air ... 2
Identitas Ekstrak Lutein ... 2
Identitas Senyawa Lutein Hasil FTIR ... 3
Aktivitas Antioksidan ... 4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ... 4
Saran ... 4
DAFTAR PUSTAKA ... 5
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai
R
fhasil KLT preparatif ... 2
2 Analisis spektrum FTIR sampel dan standar lutein dibandingkan dengan
literatur ... 4
3 IC
50ekstrak lutein, fraksi, standar lutein, beta karotena, dan vitamin C ... 4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur lutein ... 2
2 Spektrum FTIR standar lutein ... 3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram alir penelitian ... 7
2 Hasil analisis menggunakan KLTKT ... 8
3 Spektrum FTIR fraksi-fraksi ekstrak bunga brokoli ... 9
4 Contoh perhitungan aktivitas antioksidan ... 11
PENDAHULUAN
Sayuran jenis Cruciferae (famili Brassicaceae) merupakan sumber antioksidan yang berlimpah. Antioksidan adalah zat yang dalam konsentrasi rendah dapat mencegah atau menunda inisiasi prooksidan mengoksidasi substrat (Qureshi & Parvesh 2007). Tubuh memerlukan antioksidan untuk melindungi dari ancaman radikal bebas.
Radikal bebas adalah spesies kimia sangat reaktif yang memiliki elektron tunggal tidak berpasangan di orbital terluar. Produksi radikal bebas yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan pada membran sel, ketidakaktifan sistem enzim, atau kerusakan asam deoksiribonukleat (DNA) (Porth 2007).
Salah satu cara memenuhi kebutuhan antioksidan ialah dengan mengonsumsi sayuran. Brokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki kandungan karotenoid yang bersifat antioksidan. Karotenoid merupakan tetraterpenoid C40 yang berfungsi
sebagai pigmen tumbuhan. Salah satu jenis karotenoid yang penting adalah lutein.
Lutein merupakan suatu zat kimia tanaman non-gizi yang memiliki sifat protektif. Senyawa ini dapat melindungi mata dari degenerasi makula dan kanker epitel (Landrum et al. 1997, Landrum & Bone 2000, Yang et al. 1996). Lutein juga memiliki aktivitas antioksidan yang dapat melindungi sel-sel terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brokoli memiliki kandungan antioksidan lutein paling tinggi dibandingkan dengan kubis, kembang kol, dan kecambah. Penelitian terhadap 6 kultivar brokoli menghasilkan kandungan lutein berkisar 0.41–1.02 mg/kg bobot basah (Sing et al. 2007).
Untuk memperoleh jumlah lutein yang tinggi, diperlukan metode ekstraksi yang tepat. Pada penelitian ini, digunakan metode Hoffman et al. (2007) untuk mengisolasi lutein dari bunga brokoli yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Sampel diekstraksi dengan heksana hingga diperoleh oleoresin. Oleoresin selanjutnya disaponifikasi dengan KOH/etanol hingga diperoleh resin tersaponifikasi yang diekstraksi kembali dengan heksana menghasilkan larutan yang akan difraksionasi. Lutein yang diperoleh dari ekstraksi bunga brokoli selanjutnya dicirikan dan diuji aktivitas antioksidannya secara in
vitro menggunakan metode DPPH (α,α
-difenil-β-pikrilhidrazil). Hasil penelitian ini diharapkan menambah informasi kandungan
dan aktivitas lutein dari bunga brokoli yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bunga brokoli siap panen, air bebas-ion, heksana p.a, KOH p.a, etanol p.a, kloroform p.a, KBr p.a, serbuk Na2SO4 anhidrat p.a, metanol p.a,
aseton p.a, serbuk DPPH p.a, dan vitamin C p.a.
Alat yang digunakan antara lain corong Büchner, penyaring vakum, neraca analitik, pelat kromatografi lapis tipis (KLT) gel silika 60 GF254, bejana KLT, pelat KLT preparatif,
kertas saring Whatman nomor 1, corong pemisah, lampu ultraviolet (UV), lempeng penangas, eksikator, oven, penguap putar, spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis), spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), dan KLT kinerja tinggi (KLT KT).
Persiapan Sampel
Sampel bunga brokoli segar siap panen diperoleh dari Gunung Batu, Cianjur, Jawa Barat, hasil pembenihan dari biji dengan kode Sakata F1 Hybrid Green Magic. Sampel dibersihkan, dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringudarakan selama 1 minggu. Setelah kering, sampel dihaluskan sampai ukuran 20 mesh.
Penentuan Kadar Air (AOAC 1990) Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan porselen bersih yang telah diketahui bobot kosongnya. Contoh dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 3 jam, kemudian didinginkan di dalam eksikator. Setelah dingin, cawan berisi contoh ditimbang. Proses dilakukan hingga diperoleh bobot tetap dan dilakukan triplo.
Isolasi Lutein (Hoffman et al. 2007)
disaponifikasi dengan 50 mL larutan KOH/etanol 10 % dan dipanaskan pada suhu 65 °C selama 2 jam. Ekstrak hasil saponifikasi dilarutkan dengan 100 mL heksana, diekstraksi dengan corong pemisah (diulangi sebanyak 3 ulangan). Ekstrak dikeringkan dengan 20 g Na2SO4 anhidrat, kemudian
disaring. Heksana diuapkan, dan ekstrak keseluruhan ditimbang.
Penentuan Rf dengan KLT KT
Ekstrak dilarutkan dengan metanol, sebanyak 20 µL ditotolkan pada pelat gel silika 60 GF254. Sejumlah baku lutein
dilarutkan dengan metanol, ditotolkan pada pelat yang sama, kemudian dielusi dengan campuran eluen heksana:kloroform:aseton (6:2:2) (Kusmiati et al. 2010). Setelah eluen mencapai batas atas, Rfsampel dibandingkan
dengan standar lutein menggunakan KLT KT. Identifikasi Ekstrak Lutein
Sampel ditotolkan pada pelat KLT preparatif, dielusi dengan campuran pelarut heksana:kloroform:aseton (6:2:2). Bercak yang dihasilkan ditentukan Rf masing-masing,
kemudian diambil dan dilarutkan dengan heksana. Larutan yang diperoleh dipekatkan dengan penguap putar.
Identifikasi Senyawa Lutein dengan Spektrofotometer FTIR
Identifikasi menggunakan FTIR dilakukan terhadap isolat hasil KLT preparatif. Isolat dibuat pelet dengan KBr dan dibuat spektrum FTIR-nya untuk menentukan gugus fungsi senyawa.
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH Fraksi ekstrak lutein dan standar lutein masing-masing dilarutkan dengan metanol dan dibuat beberapa konsentrasi, yaitu 25, 37.5, dan 50 ppm. Sebanyak 1 mL larutan ditambahkan masing-masing ke dalam 3 mL DPPH 0.004% dalam metanol, dikocok kuat, dan disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbans diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517.3 nm. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif, dibuat pada konsentrasi 1, 2.5, 5, 7.5, dan 10 ppm. Nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50)
dihitung dari persentase penghambatan serapan larutan ekstrak dengan menggunakan persamaan kurva regresi linear (Kazutaka et al. 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Kadar air bunga brokoli diperoleh sebesar 9.64%. Menurut Winarno et al. (2004), suatu bahan berada dalam keadaan yang stabil dan pertumbuhan mikrob dapat dikurangi jika kadar airnya kurang dari 10%. Hal ini menunjukkan bahwa bunga brokoli tahan dari pertumbuhan mikrob dan dapat disimpan dalam jangka waktu relatif lama.
Identitas Ekstrak Lutein
Fraksionasi ekstrak lutein dari brokoli menggunakan KLT dengan eluen kombinasi pelarut heksana:aseton:kloroform dengan nisbah 6:2:2 dan dibandingkan dengan standar lutein. Campuran pelarut ini dipilih berdasarkan Kusmiati et al. (2010) yang mengisolasi lutein dari mikroalga Chlorella
pyrenoidosa. Hasil pengamatan KLT
[image:10.612.346.487.341.441.2]menggunakan lampu UV 254 nm dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Rf hasil KLT preparatif
Fraksi Rf
1 0.01 2 0.10
3 0.59
4 0.87 Standar lutein 0.59
Bercak yang dihasilkan diamati dan dikonfirmasi lebih lanjut dengan KLTKT. Rf
fraksi 3 diperoleh sejajar dengan Rf standar
lutein, yaitu 0.59, dan kadar lutein dapat dihitung sebesar 86.16 mg/100 g sampel basah bunga brokoli (Lampiran 2). Oleh karena itu, dapat diperkirakan kandungan lutein sebesar 0.09% dalam sampel basah bunga brokoli.
Lutein adalah senyawa oksikarotenoid atau xantofil, yaitu karotenoid yang mengandung gugus hidroksil. Lutein memiliki bobot molekul 568.88 dengan rumus kimia C40H56O2. Rumus struktur lutein dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur lutein.
[image:10.612.330.501.603.652.2]berkisar 2.0─330 mg/kg (Cantrill 2004). Telah dibuktikan secara in vitro dan in vivo bahwa lutein memiliki peranan penting untuk melindungi tubuh terhadap beberapa penyakit kronis, khususnya degenerasi makula yang berhubungan dengan usia (age-related
macular degeneration/AMD) dan katarak,
kanker, penyakit jantung, dan strok (Mercado et al. 2004).
KLT preparatif selanjutnya dilakukan untuk memperoleh bercak dengan kuantitas lebih besar untuk analisis berikutnya. Bercak yang dihasilkan diambil dan dilarutkan dengan heksana untuk diidentifikasi dengan spektrofotometer FTIR.
Identitas Senyawa Lutein Hasil FTIR Identifikasi fraksi-fraksi ekstrak bunga brokoli dengan spektrofotometer FTIR menghasilkan serapan pada bilangan-bilangan gelombang yang spesifik seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Bilangan gelombang dapat digunakan untuk menentukan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada suatu senyawa.
Spektrum FTIR standar lutein menunjukkan regangan O-H gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3432.87 cm-1. Regangan asimetrik metilena –CH2–
ditunjukkan pada bilangan gelombang 2921.87 cm-1, sedangkan regangan simetrik metilena ditunjukkan pada bilangan gelombang 2853.16 cm-1. Regangan cincin aromatik C=C-C ditunjukkan pada 1458.41 cm-1. Regangan C-O dari alkohol sekunder
ditunjukkan pada 1111.53 cm-1. Dari hasil interpretasi spektrum FTIR tersebut, gugus fungsi yang terdapat pada standar lutein adalah gugus OH hidroksil, cincin aromatik, dan alkohol sekunder. Hasil tersebut sesuai dengan Tekwani dan Dmello (2010) bahwa standar lutein memiliki regangan O-H pada 3383 cm-1, regangan C-H 2891 cm-1, dan tekukan C-H 1457 cm-1 (Gambar 2).
Pola serapan FTIR yang dihasilkan oleh fraksi 1, 2, 3, dan 4 (Lampiran 3) memiliki kesamaan dengan pola serapan FTIR standar lutein. Akan tetapi, berdasarkan data Rf hasil
KLTKT, hanya fraksi 3 yang memiliki Rf
sejajar dengan standar. Oleh sebab itu, hanya fraksi 3 yang diduga sebagai senyawa lutein karena memiliki gugus fungsi dan Rf sama
[image:11.612.110.485.466.691.2]dengan standar lutein. Fraksi 1, 2, dan 4 yang memiliki pola serapan FTIR mirip dengan standar lutein diduga sebagai senyawa karotenoid yang lain. Menurut Harborne (1996), beberapa karotenoid seperti lutein, violaxantin, neoxantin, β-karotena, α -karotena, kriptoxantin, dan zeaxantin lazim terdapat dalam fraksi ekstrak daun dan bunga yang larut dalam lipid. Karotenoid memiliki rantai panjang dengan satuan berulang isoprena, dan ikatan rangkap atau bentuk terhidroksilasi. Karotenoid merupakan pigmen takstabil yang mudah teroksidasi sehingga dapat mengalami isomerisasi trans-cis selama penanganan.
Tabel 2 Analisis spektrum FTIR sampel dan standar lutein dibandingkan dengan literatur
Bilangan gelombang (cm-1)
Gugus fungsi Literatur * Standar F1 F2 F3 F4
Hidroksil, regangan OH 3570–3200 3432.87 3427.12 3434.92 3434.16 3431.62
Metilena (-CH-) regangan asimetrik 2935–2915 2921.87 2923.51 2923.85 2922.83 2924.63
Metilena (-CH-) regangan simetrik 2865–2845 2853.16 2853.64 2853.64 2853.00 2854.36
Cincin aromatik, regangan C=C-C 1510–450 1458.41 1462.79 1462.63 1463.05 1459.69
Alkohol sekunder, regangan C-O ~1100 1111.53 - 1110.64 1110.48 1119.01 *Sumber: Coates (2000)
Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan terhadap ekstrak lutein, fraksi ekstrak lutein, dan standar lutein pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode serapan radikal DPPH. Metode DPPH sederhana, mudah, dan menggunakan sedikit sampel dengan waktu yang singkat (Hanani et al. 2005).
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum DPPH 517.3 nm dalam konsentrasi 0.004% (b/v). Aktivitas antioksidan sampel mengakibatkan perubahan warna larutan DPPH yang semula lembayung menjadi kuning pucat. Aktivitas antioksidan dihitung sebagai persentase inhibisi terhadap radikal DPPH, diperoleh dari perbedaan serapan antara blangko dan sampel. Persamaan matematika digunakan untuk memperoleh kurva regresi linear untuk menghitung IC50 (Lampiran 4). Beta karotena
digunakan sebagai pembanding karena memiliki struktur mirip dengan lutein dan bersama-sama lutein banyak terdapat dalam tumbuhan. Vitamin C digunakan sebagai pembanding karena umum digunakan dan secara komersial mudah didapatkan. Berdasarkan kurva regresi linear, diperoleh hasil IC50 yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 IC50 ekstrak lutein, fraksi, standar
lutein, beta karotena, dan vitamin C Jenis
IC50
(µg/mL) Ekstrak 147.708 Fraksi 1 112.216 Fraksi 2 83.357 Fraksi 3 99.321 Fraksi 4 103.887 Standar lutein 58.533 Beta karotena 58.540
Vitamin C 4.520
Menurut Blois (1958), suatu bahan dapat berpotensi sebagai antioksidan yang kuat jika memiliki IC50 kurang dari 200 µg/mL.
Semakin kecil nilai IC50, semakin besar
aktivitas antioksidannya (Molyneux 2004). Berdasarkan hal tersebut, brokoli memiliki potensi sebagai antioksidan karena memiliki IC50 kurang dari 200 µg/mL untuk semua
fraksi. Hasil ini juga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Aires et al. (2011) pada sampel brokoli yang diekstraksi dengan metanol dan dididihkan selama 2 menit yang memiliki IC50 1.47─2.56
(×103) µg/mL. Dengan demikian, jenis metode ekstraksi yang digunakan berpengaruh terhadap IC50. Selain itu, perlu dilakukan
optimasi fase gerak untuk pengujian dengan KLT yang dapat berpengaruh terhadap IC50.
Faktor lainnya selama periode pertumbuhan tanaman seperti kondisi iklim, suhu, curah hujan, dan radiasi sinar matahari dapat memengaruhi akumulasi kandungan komponen bioaktif sehingga mempengaruhi potensi antioksidannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fraksi 3 dari ekstrak bunga brokoli yang diperoleh dari Cianjur, Jawa Barat diduga merupakan senyawa lutein berdasarkan Rf dan
gugus fungsi yang dibandingkan dengan standar lutein, serta memiliki potensi sebagai antioksidan.
Saran
[image:12.612.147.289.559.697.2]DAFTAR PUSTAKA
Aires A et al. 2011. Seasonal effect on bioactive compounds and antioxidant capacity of six economically important
Brassica vegetables. Molecules
16:6816-6832.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1990. Recommended Method for
The Determination of Water. Ed ke-15.
Arlington: AOAC Int.
Blois MS. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical. Nature 181:1199-1200.
Coates J. 2000. Interpretation of Infrared Spectra, A Practical Approach. Di dalam:
Encyclopedia of Analytical Chemistry.
Meyers RA, editor. Chichester: J Wiley. hlm 10815-10837.
Cantrill R. 2004. Lutein from Tagetes Erecta. 63rd JECFA. Chemical and Technical
Assessment. Food and Agriculture
Organization. http://www.fao.org/filead min/templates/agns/pdf/jecfa/cta/63/Lutei n.pdf [5 Sep 2012]
Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callysongia sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu Kefarmasian 3:127–133. Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.
Hoffman M, Baugh D, Ahern M, Walsh D, penemu; Nu-Tein Co Inc. 7 Aug 2007. Isolation of lutein from alfalfa. US patent 7 253 294.
Kazutaka I, Tachibana S, Arthur R. 2009. In
vitro antioxidative activities and
polyphenol content of Eugenia polyantha weight grown in Indonesia. Pakistan Biol Sci 12:1564-1570.
Kusmiati, Agustini NWS, Tamat SR, Irawati M. 2010. Ekstraksi dan purifikasi senyawa lutein dari mikroalga Chlorella
pyrenoidosa galur lokal Ink. J Kim
Indones 5:30-34.
Landrum JT, Bone RA. 2000. Lutein, zeaxantin and the macular pigment. Arch
Biochem Biophys 385:28-40.
Landrum JT et al. 1997. A one year study of the macular pigment: The effect of 140 days of a lutein supplement. Exp Eye Res 65:57-62.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity.
Songklanakarin J Sci Technol 24:211-219.
Porth C. 2007. Essentials of Pathophysiology:
Concepts of Altered Health States. Ed
ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Qureshi GA, Parvez SH. 2007. Oxidative Stress and Neurodegenerative Disorders. Amsterdam: Elsevier.
Sing J, Upadhyay AK, Kundan P, Bahadur A, Rai M. 2007. Variability of carotenes, vitamin C, E and phenolics in Brassica vegetables. Food Composition Anal 20:106-112.
Tekwani S, Dmello PM 2010. Enzyme assisted extraction of lutein from marigold flowers and its evaluation by HPLC. Int J
Adv in Pharmaceut Sci 2:381-386
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 2004.
Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Penetapan kadar air
Identifikasi gugus
fungsi dengan FTIR
Preparasi sampel
Isolasi lutein
(Hoffman
et al
. 2007)
Penentuan
R
f denganKLTKT
Bunga brokoli segar
Fraksionasi dengan
KLTp
Lampiran 2 Hasil analisis menggunakan KLT KT
Lampiran 3 Spektrum FTIR fraksi-fraksi ekstrak bunga brokoli
Fraksi 1
Lanjutan Lampiran 3
Fraksi 3
Lampiran 4 Contoh perhitungan aktivitas antioksidan
Panjang gelombang maksimum (
λ
max) 517.3 nm
Spektrofotometer Shimadzu UV-Vis 160
Ekstrak lutein bunga brokoli
Konsentrasi (µg/mL)
Inhibisi (%)
25 20.469
37.5 23.756
50 26.479
Kurva uji aktivitas antioksidan ekstrak lutein bunga brokoli
y
= 14.55 + 0.240
x
50 = 14.55 + 0.240
x
x
= 147.708